ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) Tbk SBU DISTRIBUSI WILAYAH III MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
DESSY KARTIKA F KOTO
NIM 122101086
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : DESSY KARTIKA FITRI KOTO NIM : 122101086
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT
PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU DISTRIBUSI WILAYAH III MEDAN
TANGGAL :………..2015 DOSEN PEMBIMBING
Nip:195804271985032002 Dra.Marhayanie, M.Si
TANGGAL :…………2015 KETUA PROGRAM STUDI
Nip: 197411232000122001 Dr. YeniAbsah, SE, M.Si
TANGGAL :…………2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nip: 195604071980021001
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahi Robbil Alamin.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmatnya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul : Analisis Manajemen Risiko Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) tbk SBU Distribusi wilayah III Medan.
Tugas Akhir ini dilakukan guna memennuhi salah satu syarat pemenuhan kurikulum dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Dipoma III manajemen Keuangan Universitan Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing penilisan tugas akhir ini.
4. Bapak Yosviandri selaku General Manajer di PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk SBU Distribusi Wilayah III Medan.
5. Kedua orang tuasayatercintaAyahandaRusdi KotodanIbundaLasmaida Siregardanseluruh keluarga yang telahbersusahpayahmendidik, membesarkandanmembimbingpenulishinggasaatini,
4
6. Kepada adik-adik ku Dwi Putri Ramadhani, Cindy Laurenza Hasanah, Arif Tanzil
Dan kepada tante Kristina Siregar dan Augusni Siregar yang telah memberikan semangat.
7. Untukteman-teman D-III Manajemen Keuangan 2015 yang tidakbisasayasebutkansatupersatuterimakasihbuatdukungan kalian.
8. Dan temanseperjuangan saya Maya Amelia Koto, Jessica Lestari, Khairunnisa Nasutiondan Zahara Julita Putri Ginting terimakasihbuatpengertiannya, candatawadansupportnyamudah-mudahankitasuksessemuaya. Amin.
9. Buat seseorang yang selalu menemani dan membantu menyelesaikan Tugas akhir ini, akhirnya kita wisuda sama-sama heheheheehehehheheheheh.
10. Dalamkesempataninipenulisjugainginmengucapkanterimakasihkepadasem uapihak yang telahmembantudanmemberikandukungan, penulisucapkanterimakasih.
Penulismenyadaribahwapenyusunan Tugas
Akhirinibelumsempurnabaikpenulisanmaupunisikarenaketerbatasankemampuanpe nulis.Olehkarena itu, penulis mengharapkankritikdan saran yang sifatnyamembangundaripembacauntukpenyempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata
penulismengharapkansemoga Tugas Akhir
inidapatmemberikanmanfaatbagipembacasekaliansebagaipenambahilmupengetahu anmaupunsebagailiteratur.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Medan, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang masalah. ... 1
B. Perumusan Masalah. ... 3
C. Tujuan Penulisan. ... 3
D. Manfaat Penulisan. ... 3
BAB II PROFIL PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK A. Sejarah PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk . ... 4
1. Sejarah Ringkas. ... 4
2. Landasan Hukum. ... 5
3. Visi, Misi, danNilai-nilai Budaya PT. PGN . ... 6
4. Perilaku Utama Insan/Pekerja PT. PGN . ... 8
B. Strategi danTujuan Perusahaan . ... 11
1. Strategi Perusahaan . ... 11
2. Tujuan Perusahaan . ... 11
C. StrukturOrganisasi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk . 12 D. Job Description (Deskripsi Tugas) . ... 14
E. Jaringan Usaha atau Kegiatan. ... 20
1. Kegiatan Usaha Distribusi. ... 20
2. Kegiatan Usaha Transmisi. ... 22
F. Kinerja Usaha Terkini . ... 23
G. Galeri Logo PGN . ... 27
BAB III PEMBAHASAN A. PengertianManajemenRisiko . ... 28
B. Tahapandalammanajemenrisiko . ... 30
C. KebijakanManajemenRisiko . ... 31
2. Kriteria Penilian Risiko . ... 34
D. OrganisasiManajemenRisiko ... . 37
1. Pronsip-prinsip Satuan Kerja Manajemen Risiko . ... 37
2. Perandan Tanggung Jawab. ... 39
E. ImplementasiManajemenRisikoPerusahaan …..……… ... .44
F. Penanggulangan Risiko ……… .... 46
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...48
B. Saran...49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sturktur Organisasi ... 13
Gambar 2.2 Logo lama PT PGN ... 27
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pencatatan saham ...26
Tabel 3.1 Kriteria Dampak Risiko ...34
Tabel 3.2 Kriteria Kemungkinan Terjadinya Risiko...35
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua orang menyadari bahwa dunia penuh dengan ketidakpastian,
kecuali kematian, yang meskipun demikian juga tetap mengandung
ketidakpastian di dalamnya, antara lain mengenai kapan, karena apa kejadian itu
terjadi. Dimana ketidak pastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan)
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih-lebih dalam dunia bisnis,
ketidakpastian beserta risikonya merupan sesuatu yang tidak dapat diabaikan
begitu saja, malah harus diperhatikan secara cermat.
Risiko itu sendiri adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian dan dapat menimbulkan dampak bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kebutuhan untuk mengelola risiko, yaitu risiko kredit dan risiko pasar dilembaga
perusahaan dan asuransi sudah menjadi perhatian yang serius. Sejak Basel II
(Basel Capital Accord II) dalam perannya sebagai regulator dan pengawas
perbankan di Indonesia mulai di sosialisasikan dan diwajibkan bagi lembaga
perusahan, mulailah dikenal jenis risiko yang jauh lebih luad dari pada risiko
kredit dan risiko pasar yaitu risiko operasional. (Djojosoedarso, 1999)
Risiko operasional yaitu potensi terjadinya kerugian karena kesalahan
manusia atau kegagalan proses dan pengendalian dalam operasinal sehari hari.
Pengelolaan risiko opersional bertujuan untuk mengantisipasi potensi kerugian
yang telah atau hampir terjadi yang disebabkan karena kurang memadai atau tidak
memadai atau tidak berfungsinya proses proses internal, faktor kesalahan
dapat berpengaruh negatif terhadap operasional perusahaan. Manajemen risiko
merupakan salah satu element penting dalam menjalankan bisnis perusahaan
karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta menngkatnya
kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko
yang dialamin perusahaan. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko
adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga
perusahaan mengelola resiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis
dengan pengelolan resikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil
optimal dari opersionalnya.
Dalam mencapai tujuannya, Perusahaan menghadapi berbagai kemungkinan
kejadian-kejadian yang dapat muncul. Kejadian kejadian tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap pencapain tujuan Perusahaan. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu penerapan kerangka kerja
terintegrasi yang mencakup hal hal strategis maupun hal hal operasional dalam
segala tingkatan dan fungsi yang terkait dengan lingkungan usaha Peusahaan yang
dapat membantu Perusahan mengelola kemungkinan dan dampak atas kejadian
kejadian berdampak negatif yang dapat dialami oleh perusahaan.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, semua orang (khususnya
pengusaha dalam hal ini PT Perusahaan Gas Negara) selalu harus berusaha untuk
menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar
kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak
diminimumkan.Dengan landasan pemikiran diatas, mendorong keinginaan penulis
penulis memilih judul “Analisis Manajemen Risiko Pada PT Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk SBU Distribusi Wilayah III Medan”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan dan kebijakan manajemen risiko pada PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ?
2. Bagaimana penanggulangan risiko pada PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan dan kebijakan manajemen risiko pada PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui Penanggulangan risiko pada PT Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, diharapkan dapat mengembangkan dan memperluas wawasan pengetahuan yangberkaitan dengan manajemen risiko.
2. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat memberikan pencapaian tujuan perusahaan, melalui implementasi manajemen risiko yang optimal
sehingga seluruh risiko yang dapat mengganggu pencapaian tujuan
dapat diantisipasi.
3. Bagi Pembaca, diharapkan dapat dijadikan referensi dan penelitian penelitian selanjutnya sejenis, khususnya berkaitan dengan analisis
BAB II
PROFIL PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
A. Profil PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk 1. Sejarah Ringkas
PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk atau sering disebut PGN dengan kode
transaksi perdagangan Bursa Efek Indonesia “PGAS”, merupakan sebuah
perusahaan milik Negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama
Firma LJN Enthoven & Co. Kemudian pada tahun 1950, oleh pemerintah
Belanda, perusahaan tersebut diberi nama NV Overzeese Gas en Electriciteit (NV
OGEM). Namun pada tahun 1985, Pemerintah Republik Indonesia mengambil
alih kepemilikan firma tersebut dan mengubah nama menjadi Penguasa
Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG) seiring dengan perkembangan
Pemerintah Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan itu beralih menjadi
BPU-PLN.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19/1965,
perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan
Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan peraturan pemerintah No.27 tahun
1984, perseroan berubah status hukumnya dari Perusahaan Negara (PN) menjadi
Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum
menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh Negara berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 489 tanggal 30
Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji SH. Seiring dengan
perusahaan diubah dengan Akta Notaris No.5 dari fathiah Helmi SH tanggal 13
November 2003, yang antara lain berisi tentang perubahan struktur permodalan.
Perubahan ini telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam surat keputusan No.C-26467 HT.01.04 Th 2003
tanggal 4 November 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia dengan No.94 Tambahan No. 11769 tanggal 24 November 2003.
Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh penyataan efektif
dari badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham
perdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari
475.309.000saham dari inventasi saham Pemerintah Republik Indonesia,
pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru.
Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero)Tbk. Saham perusahaan telah dicatatkan dalam Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi
perdagangan “PGAS” .
2. Landasan Hukum
Adapun landasan hukum perusahaan menggunakan berbagai
peraturanperundangan antara lain:
a. PP No.19/1965 Dasar Hukum Pendirian.
b. UU Migas No.22 Tahun 2001. Dengan telah disahkannya UU Migas, maka
kerangka hukum bisnis migas di indonesia mengalami perubahan yang
signifikan, tidak hanya terjadi di sektor hulu tetapi juga pada sektor hilir
c. Menteri kehakiman No: C2-7729.HT.01.01.Th 96 Tanggal 31 Mei 1996
tentang Pengesahan badan hukum.
d. Persetujuan Menteri Kehakiaman atas Akta Perubahan Anggaran Dasar No.
C-19905 HT.01.04 Th.99 Tanggal 10 Desember 1999.
e. Undang-Undang RI No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
f. Undang-Undang RI No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
g. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance padan Badan Usaha Milik Negara.
3. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Budaya PGN
Untuk menghadapi tantangan kompetisi usaha dimasa depan, PGN telah
menetapkan Visi dan Misi perusahaan serta merumuskan nilai-nilai yang dianut
perusahaan kedalam suatu budaya perusahaan. Berikut adalah Visi, Misi dan
Nilai-Nilai Budaya PGN:
Visi PGN :
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.
Misi PGN:
Meningkatkan nilai tambah Perusahaan bagi stakeholders melalui:
a. Penguatan bisnis inti dibidang ransportasi niaga gas bumi dan
pengembangannya.
b. Pengembangan usaha pengelolaan gas.
c. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharaan dan keteknikan yang
d. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha
lainnya.
Nilai-Nilai Budaya PGN (ProCISE) :
a. Profesionalisme/Profesionalisme.
b. Penyempurnaan Terus Menerus/continous Improvement.
c. Integritas/integrity.
d. Keselamatan.
Budaya perusahaan merupakan nilai dan falsafah yang telah disepakati dan
diyakini oleh seluruh insan perusahaan sebagai landasan dan acuan bagi
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Perusahaan mendefinisikan budaya
perusahaannya dalam lima asa yang disingkat dengan SMILE.
S= Stastisfaction (kepuasan)
M=Morale (semangat juang)
I=Integrity (integritas)
L=Leadership (kepemimpinan)
E=Enterpreneurship (kewirausahaan)
SMILE juga menjadi pedoman dasar bagi insan Perusahaan untuk
melaksankan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam mengelola
perusahaan.
Manfaat Budaya Perusahaan terhadap Pekerja
a. Memberikan imbalan dan sanksi administratif yang lebih objektif
b. Lebih terjaminnya kebutuhan dalam mengemukakan pendapat dan saran
kepada atasan.
d. Menimbulkan rasa kebanggaan dan rasa memiliki terhadap Perusahaan
e. Membentuk jiwa kebersamaan (esprit de corps) sehingga akan
menumbuhkan semangat sinergitas yang tinggi.
4. Perilaku Utama Insan/Pekerja PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
a) Professinalisme (Profesinalisme)
1) Kompeten di Bidangnya
Setiap insan PGN berprilaku :
a. Memberikan hasil kerja terbaik dengan didukung kompetensi yang
memadai
b. Senantiasa meningkatkan kompetensi diri sesuai tuntutan pekerjaan
c. Berani menyampaikan gagasan/pendangan konstruktif sesuai
dengan bidang keahlian yang dimiliki
2) bertanggung jawab
setiap insan PGN berprilaku
a. Selalu berkerja tuntas serta bertanggung jawab atas tindakan yang
diambil
b. Berani mengambil keputusan sesuai tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan
c. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efektif dan
efisien
b) Penyempurnaan Terus Menerus/ Continuous Improvement
1) Kreatif dan Inovatif
Mampu mengantisipasi adanya peluang dan perubahan lingkungan
usaha. Mampu mengidentifikasikan dan mengembangkan peluang
penyempurnaan guna mengoptimalkan proses kerja yang lebih efektif
dan efisien.
Senantiasa berupaya mencari terobosan-terobosan baru yang bernialai
tambah.
2) Adaptif Terhadap Perubahan
Setiap insan PGN berperilaku :
a. Mampu melihat manfaat perubahan baik bagi diri sendiri, unit
kerja dan perusahaan.
b. Berkomitmen untuk beradaptasi terhadap perubahan.
c. Berinisiatif untuk melaksanakan perubahan yang dimiliki nilai
tambah.
c) Integritas/Integrity
1) Jujur, Terbuka, dan Berpikir Positif
Setiap insan PGN berperilaku:
a. Selalu berkata danbertindak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya (sesungguhnya)
b. Selalu mengutamakan kepentingan perusahaan dan tidak
melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan benturan
kepentingan
c. Selalu terbuka terhadap masukan, pendapat dan kritik
2) Disiplin dan Konsisten
a. Selalu mematuhi kebijakan, sistem, prosedur dan ketentuan lainnya
yang berlaku
b. Teguh dalam memegang prinsip sesuai dengan kaidah dan norma
yang berlaku
c. Selalu melaksanakan komitmen yang sudah disepakati
d) Keselamatan Kerja/ Safety
1) Mengutamakn Keselamatan danKesehatan Kerja
Setiap insan PGN berperilaku:
a. Selalu mematuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Senantiasa memelihara seluruh sumber daya perusahaan dalam
rangka menjaga kelangsungan usaha perusahaan, keselamatan dan
kesehatan kerja.
c. Mengambil tindakakn preventif untuk memastikan tingkat
keselamtandan kesehatan kerja.
2) Peduli Lingkungan Sosial dan Alam
Setiap insan PGN berperilaku:
a. Peka dan peduli terhadap situasi dan kondisi perubahan lingkungan
b. Selalu berperan aktif dan berkontribsi terhadap perbaikan
lingkungan alam dan lingkungan sosial disekitar wilayah operasi.
e) Pelayanan Prima / Excellent Service
1) Mengutamakan Kepuasan Pelanggan
Setiap insan PGN berprilaku:
a. Memahami betul kebutuhan dan harapan pelanggan
c. Selalu memberikan pelayanan terbaik bahkan melampaui harapan
pelanggan
2) Proaktif dan Ceapt Tanggap
Setiap insan PGN berperilaku:
a. Selalu proaktif dalam mengidentifikasi kebutuhan spesifik
pelanggan dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan
b. Selalu cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
B. Strategi dan Tujuan Perusahaan 1. Strategi Perusahaan
Menyelesaikan pengembangan infrastuktur jaringan pipa transmisi gas yang
terpadu dengan jaringan distribusi yang diharapkan akan tumbuh peran serta
pelaku bisnis disepanjang rantai bisnis gas bumi dari sektor hulu ke sektor hilir,
dalam rangka mempersiapkan unbudling dan open access.
2. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1994
sebagai berikut:
1) Mengembangkan dan menafaatkan gas bagi kepentingan umum dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
2) Menyediakan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayani
C. Struktur Organisasi
Pembuatan struktur organisasi dalam suatu perusahaan mutlak harus dilakukan
oleh pemimpin perusahaan agar aktivitas personil perusahaan tidak tumpah tindih
(over lapping). Struktur organisasi yang telah dibuat akan membantu memberikan
pengertian yang jelas dengan pembagian tugas yang ada dalam perusahaan itu dan
setiap pekerja mengetahui dari mana sumber pemerintah dan kepada siapa
seseorang itu bertanggung jawab.
Dengan adanya struktur organisasi diharapkan tercapainya suatu koordinasi
yang efektif diantarunit-unit maupun bagian-bagian dalam organisasi, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai. Oleh karena itu, struktur organisasi
yang digunakan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan agar
pendayagunaan sumber daya yang ada dapat optimal.
Struktur organisasi pada PT Perusahaan Gas Negara merupakan struktur
organisasi garis dan staf, yang mencerminkan tanggung jawab dan wewenang
secara vertikal serta hubungan antar bagian secara horizontal.
Melalui struktur organisasi yang baik, pengatur pelaksanaan pekerjaan dapat
diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui
kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.
Suatu perusahaan terdiri dari unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan,
maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan
tertentudan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal.
D. Job Description (Deskripsi Tugas)
Berikut adalah uraian pekerjaan (job Description) untuk setiap departemen
pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
1) General Manager
Fungsi General Manager :
General Manager mempunyai fungsi menyelenggarakan kegiatan usaha
distribusi gas bumi melalui jaringan pipa gas sesuai perkembangan usaha dan
kebijakan yang ditetapkan Direksi.
Tugas General Manager:
a. Menetapkan, mengendalikan dan mengelola Rencana kerja dan Anggaran.
b. Mengendalikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jaringan pipa gas
serta fasilitas penunjangnya.
c. Mengendalikan pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
d. Mengendalikan pengelolaan kegiatan penjualan dan layanan pelanggan.
e. Mengendalikan pengelolaan kegiatan K3PL dan integritas jaringan.
2) Departemen Keuangan dan SDM
Fungsi Depaertemen Keuangan SDM:
Departemen keuangan dan SDM mempunyai fungsi memastikan
pengelolaan keuangan, SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan
Tugas Departemen Keuangan dan SDM:
a. Mengelola Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan
keuangan dan SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan.
b. Memastikan terintegrasinya rencana kerja antar satuan kerja didalam
departemen keuangan dan SDM, maupun dengan satuan kerja yang lain
didalam organisasi SBU.
c. Melakukan koodinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja
antar satuan kerja didalam departemen keuangan dan SDM.
d. Mengendalikan kegiatan pengelolaan keuangan dan SDM.
e. Memastikan pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
3) Dinas keuangan
Fungsi Dinas Keuangan:
Dinas keuangan mempunyai fungsi memastikan pengelolaan kegiatan
keuangan yang meliputi anggaran, pembendaharaan, akutansi, perpajakan serta
pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Tugas Dinas Keuangan:
a. Mengelola penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) SBU serta menyusun usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.
b. Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RKA SBU secara berkala. c. Melakukan koordinasi, pengawasan serta evaluasi aktiva dan kewajiban. d. Dropping kekantor pusat.
4) Seksi Anggaran
Fungsi Seksi Anggaran:
Seksi anggaran mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan penyusunan
dan pengendalian atas pelaksanaan dan penyusunan laporan pencapaian RKA
SBU.
Tugas Seksi Anggaran:
a. Mengkoordinir pembuatan usulan RKA SBU.
b. Menyusun RKA untuk masing masing Pusat Biaya/Unit Kerja SBU sesuai
dengan RKAP yang telah ditetapkan.
c. Menyusul usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.
d. Menyusun otorisasi pelaksanaan RKA SBU sesuai dengan otorisasi yang
telah ditetapkan oleh Direksi untuk masing-masing Pusat Biaya/Unit Kerja.
e. Melaksanakan evaluasi, monitoring dan pengendalian terhadap pelaksanaan
RKA SBU secara berkala.
5) Seksi Perbendaharaan
Fungsi Seksi Perbendaharaan:
Seksi perbendaharaan mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan pengendalian Perbendaharaan SBU.
Tugas Seksi Perbendaharaan:
a. Melaksanakan dan mengendalikan verifikasi keabsahan dokumen penerimaan
b. Melaksanakan dan mengendalikan atas penerimaan dan pengeluaran dana
perusahaan.
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi transaksi pembayaran dan
penerimaan dana.
d. Melaksanakan evaluasi kebutuhan dana SBU dan pengajuan dropiing ke
Kantor Pusat.
e. Melakukan pengelolaan dan monitoring rekening bank SBU.
6) Seksi Akutansi
Fungsi Seksi Akutansi :
Seksi akutansi mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan kegiatan
akutansi, penyusunan laporan keuangan termasuk daftar aset tetap serta
perpajakan.
Tugas Seksi Akutansi :
a. Menerima, mencatat serta mengklarifikasikan transaksi keuangan.
b. Melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja lain yang terkait, untuk
memastikan ketersediaan data yang diperlukan untuk penyusunan laporan
keuangan.
c. Melakukan koodinasi, memonitor, dan mengevaluasi pengelolaan pencatatan
aset tetap.
d. Menyusun dan mengevaluasi laporan keuangan.
7) Seksi TJSL
Fungsi Seksi TJSL :
Seksi TJSL mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan (CSR).
Tugas Seksi TJSL :
a. Membuat rencana dan melaksanakan program tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
b. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab
sosial dan lingkungan (CSR).
8) Dinas SDM
Fungsi Dinas SDM :
Dinas SDM mempunyai fungsi memastikan pelaksanaan kegiatan
manajemen SDM SBU dapat mendukung produktivitas kerja dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif.
Tugas Dinas SDM :
a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan administrasi
SDM.
b. Mengelola perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.
c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan
d. Melaksanakan pengaturan penempatan pekerja melalui proses mutasi dan
rotasi, serta mengevaluasi usulan promosi.
e. Memastikan ketetapan waktu dan keakuratan pelaksanaan administrasi SDM,
remunerasi dan database kepegawaian.
9) Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM
Fungi Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :
Seksi pembinaan dan pengembangan SDM mempunyai fungsi
melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Tugas Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :
a. Melakukan koordinasi pembuatan rencana kebutuhan tenaga kerja untuk
jangka pendek, menengah dan panjang.
b. Memfasilitasi kegiatan pemetaan potensi individu yang diselenggarakan
oleh Kantor Pusat.
c. Melakukan analisa kesenjangan kompetensi.
d. Melakukan koordinasi usulan rotasi/mutasi dan promosi pekerja.
e. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
pemenuhan kerja.
10)Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial
Fungsi Seksi Remunerasi dan Hubungan Industri :
Seksi Remunerasi dan Hubungan Insdustri mempunyai fungsi
pekerja dengan perusahaan serta memastikan penerapan peraturan perusahaan
sesuai dengan ketentuan yang ada.
Tugas Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial :
a. Menyusun usulan RKAP khususnya biaya pekerja, biaya jasa outsorcing
dan biaya lain yang terkait.
b. Mengevaluasi pelaksanaan pembayaran fasilitas (benefit) pekerja.
c. Melakukan monitoring administrasi dan pelayanan pensiunan.
d. Melakukan evaluasi data lembur, potongan, dan kehadiran pekerja.
e. Melakukan pelayanan duka cita pekerja.
E. Jaringan Usaha/Kegiatan
Sebagai penyedia Utama Gas dan Bumi, PGN memiliki dua bidang usaha
distribusi (penjualan)dan transmisi (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa
yang tersebar diseluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi kegiatan
pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualan gas bumi melalui jaringan pipa
distribusi ke pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Sedangkan usaha
transmisi merupakan kegiatan pengangkutan (transportasi) gas bumi melalui
jaringan pipa transmisi dari sumber-sumber gas ke penggunaan industri.
1. Kegiatan Usaha Distribusi
PGN mendistribusikan produk gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke
para pelanggan. Kegiatan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 81% dari total
pendapatan yang diperoleh pada tahun 2011. PGN merupakan pelaku uatama
Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam dan Pekanbaru yang didukung
oleh jaringan pipa distribusi sepanjang 3.097 km dengan kapasitas sebesar 831
MMSCFD. Pasokan gas dan kontrak pembelian sebelum diperlakukan UU Migas
No.22/2001, PGN memperoleh pasokan gas bumi terutama dari Pertamina DOH
Cirebon dan BP Muara Karang untuk memenuhi kebutuhan pasar gas bumi
diwilayah distribusi Jawa bagian Barat. Sedangkan untuk wilayah dstribusi Jawa
bagian Timurmemperoleh pasokan gas bumi dari EMP Kangean dan Lapindo
Brantas, untuk wilayah distribusi Sumatera bagian Utara memperoleh pasokan gas
bumi dari pertamina DOH Pangkalan Brandan. Setelah diberlakukan UU Migas
Bumi secara langsung dari produsen gas bumi antara lain Pertamina, BP
Indonesia, Lapindobrantas, ConocoPhilips dan Ellipse. Kontrak pembelian gas
bersifat jangka panjang antara 10 tahun sampai 20 tahun. Perjanjian gas bumi
jangka panjang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan pasokan gas bumi
secara lebih pasti agar kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat
terpenuhi dengan lebih baik. Dalam rangka penetrasi pasar kewilayah yang
menjadi target perusahaan, maka daerah layanan pasar dibagi menjadi tiga
wilayah distribusi, sebagai berikut :
a. SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta,
Banten, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung.
b. SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari
Surabaya-Gresik, Sidoarjo-Mogokerto, dan Pasuruan-Probolinggo serta Semarang dan
makasar.
c. SBU Distribusi III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dari Medan, Batam
d. SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa.
Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transpotasi Gas Indonesia, mengelola bisnis
transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Anak
Perusahaan dan Perusahaan Afiliansi.
a. PT Tanspotasi Gas Indonesia: transmisi gas bumi.
b. PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (PGASCOM): telekomunikasi.
c. PT PGN Solution: kontruksi, engineering, operation, maintenance.
d. PT Nusantara Regas: terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung.
e. PT Saka Energi Indonesia: kegiatan dibidang hulu.
f. PT Gagas Energi Indonesia: kegiatan dibidang hilir.
g. PT Gas Energi Jambi: Perdagangan, kontruksi dan jasa.
h. PT Banten Gas Synergi: jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan
(afiliansi).
i. PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan
regasifikasi terapung.
2. Kegiatan Usaha Transmisi
Kegiatan usaha transmisi meliputi transportasi gas bumi dari lapangan gas
milik produsen melalui jaringan pipa transmisi bertekan tinggi ke stasiun
penyerahan pembeli. Dalam kapasitasnya sebagai pengangkut gas bumi dari
produsen ke konsumen, PGN memperoleh pendapatan jasa transportasi (Toll Fee).
Khususnya untuk melayani PLN Panaran (Batam), selain mendapat jasa
PGN mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 1.074 km dengan
kapasitas sebesar 887 MMSCFD dan tingkat utilisasi sebesar 54% kapasitas ini
mewakili sekitar 47% pangsa pasar kegiatan usaha transmisi di Indonesia.
Jangkauan layanan transmisi PGN meliputi ruas Duri dan
Grissik-Singapura dilakukan oleh anak perusahaan PGN yaitu PT Transportasi Gas
Indonesia (Trangapindo).
F. Kinerja Usaha Terkini
PT PGN (Persero) Tbk merupakan perusahaan infrastruktur yang
berpengalaman menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum
(public utility). Sebagai perusahaan infrastruktur, PGN memiliki jaringan pipa
transmisi dan distribusi yang handal.
Kinerja usaha PGN adalah transporter, distributor dan trader dibidang gas
bumi. Sebagai transporter, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa transmisi
yang menghubungkan sumber-sumber gas kekonsumen akhir atau ke stasiun
penerima di jaringan distribusi. Sebagai distributor PGN menyediakan
infrastruktur jaringan pipa distribusi yang menghubungkan stasiun penerima
dengan konsumen akhir yaitu kepada pelanggan rumah tangga, komersial dan
industri. Tugas utama PGN dibidang distribusi adalah untuk meningkatkan
pemanfaatan energi melalui pendayagunaan gas bumi sebagai substitusi BBM.
Sebagai trader PGN melaksanakan pembelian gas dari produsen dan menjualnya
kepada pelanggan Rumah Tangga, Komersial dan Industri melalau jaringan pipa.
Pada tahun 2013 merupakan momentum penting bagi PGN dalam upaya
membangun dan mengembangkan infrastruktur gasbumi didalam negeri, PGN
juga mulai berinvestasi kesektor hulu di gas. Langkah ini merupakan upaya PGN
untuk memastikan bahwa pasokan gas bumi akan terus meningkat dan digunakan
sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sepanjang tahun 2013, kinerja PGN tetap solid dan mengalami
pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Secara finansial, PGN meraih total
pendapatan sebesar US$ 3 miliar atau tumbuh 16%dari pada tahun 2012 senilai
US$ 2,5 miliar. Aset PGN juga tumbuh dari US$ 3,9 miliar (2012) menjadi US$
43 miliar. Sedangkan ekuitas PGN melonjak dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 2,7
miliar.
Secara operasional, kegiatan usaha distribusi PGN berhasil menyalurkan
gas bumi sebanyak 827 MMSCFD, meningkatkan daripada tahun 2012 sebanyak
807 MMSCFD. Dibisnis transmisi, melalui anak perusahaan yaitu PT Tansportasi
gas Indonesia, gas yang disalurkan turun tipias dari 877 MMSCFD ke 854
MMSCFD di tahun 2013. Penurunan gas oleh usaha transmisi ini disebabkan oleh
berhentinya penyaluran gas ke PLN Medan akibat ketiadaan pasokan gas dan
penurunan penyerapan gas oleh oftaker Singapura.
Gas yang disalurkan PGN terbukti telah memberikan banyak manfaat
keoada sektor usaha dan perekonomian Indonesia. Contohnya, usaha distribusi
gas PGN menyalurkan gas bumi sebanyak 827 MMSCFD atau setara 145 ribu
barel minyak per hari ke sektor industri, komersial, UMKM dan rumah tangga,
mencapai sekitar Rp 55 triliun per tahun dibandingkan dengan menggunakan
minyak.
“Dengan biaya energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, tentunya
sektor usaha akan memiliki daya saing yang tinggi dan menciptakan multiplier
effect yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Karena itu sebagai BUMN,
PGN akan terus mendukung dan mewujudkan program konversi energi ke gas
bumi melalui pembangunan infrastruktur gas bumi terintegrasi diberbagai wilayah
di Indonesia,”. Sebagai upaya untuk mempercepat pemanfaatan gas bumi di
Indonesia, pada tahun 2014 PGN telah menyiapkan investasi untuk membangun
infrastruktur gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari sektor
industri, komersial, UMKM dan rumah tangga.
Berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang akan dibangun PGN
tahun ini di antaranya adalah : Pembangunan Pipa Gas Kalimantan-Jawa (Kalija)
tahap I, Pembangunan sambungan gas rumah tangga dalam rangka program PGN
Sayang Ibu sebanyak 1 juta sambungan gas, serta pembangunan 16 SPBG dan
MRU di Indonesia.
Direktur Keuangan PGN tahun ini PGN telah menyiapkan anggaran untuk
pengembangan usaha mencapai sekitar US$ 1,25 miliar. Sebanyak US$ 200 juta
digunakan untuk membangun infrastruktur gas bumi terintegrasi senilai US$ 200
juta, US$ 400 juta untuk bisnis di sektor LNG dan US$ 650 juta untuk investasi di
sektor hulu.
“Dengan fundamental yang sangat solid, PGN memiliki ruang yang cukup
memaksimalkan setiap peluang untuk mendorong percepatan pemanfaatan gas
bumi diberbagai segemen pelanggan.
1. Saham PGN
Seiring dengan gencarnya privatisasi BUMN di indonesia, maka
pemerintah melakukan penjualan saham perdana PT Perusahaan Gas Negara
(Tbk) pada tanggal 05 Desember 2003. PGAS memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO)
kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per
saham dengan harga penawaran RP. 1.500,- Per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesiaa (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.
Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi
gas via pipa transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama
anjloknya harga saham BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari. Sentimen
negatif di pasar modal itu berkaitan dengan kecurigaaan bahwa PGN dan
pemerintah menutup-nutupi keterlambatan proyek tersebut yang harusnya sudah
operasi pada Desember 2006, tapi tertunda hingga Januari 2007 dan tertunda lagi
hingga Maret. Akibatnya PGN dikenakan denda oleh Pertamina sebesar US$
15.000 per hari sejak 1 November 2006. Pada tahun 2011, komposisi saham
pemerintah mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak 43%.
Tabel 2.1 Sejarah Pencatatan Saham PGAS
No. Jenis Pencatatan Jumlah Saham Tanggal
02 Pencatatan Saham Pendiri (Company Listing) 3.024.691.000
03 Konversi MSOP I (2004 s.d 2006) 215.637.305
04 Koversi MSOP II (2006 s.d 2007) 3.261.500
05 Konversi ESOP I (2008) 53.551.388
06 Pemecahan Saham (Stock Split) 18.373.748.772 04 Agustus 2008
07 Konversi Dana Proyek Pemerintah (2009) 1.274.322.231
G. Galeri Logo
Pada tahun 2011, PGN melakukan perubahan logo dan corporate identity-nya
Gambar 2.3
Logo baru PT Perusahaan Gas Negara Gambar 2.2
BAB III
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengetian Manajemen Resiko
Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Manajemen resiko juga dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan yang terstruktur atau metodolgi dalam upaya mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk Penilaian Resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mengatasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber
daya. Dalam manajemen resiko, strategi yang dapat diambil untuk mengatasi
masalah ini antara lain dengan memindahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Pengertian resiko menurut para ahli:
1. Pengertian manajemen resiko menurut Djohanputro (2008) manajemen
resiko merupakanproses terstruktur dan sistematis dalam
menmgidentifikasi, mengukur, memetakan,mengembangkan alternatif
penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan
resiko.
2. Pengertian manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Resiko
PT Elex Media Computindo. Jakarta. 2007) manajemen resiko adalah
3. Pengertian resiko menurut Smith (1990) manajemen resiko
didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari sebuah Resiko yang mengancam aset dan penghasilan
dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
4. Pengertian manajemen resiko menurut Australia/New Zealand
Standards (1999). Manajemen resiko merupakan suatu proses yang
logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa,
mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan
Resiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses
dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan
memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen resiko
ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi Resiko sejak awal
dan membantu membuat keputusan untuk mengatasi resiko tersebut.
5. Pengertian manajemen resiko menurut William. Manajemen resiko
juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat
dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
6. Pengertian manajemen resiko menurut Fahmi (2010). Manajemen
resiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana
suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagi
permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan
Manajemen resiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran
maupun kematian). Manajemen resiko keuangan pada sisi lainnya, sangatlah
fokus pada resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi
resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
B. Tahapan dalam Manajemen Resiko
Menetapkan konteks adalah menetapkan parameter dasar dimana suatu
resiko harus dikelola dan meyiapkan pedoman untuk membuat keputusan yang
lebih rinci dalam proses manajemen resiko. Konteks tersbut termasuk lingkungan
internal dan eksternal organisasi dan tujuan aktivitas manajemen resiko.
1. Menetapkan konteks eksternal
Langkah ini menentukan lingkungan eksternal dimana organisasi beroperasi
dan hubungan antara organisasi dan lingkungannya antara lain: lingkungan
sosial budaya, regulasi (perkembangan), kompetisi, pasar keuangan dan
lingkungan politik serta stakeholder eksternal.
2. Menetapkan konteks internal
Sebelum aktivitas manajemen resiko disetiap level dimulai, maka perlu
memahami suatu organisasi antara lain meliputi :
a. Struktur
b. Kapabilitas sumber daya seperti manusia, sisterm, proses, modal.
C. Kebijakan Manajemen Risiko
1. Framework Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko yang berlaku di PGN mengacu kepada COSO-ERM
Intergrated Framework yang merupaka common practice di dunia bisnis dan
industri. COSO-ERM mengaur semua aktivitas yang ada diseluruh tingkat
manajemen dari tingkat atas sampai bisnis unit perusahaan yang terdiri dari
delapan komponen dari COSO-ERM Intergrated Framework dapatdilihat
dalam diagram dan penjelasan sebagai berikut ini :
a. Lingkungan internal (internal evironment)
Lingkungan internal mencakup arahan dari perusahaan yang dapat
mempengaruhi kesadaran stakeholders akan risiko-risiko yang dihadapi
dan juga merupakan dasar bagi pelaksanaan ERM. Faktor lingkungan
internal meliputi filosofi manajemen risiko, Risk appetite, pengawsan
oleh komisaris, integritas, kode etik dana kopetensi sumber daya manusia,
penugasan wewenang dan tanggung jawab, pengaturan dan
pengembangan sumber daya manusia.
b. Penetapan tujuan (objectif Setting)
Perusahaan menetapkan suatu tujuan pada tingkat strategis, dimana akan
menjadi suatu dasar dalam penetapan tujuan yang berhubungan dangan
opersional, laporan dan kepatuhan. Penentuan tujuan merupakan suatu
prasyarat untuk mengidentifikasi kejadian, penilaian risiko, dan
menentukan strategi penanganan trehadap risiko. 4 tujuan harus
dipertimbangkan meliputi tujuan strategis, operasional, laporan keuangan
appatiteyang menunjukan seberapa besar risiko yang dapat diterima
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan stratergi Perusahaan
(cost vs benefit).
c. Pengidentifikasian kejadian (Event Idntifikasi)
Dalam tahapan ini, satuan kerja mengidentifikasi kejadian-kejadian yang
berpotensi memperngaruhi perusahaan dalam menjalankan strategi untuk
mencapai tujuan. Satuan kerja dapat menggolongkan dan
menghubungkan kejadian-kejadian yang trindentifikasi untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara
kejadian-kejadian tersebut dan juga dapat mengidentifikasi peluang dan
risiko dengan baik.
d. Penilaian risiko (Risk Assessment)
Dalam tahapan ini, satuan kerja melakukan penilaian terhadap risiko yang
telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruhnya terhadap usha pencapian tjuuan perusahaan. Satuan
kerja menggunkan metode kualitatif, kuantitatif atau kombinasi unutk
menilai kejadia-kejadian dari sisi risiko bawaan (inherent tisk) dan risiko
sisa (risidual risk) dengan mempertimbangkan kemungkinan
(likelihoode) dan dampak (impact) dari risiko itu.
e. Penanganan risiko (Risk Response)
Dalam tahapan ini, Perusahaanmenetapkan bagai mana menangani risiko
yang teridenifikasi. Adapun strategi didalam menangani risiko yaitu
menghindari risiko, mengurangi risiko, membangi risiko dan menerima
pengaruh dari kemungkinan dan dampak risiko, toleransi risiko dan
evaluasi terhadap biaya dan keuntungan dari strategi yang ada.
f. Aktivitas pengendalian (Control activties)
Dalam tahapan ini, perusahaan mengidentifikasi aktivitas-aktivtas
pengendalian yagn dapat bersifat pencegahan (preventive), penemuan
(detective), manual, komputerisasi dan pengendalian oleh manajemen.
Aktivitsa pengendalian dapat dikategorikan berdasarkan tujuan-tujuan
perusahan (yaitu strategis, opersional, pelaporan dan kepatuhan).
Aktivitas pengendalian dapat berupa pemberian persetujuan, kewenangan
vertifikasi, rekonsiliasi, pengkajian kinerja operaional, kemaanan asset
dan pemisahan tugas.
g. Informasi dan komunikasi (information & communication)
Informasi yang didapatkan dari internal maupun eksternal akan
dikumpulkan dan disebar luaskan dalam Perusahaan. Perusahaan
menciptakan suatu alur komunikasi yang efektif didalam lingkungan
Perusahaan dimana informasi mengalir dari manajemen atas kebawah,
bawah keatas ataupun antar satuan kerja.
h. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan dan peninjauan secara berkesinambungan perlu dilakukan
beriringan dengan tahpan-tahapan manajemen risiko lainnya untuk
mengetahui fungsi risiko masish berjalan efektif. Evaluasi awal yang
telah dilakukan dapat menjadi tidak relevan (kadarluarsa) apa bila
terdapat perubahan perubahan informasi dan lingkungan bisnis.
berkelanjutan(on goingmonotoring activities) atau evaluasi terpisah
(separate evaluation).
2. Kriteria Penilaian Risiko
Penilaian risiko menggunakan kriteria-kriteria yang berdasarkan dampak
risiko dan memungkinan terjadinya risiko yang kemudian menghasilkan Risk
Rating yang dapat dipakai untuk menentukan prioritas penanganan risiko.
a. Kriteria Dampak Risiko
Tabel 3.1 Kriteria Dampak Risiko:
Dampak
Dampak Kategori ringan
Ringan/minor Moderat/moderate Berat/major Fatal/catastrophic
1. Finansial <IDR 10 miliyar IDR 10-15 miliyar IDR 50-200 miliyar
IDR>200 miliyar
2. Reputasi Dampak minimal terhadapatreputasi • Publisitas negatif
pada media • Litigasi oleh
pihak ke-3
• Pelanggaran fatal yang mengakibatkan penyelidikan secara mendalam oleh regulator • Pencabutan ijin
usaha/penghentian operasi perusahaan
4. Lingkungan Kerusakan lokal dalam radius < 1 km2;weeks impact
Kerusakan ringan dalam 1 kejadian radius 1-10 km2;
Kerusakan fatal dalam radius > 50 km2; permanent impact
b. Kriteria Kemungkinan Terjadinya Risiko
Kriteria kemungkinan terjadinya risiko ditetapkan sebagaimana pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kriteria Kemungkinan Terjadinya Risiko
Kemunkinan
1. Hampir pasti/
almost certain
>90 % akan terjadi dalam satu (1) tahun
2. Sering/ likely Antara 50-90% akan terjadi dalam waktu satu (1) tahun
3. Mungkin/ possible Antara 10-50% akan terjadi dalam waktu sati (1) tahun
4. Jarang/ rare <10% akan terjadi dalam aktu satu (1) tahun Sumber : PT. PGN Tahun 2009
c. Tingkat Prioritas Penanganan Risiko
Berdasarkan dampak dan kemungkinan terjadinya suatu risiko, risk
raingdapat dibagi menjadi “ekstrim”,”sedang”, dan “rendah” yang
selanjutnya kriteria Risk Rating ditetapkan sebagaimana pada Tabel 3.3
dibawah ini:
Tabel 3.3 Kriteria Risk Rating
Prioritas penganan
1. Ekstrime a) Keputusan penanganan risiko oleh direktu terkait dalam waktu 3 hari kerja setalh risiko terinedntifikasi dan disetujui.
b) Pemantauan pelaksanaan penanganan dilakuka setiap bulan.
2. Tinggi a) Keputusan penangnan risiko oleh direktur terkai/pejabat satu tingakta dibawah direktur dalam waktu 10 hari kerja setelah risiko terindentifikasi dan disetujuin.
b) Pemantuan pelaksanan penanganan dilakukan setiap 3 bulan.
3. Sedang a) Keputusan penanganan risiko oleh pejabat satu tingkat dibawah Direktur terkait dalam 30 hari kerja setelah teridentifikasi dan disetujui.
b) Pemantauan pelaksanaan dilakukan setiap 3 bulan 4. Rendah Dimonitor melalui prosedur rutin
D. Organisasi Manajemen Risiko
1. Prinsip-prinsip satuan kerja manajemen risiko
Sesuai dengan kebutuhan, maka satuan kerja manajemen risiko harus
memenuhi beberapa persyaratan prinsip sebagai berikut:;
a. Bersih (Clean), dimana harus terjadi perbedaan yang jelas antara satuan
kerja manajemen risiko terhadap unit satuan kerja, maupun antara satuan
satuan kerja manajemen risiko terhadap satuan pengawasan intern (SPI).
Satuan kerja manajemen risiko adalah subyek pengawasan unit audit
(auditee). Perbedaan ini dijelaskan sebagai berikut :
1) Satuan Kerja Manajemen risiko tidak berfungsi sebagai unit
pengawasan (oversight) dan atau unit audit dalam tata kelolan
Perusahaan, dan dengan demikian tidak berhak melakukan Risk-based
Audit (RBA).
2) Satuan Kerja Manajemen Risiko tidak berfungsi sebagai unit bisnis
langsung, dengan demikian tidak berhubungan langsung dengan
Pelanggan dan dengan Pihak ketiga lainnya, kecuali pada kondisi
tertentu seperti penanganan pinjaman non-tunai yang macet lebih dari
batas waktu risiko-risiko kritis apabila menutut adanya hubungan
langsung dengan pihak ketiga (termasuk Pelanggan); yang keduanya
diatur mekanismenya oleh Direksi;
3) Satuan Kerja Manajemen Risiko, sebagai audtie, ikut
bertanggung-jawab terhadap konsistensi dan akurasi pelaksana Sistem Manajemen
b. Ramping, efisiensi dan efektif (Lean), dimana satuan Kerja Manajemen Risiko menghindarkan diri dari potensi menimbulkan
internal yang tidak effisiensi, sember daya manusia yang tidak
kompeten, dan adanya masalah lain yang dinilai/ depersepsikan akan
memberikan beban tambahan bagi Perusahaan.
2. Peran dan Tanggung jawab
Pihak-pihak yang relative terkait dalam penerapan manajemen risiko sihingga
penerapannya dapat berjalan lebih efektif, antara lain meliputi:
a. Komisaris, bertanggung jawab memberi pengawasan dan supervise terhadap
manajemenrisiko Perusahaan dengan:
1) Meninjau dan memberikan masukan terhadap efektifitas manajemen
risiko yang ditetapkan manajemen di Perusahaan;
2) Melakukan evaluasi dan memberi masukan terhadap risk appetite
perusahaan;
3) Meninjau gambaran risiko Perusahaan dan membandingkannya risk
appetite perusahaan;
4) Melakukan evaluasi terhadap risiko risiko yang segnifikan dan apakah
manajemen telah menaggapinya dengan tepat.
b. Direksi/ Manajemen Senior, mempunyai peranan dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1) Memegang tanggung jawab (akuntabel)dalam penanganan/ pengendalian
risiko Perusahaan (strategic risk) serta menetapkan kebijakan
2) Memantau, membimbing dan memberikan arahan kepada manajemen
dalam penerapan manajemen risiko serta menjamin kecukupan alat
bantu, sistem dan sumber daya dalam keberhasilan pelaksana
manajemen risiko;
3) Menetapkan dan mengkaji tujuan strategis, strategi, framework, visi dan
misi manajemen risiko, struktur organisasi manajemen risiko, risk
appetite, risk tolerance, dan budaya risiko serta pengalokasian sumber
daya secara periodic;
4) Melakukan monitoring implementasi manajemen risiko dan
memfasilitasi mitigasi risiko proses owner serta melakukan evaluasi atas
kebijakan-kebijakan manajemen risiko;
5) Memastikan bahwa pelaksanaa framework manajemen risiko telah
melalui proses audit intern yang independent, efektif, dan lengkap;
c. Satuan Kerja Manajemen Risiko mempunyai peranan dan tanggung jawab
sabagai berikut:
1) Menyusun pedoman/ kebijakan dan strategi Manajemen risiko yang
komperhensif secara tertulis. Mengkaji dan memcerikan masukan
kepada Direksi/ Manajemen Risiko terkait kebijakan dan strategi
manajemen risiko sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun atau
dalam frekuensi yang lebih tinggi dengan mempetimbangkan perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas usaha perusahaan secara
segnifikan.
2) Meningkatnya awareness (kesadaran) atau pemahaman terhadap proses
sejalan dengan strategi manajemen risiko secara keseluruhan melalui
pelatihan yang memadai;
3) Memastikan bahwa Satuan/ Unit Kerja terlibat secara aktiff dan
mendukung pengelolaan risiko yang sejalan dengan frameworak dan
kebiajakan yang ditetapkan melalui koordinasi dan fasilitas proses
manajemen risiko di setiap Satuan/ Unit Kerja;
4) Membangun sistem deteksi dini, system respon dan program mitigasi
risiko untuk risiko-risiko kritis Perusahaan, berdasarkan kepada temuan
risiko kritis (critical risk) yang ada;
5) Melakukan analisa dan menyelesaikan isu risiko yang tidak biasa
dipecahkan pada tingkat Satuan/ Unit Kerja atau memerlukan otoritas
Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk penyelesaiannya dan
melaporkannya kepada Direksi;
6) Memantau proses pelaporan mengenai hasil dari proses manajemen
risiko dari setiap Satuan/ Unit Kerja;
7) Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang
organisasi, anataralain meliputi komunikasi yang memadai tentang
frameworkmanajemen risiko Perusahaan;
d. Risk Owner mempunyai peranan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan tujuan Satuan/Unit
Kerjanya secara berkala. Tanggung jawab ini mencakup identiikasi,
penilaian, penanganan, pemantauan, pengendalian danpelaporan risiko
yang terkait dengan pencapaian tujan daru Suatu/ Unit Kerjanya dengan
Senior juga memastiakan kepatuhan terhadap kebiajakan manajemen
risiko.
2) Menjaga agar tingkat risiko setelah dikendalikan (residual risk) selalu
berada dibawah batas tolerasni risiko (risk tolerance) yang ditetapkan
sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikanpenerapan dan
memantau status dari (rencana) penanganan risiko aktifitas
pengendalian), serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait
sesuai dengan kebutuhan;
3) Memantau dan menyampaikan laporan profil risiko di Satuan/ unit kerja
secara berkala kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk kemudian
diteruskan kepada Direksi, termasuk didalamnya hasil pengkajian
terhadap usulan aktivitas dan atau produk baru untuk membangun
awareness dari Direksi;
4) Pada beberapa Satuan/ Unit Kerja dimana terdapat posisi middle-level
manajemen dengan tanggung jawab yang dinilai cukup besar, maka
posisi tersebut dapat menjalankan peran sebegai owner risk.
e. Risk Champion Team tim/ task force manajemen risiko di setiap satuan/unit
kerja) mempunyai peranan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Menjalankan fungsi manajemen risiko dengan cara melakukan
koordinasi, dan memfasilitsi kegiatan manajemen risiko identiikasi,
penilaian, penanganan, aktivitas pengendalian/ mitigasi, komunikasi, dan
pemantauan yang dilakukan oleh unit kerja (risk owner).
2) Melakukan pemantauan atas besarnya biaya pengendalian risiko (cost of
pengukuran efisiensi dan effektifitas biayapengendalian risiko tersebut
dibandingkan dengan hasil yang dicapai;
3) Dengan persetujuan dari owner risk, melaporkan pelaksanaan
manajemen risiko disatuan/ unit kerjanya kepada Satuan Manajemen
Risiko secara perisodik, untuk kemudian diteruskan kepada Direksi.
4) Dalam pelaksannanya, penugasan RCT bisa dilakukan oleh personel
khusus yang merangkap dari tergantung dari beban pekerjaan dan
kebutuhan organisasi.
f. Satuan Pengawasan Internal (SPI) mempunyai peranan dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1) Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas internal Perusahaan,
SPI melakukan fungsi audit terhadap seluruh komponen Perusahaan
dengan menggunakan metode audit berbasis risiko (Risk–based Audit)
berdasarkan hasil/laporan dari Satuan Kerja Manajemen Risiko.
2) Melakukan evaluasi dan memberikan usulan perbaikan terhadap
kecukupan dari proses manajemen risiko Perusahaan, termasuk
didalamnya evaluasi terhadap kewajaran laporan keuangan, efektifitas
dan efiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan
perundang-undangan.
g. Eksternal auditor mempunyai peranan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Memberikan pendapat yang independent kepada manajemen, Direksi,
dan komisaaris perusahaan yang dapat memberikan kontribusi untuk
perusahaan dalam pencapaian tujuan pelaporan keuangan eksternal, serta
2) Memberitahukan perusahaan atas penemuan audit, informasi analisa dan
rekomendasi dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3) Menyampaikan temuan-temuan terkait dengan kelemahan risiko
manajemen dan pengendalian yang menjadi perhatian auditor dan
memberikan rekomendasi perbaikan.
E. Implementasi Manajemen Risiko Perusahaan
1. Keterkaitan Manajemen Risiko Perusahaan Dengan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP), Rencana Stategi Jangka Panjang dan Rencana
Usaha Perusahaan
a. Sesuai dengan visi manajemen risiko perusahaan bahwa proses
manajemen risiko Perusahaan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses manajemen Perusahaan secara keseluruhan,
sehingga time frame proses manajemen risiko Perusahaan sejalan
dengan time frame proses manajemen Perusahaan yang terkait,
khususnya proses perencanaan Perusahaan.
b. Risiko-risiko yang muncul sebagai akibat dari strategi Perusahaan
sebelum strategi tersebut dijadikan suatu keputusan harus melalui
proses manajemen risiko Perusahaan yang dikoordinir oleh Satuan
Kerja Manajemen Risiko dengan melibatkan unit-unit yang terkait;
c. Risiko-risiko yang berasal dan kegiatan fungsi-fungsi Satuan Kerja
yang terdapat dalam Perusahaan, risk profile tahunan mejadi masukan
bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP),
2. Hubungan antara Pedoman Manajemen Risiko dan Pedoman Lainnya
a. Sistem Manajemen Risiko harus selalu disesuaikan dan diselaraskan
(align) dengan beberapa pengaturan proses bisnis yang ditunjukan dalam
Pedoman Lainnya, baik yang spesifik berupa Pedoman Pengendalian
Risiko yang dimiliki masing-masing Satuan Kerja, maupun Pedoman
lain yang dijadikan acuan dalam berbagai aktivitas operasional
Perusahaan.
b. Fungsi manajemen risiko di Satuan Kerja bertugas untuk melakukan
evaluasi hubungan keterkaitan dan keselarasan dimaksud adalah 6
(enam) bulan sekali. Dalam hal terdapat pokok-pokok pengaturan yang
berbeda antara Pedoman Manajemen Resiko dan Pedoman lain. Maka
fungsi manajemen risiko di Satuan Kerja harus mengajukan usulan
perubahan yang diperlukan guna mendapatkan persetujuan Direksi.
c. Ketentuan dalam butir b tersebut diatas harus dilaksankan paling lambat
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah pedoman ini ditetapkan
3. Batasan Enterprise Risk Management
Penerapan pedoman ini hanya memberikan reasonable assurance kepada
Direksi dan Manajemen dalam pengelolaan rsiko untuk mencapai tujuan
Perusahaan mengingat dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari hal-hal
sebagai berikut:
a. Penilaian subjektif dalam mengambil keputusan
b. Kelalaian (human failures)
c. Kolusi dalam melakukan dan menutupi kesengajaan dalam memanipulasi
d. Pertimbangan cost vs benefit dalam merespon risiko
e. Manajemen override terhadap kebijakan dan prosedur operasi.
F. Penanggulangan Risiko
Pada pokoknya ada dua pendekatan/cara yang digunakan suatu manager
risiko dalam menanggulangi risiko yang dihadapi perusahaannya, yaitu :
1. Penanganan risiko (risk control)
Dalam pendekatan dengan penanganan risiko (Risk Control) ada beberapa
alat atau metode yang dapat digunakan, antara lain :
a. Menghindari
Mengindari suatu risiko (murni) adalah menghindarkan harta kepada, orang
atau kegiatan dari exposure, dengan cara antara lain:
1) Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan yang
mengandung risiko, walaupun hanya sementara.
Seperti dilarang merokok diarea konstruksi, dilarang membawa korek
api dan peralatan lainnya yang menibulkan api
2) Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera
menghentikan yang diketahui yang mengandung risiko.
Seperti membatalkan membeli barang barang yang berharga murah,
setelah mengetahui bahwa barang tersebut adalah barang selundupan.
b. Mengendalikan kerugian (lost control)
1)Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian.
Dengan program pencegahan kerugian adalah berusaha untuk
mengurangi atau kalau bisa menghilangkan kesempatan terjadinya
mengurangi potesil dari suatu kerugian. Program pengendalian
kerugian kebanyakan merupakan gabungan antara program
pengurangan kerugian dan program pencegahan kerugian.
Seperti kesempatan kerugian karena kebakaran dapat dikurangi
dengan kontruksi yang menggunakan bahan anti api.
2)Program pengendalian kerugian berdasar sebab-sebab terjadinya
Ada dua macam pendekatan dalam program ini, yaitu pendekatan
engineering dan pendekatan hubungan kemanusiaan.
Seperti memperbaiki pipa pipa yang tidak memenuhi syarat, untuk
mencegah kebocoran gas dan pemeriksaan bahan-bahan untuk
mencegah terjadinya konstruksi bangunan yang tidaak memenuhi
syarat bahan-bahan yang berkualitas jelek.
c. Memisahkan
Pemisahan artinya memisahkan penempatan dari harta yang menghadapi
risiko yang sama dengan cara menbah banyaknya “independent exposure unit”,
sehingga probabilitas kerugiannya dapat diperkecil. Maksud dari pemisahan
adalah untuk mengurangi jumlah kerugian akibat suatu peril.
Seperti alat berat yang dimiliki PT PGN harus disimpan dengan baik
agar mengurangi terjadinya kebakaan.
d. Kombinasi atau pooling
Kombinasi atau pooling adalah menambah banyaknya expoure unit yang
dalam batas kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar
kerugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan, sehingga risikonya lebih
Seperti PT PGN memperbanyak alat beratnya agar probabilitas
terjadinya kecelakaan diperkecil.
e. Menghindari risiko
Menghidari risiko dapat dilakukan denga cara :
Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dipindahkan ke pada pihak
lain, yang dinyatakan dengan tegas dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Seperti : PT PGN menyerahkan pengangkutan produknya kepada perusahaan
transport, bertujuan untuk memindahkan risiko dalam pengangkutan kepada
perusahaan transport.
2. Pembiayaan risiko (risk financing)
Dalam penggulangan risiko dengan membiayai risiko menggunakan metode
yaitu :
a. Pemindahan risiko melalui asuransi
Asuransi merupakan salah satu bagian dari proses pengelolaan risiko yang
terutama diperuntukan bagi perlilndungan terhadap risiko dari kondisi kerugian
atau kerusakan. Atas perlindungan yang diberikan oleh perusahaan asuransi ini
PGN membayarkan sejumlah premi. Perusahaan asurasni memberikan
perlindungan asuransi yang mencakup jenis-jenis asuransi sebagai berikut :
1) Operasional jaringan pipa
Perlindungan asuransi atas kerugian yang mungkin terjadi selama
operasional jaringan pipa.
2) Property all risk
Perlindungan asuransi atas kerugian atau kerusakan yang mungkin timbul
3) Comperhensive General Liability (CGL)
Suatu perlndungan asuransi atas timbulnya risiko tanggungjawab hukum
dari aktivitas bisnis yang dilakukan PGN (kecuali dinyatakan secara
khusus kewajiban mana yang tidak dilindungi berdasarkan klausula
tertentu dalam polis).
4) Kecelakaan diri
Perlindungan asuransi atas kematian dari karyawan yang diakibatakan oleh
kecelakan atau kematian normal, termasuk perlindungan untuk cacat tetap.
5) Kendaraan
Asuransi yang secara khusus memberi perlindungan terhadap potensi
kerugian atau kerusakan akibat dari peristiwa kecelakaan berkendaraan
dijalan dan atas kewajiban kepada pihak ketiga yang mungkin ada dalam
peristiwa kecelakan tersebut.
6) Marrine hull
Perlindungan asuransi atas kerugian yang mungkin terjadi pada kapal
sehubungan dengan risiko bahaya marrine hull di laut.
7) Directors dan officers (D&O) liability
Suatu polis atau biaya mempertahankan diri dalam hal Direksi dan pejabat
dituntut atas suatu tindakan bersalah dimana mereka ada dipihak
perushaan. Namun sebaliknya, segala tindakan bersalah disengaja
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dengan memperhatikan seluruh uraian teoritas yang telah dikemukakan
dan praktek yang dijumpai pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk SBU
distribusi wilayah III Medan serta analisis dan evaluasi yang ada maka pada
bagian ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang
dianggap perlu.
A. Kesimpulan
1. Penanggulangan risiko pada PT.PGN dilakukan dengan cara
menghindarinya, mengendalikan, memisahkan, melakukan kombinasi
atau pooling dan memindahkannya. Penanggulangan risiko tersebut
dilaksanakan agar dapat mencapai tujuan perusahaan tanpa mengalami
kerugian atau kegagalan.
2. PT. PGN menggunakan metode pemindahan risiko melalui asuransi.
Penggunaan asuransi diperuntukkan bagi perlindungan terhadap risiko
dari kondisi kerugian atau kerusakan.
3. Dalam menghadapi risiko PT.PGN telah memiliki organisasi
manajemen risiko yang telah memenuhi persayaratan prinsip. Adanya
organisasi maka risiko ditangani kepada pihak yang lebih memahami
dan lebih mengerti dalam penanggulangan risiko tersebut.
4. Dalam rangka menghadapi lingkungan usaha yang cepat berubah,