• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi minuman dalam kemasan berlabel terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah bina insani di kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi minuman dalam kemasan berlabel terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah bina insani di kota Bogor"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI

DI KOTA BOGOR

RIZKA RAHMANIAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Primary and High School Students at Bina Insani Bogor. Under Direction of DRAJAT MARTIANTO and EVY DAMAYANTHI.

The objective of this research is to analyze the contribution of drinks to

the level of energy and nutrient intake of the primary and high school students at

Bina Insani Bogor. Cross-sectional study design method was applied. The data

were collected within the period of January to February 2011 at Bina Insani

School. The sample taken consisted of three hundreds respondents, consisting of

primary, junior high school and senior high school students,100 students each.

The results of this study showed that on average, the contribution of drinks

consumption towards overall energy and nutrient consumed is 5% among senior

high school students, 9% among junior high school students and 9% among

primary school students. Another prominent nutrient intake contribution is

contribution of vitamin C and calcium. Factors affecting energy, vitamin C and

calcium intake contribution are pocket money allocated to buy drinks, volume

consumed, and frequency of consumption of drinks.

(3)

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan

Menengah Bina Insani di Kota Bogor. Dibawah bimbingan DRAJAT

MARTIANTOdanEVY DAMAYANTHI.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah di Kota Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mempelajari kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada contoh, mencakup jenis, frekuensi, jumlah, alasan, jenis kemasan, waktu minum dan nilai rupiah; 2) Mempelajari kontribusi energi, vitamin dan mineral dari minuman kemasan terhadap kecukupan energi dan zat gizi; 3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi energi, vitamin C dan kalsium.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di sekolah Bina Insani di Kota Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan (1) jumlah siswa yang banyak; (2) terintegrasi antara SD, SMP dan SMA; (3) keadaan sosial ekonomi yang bervariasi dari yang menengah hingga tinggi; (4) lokasi sekolah yang strategis dan berada di tengah kota dengan siswa tersebar di seluruh wilayah Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Februari 2011. Contoh pada penelitian ini adalah siswa SD, SMP dan SMA dipilih berdasarkan persetujuan dari pihak sekolah. Jumlah contoh minimal ditentukan berdasarkan rumus ukuran contoh minimal untuk pendugaan proporsi. Jumlah contoh minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 96 contoh. Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut, diambil 300 contoh dalam penelitian ini. Contoh penelitian ini adalah sebagian murid laki-laki dan perempuan kelas 5 SD sebanyak 100 orang, murid kelas 1 sampai 3 SMP sebanyak 100 orang dan murid kelas 1 sampai 3 SMU sebanyak 100 orang.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi minuman kemasan. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara secara langsung kepada contoh yang dilaksanakan pada saat hari aktif sekolah yaitu jam istirahat atau setelah pulang sekolah. Data sekunder yang mendukung data primer dalam penelitian diperoleh dari data sekolah.

Proses pengolahan data meliputi coding, entry dan analisis. Data yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif (persentase, rata-rata dan simpangan baku), uji korelasi

Spearmandan inferensia (regresi linier berganda).

(4)

kali/minggu. Rata-rata jumlah konsumsi minuman kemasan seluruh contoh adalah 273,6 ± 35,9 ml/hari. Jenis kemasan yang sering dipilih contoh adalah botol plastik yaitu sebesar 55,7%. Sebagian besar contoh (52,0%) memilih mengkonsumsi minuman kemasan dengan alasan rasanya yang enak. Sebagian besar contoh (70,3%) menyatakan harga minuman kemasan yang biasa dibeli termasuk kategori sedang.

Sebesar 79,9% contoh memperoleh informasi tentang minuman kemasan dari iklan TV/radio. Sebagian besar contoh pada kelompok SD dan SMA (masing-masing 53,0% dan 61,0%) melihat/mendengar iklan tentang minuman kemasan < 3 kali/hari, sedangkan pada kelompok SMP sebesar 64,0% contoh melihat/mendengar iklan tentang minuman kemasan ≥ 3 kali/hari. Sebesar 53% contoh tidak mempunyai minuman larangan. Sebesar 49,6% contoh mempunyai larangan untuk minum minuman dengan pewarna buatan. Sebagian besar tempat pembelian/asal minuman kemasan yang diminum oleh contoh berasal dari kantin sekolah (37,3%) dan supermarket (31,9%). Sebagian besar contoh minum minuman kemasan pada saat istirahat sekolah (54,3%) dan saat di rumah (24,0%). Sebagian besar jenis aktivitas yang mendorong contoh untuk minum minuman kemasan adalah saat santai (45,7%) dan setelah olahraga (36,0%). Atribut minuman kemasan yang dianggap sangat penting oleh contoh adalah haus (48,7%) dan rasa (44,3%).

Rata-rata konsumsi energi dari minuman kemasan adalah 178 kkal pada contoh SD, 192 kkal pada contoh SMP dan 118 kkal pada contoh SMA. Rata-rata konsumsi untuk vitamin C dari minuman adalah 25,6 mg pada contoh SD; 24,4 mg pada contoh SMP dan 18,7 mg pada contoh SMA. Rata-rata konsumsi untuk kalsium adalah 159,2 mg pada contoh SD; 201,6 mg pada contoh SMP dan 93,3 mg pada contoh SMA. Rata-rata persentase kontribusi energi minuman kemasan terhadap AKG adalah 9,0% pada contoh SD; 9,0% pada contoh SMP dan 5,0% pada contoh SMA. Kontribusi zat gizi lainnya yang paling menonjol adalah kontribusi vitamin C dan kalsium.

Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi energi adalah alokasi uang saku untuk minuman, jumlah dan frekuensi minum. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi vitamin C adalah jumlah dan frekuensi minum. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi kalsium adalah frekuensi minum. Berdasarkan hasil uji regresi ini jumlah dan frekuensi mengkonsumsi minuman kemasan akan mempengaruhi kadar zat gizi yang dikonsumsi. Kemudian banyaknya zat gizi yang dikonsumsi tersebut akan mempengaruhi terhadap kontribusi zat gizi minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan zat gizi.

Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan konsumsi energi, kontribusi energi, frekuensi dan jumlah/ukuran dari minuman kemasan (p>0,01).

(5)

PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI

DI KOTA BOGOR

RIZKA RAHMANIAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia IPB

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI DI KOTA BOGOR

Nama : Rizka Rahmaniah

NRP : I 14086007

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

NIP. 19640324 1989031 004 NIP. 19621204 1989032 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 1987031 001

(7)

dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Kontribusi Minuman dalam Kemasan Berlabel terhadap

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan

Menengah Bina Insani di Kota Bogor“. Penelitian ini merupakan salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku

dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan

pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji

atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu penulis dalam perkuliahan.

4. Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Bina Insani Bogor, guru-guru dan

siswa-siswi yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian.

5. Ayah dan Bunda yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang

tulus. Terima kasih atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril

maupun materi selama menempuh pendidikan. Serta adik-adikku yang selalu

mendoakan dan memberikan semangatnya.

6. Seluruh teman–teman dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dan

tidak dapat disebutkan satu–persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, besar

harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya,

khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin.

Bogor, Agustus 2011

(8)

pasangan Drs. Otje Nazarie dan Ratna Kemala. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Panglima

Polem Rantau Prapat, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun

yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SLTP

Muhammadiyah 1 Surakarta dan lulus tahun 2002. Pendidikan menengah

atasnya ditempuh di SMAN 2 Surakarta dan lulus pada tahun 2005. Kemudian

pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma IPB pada Program

Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur reguler. Karya

Ilmiah sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program Diploma

berjudul Tingkat Konsumsi dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Makan

Pagi Pasien Rawat Inap Kelas 2 dan 3 di RS Salak Bogor. Tahun 2008 setelah

lulus, penulis melanjutkan pendidikannya di Program Penyelanggaraan Khusus

(Alih Jenis Pendidikan) S1 Mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Pada bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008 penulis

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Salak Bogor. Topik karya

tulis yang dibuat setelah mengikuti PKL adalah tentang Rumah Sakit Salak

Bogor. Penulis juga pernah mengikuti Internship Dietetik (ID) pada bulan April

2010 di Rumah Sakit Marzuki Mahdi Kota Bogor. Kasus yang dikaji (secara

mendalam) selama mengikuti ID adalah kasus penyakit dalam, penyakit anak

dan kasus bedah. Pada bulan Juli - Agustus 2010 penulis melaksanakan Kuliah

(9)

dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Kontribusi Minuman dalam Kemasan Berlabel terhadap

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan

Menengah Bina Insani di Kota Bogor“. Penelitian ini merupakan salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku

dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan

pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji

atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu penulis dalam perkuliahan.

4. Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Bina Insani Bogor, guru-guru dan

siswa-siswi yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian.

5. Ayah dan Bunda yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang

tulus. Terima kasih atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril

maupun materi selama menempuh pendidikan. Serta adik-adikku yang selalu

mendoakan dan memberikan semangatnya.

6. Peppy NESP yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada

penulis.

7. Anit, Tasha, Zulaika, Fitri, Desri, Dina, Lesi, Nuning, Mawi serta teman-teman

penyelenggaraan khusus S1 mayor Ilmu Gizi angkatan 2 yang selalu

memberikan saran, doa dan semangatnya kepada penulis.

8. Para pembahas, Hansyah, Krisna, Yudhit dan Fathin yang telah memberikan

saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi ini. Serta semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan

(10)

Bogor, Agustus 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... ....vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus... 3

Kegunaan... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kecukupan Energi dan Zat Gizi Anak dan Remaja ... 5

Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Serta Kebutuhan Gizi... 5

Angka Kecukupan Ebergi dan Zat Gizi Anak dan Remaja ... 7

Energi ... 8

Protein... 9

Vitamin ...10

Mineral ...11

Air ...11

Aktivitas Fisik...12

Status Gizi ...13

Preferensi Pangan...14

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ...15

Pendidikan...15

Pendapatan dan Pekerjaan...15

Besar Keluarga...16

Kecenderungan Konsumsi Minuman Kemasan ...17

Minuman Kemasan...17

Kemasan ...18

Konsumsi...19

KERANGKA PEMIKIRAN...21

METODE Desain, Waktu danTempat ...23

(12)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...24

Pengolahan dan Analisis Data...25

Definisi Operasional ...27

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah ...29

Karakteristik Contoh ...29

Jenis Kelamin dan Umur ...29

Uang Saku ...30

Status Gizi ...33

Karakteristik Keluarga ...34

Besar Keluarga ...34

Pendidikan Ayah ...36

Pekerjaan Ayah ...36

Pendapatan Ayah...37

Kebiasaan Minum Sehari-hari ...38

Jenis Minuman Kemasan ...40

Frekuensi Konsumsi...43

Jumlah Konsumsi ...44

Frekuensi dan Jumlah Konsumsi Minuman Kemasan Berdasarkan Status Gizi ...44

Jenis Kemasan...45

Alasan Konsumsi...46

Harga ...46

Sumber Informasi ...47

Minuman Larangan ...49

Asal Minuman ...50

Waktu Minum ...51

Jenis Aktivitas di Sekolah yang Mendorong Contoh Untuk Minum ...51

Preferensi Contoh terhadap Minuman ...52

Rata-rata Konsumsi Energi dan Zat Gizi Minuman Kemasan ...53

Rata-rata Persentase Kontribusi Energi dan Zat Gizi Minuman Kemasan...55

(13)

Hubungan Status Gizi dengan Kebiasaan Minum Minuman

Kemasan...58

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...60

Saran ...61

DAFTAR PUSTAKA ...62

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Angka kecukupan energi ... 9

2 Angka kecukupan protein ...10

3 Angka kecukupan vitamin...10

4 Angka kecukupan mineral ...11

5 Jenis dan cara pengumpulan data...24

6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan umur ...30

7 Sebaran contoh berdasarkan uang saku (Rp/hari) ...31

8 Rata-rata persentase alokasi uang saku contoh per hari ...32

9 Sebaran contoh berdasarkan alokasi uang saku untuk minuman ...33

10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi...34

11 Sebaran besar keluarga contoh...35

12 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah...36

13 Sebaran contoh bedasarkan jenis pekerjaan ayah ...37

14 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah ...38

15 Rata-rata total konsumsi minum sehari contoh baik di sekolah maupun di luar sekolah ...39

16 Rata-rata total konsumsi air putih dan bukan air putih sehari contoh di sekolah maupun di luar sekolah...40

17 Rata-rata persentase kontribusi minuman kemasan terhadap total minum sehari di sekolah maupun di luar sekolah...40

18 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman kemasan yang paling sering dikonsumsi selama 1 minggu terakhir ...41

19 Sebaran contoh bedasarkan frekuensi konsumsi minuman kemasan per minggu ...43

20 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi minuman kemasan sehari ...44

21 Rata-rata frekuensi ( per minggu) dan jumlah (ml/hari) konsumsi minum berdasarkan status gizi...45

22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kemasan dari minuman kemasan yang sering dikonsumsi oleh contoh ...46

(15)

24 Sebaran contoh berdasarkan persepsi terhadap harga minuman

kemasan...47

25 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi minuman kemasan...47

26 Sebaran contoh berdasarkan intensitas melihat/mendengar/membaca

iklan tentang minuman kemasan ...48

27 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan ...49

28 Sebaran contoh berdasarkan jenis larangan yang terkait dengan

minuman kemasan ...50

29 Sebaran contoh berdasarkan asal mendapatkan minuman kemasan...50

30 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum...51

31 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas yang mendorong contoh

untuk minum minuman kemasan ...52

32 Sebaran contoh berdasarkan preferensi terhadap minuman kemasan ...53

33 Rata-rata konsumsi per hari energi dan zat gizi minuman kemasan pada

contoh ...54

34 Rata-rata persentase kontribusi energi dan zat gizi minuman kemasan

terhadap AKG...56

35 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh

terhadap Kontribusi energi...57

36 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh

terhadap kontribusi vitamin C ...57

37 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh

terhadap kontribusi kalsium ...58

38 Hasil uji korelasi spearman status gizi dengan konsumsi energi kontribusi

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisis regresi linear berganda kontribusi energi...68

2 Analisis regresi linear berganda kontribusi vitamin c...68

3 Analisis regresi linear berganda kontribusi kalsium ...68

4 Kandungan energi minuman kemasan ...69

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan

perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia enam tahun dan berakhir saat individu menunjukkan

kematangan seksualnya antara usia tiga belas tahun sampai empat belas tahun.

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik

pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana

kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,

sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.

Pada usia sekolah ini, anak banyak melakukan aktivitas fisik maupun

mental, seperti bermain, belajar dan berolah raga. Pemenuhan kebutuhan zat

gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak, sehingga sistem

pertahanan tubuhnya pun baik dan tidak mudah terserang penyakit. Pada anak

usia sekolah dasar pertumbuhan dan perkembangannya lebih stabil

dibandingkan pada masa bayi atau remaja. Pada usia sekolah ini pertumbuhan

dan perkembangan tetap terjadi tetapi laju pertumbuhan fisiknya lebih lambat.

Kemampuan motorik semakin baik, perkembangan kognitif dan kemampuan

sosialnya makin matang dan pada masa ini diakhiri dengan masa pubertas baik

laki-laki maupun perempuan (Lee 1993).

Masa remaja terletak diantara masa anak dan masa dewasa. Menurut

Monks dkk (2002) fase-fase masa remaja (pubertas) yaitu antara umur dua belas

sampai dengan dua puluh satu tahun. Awal masa remaja ditandai dengan

pertumbuhan fisik sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon

sekunder pada permulaan masa remaja. Pertanda fisik yang sudah menyerupai

manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama

pesatnya. Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat baik tinggi

badan maupun berat badannya, sehingga kebutuhan zat gizi menjadi tinggi.

Permulaan pertumbuhan pada anak tidak selalu pada umur yang sama

melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi

oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.

Agar hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya, manusia

memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu jumlah zat gizi yang diperoleh melalui

(18)

(internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan bagi yang masih

dalam taraf pertumbuhan (bayi, anak-anak dan remaja) atau untuk aktivitas dan

pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia. Sejumlah zat gizi

minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan disebut kebutuhan gizi

(Hardinsyah dan Martianto 1992).

Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk

proses metabolisme tubuh. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan

kebutuhan energi adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam

kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Sejak lahir hingga usia 10 tahun,

energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan

perempuan.

Anak sekolah dasar dan menengah umumnya setiap hari menghabiskan

seperempat (sekitar enam jam) waktunya di sekolah. Untuk memenuhi

kebutuhan makan dan minum, kebiasaan jajan pada anak sudah menjadi

kebiasaan yang umum dan dapat ditemui di berbagai tingkat sosial ekonomi

masyarakat. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dasar dan menengah

dipengaruhi secara nyata oleh gaya hidup mereka, temasuk gaya hidup untuk

mengkonsumsi minuman kemasan.

Minuman kemasan adalah jenis minuman olahan yang disajikan dalam

kemasan dan diperjualbelikan oleh pedagang seperti pedagang di kantin atau

warung, pedagang asongan, toko-toko makanan maupun swalayan. Minuman

kemasan tersebut sangat bervariasi, baik dalam segi rasa, aroma, harga dan

penampilan.

Beberapa tahun terakhir perkembangan industri minuman makin pesat,

terbukti dari makin banyaknya jenis minuman kemasan yang ditawarkan di

pasaran. Mulai dari harga sangat murah yang menyasar anak sekolah hingga

beragam jenis minuman kemasan, yang dipromosikan dengan berbagai

kelebihannya. Kecenderungan pada siswa sekolah dasar dan menengah saat ini

adalah mengkonsumsi minuman kemasan. Minuman kemasan adalah salah satu

minuman favorit bagi siswa sekolah dasar dan menengah. Kecenderungan ini

selain karena para siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan

khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada

diri mereka bahwa minuman kemasan dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi,

sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya. Iklan

(19)

media massa. Kelebihan dari minuman kemasan ini adalah mudah diperoleh di

pasaran, memiliki aneka pilihan rasa dan mengandung zat gizi. Ada beberapa

jenis minuman kemasan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral tertentu.

Selain itu minuman kemasan juga praktis dibawa bepergian atau bekal sekolah,

karena begitu habis kemasannya langsung bisa dibuang. Minuman kemasan

yang banyak dijual di pasaran berupa minuman ringan, baik yang berkarbonasi

(soft drink)maupun yang tidak berkarbonasi seperti jus buah, minuman isotonik, teh, susu, yoghurt dan lain-lain. Jenis kemasan yang digunakan untuk

mengemas minuman tersebut antara lain kaleng, botol, kertas karton dan plastik.

Minuman ringan yang manis menyumbang sejumlah energi yang sangat

besar yang tidak dibutuhkan tubuh. Di Amerika Serikat, sekaleng minuman

ringan menyumbang 9% dari kebutuhan energi harian anak laki-laki dan 8%

kebutuhan energi harian anak perempuan. Angka tersebut melonjak 2-3 kali lipat

dibandingkan survei yang dilakukan pada tahun 1978. Di Indonesia terdapat Pedoman Umum Gizi Seimbang yang lebih menyarankan untuk mengkonsumsi

karbohidrat kompleks dalam pemenuhan kebutuhan energi, sedangkan gula

yang terdapat dalam minuman kemasan merupakan sumber karbohidrat murni

yang seharusnya dibatasi dalam penggunaannya.

Meski konsumsi minuman kemasan diduga meningkat pesat akhir-akhir

ini, namun data hasil penelitian tentang kontribusi minuman kemasan terhadap

kebutuhan energi dan zat gizi khususnya pada anak sekolah (SD sampai dengan

SMA) belum banyak ditemukan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti bagaimana kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat

kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kontribusi

minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa

sekolah dasar dan menengah di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Mempelajari kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada contoh,

mencakup jenis, frekuensi, jumlah, alasan, jenis kemasan, waktu minum dan

(20)

2. Mempelajari kontribusi energi, vitamin dan mineral dari minuman kemasan

terhadap kecukupan energi dan zat gizi.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi energi,

vitamin C dan Kalsium.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perkembangan ilmu gizi tentang kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat

kecukupan gizi. Informasi yang diberikan juga berguna bagi orang tua, anak

sekolah dasar dan menengah sebagai masukan dalam membentuk perilaku

hidup sehat, khususnya yang terkait dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Kecukupan Gizi Anak dan Remaja Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Serta Kebutuhan Gizi

Riyadi (2001) menyatakan bahwa umur 6-9 tahun masuk dalam kategori

anak-anak dan umur 10-19 tahun masuk ke dalam kategori remaja. Periode

pertengahan masa kanak-kanak yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan

periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Walaupun pertumbuhan fisik

anak-anak pada usia sekolah relatif lambat, tetapi terdapat perubahan yang

berbeda dalam hal intelektualnya dan dalam hal membina hubungan dengan

orang lain (Harris & Liebert 1991).

Pada golongan anak sekolah, gigi geligi tanggal secara berangsur dan

diganti dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang

disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan

aktivitas fisik, misalnya berolah raga, bermain, atau membantu orang tua

(Almatsier 1994).

Menurut Papalia dan Olds (1979), anak-anak mempunyai perkembangan

fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak

perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, remaja dan

waktu anak menginjak usia dewasa. Anak sekolah dasar (SD) disebut juga masa

pertengahan anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan

pada masa prasekolahnya.

Kebiasaan makan setiap individu berbeda satu sama lain. Salah satu

faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Jumlah energi yang diperlukan

indvidu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya biasanya terkait dengan

kebiasaan makan. Pada masa kanak-kanak, jumlah energi yang diperlukan tubuh

tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan pada masa remaja. Seiring

pertambahan umur, jumlah energi tersebut akan semakin meningkat dan

mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun, jumlah energi yang diperlukan

oleh tubuh akan mengalami penurunan kembali pada saat lanjut usia (Suhardjo

1986).

Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada

Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan dengan periode

(22)

yang cukup tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya :

mencukupi kebutuhan energi untuk aktivitas, menjaga tubuh agar tetap tahan

dari penyakit, menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan, menyediakan

penyimpanan gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan pada periode

dewasa.

Anak sekolah membutuhkan gizi yang lebih banyak seiring dengan

pertambahan usia dan aktivitas fisik anak. Perbedaan jenis kelamin juga

menunjukkan perbedaan kebutuhan seseorang anak, dimana anak laki-laki

cenderung membutuhkan gizi lebih banyak dibandingkan dengan anak

perempuan (Nuraida et al 2009).

Kebutuhan yang meningkat harus diimbangi dengan makanan yang

dikonsumsi merupakan sumber yang baik akan semua zat gizi yang diperlukan.

Suatu peraturan yang baik adalah dengan memberikan makanan kepada anak

yang mengandung minimal tiga zat gizi dalam jumlah yang cukup banyak

sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal (Nasoetion

& Riyadi 1994).

Masa remaja merupakan periode antara masa kanak-kanak dan dewasa.

Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat

dengan mudah langsung diikuti. Terdapat tiga kekuatan dalam masyarakat yang

dapat mempengaruhi remaja, yaitu: (1) keluarga, (2) sekolah, (3) lingkungan

sosial. Lingkungan sosial yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah

guru, teman sepermainan, dan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat. Melalui

berbagai macam media massa remaja berkenalan dengan berbagai macam

peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sehingga akan mempengaruhi

perkembangan kepribadian remaja (Khumaidi 1989).

Menurut Jessor (1984), penanda utama pada masa remaja adalah

perubahan. Perubahan yang terlihat yaitu pada ukuran dan bentuk fisik terkait

dengan massa pertumbuhan pesat dan pubertas. Perubahan juga terjadi pada

cara pandang sosial dan aspek psikologis yang tidak terlihat. Pada masa remaja

akan dimulai masa pencarian model/panutan yang diiringi dengan eksplorasi

terhadap diri sendiri dan penentuan identitas sosial yang umum terlihat dari

adanya keinginan untuk masuk organisasi sosial. Pengalaman pertama dalam

melakukan suatu kebiasaan biasanya terjadi pada masa remaja yang akan

berpengaruh hingga jangka panjang. Adapun remaja umumnya menganggap

(23)

merupakan sumber informasi dan reinforcement (pendorong untuk melakukan sesuatu) bagi remaja. Remaja biasa melakukan sesuatu untuk mendapatkan

pengakuan atau untuk memperlihatan solidaritas pada temannya.

Angka Kecukupan Gizi Anak dan Remaja

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, tubuh melakukan

pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus atau rusak,

melakukan kegiatan dan pertumbuhan sebelum mencapai usia dewasa. Agar

tubuh dapat menjalankan ke-tiga fungsi tersebut maka dibutuhkan sejumlah zat

gizi setiap hari yang didapatkan melalui makanan (Nasoetion & Riyadi 1994).

Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan

diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi,

mengganti jaringan aus serta rusak, memproduksi substansi tertentu misalnya

enzim, hormon dan antibodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi kelompok

makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein, dan kelompok

mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral (Hartono 2006).

Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement)menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat.

Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis

kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis

(hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh. Oleh karena itu,

jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi

kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal,

pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak dan remaja, atau untuk aktivitas dan

pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah et al 2002).

Kekurangan atau kelebihan konsumsi gizi dari kebutuhan, terutama bila

berlangsung dalam jangka waktu yang berkesinambungan, dapat

membahayakan kesehatan, bahkan pada tahap lanjut dapat mengakibatkan

kematian. Kebutuhan gizi antar individu yang berat badannya relatif sama dan

berasal dari kelompok umur yang sama dapat bervariasi. Namun variasi

kebutuhan energi lebih kecil dibandingkan variasi kebutuhan protein dan zat gizi

lainnya pada umur yang sama (Hardinsyah & Martianto 1989).

Penetapan kebutuhan individu untuk energi dan zat gizi juga dapat

diturunkan dari angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. AKG adalah suatu

kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut

(24)

derajat kesehatan yang optimal (Muhilal dkk 1994). Menurut Hardinsyah dan

Martianto (1994) angka kecukupan gizi (AKG) sudah memperhitungkan variasi

kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (save

level).

Di samping itu, AKG disusun pula untuk kondisi khusus, yaitu bayi, ibu

hamil dan menyusui. AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi

optimal bagi penduduk dalam hal penyediaan pangan secara nasional dan

regional serta penilaian penilaian kecukupan gizi penduduk golongan masyarakat

tertentu yang diperoleh dari konsumsi makanannya (Almatsier 2005).

AKG digunakan sebagai dasar perencanaan dan penilaian konsumsi

makanan dan intake makanan bagi orang sehat agar terhindar dari kelebihan

maupun kekurangan gizi untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal.

Penggunaan AKG untuk penilaian konsumsi pangan individu perlu disesuaikan

dengan kondisi aktual seseorang. Misalnya penyesuaian berat badan dan tingkat

kegiatan untuk penetapan angka kecukupan energi dan protein; serta

pertimbangan bioavailibilitas bagi penetapan angka kecukupan protein, vitamin,

dan mineral (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme dari karbohidrat, protein

dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,

pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan

tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi

jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang

(Hardinsyah & Tambunan 2004).

Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme

basal. Kebutuhan energi basal atau AMB per kg pada dasarnya ditentukan oleh

ukuran dan komposisi tubuh serta umur. AMB per kg berat badan lebih tinggi

pada orang pendek dan kurus serta lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk.

Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan anak selain untuk pertumbuhan

untuk bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi

pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan

tubuh juga aktifitas yang tinggi (Almatsier 2003).

Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada

golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebih cepat, terutama penambahan

(25)

dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik

sehingga membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya

sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak

(RSCM & Persagi 1990).

Menurut Hardinsyah dkk (2002), kebutuhan gizi antar individu yang berat

badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dapat

bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding dengan variasi

kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Hal ini

dikarenakan energi dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak yang

dapat diubah kembali menjadi energi dan digunakan pada kesempatan lainnya

bila kekurangan energi.

Perhitungan angka kebutuhan energi (AKE) lebih tepat menggunakan

pendekatan pengeluaran energi karena dalam perhitungannya menggunakan

angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat

badan dan aktivitas fisik (FAO 2001). Adapun Angka Kecukupan Energi

berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Angka kecukupan energi.

Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi ( Kkal ) 7-9 tahun

terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh protein, separuhnya ada di

dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam

kulit, selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai

hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intra seluler dan sebagainya

adalah protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak

sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan

molekul-molekul yang penting untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang

(26)

sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2003). Adapun Angka Kecukupan Protein

menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Angka kecukupan protein.

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena

itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk komponen zat pengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas

spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat

rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier 2003).

Terdapat dua golongan vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut

air. Vitamin yang larut larut lemak adalah vitamin A, D, E dan K, sedangkan

vitamin yang larut air adalah vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asam

folat, dan vitamin B12) dan C (Riyadi 2006). Adapun Angka Kecukupan Vitamin

(27)

Menurut Almatsier (2003) vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi

metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya

sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim

terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein.

Selain itu menurut Moehji (1982) vitamin digunakan untuk mengatur fungsi faal

dari alat-alat tubuh. Setiap vitamin mempunyai fungsi dan sumber pangan

sendiri.

Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun

fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap

metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Mineral

dibedakan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah

mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,

sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Hingga saat ini

dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap essensial. Zat yang termasuk

mineral makro adalah kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klorida dan

sulfur. Zat yang termasuk mineral mikro antara lain adalah besi, seng, iodium,

mangan, selenium, dan kromium (Almatsier 2003). Adapun Angka Kecukupan

Mineral dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Angka kecukupan mineral

Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Ada tiga komponen

(28)

interseluler atau ekstravaskuler pada dinding kapiler. Dua komponen air yang

terakhir disebut juga cairan ekstraseluler. Fungsi air bagi tubuh adalah sebagai

berikut: pelarut zat gizi; fasilitator pertumbuhan; sebagai katalis reaksi biologis;

sebagai pelumas; sebagai pengatur suhu tubuh dan sebagai sumber mineral

bagi tubuh (Proverawati & Wati 2010).

Ada tiga sumber air bagi tubuh, yaitu air yang berasal dari minuman, air

yang terdapat dalam makanan yang kita makan, serta air yang berasal dari hasil

metabolism di dalam tubuh. Kebutuhan air tubuh berasal dari ketiga sumber air

tersebut. Keseimbangan air tubuh dapat dicapai melalui dua cara, yaitu

mengontrol aspan cairan dengan adanya rasa haus dan mengontrol kehilangan

cairan melalui ginjal (Proverawati & Wati 2010).

Aktivitas fisik

Salah satu pesan yang terdapat dalam pedoman umum gizi seimbang

(PUGS) dalam pencapaian hidup sehat adalah melakukan aktivitas fisik dan olah

raga secara teratur (Almatsier 2003). Hal demikian dianggap penting karena

aktivitas fisik dapat membuat tubuh bugar dan akhirnya tubuh menjadi sehat.

Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang

menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik,

seperti berjalan, berlari, berolahraga dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik

menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot

(FKM-UI 2007).

Sjostrom et al (2008) menyatakan bahwa masyarakat dianjurkan untuk

melakukan aktivitas fisik sekitar 30 menit setiap hari dengan bentuk aktivitas

sedang. Rekomendasi ini juga diberikan kepada anak-anak pada rentang usia

5-18 tahun dengan intensitas aktivitas yang sama. Hal demikian berarti anak

sekolah sampai remaja dianjurkan untuk olah raga setiap hari dengan durasi

waktu kurang lebih 30 menit.

Menurut Soekirman et al (1999), aktivitas utama anak sekolah

digolongkan dalam 8 kegiatan utama yaitu 1) belajar selama jam sekolah; 2)

belajar di luar jam sekolah; 3) menonton TV; 4) bermain; 5) olah raga; 6)

membantu pekerjaan orang tua; 7) tidur siang; dan 8) tidur malam. Menurut

FAO/WHO/UNU (1985), aktivitas fisik dibagi ke dalam golongan tidur, sekolah,

kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan), kegiatan sedang (berjalan,

(29)

Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi

karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko obesitas. Oleh

karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik

(FAO/WHO/UNU 2001). FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas

fisik adalah variabel utama, setelah angka metabolisme basal (AMB) atau basal

metabolic rate (BMR) dalam perhitungan pengeluaran energi. Menurut almatsier

(2005) AMB dipengaruhi umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Status Gizi

Gibson (2005) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan

kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh

konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Selanjutnya

menurut Supariasa et al. (2001) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Penilaian status gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri,

biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan secara tidak langsung

seperti survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap

metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Di masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering dilakukan

dengan menggunakan metode antropometri. Antropometri sangat umum

digunakan untuk menukur status gizi anak dari berbagai ketidakseimbangan

antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air

dalam tubuh (Supariasaet al.2001).

Berdasarkan Supariasa et al. (2001) pengukuran status gizi dengan menggunakan metode antropometri memiliki kekurangan dan kelebihan.

Kekurangan dari metode ini adalah (a) tidak sensitif, (b) faktor di luar gizi

(penyakit, genetik dan penurunan penggunanaan energi) dapat menurunkan

spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri, (c) kesalahan yang terjadi

pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas

pengukuran antropometri gizi. Kelebihannya adalah (a) relatif tidak membutuhkan

tenaga ahli, (b) metode ini tepat dan akurat, (c) dapat mendeteksi atau

menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau, (d) umumnya dapat

mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, (e) dapat

(30)

Menurut Riyadi (2003), status gizi untuk remaja diukur dengan

menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. Menurut

WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah

tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks masa

tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi dengan menggunakan

IMT/U terdiri dari sangat kurus (Z < -3 SD), kurus (-3 SD≤ Z < -2 SD), normal (-2

SD ≤ Z ≤ +1 SD), gemuk (+1SD < Z ≤ +2SD), obesitas (Z > +2 SD).

Preferensi Pangan

Menurut Suhardjo (1989), jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi

terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak

tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial budaya sebagai sifat fisiknya.

Reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi dipengaruhi

oleh pendekatan melalui media massa, radio, TV, pamphlet dan iklan.

Menurut Assael (1992), preferensi terbentuk dari persepsi suatu produk.

Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai

oleh konsumen. Preferensi konsumen adalah suatu konsepsi abstrak yang

menggambarkan peta peningkatan kepuasaan yang diperoleh dari kombinasi

barang dan jasa sebagai cermin dari selera pribadinya. Dengan kata lain

preferensi konsumen merupakan gambaran mengenai kombinasi barang dan

jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk

memperolehnya. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan didahului

dengan mempelajari keinginan, persepsi, preferensi dan perilaku konsumen.

Setiap konsumen pasti memiliki preferensi. Preferensi ini dapat diubah

dan dapat dipelajari sejak kecil. Nisemita (1981) menuliskan bahwa selera dan

preferensi konsumen itu selalu berubah dan tidak terbatas baik waktu dan ruang.

Menurut Sanjur (1982), bahwa preferensi konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor

utama yaitu faktor dari karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi; karakteristik produk meliputi rasa,

aroma, kemasan dan tekstur; dan karakteristik lingkungan meliputi jumlah

keluarga, tingkat sosial, musim dan mobilitas.

Preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang berusia

muda, akan tetapi bersifat permanen bagi mereka yang sudah berumur dan

(31)

yang beragam, akhirnya dapat mempengaruhi preferensi makan dan minum dari

individu (Sanjur 1982).

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan

seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya

dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan

wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita dan Fallah 2004).

Tingkat pendidikan orang tua mempunyai korelasi positif dengan cara

mendidik dan mengasuh anak. Tingkat pendidikan baik langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga.

Pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola, kerangka berfikir, persepsi,

pemahaman dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam

berkomunikasi (Gunarsa & Gunarsa 1995).

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas SDM

adalah tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam diri

seseorang yang mempengaruhi perilaku konsumen dimana konsumen yang

memiliki tingkat pengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih

baik daripada konsumen yang berpendidikan rendah (Hardinsyah & Suhardjo

1987). Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang

dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu

masalah (Sumarwan 2003).

Pekerjaan dan Pendapatan

Kotler (1997) menyatakan bahwa pilihan produk sangat dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri atas penghasilan yang

dapat dibelanjakan, tabungan, hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap

atas belanja atau menabung.

Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk

membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan

menggambarkan besarnya daya beli dari konsumen. Daya beli akan

menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi

(32)

pendapatan yang diterima oleh individu, melainkan pendapatan yang diterima

oleh seluruh anggota keluarga (Sumarwan 2003).

Pendapatan keluarga tergantung dari jenis pekerjaan suami dan anggota

keluarga lainnya. Semakin bagus pekerjaan/posisi seseorang dalam pekerjaan,

maka semakin besar pula pendapatan yang dimiliki dan berlaku sebaliknya.

Pendapatan seseorang tergantung dari mutu sumber daya manusia (SDM),

sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang

relatif tinggi pula (Guharjaet al.1992).

Pendapatan keluarga merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing

pendapatan anggota keluarga yang bekerja. Faktor pendapatan keluarga

mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan

masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan kendala yang menyebabkan

orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan

beragam. Selain itu, menurut Nasoetion dan Riyadi (1994) keluarga yang

berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam menentukan pemilihan

bahan pangan sesuai dengan syarat mutu yang baik. Tingkat pendapatan

merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang

dikonsumsi. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga

keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya

berdampak positif terhadap status gizi.

Penurunan pendapatan terkait erat dengan penurunan tingkat ketahanan

pangan dan terjadilah masalah gizi kurang. Keterkaitan pendapatan dan

ketidaktahanan pangan dapat dijelaskan dengan hukumengeldimana pada saat

terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan

pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin kecil. Sebaliknya bila

pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan makin meningkat

(Soekirman 2000).

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga

yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,

mingguan atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan,

sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas

uang saku yang dimiliki (Napitu 1994).

Besar Keluarga

Menurut BKKBN tahun 1998, besar keluarga adalah keseluruhan jumlah

(33)

yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga

dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga

besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang

dari 4 orang, keluarga sedang adalah keluarga 5-7 orang, sedangkan keluarga

besar lebih dari 7 orang.

Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan

pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas

pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu.

Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun

dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982).

Bentuk keluarga berdasarkan jumlah anggotanya di Indonesia di bedakan

menjadi keluarga inti, extended family dan keluarga besar. Extended family

menurut Soediatama (2008) adalah keluarga yang terdiri atas sepasang suami

istri yang biasanya menanggung biaya keluarga, dan semua orang yang

bernaung di bawah satu atap dan menjadi tanggungan suami istri tersebut,

sehingga dapat meliputi anak-anak, kemenakan, bibi dan paman, bahkan eyang.

Besar keluarga yang dimiliki akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau

anggota keluarga yang terlibat di dalamnya. Selain itu pula, besar keluarga akan

mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam suatu keluarga.

Kecenderungan Konsumsi Minuman Kemasan Minuman Kemasan

Minuman adalah cairan yang khusus dipersiapkan untuk manusia

konsumsi. Selain untuk mengisi kebutuhan dasar manusia, minuman merupakan

bagian dari budaya dari masyarakat manusia. Minuman kemasan adalah

minuman yang dikemas dengan berbagai kemasan, dapat diminum secara

langsung atau harus melalui proses terlebih dahulu, misalnya serbuk minuman

dan mempunyai label kandungan zat gizi.

Minuman kemasan yang banyak dijual di pasaran berupa minuman

ringan. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

bahan makanan dan / atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik

yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari

(34)

minuman yang dibuat dengan mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air

minum. Minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman

ringan dengan karbonasi (Widodo 2008). Minuman ringan yang tidak

berkarbonasi seperti jus buah, minuman isotonik, teh, susu, yoghurt dan lain-lain.

Jenis minuman kemasan yang disukai anak-anak adalah minuman kemasan

yang antara lain mempunyai rasa manis, enak dan dikemas dengan kemasan

yang menarik. Jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas minuman

tersebut antara lain kaleng, botol, kertas karton dan plastik.

Kemasan

Kemasan merupakan suatu alat penjualan yang paling vital dalam

pemasaran, karena banyak produk mempunyai gambaran yang jelas dalam

pikiran konsumen melalui kemasannya. Kemasan akan menarik perhatian

konsumen, memberikan informasi dari produsen kepada konsumen, serta

memberi penampakan visual yang menarik. Pengemasan dapat mencegah

produk dari adanya gangguan atau kerusakan. Pengemasan yang baik dapat

membuat produk lebih mudah diidentifikasi oleh konsumen, sehingga dapat

meningkatkan penjualan dari produk tersebut. Menurut Kotler (1997), banyak

pemasar menyebut pengemasan sebagai P kelima bersama dengan harga

(price), produk (product), tempat (place) dan promosi (promotion). Namun, kebanyakan pemasar memperlakukan pengemasan sebagai elemen dalam

strategi produk. Pengemasan telah menjadi alat pemasaran yang potensial.

Kemasan yang terancang baik dapat memberikan nilai kenyamanan bagi

konsumen, dan nilai promosi bagi produsen. Bahan-bahan yang dapat digunakan

sebagai pengemas di antaranya adalah: kertas dan karton, film dan plastik,

logam (pelat timah, aluminium, stainless steel, campuran timah putih dan timah

hitam), gelas/kaca, karet, lain-lain (keramik, kayu, kain, daun, bambo).

Pelabelan merupakan bagian dari pengemasan, dan berfungsi untuk

memberikan informasi kepada konsumen mengenai suatu produk. Informasi

yang diberikan dapat berupa: (1) identifikasi dari produk atau merek, (2)

produsen, (3) tempet produksi, (4) waktu produksi, (5) isi dari produk, (6) cara

penggunaan dan (7) cara penggunaan yang aman. Selain itu, label juga dapat

berfungsi untuk mempromosikan produk kepada konsumen melalui gambar yang

menarik (Kotler 1997).

Label makanan memudahkan konsumen untuk memilih makanan secara

(35)

diandalkan mengenai kandungan nutrien dalam makanan. Label makanan yang

baik biasanya juga mencantumkan nilai gizi menurut RDA atau AKG yang

dianjurkan (Hartono 2006).

Konsumsi

Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang

dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu

dengan jenis tunggal atau beragam. Ada empat faktor utama yang

mempengaruhi konsumsi pangan yaitu produksi pangan untuk keperluan rumah

tangga, pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, pengetahuan gizi dan

ketersediaan pangan (Riyadi 2006). Sanjur (1989) menyatakan bahwa konsumsi

pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan

yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga, sedangkan

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh faktor sosial

ekonomi individu atau keluarga.

Konsumsi memiliki arti luas dan terkait dengan jenis kategori produk dan

jasa yang dibeli atau dipakai. Arti konsumsi untuk jenis produk makanan adalah

dimakan, sedangkan arti konsumsi untuk jenis produk minuman adalah diminum.

Konsumsi produk atau penggunaan produk (product use)dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1) frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, dan (3) tujuan

konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk

dipakai atau dikonsumsi. Frekuensi konsumsi adalah manifestasi dari perilaku

pembelian yang dilakukan oleh konsumen dan merupakan bagian terakhir dari

pengambilan keputusan (Cohen 1981). Jumlah konsumsi menggambarkan

kuantitas produk yang digunakan oleh konsumen. Jumlah konsumsi akan

menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi produknya. Tujuan konsumsi

menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen. Konsumen mengkonsumsi

suatu produk dengan beragam tujuan (Sumarwan 2003).

Kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan adalah untuk

menghilangkan rasa haus yang umumnya akan muncul pada waktu-waktu

tertentu. Rasa haus tersebut akan hilang ketika mengkonsumsi minuman. Hal itu

karena minuman kemasan menyumbangkan sedikit energi yang menyebabkan

gula darah meningkat dan pada anak sekolah menyebabkan konsentrasi kembali

pulih. Kegemaran anak-anak akan hal yang manis seperti kue-kue, maupun

minuman kemasan serta jajanan yang gurih dan asam sering dimanfaatkan oleh

(36)

Roberto (2010) di Amerika menyatakan bahwa anak sekolah dasar lebih tertarik

pada makanan jajanan khususnya snack yang dibungkus (makanan pabrikan) dengan tokoh karikatur dibandingkan dengan jajanan yang tidak dibungkus

seperti jajanan tradisional. Penelitian Nurliawati (2003) yang dilakukan di SD

Kabupaten Bogor, anak-anak menerima makanan jajanan apa adanya, mereka

lebih tertarik pada rasa dan harga dari makanan itu tetapi tidak memperhatikan

aspek kesehatan, kebersihan dan gizi secara teliti. Hal ini terjadi juga pada jenis

jajanan berupa minuman.

Berdasarkan penelitian Syafitri (2010) yang dilakukan di Kota Bogor

bahwa siswa SD biasanya membeli makanan camilan/snack 6-7 jenis per minggu. Lebih dari separuhsiswa membeli minuman 2-5 jenis per minggu. Hal ini

dapat disebabkan oleh besarnya ketersediaan makanan jajanan (snack dan minuman) di lingkungan sekolah dalam variasi bentuk, rasa, harga dan kemasan

(37)

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dapat mempengaruhi

dalam kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada siswa sekolah dasar

dan menengah. Karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, berat

badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan preferensi terhadap minuman dapat

menentukan minuman apa yang dipilih dan dikonsumsi oleh contoh. Karakteristik

keluarga seperti pendapatan dan pendidikan orang tua juga memiliki peranan

dalam menentukan pola belanja rumah tangga, alokasi pengeluaran pangan

(termasuk minuman), serta alokasi uang saku anak.

Saat ini, informasi sangat mudah diakses oleh tiap orang.

Sumber-sumber informasi yang begitu banyak seperti keluarga, teman, televisi, majalah

dan internet dapat menyebabkan produk-produk yang diproduksi oleh produsen

dapat dengan mudah dikenal oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah

media-media yang menampilkan iklan yang memasarkan minuman kemasan

dapat kita lihat dimana-mana. Sumber-sumber informasi tersebut pada akhirnya

dapat mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan. Selain itu,

faktor ketersediaan dan kepraktisan dapat mempengaruhi dalam kebiasaan

mengkonsumsi minuman kemasan. Tersedianya minuman kemasan yang

banyak dijual di sekitar lingkungan sekolah maupun di luar sekolah memudahkan

para siswa untuk mendapatkannya. Selain itu, kemasan yang praktis untuk

dibawa-bawa menjadi pilihan yang banyak diminati para siswa.

Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola

praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan mengkonsumsi minuman

kemasan adalah sesuatu yang berhubungan dengan minum dan minuman antara

lain seperti frekuensi minum, jenis minuman yang diminum, waktu minum, asal

minuman, alasan minum, minuman yang dilarang. Dalam sebuah minuman

kemasan terdapat kandungan energi dan berbagai zat gizi antara lain vitamin

dan mineral. Selain itu karakteristik contoh yang meliputi umur, berat badan,

tinggi badan dan jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap penentuan status

gizi contoh dan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Energi, vitamin dan mineral

yang terdapat dalam suatu minuman kemasan dapat memberikan kontribusi

terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi seseorang menurut umur dan

berat badannya. Secara skematis kerangka pemikiran kontribusi minuman

kemasan berlabel terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa

(38)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kontribusi Minuman Kemasan Berlabel terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Siswa Sekolah Dasar dan Menengah Bina Insani di Kota Bogor

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= hubungan yang diteliti Karakteristik keluarga

- Pendapatan orang tua - Pendidikan orang tua - Besar keluarga

Kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan :

- Jumlah - Frekuensi - Jenis minuman

Asupan energi dan zat gizi dari minuman kemasan

- Preferensi terhadap minuman

- Besar uang saku

Angka kecukupan energi dan zat gizi

Kontribusi energi dan zat gizi dari minuman kemasan terhadap

kecukupan gizi Sumber

informasi, ketersediaan

serta kepraktisan.

- Umur - Berat badan - Tinggi badan - Jenis kelamin - Aktivitas fisik

Karakteristik contoh

(39)

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner, FFQ (Food Frequency Questionaier) dan lembar recall di sekolah. Penelitian ini dilakukan di sekolah Bina Insani di Kota Bogor. Penentuan sekolah

yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan (1) jumlah siswa yang banyak; (2) terintegrasi antara Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas

(SMA); (3) keadaan sosial ekonomi yang bervariasi dari yang menengah hingga

tinggi; (4) lokasi sekolah yang strategis dan berada di tengah kota dengan siswa

tersebar di seluruh wilayah Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan

Januari-Februari 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah siswa SD, SMP dan SMA dipilih

berdasarkan persetujuan dari pihak sekolah. Jumlah contoh minimal ditentukan

berdasarkan rumus ukuran contoh minimal untuk pendugaan proporsi atau p

(Umar 2005), yaitu:

= (0.5) (1- 0.5) (1.96/0.1)²

= 96.04

Keterangan:

n = Jumlah contoh minimal

p = Perkiraan proporsi (jika tidak ada, maka p = 0.5) q = 1-p

z = Nilai pada distribusi normal (pada = 0.05, z(1- /2) = 1.96) e = Kesalahan maksimal yang dapat diterima

Pada = 0.05, dan e = 0.1, maka jumlah contoh minimal yang dibutuhkan

adalah sebanyak 96 contoh. Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut,

diambil 300 contoh dalam penelitian ini. Contoh penelitian ini adalah sebagian

murid laki-laki dan perempuan kelas 5 SD sebanyak 100 orang, kelas 1 sampai 3

murid SMP sebanyak 100 orang dan kelas 1 sampai 3 murid SMA sebanyak 100

orang.

(40)

Jenis dan Cara pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh, karakteristik

keluarga dan kebiasaan konsumsi minuman kemasan. Data primer diperoleh

dengan cara mengisi kuesioner oleh contoh dan wawancara secara langsung

kepada contoh yang dilaksanakan pada saat hari aktif sekolah yaitu jam istirahat

atau setelah pulang sekolah. Apabila ada data karaktteristik keluarga yang masih

belum lengkap di dapat dari database sekolah. Data sekunder yang mendukung

data primer dalam penelitian akan diperoleh dari data sekolah. Jenis data yang

dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kontribusi Minuman Kemasan Berlabel terhadap
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan uang saku (Rp/hari)
Tabel 8 Rata-rata persentase alokasi uang saku contoh per hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH BUDAYA BAHASA PERTAMA DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ASING: STUDI KASUS PADA PENUTUR BAHASA JEPANG. Apriliya Dwi Prihatiningtyas

[r]

Kami jual ayam goreng untuk daerah cikarang, cibitung dan sekitarnya, menyediakan ayam goreng lezat dengan sensasi sambal ijo yang pedas, silahkan datang ketempat kami

Dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, karena penulis akan menjelaskan dan menggambarkan objek yang akan diteliti berupa masalah-masalah yang timbul di

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP

\ Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi perkuliahan dengan menggunakan asesmen formatif pada materi biodiversitas, mendeskripsikan beberapa strategi

• The preliminary results of bending testing confirm a theory that moment of inertia is a function of relative share of solid mass of materials (foam density) in a foamed

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kesulitan mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada mata kuliah Matematika Dasar diantaranya kesulitan pada penggunaan konsep dan