• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Psikologi Hukum"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan masyarakat fenomena-fenomena yang terjadi kian semakin rumit. Dan hukum hadir dan memiliki fungsi sebagai pengaturan yang berisi peraturan (baik tertulis atau tidak tertulis) yang memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang mana yang baik dan buruk.

Setiap perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh manusia pasti di latar belakangi oleh berbagai faktor, termasuk faktor psikologis.psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia “Human Behaviour” maka dalam kaitannya dengan studi hukum. Ia akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia.

Kemudian demi terlaksananya tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik, maka ilmu hukum butuh berbagai cabang ilmu lainnya untuk menyempurnakan ilmu ini agar lebih berguna bagi masyarakat. Pada bahasan kali ini kami akan membahas tentang perpaduan ilmu psikologi dan perannya dalam membantu ilmu hukum.

Adapun munculnya Psikologi hukum yang adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala–gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tersebut.

Dengan harapan ilmu psikologi dapat memberikan peran yang berarti bagi penyelidikan dan penegakan hukum di Indonesia. Serta besar sumbangsihnya dalam kemajuan ilmu hukum.

1.2 Rumusan Masalah

(2)

2. Apa itu Ilmu Hukum ?

3. Apa itu Ilmu Psikologi Hukum ? 4. Apa saja Ruang lingkup Psikologi ?

5. Bagaimana Penerapan Ilmu Psikologi dalam Hukum ?

6. Factor-faktor apa saja kah yang mempengaruhi tindak pidana ? 7. Apa manfaat Psikologi dalam Hukum?

8. Bagaimana peran Psikologi dalam Hukum? 9. Bagaimana contoh kasus dari Psikologi Hukum ?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengertian psikologi hukum serta peran dan manfaatnya bagi masyarakat.

Agar para mahasiswa dapat mengerti apa itu Psikologi Hukum dan bagaimana perannya dalam proses penegakan dan penyelidikan hukum.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi

(3)

Dengan demikian, psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia “Human Behaviour” maka dalam kaitannya dengan studi hukum. Ia akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia.1

2.2 Pengertian Hukum

Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan hukuman.

(J.C.T. simorangkir dan Woerjono Sastropranoto)

J.C.T. simorangkir dan Woerjono Sastropranoto melihat hukum dari segi formal atau landasan yuridis terbentuknya hukum sebagai aturan-aturan yang dibuat oleh suatu lembaga negara (badan-badan resmi) yang memiliki otoritas dalam memberikan sanksi atau tindakan hukuman terhadap pelanggar hukum.

Soedjono Dirdjosisworo merangkum pengertian Ilmu hukum adalah karya manusia yang berusaha mencari kebenaran, tentang sesuatu yang memilki ciri-ciri, sistematis, logis, empiris, metodis, umum, dan akumulatif. Sebagai ilmu pengetahuan ilmu hukum dengan ciri-cirinya berupaya mempelajari sistematika hukum dan kaidah-kaidah, seperti rumusan kaidah, sebab terbentuknya dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga hukum dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya. Semakin berkembang suatu masyarakat akan semakin menuntut perkembangan ilmu hukum, sehingga secara obyektif mampu menjelaskan keadaan hukum pada setiap saat demi berperanya hukum sebagai sarana untuk ketertiban, keadilan dan pendorong terciptanya kesejahteraan.

Hukum dibentuk oleh jiwa manusia, baik putusan pengadilan maupun perundang-undangan merupakan hasil jiwa manusia. Oleh karena itu, psikologi merupakan karakteristik hukum yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri. 2

2.3 Pengertian Psikologi Hukum

1 R. Soeroso, S.H. PENGANTAR ILMU HUKUM. Hlm 317

(4)

Psikologi Hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala – gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tersebut.

Psikologi hukum dapat diartikan sebagai studi psikologi yang mempelajari ketidakmampuan individu untuk melakukan penyesuaian terhadap norma hukum yang berlaku atau tidak berhasilnya mengatasi tekanan-tekanan yang dideritanya.

 Pengertian Psikologi Hukum menurut para ahli yang di ungkapkan sebagai berikut :

1. Menurut Soerjono Soekanto (1983:2)

Psikologi hukum adalah studi hukum yang akan berusaha menyoroti hukum sebagai suatu perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindak tersebut.

2. Menurut Achmad Ali (2002: 274)

Karena hukum dibentuk oleh jiwa manusia seperti putusan pengadilan dan peraturan perundang-undangan, menandakan bahwa psikologi merupakan krakteristik hukum yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri. Aliran pemikiran hukum historis.

3. G. Puchta, murid Friedrich Carl Von Savigny (1779 - 1861)

Menamai hukum volkgeist yaitu hukum merupakan pencerminan dari jiwa rakyat”.

4. Menurut Edward E. Jones: 1996

Psikologi hukum adalah suatu kajian tentang sifat, fungsi, dan perilaku hukum dari pengalaman mental dari individu dalam hubungannya dengan berbagai fenomena hukum.

5. Menurut Purnadi Purbacaraka

Psikologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai perwujudan dari pada perkembangan jiwa manusia. (Ishaq,2009,241)

(5)

Psikologi hukum dapat menelaah faktor – faktor psikologi apakah yang mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah hukum (berperilaku normal) dan meneliti faktor – faktor apakah yang mendorong seseorang dalam melanggar kaidah hukum (berperilaku abnormal). Walaupun faktor lingkungan ada pengaruh nya, tetapi tinjauan utama adalah factor pribadi. Sedangkan faktor lingkungan sosial secara analitis menjadi ruang lingkup dari sosiologi hukum. Dan faktor lingkungan sosial budaya, terutama menjadi ruang lingkup penelitian dari antropologi budaya.

Pengungkapan faktor – faktor psikologis mengapa seseorang melakukan pelanggran hukum, mempunyai arti penting dalam penegakan hukum pidana di pengadilan. Dalam hukum pidana misalnya dibedakan ancaman terhadap seseorang yang menghilangkan jiwa orang lain dengan segaja dan tidak disengaja, yang direncanakan dan tidak direncanakan, yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikiran nya dan yang dilakuan oleh orang yang gila.

Soerjono soekanto, dalam bukunya beberapa catatan tentang psikologi hukum menyudutkan secara terperinci penting nya psikologi hukum bagi penegakan hukum, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk memberikan isi atau penafsiran yang tepat pada kaidah hukum serta pengertianya

misal nya seperti pengertian itikad baik, itikad buruk, tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri, mempertanggungjawabkan perbuatan dan seterusnya.

2. Untuk menerapkan hukum dengan mempertimbangkan keadaan psikologi pelaku.

3. Untuk lebih menyerasikan ketertiban dan ketentraman yang menjadi tujuan utama dari hukum.

4. Untuk sebanyak mungkin menghindarkan penggunaan kekerasan dala penegakan hukum. 5. Untuk memantapkan pelaksanaan fungsi penegakan hukum dengan cara lebih mengenal diri

atau lingkungan nya.

6. Untuk menentukan batas – batas penggunaan hukum sebagai sarana pemeliharaan dan penciptaan kedamaian. 3

2.4 Ruang Lingkup Psikologi Hukum

a. Psikologi Umum, menguraikan dan menyelidiki kegiatan psikis pada manusia dewasa yang normal, termasuk kegiatan pengamatan, pemikiran, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dan attitude.

(6)

b. Psikologi Khusus, menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus pada kegiatan psikis manusia, segi-segi khusus ini antara lain:

 Psikologi Perkembangan (psikologi genetic), menguraikan perkembangan kegiatan psiko manusia sejak kecil sampai dewasa dan selanjutnya psikologi perkembangan ini terbagi-bagi kedalam: psikologi anak, psikologi pemuda, psikologi orang dewasa, dan psikologi orang tua.

 Psikologi Kepribadian dan tipologi, menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, serta mengenai jenis-jenis atau tipe-tipe kepribadian.

 Psikologi Sosial, menguraikan kegiatan-kegiatan dalam hubungannya dengan situasi sosial, seperti situasi kelompok dan situasi masa.

 Psikologi Pendidikan, menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegitan manusia dalam situasi pendidikan, dan situasi belajar.

 Psikologi Diferensial dan psikodiagnostik, menguraikan perbedaan-perbedaan antar individu dalam kecakapan-kecakapan, intelegensi, ciri-ciri kepribadian dan mengenai cara-cara untuk menentukan perbedaan tersebut.

Psikologi hukum sebagai cabang ilmu yang baru yang melihat kaitan antara jiwa manusia disatu pihak dengan hukum di lain pihak terbagi dalam beberapa ruang lingkup antara lain: Menurut Soedjono, ruang lingkup psikologi hukum (1983:40) sebagai berikut:

a. Segi psikologi tentang terbentuknya norma atau kaidah hukum. b. Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaedah hukum.

c. Perilaku menyimpang.

d. Psikologi dalam hukum pidana dan pengawasan perilaku.

Demikianpun Soerjono Soekanto (1979: 11) membagi ruang lingkup psikologi hukum yaitu: a. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi pelanggaran terhadap kaidah hukum.

b. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi pola-pola peyelesaian pelanggaran kaidah hukum. c. Akibat-akibat dari pola penyelesaian sengketa tertentu.

2.5 Penerapan Psikologi dalam Hukum

(7)

b. Psikologi dan Hukum (Psychology and Law), meliputi psyco-legal research yaitu penelitian individu yang terlibat di dalam hukum, seperti kajian terhadap perilaku pengacara, yuri, dan hakim.

c. Psikologi Hukum (psychology of law), mengacu pada riset psikologi mengapa orang-orang mematuhi atau tidak mematuhi Undang-undang tertentu, perkembangan moral, dan persepsi dan sikap publik terhadap berbagai sanksi pidana, seperti apakah hukuman mati dapat mempengaruhi penurunan kejahatan.

d. Psikologi Forensik (Forensic Psychology), suatu cabang psikologi untuk penyiapan informasi bagi pengadilan (psikologi di dalam pengadilan).

e. Psikologi Hukum Pidana (Criminal Psychology), sumbangan psikologi hukum yang menggambarkan dinamika interpersonal dan kelompok dari pembuatan putusan pada suatu tahapan kunci di dalam proses mendakwa seseorang mulai dari waktu penetapannya sebagai tersangka hingga pada momen penjatuhan pidana

f. Neuroscience and law, suatu kajian baru tentang keunikan pentingnya pengaruh otak dan syaraf bagi perilaku manusia, masyarakat , dan hukum. Kajiannya meliputi wawasan baru tentang isu-isu pertanggungjawaban, meningkatkan kemampuan untuk membaca pikiran, prediksi yang lebih baik terhadap perilaku yang akan datang, dan prospek terhadap peningkatan kemampuan otak manusia.

2.6 Faktor faktor Psikologis yang mempengaruhi tindak Pidana

Sebagaimana telah di kemukakan, kejahatan merupakan problem bagi manusia karena meskipun telah ditetapkan sanksi yang berat kejahatan masih saja terjadi. Hal ini merupakan permasalahan yang belum dapat dipecahkan sampai sekarang.

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu; 1. Faktor Personal,

Termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan),

2. Faktor Situasional,

Seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.4

2.7 Manfaat Ilmu Psikologi Hukum

(8)

Psikolog Sebagai Saksi Ahli Dalam Kasus Pidana

Saksi ahli adalah seseorang yang hadir dalam pengadilan. Tetapi informasi yang dimiliki oleh seorang saksi ahli berbeda dari saksi mata, dimana saksi ahli tidak memberikan informasi berdasarkan penglihatan perkara, melainkan informasi yang berhubungan dengan wilayah sekitar masalah tersebut. Hanya saksi ahli yang dapat memberikan informasi sebagai bukti yang berdasarkan pendapat. Beberapa persoalan yang biasa menjadi pokok dalam bukti seperti tingkat fungsi intelektual tersangka dan implikasinya terhadap proses persidangan, kerentanan saksi dalam proses interogasi yang bisa saja menyebabkan pengakuan terpaksa dan kemugkinan resiko seseorang kembali melakukan tindakan kejahatan tersebut. Persoalan-persoalan yang dikemukakan oleh saksi ahli tidak bisa secara langsung menentukan tersangka salah atau tidak tetapi masih memiliki implikasi dimana; prosedur normal pengadilan mungkin perlu dimodifikasi untuk mengakomodasi kemampuan kognitif tersangka; bukti pengakuan yang dinyatakan mungkin tidak dapat diterima; pengakuan yang dinyatakan mungkin menjadi tidak reliable; kalimat yang dijatuhkan pada narapidana mungkin perlu direfleksikan dengan tingkat resiko kembalinya perilaku.

Saksi ahli dapat memberikan pendapatnya sebagai bukti, tetapi testimoni yang diberikan saksi ahli harus berhubungan dengan persoalan yang tidak bisa dilihat tanpa pengetahuan seorang ahli, seperti; bukti teori psikologi, hasil tes psikometri atau hasil eksperimen. Kewajiban psikolog sebagai saksi ahli harus menyediakan pendapat objektif pada perkara yang tidak bisa dilihat selain seorang ahli.5

Menurut Costanzo (2006) peran psikologi dalam hukum sangat luas dan beragam. Ia memberikan tiga peran.

 Pertama, psikolog sebagai penasehat. Para psikolog sering kali digunakan sebagai penasehat hakim atau pengacara dalam proses persidangan. Psikolog diminta memberikan masukan apakah seorang terdakwa atau saksi layak dimintai keterangan dalam proses persidangan.

(9)

 Kedua, psikolog sebagai evaluator. Sebagai seorang ilmuwan, psikolog dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap suatu program.

 Ketiga, Psikolog sebagai pembaharu. Psikolog diharapkan lebih memiliki peran penting dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan menjadi pembaharu atau reformis dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan mampu mengaplikasi ilmu pengetahuannya ke dalam tataran aplikatif, sehingga sistem hukum, mulai dari proses penangkapan, persidangan, pembinaan, dan penghukuman berlandaskan kajian-kajian ilmiah (psikologis),

 Ketika seorang saksi mata memberi keterangan, baik di tahap penyelidikan, penyidikan maupun di persidangan pengadilan, maka Psikologi Hukum akan sangat banyak membantu menilai keakuratan kesaksian tersebut.

2.8 Peran Psikologi dalam Hukum

Secara umum peran psikologi dibagi dua area, yaitu Kelimuwan dan Aplikatif. Pada tataran keilmuwan, psikologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan riset-riset psikologi. Sementara pada tataran aplikatif, psikologi berperan dalam intervensi psikologis yang dapat membantu proses 6 hukum.

Friedman (dalam Lumbuun, 2008) mengatakan bahwa terdapat tiga aspek dalam sistem hukum. Pertama, Struktur, yang berkaitan lembaga yang membuat dan menegakan hukum, termasuk DPR, kepolisian, kejaksaan, hakim dan para advokat.

Kedua, Subtansi, yang menyangkut dari materi hukum baik yang tertulis atau yang tidak tertulis. Ketiga Budaya Hukum, yaitu sikap orang terhadap hukum dan sistem hukum yang meliputi kepercayaan, nilai, pikiran dan harapan.

(10)

membantu mengungkapkan kasus-kasus kriminal yang menimpa masyarakat. Psikolog forensik dapat membantu aparat penegak hukum memberi gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban

Peran Psikologi dalam Proses Hukum

Area Peran

Polisi Membantu polisi dalam melakukan penyidikan pada korban,saksi dan pelaku

Kejaksaan Membantu jaksa dalam memahami kondisi psikologis pelaku,korban dan memberikan perlatihan tentang gaya bertanya kepada saksi.

Pengadilan Sebagai saksi ahli dalam persidangan

Lembaga Kemasyarakatan Asesmen dan intervensi psikologi pada narapidana

Seperti telah diuraikan bahwa psikologi secara langsung dan tidak langsung berkaitan proses penegakan hukum. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, psikologi memiliki peran penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Peran psikologi terutama pada aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, petugas lapas) dan pihak-pihak yang terlibat (saksi, pelaku dan korban). Selain itu, psikologi juga berperan pada sistem hukum dan warga yang terkena cakupan hukum.

Ada beberapa peran psikologi dalam penegakan hukum di Indonesia, yaitu;

Pertama, Psikologi berperan dalam memperkuat aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum. misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis dalam meningkatkan perfomance polisi. Hasil penelitian Arnetz dkk., (2009) menunjukkan bahwa hasil pelatihan resiliensi dapat meningkatkan performance polisi. Selain aparat penegak hukum, yang tidak kalah penting adalah keluarga aparat penegak hukum.

(11)

Ketiga, Psikologi berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mematuhi hukum yang berlaku. Misalkan, psikologi dapat membantu polisi dalam membentuk masyarakat sadar dan taat aturan melalui kegiatan seminar dan aktifitas yang berbasiskan masyarakat. Jika dilihat dari proses tahapan penegakan hukum, psikologi berperan dalam empat tahap;

1. Pencegahan (deterrent)

2. Penanganan (pengungkapan dan penyidikan) 3. Pemindanaan

4. Pemenjaraan.

Pada Tahap Pencegahan, psikologi dapat membantu aparat penegak hukum memberikan sosialisasi dan pengatahuan ilmiah kepada masyarakat bagaimana cara mencegah tindakan kriminal. Misalkan, psikologi memberikan informasi mengenali pola perilaku kriminal, dengan pemahaman tersebut diharapkan msyarakat mampu mencegah perilaku kriminal.

Pada Tahap Penanganan, yaitu ketika tindak kriminal telah terjadi, psikologi dapat membantu polisi dalam mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku sehingga polisi dapat mengungkap pelaku kejahatan. Misalkan dengan teknik criminal 11 profiling dan geographical profiling.

Criminal profiling merupakan salah cara atau teknik investigasi untuk mengambarkan profil pelaku kriminal, dari segi demografi (umur, tinggi, suku), psikologis (motif, kepribadian), modus operandi, dan setting tempat kejadian (scene).

(12)

Pada Tahap Pemindanaan, psikologi memberikan penjelasan mengenai kondisi psikologis pelaku kejahatan sehingga hakim memberikan hukuman (pemindanaan) sesuai dengan alat bukti dan mempertimbangkan motif/kondisi psikologis pelaku kejahatan.

Menurut Muladi dalam (Rizanizarli, 2004) tujuan pemindanaan adalah memperbaiki kerusakan individual dan sosial yang diakibatkan tindak pidana.

Ada dua teori yang terkait dengan tujuan pemindanaan yaitu :

Pertama, Teori Retributif (balas dendam), teori ini mengatakan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas perilakunya, akibatnya orang tersebut harus menerima hukuman yang setimpal.

Kedua, Teori relatif (tujuan), teori ini bertujuan untuk mencegah orang melakukan perbuatan jahat.

2.9 Contoh Studi Kasus

Pemerintah Kota Sukabumi menetapkan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Andri Sobari alias Emon, 24 tahun, tersangka kasus sodomi puluhan anak, sebagai kejadian luar biasa (KLB). Pasalnya, korban dalam kasus sodomi yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi ini banyak dan berlangsung dalam kurun waktu tidak terlalu lama.

"Karena banyaknya korban pencabulan dan sodomi ini, saya tetapkan peristiwa ini menjadi KLB," kata Wali Kota Sukabumi H. Muhammad Muraz saat ditemui di aula utama Pemerintah Kota Sukabumi, Senin, 5 Mei 2014.

(13)

Menurut dia, pemerintah Sukabumi pun telah mengeluarkan Surat Keputusan Wali Kota Nomor 92 Tanggal 2 Mei 2014 tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota Sukabumi. "SK Ini dibuat khusus setelah munculnya korban kekerasan seksual dan pencabulan yang terjadi di wilayah Kota Sukabumi," katanya.

"Kami pun tidak menyangka kasus yang banyak dan mencuat bagai fenomena gunung es ini terjadi di Sukabumi dengan korban anak mencapai puluhan," kata Wali Kota.

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, menyebut, tersangka kasus dugaan sodomi terhadap ratusan anak di Sukabumi, Jawa Barat, AS alias Emon, tidak bisa digolongkan seorang paedofilia. Menurutnya, aksi Emon hanya tergolong tindakan kekerasan seksual kepada anak.

“Perilaku Emon kepada anak-anak diduga karena konpensasi akibat perasaan takut, kebencian dan kemarahan tersangka. Karena informasinya, Emon pernah beberapa kali menjadi korban kekerasan seksual,” kata Reza kepada wartawan, Kamis, (8/5/2014).

Dia menjelaskan, kekerasan seksual kepada anak berbeda dengan paedofilia. Paedofilia adalah ketertarikan seksual seorang dewasa terhadap anak-anak. Disebabkan beberapa faktor, seperti kecenderungan memiliki rasa ketertarikan yang berlebih kepada anak.

“Tapi kalau kekerasan seksual kepada anak, biasanya si pelaku memiliki alat kelamin yang tidak sempurna, sehingga tidak mempunyai kesempatan atau pilihan untuk melampiaskan secara umum hasrat seksualnya seperti kepada pekerja seks komersial,” katanya.

Karena itu, ujar Reza, perilaku menyimpang Emon lebih kepada pelampiasan kepada anak-anak yang menjadi objek penggantinya.“Jadi bisa dikatakan perilaku tersangka itu terdorong karena faktor situasi. Dan yang paling kuat ada rasa balas dendam karena si Emon pernah menjadi korban kekerasa seksual sebelumnya,” katanya.

(14)

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Ritanenny, mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah Emon seorang pedofilia atau bukan. Untuk menetapkan seseorang sebagai pedofilia harus menempuh penelitian yang cukup panjang, melalui proses uji psikologi dan psikitris.“Maka dari itu, berkaca kepada kasus Emon yang telah melakukan pelecehan seksual dan sodomi kepada anak-anak pihaknya akan melakukan penelitian terlebih dahulu dan mencari rekam jejak Emon semasa kecilnya,” kata Rita.6

BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan

Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa psikologi adalah cabang ilmu tentang kejiwaan manusia. Dan hukum yang berisi peraturan yang mengatur manusia-manusia dalam masyarakat. Dan kedua ilmu ini, psikologi dan hukum memiliki keterkaitan dan menyatu dalam cabang ilmu psikologi hukum dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Psikologi hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala – gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tersebut.

6

(15)

Setiap tindakan manusia, dalam hal ini tindakan kriminal yang dilakukan oleh tersangka bisa jadi di latar belakangi oleh faktor psikologis. Dan ilmu psikologi hukum hadir dan memiliki andil dalam proses penyelidikan dan penegakan ilmu hukum. Peran psikologi dalam hukum memberikan manfaat yang besar dalam perkembangan ilmu hukum, serta memberikan banyak manfaat dalam penuntasan kasus-kasus hukum sesuai prespektif psikologi.

DAFTAR PUSTAKA

R. Soeroso, S.H. PENGANTAR ILMU HUKUM. Hlm 317

H . Riduan Syahrani, S.H. , RANGKUMAN INTISARI ILMU HUKUM. Hlm 227-228

http://raypratama.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-penyebab-kejahatan.html diakses pada 16 juni 2014

http://psikologiforensik.com/2012/06/15/memori-dan-kesaksian-di-peradilan/ diakses ada 16 juni 2014

(16)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Abstrak: Psikologi pendidikan sebagai ilmu yang meneliti masalah jiwa dan aktivitas psikologis seseorang dalam kaitannya dengan pendidikan sebagai interaksi adalah

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat

Masuknya unsur tradisi budaya Yunani, seperti filsafat, dan berbagai macam ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu tentang jiwa (psikologi) ke dalam lingkungan tradisi

Bukti dari mempelajari ilmu jiwa maka muncul beberapa aliran yaitu Strukturalisme sebagai pemula yang mengangkat psikologi sebagai disiplin ilmu yang otonom, dengan

Apabila dilihat diatas diantara cabang-cabang psikologi maka psikologi pendidikan termasuk kedalam psikologi khusus ini berarti psikologi pendidikan adalah ilmu yang

Abstrak: Psikologi pendidikan sebagai ilmu yang meneliti masalah jiwa dan aktivitas psikologis seseorang dalam kaitannya dengan pendidikan sebagai interaksi adalah

Psikologi pendidikan sebagai ilmu yang meneliti masalah jiwa dan aktivitas psikologis seseorang dalam kaitannya dengan pendidikan sebagai interaksi adalah disiplin yang cukup penting

Kemudian dalam kriminologi, bio-psikologi ini dikaitkan dengan beberapa ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan manusia pribadi, terdiri atas ilmu-ilmu:  Psikologi yang menyelidiki