• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur di Kota Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur di Kota Pekanbaru"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN

SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI

BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

OLEH: NICO CHRISTIAN

111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN

SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI

BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

OLEH: NICO CHRISTIAN

111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meeperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur Di Kota Pekanbaru

Nama : Nico Christian

NIM : 111201105

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Yunus Affifudin, S.Hut.,M.Si Luthfi Hakim, S.Hut.,M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

NICO CHRISTIAN : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur Di Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan YUNUS AFFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu pada bangunan yang terpenting, karena kerusakan yang ditimbulkan adalah yang terbesar bila dibandingkan dengan organisme perusak lain. Salah satu sasaran serangan rayap yang masih jarang diteliti adalah bangunan-bangunan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah kerusakan dan kerugian ekonomis yang disebabkan oleh serangan rayap pada bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru. Pemetaan sebaran serangan rayap menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu memilih secara langsung sampel yang akan dijadikan objek penelitian. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar Negeri yang dijadikan sampel terserang rayap dengan persentase 43,33% mengalami kerusakan sedang dan 56,67% mengalami kerusakan ringan.

(5)

ABSTRACT

NICO CHRISTIAN : Loss Analysis and Mapping the Distribution of Termite Attack on Public Elementary School Buildings in the Eastern Part of Pekanbaru City. Under the guidance of YUNUS AFFIFUDIN and LUTHFI HAKIM.

Termites are one of the most important wood destroying organisms because of the damage caused by it is the largest compared with other wood destroying organism. One of the targets of termites attacks that are rarely investigated are school buildings. The purpose of this research is to get the amount of damage and economic losses caused by termites attacks on public elementary school buildings in the Pekanbaru city. The mapping of the distribution of termite attack by using a Geographic Information System (GIS). The method used in this research is purposive sampling which means directly choose the samples that are going to be selected as the subject of the research. From the result of the research, it was found that 100% of public elementary school buildings sampled attacked by termites with the percentage of 43,33% suffered moderate damage and 56,67% suffered minor damage.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 7 Juni 1993. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Elias Stefanus Tanan dan Reyke Sukku.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis selama ini : Pendidikan dasar di SD Swasta Cinta Rakyat Pematang Siantar (2000-2003) dan SD Swasta Santo Ignatius Medan (2003-2005), Pendidikan lanjutan di SMP Swasta Putri Cahaya Medan (2005-2008), Pendidikan menengah di SMA Swasta Cahaya (2008-2011), dan pada tahun 2011 diterima pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Bagian Timur Negeri Kota Pekanbaru” ini berhasil

diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Rayap dapat berkembang biak dan menyerang dengan cepat dikarenakan jenis lahan yang ada di Kota Pekanbaru adalah jenis lahan gambut yang merupakan jenis lahan yang cocok bagi rayap. Penelitian ini berisikan besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru dan sebarannya dengan memanfaatkan system informasi geografis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Yunus Affifudin, S.Hut., M.Si dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si atas kesediaannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

1. Orang Tua dan adik penulis yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material selama pengerjaan skripsi ini kepada penulis. 2. Sahabat-sahabat penulis (Darmanto, Frieda, Frisco, Meita, Rachel dan

(8)

4. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(9)

DAFTAR ISI

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia ... 15

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap ... 16

Pra Konstruksi ... 17

Pasca Konstruksi ... 18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat Penelitian ... 19

Metode Penelitian... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri ... 24

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada SD Negeri Kota Pekanbaru ... 27

Kerugian Ekonomis Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan ... 29

Persentase Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru ... 36

Jenis Rayap Perusak Kayu ... 38

Model Penduga Kerugian Ekonomis Standar Harga Tembesu dan Meranti ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 41

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Data jumlah SD Negeri dan SD Swasta di Kota Pekanbaru ... 5 Karakteristik-karakteristik bangunan SD Negeri di Kota

Pekanbaru ... 25 Biaya Kerugian Ekonomis bangunan SD Negeri bagian timur

di Kota Pekanbaru ... 28 Kerugian Ekonomis Akibat Serangan rayap pada berbagai komponen

Bangunan ... 29 Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu

kering... .. 32 Persentase kerusakan bangunan SD Negeri bagian timur di Kota

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gedung Sekolah ... 24 2. Komponen yang memakai baja ringan dan komponen yang terbuat dari

Kayu ... 26 3. Komponen- komponen yang terserang rayap ... 30 4. Langit - langit bangunan sekolah yang lapuk akibat rembesan air

hujan dari atap ... 32 5. Histogram persentase kerusakan 30 bangunan SD Negeri bagian timur

(13)

ABSTRAK

NICO CHRISTIAN : Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur Di Kota Pekanbaru. Dibawah bimbingan YUNUS AFFIFUDIN dan LUTHFI HAKIM.

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu pada bangunan yang terpenting, karena kerusakan yang ditimbulkan adalah yang terbesar bila dibandingkan dengan organisme perusak lain. Salah satu sasaran serangan rayap yang masih jarang diteliti adalah bangunan-bangunan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah kerusakan dan kerugian ekonomis yang disebabkan oleh serangan rayap pada bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru. Pemetaan sebaran serangan rayap menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu memilih secara langsung sampel yang akan dijadikan objek penelitian. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 100% bangunan Sekolah Dasar Negeri yang dijadikan sampel terserang rayap dengan persentase 43,33% mengalami kerusakan sedang dan 56,67% mengalami kerusakan ringan.

(14)

ABSTRACT

NICO CHRISTIAN : Loss Analysis and Mapping the Distribution of Termite Attack on Public Elementary School Buildings in the Eastern Part of Pekanbaru City. Under the guidance of YUNUS AFFIFUDIN and LUTHFI HAKIM.

Termites are one of the most important wood destroying organisms because of the damage caused by it is the largest compared with other wood destroying organism. One of the targets of termites attacks that are rarely investigated are school buildings. The purpose of this research is to get the amount of damage and economic losses caused by termites attacks on public elementary school buildings in the Pekanbaru city. The mapping of the distribution of termite attack by using a Geographic Information System (GIS). The method used in this research is purposive sampling which means directly choose the samples that are going to be selected as the subject of the research. From the result of the research, it was found that 100% of public elementary school buildings sampled attacked by termites with the percentage of 43,33% suffered moderate damage and 56,67% suffered minor damage.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bangunan sekolah merupakan salah satu sarana bagi terlaksananya proses pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi terlaksananya sebuah proses pendidikan yang lebih berkualitas yang kemudian berpotensi melahirkan generasi yang cerdas dan kreatif. Bangunan sekolah dasar di Indonesia yang dalam kondisi baik sekitar 54%-56% sedangkan bangunan yang mengalami kerusakan berat selama tahun 2003 -2004 mencapai 883.750 ruang kelas atau 22,9%. Oleh karena itu,dipandang perlu melakukan penelitian mengenai faktor perusak biologis yang menyerang bangunan sekolah dasar dan perkiraan kerugian ekonomis yang diakibatkannya (Sulaiman, 2005).

Salah satu faktor terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif yaitu keadaan bangunan yang bersih dan terpelihara dari serangan perusak kayu. Bangunan yang tahan terhadap kerusakan bergantung pada komponen bangunan yang menyusunnya. Pada umumnya bahan bangunan sekolah dasar yang digunakan adalah jenis kayu yang memiliki keawetan rendah yaitu kelas awet III dan IV, sehingga mudah di serang oleh organisme perusak kayu, antara lain :rayap, bubuk/kumbang, jamur dan sebagainya. Sedangkan kayu yang memiliki keawetan yang tinggi harganya relatif mahal dan ketersediaannya semakin langka (Jambak, 1990).

(16)

berkisar 5-50 meter. Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,0oC-33,4oC dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,4oC-24oC. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban maksimum berkisar antara 57,0%-67,7%. Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur, memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Mintan dan Tampan. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.Luas sunagi siak sekitar sekitar ± 14.239 km2 dengan luas DAS 11.026 km2 (Bappeda Provinsi Riau, 2012).

Keberadaan wilayah Indonesia di zona tropika, menjadi salah satu factor pendukung organisme perusak kayu untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat. Kerusakan yang disebabkan oleh perusak biologis bisa berakibat fatal ditinjau dari bidang konstruksi dan nilai bangunan. Disamping itu, kerusakan bangunan tersebut dapat mengancam keselamatan manusia yang tinggal di dalam bangunan tersebut. Kerusakan pun tidak terbatas pada komponen kayu saja, melainkan pada semua komponen yang terbuat dari bahan organik atau bahan yang mengandung lignoselulosa (Rakhmawati, 1995).

(17)

beberapa sentimeter (cm), menghancurkan plastik, kabel penghalang fisik lainnya. Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung (slab, basement, atau cawal space) rayap dapat menembus lubang terbuka atau celah pada slab, disekitar celah kayu atau pipa ledeng, celah antara pondasi dan tembok maupun pada atap kuda-kuda.

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu pada bangunan yang terpenting, karena kerusakan yang ditimbulkan adalah yang terbesar bila dibandingkan dengan organisme perusak lain. Persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Batam mencapai lebih dari 70 % (Nandika, 2003). Berkembangnya permukiman di berbagai daerah akan cenderung meningkatkan serangan rayap, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat keawetan kayu bangunan yang digunakan dan berkurangnya sumber makanan alami bagi rayap.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas peneliti mencoba untuk mengidentifikasi jenis rayap serta penyebarannya, menganalisis kerugian ekonomis, dan memetakan penyebaran pada bangunan SD Negeri bagian timur yang berada pada Kota Pekanbaru. Dalam rangka untuk memperbaiki permasalahan tersebut penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “

Analisis Kerugian Dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SD Negeri Bagian Timur di Kota Pekanbaru.”

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan nilai kerugian ekonomis serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri bagian Timur di Kota Pekanbaru.

(18)

serta mengidentifikasi peta sebaran jenis rayap dan kerusakan bangunan SD Negeri Bagian Timur di Kota Pekanbaru dengan menggunakan GIS.

3. Membuat model penduga kerugian ekonomis serangan rayap. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap kerusakan dan kerugian serangan rayap pada bangunan sekolah dasar negeri.

2. Bermanfaat bagi dunia pendidikan, penelitian serta bahan informasi masyarakat umum, pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam pengelolaan perlindungan bangunan.

3. Pengetahuan dan informasi sebaran rayap serta kerusakannya melalui peta GIS.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan Sekolah Dasar

Kota Pekanbaru mempunyai 266 sekolah dasar dengan perincian 187 buah milik pemerintah dan 79 milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Pekanbaru disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Data SD Negeri dan SD Swasta di Kota Pekanbaru

No. Kecamatan SD Negeri SD Swasta

Secara taksonomi rayap termasuk kedalam Ordo Isoptera yang berasal dari bahasa Yunani, iso berarti sama dan ptera berarti sayap. Nama ini mengacu pada kasta reproduktifnya yang memiliki sepasang sayap depan dan belakang dengan bentuk dan ukuran yang sama. Rayap mempunyai tujuh famili yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (xlyophagus) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa (Nandika, 2003).

(20)

dahulu dengan lingkungan yang disediakan. Hal ini ditandai dengan aktivitas rayap yang masih rendah untuk makan, rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan akan melakukan orientasi makan. Jika makanan yang disediakan atau diumpankan sesuai, maka rayap akan meneruskan makan, akan tetapi jika tidak sesuai rayap akan memilih berpuasa. Rayap yang lemah akan berangsur-angsur mati dan menjadi makanan bagi yang kuat (Supriana 1994). Rayap dalam hidupnya di alam dihadapkan pada keadaan terdapat banyak pilihan makanan sedangkan pada kondisi pengujian rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai, bukan saja tipe makanan yang mengandung selulosa tetapi juga tipe makanan yang paling mudah digigit dan dikunyah (Krishna & Weesner, 1969).

Rayap memiliki siklus hidup yang mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola), dari telur kemudian nimfa sampai menjadi dewasa. Setelah menetas dari telur, nimfa akan menjadi dewasa melalui beberapa instar (bentuk diantara dua tahap perubahan). Perubahan yang gradual ini berakibat terhadap kesamaan bentuk badan secara umum, cara hidup dan jenis makanan antara nimfa dan dewasa. Namun, nimfa yang memiliki tunas, sayapnya akan tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap telah mencapai tingkat dewasa (Prasetiyo dan Yusuf, 2005).

(21)

gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Purnasari, 2011).

Berdasarkan habitatnya, menurut Hunt and Garrat, (1986) dalam

Tambunan dan Nandika (1989) rayap dibagi ke dalam beberapa golongan diantaranya:

 Rayap kayu basah (dampwood termite) adalah golongan rayap yang biasa

menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya terletak di dalam kayu tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Contoh dari golongan ini adalah Glyprotermes spp. (famili Kalotermitidae)

 Rayap kayu kering (drywood termite) adalah golongan rayap yang biasa

menyerang kayu-kayu kering, misalnya pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain.Sarangnya terletak di dalam kayu dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Rayap kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air 10-12 % atau lebih rendah. Contoh dari golongan ini misalnya Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae).

 Rayap pohon (tree termite) adalah golongan rayap yang menyerang

pohon-pohon hidup.Mereka bersarang di dalam pohon-pohon dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah.Contoh dari golongan ini misalnya Neotermes spp. (famili Kalotermtidae).

 Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang

(22)

mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat

Cryptobiotic (menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae (Hunt and Garrat, 1986 dalam Tambunan dan Nandika, 1989).

Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan yaitu:

1. Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan perukaran bahan makanan.

2. Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap (calon kasta reproduktif) dimana mereka selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan cahaya (terang). 3. Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang

lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan kekurangan makanan.

(23)

Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari 2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 famili, 15 sub-famili dan 200 genus. Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah subtropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50° Lintang Utara dan 50° Lintang Selatan (Nandika, 2003).

Tarumingkeng (2003) menyatakan jenis-jens rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam family Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan termitidae: 1. Famili Kalotermitidae

Jenis –jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitive koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis –jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignatus dan Coptotermes travian. Organisasi dari family ini sedikit lebih maju dari family Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

(24)

antara lain Ondototermes, Microtermes, macrotermes. Namun diantara rayap – rayap itu yang paling penting menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis Captotermes curvignathus. Kemampuanya dalam menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal maupun vertikal mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempat-tempat yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tanah, dan ukuran populasinya tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus maupun Microtermes inspiratus, sebarab rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola spasialnya berbeda (Rismayadi,1999). Menurut Rismayadi (1999) rayap tanah

Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari sarangnya yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam centimeter.

Koloni Rayap

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing – masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit, kasta pekerja atau kasta palsu dan kasta reproduksi.

Kasta Prajurit

(25)

dijumpai kasta prajurit dengan ukuran yang berbeda (polimorfisme), yaitu; prajurit berukuran besar (prajurit major); prajurit berukuran kecil (prajurit minor); dan antara keduanya kadang – kadang dijumpai prajurit yang berukuran sedang (prajurit intermediet). Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebrata predator. Kasta prajurit mampu menyerang musuhnya dengan mandible yang dapat menusuk, mengiris dan menjepit. Beberapa kasta prajurit dari golongan rayap tertentu menyerang musuhnya dengan cairan hasil sekresi kelenjar frontal atau kelenjar saliva.

Kasta Pekerja

Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, karena 80 - 90 % populasi dalam koloni merupakan kasta pekerja (Nandika, D et al, 2003). Kasta ini berwama pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa.

(26)

Kasta Reproduktif

Kasta reproduktif terdiri dari individu seksual betina (ratu) yang bertugas untuk bertelur dan jantan (raja) yang bertugas membuahi betina. Kasta ini dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif suplementer atau neoten. Kasta reproduktif primer adalah serangga dewasa yang bersayap dan merupakan pendiri koloni. Kasta reproduktif suplementer muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni

(Nandika, 2003).

Koloni akan membentuk ratu atau raja baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru. Borror et al (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu.

(27)

selulosa dalam usus belakangnya. Ada beberapa hipotesis tentang peranan bakteri yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat tinggi yaitu melindungi rayap dari bakteri asing, asetogenesis, fiksasi nitrogen, methanogenesis dan metabolisme pyruvat. Meskipun bakteri tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses pencernaan rayap namun bakteri ini akan disebarkan oleh rayap pekerja kepada nimfa-nimfa baru (Nandika, 2003).

Perilaku rayap yang sekali-kali mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuhnya dengan lainnya (perilaku trofalaksis) merupakan cara rayap menyampaikan bakteri dan protozoa berflagellata bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis) untuk menginjeksi kembali invidu rayap tersebut. Di samping itu, juga merupakan cara menyalurkan makanan ke anggota koloni lainnya (Nandika, 1991).

Sama seperti pada rayap tingkat tinggi, bakteri yang terdapat dalam usus belakang rayap tingkat rendah juga mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan, meskipun bakteri ini tidak berperan utama dalam proses dekomposisisi selulosa. Protozoa yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat rendah merupakan protoza flagellata.Lebih dari 400 spesies protozoa flagellata telah diidentifikasi dalam usus belakang rayap tingkat rendah (Nandika, 1991).

(28)

sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa. Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan adanya kehadiran protozoa dalam usus belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap berlangsung dalam keadaan anaerobik.

Cara Penyerangan

Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastic, kabel dan penghalang fisik lainnya. Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, rayap dapat menembus lubang terbuka atau celah sekecil satu per enam puluh empat inci. Baik celah pada

slab, disekitar celah kayu atau pipa ledeng, celah antara pondasi dan tembok, maupun pada kuda – kuda atap (Nandika, 2003).

Rayap juga dapat membuat lubang diatas pondasi, terus keatas sehingga mencapai kuda – kuda dan diseluruh permukaan tembok. Dengan demikian rayap mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain :

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah 2. Masuk melalui retakan – retakan atau rongga pada dinding dan pondasi 3. Dengan cara membuat liang – liang kembara diatas permukaan kayu

beton, pipa dan lain – lain.

4. Menembus obyek – obyek penghalang seperti plastic, logam tipis, dan lain – lain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.

(29)

didalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber – sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Kondisi ini berlaku pada rayap tanah Coptotermes curvignathus yang hidupnya mutlak tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupan rayap (Nandika 2003).

Rayap yang memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah adalah rayap kayu kering. Serangga ini memiliki kemampuan hidup pada kayu – kayu kering didalam bangunan gedung; tidak membangun sarang atau liang – liang kembara diatas permukaan kayu tetapi membangun liang – liang kembara atau sarangnya hanya didalam kayu.

Rayap kayu kering dapat mencapai sasarannya melalui dua cara :

1. Laron yang bersialang menemukan obyek sasaran dan mampu berkembang karena obyek tidak tertutup (misalnya cat pelindung yang tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan dan lain – lain

2. Obyek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan.

Nandika (2003) mengungkapkan bahwa serangan rayap kayu kering umumnya tidak terbatas pada kayu struktur bangunan tetapi juga seringkali menyerang barang – barang mebeler (meja, kursi, dipan, kitchen set, dan lain – lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang berlignoselulosa lainnya seperti kertas atau buku, kain, karpet dan lain – lain.

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

(30)

rayap pada bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat mengesankan. Hal ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor dan bangunan gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar (Nandika, 2003).

Laporan tentang masalah tersebut telah dikumpulkan hampir dari seluruh daerah (propinsi) di Indonesia. Bahkan Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintahan saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahun. Jumlah tersebut jelas belum meliputi kerugian pada bangunan gedung (perumahan) milik masyarakat.

Kerugian material akibat serangan rayap tanah pada tahun 1995 hampir mendekati angka 1,67 trilyun (Nandika et al., 2003). Fenomena ini menstigmakan rayap sebagai musuh utama manusia dalam memperoleh produk-produk berselulosa. Berdasarkan fenomena ini Sukartana et al.(2002) menyatakan bahwa parameter kualitas keawetan kayu adalah kemampuannya dalam menghadapi penghancuran oleh rayap.

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap

(31)

serangan rayap dan pemberantasan atau menyembuhkan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang paling baik adalah melakukan pencegahan serangan rayap sebelum konstruksi dibangun karena disamping secara ekonomis lebih murah, tindakan ini jauh lebih mudah dilakukan (Nandika, 2003).

Pada prinsipnya proses pengendalian rayap pada bangunan gedung dan rumah adalah dengan perlakuan tanah (soil treatment) dan menggunakan kayu dengan keawetan tinggi atau kayu yang telah diawetkan (wood treatment). Ada dua metode perlakuan tayap yang ditentukan menurut saat aplikasi dilakukan yaitu metode pra perlakuan/pra konstruksi (pre-treatment) yang mengacu pada SNI-03-2404-1991 dan pasca perlakuan/pasca konstruksi (post-treatment) yang mengacu pada SNI-03-2405-1991 (Nandika, 1996).

Pra Konstruksi

Perlakuan pengendalian dan pencegahan terhadap serangan rayap yang dilakukan pada bangunan, mulai sejak saat selesainya penggalian parit pondasi sampai saat siapnya lantai bangunan sebelum pemasangan lantai yang meliputi :

1. Penyemprotan larutan anti rayap yang telah disiapkan pada seluruh bidang galian dengan dosis penggunaan kurang lebihnya 5 liter larutan anti rayap permeter persegi permukaan.

(32)

3. Perlakuan juga diberikan pada permukaan lantai sebelum pemasangan lantai kerja (ubin, keramik, marmer), juga seluruh keliling bangunan setelah konstruksi bangunan selesai seluruhnya.

4. Perlakuan terhadap seluruh kayu bangunan misalkan , seperti kuda-kuda, kaso, reng, rangka plafon, kusen pintu, jendela serta lainnya.

Pasca Konstruksi

Perlakuan pengendalian dan pencegahan serangan hama rayap yang dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri dengan cara aplikasi pengeboran dan penyuntikan (driling dan injecting)

1. Pembuatan lubang injeksi dengan pengeboran dibagian kiri kanan pondasi ( garis dinding ) dengan diameter 6-10 mm pada jarak 15 cm dari dinding dengan jarak antar lubang 30-40 cm sampai kedalaman 20-30 cm ( hingga menembus bagian tanah ).

2. Lalu dilakukan penyuntikan ( injeksi ) larutan anti rayap dengan dosis kurang lebih 1,5 liter perlubang injeksi.

3. Setelah penyuntikan selesai kemudian lubang injeksi ditutup kembali sesuai dengan warna semula.

4. Pada taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan penyuntikan pada sekeliling pohon dan permukaan taman dengan jarak 1 meter serta penyemprotan pada seluruh permukaan taman secara merata. 5. Pada Taman dilakukan penyuntikan di sekeliling dinding pagar dan

(33)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 - Agustus 2014 Identifikasi rayap dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan. Penelitian ini berlokasi di seluruh SD Negeri bagian timur Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Pekanbaru, daftar nama dan letak Sekolah Dasar Negeri di Bagian Timur Kota Pekanbaru dan data harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja.

Alat penelitian

Alat- alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah kamera digital, stoples, meteran, pinset, obeng, tallysheet dan kuisioner, alat tulis menulis serta GPS Receiver.

Batasan Studi

(34)

pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang, tiang, kursi, meja, papan tulis dan lemari yang terbuat dari kayu.

Metode Penelitian

Pengumpulan data primer

Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan dari kerusakan bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Data - data yang diperoleh dari komponen tersebut dikonversi kedalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap.

Pengumpulan data sekunder:

Data sekunder yang digunakan meliputi: 1. Peta Kota Pekanbaru

2. Harga Kayu di Pasaran

3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu

4. Data Bangunan Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko Pekanbaru, 2014)

(35)

∑ ̅

̅

̅ √

Pengolahan Data

1. Perhitungan kerugian ekonomis

Keterangan :

Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = Total bangunan sampel

Kn = nilai kerugian masing – masing komponen n = 1,2,3...m komponen

2. Perhitungan range kerusakan bangunan sekolah dengan menggunakan rumus Standar Deviasi (S)

Keterangan :

S2 = standar Deviasi n = jumlah contoh xi = nilai kerugian ke - 1

= nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap i = 1,2,3...total bangunan sampel

3. Perhitungan Interval untuk rata-rata

Dimana

(36)

̅

̅

Keterangan :

= Nilai rata-rata hasil pengukuran S = Standar error

tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95%

S = Standar Deviasi

n = 1,2,3... m Komponen

Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria :

1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5% dan dianggap tidak perlu dilakukan penggantian tetapi memperhitungkan harga kayu yang rusak.

2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20% dan dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan.

3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20% dan mempunyai dua posisi serangan yaitu antara bagian ujung, tengah dan pangkal maka unit tersebut perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak dan upah perbaikan.

4. Pendugaan persamaan kerugian ekonomis bangunan SD Negeri bagian Timur diformulasikan dalam persamaan regresi berikut :

Y= a+ bx1+ cx2 + dx3 + ...

Dimana :

(37)

b,c,d..= Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = Faktor penduga usia bangunan

x2 = factor penduga usia perbaikan

x3 = Faktor penduga luas bangunan

x4 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai

5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri

Bentuk bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Pekanbaru umumnya beragam, mulai dari yang bentuknya kecil dan sederhana sampai yang bangunannya bertingkat. Rata-rata bangunan SDN di kota Pekanbaru telah mengalami renovasi baik bagian dalam maupun bagian luar sekolah (Gambar 1).

a b

Gambar 1. Gedung Sekolah, a. SDN 26 Kecamatan Sail, b. SDN 170 Kecamatan Bukit Raya

(39)

yang baru terutama meja dan kursi. Asal-usul areal bangunan sekolah kebanyakan adalah lahan gambut. Gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5 (Hartatik et al., 2004). Keasaman (pH) tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan tanah. Rayap tanah merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang memiliki kisaran toleransi yang cukup lebar terhadap pH tanah(Edwards & Lofty, 1977). Karakteristik bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik-karakteristik bangunan SD Negeri di kota Pekanbaru

(40)

Komponen bangunan yang telah disurvei rata-rata masih menggunakan kayu sebagai bahan utama walaupun pada meja dan kursi telah diganti menggunakan baja ringan pada bagian kaki dan sandaran kursi (Gambar 2). Selain karena factor keawetan dan tahan rayap dan karat, baja ringan mempunyai kelebihan yaitu kekuatan struktur yang lebih bagus, seperti lebih kuat dan lebih kaku (Wildensyah, 2010). Pemakaian baja ringan pada komponen sekolah menyebabkan kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap berkurang.

a b

c d

(41)

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru

Kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru sangat bervariasi. Dalam penghitungan kerugian ekonomis terhadap bangunan sekolah dasar negeri di kota Pekanbaru, digunakan 2 jenis kayu yaitu kayu tembesu dan kayu meranti sebagai penggantinya. Hal ini dikarenakan kedua jenis kayu tersebut adalah jenis kayu yang paling sering digunakan di kota Pekanbaru.

Bangunan yang memiliki kerugian yang paling besar akibat serangan rayap adalah SD Negeri 52 yang terletak di kecamatan Lima Puluh dengan kerugian apabila menggunakan kayu tembesu adalah Rp.34.890.000 dan apabila menggunakan meranti adalah sebesar Rp.23.398.000. Sedangkan nilai kerugian yang paling kecil akibat serangan rayap adalah SD Negeri 30 yang terletak di kecamatan Lima Puluh dengan kerugian apabila menggunakan kayu tembesu adalah Rp.750.000 dan apabila menggunakan kayu meranti sebesar Rp.550.000 (Tabel 3).

(42)

memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Agus, 2008).

Kemungkinan rayap dapat menyerang suatu bangunan adalah melalui akses seperti retakan-retakan atau lubang pada dinding atau lantai bangunan. Bisa juga melalui liang kembara yang dibuat oleh rayap tanah agar rayap bisa mencapai daerah yang lebih jauh.

Tabel 3. Biaya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru.

Kecamatan Sekolah Tembesu (Rp) Meranti (Rp)

Lima Puluh SDN 34 Pekanbaru Kota SDN 58

SDN 82 Rumbai Pesisir SDN 25

SDN 55

Jumlah 303.365.000 222.259.000

(43)

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan

Objek pengamatan pada penelitian ini adalah data-data kerugian ekonomis yang disebabkan oleh serangan rayap pada berbagai komponen bangunan di SD Negeri bagian timur Kota Pekanbaru. Nilai kerugian yang disajikan adalah total gabungan nilai kerugian masing-masing komponen dari berbagai SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru. Data tersebut disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru

Jenis

Pintu+kusen 21 1.600.000 38.850.000 900.000 24.150.000 Jendela+kusen 59 1.000.000 67.260.000 700.000 49.560.000 Kuda-kuda 8 7.340.000 63.520.000 5.378.000 47.824.000 Resplank 24 1.445.000 39.120.000 850.000 24.840.000

Kursi 14 110.000 1.960.000 90.000 1.680.000

Meja 53 325.000 19.875.000 225.000 14.575.000

Lemari 31 2.200.000 69.750.000 1.800.000 57.350.000 Papan tulis 5 550.000 3.030.000 400.000 2.280.000

Tabel 4 menunjukkan bahwa komponen bangunan seperti jendela dan kusennya adalah komponen bangunan yang paling banyak mengalami serangan rayap. Hal ini disebabkan karena bagian bangunan tersebut adalah bagian bangunan yang paling jarang diganti atau direnovasi dibandingkan dengan perabot – perabot sekolah lainnya sehingga kemungkinan rayap untuk menyerang kayu

(44)

Sebanyak 59 buah komponen jendela dan kusennya mengalami serangan akibat rayap dan apabila dikonversikan kedalam rupiah maka kerugian dengan menggunakan kayu tembesu adalah sebesar Rp.67.260.000 dan apabila menggunakan meranti kerugiannya sebesar Rp.49.560.000. Sedangkan kerusakan pada komponen sekolah yaitu lemari sebanyak 31 unit mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Apabila dilakukan penggantian lemari maka total biayanya jika menggunakan kayu tembesu adalah Rp.69.750.000. dan apabila menggunakan kayu meranti maka total biayanya adalah Rp.57.350.000.

a b

(45)

e f

Gambar 3. Komponen-komponen yang terserang rayap : a. Kusen pintu, b. Daun jendela, c. Daun pintu, d. Daun jendela, e. Meja, f. Lemari.

(46)

Gambar 4. Langit-langit bangunan sekolah yang lapuk akibat rembesan air hujan

(47)

Tabel 5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 30 bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru

Jenis rayap Parameter Tembesu Meranti Rayap tanah Jumlah 172.390.000 130.014.000

Rata-rata

Jumlah 130.975.000 92.245.000

Rata-rata

Jumlah 303.365.000 232.630.000

Rata-rata

(48)

mengalami kerugian yang lebih besar daripada kerugian akibat serangan rayap kayu kering. Kerugian akibat serangan rayap tanah untuk jenis kayu tembesu mencapai Rp. 172.390.000 dengan rata-rata kerugian mencapai Rp. 57.463.000. Interval kerugian akibat serangan rayap tanah pada 30 bangunan SD Negeri bagian timur kota Pekanbaru berkisar antara Rp. 43.622.916,54 hingga Rp.71.303.083,46. Persentase serangan rayap tanah sebesar 56,82%. Sedangkan

kerugian yang diakibatkan oleh serangan rayap kayu kering mencapai Rp. 130.975.000 untuk jenis kayu tembesu dengan rata-rata kerugian mencapai

Rp. 43.658.333. Interval kerugian akibat serangan rayap kayu kering berkisar antara Rp. 26.893.851,26 hingga Rp. 60.422.814,74. Persentase akibat serangan rayap kayu kering yaitu sebesar 43,17%. Gabungan serangan rayap tanah dan rayap kayu kering menghasilkan kerugian sebesar Rp. 303.365.000 dengan rata-rata kerugian mencapai Rp. 37.920.625. Nilai interval kerugian akibat gabungan

serangan kedua jenis rayap ini berkisar antara Rp. 27.454.931,38 hingga Rp. 48.386.318,62.

(49)

sebesar 41,5%. Gabungan serangan rayap tanah dan rayap kayu kering menghasilkan kerugian sebesar Rp. 222.259.000 dengan rata-rata kerugian mencapai Rp. 27.782.375. Nilai interval kerugian akibat gabungan serangan kedua jenis rayap ini berkisar antara Rp. 19.914.821,36 hingga Rp. 35.649.928,36.

(50)

Persentase Kerusakan Bangunan SD Negeri Bagian Timur Pada Kota Pekanbaru

Jumlah bangunan SD Negeri di kota Pekanbaru adalah 187 buah. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 bangunan SD Negeri bagian timur kota Pekanbaru. Terdapat 6 kecamatan di kota Pekanbaru bagian timur dan dari masing-masing kecamatan diambil 5 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bangunan SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru terserang rayap dengan jenis kerusakan ringan dan sedang.

Table 6. Persentase Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan

(51)

Persentase kerusakan terbesar terdapat pada SD Negeri 86 di kecamatan Rumbai Pesisir dengan persentase kerusakan sebesar 13,61% dari total komponen bangunan yang terbuat dari kayu pada komponen bangunan tersebut. Sedangkan persentase terkecil terdapat pada SD negeri 125 di kecamatan Pekanbaru Kota dengan persentase kerusakan sebesar 0,78%. Persentase kerusakan yang didapat merupakan persentase total volume setiap komponen bangunan yang rusak dibagi volume total seluruh komponen bangunan. Gambar 6 menunjukkan tingkat kerusakan bangunan SD Negeri bagian timur kota Pekanbaru yang didominasi kerusakan sedang.

Gambar 5. Histogram persentase kerusakan 30 SD Negeri bagian Timur di kota Pekanbaru

Gambar 6 menunjukkan bahwa dari 30 SD Negeri bagian Timur di Kota Pekanbaru, jenis kerusakan yang mendominasi adalah jenis rusak ringan yaitu sebanyak 17 sekolah dari total 30 sekolah dengan persentase 56,67%. Sedangkan sekolah yang mengalami rusak sedang sebanyak 13 sekolah dari total 30 sekolah dengan persentase 43,33%. Hal ini menunjukkan bahwa 13 sekolah dasar dengan kerusakan sedang perlu dilakukan penggantian. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(52)

Remran (1993) dalam Romaida (2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan kriteria : rusak ringan (<5%) dianggap tidak perlu dilakukan penggantian, rusak sedang (5-20%) dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan rusak berat (kerusakan >20%) perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan. Bervariasinya jenis kerusakan yang terdapat pada berbagai SD Negeri dapat disebabkan karena usia bangunan yang sudah tua atau karena sudah lama tidak direnovasi. Renovasi yang tidak merata antar satu sekolah dengan sekolah lain juga menyebabkan bervariasinya jenis kerusakan. Renovasi yang tidak merata disebabkan banyaknya jumlah SD Negeri yang terdapat di Kota Pekanbaru yaitu sebanyak 187 buah. Jenis Rayap Perusak Kayu

(53)

Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Untuk hidupnya mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat Cryptobiotic

(menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae.

Identifikasi jenis rayap yang dilakukan di lapangan adalah dengan melihat bekas serangannya. Bekas serangan rayap kayu kering akan menyisakan ekskremen-ekskremen/butiran-butiran sedangkan serangan rayap tanah dapat diketahui dengan melihat jalur-jalur liang kembara yang ditinggalkannya. Gambar 6 memperlihatkan jenis rayap tanah dan rayap kayu kering.

a b

(54)

Model penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu tembesu

Parameter yang dijadikan sebagai bahan untuk membuat model penduga kerugian ekonomis bangunan SD Negeri baik menggunakan standar harga kayu Tembesu dan standar harga kayu Meranti Kuning antara lain : usia bangunan, usia perbaikan, jumlah kelas, luas bangunan, luas tanah, dan jarak bangunan dari sungai.

Model regresi penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu tembesu adalah:

Y = 7.100,92 (Luas Bangunan) + 894.371,1 (Usia Perbaikan)

Berdasarkan model regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa dari enam (6) parameter hanya dua (2) parameter saja yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap besarnya kerugian yaitu ; luas bangunan dan usia perbaikan. Dari model regresi tersebut juga dapat dilihat bahwa koefisien luas bangunan dan usia perbaikan yang bernilai positif menunjukkan setiap penambahan luas bangunan sebesar 1 m2 maka kerugian ekonomis juga akan bertambah sebesar Rp. 7.100,92 dan untuk setiap penambahan 1 tahun dari usia perbaikan maka kerugian ekonomis juga akan bertambah Rp. 894.371, 1.

Model penduga kerugian ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti kuning

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 30 sampel bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru untuk jenis kayu tembesu sebesar Rp. 303.365.000 dengan rata-rata kerugian Rp. 37.920.625 dan untuk jenis kayu meranti sebesar Rp. 222.259.000 dengan rata-rata kerugian Rp. 27.782.375. 2. Terdapat 2 jenis rayap yang ditemukan yaitu rayap tanah (Microtermes

inspiratus) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynochepalus).

3. Kerugian terbesar diakibatkan oleh rayap tanah yaitu sebesar Rp. 172.390.000 untuk jenis kayu tembesu dan Rp. 130.014.000 untuk jenis

kayu meranti. Serangan akibat rayap kayu kering mengalami kerugian sebesar Rp. 130.975.000 untuk jenis kayu tembesu dan Rp. 92.245.000 untuk jenis kayu meranti.

4. Model regresi menggunakan standar harga kayu tembesu yaitu Y = 7.100,92 (Luas Bangunan) + 894.371,1 (Usia Perbaikan), sedangkan model

regresi menggunakan standar harga kayu meranti yaitu Y = 4.770,73 (Luas Bangunan) + 626.628,12 (Usia Perbaikan).

Saran

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F dan I.M.G. Subiksa. 2008. Lahan Gambut Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

BAPPEDA Riau, 2012.RPJMD Kota Pekanbaru tahun 2012-2017. Pekanbaru. Belitz L dan Waller D. 1998.Effect of Temperature and Termite Reticulitermes

Flavipes Kollar.New York Incorporation. New York.

Borror JD, Triplehorn AC. Dan Jhonson FN. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru,2014. Sekolah Dasar Di Kota Pekanbaru.

Pekanbaru.

Edwards, A.C dan Lofty, R. 1972. Biology of Earthworms. Champman and Hall LTD. London.

Hadhi, P.S. 2009. Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Pertanian USU. Medan. Tidak Dipublikasikan.

Hadioetomo IY. 1983. Pengendalian Rayap Tanah pada Bangunan dengan Soil Treatment. Makalah dalam Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan.Kerjasama DITABA dengan Ikatan Arsitek Indonesia. Jakarta.

Hartatik, W., K. Idris, S. Sabiham, S. Djuniwati, dan J.S Adiningsih. 2004.

Pengaruh pemberian fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut yang diberi bahan ameliorant tanah mineral terhadap serangan P dan efisiensi

pemupukan P. Prosiding Kongres Nasional VIII HITI. Universitas Andalas. Padang.

Hunt GM. dan Garrat GA. 1986. Pengawetan Kayu. (terjemahan Mohammad Jusuf) Edisi I. Akademika Pressindo. Jakarta.

Jambak, N. 1990. Kerugian Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan di Kotamadya Dati II Bogor. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Krishna K dan Weesner FM. 1969.Biology of Termites.Academic Press. New York.

(57)

Nandika, D. Soenaryo dan Aswin S. 1996.Kayu dan Pengawetan Kayu Dinas Kehutanan. Jakarta.

Nandika, R. Raffiudin dan E.A.Husaeni.1991.Biologi Rayap Perusak Kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pearce, M.J. 1997. Termites Biology and Pest Management. Wallingford. Cabi. Prasetiyo, K.W. dan S. Yusuf, 2005.Mencegah dan Membasmi Rayap Secara

Ramah Lingkungan dan Kimiawi.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Purnasari, Treshandila. 2011. Keanekaragaman dan Biomassa Rayap Tanah di Kebun Kelapa Sawit Dan Kebun Pekarangan Pada Lahan Gambut Dikawasan Bukit Batu, Riau. Universitas Riau, Pekanbaru.

Rahmawati, D. 1995. Perkiraan Kerugian Serangan Rayap di Indonesia. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan.IPB. 2007. Bogor.

Remran. 1993. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Pulau Batam.Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak dipublikasikan.

Rismayadi, Y. 1999. Penalaahan Daya Jelajah dan Ukuran Populasi Koloni Rayap Tanah Schedorhino termes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae) serta Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera:Termitidae). Tesis, Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.

Romaida, 2002.Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon [Skripsi] Jatinangor.Fakultas Kehutanan, UNWIM.

Sigit, S.H, Hadi, U.K. 2006. Hama Pemukiman Indonesia Pengenalan, Biologi dan Pengendalian. Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman (UKPHP) FKH-IPB. Bogor.

Sukartana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung. Sulaiman. 2005. Keterandalan Konstruksi Bangunan Pendidikan (Studi kasus

pada gedung SD). Desertasi. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Tidak dipublikasikan.

Supriana, N. 1994. Perilaku Rayap. Bogor : Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Kehutanan.

Tambunan B, Dodi N. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi : Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1. Data SD Negeri dan SD Swasta di Kota Pekanbaru
Gambar 1. Gedung Sekolah, a. SDN 26 Kecamatan Sail, b. SDN 170 Kecamatan Bukit Raya
Tabel 2. Karakteristik-karakteristik bangunan SD Negeri di kota Pekanbaru
Gambar 2. Komponen bangunan yang memakai baja ringan : a dan b. Kursi dan meja. Komponen yang terbuat dari kayu : c
+7

Referensi

Dokumen terkait

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue &amp; Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama terlampir yang

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a

Dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung, siswa mampu mempresentasikan perbandingan akar pada tumbuhan yang berbeda dengan mandiri.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan

The research team from Military University of Technology, Faculty of Civil Engineering and Geodesy, Geodesy Institute, Department of Remote Sensing and Photogrammetry has designed

• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi