• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi Saat Demam Di Rsu Panyabungan Kabupaten Madina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi Saat Demam Di Rsu Panyabungan Kabupaten Madina"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENGUKURAN SUHU TUBUH BAYI SAAT DEMAM DI RSU PANYABUNGAN KABUPATEN

MADINA

Oleh:

SUAIBATUL ASLAMIAH 070100007

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENGUKURAN SUHU TUBUH BAYI SAAT DEMAM DI RSU PANYABUNGAN KABUPATEN

MADINA

“ Karya Tullis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh:

SUAIBATUL ASLAMIAH 070100007

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Latar Belakang----Demam dapat terjadi pada semua tingkat umur manusia, Angka kejadian demam yang disebabkan oleh infeksi 50 % dikuti penyakit vaskular kolagen 15 %, neoplasma 7%, inflamasi usus besar 4 % dan penyakit lainnya 12 %. Sedangkan demam yang menyababkan kejang belum diketahui, tapi di Amerika Serikat 0,8 – 1,2 setiap 1000 bayi pertahun, sedangkan ke pustakaan lain menyebutkan 1-5 % pada bulan pertama mengalami kejang.

Tujuan---Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap

pengukuran suhu tubuh bayi saat demam.

Metode---Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

potong lintang. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA. Jumlah sampel minimal yang harus dicapai adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling, yaitu dengan teknik consecutive sampling. Dalam penelitian ini dikelompokkan pendidikannya berdasarkan : SD, SMP, SMA, DIPLOMA dan SARJANA,. Pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi saat demam akan diukur melalui wawancara dengan menggunakan kusioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori tingkat pengetahuan, yaitu pengetahuan kurang, sedang, dan pengetahuan baik. Selanjutnya, tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi dianalisa menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil---Dari 97 orang responden penelitian, orang memiliki tingkat pendidikan SD ada

8 orang, SMP ada 9 orang, sma ada 54 orang, DIPLOMA ada 16 orang sedangkan yang SARJANA hanya 10 orang. Sebanyak 57 orang responden tidak megetahui suhu tubuh normal pada bayi sedangkan 40 orang lainnya mengetahui suhu tubuh normal pada bayi. Setelah dilakukan pengelompokan tingkat pengetahuan tentang pengukuran suhu tubuh bayi, didapatkan bahwa 52,6% responden memiliki pengetahuan sedang, 33,0% yang memiliki pengetahuan baik dan hanya 14,4 % yang memiliki pengetahuan kurang. Analisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Kesimpulan---Tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi

dikategorikan kurang.

(4)

ABSTRACT

Background ---- Fever can occur at all levels of human life, incidence of fever

caused by infection with 50% followed by collagen vascular disease 15%, 7% neoplasms, inflammatory bowel disease 4% and others 12%. While the factors that promote fever seizures are unknown, but in the United States from 0.8 to 1.2 per 1,000 babies per year, while the other libraries mentioned 1-5% in the first month of having a seizure.

The purpose ---- of this study aims to determine the level of maternal knowledge

of infant's body temperature measurement during a fever.

Method ---This study is a descriptive cross sectional research design. The study

population was the mothers who had babies in public hospitals Panyabungan Madina District. The number of samples that must be achieved is at least as many as 97 people. Sampling is done by using non-probability sampling technique, ie by consecutive sampling technique. In this study grouped according to their education: elementary, junior high school, and GRADUATE DIPLOMA. Knowledge of respondents about the baby's body temperature measurement during a fever will be measured through interviews using a structured questionnaire. This knowledge is grouped into three categories of knowledge, ie knowledge is less, moderate, and good knowledge. Furthermore, the level of knowledge about the baby's body temperature measurements were analyzed

using frequency distribution tables.

Results --- Of the 97 respondents research, people have a primary school

education level there are 8 people, junior high, there are 9 people, sma 54 people, there are 16 people DIPLOMA GRADUATE while only 10 people. A total of 57 respondents did not megetahui normal body temperature in infants while 40 other people to know the normal body temperature in infants. After grouping the level of knowledge about the baby's body temperature measurement, it was found that 52.6% of respondents had knowledge medium, 33.0% who have knowledge of good and only 14.4% who have less knowledge. Data analysis using frequency distribution tables.

Conclusion --- The level of knowledge of respondents about the baby's body

temperature measurement is less categorized.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Laporan hasil penelitian dengan judul “Tingkat pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam di RSU panyabungan Kabupaten MADINA” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr.Zairul Arifin, SpA, DAFK selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

4. Pihak RSU panyabungan Kabupaten MADINA yang

mempermudah penulis dalam pengambilan data penelitian.

(6)

6. Kakak-kakak dan adik penulis : Rahim, Ade, kimah, Elna, Hatta, Ummi, Rahman, habibi, Latipah. Terima kasih untuk dukungan serta doa yang diberikan.

7. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis : Wika Erzalina, Dara Saputri, Amalia Devi S, Siti Mahreni, Aisyah Ayu, Magdalena, Husnul auliya, Rizka primawati, Anggita Dwi Putri R, Marisi Ester, Herwindo.

8. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak. Semoga...

Medan, 29November 2010

Penulis,

Suaibatul Aslmiah

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Pengetahuan... 6

2.1.1 Definisi... 6

2.1.2 Tingkat Pengetahuan... 6

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Pengethuan... 7

2.2 Pendidikan... 8

2.3.3 Mekanisme Demam... 10

2.3.4 Diagnosa... ... 11

2.3.5 Akibat Demam... 11

2.3.6 Penatalaksanaan Demam... 12 2.3.7 Kondisi – Kondisi Demam yang memerlukan

(8)

tan

Medis………. 14

2.4 Suhu Tubuh………... 15

2.4.1 Pengaturan Suhu ……….. 15

2.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh… 17 2.4.3 Pengukuran Suhu Tubuh Bayi……… 18

2.4.4 Cara Pengukuran Suhu Tubuh……… 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 22 3.1 Kerangka Konsep ... 22

3.2 Definisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN... 25

4.1 Rancangan Penelitian... 25

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 25

4.4 Metode Pengumpulan Data... 27

4.5 Pengolahan Analisis Data... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 30

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

5.1.2 Deskripsi Karaktristik Responden... 30

5.2 Pembahasan... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1 Kesimpulan... 40

6.2 Saran... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1

Gambar 2

Termometer air raksa

Termometer digital, tympani dan thermometer kulit

15

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.2 Defenisi Operasional 22

4.4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 28 5.1 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur 31 5.2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Pendidikan 31 5.3 Distribusi Responden Menurut Kelompok Pekerjaan 32 5.4 Ditribusu Frekuensi Pengetahuan Responden 33 5.5 Ditribusu Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 35 5.6 Ditribusu Tingkat Pengetahuan Responden menurut

Umur

35

5.7 DitribusuTingkat Pengetahuan Responden menurut Pekerjaan

36

5.8 DitribusuTingkat Pengetahuan Responden menurut Pendidikan Terakhir

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian LAMPIRAN III Kuesioner

LAMPIRAN IV Informed Consent

LAMPIRAN V Master Data Uji Validitas

LAMPIRAN VI Karaktristik Responden dan Pengetahuan Responden LAMPIRAN VII Karaktristik Responden

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang----Demam dapat terjadi pada semua tingkat umur manusia, Angka kejadian demam yang disebabkan oleh infeksi 50 % dikuti penyakit vaskular kolagen 15 %, neoplasma 7%, inflamasi usus besar 4 % dan penyakit lainnya 12 %. Sedangkan demam yang menyababkan kejang belum diketahui, tapi di Amerika Serikat 0,8 – 1,2 setiap 1000 bayi pertahun, sedangkan ke pustakaan lain menyebutkan 1-5 % pada bulan pertama mengalami kejang.

Tujuan---Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap

pengukuran suhu tubuh bayi saat demam.

Metode---Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian

potong lintang. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA. Jumlah sampel minimal yang harus dicapai adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling, yaitu dengan teknik consecutive sampling. Dalam penelitian ini dikelompokkan pendidikannya berdasarkan : SD, SMP, SMA, DIPLOMA dan SARJANA,. Pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi saat demam akan diukur melalui wawancara dengan menggunakan kusioner terstruktur. Pengetahuan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori tingkat pengetahuan, yaitu pengetahuan kurang, sedang, dan pengetahuan baik. Selanjutnya, tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi dianalisa menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil---Dari 97 orang responden penelitian, orang memiliki tingkat pendidikan SD ada

8 orang, SMP ada 9 orang, sma ada 54 orang, DIPLOMA ada 16 orang sedangkan yang SARJANA hanya 10 orang. Sebanyak 57 orang responden tidak megetahui suhu tubuh normal pada bayi sedangkan 40 orang lainnya mengetahui suhu tubuh normal pada bayi. Setelah dilakukan pengelompokan tingkat pengetahuan tentang pengukuran suhu tubuh bayi, didapatkan bahwa 52,6% responden memiliki pengetahuan sedang, 33,0% yang memiliki pengetahuan baik dan hanya 14,4 % yang memiliki pengetahuan kurang. Analisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Kesimpulan---Tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi

dikategorikan kurang.

(13)

ABSTRACT

Background ---- Fever can occur at all levels of human life, incidence of fever

caused by infection with 50% followed by collagen vascular disease 15%, 7% neoplasms, inflammatory bowel disease 4% and others 12%. While the factors that promote fever seizures are unknown, but in the United States from 0.8 to 1.2 per 1,000 babies per year, while the other libraries mentioned 1-5% in the first month of having a seizure.

The purpose ---- of this study aims to determine the level of maternal knowledge

of infant's body temperature measurement during a fever.

Method ---This study is a descriptive cross sectional research design. The study

population was the mothers who had babies in public hospitals Panyabungan Madina District. The number of samples that must be achieved is at least as many as 97 people. Sampling is done by using non-probability sampling technique, ie by consecutive sampling technique. In this study grouped according to their education: elementary, junior high school, and GRADUATE DIPLOMA. Knowledge of respondents about the baby's body temperature measurement during a fever will be measured through interviews using a structured questionnaire. This knowledge is grouped into three categories of knowledge, ie knowledge is less, moderate, and good knowledge. Furthermore, the level of knowledge about the baby's body temperature measurements were analyzed

using frequency distribution tables.

Results --- Of the 97 respondents research, people have a primary school

education level there are 8 people, junior high, there are 9 people, sma 54 people, there are 16 people DIPLOMA GRADUATE while only 10 people. A total of 57 respondents did not megetahui normal body temperature in infants while 40 other people to know the normal body temperature in infants. After grouping the level of knowledge about the baby's body temperature measurement, it was found that 52.6% of respondents had knowledge medium, 33.0% who have knowledge of good and only 14.4% who have less knowledge. Data analysis using frequency distribution tables.

Conclusion --- The level of knowledge of respondents about the baby's body

temperature measurement is less categorized.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam keluarga orang tua sangatlah di cintai dan di banggakan oleh anak, begitu juga sebaliknya anak merupakan buah hati yang sangat berharga, harus dijaga dan dilindungi, sehingga saat anak sakit sangat di khawatirkan sehingga menimbulkan reaksi emosi serta terjadi ekpresi tingkah laku yang tidak biasa. Orang tua, khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada anak-anak mereka. Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu dan anak bukan hanya karena sosial ekonomi yang rendah, tapi sering disebabkan karena orang tua atau ibu yang tidak mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya dan kesehatan anaknya atau tidak tahu makanan yang bergizi yang harus dimakan (Notoatmodjo, 2007).

Tubuh manusia mempunyai alat dan cara untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tubuh itu sendiri. Dalam peristiwa sehari – hari sering kita saksikan seorang anak yang sakit demam, batuk, filek atau luka – luka yang sembuh tanpa pengobatan (Markum, 1997).

(15)

oleh anak – anak di dunia. Bagaimanapun, dalam beberapa dekade penanganan masalah ini diperkirakan bahwa di seluruh dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awalnya demam (Anderson, 2007).

Penyakit yang paling umum diderita bayi dan balita antara lain : demam, infeksi saluran pernapasan dan diare. Tapi yang paling sering membuat orangtua khususnya ibu segera membawa anaknya kedokter adalah demam dan diare (Suyono, 1998).

Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai di praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan (Kania, 2007).

Panas tinggi atau demam dapat terjadi pada semua tingkat umur manusia. Hal ini tidak lepas dari berbagai kemungkinan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Panas tinggi atau demam pada dasarnya memang bukan penyakit tapi gejala suatu penyakit. Yaitu, suatu proses ilmiah yang timbul akibat perlawanan tubuh terhadap masuknya bibit penyakit. Namun demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang tidak dapat diabaikan begitu saja (Soedarmo, 2002).

Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam di sebabkan oleh penyakit infeksi 50% diikuti penyakit vaskular kolagen 15%, neoplasma 7%, inflamasi usus besar 4%, dan penyakit lainnya 12% (Soedarmo, 2002).

(16)

merawat dan mengasuh anak secara terampil agar anak tumbuh dengan sehat. Ketika anak mengalami demam, ibu harus mempunyai sikap untuk menghadapinya. (Harjaningrum, 2004)

Desa Ngembat Padas, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen merupakan salah satu desa dengan kejadian demam yang relative tinggi, yaitu 54,93% dari keseluruhan balita (Puskesmas II Gemolong). Desa ini memiliki jumlah penduduk 5241 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 2532, perempuan 2709, dengan jumlah balita sebesar 415 (7,2%) dan jumlah ibu yang mempunyai anak balita sebesar 392 (6,8%) dari keseluruhan penduduk di Desa Ngembat Padas (Profil Kelurahan Ngembat Padas, 20

Demam ini jika terus meningkat akan menyebabkan terjadi kejang demam atau bahasa awamnya terjadi step pada bayi, oleh karena itu pada saat bayi demam kita perlu melakukan pengukuran suhu tubuh bayi supaya si ibu tahu apa yang harus dilakukan pada saat suhu tubuh bayi meningkat. Angka kejadiannya tidak diketahui, meskipun demikian angka kejadian di Amerika Serikat berkisar antara 0,8 – 1,2 setiap 1000 bayi per tahun sedangkan kepustakaan lain menyebutkan 1-5% bayi pada bulan pertama mengalami kejang. Insidensi meningkat pada bayi kurang bulan sebesar 57,5 – 132 dibanding bayi cukup bulan sebesar 0,7 – 2,7 setiap 1000 kelahiran hidup. Pada kepustakaan lain menyebutkan insidensi 20% pada bayi kurang bulan dan 1,4% pada bayi cukup bulan, Sekitar 70-80% bayi baru lahir secara klinis tidak tampak kejang, namun secara elektrografi masih mengalami kejang (Kosim,dkk, 2009).

(17)

Dari penelitian lain, kejadian demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2,4% artinya dari 100 anak dengan demam sekitar 2-4 mengalami kejang, dan kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17 – 23 bulan (Pusponegoro, 2009).

Jika bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenang di kemudian hari, terutama adanya cacat fisik ,

mental atau sosial yang menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, pada saat bayi demam kita harus sering melakukan pengukuran suhu tubuh bayi, supaya kita tahu peningkatan suhu tubuhnya dan apa yang harus kita lakukan untuk mencegah kejang demam pada bayi tersebut (Depkes RI).

Berdasarkan uraian diatas , maka penulis akan mengadakan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi saat Demam di RSU Panyabungan, Kabupaten MADINA.

Menurut data yang didapat dari kepala ruangan anak di RSU Panyabungan, Kabupaten MADINA bayi yang mengalami demam dalam 1 – 2 bulan terdapat 100 bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam di Panyabungan Kabupaten MADINA.

1.3.2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap cara melakukan pengukuran suhu tubuh bayi.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap tempat pengukuran suhu tubuh bayi.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap akibat meningkatnya suhu tubuh bayi.

4. Untuk mengetahui gambaran karaktristik usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

1.4. Manfaat Penelitian

(19)

1. Bagi tenaga kesehatan dijadikan sebagai bahan konseling khususnya bagi ibu -ibu yang punya bayi.

2. Bagi masyarakat khususnya ibu – ibu yang mempunyai bayi dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang pengukuran suhu tubuh bayi saat demam.

3. Bagi responden dapat dijadikan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan. 4. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambah latihan dalam membuat

suatu penelitian.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia melalui telinga dan mata (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan menurut Notoatmodjo, yaitu :

a. Tahu

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Paham

(20)

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

(21)

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan terdiri dari tiga unsur, yaitu :

a. Input yaitu: sasaran pendidikan dan pendidik.

b. Proses yaitu: upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain. c. Output yaitu: hasil yang diharapkan.

2.3 DEMAM

(22)

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi atau pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor – reseptor neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal – sinyal ini mempertahankan agar suhu dalam normal pada titik ambang 370C (Nelson, 2002).

Pendapat para ahli tentang peran dari demam, sebagai respon terhadap masuknya benda penyerang asing, misalnya virus, bakteri, jamur, sel – sel darah putih dalam tubuh membuat hormon yang disebut interleukin, yang kemudian berjalan ke otak untuk memberi perintah pada hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh. Tampaknya, pada suhu tubuh yang lebih tinggi sistem daya tahan tubuh lebih mampu memerangi infeksi. Demam juga dapat menurunkan kadar zat besi, sementara menaikkan kebutuhan benda penyerang asing terhadap zat besi tersebut, dengan demikian membuat mereka kelaparan. Dan jika yang melakukan penyerang adalah virus, demam membantu meningkatkan produksi interferon dan bahan antivirus lainya di dalam tubuh (Eisenberg, dkk, 1997).

Peningkatan suhu tubuh > 37,50C pada bayi ini dikatakan demam, hal ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi, peningkatan rata-rata metabolisme tubuh dan peningkatan kehilangan cairan tubuh (Kosim, dkk, 2008).

(23)

suhu tubuh cenderung lebih tinggi di cuaca panas, lebih rendah di cuaca dingin, lebih tinggi selama olahraga daripada pada saat istirahat. Pada bayi dan anak, suhu tubuh lebih cepat berubah dan lebih bervariasi daripada orang dewasa (Eisenberg, dkk, 1997).

Sifat demam akan berbeda sesuai penyakitnya. Pada beberapa penyakit, demam dapat tetap tinggi sampai bayi sembuh, pada penyakit lain demam bisa rendah di pagi hari dan meninggi pada malam hari, dan meningkat dengan tiba-tiba secara periodik atau datang dan pergi tanpa pola yang jelas. Pola demam ini kadang- kadang dapat membantu dokter untuk menentukan diagnosis (Eisenberg, dkk, 1997).

2.3.2 Penyebab demam.

Demam yang berarti suhu tubuh diatas batas normal, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit – penyakit yang disebabkan bakteri, virus, tumor otak, dan dehidrasi (Guyton dalam Wijayati, 2008).

2.3.3 Mekanisme demam.

Mekanisme terjadinya demam

Infeksi atau toksin

(24)

Sehingga mengeluarkan

Pirogen endogen (IL-1, TNF, IL-6)

Prostaglandin

↑titik patokan hipotalamus

Mengawali”respon dingin”

Meningkatkan produksi panas

Menurunkan penurunan panas

Peningkatan suhu tubuh ke titik patokan yang baru

Yang disebut demam

(Sherwood, 2001)

(25)

meningkatkan titik patokan menjadi 38,90C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal demam sebesar 370C terlalu dingin, dan organ ini akan memicu mekanisme - mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,90C. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas, kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik . Mekanisme - mekanisme tersebut akan menimbulkan rasa dingin menggigil secara mendadak, tapi kalau bayi belum bisa menimbulkan respon menggigil, oleh karena itu reaksi yang ditimbulakan oleh bayi yaitu : dengan perubahan aktifitas otot yang bersifat volunter dan reflektif merupakan cara utama untuk meningkatkan kecepatan produksi panas, termogenesis (kimiawi) non menggigil juga berperan dalam termoregulasi. Termogenesis non menggigil berperan penting pada bayi baru lahir karena bayi belum mampu menggigil. Termoregulasi non menggigil diperantarai oleh hormon epinefrin dan hormon tiroid, keduanya yang meningkatkan produksi panas melalui perangsangan metabolism lemak khususnya yang dikenal sebagai lemak coklat, yang mampu mengubah energi kimia menjadi panas (Sherwood, 2001).

2.3.4 Diagnosis.

Tanda dan gejala :

Demam ditandai dengan perabaan hangat atau panas, iritabel, takipnea dan takikardi, tidak mau minum, tonus otot aktifitas menurun, berkeringat. Jika demam tinggi atau keadaan demam yang berat akan menybabkan hipoksia, asidosis metabolik, hiperglikemi, hipotensi, kejang dan kematian (Kosim, dkk, 2008)

(26)

Pada hiperpireksi (demam > 410C) dapat merusak jaringan tubuh. Temuan patologis pada orang yang meninggal karena hiperpireksi adalah perdarahan lokal dan degenerasi parenkim maltose pada sel – sel di seluruh tubuh terutama di otak (Guyton dalam wijayati, 2008 ).

Akibat demam yang lain diantaranya menyebabkan vasokontriksi prifer sering disertai keadaan menggigil, yang dapat di tampakkan sebagai dingin menggigil atau kaku, menghasilkan produksi panas, penghematan panas, dan suhu serta berakibat pada pengeluaran panas melalui paru – paru dan kulit berupa nafas cepat dan berkeringat yang berlebihan menyebabkan terjadinya kekurangan cairan dan eloktrolit (Standford et al dalam Wijayati, 2008 ).

Demam yang tinggi pada bayi dan anak – anak dapat menyebabkan kejang, dan kejang ini tidak menyebabkan kerusakan persarafan atau mental di kemudian hari tapi beresiko terjadinya epilepsi atau ayan di masa yang akan datang. Para bayi yang pernah satu kali mengalami kejang karena demam, mempunyai 30 – 40% lebih besar kemungkinan untuk mendapatkan kejang ulangan (Eisenberg, dkk, 1997).

2.3.6 Penatalaksanaan Demam

(27)

Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat - obatan maupun kombinasi keduanya.

1. Secara Fisik

a) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal

b) Pakaian anak diusahakan tidak tebal

c) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat

d) Memberikan kompres.

2. Obat-obatan

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.

Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.

Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.

(28)

jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.

Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan anti inflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan. Pemberian obat pada usia dibawah 6 bulan harus rekomendasi dokter.

2.3.7 Kondisi – kondisi demam yang memerlukan perawatan medis

• Bayi mengalami kejang untuk pertama kalinya, mata terbalik ke atas, tangan dan kaki seperti memukul.

• Bayi menangis dan tidak dapat ditenangkan

• Bayi mendapat kesulitan bernafas setelah anda

membersihkan saluran nafas pada pad hidungnya.

• Leher bayi tampak kaku, bayi menahan kepalanya jika ditarik kedepan ke arah dada

(29)

• Bayi mempunyai penyakit kronis, misalnya jantung, penyakit pada persyarafan

• Bayi mengalami dehidrasi, menunjukkan tanda-tanda seperti berkurangnya buang air kecil, air kemihnya berwarna kuning tua, ludah dan air mata berkurang, mata cekung.

• Demam ringan yang telah berlangsung selama dua hari tiba-tiba meningkat, bayi yang sudah batuk pilek selam beberapa hari tiba –tiba mulai demam.

• Demam tidak mau turun setelah diberi obat.

• Demam ringan (dibawah 38,90C melalui dubur) disertai gejala batuk – pilek atau flu ringan yang berlangsung lebih dari 3 hari.

• Demam berlangsung lebih dari 24 jam dan tidak ada tanda –tanda penyakit yang dapat dikenali (Eisenberg A, dkk, 1997).

2.4 Suhu Tubuh

2.4.1 Pengaturan Suhu Tubuh Pengukuran suhu tubuh

Ada beberapa macam termometer untuk mengukur suhu tubuh :

1. Termometer air raksa / alkohol

2. Termometer digital

3. Termometer telinga

4. Termometer kulit

Dalam bidang kedokteran penggunaan termometer air raksa sangat populer.

(30)

Termometer ini terdiri dari bola gelas A berdinding tipis. Bagian atas bola dihubungkan dengan pipa kapiler B. Air raksa mengisi bola A dan sedikit pada pipa kapilar B. Antara pipa kapiler dan bola A terdapat sesuaatu penyempitan. Tujuannya agar supaya air raksa setelah menemui, tidak mudah kembali ke keadaan semula. Bagian atas kapiler dihampakan udara kemudian ujung kapiler tersebut di tutup. Untuk mengukur tinggi permukaan air raksa dibuat skala yang digoreskan pada dinding pipa tersebut. Pada dinding belakang yang berlawanan dengan skala, disebelah luar ruangan terdapat atau diberikan lapisan perak agar dapat memberikan gambaran skala lebih tajam. Untuk jelasnya di buat potongan penampang lintang pipa kapiler dari sebuah termometer.

Gamabar 1 : Termometer air raksa

Termometer air raksa ini bisa digunakan di aksila, di mulut dan rektal, dan bisa digunakan pada semua usia (Gabriel, 1996).

2. Termometer digital

(31)

3. Termometer tympani (telinga)

Merupakan termometer yang mahal, karena menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh di dalam telinga, jika kita akan mengukur suhu telinga maka harus tepat pada tulisan ear, tapi bisa juga digunakan pada pemeriksaan rektal yaitu dengan menekan tulisan rektal. Termometer ini bisa digunakan pada semua usia, dianggap mengukur suhu basal, mudah digunakan, tidak bersifat invasive, dan tepat untuk anak – anak kecil, tapi dikontraindikasikan pada bayi karena liang telinga mereka kecil, sedangkan pada anak berumur 3 tahun bisa digunakan dengan cara menaikkan daun telinga kebelakang dan kebawah selama pengukuran.

4. Termometer kulit

Pengukuran menggunakan termometer strip plastik, strip ini mengandung cairan kristal yang dapat bereaksi terhadap panas. Cukup tempelkan saja termometer pada dahi, maka termometer strip tersebut akan mendeteksi suhu tubuh melalui perubahan warna pada cairan . Termometer strip ini dapat dilakukan pada bayi dan anak serta orang dewasa. Tetapi hasil pengukuran ini tidak terlalu akurat. Tapi bisa digunakan dirumah. (Engel, 2009).

(32)

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

Penting diingat bahwa suhu tubuh dapat meningkat karena beberapa faktor seperti : aktivitas faktor ektrinsik seperti memakai pakaian tebal, pajanan terhadap suhu lingkungan yang tinggi serta meningkatnya kelembaban dapat juga menaikkan suhu tubuh. Faktor – faktor ini sangat penting pada anak – anak karena luas permukaan per unit volumenya lebih kecil daripada orang dewasa, oleh karena itu permukaan tubuh yang ada untuk mendinginkan menjadi lebih sedikit. Suhu inti normal pada anak – anak dan bayi dapat mencapai 380C. Suhu rektal yang diukur dengan benar mencerminkan suhu inti tubuh. Suplai darah ke membran timpani memiliki suhu yang sama seperti suplai darah ke daerah preoptik hipotalamus, pusat pengaturan suhu tubuh (Schwatz, 2005).

Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui petukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

1. Radiasi

Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin.

2. Konduksi

(33)

3. Konveksi

Yaitu transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suuhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini berupa : inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu proses transportasi bayi ke rumah sakit.

4. Evaporasi

Yaitu panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa bayi yang basah setelah lahir, atau pada waktu dimandikan (Kosim, dkk, 2008)

2.4.3 Pengukran Suhu Tubuh Bayi

Karena sentuhan dengan bibir (dapat punggung tangan) pada dahi bayi dapat mendeteksi adanya kenaikan suhu tubuh dengan tepat (90%

benar), dan pengukuran suhu tubuh merupakan hal yang sulit pada bayi dan anak kecil, maka beberapa dokter menganjurkan agar para orang tua tidak usah repot – repot mengukur suhu tubuh bayi setelah bayi berusia diatas 6 bulan, tetapi kebanyakan dokter menghendaki petunjuk lebih akurat daripada ciuman seorang ibu. Pengkuran suhu tubuh saat demam atau sakit dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti : “Apakah perawatan yang diberikan sudah efektif menurunkan panas?” atau “ Apakah tubuhnya menaik, yang berarti penyakitnya bertambah parah? “ walaupun pengukuran suhu tubuh ini bermanfaat, namun tidak perlu dilakukan setiap jam. Seperti yang sering dilakukan ibu yang sangat khawatir.

(34)

suhu tubuh dengan sentuhan bibir anda pada dahinya juga menunjukkan hal yang sama, maka tidak perlu lagi dilakukan dengan menggunakan termometer.

Tiga bagian tubuh yanga dapat mengungkapkan dengan tepat suhu tubuh inti tubuh adalah mulut, rektal, dan aksila. Peletakan termometer pada mulut bayi adalah tindakan yang sangat berbahaya (umumnya dokter tidak menganjurkan pengukuran suhu tubuh di mulut sampai anak berusia empat atau lima tahun), sedangkan pengukuran suhu tubuh pada aksila itu dilakukan pada anak - anak, yang paling akurat pada bayi pengukuran dilakukan di rektal (Eisenberg, dkk, 1997).

2.4.3 Cara pengukuran suhu tubuh

1. Sebelum anda mulai

Cobalah menenangkan bayi selama setengah jam sebelum dilakukan pengukuran, karena menangis atau berteriak dapat sedikit menaikkan suhu tubuh.

2. Mempersiapkan termometer.

(35)

3. Mengukur suhu tubuh.

• Per rektal, yaitu dengan mempersiapkan termometer dan buka celana bayi, sambil berbicara untuk menenangkan bayi. Kemudian telungkupkan bayi di pangkuan anda atau diatas tempat tidur atau meja ganti (di mana sebuah bantal kecil dibawah pinggul bayi agar bagian bokongnya sedikit terangkat dan mempermudah masuknya termometer). Untuk mengalihkan perhatian bayi, coba nyanyikan lagu kesayangannya, atau letakkan buku atau mainan yang disenanginya. Rentangkan bokong bayi dengan satu tangan lain, masukkan dengan hati – hati ujung yang membalut dari termometer kedalam rektal sedalam kira – kira 2,5 cm dan jangan mendorong dengan keras. Pegangi termometer diantara jari telunjuk dan jari tengah agar bertahan di tempat tersebut selama dua menit, gunakan tangan lain untuk menggunakan kedua bokong agar termometer tidak terdorong keluar dan menahan gerakan bayi. Tetapi, jika bayi menolak keras dengan bergerak sangat aktif , segeralah cabut termometer tersebut.

(36)

raksa menyentuh benda logam yang berharga misalnya cincin emas, karena reaksi kimia dengan air raksa dapar merusak logam tersebut).

Melalui aksila : di pakai pada anak yang sudah besar.

4. Membaca termometer

Pengukuran melalui rektal adalah paling akurat karena ia mencatat suhu dari bagian inti tubuh, tetapi pengukuran melalui mulut dianggap pengukuran standar. Suhu tubuh yang didapatkan dari pengukuran melalui rektal pada bayi, biasanya 0,5 – 10C lebih tinggi dibandingkan suhu yang didapatkan dari pengukuran melalui mulut, pengukuran melalui ketiak biasanya 10C lebih rendah daripada pengukuran melalui mulut. Pada termometer mulut, suhu tubuh normal adalah 370C, melalui dubur normalnya adalah 37.50C dan melalui ketiak suhu tubuh normal adalah 36,40C. Demam setinggi 390C yang dicatat melalui dubur setara dengan 38,40C melalui mulut dan 37,80C melalui ketiak. Untuk membaca termometer air raksa, peganglah termometer di tempat yang terang dan putarkanlah sampai anda melihat kolom berwarna keperakan dari air raksa tersebut. Tarik garis dengan permukaan air raksa ke kolom kalibrasi dan angka – angka, yang menandai setiap satu derajat maupun setiap 2 /10 derajat.Titik dimana berakhir menunjukkan suhu tubuh, catat suhu tubuh , juga jam ketika pengukuran dilakukan.

5. Menyimpan termometer

(37)

tempat pendinginan, jika kita ingin menggunakan termometer di keluarkan terlebih dulu dari tempat pendinginan kira – kira 1 jam. Termometer diletakkan jauh dari sumber panas, misalnya dekat jendela yang terkena sinar matahari, dekat radiator, tungku api, pengering pakaian atau kompor di dapur (panas dapat menyebabkan air raksa mengembang dan memecahkan gelasnya) (Eisenberg,dkk, 1997).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi saat Demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

3.2. Definisi Operasional N

o .

Variabel Defenisi Operasional Kategori Skala

1 Umur Lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai ibu menjadi responden saat penelitian dilakukan

20-25 tahun

26-30 tahun

31 – 35

Ordinal Umur

Pengetahuan Ibu terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi

(38)

> 35

2 Pendidikan Usaha untuk mengembangkan kepribadian dan ke mampuan didalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup

SD

3 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan itu bersifat menghasilkan uang atau tidak menghasiilkan

Petani Wiraswasta Pegawai IRT

Nominal

4 Pengetahuan ibu terhadap

pengukuran suhu tubuh bayi saat demam

Mengetahui pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi

Tahu Tidak tahu

Nominal

• Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia melalui telinga dan mata (Notoatmodjo, 2005).

• Ibu

Ibu adalah wanita yang mempunyai bayi ( dibawah 12 bulan ) di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA

• Pengukuran Suhu Tubuh Bayi saat Demam

Pengukuran suhu tubuh bayi merupakan hal yang penting karena suhu tubuh yang tinggi dapat mengakibatkan gangguan pada bayi oleh karena itu pengukuran suhu tubuh bayi meliputi: pengukuran suhu tubuh yang normal, alat yang digunakan dalam pengukuran suhu tubuh bayi, organ – organ yang dilakukan pengukuran, cara penggunannya, manfaat pengukuran suhu tubuh, cara penyimpanan alat pengukur suhu tubuh, akibat peningkatan suhu tubuh.

(39)

Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.

• Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.

• Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran dinyatakan dalam tingkat pengetahauan, yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai Pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam dapat diukur dengan metode skoring terhadap jawaban yang telah diberi bobot. Setiap jawaban yang diperoleh

responden, maka ukuran tingkat pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh

saat demam menurut Pratomo (1990) :

 Tingkat pengetahuan baik, bila skor responden >75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

 Tingkat pengetahuan sedang, bila skor responden 40-75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

 Tingkat pengetahuan kurang, bila skor responden <40% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu :

a. Skor 10-15 : baik

b. Skor 5-10 : sedang

(40)

BAB 4 METODE PENELITIAN

(41)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-

sectional (potong lintang). Dimana tiap subjek hanya diobservasi satu kali dengan

pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksankan pada bulan Juni sampai Juli 2010 di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA. Yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi, adapun kriteria inklusi yaitu :

a. Ibu yang mempunyai bayi (dibawah 12 bulan) di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA

b. Ibu yang mempunyai bayi (dibawaha 12 bulan) yang bersedia di ikut sertakan dalam penelitian ini.

(42)

Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dimana semua sampel yang dapat dan memenuhi kriteria pemelihan dimasukkan dalam penelitian samapai jumlah sampel terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus dibawah ini (Arlinda, 2007):

Dimana :

n = besar sampel minimum

Z1 - α/2 = nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu

p = harga proporsi di populasi

d = ketetapan absolute yang di kehendaki

N = jumlah di populasi

(43)

Dengan denikian, besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 96, 04 orang dan dibulatkan menjadi 97 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Pengumpulan Data

Jenis data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat

langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung

dengan kuesioner kepada sampel penelitian.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat – alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen

penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri

dari pertanyaan – pertanyaan tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan

responden terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam.

4.4.3 Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA. Kuesioner berisi 15 pertanyaan tertutup.

(44)

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh peneliti kepada responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 15 pertanyaan. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 20 orang responden non sampel penelitian, yang terdiri atas 20 orang responden. Kuesioner ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian

Tabel 4.1.1 : Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Person

Correlation Status Alpha Status Pengetahuan 1 0,562 Valid 0.887 Reliabel

(45)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data yang didapatkan dari RSU Panyabungan Kabupaten MADINA berupa jumlah ibu yang mempunyai bayi (< 12 bulan).

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

a. Sebelum meninggalkan tempat penelitian, kelengkapan jawaban kuesioner diperiksa terlebih dahulu oleh peneliti.

b. Setelah itu, jawaban responden diperiksa secara manual. Sistem skoring untuk kuesioner: Jika jawaban pertanyaan no 1 sampai no 14, skor total yang didapat oleh responden adalah masing – masing memiliki poin 1, jika responden menjawab benar, dan jika salah mendapat poin 0.

c. Tingkat pengetahuan responden akan ditentukan berdasarkan nilai yang didapat.

1) Jika responden mendapat nilai 10 - 14, maka responden dikategorikan sebagai pengetahuan baik.

2) Jika responden mendapat nilai 5 - 9, maka responden dikategorikan sebagai pengetahuan sedang.

(46)

d. Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tersebut diberi kode (coding).

e. Data dimasukkan (entry data) kemudian dianalisa dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Pada penelitian ini, di analisis berdasarkan tabel distribusi frekensi.

BAB 5

HASIL PENEILITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSU Panyabungan adalah salah satu rumah sakit di MADINA (Mandailing Natal), yang merupakan Kecamatan Panyabungan Kota. Kecamatan Panyabungan kota adalah salah satu kecamatan dari 23 kecamatan di Kabupaten MADINA (Mandailing Natal). Pada tahun 2007 jumlah penduduk di kecamatan ini adalah 79.550 jiwa. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah 5,27 km2. Wilayahnya berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Barat di sebelah Barat, Panyabungan Utara di sebelah Utara, Panyabungan Timur di sebelah Timur dan Panyabungan Selatan di sebelah Selatan. Kecamatan ini mempunya 3 rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Panyabungan terletak di Telkom, Rumah Sakit Permata Madina terletak di Kayu Jati dan Rumah Sakit Armina terletak di Pasar Lama.

(47)

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi kelompok umur ibu, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan. Sebaran distribusi hal – hal tersebut berupa frekuensi dan persentase dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Responden di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA Tahun 2010

Kelompok Umur Responden N(orang) %

20- 25

Dari tabel di atas, tampak bahwa kelompok umur 20 – 25 tahun sebanyak 3 orang (3.1 %), kelompok umur 26 – 30 tahun ada 65 orang (67%), dari kelompok umur 31 – 35 tahun sebanyak 24 orang (24.7%) dan dari kelompok umur > 35 tahun sebanyak 5 orang (5.2 %).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Kelompok Pendidikan Responden di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA Tahun 2010

Pendidikan Terakhir

(48)

pendidkan terakhir DIPLOMA ada 16 orang (16.5 %) dan dari pendidikan terakhir S1 ada 10 orang (10.3 %).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Kelompok Pekerjaan Responden di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA Tahun 2010

Pekerjaan Responden N (orang) %

IRT 42 43.3

Wiraswasta 17 17.5

Petani 14 14.4

Pegawai 24 24.7

Total 97 100.0

Dari tabel 5.3, di atas dapat dilihat bahwa yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga ada 42 orang (43.3 %), pada responden yang pekerjaannya sebagai wiraswasta ada 17 orang (17.5 %), responden yang pekerjaannya sebagai petani ada 14 orang (14.4 %) dan responden yang pekerjaannya sebagai pegawai ada 24 orang (24.7%).

5.1.3 Diskripsi Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang pengukuran suhu tubuh bayi saat demam dinilai dari jawaban – jawaban yang diberi oleh responden terhadap 14 pertanyaan tentang pengetahuan pengukuran suhu tubuh bayi saat demam yang terdapat dalam kuesioner . Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang benar menjawab pertanyaan nomor 1 ada 40 orang (41,2 %), sedangkan yang menjawab salah ada 57 orang (58.8 %), pertanyaan nomor 2 yang menjawab benar ada 59 orang (60,8 %), sedangkan yang menjawab salah ada 38 orang (39.2%), pertanyaan nomor 3 yang menjawab dengan benar ada 45 orang (46,6%) sedangkan yang menjawab salah ada 52 orang (53.6%), pertanyaan nomor ke 4 yang menjawab dengan benar ada 83 orang (85,6%), sedangkan yang menjawab salah ada 14 orang (14.4%) , pertanyaan nomor 5 yang menjawab dengan benar ada 88 orang (90,7%), sedangkan yang menjawab salah ada 9 orang (9.3%) , pertanyaan nomor 6 yang menjawab dengan benar ada 53 orang (54,6%), sedangkan yang menjawab salah ada 44 orang (45.4 %), pertanyaan nomor 7 yang menjawab dengan benar ada 64 orang (66,0%), sedangkan yang menjawab salah ada 33 orang (34.0%), pertanyaan nomor 8 yang menjawab dengan benar ada 88 orang (90,7 %) sedangkan yang menjawab salah ada 9 orang (9.3 %), pertanyaan nomor 9 yang menjawab dengan benar ada 47 orang (48,5 %), sedangkan yang menjawab salah ada 50 orang (51.5 %), pertanyaan nomor 10 yang menjawab dengan benar ada 56 orang (57,7%), sedangkan yang menjawab salah ada 41 orang (42.3%), pertanyaan nomor 11 yang menjawab dengan benar ada 48 orang (49,5 %) sedangkan menjawab salah ada 49 orang (50.5 %), pertanyaan nomor 12 yang menjawab dengan benar ada 37 orang (38,1 %) sedangkan yang menjawab salah ada 60 orang (61.9%), pertanyaan nomor 13 yang menjawab dengan benar ada 41 orang (42,3 %) sedangkan yang menjawab salah ada 60 orang (61.9%), pertanyaan nomor 14 yang menjawab dengan benar ada 60 orang (61,9 %), sedangkan yang menjawab salah ada 37 orang (61.9 %).

(62)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Cara Pengukuran Suhu Tubuh di RSU Panyabungan Tahun 2010

Tingkat pengetahua Responden N (orang) %

Baik 32 33.0

Sedang 51 52.6

Kurang 14 14.4

Total 97 100.0

Dari tabel 5.5, tampak bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 51 orang (52,6 %), sedangkan yang memilki pengetahuan baik ada 32 orang (33,0 %), berpengetahuan kurang ada 14 orang (14,4 %).

Berdasarkan jawaban respon tersebut, maka Tingkat pengetahuan responden juga dideskripsikan berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Sebaran distribusinya berupa frekuensi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.6

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Umur Tentang Cara Pengukuran Suhu Tubuh di RSU Panyabungan Tahun 2010

Kelompok Umur Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

20-25 0 3 0 3

26-30 25 32 8 65

31-35 4 14 6 24

>35 3 2 0 5

(63)

Dari tabel di atas , dapat dilihat dari kelompok umur 20 – 25 tahun memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 3 orang (100%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik dan kurang. Kelompok umur 26 – 30 tahun ada 25 orang (38,4 %) yang berpengetahuan baik, 32 orang berpengetahuan sedang (49,2%), dan 8 orang (12,3 %) yang berpengetahuan kurang. Pada kelompok umur 31 – 35 tahun terdapat 4 orang (16.6%) yang berpengetahuan baik, 14 orang (58.3%) yang berpengetahuan sedang , dan yang berpengetahuan kurang ada 6 orang (25 %). Dan pada kelompok umur > 35 tahun yang berpengetahuan baik ada 3 orang (60%), 2 orang (40 %) yang berpengetahuan sedang, sedangkan yang berpengetahuan buruk tidak ada.

Tabel 5.7

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pekerjaan Responden Tentang Cara Pengukuran Suhu Tubuh di RSU Panyabungan Tahun 2010

Pekerjaan Responden Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

IRT 12 23 7 42

Wiswasta 4 11 2 17

Petani 3 5 6 14

Pegawai 11 13 0 24

Total 30 52 15 97

(64)

Dan responden yang bekerja sebagai petani yang memiliki pengetahuan baik 3 orang (21.4%), yang memiliki pengetahuan sedang 5 orang (35.7%), dan yang memiliki pengetahuan kurang 6 orang (42,8 %).

Tabel 5.8

Distribusi Tingkat Pengetahuan Rsponden Menurut Pendidikan Terakhir Responden Tentang Cara Pengukuran Suhu Tubuh di RSU Panyabungan

Tahun 2010

Pendidikan Terakhir Responden Tingkat Pengetahuan

Total Baik Sedang Kurang

SD 0 5 3 8

SMP 1 5 3 9

SMA 15 30 9 54

Diploma 12 4 0 16

S1 4 6 0 10

Total 32 50 15 97

(65)

Responden yang memiliki pendidikan terakhir S1 yang memiliki pengetahuan baik ada 4 orang (40%), yang memiliki pengetahuan sedang ada 6 (60%) orang dan yang memiliki pengetahuan kurang tidak ada.

5.2 Pembahasan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA, diperoleh data tentang pengetahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam dengan memberi kuesioner untuk diisi kepada 97 orang ibu-ibu yang dijadikan responden. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :

Secara keseluruhan umur responden bevariasi, antara 20 tahun hingga lebih dari 35 tahun, sehingga di kelompokkan menjadi 20-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, dan >35 tahun. Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah 26-30 tahun yaitu 67%.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dilihat pada tabel 5.2 dijumpai 55,7% yang berpendidikan terakhir SMA dan merupakan kelompok yang paling banyak.

Pada tabel 5.3 Menurut kelompok pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga 43,3 %.

(66)

Pada tabel 5.4 kebanyakan responden pada penelitian ini hanya menjawab pertanyaan nomor 4, 5, dan 8 dengan baik yaitu >75%. Dimana pada pertanyaan nomor 4 ditanyakan perlukah ibu melakukan pengukuran suhu tubuh pada bayi. Ini sesuai yang dikemukakan Eisenberg (1997) perlu dilakukan pengukuran suhu tubuh pada bayi, agar dapat mengetahui lebih awal dan dapat segera melakukan penatalaksaan demam sehingga tidak berlanjut ke keadaan kejang demam.

Pada pertanyaan nomor 5 ditanyakan jenis termometer yang ibu ketahui, Menurut pendapat Hermalinda perlu diketahuinya jenis-jenis termometer, karena sebelum melakukan pengukuran suhu tubuh terlebih dahulu menilai pasien dan menentukan jenis – jenis termometer yang akan digunakan, oleh karena itu setiap ibu harus mengetahui jenis – jenis termomter yang akan digunakan pada bayinya. Dan pada pertanyaan nomor 8 ditanyakan termometer yang manakah biasa digunakan ibu. Pertanyaan ini, kita sebagai peneliti agar dapat mengetahui jenis termometer yang digunakan para ibu-ibu saat mengukur suhu tubuh bayi ketika demam, sudah akurat atau belum.

(67)
(68)

ukuran terkecil, maka air raksanya perlu diturunkan dengan cara mengguncang termometer dengan hati – hati. Pada pertanyaan nomor 13 ditanyakan akibat dari demam yang tinggi pada bayi adalah dehidrasi, kejang, dan bisa menyebabkan kematian. Ini sesuai dengan yang dikemukakan pendapat Wijayati (2008) bahwa akibat demam dapat menyebabkan vasokontriksi perifer yang menghasilkan produksi panas, dan berakibat pada pengeluaran panas melalui paru-paru dan berkeringat yang berlebihan menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit. Dan pada pertanyaan nomor 14 ditanyakan kondisi seperti apakah pada bayi yang harus dibawa ke dokter yaitu kondisi saat bayi mengalami kejang, bayi menangis dan tidak dapat ditenangkan, dikasi obat tapi tidak ada perobahan. Ini sesuai dengan yang dikemukakan Eisenberg (1997) bahwa kondisi – kondisi yang memerlukan perawatan medis adalah pada saat bayi mengalami kejang untuk pertama kali, mata terbalik keatas dan kaki seperti memukul, bayi menagis tidak dapat di tenangkan , demam tidak mau turun setelah diberi obat.

Dari responden yang banyak menjawab peertanyaan salah terdapat pada pertanyaan nomor 12 yaitu <40%. Pada pertanyaan ini ditanyakan cara penyimpanan termometer yang baik. Berarti cukup banyak ibu yang mempunyai bayi yang tidak mengetahui cara penyimpanan termometer yang baik. Seperti pada Eisenberg (1997) setelah termometer digunakan, cucilah termometer sekali lagi dengan air sabun yang dingin, bilas dan usap dengan alkohol. Dan simpan dalam wadahnya di tempatkan pada suhu 350C, dan di masukkan kedalam tempat pendinginan, jika kita ingin menggunakan termometer di keluarkan terlebih dulu dari tempat pendinginan kira – kira 1 jam. Termometer diletakkan jauh dari sumber panas, misalnya dekat jendela yang terkena sinar matahari, dekat radiator, tungku api, pengering pakaian atau kompor di dapur (panas dapat menyebabkan air raksa mengembang dan memecahkan gelasnya) .

(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat penegtahuan ibu terhadap pengukuran suhu tubuh bayi saat demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA tahun 2010, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar karakteristik responden berada pada kelompok umur 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 65 orang (67,0 %), memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 54 (55,7 %) dan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 42 (43,3 %).

2. Tingkat pengetahuan responden sebagian besar termasuk kategori sedang yaitu sebanyak 51 orang (52.6%) dengan karakteristik responden mayoritas kelompok umur 26 – 30 tahun, pendidkan terakhir SMA, bekerja sebagai IRT. Sedangkan responden lainnya termasuk dalam kategori baik yaitu 32 orang (33%), pendidikan terakhir DIPLOMA, bekerja sebagai Pegawai. Dan kategori kurang sebanyak sebanyak 14 orang (14.4%) dengan karakteristik responden mayoritas pada kelompok umur 26 – 30 tahun, pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai Petani.

6.2 Saran

(70)

2. Setiap ibu yang mempunyai bayi hendaknya mepunyai termometer dan bisa menggunakannya.

3. Untuk mendapatkan pendidikan kesehatan yang baik setiap ibu hendaknya meluangkan waktunya untuk berkomunikasi langsung dengan petugas kesehatan tentang guna dari termometer dan akibat dari demam yang tinggi.

4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti memperoleh sampel yang lebih luas sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol

2). Jakarta : EGC. 854 – 856.

Charlis A., Davies K. 2005. Meningkatkan Kesuburan untuk Kehamilan Alami. Erlangga.

D” Allesandro.D., Huth Lindsay.M.D. 2008. Tanya Jawab Tentang Demam. Available from : www. Bayi sehat. Com/111/117_tanya_ jawab_tentang_demam_pada anak. Pdf. [ Accesed : 28 Maret 2010 ].

Eisenberg. A., Murkoff. H. E. & Hathaway. S. E. 1997. Bayi pada Tahun Pertama

: Apa yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan. Jakarta : Arcan. 519 – 529.

Engel, J. 2009. Seri Pedoman Pengkajian Pediatrik (edisi ke - 4). Jakarta : EGC. 74 – 78.

Gabriel. J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. 99 – 101

(72)

Kania N. 2008. Penatalaksaan Demam pada Anak. Available from : http://

pustaka. Unpad.ac.id./wp-content/ uploads/ 2010/2/ penatalaksanaan_demam_annak pdf. [accesed : 16 Maret 2010 ]

Kosim. M. S., Yunanto. A., Dewi. R ., Saroso. G. I. & Usman A. 2008. Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta : IDAI. 89,

Kosim. M. S., Yunanto. A., Dewi. R ., Saroso. G. I. & Usman A. 2008. Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta : IDAI. 90 – 93.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 68 – 89

Notoatmodjo, S. 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan.Dalam :

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 121-128

Rahmawati N. J 210040044. 2008 . Hubungan antara Tingkat Pengetahuan

dengan Sikap Ibu menghadapi Demam pada Anak Balita di Desa Ngembat Padas Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Fakultas ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Available from : http:// etd. eprints. ums. Ac. Id/ 2720/ 1/J210040044.pdf. . [ Accesed : 15 Maret 2010 ].

Sastroasmoro. S. & Ismael. S. 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis

(edisi ke -3). Jakarta : sagung seto : 59 – 61.

Sastroasmoro. S. & Ismael. S. 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis

(edisi ke -3). Jakarta : sagung seto. 88.

Sastroasmoro. S. & Ismael. S. 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis

(edisi ke -3). Jakarta : sagung seto .99 – 100.

(73)

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2). Jakarta : EGC : 601 – 606.

Wahyuni, AS. 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan spss). Jakarta Timur. 116 -118.

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suaibatul Aslamiah

Tempat/Tanggal Lahir : Mompang Jae, 02 Oktober 1989

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

(74)

Nomor Telepon : 081399145670

Riwayat Pendidikan :

1. TK Muhammadiyah 1994-1995 2. SDN 1 Mompag Jae 1995-2001

3. MTSs Purba Baru 2001-2004

4. MAN Panyabungan 2004-2007

Kegiatan : -

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Assalamualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera

Nama Saya Suaibatul Aslamiah, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi saat Demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA”

Dalam keluarga orang tua sangatlah di cintai dan dibanggakan oleh anak begitu juga sebaliknya anak merupakan buah hati yang sangat berharga, harus dijaga dan dilindungi sehingga saat anak sakit sangat di khawatirkan, apalagi saat bayi, sangat di khawatirkan oleh ibu karena demam yang tinggi menimbulkan kejang, dehidrasi dan mengalami kerusakan otak

(75)

Saya akan membagikan kuesioner/daftar pertanyaan kepada ibu – ibu yang mempunyai bayi sekalian mengenai pengukuran suhu tubuh bayi yang akan ibu-ibu isi dengan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut. Jawaban dari ibu tersebut akan dijamin kerahasiaannya dan jawaban tersebut digunakan untuk kepentingan penelitian saya. Untuk penelitian ini ibu – ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila ibu - ibu membutuhkan penjelasan dapat menghubungi saya :

Nama : Suabatul Aslamiah

No. HP : 081399145670

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu – ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu - ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu – ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Medan, 2010

Peneliti

(76)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pengukuran Suhu Tubuh Bayi saat Demam di RSU Panyabungan Kabupaten MADINA.

Petunjuk :

1. Isilah identitas pribadi anda

2. Pilihlah jawaban yang menurut anda benar.

No. responden

Data Pribadi Responden

Nama :

Umur : tahun

Gambar

Gambar 2 : Termometer digital, tympani dan termometer kulit
Tabel 4.1.1 : Hasil Uji Vailiditas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Tabel 5.1
Tabel 5.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat dan karunia- Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis dan

Dari hasil penelitian pengaruh waktu dan temperatur pengadukan terhadap kualitas minyak goreng bekas (jelantah) hasil adsorbsi maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

Figure 63 Data Retrieval Subsystem (Project Report Summary Request) Sequence Diagram (Contd.) ...176. Figure 64 Transaction Log Subsystem Sequence

dapat digunakan untuk memprediksi liquidity risk atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham top 5 , kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar belakang

Waryana (2010) dalam Wahyuni (2012) mengatakan bahwa pada keadaan gizi kurang atau terbatas juga terjadi gangguan fungsi reproduksi dan perubahan kadar hormon estrogen yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Bio-Nano OSA pada 4 L ha -1 dengan 50-75% dosis pupuk NPK mampu meningkatkan efisiensi penggunaan hara dan EPA serta

15 Deskripsi Use Case Diagram Sistem Usulan Mengelola Data Pendaftaran Siswa .... 16 Deskripsi Use Case Diagram Sistem Usulan Menginput Pembayaran SPP dan Ujian 47

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat