commit to user
PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL WAT
TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS DI BMT
HARAPAN KITA BANTUL)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Meutika Azizah
NIM.E0006173
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
commit to user
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL WAT
TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS DI BMT
HARAPAN KITA BANTUL)
Oleh
Meutika Azizah
NIM.E0006173
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Oktober 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Agus Rianto,SH.,M.Hum
Zeny Lutfiyah, S.Ag.,M.Ag
commit to user
iv
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL WAT
TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS DI BMT
HARAPAN KITA BANTUL)
Oleh
Meutika Azizah
NIM.E0006173
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari
: Jum’at
Tanggal
: 29 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
1. Mohammad Adnan S.H.,M.Hum.
: ...
NIP.
195407121984031002
Ketua
2. Agus Rianto,SH.,M.Hum
: ...
NIP. 196108131989031002
Sekretaris
3. Zeny Lutfiyah, S.Ag.,M.Ag
: ...
NIP. 197210112005012001
Anggota
Mengetahui
Dekan,
commit to user
v
PERNYATAAN
Nama
: Meutika Azizah
NIM
: E0006173
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul
PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL WAT
TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS DI BMT
HARAPAN KITA BANTUL)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda
citasi
dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Oktober 2010
yang membuat pernyataan
commit to user
vi
ABSTRAK
Meutika Azizah, E.0006173.2010. PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
)
PADA
BAITUL MAAL WAT TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL
DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI
KASUS DI BMT HARAPAN KITA BANTUL). Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan sistem
Al-qardhul hasan pada BMT Harapan Kita Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris atau sosiologis yang bersifat
deskriptif. Sumber data penelitian yang digunakan meliputi bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara
dan studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis
kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian diolah dan dianalisis untuk
menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari
sumber penelitian yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat diketahui mengenai
keistimewaan dan keutamaan dalam pelaksanaan sistem Al-qardhul Hasan pada BMT
Harapan Kita Bantul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem
Al-qardhul hasan
memiliki fungsi sosial yang dapat menolong dan meningkatkan derajat orang-orang
yang tidak mampu. Jika suatu BMT memiliki Baitul Maal yang kuat maka penerapan
Al-qardhul hasan dapat dilaksanakan dengan baik. Ini adalah bentuk kepedulian
BMT terutama BMT Harapan Kita terhadap lingkungan masyarakat sekitar.
Pelaksanaan sistem Al-qardhul hasan ini dapat dirasakan oleh orang-orang yang tidak
mampu tetapi mempunyai profesi, iktikad baik untuk usaha dan dapat dipercaya.
commit to user
vii
ABSTRAK
Meutika Azizah, E.0006173.2010. APPLICATION OF SOCIAL FUNCTION
(CHARITY) BAITUL MAAL WAT TAMWIL ON WAY TO CAPITAL
ASSITANCE SYSTEM AL-QARDHUL HASAN (BENEVOLENT LOAN)
(CASE STUDY IN BMT HARAPAN KITA BANTUL). Faculty of Law Sebelas
Maret University Surakarta.
This study aims to determine how the implementation of system Al-Qardhul
Hasan at BMT Harapan Kita Bantul.
This study is an empirical or sociological law which is descriptive. Sources of
research include primary legal materials and secondary legal material. Collection
techniques of research sources used are interviews and literature study. In this study,
the authors use qualitative analysis techniques with interactive components of the
model: data reduction and presentation of data is done in conjunction with data
collection, then processed and analyzed to answer the problem under study. The last
step is to draw conclusions from research sources are processed, which in turn can be
known about privilege and primacy in the implementation of the system Al-Qardhul
Hasan.
The result showed that application of Al-qardhul hasan have a social function
that can help and improve the degree of people who can not afford if BMT have a
strong Baitul Maal, the application of Al-Qardhul hasan can be performed well. This
is especially a concern BMT Harapan Kita on the environment surronding
communities. Implementation of the system Al-Qardhul hasan can be felt by people
who can not afford but have a profession, in a good faith for the bussiness and can be
trusted.
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum yang
berjudul “ PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL
WAT TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL DENGAN SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS DI BMT
HARAPAN KITA BANTUL)”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW. Penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang
harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh
derajat sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pelaksanaan sistem Al-qardhul Hasan pada BMT Harapan Kita menjadi sangat
menarik untuk diteliti karena adanya fungsi sosial yang sangat membantu
orang-orang yang tidak mampu sehingga dapat meningkatkan derajat mereka untuk terbebas
dari jerat kemiskinan. Penerapan sistem Al-qardhul Hasan dalam BMT Harapan Kita
dilaksanakan dengan baik dan berlandaskan syariah Islam yang tertuang dalam
Al-Quran dan Hadits.
Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas
dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum dan
Masyarakat yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user
ix
4.
Ibu Zeny Lutfiyah, S.Ag.,M.Ag., selaku Pembimbing II dalam Penulisan Hukum
ini yang bersedia menyediakan waktu, pemikiran dan berbagi ilmu dengan
penulis.
5.
Bapak Syafrudin Yudo W, S.H.,M.H., selaku pembimbing akademis, atas nasehat
yang berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum UNS.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan
skripsi ini.
7.
Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum., dan Mas Wawan anggota
PPH yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
8.
Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu
menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik penulisan hukum.
9.
Bapak Ardian Dwi Yoenanto,S.H.,M.Hum selaku Direktur Utama dari BMT
Harapan Kita di Bantul yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di BMT
Harapan Kita.
10. Bapak Izzuddin Yogya selaku Manajer Umum BMT Harapan Kita di Bantul yang
telah memberikan banyak nasehat dan ilmu pengetahuan kepada penulis..
11. Bapak dan Ibu tercinta atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan
segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penulisan hukum ini.
12. My Family, Kakak-kakak penulis, Mas topan dan Mbak Ning, Mas Hasnan yang
selalu membantu dalam urusan finansial, Mbak Resti, Mas Guva, Mbak Rika dan
my little angel Aldhea, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku dan selalu
memberi dukungan.
13. Bapak Gunawan, Bapak Henri karena sudah memberikan kesempatan bekerja
sekaligus mengerjakan skripsi dan teman-teman Customer Service Indosat M2 di
Solo Grandmall ( Siska, Nila, Amel, Mas Tri dan Sofra).
commit to user
x
penelitian dengan sabar. Terima kasih karena selalu setia mendampingi penulis.
Terima kasih telah menjadi semangat dalam hidupku.
15. Sahabat-sahabat tercintaku, Fina Maryuana yang selalu setia memberikan
dukungan dan doa untuk kemajuan walaupun jarak memisahkan, Martina
Wulanjari yang setia jadi sahabatku mulai SMP sampai sekarang, teman SMPku
yang selalu memberikan support, fajar, baskara, riantika yang setia menjadi
sahabatku.
16. Anak-anak genx Rembo, Rani terima kasih sudah memberikan tumpangan
menginap selama penelitian di Jogjakarta, Puri terima kasih karena sudah
memberikan koneksi untuk melakukan penelitian, terima kasih sudah setia
mendengar curhatanku, terima kasih sudah membantu dalam proses penulisan,
Linda terima kasih telah memberikan support agar penulis segera menyelesaikan
skripsi, Ade terima kasih buat motivatornya selama ini, buat dukungan sms dan
telepon untuk mengingatkan agar tidak bermalas-malasan dalam mengerjakan
skripsi, Niko terima kasih karena sering mengingatkan agar jangan terlalu
mementingkan pekerjaanku, Anis terima kasih sudah menjadi teman baik,
menjadi motivator pada penulis.
17. Teman-teman kuliah di Fakultas Hukum UNS angkatan ’06.
18. Teman-teman kecilku, Asti Yuniar, Elisabeth Dyah Listiningrum, Septi
Nurlitasari, yang selalu setia dari kecil sampai dewasa ini, terima kasih buat
persahabatan kita.
Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, baik untuk akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
iii
HALAMAN PENGESAHAN...
iv
HALAMAN PERNYATAAN...
v
ABSTRAK ...
vi
KATA PENGANTAR ...
viii
DAFTAR ISI ...
xi
DAFTAR GAMBAR...
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Perumusan Masalah... 6
C.
Tujuan Penelitian ...
6
D.
Manfaat Penelitian ...
7
E.
Metode Penelitian ...
8
F.
Sistematika Penulisan Hukum ...
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka Teori ...
16
1.
Tinjauan Umum Mengenai Baitul Maal Wat Tamwil
a. Sejarah Perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil...
16
b. Konsep Dasar Operasional BMT ... ....
19
c. Tujuan dan Ciri-ciri BMT ...
21
d. Prinsip dan Produk BMT ...
24
commit to user
xii
b. Dasar Hukum Al-Qardhul Hasan ...
35
c. Manfaat Al-Qardhul Hasan... ....
36
B. Kerangka Pemikiran ...
38
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Keutamaan dan Keistimewaan Sistem
Al-Qardhul
Hasan Pada BMT Harapan Kita Di Bantul ...
40
2. Penerapan Sistem
Al-Qardhul Hasan Pada BMT
Harapan Kita Di Bantul...
42
B.
Pembahasan
1. Keutamaan dan Keistimewaan Sistem
Al-Qardhul
Hasan Pada BMT Harapan Kita Di Bantul...
52
2. Penerapan Sistem
Al-Qardhul Hasan Pada BMT
Harapan Kita Di Bantul...
56
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...
70
B. Saran...
72
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
[image:13.595.168.435.244.498.2]Gambar 1. Model Analisis Interaktif...
14
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Terjadinya krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara berawal dari
terjadinya devaluasi bath (mata uang Thailand) pada bulan Juli 1997. Krisis ini
tidak hanya membawa kehancuran perekonomian di kawasan Asia Tenggara,
namun juga mempengaruhi pasar saham besar di dunia seperti Hongkong, Eropa,
dan Jepang. Permasalahan mendasar dari krisis keuangan yang berdampak pada
krisis ekonomi ini terutama diakibatkan oleh buruknya kualitas lembaga-lembaga
keuangan yang menerapkan suku bunga sehingga berpotensi melahirkan 3 macam
krisis yaitu krisis keuangan dan moneter, krisis pasar saham dan krisis perbankan
yang semuanya berpengaruh negatif terhadap kehidupan sektor riil (Nurul Huda
dkk, 2008:234).
Pengaruh dari krisis ekonomi ini juga dirasakan di Indonesia. Perekonomian
Indonesia memburuk yang berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia.
Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan negatif, kecuali sektor pertanian
dan agrobisnis walaupun hanya mengalami pertumbuhan yang sedikit, itupun
karena pengaruh dari negara kita yang agraris. Krisis yang berawal dari krisis
nilai tukar kemudian diperparah dengan kebijakan moneter seperti penaikkan
suku bunga. Akibatnya banyak pekerja yang di PHK karena perusahaan bangkrut
sehingga menciptakan pengganguran dimana-mana. Masyarakat dihadapkan pada
kelaparan dan kemiskinan.
hanya semangat untuk terbebas dari krisis tetapi harus selalu mendasarkan kepada
Al Qur’an dan Hadist yang dapat beradaptasi sesuai dengan dunia perekonomian
modern sekarang ini.
Perkembangan ekonomi syariah menjadi salah satu yang membuat
perekonomian berbasis Islam menjadi sorotan dunia terutama di tengah-tengah
berbagai skandal finansial yang terjadi di berbagai belahan dunia. Di Indonesia
sendiri, penggunaan ekonomi syariah telah timbul sebagai salah satu ekonomi
alternatif terutama paska krisis moneter yang menghantam Indonesia satu dekade
yang lalu (Bismar Nasution, ”Hukum Ekonomi Syariah Dalam Regulasi
Nasional”. Suara Uldilang. Vol.3, No. XII)
Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin
berkembang pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga lembaga keuangan bukan
bank (LKBB). Di sektor lembaga keuangan bank dikenal dengan perbankan
syariah, sedanagkan pada lembaga keuangan bukan bank dengan mengacu pada
penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
terdiri atas lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah,
reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah
syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun
lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah.
Baitul Maal Wat Tanwil
(BMT)
tercangkup dalam istilah lembaga keuangan mikro syariah. Keberadaan BMT ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembangan sektor
ekonomi riil, terlebih bagi kegiatan usaha yang belum memenuhi segala
persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga perbankan syariah
(Khotibul Umam, 2009:42).
tumbuh menjadi altrenatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia.
Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah
perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS
(zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah
tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba
usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam
kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil
(http://kiamifsifeui.wordpress.com/2008/04/18/essay-1-perkembangan-dan-prospek-bmt tanggal 13 Agustus 2010).
Dalam realitasnya, operasional bank syariah belum dapat secara optimal
menjangkau sektor ekonomi riil di tingkat akar rumput (gross root). Hal demikian
karena ternyata bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan dalam
menjalankan fungsinya menyalurkan dana kepada masyarakat berupa
memberikan pembiayaan masih mensyaratkan adanya jaminan yang itu
sebenarnya tidak mudah dipenuhi oleh nasabah, khususnya nasabah kecil. Di sisi
lain fakta menunjukkan bahwa operasional bank syariah juga terbatas di wilayah
perkotaan, sedangkan pelaku sektor ekonomi riil sebagian besar berada di
desa-desa. Dengan demikian layanan yang diberikan oleh bank syariah belum dapat
menjangkau sektor ekonomi riil secara optimal. Kondisi tersebut menjadi latar
belakang munculnya lembaga-lembaga keuangan mikro yang sudah menjangkau
hingga pedesaan, yang dikenal dengan sebutan BMT (Khotibul Umam, 2009:43).
BMT is an Islamic micro finance institution, established by individual or
group initiatives to help micro and medium entrepreneurs, especially in villages
or traditional markets, operationally based on Shariah principles and
cooperation. BMT is an unique Islamic micro finance institution established by
Indonesian moslems to abolish ceti or rentenir in Indonesian moslem societies by
providing many financing schemes for helping micro and medium entrepreneurs
individu atau kelompok untuk membantu pengusaha mikro atau pengusaha
menengah, khususnya di desa-desa atau di pasar tradisional dengan landasan
operasional berdasarkan prinsip syariah. BMT adalah lembaga keuangan mikro
Islam yang unik, yang didirikan oleh umat Islam Indonesia untuk menghapus
rentenir pada masyrakat muslim Indonesia dengan menyediakan skema
pembiayaan yang dapat membantu pengusaha mikro dan menengah ( Journal
International of Islamic Economic Journal, published by Islamic Economic
Department FIAI UII, No.1, Vol.1, 2007)
Kemiskinan adalah permasalahan yang dihadapi pemerintah dan sampai
sekarang masih dapat kita rasakan. Departemen sosial mencatat penduduk yang
termasuk miskin berjumlah 76 juta KK (Kepala Keluarga) dan di bawah miskin
berjumlah 20 KK (Kepala Keluarga). Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
kemiskinan itu mendekati kekufuran jadi harus diperangi. Maka dengan adanya
BMT, usaha untuk memerangi kemiskinan juga termasuk dalam salah satu produk
penyaluran dana yang disebut Al-qardhul hasan.
Mengoptimalkan dana
Al-qardhul Hasan mempunyai fungsi sosial (socio
economical benefits). Pada
Baitul Maal Wat Tanwil terdapat jenis pembiayaan
kecil-kecilan, jual sayur keliling, servis sepatu dan kegiatan sejenisnya. Apabila hal ini
bisa dikelola dengan baik, maka akan menciptakan efek pada skala makro
ekonomi. Pemberdayaan ekonomi umat skala kecil dengan konsep
community
empowerment (pemberdayaan masyarakat) merupakan solusi tepat mengatasi
kemiskinan di masyarakat. Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa
Baitul Maal
Wat Tanwil
memiliki prinsip filosofis dan basis operasional yang terintegrasi
dengan nilai-nilai sosial dan aktifitas ekonomi. Hampir semua tokoh-tokoh
pemerhati sosial kemasyarakatan sepakat bahwa kemiskinan yang meningkat
berdampak pada peningkatan angka kriminalitas, semakin rendahnya tingkat
pendidikan dan kesehatan, dapat melahirkan radikalisasi atas kebijakan negara
dan bahkan dapat menciptakan fundamentalisme dalam bergama. Pemerintah
harus punya komitmen yang kuat untuk segera mengatasi maslah kemiskinan
bangsa ini. Marilah pemerintah untuk mulai menghadirkan bank syariah sebagai
salah
satu
kunci
utama
pemecah
masalah
ini
(http://www.karimsyah.com/imagescontent/article/20050923150928, diakses 10
Januari 2010).
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
dengan Judul Skripsi:
“PENERAPAN FUNGSI SOSIAL (
CHARITY
) PADA
BAITUL MAAL WAT TAMWIL
DENGAN CARA BANTUAN MODAL
SISTEM
AL-QARDHUL HASAN
(
BENEVOLENT LOAN
) (STUDI KASUS
B.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting di dalam suatu penelitian.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah, maka perlu dirumuskan suatu
permasalahan yang disusun secara sistematis, agar sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, tegas, terarah, dan memudahkan pemahaman terhadap masalah
yang diteliti sehingga penelitian ini mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.
Apa keutamaan dan keistimewaan dari sistem
Alqardhul Hasan (Benevolent
Loan) yang diterapkan pada BMT Harapan Kita Di Bantul?
2.
Bagaimana bentuk penerapan Alqardhul Hasan (Benevolent Loan) pada BMT
Harapan Kita Di Bantul?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian harus mempunyai tujuhan yang jelas sehinngga dapat memberikan
arah dalam penelitian tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1.
Tujuan Obyektif
a.
Untuk mengetahui keutamaan dan keistimewaan sistem Al-qardhul Hasan
pada BMT Harapan Kita sehingga bersifat membantu atau menolong umat
muslim.
b.
Untuk mengetahui bentuk penerapan sistem
Al-qardhul Hasan di BMT
Harapan Kita.
2.
Tujuan Subyektif
Harapan Kita.
b.
Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penulisan hukum guna
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam
jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
c.
Sebagai cara untuk menerapkan serta mendalami teori dan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D.
Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
diharapkan sehubungan dengan penelitian ini adalah
1.
Manfaat Teoritis
a.
Memberikan sumbangan pemikiran dan suatu gambaran yang lebih nyata
mengenai penerapan sistem
Al-qardhul Hasan pada
Baitul Maal Wat
Tamwil di BMT Harapan Kita.
b.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta pemikiran
yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum pada
umumnya serta ilmu hukum dan masyarakat pada khususnya mengenai
penerapan sistem
Al-qardhul Hasan pada
Baitul Maal Wat Tamwil
terutama di BMT Harapan Kita.
c.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat pada pengembangan hukum dan
masyarakat, khususnya dalam hukum transaksi keuangan Islam.
terkait serta memberikan kegunaan untuk pengembangan ilmu hukum.
2.
Manfaat Praktis
a.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis sehingga dapat
mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu hukum yang
diperoleh.
b.
Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi peneliti
akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan sebagai bahan
masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada hal
yang sama.
c.
Untuk melatih penulis dalam mengungkapkan permasalahan tertentu
secara sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada
tersebut dengan metode ilmiah.
d.
Memberikan masukan serta pengetahuan bagi para pihak yang
berkompeten dan terkait langsung dengan penelitian ini.
E.
Metode Penelitian
Suatu penelitian haruslah menggunakan metode yang tepat sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai oleh penulis. Sedangkan dalam penentuan metode
mana yang akan dipergunakan, penulis harus cermat agar metode nanti tepat dan
sesuai, sehingga untuk mendapatkan hasil dengan kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dapat tercapai. Peran dari metode penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
1.
Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.
3.
Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk melakukan penelitian
interdisipliner.
4.
Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan
pengetahuan mengenai masyarakat.
Dengan demikian maka metodologi penelitian merupakan suatu unsur yang
mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
(Soerjono Soekanto, 2008: 7).
Berdasarkan hal tersebut, penulis dalam penelitian menggunakan metode
penulisan antara lain sebagai berikut:
1.
Jenis Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian
hukum, dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian empiris.
Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer
sebagai data utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi. Dalam hal ini
penulis ingin mengkaji mengenai penerapan sistem
Al-qardhul Hasan pada
BMT Harapan Kita yang beralamat di Jalan Srandakan, km 6, Mangiran,
Trimurti, Srandakan Yogyakarta.
2.
Sifat Penelitian
3.
Pendekatan penelitian.
Sehubungan dengan tipe penulisan yang digunakan yakni penelitian
empiris, maka di dalam penelitian hukum terdapat pendekatan yang penulis
gunakan yaitu kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
digunakan oleh penulis dengan mendasarkan data-data yang digunakan
responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata diteliti
dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2006:250).
Pendekatan kualitatif ini penulis gunakan karena beberapa pertimbangan,
antara lain:
a.
Metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan
dengan kenyataan.
b.
Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman dengan pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J.Moleong,
2007:9-10).
4.
Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ditetapkan dengan tujuan agar ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga penelitian
yang dilakukan lebih terarah. Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi
penelitian pada BMT Harapan Kita di Jalan Srandakan km 6, Mangiran,
Trimurti, Srandakan, Bantul Yogyakarta.
5.
Jenis Data.
Data adalah hasil dari penelitian baik berupa fakta-fakta atau
angka-angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan suatu sumber informasi,
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan. Jenis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau
diperoleh secara langsung dari responden-responden berupa keterangan
atau fakta-fakta (Soerjono Soekanto,2006:12). Yaitu berupa hasil
wawancara dengan pihak yang berkompeten di BMT Harapan Kita.
b.
Data Sekunder adalah data yang didapat dari keterangan-keterangan yang
diperoleh secara tidak langsung melalui studi-studi kepustakaan, dokumen
resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berujud laporan, buku harian dan
sumber-sumber tertulis lainnya (Soerjono Soekanto, 2006 : 12).
6.
Sumber Data.
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dimana data yang
diperlukan dalam penelitian diperoleh. Sumber data adalah tempat
diketemukan data. Adapun data dari penelitian diperoleh dari dua sumber
yaitu:
a.
Sumber data primer, merupakan sumber data yang berupa keterangan dari
pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang
diteliti (Soerjono Soekanto,2006:12). Dalam hal ini, sumber data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari
pihak yang berwenang dalam memberikan keterangan secara langsung
mengenai permasalahan yang diteliti. Yang menjadi sumber data primer
dari penelitian ini adalah pegawai BMT Harapan Kita yang
bertanggungjawab terhadap operasional di BMT tersebut.
a)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 1 April 2000
b)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 13 April 2000
c)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/MUI/IV/2000,
tanggal 13 April 2000
d)
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
e)
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
f)
Peraturan Perundang-undangan Nomor 9 Tahun 1995 Tentang
Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
g)
Peraturan Menteri Negara Koperasi Nomor 35 Tahun 2007 Tentang
Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
h)
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai
bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah,
majalah, makalah, koran, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian
ini.
7.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan data
dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk
memperoleh data-data yang lengkap dan relevan, maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
b.
Studi Kepustakaan, adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen, buku-buku dan bahan pustaka lainnya
yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.
8.
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil
penelitian
menjadi
suatu
laporan.
Analisis
data
adalah
proses
pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar ,
sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moeleong, 1993).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif
dengan model interaktif yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data
terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan
dirasakan kurang, maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali
mengumpulkan data lapangan (H.B. Sutopo, 2002: 95).
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah:
a.
Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi dari data
(fieldnote).
b.
Penyajian Data
[image:26.595.144.517.239.499.2]c.
Kesimpulan atau Verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal
yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan,
peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai preposisi kesimpulan yang
diverifikasi.
[image:27.595.113.514.189.540.2]Teknik analisis kualitatif model interaktif dapat digambarkan dalam bentuk
rangkaian yang utuh antara ketiga komponen diatas (reduksi data, penyajian data,
serta penarikan kesimpulan dan verifikasinya) sebagai berikut:
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
F.
Sistematika Penulisan Hukum
Untuk mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran secara
menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan
aturan dalam penulisan hukum, maka penulis menjabarkannya dalam
sistematika penulisan hukum sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan hukum.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai kerangka teori yang terdiri dari tinjauan
umum tentang Baitul Maal Wat Tanwil, tinjauan umum tentang
Al-Qardhul Hasan; serta kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai
bentuk penerapan
Al-qardhul Hasan
(Benevolent
Loan) pada BMT Harapan Kita di Bantul; serta
keutamaan dan keistimewaan dari sistem
Al-qardhul Hasan
(Benevolent Loan) yang diterapkan pada BMT Harapan Kita di
Bantul.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini terbagi dalam dua bagian, yaitu simpulan dan saran terkait
dengan permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1.
Tinjauan Umum Mengenai
Baitul Maal Wat Tamwil
.
a.
Sejarah Perkembangan
Baitul Maal Wat Tamwil
.
Jika kita menengok sejarah BMT, sebenarnya di masa Rasulullah
dan sahabat tidak dikenal istilah BMT, yang diketahui saat itu adalah
Baitul Maal, yakni lembaga keuangan dan kekayaan negara yang
dibentuk dan dijalankan oleh Pemerintahan Islam waktu itu. Baitul
Maal berfungsi sebagaimana Departemen Keuangan saat ini yaitu
menjadi petugas pemungut pajak dan pendapatan negara lainnya. Di
masa Rasulullah dan sahabat sampai pemerintahan khilafah islamiyah,
penerimaan pendapatan negara sangat beragam, antara lain
kharaj,
jizyah, dam, ghanimah, dan termasuk zakat, infaq dan shodaqoh.
Pada masa Rasulullah SAW, Baitul Mal lebih mempunyai
pengertian sebagai pihak (al-jihat) yang menangani setiap harta benda
kaum muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu
Baitul Mal belum mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta,
commit to user
Masa Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, Abu Bakar dikenal sebagai
Khalifah yang sangat
wara’ (hati-hati) dalam masalah harta. Bahkan
pada hari kedua setelah beliau
dibai’at sebagai Khalifah, beliau tetap
berdagang dan tidak mau mengambil harta umat dari Baitul Mal untuk
keperluan diri dan keluarganya. Diriwayatkan oleh lbnu Sa’ad (w. 230
H/844 M), penulis biografi para tokoh muslim, bahwa Abu Bakar yang
sebelumnya berprofesi sebagai pedagang membawa barang-barang
dagangannya yang berupa bahan pakaian di pundaknya dan pergi ke
pasar untuk menjualnya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin
Khaththab. Umar bertanya, “Anda mau kemana, hai Khalifah?” Abu
Bakar menjawab, “Ke pasar.” Umar berkata, “Bagaimana mungkin
Anda melakukannya, padahal Anda telah memegang jabatan sebagai
pemimpin kaum muslimin?” Abu Bakar menjawab, “Lalu dari mana
aku akan memberikan nafkah untuk keluargaku?” Umar berkata,
“Pergilah kepada Abu Ubaidah (pengelola
Baitul Maal), agar ia
menetapkan sesuatu untukmu.” Keduanya pun pergi menemui Abu
Ubaidah, yang segera menetapkan santunan (ta’widh) yang cukup
untuk Khalifah Abu Bakar, sesuai dengan kebutuhan seseorang secara
sederhana, yakni 4000 dirham setahun yang diambil dan Baitul Mal.
Pada Masa Khalifah Umar bin Khathab, selama memerintah Umar
bin Khathab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima
pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan
mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah
satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-1373
M), penulis sejarah dan musafir, tentang hak seorang Khalifah dalam
Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik
sehari-commit to user
hari seseorang di antara orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah
seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.
Kondisi yang sama juga berlaku pada masa Utsman bin Affan.
Namun, karena pengaruh yang besar dan keluarganya, tindakan
Usman banyak mendapatkan protes dari umat dalam pengelolaan
Baitul Mal. Dalam hal ini, lbnu Sa’ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab
Az Zuhri (51-123 H/670-742 M), seorang yang sangat besar jasanya
dalam mengumpulkan hadis, yang menyatakan, “Usman telah
mengangkat sanak kerabat dan keluarganya dalam jabatan-jabatan
tertentu pada enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya. Ia
memberikan
khumus
(seperlima
ghanimah) kepada Marwan yang
kelak menjadi Khalifah ke-4 Bani Umayyah, memerintah antara
684-685 M dari penghasilan Mesir serta memberikan harta yang banyak
sekali kepada kerabatnya dan ia (Usman) menafsirkan tindakannya itu
sebagai suatu bentuk silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Ia juga menggunakan harta dan meminjamnya dari Baitul Mal sambil
berkata, ‘Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka dari
Baitul Mal, sedangkan aku telah mengambilnya dan
membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku.’ Itulah sebab rakyat
memprotesnya.
commit to user
amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan
Bani Umayyah
Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan
Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat.
Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan
mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan
lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil. Kemudian
BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang
secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK). BMT adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan
dengan
prinsip
bagi
hasil
(syari’ah),
menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi :
Baitul
Tamwil
(Bait
= Rumah,
at Tamwil = Pengembangan Harta) –
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan
kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal
= Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta
mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan pertaturan dan
amanahnya
(http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com,
diakses tanggal 13 Agustus 2010).
b.
Konsep Dasar Operasional
Baitul Maal Wat Tamwil.
commit to user
yang sudah maju seperti sekarang ini. Fenomena tersebut sekaligus
menjawab atas keraguan sementara pihak terhadap otentitas ajaran
Islam yang tercermin dalam ayat-ayat Alquran yang telah selesai
diwahyukan Allah SWT.
Islam dalam menentukan suatu larangan terhadap aktivitas
duniawiyah tentunya mempunyai hikmah tersendiri di dalamnya,
dimana hikmah itu akan memberikan kemaslahatan, ketenangan dan
keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Namun demikian, Islam
tidak melarang begitu saja kecuali di sisi lain ada alternatif
konseptional maupun operasional diberikannya, misalnya saja
larangan terhadap riba. Alternatif yang diberikan Islam dalam rangka
menghapuskan riba dalam praktik muamalah yang dilakukan manusia
melalui dua jalan. Jalan pertama dalam bentuk shadaqah atau
Al-qardhul hasan (pinjaman kebaikan) yang merupakan solusi bagi siapa
saja yang melakukan aktifitas riba untuk keperluan biaya hidup
ataupun usaha dalam skala mikro. Sedangkan jalan kedua sistem
perbankan Islam yang di dalamnya menyangkut penghimpunan dana
melalui tabungan mudharabah, deposito (musyarakah), dan giro
(wadiah) yang kemudian disalurkan malalui pinjaman dengan prinsip
bagi hasil (Qordhowi, 1989:25)
commit to user
simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh Peraturan Menteri
Negara Koperasi Nomor 35 Tahun 2007 tentang Koperasi Jasa
keuangan syari’ah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya
BMT/ Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (http://hendrakholid.net
diakses tanggal 9 Agustus 2010)
c.
Tujuan Dan Ciri-ciri
Baitul Maal Wat Tamwil
.
Sistem operasional dari BMT tidak jauh beda dengan Bank Syariah,
maka tujuan dibentuknya BMT juga sama dengan Bank Syariah,
yaitu:
1)
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
Islam, agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis
usaha/ perdgangan lain yang mengandung gharar (tipuan), dimana
jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.
2)
Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan
jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak
terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang
kaya) dengan pihak yang membutuhkn dana (orang miskin).
3)
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok
miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif,
menuju terciptanya kemandirian berusaha.
commit to user
pengusaha,
pembinaan
pedagang
perantara,
program
pengembangan modal kerja dan program usaha bersama ( Warkum
Sumitra, 2004:22)
5)
Menumbuhsuburkan dakwah Islam untuk menyadarkan umat
bahwa sistem ekonomi yang berlandaskan syariah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam yang harus
diwujudkan dalam operasional nyata di lapangan sebagai salah
satu bentuk ibadah yang memiliki derajat dan tanggungjawab yang
seimbang dengan ibadah-ibadah lainnya.
6)
Mengerahkan pengumpulan dan pengalokasian dana ZIS dan
simpanan-simpanan secara efisien sesuai dengan karakteristik
penyaluran kedua sumber dana tersebut atas dasar Syariah dan
dukungan manajemen modern ( Jamal Lulail Yunus, 2009:120)
Baitul Maal Wat Tamwil yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah menurut ketentuan Al Qur’an dan Al Hadits, memiliki
ciri-ciri itu antara lain:
1)
Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan
lingkungannya.
commit to user
jumlah bunga jauh lebih besar daripada jumlah pokok pinjaman.
Akibat penerapan bunga berdasarkan persentase seperti ini jelas
mempunyai maksud yang sama dengan bunga berbunga
(compound interest), karena setiap bunga yang sudah jatuh
temponya dan nasabah tidak mampu lagi membayar akan tetapi
diperhitungakan sebagai bagian utang yang otomatis dan secara
terus menerus dikenakan bunga. Hal ini sangat menjerat peminjam
yang pada umumnya posisi ekonominya lebih lemah.
3)
Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mengefektifkan penggunaan zakat, infaq dan sadaqah bagi
kesejahteraan orang banyak.
4)
Milik bersama masyarakat kecil bawah dan dari lingkungan BMT
itu sendiri, bukan milik orang seorang.
5)
BMT mengadakan kegiatan keagamaan (pengajian) rutin secara
berkala yang waktu dan tempatnya ditentukan (biasanya madrasah,
mushalla atau masjid). Setelah kegiatan keagamaan biasanya
dilanjutkan dengan perbincangan bisnis dari anggota atau nasabah
BMT.
commit to user
d.
Prinsip dan Produk
Baitul Maal Wat Tamwil
.
Baitul Maal wat Tamwil sebenarnya merupakan dua kelembagaan
yang menjadi satu, yaitu lembaga
Baitul Maal dan lembaga
Baitul
Tamwil. Prinsip dari Baitul Maal adalah :
1)
Produk Penghimpun Dana
Dalam produk penghimpunan dana ini, Baitul Maal menerima
dan mencari dana berupa zakat, infaq, dan shadaqah.
Baitul Maal
juga menerima dana berupa sumbangan, hibah, ataupun wakaf
serta dana yang bersifat sosial.
2)
Produk Penyaluran Dana
Penyaluran dana-dana yang bersumber dari dana-dana
Baitul
Maal
harus bersifat spesifik, terutama dana yang bersumber dari
zakat, karena dana zakat ini sarana penyalurannya sudah
ditetapkan secara tegas dalam Al-Qur’an, yaitu kepada
faqir,
miskin, amilin,mua’laf, fisabilillah, ghorimin, hamba sahaya dan
mushafir. Sedangkan dana di luar zakat digunakan untuk
pengembangan usaha orang-orang miskin, pembangunan lembaga
pendidikan, masjid maupun biaya-biaya operasional kegiatan
sosial lainnya.
Baitul Tamwil tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang
commit to user
Adapun mengenai produk inti dari BMT (sebagai
Baitul
Tanwil) adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana.
Produk-produknya adalah :
1)
Al-Wadiah
Salah satu prinsip yang digunakan dalam penghimpunan dana
dengan prinsip titipan. Yaitu perjanjian antara pemilik barang
(termasuk uang) dengan penyimpan (termasuk bank) di mana
pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga
keselamatan barang atau uang yang dititipkan kepadanya. Jadi
al-wadiah itu merupakan titipan murni yang dipercayakan oleh
pemiliknya dan setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki.
Dasar Hukum al-wadiah adalah
a)
Al-Qur’an
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan
amanat (titipan), kepada yang berhak menerimanya.”(QS.
An-Nisa’:58)
“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanat (utangnya),
hendaklah ia bertakwa kepada Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah
283)
b)
Al-Hadits
Dari Ibnu Umar berkata, bahwasanya Rasulullah SAW, telah
bersabda: “Tiada kesempurnaan iman bagi orang yang tidak
beramanah, tiada shalat bagi yang tak bersuci.” (HR.
commit to user
Berkata Rasulullah SAW: “Sampaikanlah (tunaikanlah)
amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan
membalas dengan khianat kepada orang yang telah
menghianatimu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Terdapat dua jenis al-wadiah :
a)
Al-wadiah Amanah.
Pihak penyimpan tidak bertanggungjawab terhadap kerusakan
atau kehilangan barang yang disimpan, yang tidak diakibatkan
oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan. Jenis ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
(1) Harta atau benda yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
dan digunakan oleh penerima titipan.
(2) Penerimaan titipan hanya berfungsi sebagai penerima
amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga
barang yang dititipkan tanpa mengambil manfaat.
(3) Sebagai konpensasi, penerima titipan diperkenankan untuk
membebankan biaya (fee) kepada yang menitipkan
(Gemala Dewi, 2004:83).
b)
Al-wadiah Dhamanah.
commit to user
(1) Harta atau benda yang dititipkan diperbolehkan untuk
dimanfaatkan penyimpan.
(2) Apabila ada hasil dari pemanfaatan benda titipan, maka
hasil tersebut akan menjadi hak daripenyimpan. Tidak ada
kewajiban dari penyimpan untuk memberikan hasil tersebut
kepada penitip debgai pemilik benda.
2)
Al-Mudharabah
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi. Yaitu perjanjian
antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha.
Dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu
proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek
tersebut dengan pembagian hasil sesuai perjanjian. Pemilik modal
sebagai deposan di BMT berperan sebagai investor murni. Pemilik
modal tidak dibenarkan ikut dalam pengeloalaan usaha, tetapi
diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan.
Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, kecuali kerugian
terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan pengusaha
(Warkum Sumitra, 2004:34).
“Mudharabah is a very potent tool for removing interest from
society by providing in interest free tool for skill utilization and
ecspecially can helping mobilizing resources of society by
employing them as mudarib while Bank will provide the finance
and lso bear the chances to profit and loss, which is absent in
interest based financing for venture capital” yang artinya
mudharabah adalah alat yang ampuh untuk menghapus bunga dari
commit to user
memobilisasi sumber daya alam, dengan cara memperkerjakan
mereka sebagai
mudarib sedangkan bank (dalam hal ini BMT)
akan menyediakan pembiayaan dan menanggung laba rugi (Journal
International of Islamic Banking Of Economic, Islamic Law and
Law World Paper No. 07-05)
Dasar hukum Al-Mudharabah adalah
a)
Al-Qur’an
”Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan
dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT.”(QS.
Al-Muzamil:20)
”Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS. Al-Jum’ah
10)
”Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia
dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah 198)
b)
Al-Hadits
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya ”Sayyidina Abbas
jikalau memberikan dana ke mitra usahanya secara
mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak yang berparu-paru basah, jika menyalahi
peraturan maka yang bersangkutan bertanggungjawab atas
dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut ke
Rasulullah Saw, dan dia pun memperkenankannya.” (Hadis
commit to user
Dari Suhaib r.a bahwa Rasulullah SAW, bersabda: ”tiga
perkara didalamnya terdapat keberkatan, yaitu menjual
dengan pembayaran secara kredit, muqaradhah (nama lain
dari Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual”. (HR.Ibnu
Majah)
Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
a)
Mudharabah Muthlaqah (General Investment).
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah
pemilik dana (Shahibul Mall) tidak memberikan
batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan kata
lain. Pengelola dana/pengusaha/mudharib diberi wewenang
penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha dan
jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan
akad ini adalah tabungan dan deposito berjangka.
b)
Mudharabah Muqayyadah.
Pada jenis akad ini, pemilik modal memberikan batasan atas
dana yang diinvestasikannya. Pengusaha hanya bisa mengelola
dana tersebut sesuai dengan batasan jenis usaha, tempat dan
waktu tertentu saja.
3)
Al-Musyarakah
commit to user
pembagian kerugian dilakukan sesuai pangsa modal
masing-masing.
Al-Musyarakah adalah bentuk pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan (Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
08/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000).
Al-Musyarakah lebih dikenal dengan sebutan syarikat
merupakan gabungan pemegang saham untuk membiayai suatu
proyek, keuntungan dari proyek tersebut dibagi menurut presentase
yang disetujui, dan seandainya proyek tersebut mengalami
kerugian, maka beban kerugian tersebut ditanggung bersama oleh
pemegang saham secara proposional.
"Musyarakah is encourages partnership with a recognized
party. Most of unkown profit of business will be determined
accurately, and major share of profit will go to bank and finally to
its depositors unlike interest based banking when only determined
interest rate goes to bank and its creditors. All this activity will
help in removing the black economy and idle resources to use and
shared with small savers of economy, reducing level of population
below poverty line" yang artinya
Musyarakah adalah mendorong
commit to user
dapat berbagi dengan nasabah dengan tingkat ekonomi rendah dan
mengurangi tingkat penduduk di bawah garis kemiskinan (Journal
International of Islamic Banking Of Economic, Islamic Law and
Law World Paper No. 07-05).
Dasar hukum Al-musyarakah:
a)
Al-Qur’an
”Jikalau saudara-saudara itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam sepertiga itu.” (Al-Nisa’:12)
”Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berkongsi itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian
lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh.” (QS. Shad 24)
b)
Al-Hadist
Dalam hadis kudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah Saw, telah bersabda: “Allah Swt telah
berfirman Aku menyukai dua pihak yang sedang berkongsi
selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain,
seandainya berkhianat maka Aku keluar dari penyertaan
tersebut.” (HR. Abu Daud).
4)
Al-Murabahah
commit to user
Murabahah akan sangat berguna sekali bagi seseorang yang
membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana,
pada saat itu ia dianggap kekurangan likuiditas. Ia meminta pada
bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia
menebusnya pada saat diterima. Harga jual pada pemesan adalah
harga beli pokok plus margin keuntungan yang telah disepakati.
Dasar hukum Al-Murabahah:
a)
Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu.” (QS. Al-Nisa:29)
“Dan Allah SWT, telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah:275)
b)
Al-Hadits
Dari Abu Said al-Hudri bahwa Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan dengan dasar
suka sama suka.” (HR. Al-Baihagi, Ibnu Majah,dan Sahih
menurut Ibnu Hiban).
5)
Al-Bai’u Bithaman Ajil
commit to user
6)
Al-Ijarah
Yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
membolehkan penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan
membayar sewa sesuai dengan persetujuhan kedua belah pihak.
Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan dikembalikan
kepada pemiliknya.
Ijarah adalah perjanjian yang tetap untuk memanfaatkan
sesuatu dalam waktu tertentu dengan harga yang telah disepakati.
Ijarah juga diterapkan dalam sebagai akad pemindahan hak guna
atas suatu barang atau jasa tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri (Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
09/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000).
7)
Al-Ta’jiri
Yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut
dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuhan kedua belah
pihak. Setelah berakhir masa sewa, maka pemilik barang menjual
barang tersebut kepada penyewa dengana harga yang disetujui
kedua belah pihak.
Dasar hukum Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri adalah
a)
Al-Qur’an
”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja dengan kita karena
commit to user
bekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS.
Al-Qashas:26)
b)
Al-Hadits
Dari Ibnu Umar ra.bahwa Rasulullah telah bersabda
”Berikanlah
upah/sewa
buruh
itu
sebelum
kering
keringatnya.” (HR. Ibnu Majah)
8)
Al-qardhul Hasan
Al-qardhul Hasan adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fikih klasik, qardh
dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad saling mmbantu
bukan transaksi komersial. Sedangkan aplikasinya dapat berupa
Al-qardhul hasan sebagai bentuk sumbangsih kepada dunia usaha
kecil. Pada prinsipnya
Al-qardhul Hasan merupakan pinjaman
dengan tujuhan kebajikan, dimana peminjam hanya perlu
membayar jumlah uang yang dipinjamkan tanpa membayar
tambahan (Gemala Dewi, 2004:96).
2.
Tinjauan Umum Mengenai
Al-Qardhul Hasan
a.
Pengertian
Al-qardhul Hasan
commit to user
mereka yang tergolong lemah ekonominya, dimana sipemijam tidak
dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman (Habib
Nazir. 2004: 541)
Al-qardhul hasan, pinjaman kebaikan.
Al-qardhul hasan
digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan
berjangka pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil
dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.
Dalam perjanjiannya, suatu BMT sebagai kreditor memberikan
pinjaman kepada pihak (nasabah) dengan ketentuan penerimaan
pinjaman akan mengembalikan pinjaman tersebut pada waktu yang
telah ditentukan dalam perjanjian akad dengan jumlah pengembalian
yang sama ketika pinjaman itu diberikan.
Pada dasarnya
Al-qardhul hasan merupakan pinjaman sosial yang
diberikan secara benevolent tanpa ada pengenaan biaya apapun keculi
modal asalnya. Namun sejalan dengan perkembangan dunia ekonomi
keuangan dan perbankan, pinjaman sosial ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan tanpa adanya biaya administrasi seperti: biaya materai,
notaris, dan lain-lain, sehingga biaya tersebut menjadi tak terhindar.
Biaya-biaya administrasi tersebut merupakan faktor penunjang,
dimana tidak tercantum dalam nash. Oleh karenanya para ulama
mengambil intrespestasi dari Al-Qur’an dan Al Hadits. Yaitu apabila
suatu kewajiban tidak sempurna kecuali setelah pemenuhan faktor
tertentu, maka pemenuhan faktor tersebut wajib adanya.
b.
Dasar Hukum
Al-qardhul Hasan
commit to user
orang dengan memberi pinjaman yang baik, maka Allah-lah yang
melipatgandakan pengembaliannya. Hal ini tersurat dalam Al-Qur’an:
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah SWT, pinjaman
yang baik maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak.” (QS. Al Baqarah:245).
Yang dimaksud memberikan pinjaman yang baik kepada Allah
adalah memberikan pinjaman kepada yang sangat membutuhkan
bantuan dengan cara yang baik dengan dasar niat ikhlas karena Allah.
Tawaran yang serupa terulang dengan berupa suruhan langsung dari
Allah setelah suruhan mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
“Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah SWT, berupa pinjaman yang baik. ”(QS. Al
Muzamil:20).
Kemudian ditambahkan dengan penegasan Rasulullah SAW,
dalam sabdanya: Dari Ibnu Ma’sud bahwa Rasulullah SAW bersabda:
”Tidaklah seorang muslim meminjamkan dua kali kecuali sama
baginya dengan memberi sekali.” (Hadis terdapat dalam Shahih Ibnu
Hibban).
Begitu pula ditegaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim sebagi
berikut: ”Barangsiapa telah memebantu saudaranya yang kesulitan /
lemah di dunia, maka Allah akan membantunya di dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Allah SWT senantiasa membantu seorang hamba,
selama hamba tersebut membantu saudaranya.” (HR. Muslim)
c.
Manfaat
Al-qardhul Hasan
Manfaat Al-qardhul hasan antara lain:
commit to user
menanggung biaya materai, biaya notaris dan biaya studi
kelayakan. Besarnya tingkat kepedulian BMT terhadap nasabah
tanpa memandang tingkat ekonominya. BMT memperlakukan
nasabah sebagai mitra usaha yang tidak hanya
pertimbangan-pertimbangan
bisnis
semata,
tetapi
juga
pertimbangan
kemanusiaan.
2)
Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapatkan talangan jangka pendek.
3)
Adanya misi sosial kemasyarakatan akan meningkatkan citra baik
dalam meningkatkan loyalitas terhadap masyarakat.
commit to user
[image:51.595.167.465.201.514.2]B.
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Bagan Kerangka Berfikir
Keterangan :
Semakin berkembangnya kemajuan perekonomian, membuat lembaga
keuangan menjadi dominan. Lembaga keuangan menjadi salah sau faktor
penggerak dalam membantu kelancaran pembangunan nasional. Bukan hanya
lembaga keuangan perbankan tetapi juga lembaga keuangan bukan bank.
Lembaga keuangan bukan bank ini banyak dipilih masyarakat sebagai alat
Keutamaan Sistem
Al-Qardhul Hasan
Bentuk Penerapan Di
BMT Harapan Kita Bantul
Memberantas
Kemiskinan
Baitul Mal Wat Tamwil
Sistem Al-Qardhul Hasan
commit to user
penghimpun dana yang dapat menunjang segala kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat. Lembaga Keuangan non Bank yang saat ini
berkembang adalah BMT. BMT sanagat dekat dengan masyrakat terutama
masyarakat dengan ekonomi kecil, yang merakyat sehingga masyarakatpun
menyambut baik dengan keberadan BMT. BMT juga mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat karena sesuai dengan prinsip dasar hukum Islam
atau prinsip hukum Islam dimana prinsip hukum Islam sangat menghargai
usaha.
Produk dari BMT pun bermacam-macam, terutama produk dari
Baitul
Tamwilnya. Salah satunya adalah
Al-qardhul hasan yaitu pinjaman lunak
yang nantinya pengembalian jumlahnya sama dengan jumlah ketika
meminjam dan tidak dibebankan biaya apapun. Sehingga dalam penerapan