• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Hubungannya dengan Loyalitas Konsumen Carefour di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Hubungannya dengan Loyalitas Konsumen Carefour di Kota Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

SYAHNAN RAJAWALI 067019067/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Nama Mahasiswa : Syahnan Rajawali Nomor Pokok : 067019067 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir. Sumono, MS) (Dr. Rismayani, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Rismayani, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc.)

(3)

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof.Dr.Ir. Sumono, MS

ANGGOTA : 1. Dr. Rismayani, MS

2. Drs. H.B. Tarmizi, SU

3. Dra. Nisrul Irawati MBA

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN LOYALITAS KONSUMEN CARREFOUR DI

KOTA MEDAN”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2008 Yang membuat pernyataan

Syahnan Rajawali

(5)

Kepuasan dan loyalitas konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan, khususnya dalam bidang bisnis jasa maupun produk di kota-kota besar yang menawarkan berbagai sistem penjualan dalam kehidupan modern, salah satu diantaranya adalah bisnis retail. Kepuasan konsumen berhubungan dengan loyalitas konsumen. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan kepuasan konsumen, Carrefour Medan melakukan pelayanan sebaik mungkin. Teori yang digunakan sehubungan dengan kualitas pelayanan yaitu teori yang menyatakan lima dimensi kualitas pelayanan, tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kualitas pelayanan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) terhadap Kepuasan konsumen Carrefour Medan, dan sejauhmana pengaruh Kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen Carrefour Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen Carrefour Medan, untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi kepuasan konsumen Carrefour Medan, dan untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen Carrefour Medan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara (interview), daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Variabel diukur dengan skala Likert.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda dan korelasi Rank Spearman, melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).

Hasil pengujian dengan uji F menunjukkan kualitas pelayanan (yaitu

tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan konsumen Carrefour Medan. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan mampu menjelaskan 56,4 % terhadap kepuasan konsumen di Carrefour Medan, sedangkan sisanya sebesar 43,6 % dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti. Kepuasan konsumen berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pada Carrefour Medan.

(6)

Consumer’s satisfaction and loyality are an important thing for a company, particularly in service businenss and product in big city offering some selling systems in the modern life, one of which is retail business. Consumer’s satisfaction relate to consumer’s loyality. Therefore in improving consumer’s satisfaction, Carrefour Medan provides the services as good as possible. The theory used related to the service satisfaction is the theory five dimension of service quality, tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy.

The formulation of the case in this research is how far the effect of service quality (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy) on consumer’s satisfaction of Carrefour Medan, and how far the effect of consumer’s satisfaction on consumer’s loyality of Carrefour Medan. The goal of this research is to know the effect of service quality on consumer’s satisfaction of Carrefour Medan, to know which variable the most dominantly influences consumer’s satisfaction of Carrefour Medan, and to know the effect of consumer’s satisfaction on consumer’s loyality of Carrefour Medan.

The technique of collecting data is done with observation, interview, questionnaire and documentary study. The sampel in this research is a hunderd people. The approaching of this research is descriptive quantitative, with the type of descriptive quantitative research, and the caracter of the research is descriptive explanatory reseach. The variable is measured with Likert scale.

The test of hypotesis uses double linear regression analysis and Rank Spearman correlation, trough F and t test intended to know the effect of independent variable on dependent variable in the acceptance level of 95 % (α 0.05). The result of the test with F test shows that the service quality (i.e. tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy) singnifincantly influences the consumer’s satisfaction of Carrefour Medan. The coefficient of determination (R2) shows that the variable of the service quality explains 56,4 % towards consumer’s satisfactions of Carrefour Medan, while the rest (43,6 %) is explained by the other unresearched variables. The consumer’s satisfaction is significantly influence on consumer’s loyality ofCarrefour Medan.

(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan

petunjuk-Nya kepada penulis dalam masa proses menuntut ilmu dan menyelesaikan

tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah kualitas

pelayanan dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan

Hubungannya dengan Loyalitas Konsumen Carrefour di Kota Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp(AK), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada

Sekolah Pasca Sarjana USU Medan.

2. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B.M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Rismayani, S.E.,MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku

Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak

(8)

5. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, Ibu Dra. Nisrul Irawati MBA, dan Bapak Drs.

Syahyunan, MSi, selaku Komisi Pembanding atas saran yang diberikan.

6. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua penulis H. Sanusi dan Hj. Zainab yang memberikan perahtian,

motivasi, saran, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Isteri tercinta Guswita serta anak tersayang Davis Pratama dan Larasati atas

kesabaran, motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan

studi dan penyusunan tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat

melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,

namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada pembaca. Semoga Allah

SWT memberi hidayah dan taufik kepada kita. Amin.

Medan, Desember 2007

Penulis,

(9)

Syanan Rajawali, lahir pada tanggal 10 September 1958 di Padang

Sidempuan, anak ke empat dari sembilan bersaudara dari ayahanda H. Sanusi dan

Ibunda Hj. Zainab, memeluk agama Islam, tinggal di Jl. Aribhawana Utama No.

40 Pondok Bali Indah Medan, dengan status sudah menikah dengan Guswita dan

dikaruniai anak Davis Pratama dan Larasati.

Pada tahun 1966 – 1971 sekolah di SD Negeri 1 P. Padang, pada tahun

1972 – 1974 sekolah di SMP Negeri 2 Padang Sidempuan, pada tahun 1975 –

1979 sekolah di SMA Negeri 2 Padang Sidempuan, tahun 1979 – 1986 sekolah di

Universitas Pasundan Bandung, tahun 2006 melanjutkan studi di Program Studi

Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan.

Sejak tahun 1992 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas

(10)

ABSTRAK... i

II.1. Penelitian Terdahulu... 14

II.2. Teori Tentang Pelayanan ... 15

II.2.1. Pengertian Pelayanan ... 15

II.2.2. Kualitas Pelayanan... 19

II.3. Teori Kepuasan Pelanggan ... 23

II.3.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan ... 23

II.3.2. Elemen-elemen Kepuasan Pelanggan ... 25

II.4. Teori Loyalitas Konsumen ... 31

II.5. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 35

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

(11)

III.7. Definisi Operasional... 38

III.8. Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 40

III.9. Uji Asumsi Klasik ... 42

III.10. Model Analisis Data... 44

III.11. Pengujian... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

IV.1. Hasil Penelitian ... 48

IV.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 48

IV.1.2. Kartu Belanja Carrefour ... 50

IV.1.3. Karakteristik Responden ... 51

IV.1.4. Penjelasan Responden ... 55

IV.1.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 77

IV.1.6. Uji Asumsi Klasik ... 78

IV.2. Pengujian Hipotesis ... 83

IV.2.1. Hipotesis Pertama... 83

IV.2.2. Hipotesis Kedua ... 89

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

V.1. Kesimpulan... 91

V.2. Saran ... 92

(12)

III.1. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 40

IV.1. Jenis Kelamin Responden ... 51

IV.2. Umur Responden ... 52

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 53

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 54

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Memiliki Kartu Belanja.. 54

IV.6. Penjelasan Responden Terhadap Fasilitas Fisik ... 56

IV.7. Penjelasan Responden Terhadap Perlengkapan... 57

IV.8. Penjelasan Responden Terhadap Kondisi Fisik... 57

IV.9. Penjelasan Responden Terhadap Jumlah Karyawan... 58

IV.10. Penjelasan Responden Terhadap Tindakan yang Sama... 59

IV.11. Penjelasan Responden Terhadap Bebas Masalah ... 60

IV.12. Penjelasan Responden Terhadap Keakuratan ... 61

IV.13. Penjelasan Responden Terhadap Ketepatan Waktu... 61

IV.14. Penjelasan Responden Terhadap Pemahaman Keinginan Konsumen ... 62

IV.15. Penjelasan Responden Terhadap Komunikasi dengan Konsumen ... 63

IV.16. Penjelasan Responden Terhadap Pemecahan Masalah... 64

IV.17. Penjelasan Responden Terhadap Perilaku yang Terkontrol ... 65

IV.18. Penjelasan Responden Terhadap Mampu Memberikan Pelayanan yang Prima ... 65

IV.19. Penjelasan Responden Terhadap Kesopanan Dalam Berinteraksi... 66

(13)

IV.23. Penjelasan Responden Terhadap Mengetahui Keunikan Konsumen... 69

IV.24. Penjelasan Responden Terhadap Memberikan Perhatian yang Tulus terhadap Kebutuhan Konsumen... 70

IV.25. Penjelasan Responden Terhadap Memiliki Nilai Pribadi yang Menjunjung Tinggi Etika yang Berlaku ... 71

IV.26. Penjelasan Responden Terhadap Terpenuhinya Kebutuhan Konsumen ... 72

IV.27. Penjelasan Responden Terhadap Terpenuhinya Keinginan Konsumen ... 73

IV.28. Penjelasan Responden Terhadap Terpenuhinya Harapan Konsumen ... 73

IV.29. Penjelasan Responden Terhadap Pelanggan Tidak Ingin Pindah ke Retail Lain... 74

IV.30. Penjelasan Responden Terhadap Konsumen yakin Carrefour yang Terbaik ... 75

IV.31. Penjelasan Responden Terhadap Konsumen Merekomendasikan Carrefour ke Orang Lain... 76

IV.32. Penjelasan Responden Terhadap Menjadi Pelanggan Carrefour adalah Pilihan Tepat... 76

IV.33. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 78

IV.34. Uji Multikolinieritas ... 81

IV.35. Uji Heteroskedastisitas ... 82

IV.36. Hasil Uji Serempak ... 84

IV.37. Hasil Uji Parsial ... 85

IV.38. Uji Determinasi... 88

(14)

Nomor Judul Halaman

II.1. Elemen Pemberi Kepuasan Pelanggan ... 27

IV.1. Hasil Uji Normalitas ... 80

(15)

I.1. Latar Belakang

Pemasaran pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang

diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan tugas yang mudah

mengingat perubahan-perubahan yang dapat terjadi setiap saat, baik perubahan

pada diri pelanggan seperti selera maupun aspek-aspek psikologis serta perubahan

kondisi lingkungan yang mempengaruhi aspek-aspek psikologis, sosial dan

kultural pelanggan. Menyadari hal tersebut, orientasi pemasaran modern saat ini

tidak lagi terbatas untuk mencari laba yang sebanyak-banyaknya (profit oriented)

tetapi bagaimana mampu secara terpadu dengan berbagai departemen yang ada,

secara terkoordinasi berusaha untuk dapat memuaskan konsumen atau pelanggan

(custumer satisfaction). Hal ini menunjukkan bahwa konsep dan praktik

marketing telah bergeser dari orientasi penjualan/sales dan produk ke orientasi

konsumen.

Meskipun pemasar sudah memiliki segmen pelanggan yang dianggap

loyal, pemasar tetap perlu memberikan perhatian tentang pelanggan agar tidak

terjadi perpindahan merek. Tekanan-tekanan persaingan yang mengarah pada

perubahan loyalitas konsumen juga tidak dapat diabaikan. Dalam jangka panjang,

(16)

juga dijadikan dasar untuk pengembangan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu

keunggulan yang dapat direalisasikan melalui upaya-upaya pemasaran. Dalam

lingkungan persaingan global yang semakin ketat dengan masuknya

produk-produk inovatif ke pasaran di satu sisi, dan kondisi pasar yang jenuh untuk

produk-produk tertentu di sisi lain, tugas mengelola loyalitas konsumen menjadi

tantangan manajerial yang tidak ringan.

Istilah loyalitas konsumen sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang

mencerminkan loyalitas konsumen pada merek tertentu. Oleh karena itu,

penggunaannya tidak dibedakan dan dapat diutarakan secara silih berganti.

Loyalitas merek menunjukkan suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap

positif terhadap sebuah merek dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa

mendatang.

Kepuasan konsumen dipahami sebagai emosi pelanggan atau reaksi

perasaan pada perbedaan yang dirasakan antara penilaian kinerja dengan harapan.

Beberapa studi memberikan bukti adanya pengaruh signifikan antara kepuasan

konsumen dengan loyalitas konsumen. Kepuasan konsumen mempunyai

pengaruh yang positif terhadap komitmen.

Konsep yang paling dekat dengan hasil yang berhubungan dengan kualitas

pelayanan digambarkan sebagai evaluasi pelanggan pada hasil kerja penyedia

jasa, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kesannya. Kualitas pelayanan

(17)

(kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan empathy

(empati/kemudahan) mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas

pelayanan juga berhubungan dengan loyalitas konsumen. Kepuasan dan loyalitas

konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan, khususnya

dalam bidang bisnis jasa maupun produk di kota-kota besar yang menawarkan

berbagai sistem penjualan dalam kehidupan modern.

Dalam kehidupan modern di kota-kota besar, seperti kota Medan penjualan

dengan sistem retail telah lama dikenal. Bisnis ini berkembang dengan cepat,

sehingga pada saat ini di kota Medan terdapat berbagai retail dalam jumlah yang

cukup banyak, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Perkembangan

jumlah retail tersebut mengakibatkan semakin tingginya persaingan usaha diantara

mereka.

Carrefour sebagai salah satu retail terbesar di kota Medan, menjadi salah

satu pilihan konsumen dalam berbelanja terutama belanja bulanan. Sebagai retail

pendatang baru di kota Medan, Carrefour harus berusaha memberikan kualitas

pelayanan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan pelanggannya agar

tidak pindah ke retail lain. Disini peneliti melihat adanya fenomena yang menarik

dari Carrefour, yaitu walaupun merupakan retail yang baru berdiri tahun 2004

tetapi Carrefour telah merebut konsumen, dan selama lebih dari tiga tahun

kehadirannya sudah banyak pelanggan yang loyal terhadap Carrefour, dimana

(18)

menggunakan kartu belanja Carrefour. Dalam upaya meningkatkan pelayanan

terhadap pelanggan, Carrefour telah melakukan dimensi pelayanan, meliputi

kualitas kerja karyawan, responsibilitas, profesionalisme karyawan, serta

pelayanan dengan empati dan etika yang tinggi dari karyawan. Selain itu, fasilitas

perbelanjaan yang banyak dengan barang-barang berkualitas, lokasi yang

terjangkau dan berada di pusat kota serta lapangan parkir yang tersedia cukup luas

serta kenyamanan di dalam gedung, menjadi nilai tambah dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggan.

Namun demikian, dengan melihat perilaku konsumen yang dapat berubah

setiap saat, serta persaingan dari bisnis retail lainnya dan munculnya bisnis retail

baru, seperti Grand Palladium, sedikit banyak akan mempengaruhi loyalitas

konsumen. Hal ini terjadi karena banyak retail yang menawarkan nilai-nilai yang

lebih seperti harga yang lebih murah, pelayanan yang lebih baik dan lain

sebagainya. Jika hal ini dibiarkan, dapat dipastikan dalam jangka panjang

Carrefour dapat kehilangan pelanggannya.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh kualitas pelayanan (tangibles, reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy) terhadap kepuasan konsumen

(19)

2. Sejauhmana hubungan kepuasan konsumen dengan loyalitas konsumen

Carrefour Medan.

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

konsumen Carrefour Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan kepuasan konsumen dengan loyalitas

konsumen Carrefour Medan.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Carrefour Medan dan menjadi

bahan pertimbangan dalam menjaga dan mempertahankan loyalitas

konsumen.

2. Menambah referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam loyalitas konsumen bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti pada khususnya dalam

(20)

4. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat

untuk meneliti tentang loyalitas konsumen dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya di masa mendatang.

I.5. Kerangka Berpikir

Menurut Sistaningrum (2002), “pelayanan adalah tindakan dari satu pihak

ke pihak lain dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak lain dalam

pembelian produk”.

Menurut Kotler (2004), “pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat

yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak

berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu”.

Selanjutnya menurut Amir (2004), “pelayanan yang diberikan oleh suatu

perusahaan dalam dunia bisnis adalah untuk mengusahakan agar pelanggan puas

berbelanja di toko”. Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi perkembangan perusahaan.

Kotler (2004) menyatakan bahwa “Kepuasan konsumen merupakan

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia

rasakan dibanding dengan harapannya”. Sedangkan Yamit (2001), menyatakan

bahwa “Kepuasan konsumen adalah hasil (outcome) yang dirasakan atas

(21)

Terciptanya kualitas layanan tentunya akan menciptakan kepuasan

terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapa memberikan

beberapa manfaat, diantaranya terjalinnya hubungan yang harmonis antara

perusahaan dengan pelanggan, memberikan dasar yang baik bagi terciptanya

loyalitas konsumen dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut

(word of mouth) yang menguntungkan bagi penyedia jasa tersebut.

Lamb et al., (2001) menyatakan “kepuasan konsumen adalah proses

seorang pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan

dan membuang barang-barang dan jasa yang dibeli serta juga termasuk

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk”.

Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari kualitas pelayanan dikurangi harapan

pelanggan atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Satisfaction = f (Service Quality – Expectation)

1. Service quality < expectation, keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang

diberikan perusahaan menurut pelanggan buruk. Selain tidak memuaskan,

juga tidak sesuai dengan harapan pelanggan.

2. Service quality = expectation, keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang

diberikan dinilai oleh pelanggan adalah biasa-biasa saja. Di mata

pelanggan kenyataan yang terjadi pada kinerja perusahaan dalam

memberikan pelayanan tidak ada yang istimewa dan dianggap sudah

(22)

3. Service quality > expectation, kondisi ini terjadi bila pelanggan merasakan

pelayanan yang diberikan tidak hanya sesuai dengan harapan dan

kebutuhan pelanggan juga sekaligus memuaskan dan menyenangkan

pelanggan.

Konsep dasar dari suatu pelayanan (jasa) ataupun kualitas dari suatu

produk dapat didefinisikan sebagai pemenuhan yang dapat melebihi dari

keinginan atau harapan dari pelanggan (konsumen). Lupiyoyadi (2001)

menyatakan lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelangan dalam

mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan

tersebut adalah:

1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai, dan sarana komunikasi.

2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan

dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membantu

para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat

dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko ataupun

(23)

5. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan

pelanggan.

Kualitas pelayanan berpengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen.

Oleh karena itu, suatu unit bisnis diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan

memberikan nilai tambah, dimulai dengan mengetahui sejauhmana tingkat

kepuasan yang diperoleh konsumen.

Pelayanan tersebut biasanya disebut prime (excelence service) yang selalu

diharapkan semua pelanggan. Persaingan yang semakin hebat antara institusi

penyedia produk jasa saat ini bukan hanya disebabkan globalisasi. Tetapi lebih

disebabkan karena pelanggan semakin cerdas, sadar harga, banyak menuntut,

kurang memaafkan, dan didekati oleh banyak produk. Kemajuan teknologi

komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan, karena

memberi pelanggan akses informasi yang lebih banyak tentang berbagai macam

produk yang ditawarkan. Artinya pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak

dalam menggunakan uang yang dimilikinya. Selanjutnya Kepuasan konsumen

akan membentuk loyalitas konsumen terhadap perusahaan atau produk.

Kotler (2000) menyebutkan “ada enam alasan mengapa suatu institusi

perlu mendapatkan loyalitas konsumen nya”. Pertama, pelanggan yang ada lebih

prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi keuntungan besar kepada

(24)

dibandingkan menjaga dan mempertahankan pelanggan yang ada. Ketiga,

pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan percaya

juga dalam urusan lainnya. Keempat, biaya operasi institusi dapat mengurangkan

biaya psikologis dan sosial dikarenakan pelanggan lama telah mempunyai banyak

pengalaman positif dengan institusi. Keenam, pelanggan loyal akan selalu

membela institusi bahkan berusaha pula untuk menarik dan memberi saran kepada

orang lain untuk menjadi pelanggan.

Seorang konsumen dikatakan loyal apabila ia mempunyai suatu komitmen

yang kuat untuk menggunakan/membeli lagi secara rutin sebuah produk/jasa. Cara

membentuk loyalitas harus dimulai dengan memberikan kualitas produk/jasa yang

unggul atau superior, sehingga konsumen merasa puas dengan pengalaman

mengkonsumsinya. Kepuasan terhadap produk/jasa adalah modal utama

pembentukan loyalitas.

Pedersen dan Nysveen (2001) dalam Ferrinadewi dan Jati (2004),

menggunakan konsep loyalitas, dimana tingkat loyal konsumen terdiri dari 3 tahap

yakni :

1. Cognitively Loyal, tahap dimana pengetahuan langsung maupun tidak

langsung konsumen akan merek, dan manfaatnya, dan dilanjutkan ke

pembelian berdasarkan pada keyakinan akan superioritas yang ditawarkan.

(25)

yang tersedia bagi konsumen. Bentuk loyalitas ini merupakan bentuk yang

terlemah.

2. Affectively Loyal, sikap favorable konsumen terhadap merek yang

merupakan hasil dari konfirmasi yang berulang dari harapannya selama

tahap cognitively loyal berlangsung. Pada tahap ini dasar kesetiaannya

adalah pada sikap dan komitmen konsumen terhadap produk atau jasa

sehingga pada tahap ini telah terbentuk suatu hubungan yang lebih

mendalam antara konsumen dengan penyedia produk atau jasa

dibandingkan pada tahap sebelumnya. Affectivelly Loyal bukanlah

prediktor yang baik dalam mengukur kesetiaan karena meskipun

konsumen merasa puas dengan produk tertentu bukan berarti ia akan terus

mengkonsumsinya dimasa depan.

3. Conatively Loyal, Intensi membeli ulang yang sangat kuat dan memiliki

keterlibatan tinggi yang merupakan dorongan motivasi. Sehingga dari

ketiga bentuk kesetiaan diatas, conatively loyal merupakan prediktor yang

terbaik.

Kesetiaan konsumen merupakan kondisi keterlibatan yang kuat dalam

pembelian ulang, atau konsumsi ulang dari suatu produk atau merek (Costabile,

2002 dalam Aryotedjo, 2005). Namun demikian pembelian ulang tersebut belum

tentu disebabkan semata karena konsumen merasa puas dengan layanan yang

(26)

switching cost yang tinggi (Storbacka, Strandvick dan Gronross, 1994 dalam

Ferrinadewi dan Jati (2004).

Belakangan dipelajari, ternyata Kepuasan konsumen (customer

satisfaction) tidak selalu memberikan jaminan bahwa konsumen akan loyal.

Walaupun konsumen sudah sangat puas terhadap kualitas produk/jasa, ternyata

masih banyak juga yang berpindah ke merek lain. Hal ini antara lain disebabkan

karena diferensiasi di antara merek-merek yang tersedia tidak terlalu signifikan.

Sehingga untuk konsumen, tidak ada resiko untuk berpindah merek. Sudah

banyak diteliti, untuk produk-produk consumer goods seperti makanan dan

produk rumah tangga, jarang konsumen yang loyal terhadap 1 merek saja. Paling

tidak ada 2-3 merek yang mereka sukai dan dibeli secara berganti-ganti. Alasan

lain mengapa konsumen yang puas tidak selalu loyal, adalah karena adanya suatu

tawaran insentif yang menarik dari kompetitor yang sulit untuk ditolak oleh

konsumen. Dalam kondisi ini, loyalitas ke merek awal menjadi turun. Banyak

perusahaan yang meluncurkan program-program marketing yang tujuannya adalah

meningkatkan loyalitas konsumen. Cara yang lebih sustainable adalah mengemas

produk/jasa sehingga menjadi sebuah produk/jasa yang menyajikan keunggulan

dan diferensiasi yang cukup signifikan di mata konsumen. Hal ini bisa menekan

ketertarikan konsumen terhadap produk lain, karena resiko tidak mendapatkan

kualitas yang sama. Meluncurkan program marketing untuk peningkatan loyalitas

(27)

Tangibles

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai

berikut:

1. Kualitas pelayanan (yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance

dan empathy) berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Carrefour Kota

Medan.

2. Kepuasan konsumen berhubungan dengan loyalitas konsumen Carrefour

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Penelitian Terdahulu

Aryotedjo (2005) melakukan penelitian yang berjudul: ”Pengaruh kualitas

jasa, kepuasan konsumen dan komitmen pelanggan terhadap loyalitas konsumen

pada bisnis retail di Alfa Pabelan Surakarta”. Pendekatan penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif, dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Penelitian

dilakukan terhadap 100 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kualitas jasa, kepuasan konsumen dan komitmen pelanggan masing-masing

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen.

Priska dan Tjahjadi (2006) melakukan penelitian yang berjudul: “Analisa

Kepuasan konsumen Supermarket Super Indo Cabang Dago Bandung”.

Metodologi yang digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan kepada

konsumen ini adalah analisa kesenjangan dimana adanya perbedaan antara

harapan dan persepsi konsumen Super Indo. Kajian ini didasarkan pada metode

ServQual di mana variabel-variabel tingkat kepuasan (Tangibles, Reliability,

Responsiveness, Assurance, dan Emphaty) ditentukan terlebih dahulu dan

diturunkan menjadi atribut-atribut yang lebih terperinci sebanyak 35 atribut,

dengan jumlah sampel sebanyak 210 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(29)

perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen Super Indo. Variabel-variabel

tingkat kepuasan (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan

Emphaty) menunjukkan kesenjangan yang berbeda.

II.2. Teori tentang Pelayanan

II.2.1. Pengertian Pelayanan Pelanggan

Dalam suatu bisnis, selain produk, pelayanan terhadap pelanggan juga

memegang peranan yang sangat penting. Pelayanan tersebut merupakan nilai

tambah terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan.

Dalam persaingan bisnis saat ini, faktor harga bukan lagi merupakan satu-satunya

penentu minat pasar untuk membeli produk, tetapi kualitas dari produk serta

kualitas pelayanan perusahaan juga menjadi penentu minat pasar terhadap suatu

produk.

Orientasi pemasaran modern saat ini tidak lagi terbatas untuk mencari laba

yang sebanyak-banyaknya (profit oriented) tetapi bagaimana mampu secara

terpadu dengan berbagai departemen yang ada, secara terkoordinasi berusaha

untuk dapat memuaskan konsumen atau pelanggan (customer satisfaction). Hal

ini sesuai dengan pendapat Nangoi (1997), bahwa “konsep dan praktik marketing

telah bergeser dari orientasi penjualan/sales dan produk ke orientasi konsumen”.

Pada saat sekarang ini, pengertian pelayanan tidak terbatas pada distribusi

(30)

ragamnya serta sangat dibutuhkan pada masyarakat modern sekarang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Kotler (2004), “pengertian pelayanan adalah setiap

kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan

pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu”.

Pelayanan yang diberikan dengan sebaik-baiknya diharapkan dapat

memuaskan konsumen dalam menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan,

pada tahap selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan konsumen pengguna

produk atau jasa tersebut sebanyak mungkin serta mampu mempertahankan

pelanggan yang sudah ada.

Menurut Gerson (2002), “layanan pelanggan tidak hanya berarti produk

yang kualitasnya tinggi, meskipun produk kualitas tinggi adalah bagian penting

dari layanan pelanggan. Masyarakat tidak akan mentolerir produk jelek, mereka

akan mengembalikannya dan membeli di tempat lain”.

Berdasarkan pendapat di atas ada dua hal pokok sehubungan dengan

layanan pelanggan, yaitu perusahaan harus menjual produk yang berkualitas

kepada pelanggan untuk memenangkannya, kemudian perusahaan harus memberi

layanan pelanggan yang superior untuk mempertahankannya.

Perusahaan dalam rangka memuaskan konsumennya berusaha memberikan

pelayanan yang maksimal kepada konsumen. Pelayan tersebut bersifat non fisik,

(31)

berbentuk fisik, seperti telepon, komputer, faksimile, tempat parkir, tempat

penitipan barang dan lain sebagainya.

Aspek-aspek penting dari nilai pelanggan menitik beratkan pada kualitas

pelayanan dalam pemasaran. Sehubungan dengan kualitas pelayanan dalam

pemasaran, ada dua aspek penting dari nilai pelanggan tersebut, yaitu :

1. Kualitas produk dan kualitas pelayanan dalam memenuhi permintaan

pelanggan dan memasarkan produk secara tepat.

2. Pelayanan (servis) yang mendukung konsumen, fleksibilitas untuk

memenuhi permintaan konsumen dan fleksibilitas untuk memenuhi

perubahan pasar (Nangoi, 1997).

Dalam pemasaran, konsumen memilih para penyedia barang (termasuk

swalayan) atas dasar pengalaman mereka setelah menerima pelayanan dari

perusahaan, mereka membandingkan pelayanan yang dirasakan dengan pelayanan

yang dikehendaki. Jika pelayanan yang dirasakan berada di bawah pelayanan

yang diharapkan, konsumen akan kehilangan kepercayaan kepada perusahaan

tersebut. Jika pelayanan yang dirasakan sesuai dengan kualitas yang dikehendaki,

mereka akan menggunakan lagi penyedian produk atau jasa tersebut.

Oleh karena itu, kualitas pelayanan dalam hal pemasaran memegang

peranan yang sangat penting, karena dapat membina komitmen konsumen

terhadap perusahaan atau terhadap produk atau jasa yang diberikan. Adanya

(32)

akan menjadi promosi secara tidak langsung kepada calon-calon pelanggan yang

lain.

Layanan pelanggan melibatkan semua aktivitas yang dilakukan oleh usaha

dan karyawan dalam perusahaan untuk memuaskan pelanggan. Hal ini berarti

lebih dari sekedar menangai keluhan, memberi uang ganti rugi atau mengganti

dengan barang yang lebih baik, lalu tersenyum kepada pelanggan. Layanan

pelanggan juga berarti pergi keluar mengunjungi pelanggan (menyelami kondisi

pelanggan), mengerjakan segala sesuatu yang mungkin memuaskan pelanggan,

serta membuat keputusan menguntungkan pelanggan.

Kartajaya (2001), menyatakan bahwa “layanan tidak bisa diberi harga,

layanan pelanggan akan membalas, yaitu bertahannya pelanggan dalam jangka

waktu lama”. Oleh karena itu sangat perlu untuk mempertahankan pelanggan

dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, karena setiap pelanggan

yang kecewa atau tidak puas akan berdampak buruk kepada perusahaan.

Selanjutnya menurut Gerson (2002), bahwa “seorang pelanggan yang

kecewa akan bercerita kepada 10 orang lain, dan 13 % dari mereka akan bercerita

kepada 20 orang tentang masalahnya. Sedangkan pelanggan yang senang atau

yang keluhannya diselesaikan akan bercerita kepada 3 – 5 orang tentang

pengalaman positif mereka”. Dengan demikian, perusahaan harus memuaskan 3 –

(33)

Menurut Wellingtong (1998) beberapa hal yang membuat pelanggan tidak

puas adalah : “kurangnya komunikasi internal, kurangnya motivasi staf dan/atau

usaha membuat staf menjadi mampu, kurang riset, kurang komunikasi dengan

pemasok, kurang komitmen pada hubungan jangka panjang dengan pelanggan,

serta kurang visi dan/atau komitmen dari manajemen”.

II.2.2. Kualitas Pelayanan

Meningkatkan kualitas pelayanan merupakan suatu keharusan yang

dilakukan oleh pihak produsen kepada pelanggan karena tanpa pelayanan yang

berkualitas sulit bagi suatu bisnis jasa untuk berkembang.

Tjiptono (2000) menyatakan bahwa “kualitas pelayanan berpusat pada

upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan”. Sedangkan menurut

Payne (2000), “kualitas pelayanan berkaitan dengan kemampuan suatu organisasi

untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan”.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kualitas

pelayanan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi

harapan pelanggannya. Kualitas pelayanan lebih menekankan aspek Kepuasan

konsumen yang diberikan oleh perusahaan yang menawarkan jasa. Keberhasilan

suatu perusahaan yang bergerak di sektor jasa tergantung kualitas pelayanan yang

(34)

Kualitas pelayanan berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas

memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan

yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini

memungkinkan perusahaan untuk selalu memahami dengan seksama

harapan-harapan para pelanggan. Pada gilirannya Kepuasan konsumen dapat menciptakan

kesetiaan atau loyalitas konsumen .

Salah satu cara yang dapat dilakukan pihak manajemen untuk

mempermudah pengambilan tindakan perbaikan kualitas pelayanan dengan

menetapkan standar kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sebagai

pedoman dalam melakukan pengawasan. Jika pelayanan tidak memenuhi standar

yang ditetapkan, berarti diperlukan perbaikan agar permasalahan yang sama tidak

terulang di masa mendatang.

Menurut Lupiyoadi (2001), dimensi kualitas pelayanan, yaitu:

1. Tangible atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan si pemberi jasa.

Tangibles meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya),

perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan

(35)

2. Reability atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan

yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan

dengan akurasi yang tinggi.

3. Responsiveness atau kepenjelasan, yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,

dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu

tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif

dalam kualitas pelayanan.

4. Assurance atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopanan santunan,

dan kemapuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya

para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara

lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

(security), kompetensi (competence) dan sopan santun (courtesy).

5. Empathy yaitu membeirkan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupa memahami

keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki

pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan

pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman

(36)

Perusahaan yang menciptakan suatu strategi pelayanan yang terpadu dan

terkoordinasi menuntut pengembangan rencana, pengukuran kinerja dan

pemberian tanggung jawab seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan

operasional perusahaan. Pelayanan pelanggan harus dianggap sebagai bagian

dari strategi pemasaran, dan perlu melibatkan berbagai fungsi bisnis yang

kegiatan-kegiatannya mempengaruhi pelanggan.

Perusahaan jasa berupaya memberi kepuasan kepada pelanggan bila

ingin memenangkan persaingan. Oleh sebab itu, manajer suatu perusahaan jasa

harus mendesain strategi dengan meningkatkan kualitas jasa secara terus

menerus.

Menurut Gaspersz (2002), atribut yang diperhatikan dalam pelayanan

kualitas jasa adalah :

1. Ketepatan waktu pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini

berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas

dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi

mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal, seperti

petugas keamanan, pengemudi, kasir dan penerima tamu dan sebagainya.

4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan

(37)

5. Pelayanan pribadi.

6. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana

pendukung, serta pelayanan lainnya.

7. Kemudahan mendapatkan layanan, berkaitan dengan banyaknya outlet,

banyaknya petugas yang melayani dan banyaknya sarana pendukung

seperti komputer untuk memproses data dan sebagainya.

8. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi,

ruangan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir

kendaraan, ketersediaan informasi, petunjuk dan bentuk-bentuk lain.

9. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan kebersihan,

ruangan, fasilitas, AC dan sebagainya.

II.3. Teori Kepuasan Pelanggan

II.3.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Setiap perusahaan jasa yang ingin sukses harus memprioritaskan kepuasan

konsumen karena hal ini berkaitan dengan keberhasilan pemasaran jasa. Untuk

mencapai tingkat kepuasan konsumen yang tinggi, diperlukan pemahaman tentang

keinginan dan kebutuhan konsumen. Menurut Cravens (1998), ”Kepuasan

konsumen merupakan pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan para

pelanggan melalui produk yang dihasilkan”. Sedangkan Kotler dan Susanto

(38)

membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

harapannya”.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, berarti Kepuasan konsumen adalah

pebandingan antara kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan dengan harapan

para pelanggan. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan,

sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan. Menurut Umar (2003),

”faktor yang mempengaruhi Kepuasan konsumen adalah mutu produk dan

pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai

perusahaan”.

Variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu diharapkan

(expectations) dan kinerja (perceived performance). Apabila kinerja (perceived

performance) lebih besar dari yang diharapkan (expectations), maka pelanggan

akan puas, tetapi bila sebaliknya maka pelanggan akan merasa tidak puas.

Pengaruh kinerja (preceived performance) tersebut lebih kuat dari pada yang

diharapkan (expectations) di dalam penentuan kepuasan pelanggan. Oleh karena

itu kepuasan akan menimbulkan loyalitas konsumen , maka loyalitas sebagai

variabel endogenous disebabkan oleh suatu kombinasi dari kepuasan, rintangan

pengalihan (swicthing barrier) pemasok, dan keluhan.

Menurut Irawan (2004), ”Kepuasan konsumen ditentukan oleh persepsi

pelanggan atas performance jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan

(39)

pelanggan terlampaui”. Ada lima penggerak utama Kepuasan konsumen di

Indonesia. Pertama, adalah kualitas jasa. Pelanggan akan puas kalau setelah

menggunakan jasa tersebut, ternyata kualitasnya baik. Kedua, harga, untuk

pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang

penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi. Ketiga,

service quality, yang sangat tergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan

manusia. Faktor manusia memegang kontribusi sekitar 70 %, oleh karena itu

kepuasan terhadap kualitas pelayanan sulit ditiru. Keempat, emotional factor,

yaitu rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang

penting, merupakan contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan.

Kelima, kemudahan untuk mendapat jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas

apabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan pelayanan.

II.3.2. Elemen-elemen Kepuasan Pelanggan

Kepuasan konsumen (customer satisfaction) menjadi salah satu unsur

penting yang harus diperhatikan, sebab Kepuasan konsumen telah menjadi

ukuran agar pelanggan tetap mau menjadi mitra dalam mengembangkan bisnisnya

dan menjadi benteng dalam memenangkan persaingan. Kepuasan konsumen

terutama dapat menjadikan pelanggan setia (loyal) terhadap perusahaan. Di dalam

mencapai Kepuasan konsumen tersebut, kualitas pelayanan (sikap, perhatian dan

(40)

Salah satu cara utama yang dipakai oleh perusahaan jasa dalam

membedakan dirinya sendiri adalah dengan memberikan kualitas pelayanan yang

lebih tinggi secara konsisten ketimbang yang dilakukan pesaing. Menurut Kotler

dan Amstrong (2001), bahwa ”membuat pelanggan tetap bertahan mungkin

merupakan ukuran terbaik untuk kualitas dan kemampuan perusahaan jasa untuk

mempertahankan pelanggannya tergantung pada seberapa konsisten perusahaan

menyampaikan nilai kepada pelanggan”.

Menurut Wellington (1998), ”ada enam elemen yang memberikan

kepuasan kepada pelanggan, yaitu elemen produk, elemen penjualan, elemen

purna jual, elemen lokasi, elemen waktu dan elemen budaya”. Dari semua elemen

tersebut, elemen budaya memberi pengaruh yang paling besar karena elemen ini

merupakan sumber nilai-nilai dan sistem keyakinan yang menentukan siapa yang

dilayani perusahaan, direkturnya, pemegang sahamnya atau pelanggannya.

Hubungan keenam elemen tersebut dalam memberi Kepuasan konsumen

(41)

Kepuasan

Sumber : Wellington (1998)

Gambar II.1. Elemen Pemberi Kepuasan Pelanggan

Faktor-faktor yang mempengaruhi elemen-elemen tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Elemen produk, terdiri dari faktor : ketersediaan, mutu, perwujudan, citra, nilai

tukar dengan uang dan pemenuhan harapan.

2. Elemen penjualan, terdiri dari faktor : pemasaran dan penataan barang

dagangan, komunikasi verbal, lingkungan pembelian, staf, dokumentasi dan

(42)

3. Elemen purna jual, terdiri dari faktor : mempertahankan perhatian yang tinggi

dan penanganan keluhan.

4. Elemen lokasi, terdiri dari faktor : lokasi, akses, keamanan dan kenyamanan,

menyediakan kebutuhan khusus pelanggan.

5. Elemen waktu, terdiri dari faktor : jam kerja, kecocokan dan ketersediaan

produk, kecepatan transaksi.

6. Elemen budaya, terdiri dari faktor : etiket, tingkah laku, hubungan internal,

hubungan eksternal dan mutu pengalaman pembeli (Wellington, 1998).

Dalam rangka mempertahankan pelanggan, Mowen dan Minor (2002),

memberikan tujuh langkah menuju sistem layanan pelanggan yang sukses, yaitu :

1. Komitmen manajemen total

2. Kenalilah pelanggan anda

3. Kembangkan standar kinerja layanan yang berkualitas

4. Pekerjakan, latih dan berilah penghargaan kepada staf yang baik

5. Berilah penghargaan atas penyelesaian layanan

6. Tetaplah dekat ke pelanggan anda

7. Bekerjalah menuju perbaikan yang berkesinambungan.

Program layanan pelanggan tidak bisa sukses tanpa ada komitmen dari

manajemen puncak perusahaan. Sampai tingkat managing director, kepala

eksekutif bahkan pemilik perusahaan sendiri harus mengembangkan konsep yang

(43)

mengkomunikasikan visinya kepada seluruh karyawan, sehingga karyawan dapat

mengerti dan dapat melaksanakannya.

Perusahaan tidak hanya perlu mengenali pelanggannya tetapi juga harus

memahami pelanggan secara menyeluruh. Perusahaan perlu mengetahui apa yang

disukai pelanggan, apa yang tidak disukai, perubahan apa yang diingikan,

bagaimana mereka menginginkan perusahaan tersebut, kebutuhan apa yang

mereka perlukan, dan apa harapan-harapan mereka.

Layanan pelanggan bukanlah konsep yang tidak dapat dilihat. Setiap usaha

memiliki kegiatan usaha yang khas serta dapat dikembangkan. Sebagai contoh,

berapa kali telepon berdering sebelum seseorang mengangkatnya, berapa

pemrosesan suatu pesanan, dan lain-lain. Jika standar ditetapkan untuk kegiatan

usaha yang teratur, maka karyawan juga akan menunjukkan kinerja yang superior.

Layanan kebaikan pelanggan dan program mempertahankan keefektifan

pelanggan, dapat dilakukan hanya oleh orang yang berkompeten dan mampu.

Layanan perusahaan haruslah seprofesional orang yang memberikannya. Jika

perusahaan ingin tampak baik di mata orang, maka harus mempekerjakan orang

yang baik pula. Selanjutnya karyawan tersebut harus dilatih agar memberikan

hasil terbaik dalam layanan dan program mempertahankan pelanggan.

Perusahaan sebaiknya memberikan penghargaan kepada setiap karyawan, karena

(44)

Perusahaan seharusnya menyediakan penghargaan materi maupun psikologis

secara intensif bagi stafnya. Kemudian perusahaan juga sebaiknya memberikan

penghargaan kepada pelanggan yang berperilaku baik. Memberi perhatian kepada

pelanggan akan menjadikan mereka bertahan dan akan memberi rujukan kepada

orang lain.

Tetaplah berhubungan dengan pelanggan, dan sebaiknya dilakukan riset

yang berkesinambungan untuk mempelajari mereka. Hubungan perusahaan

dengan pelanggan dimulai setelah transaksi selesai. Dalam hal ini perusahaan

harus menjalankan program mempertahankan pelanggan dan pelanggan akan

mengetahui sejauh mana perusahaan memperhatikan mereka.

Perusahaan harus menyadari bahwa suatu sistem layanan pelanggan tidak

ada yang sempurna, oleh karena itu perusahaan harus tetap bekerja untuk

mengevaluasi setiap sistem yang diterapkannya. Tujuan perusahaan harus

diarahkan untuk tetap memukan pelanggan. Dalam hal ini, perusahaan perlu

menyadari bahwa pelanggan saat ini lebih terdidik daripada sebelumnya. Mereka

lebih berhati-hati dalam setiap pembelian yang mereka lakukan dan uang yang

mereka keluarkan. Pelanggan menginginkan nilai yang sebanding dengan uang

yang dikeluarkannya. Pelanggan juga menginginkan layanan yang baik dan

(45)

II.4. Teori Loyalitas Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmesta (1999) bahwa

”loyalitas konsumen berarti suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap

positif terhadap sebuah merek dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa

mendatang”.

Menurut Sutisna (2003), ”loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke

dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan loyalitas toko. Loyalitas merek

didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang

direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang

waktu”.

Menurut Peter dan Olson (2000), ”dari sudut pandang strategi pemasaran,

loyalitas merek adalah suatu konsep yang sangat penting”. Khsusunya pada

kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah, namun tingkat

persaingan sangat ketat, keberadaan konsumen yang loyal sangat dibutuhkan agar

perusahaan dapat bertahan hidup, dan upaya untuk mempertahankan loyalitas ini

sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif ketimbang upaya menarik

pelanggan-pelanggan baru.

Konsep tentang loyalitas merek perlu diperjelas sebelum pengembangan

metode operasionalisasi (pengukuran) dilakukan secara memadai. Klarifikasinya

melibatkan ide yang berkaitan dengan pendekatan attitudinal sebagai komitmen

(46)

Jacoby dan Kryner (1973) dalam Dharmesta (1999) telah mengklarifikasikan

jumlah tersebut melalui definisi yang mencakup enam kondisi yang secara

kolektif memadai sebagai berikut: loyalitas merek adalah (1) respon keperilakuan

(pembelian), (2) yang bersifat biasa (non random), (3) terungkap secara

terus-menerus, (4) oleh unit pengambilan keputusan, (5) dengan memperhatikan satu

atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis, dan (6) merupakan

fungsi proses psikologis (pengambilan keputusan, evaluatif).

Assael (1992) dalam Sutisna (2003) menyatakan empat hal yang

menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal, sebagai berikut :

a. Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap

pilihannya.

b. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko yang

lebih tinggi dalam pembeliannya.

c. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap

toko.

d. Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap

merek.

Seperti halnya loyalitas merek, loyalitas toko juga ditunjukkan oleh

perilaku konsisten, tetapi dalam loyalitas toko perilaku konsistennya adalah dalam

mengunjungi tko dimana konsumen bisa membeli merek produk yang diinginkan.

(47)

menjadi loyal terhadap merek tertentu disebabkan oleh kualitas produk yang

memuaskan, dalam loyalitas toko, penyebabnya adalah kualitas pelayanan yang

diberikan oleh pengelola dan karyawan toko”.

II.5. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas konsumen

Konsep yang paling dekat dengan hasil yang berhubungan dengan kualitas

jasa digambarkan sebagai evaluasi pelanggan pada hasil kerja penyedia jasa,

berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan kesannya. Seperti pada kasus

kepuasan, relevansi kualitas bagi kesuksesan jangka panjang tidak perlu

dipersoalkan lagi (Parasuraman, Zeithand dan Berry, 1988; Rust dan Oliver, 1994

dalam Thurau, 2002).

Dabholkar, et al (2000) dalam Tjiptono dan Chandra (2005) menyatakan

bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pelanggan. Peneliti lain juga telah menunjukkan hubungan antara kualitas jasa

dengan loyalitas konsumen (Zeithaml. Berry, dan Parasutaman, 1996 dalam

Thurau, 2002).

Menurut Anderson dan Sulivan (1993); Oliver (1996) dalam Thurau

(2002) menemukan bahwa Kepuasan konsumen mempunyai hubungan positif

yang kuat dengan loyalitas konsumen . Beberapa studi juga menemukan bahwa

Kepuasan konsumen merupakan faktor utama atau mempunyai pengaruh yang

(48)

Pritchard, Havitz, dan Howard (1999) dalam Thurau (2002) menemukan

bahwa komitmen pelanggan mempunyai hubungan yang kuat dengan loyalitas

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bisnis retail di Kota Medan dengan

mengambil lokasi pada Carrefour yang belokasi Jl. Gatot Subroto Medan.

Penelitian dimulai pada bulan September 2007 sampai dengan Oktober 2007.

III.2. Metode Penelitian

Berdasarkan jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat yang digunakan,

maka pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, karena dalam

memberikan gambaran (deskripsi) atas suatu peristiwa atau gejala, menggunakan

alat bantu statistik. Jenis penelitian adalah studi kasus yang didukung oleh survey

untuk mengumpulkan data mengenai faktor-faktor terkait dengan variabel

penelitian. Adapun sifat penelitian adalah menguraikan atau menjelaskan

(descriptive explanatory reseach).

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan Carrefour di Kota

Medan yang menggunakan kartu belanja Carrefour yaitu sebanyak 10.025

(50)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

probability-simple random sampling. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus

Slovin dalam Umar (2005), yaitu:

2

N = ukuran populasi

e = standar error = 10 % (0,1).

Dengan demikian jumlah sampel adalah:

)

n = 99 (dibulatkan menjadi 100 orang pelanggan)

III.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi), yaitu pengamatan yang dilakukan di Carrefour

Medan terhadap pelaksanaan pelayanan pelanggan.

2. Wawancara (interview) kepada pelanggan yang menjadi responden di

Carrefour Medan.

3. Daftar pertanyaan (questionaire) yang diberikan kepada pelanggan yang

menjadi responden di Carrefour Medan.

4. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari Carrefour Medan berupa

(51)

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan pada penelitian adalah :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara

(interview) dan daftar pertanyaan (questionaire) pada responden Carrefour

di Medan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pengumpulan data dari

Carrefour Medan, berupa data deskripsi perusahaan, jumlah pelanggan.

III.6. Identifikasi Variabel

Memperjelas antara variabel yang satu dengan yang lain, maka variabel

dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab timbulnya perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas (X) adalah kualitas pelayanan dengan dimensi:

tangibles (X1), reliability (X2), responsiveness (X3), assurance (X4), dan empathy (X5).

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah kepuasan konsumen (Y1) dan loyalitas

(52)

III.7. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan variabel penelitian dan skalan

pengukurannya, sebagai berikut:

1. Variabel tangibles (X1)

Fasilitas fisik, perlengkapan, sarana komunikasi serta kecukupan pegawai

yang disediakan Carrefour untuk menjamin pelayanan kepada konsumen.

Untuk mengukur variabel tangibles digunakan skala Likert.

2. Variabel reliability (X2)

Kemampuan Carrefour dalam memberikan pelayanan dengan segera dan

memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada konsumen

Carrefour. Untuk mengukur variabel reliability digunakan skala Likert.

3. Variabel responsiveness (X3)

Tindakan para karyawan Carrefour untuk membantu para konsumen dan

memberikan pelayanan dengan tanggap. Untuk mengukur variabel

responsiveness digunakan skala Likert.

4. Variabel assurance (X4)

Kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para

karyawan Carrefour yang bebas dari bahaya, risiko ataupun keragu-raguan.

(53)

5. Variabel empathy (X5)

Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan

perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan konsumen Carrefour. Untuk

mengukur variabel empathy digunakan skala Likert.

6. Variabel kepuasan konsumen (Y1)

Kesesuaian antara harapan yang dirasakan oleh konsumen Carrefour yang

diterimanya dalam pelayanan. Untuk mengukur variabel kepuasan

konsumen digunakan skala Likert.

7. Variabel loyalitas konsumen (Y2)

Variabel loyalitas adalah kesetiaan konsumen untuk tetap belanja di

Carrefour. Untuk mengukur variabel loyalitas konsumen digunakan skala

Likert.

Teknik skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang

merupakan bagian dari jenis attitude scales. Skala Likert adalah dimana

responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai berbagai

pernyataan tentang perilaku, objek, orang atau kejadian (Kuncoro, 2003). Menurut

Santoso (2005), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

(54)

Tabel III.1. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Indikator Ukuran

Tangibles (X1) Bukti fisik pelayanan 1.Fasilitas fisik

2.Perlengkapan 3.Kondisi fisik 4.Jumlah karyawan

Skala Likert

Reliability (X2) Kemampuan karyawan

memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan

1.Tindakan yang prima 2.Bebas masalah

1. Pemahaman keinginan pelanggan 2. Komunikasi

3. Pemecahan masalah 4. Perilaku yang terkontrol

Skala Likert

Assurance (X4) Jaminan kepuasan dalam

pelayanan

1.Mampu memberikan pelayanan yang prima

2.Sopan dalam berinteraksi 3.Dapat dipercaya

4.Tidak ragu-ragu dalam pelayanan

Skala Likert

Empathy (X5) Tindakan yang dirasakan

oleh pelanggan dalam pelayanan

1.Membuka hubungan personal dengan pelanggan.

2.Mengetahui keunikan konsumen 3.Perhatian yang tulus terhadap

kebutuhan konsumen 4.Memiliki nilai pribadi yang

menjunjung tinggi dan etika yang berlaku

keinginan, dan harapan konsumen

Skala Likert

Loyalitas konsumen (Y2)

Kesetiaan pelanggan untuk tetap belanja di Carrefour

1.Pelanggan tidak ingin pindah ke retail lain

2.Pelanggan yakin Carrefour adalah yang terbaik

3.Pelanggan merekomendasikan Carrefour ke orang lain 4.Menjadi pelanggan Carrefour

adalah pilihan tepat

Skala Likert

III.8. Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen

Instrumen penelitian, sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data

(55)

reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk melihat ketepatan dan kecermatan

instrumen dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur (Azwar, 2003).

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus koefisien korelasi

Product Moment dari Pearson (Widodo, 2004), dengan rumus sebagai berikut:

rxy =

Selanjutnya untuk mendapatan instrumen yang reliabel, dilakukan uji

reliabilitas. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui instrumen dapat

dipercaya sebagai alat ukur data (Widodo, 2004). Dalam hal ini teknik yang

digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Alpha Cronbach.

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen adalah dengan

melakukan uji coba instrumen kepada 30 orang responden. Menurut Umar

(2000), bahwa sangat disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal

(56)

III.9. Uji Asumsi Klasik

Dalam kaidah statistik ekonometrika, apabila menggunakan regresi linear

berganda, perlu melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap kemungkinan

pelanggaran asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji

heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk memastikan bahwa

model regresi linear berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi

klasik telah terpenuhi, alat uji statistik linear berganda dapat digunakan.

1) Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2005), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal.

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Secara matematis, normalitas dapat dihitung :

24/N

dimana N adalah jumlah sampel.

2) Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2005), uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui

(57)

(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas

adalah dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF

lebih kecil dari 5, maka dalam model tidak terdapat multikolinieritas.

3) Uji Heterodaskesitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi linear

digunakan analisa residual berupa grafik sebagai dasar pengambilan

keputusan. Menurut Ghozali (2005), model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi hetersokedastisitas. Untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, dan kemudian menyempit),

maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Secara matematis dapat dihitung dengan uji Glejser:

⏐Ut⏐ = α + β Xt + vi

⏐Ut⏐ = nilai absolut residual

Xt = variabel bebas

(58)

III.10. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis pertama adalah

regresi linear berganda, dengan formulasi sebagai berikut:

Y1 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e

Sedangkan model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis

kedua adalah korelasi Rank Spearman (rs) sebagai berikut:

rs =

rs = koefisien korelasi Rank Spearman

d = beda urutan dalam satu pasangan data

(59)

III.11. Pengujian

1) Uji F

Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serempak

terhadap variabel terikat dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 5 %).

H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0; secara serempak variabel tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy tidak berpengaruh terhadap

kepuasan konsumen Carrefour di Kota Medan.

H1 : minimal satu bi ≠ 0, secara serempak variabel tangibles, reliability,

responsiveness, assurance dan empathy berpengaruh terhadap Kepuasan

konsumen Carrefour di Kota Medan.

Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah

dengan uji statistik F, dengan ketentuan: H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel, H0

JK reg = jumlah kuadrat regresi

(60)

2) Uji t (uji parsial)

Digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara

parsial (individual) terhadap variabel terikat dengan tingkat keyakinan 95 % (5

%).

Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesisi adalah

dengan uji statistik t, dengan ketentuan: H0 di terima jika thitung < ttabel; H0 di

seβ = standar error koefisien regresi

3) Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah untuk mengukur kemampuan variabel

indenpenden menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Untuk

mempertimbangkan kenyataan bahwa besaran derajat kebebasan menurun

sehubungan dengan bertambahnya variabel bebas atau variabel penjelas di

(61)

dimana n adalah jumlah observasi atau sampel data dan k adalah jumlah

parameter atau koefisien yang diestimasi.

Data diolah menggunakan program aplikasi software pengolahan data

Gambar

Gambar II.1. Elemen Pemberi Kepuasan Pelanggan
Tabel III.1.  Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Tabel IV.3.  Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel IV.5.  Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Memiliki Kartu Belanja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Denda: Terhadap setiap hari keterlambatan penyelesaian pekerjaan Penyedia akan dikenakan Denda Keterlambatan sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari Nilai Kontrak

Hal ini dapat dijelaskan bahwa salah satu upaya untuk mengatasi kepercayaan diri, maka seorang guru akan memberikan penentu suasana hati yang paling dominan dengan

LAKIP BLHD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2015 22. Meningkatnya kinerja BLHD dalam perencanaan dan

Meskipun tidak ada variabel yang signifikan mempengaruhi prestasi akademik, namun keterampilan mengajar signifikan mempengaruhi emosi mahasiswa, tekanan akademik, perceived

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah menurunnya motivasi belajar siswa, ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa belum maksimal, laporan dari guru pelajaran

[r]

Sehingga dapat dirumuskan dari pernyataan di atas bahwa layanan konseling kelompok berhubungan dengan kedisiplinan.Berdasarkan uraian tersebut, layanan konseling kelompok

sistim Pengaturan/pengendalian lalu lintas pada persimpangan mempunyai cakupan luas antara lain masalah perhitungan besarnya kapasitas persimpangan yang ada, volume lalu lintas,