ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUAH TUMBUHAN HARIMONTING
( Rhodomyrtus tomentosa W.Ait )
SKRIPSI
DANNY JUNIOR SIMANJUNTAK 050802055
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI
BUAH TUMBUHAN HARIMONTING (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)
Kategori : SKRIPSI
Nama : DANNY JUNIOR SIMANJUNTAK
Nomor Induk Mahasiswa : 050802055
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (F MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Agustus 2010
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
(Drs. Albert Pasaribu, MSc) (Sovia Lenny, S.Si, M.Si)
NIP 19640810 199103 1 002 NIP 19751018 200003 2 001
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia F MIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUAH TUMBUHAN HARIMONTING
(Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, tapi kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2010
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang, karena atas kasih dan berkat-Nya yang melimpah, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditetapkan.
ABSTRAK
THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM FRUIT OF HARIMONTING (Rhodomyrtus tomentosa. W.ait)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)18
Bab 3 Metodologi Penelitian 19
3.1. Alat 19
3.2. Bahan 20
3.3. Prosedur Penelitian 20
3.3.1. Penyediaan Sampel 20
Harimonting 20
3.3.2.1. Uji Busa 20
3.3.2.2. Skrining Fitokimia 21
3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis 21 3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia dari Ekstrak
Buah Tumbuhan Harimonting 22
3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatrografi
Kolom 22
3.3.5. Pemurnian 23
3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis
Tipis 23
3.3.7.1. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi
Spektrofotometer UV-Visible 23 3.3.7.2. Analisis Senyawa Hasil Isolasi dengan
Spektrofotometer Inframerah 24 3.3.7.3. Analisis Senyawa Hasil Isolasi dengan
Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton 24
3.5. Bagan Penelitian 25
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 26
4.1. Hasil Penelitian 26
4.2. Pembahasan 28
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 31
5.1. Kesimpulan 31
5.2. Saran 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto Tumbuhan Harimonting 34
Lampiran 2. Determinasi Tumbuhan Harimonting 35
Lampiran 3. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Ekstrak Metanol
Buah Tumbuhan Harimonting 36
Lampiran 4. Hasil Kromatografi Lapisan Tipis Senyawa Hasil Isolasi
Melalui Penampakan Noda dengan Penambahan Pereaksi 37 Lampiran 5. Spektrum Ultraviolet Visible (UV-Visible) Senyawa Hasil Isolasi 38 Lampiran 6. Spektrum Ultraviolet Tampak (UV-Visible) Senyawa
Pembanding 39
Lampiran 7. Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi 40 Lampiran 8. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Senyawa Hasil Isolasi 41
Lampiran 9. Spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
ABSTRAK
THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM FRUIT OF HARIMONTING (Rhodomyrtus tomentosa. W.ait)
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa alam hayati yang memegang peranan penting yang digunakan sebagai obat untuk penyakit tertentu dan merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita. Bertitik tolak dari sumber bahan alam hayati ini yang mempunyai peranan penting di dalam penyediaan senyawa-senyawa kimia dalam bidang obat-obatan maka pemerintah menghimbau para ahli untuk meningkatkan penelitiannya dalam bidang tersebut, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para ahli untuk melibatkan diri dalam senyawa-senyawa baru yang dihasilkan dari tumbuhan-tumbuhan tersebut (Effendi, 1982).
Tumbuhan yang sangat bermanfaat dan banyak digunakan masyarakat di dataran tinggi adalah tumbuhan Harimonting. Tumbuhan ini bersifat kesat, hangat, dengan arah organ ke limpa dan hati. Sehingga bisa melancarkan aliran energi hati yang kacau penyebab nyeri haid, mengesatkan untuk keputihan dan memperkuat kerja limpa. Penyakit yang dapat diobati yaitu gangguan pencernaan (dispepsi), disentri basiler, diare, hepatitis, keputihan, sariawan, haid berlebihan, wasir darah, berak darah, bagian yang digunakan adalah daun, akar, buah dan biji (Keng, H. 1987).
asam p-hidroksibenzoat dan asam p-kumarat dalam bentuk ester (Agus Anwar, 1986).
Selain itu tumbuhan Harimonting juga pernah diteliti sebelumnya yaitu mengisolasi senyawa flavonoida dari daun tumbuhan Harimonting (Rianto, 2009).
Dari skrining fitokimia yang dilakukan terhadap buah tumbuhan Harimonting(R. tomentosa W.ait) dengan menggunakan pereaksi flavonoida menyatakan adanya senyawa flavonoida pada buah tumbuhan Harimonting. Maka dari hal ini penulis merasa tertarik untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari buah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa W.ait.)
1.2. Permasalahan
Apakah di dalam buah tumbuhan Harimonting terdapat senyawa flavonoida serta metode untuk memperoleh senyawa flavonoida tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh senyawa flavonoida dari buah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.)
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam bidang kimia bahan alam hayati dan farmasi adanya senyawa flavonoida dari buah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.)
1.5. Lokasi Penelitian
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida digunakan buah tumbuhan Harimonting, berupa serbuk halus yang kering sebanyak 1500 gram. Tahap awal dilakukan uji skrining fitokimia dengan menggunakan pereaksi – pereaksi untuk senyawa flavonoida yaitu dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5%, NaOH 10%,
dan H2SO4(p)
Tahap isolasi yang dilakukan adalah , − Ekstraksi meserasi
− Analisis Kromatografi lapis Tipis (KLT) − Analisis Kromatografi Kolom (KK) − Rekristalisasi
− Analisis Kristal hasil Isolasi
Tahap analisis kristal isolasi yang dilakukan adalah ; − Analisis kristal mencakup Kromatografi Lapis Tipis − Pengukuran titik lebur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Harimonting
Tumbuhan Harimonting merupakan tumbuhan yang tumbuh liar pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang.Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai pada ketinggian 1650 meter diatas permukaan laut.
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Harimonting
Rhodomyrtus tomentosa W.ait. merupakan tanaman liar dengan tinggi mencapai 3
m. Pada saat mudanya, tipis, dan berwarna keputih-putihan seperti bulu domba. Daunnya bersebrangan dengan tiga tulang daun yang tegak, panjang tangkainya 0,25-0,5 cm. Daunnya memanjang dengan panjang 2,5-3 cm. Ujungnya tumpul sampai runcing, diatasnya berwarna keputih-putihan. Bunganya tersembunyi pada kelopak, dengan luas 3,7-4 cm, dan panjang tangkai kelopaknya 1,25-2,5 cm, dengan pasangan bilik pada dasar tiap bunganya: 5 kelopak, 5 daun bunga yang sedikit berwarna putih, diluar dengan merah keungu-unguan atau keseluruhan merah muda. Kebanyakan benang sari berwarna merah muda, dengan kepala putik berwarna kuning. Buahnya dapat dimakan dengan panjang 1-25 cm, mempunyai mahkota dengan daun yang keras, diatas hijau mengkilap sampai keungu-unguan, dengan daging buah yang manis. Biji-bijinya kebanyakan kecil-kecil ( F.S.P.Ng, 1978).
2.1.2. Sistematika tumbuhan Harimonting adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan )
Kelas : Magnoliopsida(berkeping dua / dikotil )
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (Suku jambu – jambuan )
Genus : Rhodomyrtus
Spesies : Rhodomyrtus tomentosa W.ait.
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Harimonting
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.). Bagian yang digunakan sebagai obat adalah daun yang berfungsi sebagai obat diare. Buahnya dapat dimakan karena rasanya manis.
2.2. Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang terdapat dalam hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).
2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida
C C C
A B
Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
2.2.2. Klasifikasi senyawa Flavonoida
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida
(Harbone, 1996).
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
O
O
Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
O
OH
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
O HO
OH OH
OH OH
Struktur Katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
O
OH
HO OH
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH
Struktur Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996).
O
Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).
HC O
O
Struktur Auron
mengenai jalur rinci yang diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan tertentu semua flavoida yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi, glikosilasi, dan struktur bagian C-3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antara C-15 yang umum diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi cincin terbentuk.
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
pigmen bunga merah marak, dan
biru juga dalam daun dan
jaringan lain.
terutama tan warna, dalam daun
tumbuhan berkayu.
Terutamako-pigmen tanwarna
dalam bunga sianik dan asianik;
tersebar luas dalam daun.
seperti flavonol
larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas.
menghasilkan antosianidin (warna
dapat diekstraksi dengan amil
alkohol) bila jaringan dipanaskan
dalam HCl 2M selama setengah
jam.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
kuning mirip pada kromatogram
Forestal bila disinari dengan sinar
UV;maksimal spektrum pada
330-350 nm.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
coklat redup pada kromatogram
forestal; maksimal spektrum pada
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
tanwarna; dalam daun dan buah
( terutama dalam Citrus )
tanwarna; sering kali dalam akar;
hanya terdapat dalam satu
suku,Leguminosae
Seperti Flavonol
Pada kromatogram BAA berupa
bercak redup dengan Rf tinggi.
Dengan amonia berwarna merah
Maksimal spektrum 370-410nm.
Berwarna merah kuat dengan
Mg/HCl; kadang-kadang sangat
pahit.
Bergerak pada kertas dengan
pengembang air; tak ada uji warna
yang khas
cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform (Markham, 1988).
2.3. Teknik Pemisahan
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang akan di pisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).
2.3.1. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusiskan antara dua fase, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas (Underwood, 1981).
2.3.1.1. Kromatografi Lapisan Tipis
Pada hakikatnya Kromatografi lapisan tipis melibatkan dua sifat fase : sifat fasa diam atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang .Fasa diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair padat ) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap, walaupun sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di dalam sistem kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium oksida),kiselgur (tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).
2.3.1.2. Kromatografi Kolom
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang –kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter , 1991).
2.3.1.3.Harga Rf (Retension Factor)
dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo, 1991).
penotolan
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu, dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara diatas. Ekstraksi dengan metode sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, metanol, etanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator (Harbone, 1996).
2.4.Teknik Spektroskopi
dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1995).
Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus fungsi dalam satu molekul . Resonansi magnetik inti memberikan informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Kombinasinya dan data kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari molekul yang tidak diketahui (Pavia, 1986).
Walaupun spektrum infra – merah merupakan kekhasan sebuah molekul secara menyeluruh, gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada kerapatan tertentu, ataupun didekatnya, apapun bangun molekul selebihnya. Keberlakuan seperti itulah yang memungkinkan kimiawan memperoleh informasi tentang struktur yang berguna serta mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi gugus yang khas (Silverstain , 1986).
2.4.1. Spektrometri ultra violet
Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein, 1986).
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :
2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)
Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100 cm-1 (panjang gelombang lebih daripada 100 µ m) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran energi molekul.
getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR ) merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR
BAB 3
9. Neraca Analitis Mettler PM 480
10.Alat Pengering Memmers
11.Rotari Evaporator Buchi B-480
12.Labu Alas 500 ml pyrex 13.Alat pengukur titik lebur
14.Statif dan klem
20.Bejana Kromatografi lapis tipis
21.Spektrofotometer FT – IR Jasco
22.Spektrometer 1H-NMR Hitahci FTNMR R
-1986
3.2. Bahan – bahan
1. Buah Tumbuhan Harimonting ((R. tomentosa. W.Ait.) 2. Metanol
3. N-heksana
4. Etil Asetat p.a E.merck
5. Silikagel 60 F254 E.merck Art. 554
6. Silikagel 60 G type E E.merck Art. 7734
7. Pereaksi Feri Klorida 5 %
8. Pereaksi Natrium Hidroksida 10 % 9. H2SO4(p)
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1.Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah buah tumbuhan Harimonting yang diperoleh dari daerah Tambunan Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Buah tumbuhan Harimonting dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk sebanyak 1500 gram.
3.3.2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Buah Tumbuhan Harimonting
Serbuk buah tumbuhan Harimonting diidentifikasi dengan menggunakan cara: 1. Uji Busa
2. Skrining Fitokimia
3.3.2.1.Uji Busa
Serbuk buah tumbuhan Harimonting sebanyak 1500 g dimaserasi dengan metanol, kemudian sebanyak 5ml ekstrak methanol dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 ml aquadest dan dipanaskan pada penangas air. Lalu dikocok-kocok dengan kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10 menit. Ternyata busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam buah tumbuhan Harimonting tidak terdapat senyawa glikosida.
3.3.2.2. Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa Flavonoid pada buah tumbuhan Harimonting, maka dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif. Serbuk buah tumbuhan Harimonting diekstraksi maserasi dengan metanol, dikeringkan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan pereaksi H2SO4(p), NaOH 10%, FeCl3 5% dan Mg-HCl,
terjadilah perubahan warna pada setiap penambahan pereaksi yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
3.3.2.3. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Analisis kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254. Fasa gerak yang digunakan adalah
campuran n-Heksana : Etil Asetat dengan perbandingan (90 : 10)v/v ; (80 : 20)v/v; (70: 30)v/v; (60 : 40)v/v ; (50 : 50)v/v.
Prosedur analisis kromatografi lapis tipis :
diperoleh. Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut n-Heksana : Etil asetat (80 : 20)v/v;(70:30)v/v;(60:40)v/v;(50:50)v/v. Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam buah tumbuhan Harimonting terkandung senyawa flavonoid. Hasil pemisahan yang baik diberikan pada fase gerak n-Heksana:Etil asetat(80:20)v/v.
Harga Rf dapat dilihat pada kromatogram (Lampiran 3).
3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Dari Ekstrak Buah Tumbuhan Harimonting
Serbuk buah tumbuhan Harimonting ditimbang sebanyak 1500 g, dimasukkan ke dalam bejana dan ditambahkan dengan pelarut metanol sampai semua terendam oleh pelarut dan dibiarkan selama 48 jam dan sesekali diaduk. Maserat disaring dan diperoleh ekstrak berwarna hijau. Maserasi dilakukan berulang kali dengan menggunakan pelarut metanol sampai ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang negatif pada pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid. Ekstrak metanol yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator pada suhu 600C sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol, kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksan, sehingga terbentuk lapisan n-heksan dan lapisan metanol. Fraksi metanol ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan rotarievaporator, sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol sebanyak 10,23 gram.
3.3.4. Isolasi Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoid secara kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat metanol buah tumbuhan Harimonting yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60 G dan fasa gerak adalah campuran pelarut n-Heksana : etil
asetat dengan perbandingan (90: 10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v.
Dirangkai seperangkat alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan silika gel 60 G dengan menggunakan n-Heksan, diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan n-Heksan 100% hingga silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 10,23 g ekstrak pekat buah tumbuhan Harimonting ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur silika gel di puncak kolom, lalu ditambahkan fasa gerak n-Heksana : etil asetat dengan perbandingan (90: 10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v secara perlahan-lahan dan diatur aliran fasa gerak yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas kolom. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 5 ml, lalu di KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf yang sama. Setelah itu diuji flavonoid dan diuapkan sampai pelarutnya habis hingga terbentuk kristal.
3.3.5. Pemurnian
Senyawa yang diperoleh dari fraksi yaitu pada fraksi 41-80 dilakukan pemurnian senyawa. Senyawa pada fraksi 41-80 dilarutkan dengan etil asetat, sehingga pengotor pada amorf akan larut dan larutannya didekantasi kemudian disaring dan dimurnikan dilakukan secara berulang-ulang.
3.3.6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis(KLT)
Uji kemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak n-heksana : etil asetat
(80:20)v/v.
Prosedur uji kemurnian hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis:
dalam air menghasilkan bercak berwarna hitam yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Perlakuan yang sama dilakukan, dan difiksasi dengan Natrium Hidroksida dalam air yang menghasilkan bercak berwarna biru violet.
3.3.7. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi
3.3.7.1. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer UV-Visible
Analisis Spektrofotometer UV-Visible dilakukan di Laboratorium Dasar Bersama UNAIR Surabaya (Lampiran 5).
3.3.7.2. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrofotometer Inframerah
Analisis spektrum inframerah dengan spektrofotometer dilakukan di Laboratorium Dasar Bersama UNAIR Surabaya (Lampiran 7).
3.3.7.3. Analisis Senyawa Hasil Isolasi Dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Analisis ini dilakukan di Laboratorium Dasar Bersama UNAIR Surabaya dengan menggunakan CDCl3 sebagai pelarut dan TMS sebagai standart dalam spektrum
3.5. Bagan Penelitian
Residu Ekstrak Metanol sebanyak 4 L
Ekstrak pekat metanol sebanyak 2 L
Fraksi n-heksana 500 ml Fraksi metanol sebanyak 1,5 L
Ekstrak Pekat methanol sebanyak 10,23 g Hasil Negatif
Fraksi 1-20 Fraksi 21- 40 Fraksi 41-80 Fraksi 81-100 Fraksi 101-120
Hasil negatif Hasil positif Fraksi 41-80 Hasil positif Hasil negatif
senyawa
Senyawa murni
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil skrining pendahuluan terhadap ekstrak methanol dari buah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa.W.Ait) dengan adanya penambahan pereaksi-pereaksi warna untuk menentukan golongan senyawa kimia yang dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoid yakni:
- Pereaksi FeCl3 5% memberikan warna hitam
- Pereaksi NaOH 10% memberikan warna biru violet - Pereaksi Mg-HCl memberikan warna merah muda - Pereaksi H2SO4(p) memberikan warna coklat
Dari hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan adsorben silika gel 60F254, dapat diketahui bahwa pelarut yang baik untuk mengisolasi senyawa
flavonoid dari buah tumbuhan Harimonting ((R. tomentosa. W.Ait.) adalah n-heksan : etil asetat pada perbandingan ( 80 : 20 )v/v.
Dari hasil isolasi buah tumbuhan Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.) diperoleh senyawa berwarna coklat berbentuk amorf sebanyak 60 mg.
Dari Spektrum UV-Visible memberikan 2 pita serapan yaitu pita II dengan λ = 256 nm dan pita I dengan λ = 310 nm sebagai bahu.
Hasil analisis Spektrofotometer FT-IR dari senyawa hasil isolasi menghasilkan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai berikut :
1. Pada bilangan gelombang 3443,59 cm-1 puncak sedang (menunjukkan adanya vibrasi yang mengikat gugus OH).
3 Pada bilangan gelombang 1627,65 cm-1 puncak kuat ( menunjukkan adanya vibrasi gugus C=O dari keton )
4 Pada bilangan gelombang 1497,68 – 1464,67 cm-1 puncak sedang (menunjukkan adanya vibrasi gugus C=C)
5 Pada bilangan gelombang 1376,70 cm-1 puncak lemah (menunjukkan adanya vibrasi gugus CH3)
6 Pada bilangan gelombang 1288,69 – 1215,69 cm-1 puncak lemah (menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O)
7 Pada bilangan gelombang 1172,70 – 614,75 cm-1 puncak lemah (menunjukkan adanya vibrasi gugus CH senyawa aromatik)
Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) memberikan pergeseran kimia pada daerah (δ/ppm) sebagai berikut :
1. Pergeseran kimia pada daerah δ = 1,831 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton-proton gugus metil pada prenil (-CH2
-CH=C(CH3)2) (Markham, 1988).
2. Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,402 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton-proton gugus CH pada prenil (-CH2
-CH=C(CH3)2) (Markham, 1988).
3. Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,803 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton metoksi (-OCH3-6 dan –OCH3-4’)
(Markham, 1988).
4. Pergeseran kimia pada daerah δ = 4,057 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton pada CH gula (Markham, 1988).
6. Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,219 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton H6 pada cincin A (Markham, 1988).
7. Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,75 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton H2 pada cincin C (Markham, 1988).
8. Pergeseran kimia pada daerah δ = 7,254 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya pelarut CDCl3.
4.2. Pembahasan
Buah tumbuhan Harimonting ((R. tomentosa. W.Ait.) dinyatakan mengandung senyawa flavonoid berdasarkan hasil skrining fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl, dan H2SO4(p). Terhadap buah tumbuhan
Harimonting ((R. tomentosa. W.Ait.) dilakukan ekstraksi maserasi dan juga partisi dengan menggunakan perbandingan pelarut n-Heksan : etil asetat (80 : 20)v/v berdasarkan KLT yang dilakukan, karena pada perbandingan tersebut menghasilkan noda lebih banyak dan pemisahannya lebih baik.
Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet-visible (UV-Visible) dengan pelarut metanol (Lampiran 5) memberikan 2 pita serapan panjang gelombang yaitu pada pita I dengan λ = 310 nm bahu dan pita II dengan λ = 256 nm. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa adalah golongan flavonoida yang mempunyai struktur seperti Isoflavon (Lampiran 6)
Dari hasil interpretasi spektrum FT-IR dan spektrum resonansi magnetik inti proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut CDCl3
dalam standardt TMS diperoleh bahwa :
1 Pergeseran kimia pada daerah δ = 1,831ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton-proton gugus metil pada prenil (-CH2
-CH=C(CH3)2). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada
bilangan gelombang 1376,70 cm-1 terdapat puncak lemah yang menunjukkan adanya vibrasi gugus metil (-CH3)
2 Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,402 ppm puncak singlet (s). menunjukkan adanya proton-proton gugus CH pada prenil (-CH2
-CH=C(CH3)2). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada
bilangan gelombang 2924-2853,59 cm-1 terdapat puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis.
3 Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,803 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton metoksi. Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 1288,69-1215,69 cm-1 terdapat puncak lemah menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O.
4 Pergeseran kimia pada daerah δ = 4,057 ppm puncak singlet (s) menunjukkan adanya proton pada CH gula. Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 2924-2853,59 cm-1 terdapat puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis.
6 Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,219ppm, 6,75ppm menunjukkan adanya proton pada senyawa aromatik. Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 1172,70-614,75 cm-1 terdapat puncak lemah menunjukkan adanya vibrasi gugus CH senyawa aromatik.
Berdasarkan data dan analisa terhadap spektrum UV-Visible, spektrum FT-IR dan spektrum 1H-NMR, memperlihatkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa flavonoida yang struktur senyawanya jenis Isoflavon dengan kemungkinan estimasi kedudukan relatif gugus-gugusnya seperti struktur berikut:
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1500 gram buah tumbuhan Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa. W.Ait), diperoleh berupa amorf yang berwarna
coklat sebanyak 60 mg.
2. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dan análisis Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah senyawa Isoflavonoida.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agus Anwar, 1986. Pemeriksaan Pendahuluan Senyawa Kimia Daun Karamunting.Departemen Farmasi ITB. Bandung
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT. Pradaya Paramita.
Creswell, C. J. 1982. Analisa Spektrum Senyawa Organik. Edisi ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.
Effendy, S. 1982.Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan Berkhasiat yang ada di Bumi Nusantara. Surabaya : Penerbit Karya Anda.
F.S.P.Ng. D Phil. 1978. Tree Flora Of Malaya A Manual for Foresters. Volume Three. Forest Depertment Ministry of Primary Industries. Malaysia.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2.Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. ITB. Bandung.
Keng, H. 1987. Order And Families Of Malayan Seed Plants Singapore. Singapore University Press.
Markham, K. R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students of Organic Chemistry. Saunders College. Philadelphia.
Rianto, D. S. 2009.Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Tumbuhan Harimonting. Departemen Kimia. FMIPA USU. Medan.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Edisi ke-1. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4. Terjemahan A. J. Hartomo dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.
Underwood, A. L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.
Lampiran 4. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Melalui Penampakan Noda Dengan Pereaksi
No Penampakan bercak Pereaksi Warna Noda Rf
1 I FeCl3 5% Hitam 0,81