• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Ketetapan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Ketetapan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PENENTUAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI KETETAPAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN TIMUR

Disusun oleh

NAMA : SRI RAHAYU NIM : 082600031

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan judul “Penentuan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”. Serta terima kasih kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan yang sangat besar kepada ananda tercinta yang tidak dapat dibalas dengan apapun.

Laporan PKLM ini disusun guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya, laporan PKLM ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca yang akan memberikan kesempurnaan laporan PKLM ini. Dalam penulisan laporan PKLM ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing saya dalam penulisan laporan PKLM ini.

3. Bapak Morland Lumban Tobing, SE. selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

4. Bapak Parlagutan Simatupang, SE. selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

5. Untuk kedua orang tua saya yang telah memberikan seluruh pengorbanannya untuk membesarkan dan mendidik penulis untuk menjadi anak yang baik dan sukses sampai saat ini.

6. Untuk Adik saya yang selama ini telah membuat penulis menjadi kakak yang bisa memahami adiknya.

7. Untuk staff pengajar di Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

8. Untuk kawan-kawan seperjuangan di kampus : Putri, Tya, Aal, Bdul, Ool, Ziah, Dika, Endah, Manda, dkk yang selalu menemani dan mendukung penulis untuk selalu semangat selama masa perkuliahan.

9. Untuk senior-senior yang banyak memberi saran dan pemikiran kepada penulis : Bang Denan, Bang Armansyah, Bang Taufik, Bang Hot, Bang Heru.

(4)

11. Untuk para junior (stambuk 2009 & 2010) yang selalu mendoakan hingga selesainya Laporan PKLM ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan PKLM ini dapat bermanfaat bagi setiap yang membaca.

Medan, Juni 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………...……… i

Bab I : Pendahuluan ………...………... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ……… 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri …..………. 2

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ….……… 3

C. Uraian Teoritis 1. Definisi dan Fungsi Pajak ……….………. 5

2. Jenis Pajak ……….……. 6

3. Asas Pemungutan Pajak ……….… 8

4. Sistem Pemungutan ………... 8

5. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ………... 9

6. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ………. 9

7. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ………..10

8. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ………...10

9. Dasar Pengenaan Pajak ……….10

10. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan ………...10

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ……….. 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………... 11

F. Metode Pengumpulan Data ……….… 13

(6)

Bab II : Gambaran Umum Objek Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri ..16

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur .. 16

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 18 C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ……….... 20

D. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ……… 22

Bab III : Gambaran Umum Data Pajak Bumi dan Bangunan ……….. 23

A. Pengertian dan Dasar Hukum Nilai Jual Objek Pajak ………. 23

B. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak ……… 25

C. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ……… 26

D. Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ………. 26

E. Rumus Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ……….. 27

Bab IV : Analisa & Evaluasi ……… 29

A. Proses Penyusunan Nilai Jual Objek Pajak ………. 29

B. Pokok Pertimbangan Penyusunan Nilai Jual Objek Pajak ……...… 30

C. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan ………. 31

Bab V : Kesimpulan dan Saran ………. A. Kesimpulan……….. 41

B. Saran ……… 42 Daftar Pustaka

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, aman dan merata yang merupakan bagian dari tujuan luhur Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. Untuk dapat membiayai pelaksanaan pembangunan nasional tersebut secara mandiri, salah satu alternatif yang sangat potensial adalah melalui peran serta masyarakat berupa pembayaran pajak. Di Indonesia ada berbagai macam jenis pajak yang diberlakukan, salah satunya yakni Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

(8)

Pajak Bumi dan Bangunan dasar hukumnya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12 Thun 1985 yang kemudian dirubah menjadi Undang Nomor 12 Tahun 1994. Sejak diberlakukannya Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya melakukan penyempurnaan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan yang sesuai bunyi Pasal 1 butir 3 tentang pengertian NJOP yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Sesuai Pasal 6 ayat 1 dan ayat2, NJOP ini merupakan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PBB yang ditentukan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan melalui kegiatan penilaian atas objek pajak. Dalam melaksanakan kegiatan ini dapat digunakan Pendekatan Harga Pasar, Pendekatan Biaya, dan Pendekatan Pendapatan.

Hal ini lah yang menjadi acuan dan dasar pemikiran penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), dengan maksud agar penulis mengerti tentang cara ”PENENTUAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) SEBAGAI KETETAPAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(9)

mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1) Agar mengetahui penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3) Untuk mengetahui proses penyusunan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Manfat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa

1) Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang Penentuan Nilai Jual Objek Pajak sebagai ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan.

(10)

3) Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 4) Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia

kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

1) Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan Instansi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2) Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan.

3) Dapat memperkenalkan serta mempromosikan sumber daya manusia yang ada di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

4) Untuk memperbaiki / menangani masalah penentuan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

(11)

c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan

1) Mempererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2) Mendapat masukan dari KPP Pratama Medan Timur berupa ide, saran, dan gagasan menyangkut penanganan masalah perpajakan serta penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan yang lebih baik.

C. URAIAN TEORITIS

1. Definisi dan Fungsi Pajak a. Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu: Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

(12)

Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang; 2. Sifatnya dapat dipaksakan;

3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak;

4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah; dan

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

b. Fungsi Pajak

1) Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Jenis Pajak

1) Menurut Golongannya

(13)

b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2) Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya. Contohnya Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3) Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

(14)

3. Asas Pemungutan Pajak a. Asas Domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenalan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

4. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self Assessment System

(15)

c. Withholding System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak. (Mardiasmo, 2009 : 2)

5. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan. Dimana pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Dan pengertian bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

6. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

Adapun dasar hukum pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antara lain :

a. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diganti dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak.

c. Ketentuan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak.

(16)

7. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan yang terdiri dari 5 sektor antara lain Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan.

b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

8. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Tarif yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5%. 9. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Pendekatan Harga Pasar, Pendekatan Biaya, dan Pendekatan Pendapatan .

10. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan

(17)

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri :

1. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai ketetapan Pajak

Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

sebagai ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Proses Penyusunan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai ketetapan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur.

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi

sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan pengajuan judul, pengesahan judul,

penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari

dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan konsultasi

(18)

2. Studi Literatur

Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung secara langsung terhadap masalah yang dibahas dan meninjau secara langsung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Data ini terdiri dari Data Primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang ahli dibidang/pihak yang berkaitan dan Data Sekunder yang bersumber dari referensi lain seperti buku, internet, dan lain-lain.

5. Analisa Data dan Evaluasi

(19)

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Data Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan atau arsip yang dianggap sah sebagai bukti otentik.

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK

KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berkaitan dengan Objek serta Subjek PBB, Penentuan NJOP sebagai ketetapan PBB serta cara perhitungan PBB.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

(21)

BAB V PENUTUP

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 terjadi restrukturisasi organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yaitu penggabungan antara Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa), dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

KPP Pratama sebagai instansi vertikal, dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Utara I. Adapun KPP Pratama di lingkungan Sumatera Utara I antara lain adalah :

1. KPP Pratama Lubuk Pakam dengan wilayah kerja Kabupaten Deli Serdang.

2. KPP Pratama Binjai dengan wilayah kerja Kota Binjai dan Kabupaten Langkat.

(23)

4. KPP Pratama Medan Barat dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Barat.

5. KPP Pratama Medan Polonia dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang, dan Kecamatan Medan Maimun.

6. KPP Pratama Medan Kota dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Denai.

7. KPP Pratama Medan Belawan dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Deli.

8. KPP Pratama Medan Timur dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Perjuangan.

(24)

B. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

KPP Pratama Medan Timur menerapkan struktur organisasi lini dan staf yang berada dibawah seorang kepala kantor. Kantor ini terdiri dari 9 seksi dan 1 Kelompok Jabatan Fungsional yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Adapun struktur organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Timur terdiri dari :

1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI); 2. Seksi Pelayanan;

3. Seksi Penagihan; 4. Seksi Pemeriksaaan;

(25)

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

(26)

C. URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur antara lain :

1. Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, serta Kelurahan Sidodadi (di naungi oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi I).

2. Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir, dan Kelurahan Tegal Rejo (di naungi oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi II).

3. Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrikasih, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir, Kelurahan Perintis (di naungi oleh Ssksi Pengawasan dan Konsultasi III).

(27)

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak (WP). 6. Pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan.

7. Penatausahaan piutang dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP. 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pelaksanaan intensifikasi perpajakan. 12. Pembetulan ketetapan pajak.

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(28)

D. GAMBARAN JUMLAH PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

KPP Pratama Medan Timur ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 9 seksi dan 1 kelompok Jabatan Fungsional. Dan berdasarkan data hingga akhir Mei 2011, jumlah pegawai KPP Pratama Medan Timur adalah sebanyak 81 orang, dengan rincian sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pangkat

a. Golongan IV 3 orang b. Golongan III 46 orang c. Golongan II 32 orang 2. Berdasarkan Eselon

a. Eselon III 1 orang b. Eselon IV 10 orang c. Fungsional 11 0rang d. Account Representative (AR) 27 orang

e. Pelaksana 32 orang 3. Berdasarkan Jenis Kelamin

(29)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Nilai Jual Objek Pajak

1. Pengertian Nilai Jual Objek Pajak

Sesuai bunyi Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang pengertian NJOP yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Bila tidak terjadi transaksi jual beli, maka NJOP ditentukan melalui :

a. Perbandingan harga dengan objek lain sejenis, adalah suatu pendekatan / metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

(30)

c. Nilai Jual Objek Pajak Pengganti, adalah suatu pendekatan / metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan hasil produksi objek pajak tersebut.

NJOP ini merupakan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PBB yang ditentukan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan melalui kegiatan penilaian atas objek pajak.

2. Dasar Hukum Nilai Jual Objek Pajak

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998

Tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Pajak Nomor

PER-174/PJ/2007 Tentang Pedoman Penentuan Standar Investasi Tanaman (SIT) Kelapa Sawit.

d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan . e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-18/PJ./2008 Tentang

(31)

f. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.6/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 Tanggal 30 Desember 1998 Khusus Untuk Pengenaan PBB Sektor Perkebunan .

g. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-73/PJ.6/1999 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Kehutanan .

h. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-22/PJ.6/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 Tanggal 30 Desember 1998 Khusus Untuk Pengenaan PBB Bidang Usaha Perikanan.

B. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Adapun yang mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak Bumi antara lain : - Lokasi / letak

- Aksesibilitas, jarak ke jalan raya - Penggunaan tanah

- Evaluasi, tinggi rendah dari permukaan jalan - Bentuk tanah

- Luas tanah

- Jenis hak atas tanah - Lingkungan sekitar

(32)

Adapun yang mempengaruhi Nilai Jual Objek Pajak Bangunan antara lain :

- Komponen bangunan - Jenis konstruksi - Fasilitas banguan

- Jenis penggunaan bangunan - Letak / lingkungan sekitar

C. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.

2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

D. Dasar Penghitungan PBB

Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP adalah sebagai berikut :

(33)

2. Objek pajak kehutanan adalah 40% 3. Objek pajak pertambangan adalah 20%

4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):

- apabila NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00 adalah 40% - apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%

E. Rumus Penghitungan PBB

Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP

a. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)

b. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)

Contoh : Wajib Pajak A mempunyai Objek Pajak berupa : - Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp. 300.000/m2 - Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp. 350.000/m2; - Taman mewah seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp. 50.000/m2;

- Pagar mewah sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp.175.000/m2;

(34)

Besarnya pajak yang terhutang adalah sebagai berikut :

1. Nilai jual tanah : 800 x Rp.300.000,00 = Rp. 240.000.000,00 2. Nilai jual bangunan :

a. Rumah dan garasi 400 x Rp. 350.000,00 = Rp. 140.000.000,00 b. Taman Mewah 200 x Rp. 50.000,00 = Rp. 10.000.000,00 c. Pagar mewah (120 x 1,5) x Rp. 175.000,00 = Rp. 31.500.000,00 3. Total Nilai Jual Bangunan Rp. 181.500.000,00

4. Nilai Jual Objek Pajak (tanah dan bangunan) = Rp. 421.500.000,00 5. NJOPTKP = Rp. 12.000.000,00

6. NJOP - NJOPKP = Rp. 409.500.000,00

(35)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI A. Proses Penyusunan NJOP PBB

Penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai DPP PBB adalah wewenang Menteri Keuangan, namun dalam penetapannya dilakukan dengan mempertimbangkan usul Kepala Daerah setempat untuk Kotamadya Medan, dalam hal ini adalah Walikota Medan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, penyusunan NJOP PBB di wilayah Kotamadya Medan dilakukan secara terpadu melalui koordinasi antara Pemerintah Kotamadya Medan dengan Kator Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Tingkat Kelurahan

Lurah mengkoordinir dan menghimpun data harga jual beli tanah sesuai dengan harga pasaran tanah yang berlaku dan terjadi di wilayah kelurahan.

2. Tingkat Kecamatan

Berdasarkan laporan himpunan data harga jual tanah disetiap kelurahan, dilakukan evaluasi perkembangan harga tanah di Tingkat Kecamatan.

3. Tingkat Kotamadya

(36)

Penentuan NJOP tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara pendekatan: 1. Pendekatan data pasar

Dilakukan dengan cara membandingkan objek yang akan dinilai dengan objek lain yang nilainya sudah diketahui, dengan memperhatikan faktor letak, waktu, fasilitas dan lingkungan.

2. Pendekatan biaya

Dilakukan dengan cara memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan yang dinilai dikurangi penyusutan. Perkiraan biaya dengan cara memperhitungkan biaya rata-rata per m2 setiap komponen bangunan material lainnya. Daftar Biaya Komponen Bangunan / DBKB juga disebut building cost table. 3. Pendekatan pendapatan

Dilakukan dengan cara menghitung / memproyeksikan seluruh pendapatan dari objek pajak tersebut dikurangi dengan biaya kekosongan dan biaya operasi. Selanjutnya dikapitalisasi dengan suatu tingkat bunga pengembalian modal dan keuntungan.

B. Pokok Pertimbangan Penyusunan NJOP PBB

(37)

b. Mempertimbangkan faktor politik dalam negeri yang kurang kondusif, kondisi ekonomi yang masih kritis dan transaksi jual beli tanah dan bangunan yang tidak stabil dan kmampuan bayar masyarakat.

c. Menunjuk hal-hal tersebut diatas, dalam mnentukan NJOP PBB diharapkan memperhatikan hal berikut:

1. Analisa NJOP benar-benar dilaksanakan dengan memperhatikan transaksi jual beli dilapangan dan bukti pendukung lainnya. 2. Kepekaan masyarakat terhadap kenaikan harga jual / NJOP. 3. Akurasi keseimbangan NJOP dengan wilayah yang berbatasan. 4. Mekanisme penyusutan dan perumusan NJOP.

5. Pengaruh besar kecilnya terhadap BPHTB.

C. Penentuan NJOP untuk Perhitungan PBB

Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam menentukan besarnya NJOP, dapat digunakan Pendekatan Harga Pasar, Pendekatan Biaya, dan Pendekatan Pendapatan. Selain itu, besarnya NJOP juga dilihat dari beberapa sektor PBB yaitu sektor Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan. 1. Sektor Pedesaan dan Perkotaan

(38)

2. Sektor Perkebunan

Pedoman untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak pada Sektor Perkebunan UU Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diganti UU Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 1 sebagaimana telah diganti 523/KMK.04/1998 Pasal 1 sebagaimana telah diganti KEP - 16/PJ.6/1998 Pasal 3 sebagaimana telah diganti SE - 21/PJ.6/1999 sebagaimana telah diganti PER - 174/PJ/2007. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak Sektor Perkebunan ditentukan sebagai berikut :

a. Areal kebun adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah ditambah dengan Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan Standar Investasi menurut umur tanaman. Yang dimaksud dengan Areal kebun yaitu areal yang sudah diolah (land clearing) dan ditanami dengan komoditas perkebunan baik yang telah menghasilkan maupun belum menghasilkan. Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan dan/atau penanaman, dan/atau penggalian jenis sumberdaya alam atau budidaya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan, dan alat, mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan.

(39)

Yang dimaksud dengan Areal lainnya yaitu areal selain Areal Kebun dan Areal emplasemen, yang berupa areal belum diolah, rawa, cadas, jurang atau tanah lain yang tidak dapat dimanfaatkan untuk perkebunan.

c. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998.

Penggolongan Wilayah, Jenis Perkebunan dan Besarnya Standar Investasi Tanaman Perkebunan Selain untuk Perkebunan Kelapa Sawit adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I KEP- 16/PJ.6/1998. Pengenaan PBB menyangkut perkebunan kelapa sawit mengacu pada PER- 174/PJ/2007.

3. Sektor Perikanan

(40)

a. Areal penangkapan ikan adalah sebesar 10 x hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan.

b. Areal pembudidayaan ikan adalah sebesar 8 x hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan.

c. Areal Emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya.

d. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998.

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak usaha bidang perikanan darat ditentukan sebagai berikut :

1. Areal pembudidayaan ikan darat adalah sebesar nilai jual Objek Pajak berupa tanah disekitarnya dengan penyesuaian seperlunya ditambah standar biaya investasi tambak menurut jenisnya.

2. Areal Emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya.

3. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya

(41)

dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998. Besarnya Biaya Investasi Tambak adalah sebagaimana Lampiran IV KEP-16/PJ.6/1998.

4. Sektor Perhutanan

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah Lainnya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri ditentukan dalam UU Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diganti dengan UU Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 1 sebagaimana telah diganti dengan 523/KMK.04/1998 Pasal 1 sebagaimana telah diganti dengan KEP - 16/PJ.6/1998 Pasal 4 sebagaimana telah diganti dengan SE-73/PJ.6/1999 yaitu sebagai berikut :

a. Areal Produktif sebesar 8,5 x Hasil bersih setahun sebelum tahun pajak berjalan. Yang dimaksud dengan Areal produktif adalah areal hutan blok tebangan;

(42)

a. Penebangan/upah tenaga kerja dan peralatan;

b. Pengangkutan sampai di tempat penimbunan kayu (logponds/logyards) dalam areal hutan;

c. Penanaman (Perhutani);

d. Pemeliharaan hutan/perawatan (Perhutani); e. Pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan;

f. Pajak Bumi dan Bangunan dan Provisi Sumber Daya Hutan (untuk areal blok tebangan) tahun pajak sebelumnya.

b. Areal belum/tidak produktif emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar Nilai Jual Obyek Pajak berupa Tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya. Yang dimaksud dengan :

1. Areal belum produktif adalah areal hutan non blok tebangan; 2. Areal tidak produktif adalah areal hutan yang tidak ada

tegakannya, seperti areal rawa, payau, waduk/danau, atau yang digunakan pihak ketiga secara tidak sah;

3. Areal emplasemen adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan;

(43)

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri ditentukan sebagai berikut :

1. Areal Hutan adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah ditambah dengan jumlah Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri menurut umur tanaman.

2. Areal Emplasemen dan areal lainnya dalam Kawasan Hutan Tanaman Industri adalah sebesar Nilai Jual Obyek Pajak berupa Tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya.

Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998.

5. Sektor Pertambangan

(44)

telah diganti dengan KEP - 16/PJ.6/1998 Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 sebagaimana telah diganti dengan SE-18/PJ./2008 yaitu sebagai berikut :

a. Areal produktif adalah sebesar 9.5 x hasil penjualan minyak dan gas bumi dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan.

b. Areal belum produktif, tidak produktif serta emplasemen dan areal lainnya di dalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan adalah sebesar Nilai Jual Obyek Pajak berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya. c. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya

pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998.

Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak atas Obyek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi ditentukan sebagai berikut :

a. Areal Produktif adalah sebesar 9,5 x hasil penjualan minyak dan gas bumi dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan.

(45)

c. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian kedalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran IIA dan IIB Keputusan Menteri keuangan Nomor : 523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998.

Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak atas Obyek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C ditentukan sebagai berikut :

a. Areal Produktif adalah sebesar 9,5 x hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan.

b. Areal Belum Produktif, tidak Produktif dan Emplasemen serta areal lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan adalah sebesar Nilai Jual Obyek Pajak berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya.

(46)
(47)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sesuai bunyi Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang pengertian NJOP yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Bila tidak terjadi transaksi jual beli, maka NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, menghitung nilai perolehan baru objek tersebut serta menghitung nilai jual objek pajak pengganti.

2. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai dasar ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan ditentukan melalui kegiatan penilaian atas objek pajak. Dalam melaksanakan kegiatan penilaian, dapaat digunakan Pendekatan Harga Pasar, Pendekatan Biaya dan Pendekatan Pendapatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam melakukan penilaian antara lain Penilaian Individual dan Penilaian Massal. 3. Penentuan NJOP ini dilakukan setiap tiga tahun sekali oleh

Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu yang mobilitasnya tinggi, ditetapkan setiap tahun sekali.

(48)

Perhutanan dan Pertambangan, ditentukan berdasarkan nilai jual permukaan bumi dan bangunan serta ditambah dengan nilai Standar Investasi atau nilai jual pengganti.

B. Saran

(49)

DAFTAR PUTAKA

Judowinarso, Endarto. Pajak Bumi dan Bangunan, Jakarta, Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LKPAP) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009, Yogyakarta, Andi

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat terendah dalam teori Van Hiele yaitu level 0 (visualisasi) atau dapat dikatakan tingkatan pengenalan dalam belajar geometri. Dipengaruhi oleh pemahaman siswa

Penelitian ini membahas tentang rumah ibadah dan wisata terhadap dilema yang terjadi di dalam Puri Tri Agung Sungailiat, Kabupaten Bangka.. Fokus utama dalam penelitian ini untuk

Buku nyanyian ibadah GKT edisi revisi 1997 dengan salah satu contoh nyanyian di dalamnya yang tidak lagi memakai teks bahasa Tionghoa.... Buku nyanyian GKT edisi 1966 dengan contoh

Orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap harga eceran tertinggi dan spesifikasi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud

g. pengkoordinasian penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan kegiatan lingkup Dinas; h. penyiapan bahan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi pengelolaan keuangan lingkup Dinas;

Indeed, using cameras equipped with a rolling shutter on a mobile platform can lead to aberrations (the upper pixels being recorded before the lower ones). Flying

private EditText editBreed ; private Spinner spinnerGender ; private EditText editWeight ; private int nGender = 0 ; @Override. protected void

Manfaat kualitas pelayanan antara lain berupa loyalitas pelanggan yang lebih besar, pangsa pasar yang lebih besar, harga saham yang lebih tinggi, harga jual yang