• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE

NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

HABIBIE SYAFRUDIN

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014, yakni 8 siswa (28,57%) tuntas dan 20 siswa (71,42%) belum tuntas dari KKM 66. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe example non example pada pembelajaran tematik.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri 2 pertemuan. Alat pengumpul data berupa lembar observasi untuk aktivitas siswa dan kinerja guru serta tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa siklus I 64,39 (kategori cukup), siklus II 67,63 (kategori aktif), dan siklus III 75,21 (kategori aktif). Ketuntasan hasil belajar siswa terdiri dari tiga aspek yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Nilai rata-rata afektif siswa siklus I 65,5 (kategori cukup), Siklus II 71,53 (kategori baik), dan siklus III 75,5 (kategori baik). Presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa siklus I 62,49% (kategori cukup), siklus II 83,92% (kategori sangat baik), dan siklus III 94,63% (kategori sangat baik). Nilai rata-rata psikomotor siswa siklus I 66,54 (kategori baik), siklus II 74,51 (kategori baik), dan siklus III 83,92 (kategori sangat baik).

(2)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Penelitian ... 34

2. Alur Siklus PTK ... 37

3. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru ... 111

4. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Aktivitas Siswa... 113

5. Grafik Nilai Afektif Siswa ... 115

6. Grafik Nilai Kognitif Siswa ... 117

(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE

NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

HABIBIE SYAFRUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

MOTO

“Wahai or ang-or ang yang ber iman mintalah per tolongan melalui Sabar dan Shalat, sesungguhnya Allah bersama or ang-orang yang sabar . Dan benar -benar

akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelapar an, dan kekurangan buah-buahan, dan ber ilah kabar gembir a bagi orang-or ang yang sabar , (yaitu)

yang apabila mer eka ter timpa musibah mer eka mengatakan “ Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali”.”

(QS. Al-Baqar ah: 155-156)

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, kuucapkan terimakasih tak bertepi, kepada Tuhan-ku, Allah S.W.T. Yang M aha Pengasih dan Penyayang , karena

dengan Rahmat-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan Ibuku tersayang, yang tak bosan memberikan nasehat, arahan serta dukungan dan do’anya selama ini.

Saudaraku tersayang, yang selalu menjadi motivasi untuk terus berjuang.

Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekaliku dengan Ilmu Pengetahuan yang bermanfaat.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 serta sahabat-sahabat terdekatku, yang selalu memotivasi sampai skripsi ini selesai.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Metro pada tanggal 29 Juli 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Syafrudin dan Ibu Yulinda.

Pendidikan peneliti dimulai dari TK Aisyiah pada tahun 1996. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Metro diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 06 Merto dan telah selesai pada tahun 2006, selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 02 Metro dan diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2010 peneliti tercatat sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program

(11)

i SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Coopetative Learning tipe Example Non Example Pada Pembelajaran Tematik Kelas IV B SDN 01 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini tersusun berkat adanya masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

(12)

ii memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, dan nasihat serta bantuan yang diberikan di sela kesibukannya.

7. Bapak Drs. Rapani, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti semala masa kuliah dan selama proses pembuatan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Nelly Astuti, M. Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Hj. Suyetti, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.

11. Ibu Juahir, S.Pd., Wali kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat dan teman sejawat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian dapat berjalan lancar.

12. Siswa-siswi Kelas IV B SD Negeri 01 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, khususnya kelas A terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

14. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang selalu ada disaat senang maupun susah.

(13)

iii khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan amal dari Allah S.W.T.

Metro, November 2014 Peneliti

(14)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 11

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning ... 12

5. Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 14

6. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 16

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning tipe Example Non-Example ... 18

B. Belajar ... 19

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 21

3. Pengertian Hasil Belajar ... 22

C. Pembelajaran Tematik ... 23

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 23

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 25

3. Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Tematik ... 28

4. Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik ... 30

D. Kerangka Berpikir ... 32

(15)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Alat Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Prosedur Penelitian ... 50

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 61

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A.Profil SD Negeri 01 Metro Pusat ... 62

B.Deskripsi Awal ... 62

C.Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 64

2. Siklus II ... 83

3. Siklus III ... 97

D.Pembahasan ... 109

1. Kinerja Guru ... 110

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 111

3. Afektif Siswa ... 113

4. Kognitif Siswa ... 115

5. Psikomotor Siswa ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A.Kesimpulan ... 122

B.Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(16)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Lembar Penilaian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Tematik Dengan

Pendekatan Saintifik ... 39

2. Lembar Obervasi Penilaian Aktivitas Siswa ... 41

3. Kriteria Skor untuk Aktivitas Siswa ... 42

4. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 42

5. Kriteria Skor untuk Afektif Siswa ... 43

6. Lembar Penilaian Kognitif Siswa ... 43

7. Lembar Penilaian Psikomotor Siswa ... 44

8. Kriteria Skor untuk Psikomotor Siswa ... 44

9. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai ... 45

10.Peringkat Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai .. 46

11.Peringkat Sikap (Afektif) Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 47

12.Peringkat Hasil Kognitif Siswa Per Individu Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 47

13.Peringkat Psikomotor Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 48

14.Peringkat Hasil Kognitif Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai ... 49

15.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus I ... 70

16.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I... 72

17.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus I... 75

18.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus I ... 75

19.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus I ... 77

20.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus II. ... 89

21.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus II ... 91

22.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus II ... 92

23.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus II ... 93

24.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus II ... 94

25.Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus III. ... 102

26.Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus III ... 105

27.Rekapitulasi Nilai Afektif Siswa Siklus III ... 106

28.Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Siklus III ... 106

29.Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Siklus III ... 108

30.Rekapitulasi Peningkatan Kinerja Guru ... 110

31.Rekapitulasi Aktivitas Siswa ... 112

32.Rekapitulasi Afektif Siswa ... 114

33.Rekapitulasi Kognitif Siswa ... 116

(17)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran Surat-surat ... 127

2. Lampiran Perangkat Pembelajaran ... 132

3. Lampiran Kinerja Guru ... 180

4. Lampiran Aktivitas Belajar Siswa ... 182

5. Lampiran Hasil Belajar Afektif Siswa ... 195

6. Lampiran Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 208

7. Lampiran Hasil Belajar Psikomotor Siswa... 209

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kunci keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi, pendidikan

memberi bekal ilmu pengetahuan bagi siswa, mengembangkan potensi mereka, sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang lain, bangsa, dan negaranya.

Berdasarkan permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Menurut Wardhani dkk (2007: 2), salah satu untuk memujudkan visi pendidikan nasional tersebut adalah dengan membekali siswa agar mampu dan mau berfikir logis, analitis, sistematis, kreatif serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

(19)

terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pada saat ini pendidikan di Indonesia tengah dalam proses menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini pelajaran disajikan secara tematik. Pembelajaran tematik tidak hanya diterapkan pada kelas rendah, namun juga di kelas tinggi. Maka dari itu, guru dituntut untuk dapat menerapkan kurikulum baru di Indonesia dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Trianto, 2011: 139). Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar

yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam antar mata pelajaran.

(20)

diketahui juga bahwa aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat masih tergolong rendah dan pada proses pembelajarannya yaitu pada kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa tidak membuat seluruh siswa ikut aktif dalam diskusi, hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran masih bersifat teacher centred atau pembelajaran yang berpusat pada guru, dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif, masih banyak diantara siswa yang mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan materi, siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, siswa belum kritis dalam menganalisis gambar dan belum semua siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, guru belum menggunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran secara maksimal saat pembelajaran, serta guru belum menggunakan model ccooperative learning tipe example non-example dalam pembelajaran di kelas.

Keadaan aktivitas di kelas IVB yang dijabarkan di atas berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas IVB tergolong rendah, yakni hanya 8 siswa (28,57%) yang telah mencapai kriteria ketuntasan dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan yakni 20 siswa (71,42%) dari jumlah 28 siswa dengan rata-rata kelas yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 71,42% dari nilai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 66.

(21)

model pembelajaran yang dianggap tepat untuk digunakan adalah model cooperative learning tipe example non-example. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Huda, 2013: 211).

Hal ini mendorong peneliti untuk menggunakan model cooperative learning tipe example non-example. Dimana model cooperative learning tipe example non-example ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa akan lebih tertarik, dan bergairah, serta akan cenderung aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Gambar yang digunakan dalam model pembelajaran ini dapat ditampilkan melalui poster, OHP, proyektor atau LCD. Dengan menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran akan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang

disajikan. Model pembelajaran ini juga menitikberatkan pada kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Huda, 2013: 234)

(22)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperlukan penelitian tentang penerapan model cooperative learning tipe example non-example untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat, sehingga diharapkan melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat dapat meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

3. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi secara maksimal. 4. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered.

(23)

7. Siswa terlihat kurang tertarik dan kurang bergairah serta cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.

8. Kerjasama siswa dalam pembelajaran kelompok belum optimal. 9. Siswa belum kritis dalam mengamati gambar.

10.Siswa belum mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 11.Masih sedikit siswa yang diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya.

12.Pembelajaran di kelas IVB belum menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe example non-example.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat tahun pelajaran 2013/2014?

(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2013/2014. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro

Pusat melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada pembelajaran tematik tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model cooperative learning tipe example non-example pada siswa kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat.

2. Bagi Guru

(25)

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang berguna bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 01 Metro Pusat, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Bagi Peneliti

(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan penmbelajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak

didiknya. Dengan seperangkat teori pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematatis. Salah satu usaha yang harus guru lakukan dan terus dikembangkan adalah bagaimana memahami kedudukan model pembelajaran sebagai salah satu komponen yang menjadi bagian yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar. Memahami definsi atau apa yang disebut dengan model pembelajaran adalah hal yang penting sebelum guru menerapkan model pembelajaran di kelas.

(27)

Menurut Komalasari (2011: 57) menyatakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru untuk mengorganisasikan pengalaman belajar dan merancang pengajaran yang bermakna sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Dalam mengajar guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang di ajarkan. Ada banyak model pembelajaran yang berkembang saat ini yang dapat membantu guru dalam pembelajaran,

Menurut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2011: 55) model-model pembelajaran memiliki banyak tipenya, diantaranya:

a. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning) adalah strategi belajar yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu

b. Pembelajaran berbasis proyek (projek-based-learning) adalah pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin pembelajaran

(28)

d. Pembelajaran berbasis kerja (work-based-learning) adalah dimana tempat kerja terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam memahami dunia terkait

e. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas maka penulis memilih model pembelajaran cooperative learning yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperatif learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompokmya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Isjoni, 2013: 11-12)

(29)

sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengejaran oleh teman sebaya (peer teaching).

Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun memang pendekatan ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan

kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya (Isjoni, 2013: 17).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah model pembelajaran model pembelajaran yang mengelompokkan siswa di kelas ke dalam suatu kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

(30)

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut (Rusman, 2012: 213).

b. Jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun sebuah gambar (Rusman, 2012: 217).

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan

diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok (Rusman, 2012: 220).

d. Example non-example

(31)

e. Make a match

Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Rusman, 2012: 223).

f. Teams Games Tournaments (TGT)

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuain dengan angka tersebut (Rusman, 2012: 224).

Berdasarkan model-model yang telah dijelaskan di atas maka penulis memilih model cooperative learning tipe example non-example yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam

contoh-contoh gambar yang disajikan.

5. Model Cooperative Learning Tipe Example Non-Example

Example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Model ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Huda, 2013: 234).

(32)

analisis cotoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah. Sedangkan Hamdani (2011: 94) mengemukakan example non-example adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.

Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar. Dengan demikian, model ini menekankan pada konteks analisis siswa. Gambar yang digunakan dalam model ini dapat ditampilkan melalui OHP, proyektor, atau yang paling sederhana, yaitu poster. Gambar ini haruslah jelas terlihat meski dari jarak jauh, sehingga siswa yang berada di bangku belakang dapat juga melihatnya dengan jelas. Model pembelajaran example non-example juga ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara: pengamatan dan definisi. example non-example adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep (Huda, 2013: 234).

Menurut Buehl (Huda, 2013: 235), model cooperative learning tipe example non-example melibatkan siswa untuk:

1) Menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih kompleks; 2) Melakukan prosesi discovery(penemuan), yang mendorong

mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari;

3) Mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example yang memungkinkan masih memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

(33)

pembelajaran yang menggunakan contoh berupa gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar.

6. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Example Non-Example

Menurut Huda (2013: 235) langkah-langkah penerapan cooperative learning tipe example non-example dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP. 3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri

dari 2-3 orang siswa.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar. 5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

8. Penutup.

(34)

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau in focus.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat.

5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. kesimpulan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam penelitian ini akan menggunakan langkah-langkah/sintaks model coopertavie learning tipe example non-example dari teori yang dikemukakan oleh Huda dan Hanafiah & Suhana. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP. 3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri

dari 2-3 orang siswa.

(35)

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

8. Penutup.

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe

Example Non-Example

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Termasuk model cooperative learning tipe example non-example. Huda (2013: 236) menyatakan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe example non-example adalah:

1) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar;

2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Sementara itu, model ini juga memiliki kelemahan karena tidak

semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain karena persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu lama.

Berdasarkan kajian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe example non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar. Penerapan cooperative learning tipe

(36)

(1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP, ( 3 ) Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 2-3 orang, (4) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan menganalisis gambar, (5) Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas, (6) Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya, (7) Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan (8) Penutup.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses perubahan tingkah laku seseorang secara menyeluruh sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil belajar itu sendiri dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, sikap dan tingkah laku, serta kecakapan atau keterampilan.

(37)

stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Sedangkan menurut Syaefudin Sa’ud (2006: 3) menyatakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan.

Menurut Thorndike (dalam Budiningsih, 2005: 21), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai

filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya. Muhamad Ali (Hanafiah dan Suhana, 2009: 5) menyatakan, pengertian belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang.

(38)

laku. Dengan belajar setiap individu akan mengalami perubahan sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran akan selalu berkaitan dengan aktivitas belajar, dengan segala bentuk aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran baik aktivitas yang bersifat positif maupun aktivitas yang bersifat negatif. Karena belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas di dalam proses pembelajaran. Sardiman (2011: 100) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait.

Kunandar (2010: 277) menjelaskan bahwa aktivitas siswa dalam belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor Hanafiah & Suhana (2010: 23).

(39)

pembelajaran, melaksanakan perintah guru, dan mengidentifikasi masalah.

3. Pengertian Hasil Belajar

Akibat dari proses belajar yang di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas adalah hasil belajar. Hasil belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, efisien, dan kondusif. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek afektif, kognitif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).

Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

(40)

Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar, 2013: 249).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sehingga terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang afektif, kognitif, dan psikomotorik. Indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes yang diberikan oleh guru. Indikator hasil belajar ranah afektif adalah melaksanakan tugas yang diberikan, menaati tata tertib sekolah, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan berani menyatakan pendapat. Indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah terampil menganalisis gambar yang ditampilkan oleh guru, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan terampil dalam menyajikan data hasil diskusi.

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Dalam kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan, pembelajaran tematik, tidak hanya di kelas rendah saja yang menggunakan model pembelajaran tematik tetapi semua kelas dari kelas 1 sampai 6.

(41)

bahan (materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan (Prastowo, 2013: 125).

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan autentik (Rusman, 2012: 254).

Mulyasa (2013: 170) Menjelaskan dalam implementasi kurikulum 2013, murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata

pelajaran lainnya

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan menurut Trianto (2011: 154) yaitu: 1) pengalian tema, 2) pengelolaan pembelajaran, 3) evaluasi, dan 4) reaksi. Penjelasannya sebagai berikut.

1. Panggilan tema merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan cada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.

(42)

3. Evaluasi, pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.

4. Reaksi yaitu dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memilik sejumlah kelebihan dan kelemahan.

Menurut Rusman (dalam Prastowo, 2013: 150-151) pembelajaran tematik memiliki 6 kelebihan yaitu:

a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar;

b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;

d. Membantu mengembangkan ketrampilan berpikir siswa;

e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan f. Mengembangan ketrampilan sosial siswa, seperti kerja sama,

(43)

a. Keterbatasan pada aspek guru

Untuk menciptakan pembelajaran tematik, guru harus berawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, ketrampilan metodologis yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi.

b. Keterbatasan pada aspek siswa

Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang relative “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitas.

Keterbatasan pada aspek sarana dan sumber pembelajaran Pembelajaran tematik membutuhkan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin jga fasilitas internet.

c. Keterbatasan pada aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes dan berorientasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu di beri kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan pembelajaran siswa.

d. Keterbatasan pada aspek penilaian

(44)

e. Keterbatasan pada aspek suasana pembelajaran

Pembelajajaran tematik cenderung mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya (hilangnya) bidang kajian lainnya. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema, guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru tersebut.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 yaitu pendekatan scientific (pendekatan ilmiah). Perubahan yang sangat nyata dalam kurikulum 2013 adalah model pendekatan yang digunakan dan penerapan penilaian autentik (autentic assesment). Penulis akan mengulas tentang apa itu pendekatan scientific dan penilaian autentik serta bagaimana penerapannya dalam pembelajaran tematik di tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

(45)

akademik yang tinggi, berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Dan dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif “baik” baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya.

3. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan scientific (ilmiah). Penjelasan Prof. Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) tentang pendekatan scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan

penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

(46)

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Menurut Hendi (http://hendisuhendi2012.wordpress.com /2013/07/ 18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013) pendekatan merupakan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pendekatan ilmiah merupakan konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung

aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

(47)

disebut dengan pendekatan ilmiah ini mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar,yaitu kurikulum 2013 dikembangkan melalui penyempurnaan pola pikir pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains/ilmiah).

Proses pembelajaran pada pendekatan ini meliputi tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terpadu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan dimana siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran, pendektan ini lebih menekankan pada pembelajaran secara ilmiah meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

4. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik

(48)

memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup kognitif, sikap, serta keterampilan. Baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses pembelajaran (Komalasari, 2011: 148).

Penilaian Autentik (Authentic Assesment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan jamak terstandar sekalipun (Kemendikbud, 2013: 221).

Sedangkan menurut Muller (Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini

(49)

Penilaian ini harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki siswa, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, seorang guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan.

Penilaian autentik juga memonitor dan mengukur semua aspek hasil belajar yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, sikap, serta keterampilan, baik yang tampak sebagai hasil akhir maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan selama proses.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilannya dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi dengan pengetahuan yang dimilikinya.

D. Kerangka Berpikir

(50)
(51)
[image:51.612.147.492.74.718.2]

Gambar 1. Kerangka Penilitian

Masukkan (input)

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD

Negeri 01 Metro Pusat.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas IVB SD Negeri

01 Metro Pusat.

3. Guru belum menggunakan variasi metode yang menarik secara maksimal.

4. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered.

6. Guru belum menggunakan media gambar untuk menyampaikan materi

pelajaran secara maksimal.

7. Siswa terlihat kurang tertarik dan kurang bergairah serta cenderung pasif

dalam kegiatan pembelajaran.

8. Kerjasama siswa dalam pembelajaran kelompok belum optimal.

9. Siswa belum kritis dalam mengamati gambar.

10. Siswa belum mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

11. Masih sedikit siswa/hanya beberapa siswa yang diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya.

12. Pembelajaran di kelas IVB belum menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe example non-example.

Proses (Procces)

Penerapan model cooperative learning tipe example non-example

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 2-3

orang siswa.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok

untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar.

5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil

diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa

memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.\

8. Penutup

Produk (Product)

1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa setiap siklusnya dengan ketuntasan

mencapai ≥ 75% dari seluruh jumlah siswa

2. Meningkatanya hasil belajar siswa dengan ketuntasan mencapai ≥ 75% dari

(52)

E. Hipotesis Tindakan

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah (Daryanto, 2012: 1).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian yang istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Arikunto (2006: 58) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran tematik di kelas. Daur ulang dalam

(54)
[image:54.612.179.446.104.398.2]

Gambar 1. Alur Siklus PTK (Arikunto, 2004: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Metro Pusat Kota Metro Jl. Brigjend. Sutiyoso No. 44 Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Perencanaan 1

Pelaksanaan 1 SIKLUS 1

Pengamatan 1 Refleksi 1

Perencanaan II

SIKLUS II Pelaksanaan II Refleksi II

dst Pengamatan II

Perencanaan III

Pelaksanaan III SIKLUS III

Refleksi III

(55)

dengan bulan April. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan hasil penelitian.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 01 Metro Pusat. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan seorang guru Kelas IVB SD Negeri 01 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa sebanyak 28 orang siswa, dengan rincian 13 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu teknik non tes dan tes 1. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap

pembelajaran tematik dengan menerapkan model cooperative learning tipe example non-example berupa lembar pengamatan siswa (observasi). 2. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data siswa yang berupa

(56)

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi dan tes.

1. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti untuk mengamati penilaian aktivitas siswa, penilaian kognitif. penilaian afektif, penilaian psikomotors, dan penelaian aktivitas kinerja guru.

a) Lembar Penilaian Kinerja Guru

[image:56.612.187.508.378.710.2]

Lembar penilaian kinerja guru digunakan dengan tujuan memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

Tabel 1. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Scientific

Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

Kegiatan pendahuluan Apersepsi dan motivasi

1. Mengaitkan materi pembelajaran dengan penggalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya

2. Mengajukan pertanyaan menantang

3. Menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran 4. Mendemonstrasikan sesuatu yang berkaitan dengan

tema.

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1. Menyampaiakan kemampuan yang akan dicapai peserta didik

2. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran

2. Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan iptek dan kehidupan nyata

3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat

4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak)

Penerapan Model cooperative learning tipe example non-example yang Mendidik

1. Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan lewat OHP.

(57)

terdiri dari 2-3 orang siswa.

4. Memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan menganalisis gambar.

5. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas. 6. Memberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk

membacakan hasil diskusinya.

7. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru bersama siswa memantapkan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Penerapan Pendekatan Scientific

1. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana 2. Memancing peserta didik untuk bertanya 3. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba 4. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati 5. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis 6. Memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk

menalar berpikir logis dan sistematik

7. Menyajikan kegiatan agar peserta didik mampu berkomunikasi

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Menyajikan pembelajaran sesuai tema

2. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam setiap subtema

3. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu

4. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan

Pemanfaatan Sumber Belajar/ MediaGrafis dalam pembelajaran

1. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

2. Pemilihan media grafis yang tepat sesuai dengan materi pelajaran

3. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media grafis

4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar

5. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media grafis

Pelibatan Peserta Didik Dalamm Pembelajaran

1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam diskusi kelompok

2. Merespon positif partisipasi peserta didik

3. Menunjukan sikap terbuka terhadap respon peserta didik

4. Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif

(58)

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar

2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar

Kegiatan Penutup

Penutup Pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik

2. Memberikan tes lisan atau tertulis

3. Mengoreksi dan mengumpulkan hasil kerja

4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas di rumah.

Jumlah

Nilai

(Kemendikbud, 2013: 123)

b) Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Siswa

[image:58.612.184.509.78.334.2]

Lembar observasi penilaian aktivitas siswa ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 2. Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Siswa

No. Nama

Aspek yang diamati

Skor Skor

mak N K

A B C D

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.

2.

3.

4.

5.

Jumlah nilai

Nilai rata-rata klasikal

(59)

Keterangan:

A.= Melakukan semua tahapan pembelajaran dengan baik B.= Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran C.= Melaksanakan perintah guru

[image:59.612.182.505.180.379.2]

D.= Mengidentifikasi masalah

Tabel 3. Kriteria Skor untuk Aktivitas Siswa Skor Keterangan Indikator

4 Sangat

Aktif

Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan sangat Aktif, dan siswa melakukannya terus menerus selama proses pembelajaran.

3 Aktif Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan Aktif, siswa melakukannya terus-menerus tetapi sesekali tidak

2 Cukup Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan cukup Aktif, siswa melakukannya imbang dengan tidak melakukannya selama proses pembelajaran

1 Kurang Apabila indikator aktivitas dilaksanakan oleh siswa dengan kurang Aktif, siswa lebih sering tidak melakukannya namun sesekali melakukannya selama proses pembelajaran

(Kemendikbud, 2013: 47)

c) Lembar Penilaian Afektif Siswa

Lembar penilaian afektif ini digunakan untuk mengetahui karakter setiap siswa selama proses pembelajaran.

Tabel 4. Lembar Penilaian Afektif Siswa

No Nama

siswa

Aspek yang di amati

Skor Skor

maksimal Nilai K

A B C D

1. 2. 3. 4. 5. Jumlah nilai

Nilai rata-rata klasikal

[image:59.612.187.503.498.671.2]
(60)

Keterangan :

A = Melaksanakan tugas yang diberikan B = Menaati tata tertib sekolah

C = Menjaga kebersihan lingkungan sekolah D`= Berani menyatakan pendapat

[image:60.612.185.503.190.379.2]

(Mulyasa, 2013: 147)

Tabel 5. Kriteria Skor untuk Afektif Siswa Skor Keterangan Indikator

4 Sangat Baik Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan sangat baik, dan siswa melakukannya terus menerus selama proses pembelajaran.

3 Baik Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan baik, siswa melakukannya terus-menerus tetapi sesekali tidak

2 Cukup Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan cukup baik, siswa melakukannya imbang dengan tidak melakukannya selama proses pembelajaran

1 Kurang Apabila indikator afektif dilaksanakan oleh siswa dengan kurang baik, siswa lebih sering tidak melakukannya namun sesekali melakukannya selama proses pembelajaran

(Kemendikbud, 2013: 47)

d) Lembar Penilaian Kognitif Siswa

Lembar penilaian kognitif ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan setiap siswa dalam proses pembelajaran.

Tabel 6. Lembar Penilaian Kognitif Siswa

No Nama Siklus I Jumlah

Rata-rata Ket. P I P II

1 2 3 4 Jumlah Rata-rata

e) Lembar Penilaian Psikomotor Siswa

[image:60.612.186.499.498.594.2]
(61)

Tabel 7. Lembar Penilaian Psikomotor Siswa N o Nam a siswa

Aspek sikap yang diamati

Sko r Sko r ma k Nila i K Terampil menganalisis gambar yang ditampilkan oleh guru Aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi Terampil menyajikan data hasil diskusi

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Jumlah skor Skor maksimal Rata-rata nilai

[image:61.612.187.508.100.317.2]

Presentase ketuntasan klasikal

Tabel 8. Kriteria Skor untuk Psikomotor Siswa Skor Keterangan Indikator

5 Sangat Baik Apabila indikator psikomotor dilaksanakan oleh siswa dengan sangat baik, dan siswa melakukannya terus menerus selama proses pembelajaran.

4 Baik Apabila indikator psikomotor dilaksanakan oleh siswa dengan baik, siswa melakukannya terus-menerus tetapi sesekali tidak

3 Cukup Apabila indikator psikomotor dilaksanakan oleh siswa dengan cukup baik, siswa melakukannya imbang dengan tidak melakukannya selama proses pembelajaran

2 Kurang Apabila indikator psikomotor dilaksanakan oleh siswa dengan kurang baik, siswa lebih sering tidak melakukannya namun sesekali melakukannya selama proses pembelajaran 1 Sangat kurang Apabila indikator psikomotor belum

dilaksanakan oleh siswa. (Kemendikbud, 2013: 47)

2. Tes yang digunakan adalah tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Metro Pusat pada pembelajaran tematik

(62)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian tindakan kelas menggunakan analisis kualitatif dan kualitatif:

1. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data aktvitas siswa,nilai sikap (afektif) siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model cooperative learning tipe example non-example. Data yang diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Nilai aktivitas siswa dan kinerja guru diperoleh dengan rumus berikut di bawah ini:

a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: N = x 100

Keterangan :

N = nilai yang dicari/diharapkan R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum ideal yang diamati 100 = bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 102)

Tabel 9. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai.

No Interval Nilai Kategori

1 86 – 100

Sangat Baik

2 81 – 85

3 76 – 80

Baik

4 71 – 75

5 66 – 70

6 61 – 65

Cukup

7 56 – 60

8 51 – 55

9 46 – 50

Kurang

10 0 – 45

[image:62.612.184.426.512.701.2]
(63)

b. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:

NP = x 100

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimumyang ditentukan 100 = Bilangan tetap

[image:63.612.182.497.276.410.2]

(Purwanto, 2008: 102)

Tabel 10. Peringkat Aktivitas Siswa Per Individu Berdasarkan Perolehan Nilai

Nilai Predikat Kategori

86 – 100 A

Sangat Aktif

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Aktif

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Kemendikbud, 2013: 131)

c.Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NP = x 100

Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap (Purwanto, 2008: 102)

d. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

(64)
[image:64.612.182.498.114.324.2]

Tabel 11. Peringkat Sikap (Afektif) Siswa Berdasarkan Perolehan Nilai.

Nilai Predika

Gambar

Gambar 1. Kerangka Penilitian
Gambar 1. Alur Siklus PTK
Tabel 1. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Scientific
Tabel 2. Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat periode sebelum pemekaran wilayah tahun 1995-1997, (2)

Gambar 6 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik, Pupuk Slow Release dan Waktu pemberian pupuk slow release terhadap Kadar P Tanaman Jagung Berdasarkan gambar diatas, tanaman

phasing-out dan mayor-minor adalah pada atribut kesesuaian kurikulum dengan mandat departemen (dimensi kurikulum), informasi sistem penerimaan mahasiswa baru oleh departemen

Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk

[r]

Rapid Entire Body Assesment (REBA) adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung,