PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI
DI KOTA BOGOR
RIZKA RAHMANIAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Primary and High School Students at Bina Insani Bogor. Under Direction of DRAJAT MARTIANTO and EVY DAMAYANTHI.
The objective of this research is to analyze the contribution of drinks to
the level of energy and nutrient intake of the primary and high school students at
Bina Insani Bogor. Cross-sectional study design method was applied. The data
were collected within the period of January to February 2011 at Bina Insani
School. The sample taken consisted of three hundreds respondents, consisting of
primary, junior high school and senior high school students,100 students each.
The results of this study showed that on average, the contribution of drinks
consumption towards overall energy and nutrient consumed is 5% among senior
high school students, 9% among junior high school students and 9% among
primary school students. Another prominent nutrient intake contribution is
contribution of vitamin C and calcium. Factors affecting energy, vitamin C and
calcium intake contribution are pocket money allocated to buy drinks, volume
consumed, and frequency of consumption of drinks.
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan
Menengah Bina Insani di Kota Bogor. Dibawah bimbingan DRAJAT
MARTIANTOdanEVY DAMAYANTHI.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah di Kota Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mempelajari kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada contoh, mencakup jenis, frekuensi, jumlah, alasan, jenis kemasan, waktu minum dan nilai rupiah; 2) Mempelajari kontribusi energi, vitamin dan mineral dari minuman kemasan terhadap kecukupan energi dan zat gizi; 3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi energi, vitamin C dan kalsium.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di sekolah Bina Insani di Kota Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan (1) jumlah siswa yang banyak; (2) terintegrasi antara SD, SMP dan SMA; (3) keadaan sosial ekonomi yang bervariasi dari yang menengah hingga tinggi; (4) lokasi sekolah yang strategis dan berada di tengah kota dengan siswa tersebar di seluruh wilayah Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Februari 2011. Contoh pada penelitian ini adalah siswa SD, SMP dan SMA dipilih berdasarkan persetujuan dari pihak sekolah. Jumlah contoh minimal ditentukan berdasarkan rumus ukuran contoh minimal untuk pendugaan proporsi. Jumlah contoh minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 96 contoh. Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut, diambil 300 contoh dalam penelitian ini. Contoh penelitian ini adalah sebagian murid laki-laki dan perempuan kelas 5 SD sebanyak 100 orang, murid kelas 1 sampai 3 SMP sebanyak 100 orang dan murid kelas 1 sampai 3 SMU sebanyak 100 orang.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi minuman kemasan. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara secara langsung kepada contoh yang dilaksanakan pada saat hari aktif sekolah yaitu jam istirahat atau setelah pulang sekolah. Data sekunder yang mendukung data primer dalam penelitian diperoleh dari data sekolah.
Proses pengolahan data meliputi coding, entry dan analisis. Data yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif (persentase, rata-rata dan simpangan baku), uji korelasi
Spearmandan inferensia (regresi linier berganda).
kali/minggu. Rata-rata jumlah konsumsi minuman kemasan seluruh contoh adalah 273,6 ± 35,9 ml/hari. Jenis kemasan yang sering dipilih contoh adalah botol plastik yaitu sebesar 55,7%. Sebagian besar contoh (52,0%) memilih mengkonsumsi minuman kemasan dengan alasan rasanya yang enak. Sebagian besar contoh (70,3%) menyatakan harga minuman kemasan yang biasa dibeli termasuk kategori sedang.
Sebesar 79,9% contoh memperoleh informasi tentang minuman kemasan dari iklan TV/radio. Sebagian besar contoh pada kelompok SD dan SMA (masing-masing 53,0% dan 61,0%) melihat/mendengar iklan tentang minuman kemasan < 3 kali/hari, sedangkan pada kelompok SMP sebesar 64,0% contoh melihat/mendengar iklan tentang minuman kemasan ≥ 3 kali/hari. Sebesar 53% contoh tidak mempunyai minuman larangan. Sebesar 49,6% contoh mempunyai larangan untuk minum minuman dengan pewarna buatan. Sebagian besar tempat pembelian/asal minuman kemasan yang diminum oleh contoh berasal dari kantin sekolah (37,3%) dan supermarket (31,9%). Sebagian besar contoh minum minuman kemasan pada saat istirahat sekolah (54,3%) dan saat di rumah (24,0%). Sebagian besar jenis aktivitas yang mendorong contoh untuk minum minuman kemasan adalah saat santai (45,7%) dan setelah olahraga (36,0%). Atribut minuman kemasan yang dianggap sangat penting oleh contoh adalah haus (48,7%) dan rasa (44,3%).
Rata-rata konsumsi energi dari minuman kemasan adalah 178 kkal pada contoh SD, 192 kkal pada contoh SMP dan 118 kkal pada contoh SMA. Rata-rata konsumsi untuk vitamin C dari minuman adalah 25,6 mg pada contoh SD; 24,4 mg pada contoh SMP dan 18,7 mg pada contoh SMA. Rata-rata konsumsi untuk kalsium adalah 159,2 mg pada contoh SD; 201,6 mg pada contoh SMP dan 93,3 mg pada contoh SMA. Rata-rata persentase kontribusi energi minuman kemasan terhadap AKG adalah 9,0% pada contoh SD; 9,0% pada contoh SMP dan 5,0% pada contoh SMA. Kontribusi zat gizi lainnya yang paling menonjol adalah kontribusi vitamin C dan kalsium.
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi energi adalah alokasi uang saku untuk minuman, jumlah dan frekuensi minum. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi vitamin C adalah jumlah dan frekuensi minum. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kontribusi kalsium adalah frekuensi minum. Berdasarkan hasil uji regresi ini jumlah dan frekuensi mengkonsumsi minuman kemasan akan mempengaruhi kadar zat gizi yang dikonsumsi. Kemudian banyaknya zat gizi yang dikonsumsi tersebut akan mempengaruhi terhadap kontribusi zat gizi minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan zat gizi.
Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan konsumsi energi, kontribusi energi, frekuensi dan jumlah/ukuran dari minuman kemasan (p>0,01).
PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI
DI KOTA BOGOR
RIZKA RAHMANIAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH BINA INSANI DI KOTA BOGOR
Nama : Rizka Rahmaniah
NRP : I 14086007
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS
NIP. 19640324 1989031 004 NIP. 19621204 1989032 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 1987031 001
dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Kontribusi Minuman dalam Kemasan Berlabel terhadap
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan
Menengah Bina Insani di Kota Bogor“. Penelitian ini merupakan salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku
dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan
pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji
atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membantu penulis dalam perkuliahan.
4. Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Bina Insani Bogor, guru-guru dan
siswa-siswi yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian.
5. Ayah dan Bunda yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang
tulus. Terima kasih atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril
maupun materi selama menempuh pendidikan. Serta adik-adikku yang selalu
mendoakan dan memberikan semangatnya.
6. Seluruh teman–teman dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dan
tidak dapat disebutkan satu–persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, besar
harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya,
khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, Agustus 2011
pasangan Drs. Otje Nazarie dan Ratna Kemala. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Panglima
Polem Rantau Prapat, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SLTP
Muhammadiyah 1 Surakarta dan lulus tahun 2002. Pendidikan menengah
atasnya ditempuh di SMAN 2 Surakarta dan lulus pada tahun 2005. Kemudian
pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma IPB pada Program
Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur reguler. Karya
Ilmiah sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program Diploma
berjudul Tingkat Konsumsi dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Makan
Pagi Pasien Rawat Inap Kelas 2 dan 3 di RS Salak Bogor. Tahun 2008 setelah
lulus, penulis melanjutkan pendidikannya di Program Penyelanggaraan Khusus
(Alih Jenis Pendidikan) S1 Mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Pada bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008 penulis
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Salak Bogor. Topik karya
tulis yang dibuat setelah mengikuti PKL adalah tentang Rumah Sakit Salak
Bogor. Penulis juga pernah mengikuti Internship Dietetik (ID) pada bulan April
2010 di Rumah Sakit Marzuki Mahdi Kota Bogor. Kasus yang dikaji (secara
mendalam) selama mengikuti ID adalah kasus penyakit dalam, penyakit anak
dan kasus bedah. Pada bulan Juli - Agustus 2010 penulis melaksanakan Kuliah
dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Kontribusi Minuman dalam Kemasan Berlabel terhadap
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar dan
Menengah Bina Insani di Kota Bogor“. Penelitian ini merupakan salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku
dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan
pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji
atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membantu penulis dalam perkuliahan.
4. Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA Bina Insani Bogor, guru-guru dan
siswa-siswi yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian.
5. Ayah dan Bunda yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang
tulus. Terima kasih atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril
maupun materi selama menempuh pendidikan. Serta adik-adikku yang selalu
mendoakan dan memberikan semangatnya.
6. Peppy NESP yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis.
7. Anit, Tasha, Zulaika, Fitri, Desri, Dina, Lesi, Nuning, Mawi serta teman-teman
penyelenggaraan khusus S1 mayor Ilmu Gizi angkatan 2 yang selalu
memberikan saran, doa dan semangatnya kepada penulis.
8. Para pembahas, Hansyah, Krisna, Yudhit dan Fathin yang telah memberikan
saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi ini. Serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan
Bogor, Agustus 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ... i
DAFTAR TABEL... ... iv
DAFTAR LAMPIRAN... ....vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Tujuan Umum ... 3
Tujuan Khusus... 3
Kegunaan... 4
TINJAUAN PUSTAKA Kecukupan Energi dan Zat Gizi Anak dan Remaja ... 5
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Serta Kebutuhan Gizi... 5
Angka Kecukupan Ebergi dan Zat Gizi Anak dan Remaja ... 7
Energi ... 8
Protein... 9
Vitamin ...10
Mineral ...11
Air ...11
Aktivitas Fisik...12
Status Gizi ...13
Preferensi Pangan...14
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ...15
Pendidikan...15
Pendapatan dan Pekerjaan...15
Besar Keluarga...16
Kecenderungan Konsumsi Minuman Kemasan ...17
Minuman Kemasan...17
Kemasan ...18
Konsumsi...19
KERANGKA PEMIKIRAN...21
METODE Desain, Waktu danTempat ...23
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...24
Pengolahan dan Analisis Data...25
Definisi Operasional ...27
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah ...29
Karakteristik Contoh ...29
Jenis Kelamin dan Umur ...29
Uang Saku ...30
Status Gizi ...33
Karakteristik Keluarga ...34
Besar Keluarga ...34
Pendidikan Ayah ...36
Pekerjaan Ayah ...36
Pendapatan Ayah...37
Kebiasaan Minum Sehari-hari ...38
Jenis Minuman Kemasan ...40
Frekuensi Konsumsi...43
Jumlah Konsumsi ...44
Frekuensi dan Jumlah Konsumsi Minuman Kemasan Berdasarkan Status Gizi ...44
Jenis Kemasan...45
Alasan Konsumsi...46
Harga ...46
Sumber Informasi ...47
Minuman Larangan ...49
Asal Minuman ...50
Waktu Minum ...51
Jenis Aktivitas di Sekolah yang Mendorong Contoh Untuk Minum ...51
Preferensi Contoh terhadap Minuman ...52
Rata-rata Konsumsi Energi dan Zat Gizi Minuman Kemasan ...53
Rata-rata Persentase Kontribusi Energi dan Zat Gizi Minuman Kemasan...55
Hubungan Status Gizi dengan Kebiasaan Minum Minuman
Kemasan...58
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...60
Saran ...61
DAFTAR PUSTAKA ...62
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Angka kecukupan energi ... 9
2 Angka kecukupan protein ...10
3 Angka kecukupan vitamin...10
4 Angka kecukupan mineral ...11
5 Jenis dan cara pengumpulan data...24
6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan umur ...30
7 Sebaran contoh berdasarkan uang saku (Rp/hari) ...31
8 Rata-rata persentase alokasi uang saku contoh per hari ...32
9 Sebaran contoh berdasarkan alokasi uang saku untuk minuman ...33
10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi...34
11 Sebaran besar keluarga contoh...35
12 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah...36
13 Sebaran contoh bedasarkan jenis pekerjaan ayah ...37
14 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ayah ...38
15 Rata-rata total konsumsi minum sehari contoh baik di sekolah maupun di luar sekolah ...39
16 Rata-rata total konsumsi air putih dan bukan air putih sehari contoh di sekolah maupun di luar sekolah...40
17 Rata-rata persentase kontribusi minuman kemasan terhadap total minum sehari di sekolah maupun di luar sekolah...40
18 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman kemasan yang paling sering dikonsumsi selama 1 minggu terakhir ...41
19 Sebaran contoh bedasarkan frekuensi konsumsi minuman kemasan per minggu ...43
20 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi minuman kemasan sehari ...44
21 Rata-rata frekuensi ( per minggu) dan jumlah (ml/hari) konsumsi minum berdasarkan status gizi...45
22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kemasan dari minuman kemasan yang sering dikonsumsi oleh contoh ...46
24 Sebaran contoh berdasarkan persepsi terhadap harga minuman
kemasan...47
25 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi minuman kemasan...47
26 Sebaran contoh berdasarkan intensitas melihat/mendengar/membaca
iklan tentang minuman kemasan ...48
27 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan ...49
28 Sebaran contoh berdasarkan jenis larangan yang terkait dengan
minuman kemasan ...50
29 Sebaran contoh berdasarkan asal mendapatkan minuman kemasan...50
30 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum...51
31 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas yang mendorong contoh
untuk minum minuman kemasan ...52
32 Sebaran contoh berdasarkan preferensi terhadap minuman kemasan ...53
33 Rata-rata konsumsi per hari energi dan zat gizi minuman kemasan pada
contoh ...54
34 Rata-rata persentase kontribusi energi dan zat gizi minuman kemasan
terhadap AKG...56
35 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh
terhadap Kontribusi energi...57
36 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh
terhadap kontribusi vitamin C ...57
37 Hasil uji regresi linear berganda variabel yang paling berpengaruh
terhadap kontribusi kalsium ...58
38 Hasil uji korelasi spearman status gizi dengan konsumsi energi kontribusi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis regresi linear berganda kontribusi energi...68
2 Analisis regresi linear berganda kontribusi vitamin c...68
3 Analisis regresi linear berganda kontribusi kalsium ...68
4 Kandungan energi minuman kemasan ...69
PENDAHULUAN
Latar BelakangHurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan
perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia enam tahun dan berakhir saat individu menunjukkan
kematangan seksualnya antara usia tiga belas tahun sampai empat belas tahun.
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana
kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,
sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.
Pada usia sekolah ini, anak banyak melakukan aktivitas fisik maupun
mental, seperti bermain, belajar dan berolah raga. Pemenuhan kebutuhan zat
gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak, sehingga sistem
pertahanan tubuhnya pun baik dan tidak mudah terserang penyakit. Pada anak
usia sekolah dasar pertumbuhan dan perkembangannya lebih stabil
dibandingkan pada masa bayi atau remaja. Pada usia sekolah ini pertumbuhan
dan perkembangan tetap terjadi tetapi laju pertumbuhan fisiknya lebih lambat.
Kemampuan motorik semakin baik, perkembangan kognitif dan kemampuan
sosialnya makin matang dan pada masa ini diakhiri dengan masa pubertas baik
laki-laki maupun perempuan (Lee 1993).
Masa remaja terletak diantara masa anak dan masa dewasa. Menurut
Monks dkk (2002) fase-fase masa remaja (pubertas) yaitu antara umur dua belas
sampai dengan dua puluh satu tahun. Awal masa remaja ditandai dengan
pertumbuhan fisik sangat pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon
sekunder pada permulaan masa remaja. Pertanda fisik yang sudah menyerupai
manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang sama
pesatnya. Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat baik tinggi
badan maupun berat badannya, sehingga kebutuhan zat gizi menjadi tinggi.
Permulaan pertumbuhan pada anak tidak selalu pada umur yang sama
melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi
oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Agar hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya, manusia
memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu jumlah zat gizi yang diperoleh melalui
(internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan bagi yang masih
dalam taraf pertumbuhan (bayi, anak-anak dan remaja) atau untuk aktivitas dan
pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia. Sejumlah zat gizi
minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan disebut kebutuhan gizi
(Hardinsyah dan Martianto 1992).
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk
proses metabolisme tubuh. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan
kebutuhan energi adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti baik dalam
kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Sejak lahir hingga usia 10 tahun,
energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.
Anak sekolah dasar dan menengah umumnya setiap hari menghabiskan
seperempat (sekitar enam jam) waktunya di sekolah. Untuk memenuhi
kebutuhan makan dan minum, kebiasaan jajan pada anak sudah menjadi
kebiasaan yang umum dan dapat ditemui di berbagai tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dasar dan menengah
dipengaruhi secara nyata oleh gaya hidup mereka, temasuk gaya hidup untuk
mengkonsumsi minuman kemasan.
Minuman kemasan adalah jenis minuman olahan yang disajikan dalam
kemasan dan diperjualbelikan oleh pedagang seperti pedagang di kantin atau
warung, pedagang asongan, toko-toko makanan maupun swalayan. Minuman
kemasan tersebut sangat bervariasi, baik dalam segi rasa, aroma, harga dan
penampilan.
Beberapa tahun terakhir perkembangan industri minuman makin pesat,
terbukti dari makin banyaknya jenis minuman kemasan yang ditawarkan di
pasaran. Mulai dari harga sangat murah yang menyasar anak sekolah hingga
beragam jenis minuman kemasan, yang dipromosikan dengan berbagai
kelebihannya. Kecenderungan pada siswa sekolah dasar dan menengah saat ini
adalah mengkonsumsi minuman kemasan. Minuman kemasan adalah salah satu
minuman favorit bagi siswa sekolah dasar dan menengah. Kecenderungan ini
selain karena para siswa mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan
khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada
diri mereka bahwa minuman kemasan dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi,
sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya. Iklan
media massa. Kelebihan dari minuman kemasan ini adalah mudah diperoleh di
pasaran, memiliki aneka pilihan rasa dan mengandung zat gizi. Ada beberapa
jenis minuman kemasan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral tertentu.
Selain itu minuman kemasan juga praktis dibawa bepergian atau bekal sekolah,
karena begitu habis kemasannya langsung bisa dibuang. Minuman kemasan
yang banyak dijual di pasaran berupa minuman ringan, baik yang berkarbonasi
(soft drink)maupun yang tidak berkarbonasi seperti jus buah, minuman isotonik, teh, susu, yoghurt dan lain-lain. Jenis kemasan yang digunakan untuk
mengemas minuman tersebut antara lain kaleng, botol, kertas karton dan plastik.
Minuman ringan yang manis menyumbang sejumlah energi yang sangat
besar yang tidak dibutuhkan tubuh. Di Amerika Serikat, sekaleng minuman
ringan menyumbang 9% dari kebutuhan energi harian anak laki-laki dan 8%
kebutuhan energi harian anak perempuan. Angka tersebut melonjak 2-3 kali lipat
dibandingkan survei yang dilakukan pada tahun 1978. Di Indonesia terdapat Pedoman Umum Gizi Seimbang yang lebih menyarankan untuk mengkonsumsi
karbohidrat kompleks dalam pemenuhan kebutuhan energi, sedangkan gula
yang terdapat dalam minuman kemasan merupakan sumber karbohidrat murni
yang seharusnya dibatasi dalam penggunaannya.
Meski konsumsi minuman kemasan diduga meningkat pesat akhir-akhir
ini, namun data hasil penelitian tentang kontribusi minuman kemasan terhadap
kebutuhan energi dan zat gizi khususnya pada anak sekolah (SD sampai dengan
SMA) belum banyak ditemukan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti bagaimana kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat
kecukupan energi dan zat gizi pada siswa sekolah dasar dan menengah.
Tujuan Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kontribusi
minuman kemasan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa
sekolah dasar dan menengah di Kota Bogor.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
1. Mempelajari kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada contoh,
mencakup jenis, frekuensi, jumlah, alasan, jenis kemasan, waktu minum dan
2. Mempelajari kontribusi energi, vitamin dan mineral dari minuman kemasan
terhadap kecukupan energi dan zat gizi.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kontribusi energi,
vitamin C dan Kalsium.
Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perkembangan ilmu gizi tentang kontribusi minuman kemasan terhadap tingkat
kecukupan gizi. Informasi yang diberikan juga berguna bagi orang tua, anak
sekolah dasar dan menengah sebagai masukan dalam membentuk perilaku
hidup sehat, khususnya yang terkait dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman
TINJAUAN PUSTAKA
Kecukupan Gizi Anak dan Remaja Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Serta Kebutuhan GiziRiyadi (2001) menyatakan bahwa umur 6-9 tahun masuk dalam kategori
anak-anak dan umur 10-19 tahun masuk ke dalam kategori remaja. Periode
pertengahan masa kanak-kanak yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan
periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Walaupun pertumbuhan fisik
anak-anak pada usia sekolah relatif lambat, tetapi terdapat perubahan yang
berbeda dalam hal intelektualnya dan dalam hal membina hubungan dengan
orang lain (Harris & Liebert 1991).
Pada golongan anak sekolah, gigi geligi tanggal secara berangsur dan
diganti dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan yang
disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan
aktivitas fisik, misalnya berolah raga, bermain, atau membantu orang tua
(Almatsier 1994).
Menurut Papalia dan Olds (1979), anak-anak mempunyai perkembangan
fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak
perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, remaja dan
waktu anak menginjak usia dewasa. Anak sekolah dasar (SD) disebut juga masa
pertengahan anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan
pada masa prasekolahnya.
Kebiasaan makan setiap individu berbeda satu sama lain. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah umur. Jumlah energi yang diperlukan
indvidu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya biasanya terkait dengan
kebiasaan makan. Pada masa kanak-kanak, jumlah energi yang diperlukan tubuh
tidak sebesar jumlah energi yang diperlukan pada masa remaja. Seiring
pertambahan umur, jumlah energi tersebut akan semakin meningkat dan
mencapai puncaknya pada masa dewasa. Namun, jumlah energi yang diperlukan
oleh tubuh akan mengalami penurunan kembali pada saat lanjut usia (Suhardjo
1986).
Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada
Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan dengan periode
yang cukup tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya :
mencukupi kebutuhan energi untuk aktivitas, menjaga tubuh agar tetap tahan
dari penyakit, menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan, menyediakan
penyimpanan gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan pada periode
dewasa.
Anak sekolah membutuhkan gizi yang lebih banyak seiring dengan
pertambahan usia dan aktivitas fisik anak. Perbedaan jenis kelamin juga
menunjukkan perbedaan kebutuhan seseorang anak, dimana anak laki-laki
cenderung membutuhkan gizi lebih banyak dibandingkan dengan anak
perempuan (Nuraida et al 2009).
Kebutuhan yang meningkat harus diimbangi dengan makanan yang
dikonsumsi merupakan sumber yang baik akan semua zat gizi yang diperlukan.
Suatu peraturan yang baik adalah dengan memberikan makanan kepada anak
yang mengandung minimal tiga zat gizi dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal (Nasoetion
& Riyadi 1994).
Masa remaja merupakan periode antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat
dengan mudah langsung diikuti. Terdapat tiga kekuatan dalam masyarakat yang
dapat mempengaruhi remaja, yaitu: (1) keluarga, (2) sekolah, (3) lingkungan
sosial. Lingkungan sosial yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah
guru, teman sepermainan, dan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat. Melalui
berbagai macam media massa remaja berkenalan dengan berbagai macam
peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sehingga akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian remaja (Khumaidi 1989).
Menurut Jessor (1984), penanda utama pada masa remaja adalah
perubahan. Perubahan yang terlihat yaitu pada ukuran dan bentuk fisik terkait
dengan massa pertumbuhan pesat dan pubertas. Perubahan juga terjadi pada
cara pandang sosial dan aspek psikologis yang tidak terlihat. Pada masa remaja
akan dimulai masa pencarian model/panutan yang diiringi dengan eksplorasi
terhadap diri sendiri dan penentuan identitas sosial yang umum terlihat dari
adanya keinginan untuk masuk organisasi sosial. Pengalaman pertama dalam
melakukan suatu kebiasaan biasanya terjadi pada masa remaja yang akan
berpengaruh hingga jangka panjang. Adapun remaja umumnya menganggap
merupakan sumber informasi dan reinforcement (pendorong untuk melakukan sesuatu) bagi remaja. Remaja biasa melakukan sesuatu untuk mendapatkan
pengakuan atau untuk memperlihatan solidaritas pada temannya.
Angka Kecukupan Gizi Anak dan Remaja
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, tubuh melakukan
pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus atau rusak,
melakukan kegiatan dan pertumbuhan sebelum mencapai usia dewasa. Agar
tubuh dapat menjalankan ke-tiga fungsi tersebut maka dibutuhkan sejumlah zat
gizi setiap hari yang didapatkan melalui makanan (Nasoetion & Riyadi 1994).
Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan
diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi,
mengganti jaringan aus serta rusak, memproduksi substansi tertentu misalnya
enzim, hormon dan antibodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi kelompok
makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein, dan kelompok
mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral (Hartono 2006).
Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement)menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat.
Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis
(hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh. Oleh karena itu,
jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi
kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal,
pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak dan remaja, atau untuk aktivitas dan
pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah et al 2002).
Kekurangan atau kelebihan konsumsi gizi dari kebutuhan, terutama bila
berlangsung dalam jangka waktu yang berkesinambungan, dapat
membahayakan kesehatan, bahkan pada tahap lanjut dapat mengakibatkan
kematian. Kebutuhan gizi antar individu yang berat badannya relatif sama dan
berasal dari kelompok umur yang sama dapat bervariasi. Namun variasi
kebutuhan energi lebih kecil dibandingkan variasi kebutuhan protein dan zat gizi
lainnya pada umur yang sama (Hardinsyah & Martianto 1989).
Penetapan kebutuhan individu untuk energi dan zat gizi juga dapat
diturunkan dari angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. AKG adalah suatu
kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut
derajat kesehatan yang optimal (Muhilal dkk 1994). Menurut Hardinsyah dan
Martianto (1994) angka kecukupan gizi (AKG) sudah memperhitungkan variasi
kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (save
level).
Di samping itu, AKG disusun pula untuk kondisi khusus, yaitu bayi, ibu
hamil dan menyusui. AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi
optimal bagi penduduk dalam hal penyediaan pangan secara nasional dan
regional serta penilaian penilaian kecukupan gizi penduduk golongan masyarakat
tertentu yang diperoleh dari konsumsi makanannya (Almatsier 2005).
AKG digunakan sebagai dasar perencanaan dan penilaian konsumsi
makanan dan intake makanan bagi orang sehat agar terhindar dari kelebihan
maupun kekurangan gizi untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal.
Penggunaan AKG untuk penilaian konsumsi pangan individu perlu disesuaikan
dengan kondisi aktual seseorang. Misalnya penyesuaian berat badan dan tingkat
kegiatan untuk penetapan angka kecukupan energi dan protein; serta
pertimbangan bioavailibilitas bagi penetapan angka kecukupan protein, vitamin,
dan mineral (Hardinsyah & Tambunan 2004).
Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme dari karbohidrat, protein
dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan
tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi
jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang
(Hardinsyah & Tambunan 2004).
Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme
basal. Kebutuhan energi basal atau AMB per kg pada dasarnya ditentukan oleh
ukuran dan komposisi tubuh serta umur. AMB per kg berat badan lebih tinggi
pada orang pendek dan kurus serta lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk.
Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan anak selain untuk pertumbuhan
untuk bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi
pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan
tubuh juga aktifitas yang tinggi (Almatsier 2003).
Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada
golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebih cepat, terutama penambahan
dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
sehingga membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya
sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak
(RSCM & Persagi 1990).
Menurut Hardinsyah dkk (2002), kebutuhan gizi antar individu yang berat
badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dapat
bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding dengan variasi
kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Hal ini
dikarenakan energi dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak yang
dapat diubah kembali menjadi energi dan digunakan pada kesempatan lainnya
bila kekurangan energi.
Perhitungan angka kebutuhan energi (AKE) lebih tepat menggunakan
pendekatan pengeluaran energi karena dalam perhitungannya menggunakan
angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat
badan dan aktivitas fisik (FAO 2001). Adapun Angka Kecukupan Energi
berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Angka kecukupan energi.
Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi ( Kkal ) 7-9 tahun
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh protein, separuhnya ada di
dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
kulit, selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai
hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intra seluler dan sebagainya
adalah protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak
sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan
molekul-molekul yang penting untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang
sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2003). Adapun Angka Kecukupan Protein
menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Angka kecukupan protein.
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena
itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk komponen zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat
rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier 2003).
Terdapat dua golongan vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut
air. Vitamin yang larut larut lemak adalah vitamin A, D, E dan K, sedangkan
vitamin yang larut air adalah vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asam
folat, dan vitamin B12) dan C (Riyadi 2006). Adapun Angka Kecukupan Vitamin
Menurut Almatsier (2003) vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi
metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya
sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim
terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein.
Selain itu menurut Moehji (1982) vitamin digunakan untuk mengatur fungsi faal
dari alat-alat tubuh. Setiap vitamin mempunyai fungsi dan sumber pangan
sendiri.
Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Mineral
dibedakan menjadi mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Hingga saat ini
dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap essensial. Zat yang termasuk
mineral makro adalah kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klorida dan
sulfur. Zat yang termasuk mineral mikro antara lain adalah besi, seng, iodium,
mangan, selenium, dan kromium (Almatsier 2003). Adapun Angka Kecukupan
Mineral dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Angka kecukupan mineral
Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Ada tiga komponen
interseluler atau ekstravaskuler pada dinding kapiler. Dua komponen air yang
terakhir disebut juga cairan ekstraseluler. Fungsi air bagi tubuh adalah sebagai
berikut: pelarut zat gizi; fasilitator pertumbuhan; sebagai katalis reaksi biologis;
sebagai pelumas; sebagai pengatur suhu tubuh dan sebagai sumber mineral
bagi tubuh (Proverawati & Wati 2010).
Ada tiga sumber air bagi tubuh, yaitu air yang berasal dari minuman, air
yang terdapat dalam makanan yang kita makan, serta air yang berasal dari hasil
metabolism di dalam tubuh. Kebutuhan air tubuh berasal dari ketiga sumber air
tersebut. Keseimbangan air tubuh dapat dicapai melalui dua cara, yaitu
mengontrol aspan cairan dengan adanya rasa haus dan mengontrol kehilangan
cairan melalui ginjal (Proverawati & Wati 2010).
Aktivitas fisik
Salah satu pesan yang terdapat dalam pedoman umum gizi seimbang
(PUGS) dalam pencapaian hidup sehat adalah melakukan aktivitas fisik dan olah
raga secara teratur (Almatsier 2003). Hal demikian dianggap penting karena
aktivitas fisik dapat membuat tubuh bugar dan akhirnya tubuh menjadi sehat.
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik,
seperti berjalan, berlari, berolahraga dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik
menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot
(FKM-UI 2007).
Sjostrom et al (2008) menyatakan bahwa masyarakat dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik sekitar 30 menit setiap hari dengan bentuk aktivitas
sedang. Rekomendasi ini juga diberikan kepada anak-anak pada rentang usia
5-18 tahun dengan intensitas aktivitas yang sama. Hal demikian berarti anak
sekolah sampai remaja dianjurkan untuk olah raga setiap hari dengan durasi
waktu kurang lebih 30 menit.
Menurut Soekirman et al (1999), aktivitas utama anak sekolah
digolongkan dalam 8 kegiatan utama yaitu 1) belajar selama jam sekolah; 2)
belajar di luar jam sekolah; 3) menonton TV; 4) bermain; 5) olah raga; 6)
membantu pekerjaan orang tua; 7) tidur siang; dan 8) tidur malam. Menurut
FAO/WHO/UNU (1985), aktivitas fisik dibagi ke dalam golongan tidur, sekolah,
kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan), kegiatan sedang (berjalan,
Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi
karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko obesitas. Oleh
karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik
(FAO/WHO/UNU 2001). FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas
fisik adalah variabel utama, setelah angka metabolisme basal (AMB) atau basal
metabolic rate (BMR) dalam perhitungan pengeluaran energi. Menurut almatsier
(2005) AMB dipengaruhi umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.
Status Gizi
Gibson (2005) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan
kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Selanjutnya
menurut Supariasa et al. (2001) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri,
biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan secara tidak langsung
seperti survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap
metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Di masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering dilakukan
dengan menggunakan metode antropometri. Antropometri sangat umum
digunakan untuk menukur status gizi anak dari berbagai ketidakseimbangan
antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air
dalam tubuh (Supariasaet al.2001).
Berdasarkan Supariasa et al. (2001) pengukuran status gizi dengan menggunakan metode antropometri memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari metode ini adalah (a) tidak sensitif, (b) faktor di luar gizi
(penyakit, genetik dan penurunan penggunanaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri, (c) kesalahan yang terjadi
pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas
pengukuran antropometri gizi. Kelebihannya adalah (a) relatif tidak membutuhkan
tenaga ahli, (b) metode ini tepat dan akurat, (c) dapat mendeteksi atau
menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau, (d) umumnya dapat
mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, (e) dapat
Menurut Riyadi (2003), status gizi untuk remaja diukur dengan
menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. Menurut
WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah
tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks masa
tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi dengan menggunakan
IMT/U terdiri dari sangat kurus (Z < -3 SD), kurus (-3 SD≤ Z < -2 SD), normal (-2
SD ≤ Z ≤ +1 SD), gemuk (+1SD < Z ≤ +2SD), obesitas (Z > +2 SD).
Preferensi Pangan
Menurut Suhardjo (1989), jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi
terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak
tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial budaya sebagai sifat fisiknya.
Reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi dipengaruhi
oleh pendekatan melalui media massa, radio, TV, pamphlet dan iklan.
Menurut Assael (1992), preferensi terbentuk dari persepsi suatu produk.
Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai
oleh konsumen. Preferensi konsumen adalah suatu konsepsi abstrak yang
menggambarkan peta peningkatan kepuasaan yang diperoleh dari kombinasi
barang dan jasa sebagai cermin dari selera pribadinya. Dengan kata lain
preferensi konsumen merupakan gambaran mengenai kombinasi barang dan
jasa yang lebih disukai konsumen apabila ia memiliki kesempatan untuk
memperolehnya. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan didahului
dengan mempelajari keinginan, persepsi, preferensi dan perilaku konsumen.
Setiap konsumen pasti memiliki preferensi. Preferensi ini dapat diubah
dan dapat dipelajari sejak kecil. Nisemita (1981) menuliskan bahwa selera dan
preferensi konsumen itu selalu berubah dan tidak terbatas baik waktu dan ruang.
Menurut Sanjur (1982), bahwa preferensi konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu faktor dari karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi; karakteristik produk meliputi rasa,
aroma, kemasan dan tekstur; dan karakteristik lingkungan meliputi jumlah
keluarga, tingkat sosial, musim dan mobilitas.
Preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang berusia
muda, akan tetapi bersifat permanen bagi mereka yang sudah berumur dan
yang beragam, akhirnya dapat mempengaruhi preferensi makan dan minum dari
individu (Sanjur 1982).
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan
wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita dan Fallah 2004).
Tingkat pendidikan orang tua mempunyai korelasi positif dengan cara
mendidik dan mengasuh anak. Tingkat pendidikan baik langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga.
Pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola, kerangka berfikir, persepsi,
pemahaman dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam
berkomunikasi (Gunarsa & Gunarsa 1995).
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas SDM
adalah tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam diri
seseorang yang mempengaruhi perilaku konsumen dimana konsumen yang
memiliki tingkat pengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih
baik daripada konsumen yang berpendidikan rendah (Hardinsyah & Suhardjo
1987). Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang
dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu
masalah (Sumarwan 2003).
Pekerjaan dan Pendapatan
Kotler (1997) menyatakan bahwa pilihan produk sangat dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri atas penghasilan yang
dapat dibelanjakan, tabungan, hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap
atas belanja atau menabung.
Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk
membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan
menggambarkan besarnya daya beli dari konsumen. Daya beli akan
menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi
pendapatan yang diterima oleh individu, melainkan pendapatan yang diterima
oleh seluruh anggota keluarga (Sumarwan 2003).
Pendapatan keluarga tergantung dari jenis pekerjaan suami dan anggota
keluarga lainnya. Semakin bagus pekerjaan/posisi seseorang dalam pekerjaan,
maka semakin besar pula pendapatan yang dimiliki dan berlaku sebaliknya.
Pendapatan seseorang tergantung dari mutu sumber daya manusia (SDM),
sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang
relatif tinggi pula (Guharjaet al.1992).
Pendapatan keluarga merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing
pendapatan anggota keluarga yang bekerja. Faktor pendapatan keluarga
mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan
masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan kendala yang menyebabkan
orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan
beragam. Selain itu, menurut Nasoetion dan Riyadi (1994) keluarga yang
berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam menentukan pemilihan
bahan pangan sesuai dengan syarat mutu yang baik. Tingkat pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga
keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya
berdampak positif terhadap status gizi.
Penurunan pendapatan terkait erat dengan penurunan tingkat ketahanan
pangan dan terjadilah masalah gizi kurang. Keterkaitan pendapatan dan
ketidaktahanan pangan dapat dijelaskan dengan hukumengeldimana pada saat
terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan
pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin kecil. Sebaliknya bila
pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan makin meningkat
(Soekirman 2000).
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,
mingguan atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan,
sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas
uang saku yang dimiliki (Napitu 1994).
Besar Keluarga
Menurut BKKBN tahun 1998, besar keluarga adalah keseluruhan jumlah
yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga
dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga
besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang
dari 4 orang, keluarga sedang adalah keluarga 5-7 orang, sedangkan keluarga
besar lebih dari 7 orang.
Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan
pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas
pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu.
Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun
dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982).
Bentuk keluarga berdasarkan jumlah anggotanya di Indonesia di bedakan
menjadi keluarga inti, extended family dan keluarga besar. Extended family
menurut Soediatama (2008) adalah keluarga yang terdiri atas sepasang suami
istri yang biasanya menanggung biaya keluarga, dan semua orang yang
bernaung di bawah satu atap dan menjadi tanggungan suami istri tersebut,
sehingga dapat meliputi anak-anak, kemenakan, bibi dan paman, bahkan eyang.
Besar keluarga yang dimiliki akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau
anggota keluarga yang terlibat di dalamnya. Selain itu pula, besar keluarga akan
mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam suatu keluarga.
Kecenderungan Konsumsi Minuman Kemasan Minuman Kemasan
Minuman adalah cairan yang khusus dipersiapkan untuk manusia
konsumsi. Selain untuk mengisi kebutuhan dasar manusia, minuman merupakan
bagian dari budaya dari masyarakat manusia. Minuman kemasan adalah
minuman yang dikemas dengan berbagai kemasan, dapat diminum secara
langsung atau harus melalui proses terlebih dahulu, misalnya serbuk minuman
dan mempunyai label kandungan zat gizi.
Minuman kemasan yang banyak dijual di pasaran berupa minuman
ringan. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,
merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung
bahan makanan dan / atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik
yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari
minuman yang dibuat dengan mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air
minum. Minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman
ringan dengan karbonasi (Widodo 2008). Minuman ringan yang tidak
berkarbonasi seperti jus buah, minuman isotonik, teh, susu, yoghurt dan lain-lain.
Jenis minuman kemasan yang disukai anak-anak adalah minuman kemasan
yang antara lain mempunyai rasa manis, enak dan dikemas dengan kemasan
yang menarik. Jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas minuman
tersebut antara lain kaleng, botol, kertas karton dan plastik.
Kemasan
Kemasan merupakan suatu alat penjualan yang paling vital dalam
pemasaran, karena banyak produk mempunyai gambaran yang jelas dalam
pikiran konsumen melalui kemasannya. Kemasan akan menarik perhatian
konsumen, memberikan informasi dari produsen kepada konsumen, serta
memberi penampakan visual yang menarik. Pengemasan dapat mencegah
produk dari adanya gangguan atau kerusakan. Pengemasan yang baik dapat
membuat produk lebih mudah diidentifikasi oleh konsumen, sehingga dapat
meningkatkan penjualan dari produk tersebut. Menurut Kotler (1997), banyak
pemasar menyebut pengemasan sebagai P kelima bersama dengan harga
(price), produk (product), tempat (place) dan promosi (promotion). Namun, kebanyakan pemasar memperlakukan pengemasan sebagai elemen dalam
strategi produk. Pengemasan telah menjadi alat pemasaran yang potensial.
Kemasan yang terancang baik dapat memberikan nilai kenyamanan bagi
konsumen, dan nilai promosi bagi produsen. Bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai pengemas di antaranya adalah: kertas dan karton, film dan plastik,
logam (pelat timah, aluminium, stainless steel, campuran timah putih dan timah
hitam), gelas/kaca, karet, lain-lain (keramik, kayu, kain, daun, bambo).
Pelabelan merupakan bagian dari pengemasan, dan berfungsi untuk
memberikan informasi kepada konsumen mengenai suatu produk. Informasi
yang diberikan dapat berupa: (1) identifikasi dari produk atau merek, (2)
produsen, (3) tempet produksi, (4) waktu produksi, (5) isi dari produk, (6) cara
penggunaan dan (7) cara penggunaan yang aman. Selain itu, label juga dapat
berfungsi untuk mempromosikan produk kepada konsumen melalui gambar yang
menarik (Kotler 1997).
Label makanan memudahkan konsumen untuk memilih makanan secara
diandalkan mengenai kandungan nutrien dalam makanan. Label makanan yang
baik biasanya juga mencantumkan nilai gizi menurut RDA atau AKG yang
dianjurkan (Hartono 2006).
Konsumsi
Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu
dengan jenis tunggal atau beragam. Ada empat faktor utama yang
mempengaruhi konsumsi pangan yaitu produksi pangan untuk keperluan rumah
tangga, pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, pengetahuan gizi dan
ketersediaan pangan (Riyadi 2006). Sanjur (1989) menyatakan bahwa konsumsi
pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan
yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga, sedangkan
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi individu atau keluarga.
Konsumsi memiliki arti luas dan terkait dengan jenis kategori produk dan
jasa yang dibeli atau dipakai. Arti konsumsi untuk jenis produk makanan adalah
dimakan, sedangkan arti konsumsi untuk jenis produk minuman adalah diminum.
Konsumsi produk atau penggunaan produk (product use)dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1) frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, dan (3) tujuan
konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk
dipakai atau dikonsumsi. Frekuensi konsumsi adalah manifestasi dari perilaku
pembelian yang dilakukan oleh konsumen dan merupakan bagian terakhir dari
pengambilan keputusan (Cohen 1981). Jumlah konsumsi menggambarkan
kuantitas produk yang digunakan oleh konsumen. Jumlah konsumsi akan
menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi produknya. Tujuan konsumsi
menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen. Konsumen mengkonsumsi
suatu produk dengan beragam tujuan (Sumarwan 2003).
Kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan adalah untuk
menghilangkan rasa haus yang umumnya akan muncul pada waktu-waktu
tertentu. Rasa haus tersebut akan hilang ketika mengkonsumsi minuman. Hal itu
karena minuman kemasan menyumbangkan sedikit energi yang menyebabkan
gula darah meningkat dan pada anak sekolah menyebabkan konsentrasi kembali
pulih. Kegemaran anak-anak akan hal yang manis seperti kue-kue, maupun
minuman kemasan serta jajanan yang gurih dan asam sering dimanfaatkan oleh
Roberto (2010) di Amerika menyatakan bahwa anak sekolah dasar lebih tertarik
pada makanan jajanan khususnya snack yang dibungkus (makanan pabrikan) dengan tokoh karikatur dibandingkan dengan jajanan yang tidak dibungkus
seperti jajanan tradisional. Penelitian Nurliawati (2003) yang dilakukan di SD
Kabupaten Bogor, anak-anak menerima makanan jajanan apa adanya, mereka
lebih tertarik pada rasa dan harga dari makanan itu tetapi tidak memperhatikan
aspek kesehatan, kebersihan dan gizi secara teliti. Hal ini terjadi juga pada jenis
jajanan berupa minuman.
Berdasarkan penelitian Syafitri (2010) yang dilakukan di Kota Bogor
bahwa siswa SD biasanya membeli makanan camilan/snack 6-7 jenis per minggu. Lebih dari separuhsiswa membeli minuman 2-5 jenis per minggu. Hal ini
dapat disebabkan oleh besarnya ketersediaan makanan jajanan (snack dan minuman) di lingkungan sekolah dalam variasi bentuk, rasa, harga dan kemasan
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dapat mempengaruhi
dalam kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan pada siswa sekolah dasar
dan menengah. Karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan preferensi terhadap minuman dapat
menentukan minuman apa yang dipilih dan dikonsumsi oleh contoh. Karakteristik
keluarga seperti pendapatan dan pendidikan orang tua juga memiliki peranan
dalam menentukan pola belanja rumah tangga, alokasi pengeluaran pangan
(termasuk minuman), serta alokasi uang saku anak.
Saat ini, informasi sangat mudah diakses oleh tiap orang.
Sumber-sumber informasi yang begitu banyak seperti keluarga, teman, televisi, majalah
dan internet dapat menyebabkan produk-produk yang diproduksi oleh produsen
dapat dengan mudah dikenal oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah
media-media yang menampilkan iklan yang memasarkan minuman kemasan
dapat kita lihat dimana-mana. Sumber-sumber informasi tersebut pada akhirnya
dapat mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan. Selain itu,
faktor ketersediaan dan kepraktisan dapat mempengaruhi dalam kebiasaan
mengkonsumsi minuman kemasan. Tersedianya minuman kemasan yang
banyak dijual di sekitar lingkungan sekolah maupun di luar sekolah memudahkan
para siswa untuk mendapatkannya. Selain itu, kemasan yang praktis untuk
dibawa-bawa menjadi pilihan yang banyak diminati para siswa.
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan mengkonsumsi minuman
kemasan adalah sesuatu yang berhubungan dengan minum dan minuman antara
lain seperti frekuensi minum, jenis minuman yang diminum, waktu minum, asal
minuman, alasan minum, minuman yang dilarang. Dalam sebuah minuman
kemasan terdapat kandungan energi dan berbagai zat gizi antara lain vitamin
dan mineral. Selain itu karakteristik contoh yang meliputi umur, berat badan,
tinggi badan dan jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap penentuan status
gizi contoh dan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Energi, vitamin dan mineral
yang terdapat dalam suatu minuman kemasan dapat memberikan kontribusi
terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi seseorang menurut umur dan
berat badannya. Secara skematis kerangka pemikiran kontribusi minuman
kemasan berlabel terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada siswa
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kontribusi Minuman Kemasan Berlabel terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Siswa Sekolah Dasar dan Menengah Bina Insani di Kota Bogor
Keterangan :
= variabel yang diteliti
= hubungan yang diteliti Karakteristik keluarga
- Pendapatan orang tua - Pendidikan orang tua - Besar keluarga
Kebiasaan mengkonsumsi minuman kemasan :
- Jumlah - Frekuensi - Jenis minuman
Asupan energi dan zat gizi dari minuman kemasan
- Preferensi terhadap minuman
- Besar uang saku
Angka kecukupan energi dan zat gizi
Kontribusi energi dan zat gizi dari minuman kemasan terhadap
kecukupan gizi Sumber
informasi, ketersediaan
serta kepraktisan.
- Umur - Berat badan - Tinggi badan - Jenis kelamin - Aktivitas fisik
Karakteristik contoh
METODE
Desain, Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner, FFQ (Food Frequency Questionaier) dan lembar recall di sekolah. Penelitian ini dilakukan di sekolah Bina Insani di Kota Bogor. Penentuan sekolah
yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan (1) jumlah siswa yang banyak; (2) terintegrasi antara Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA); (3) keadaan sosial ekonomi yang bervariasi dari yang menengah hingga
tinggi; (4) lokasi sekolah yang strategis dan berada di tengah kota dengan siswa
tersebar di seluruh wilayah Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Januari-Februari 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah siswa SD, SMP dan SMA dipilih
berdasarkan persetujuan dari pihak sekolah. Jumlah contoh minimal ditentukan
berdasarkan rumus ukuran contoh minimal untuk pendugaan proporsi atau p
(Umar 2005), yaitu:
= (0.5) (1- 0.5) (1.96/0.1)²
= 96.04
Keterangan:
n = Jumlah contoh minimal
p = Perkiraan proporsi (jika tidak ada, maka p = 0.5) q = 1-p
z = Nilai pada distribusi normal (pada = 0.05, z(1- /2) = 1.96) e = Kesalahan maksimal yang dapat diterima
Pada = 0.05, dan e = 0.1, maka jumlah contoh minimal yang dibutuhkan
adalah sebanyak 96 contoh. Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut,
diambil 300 contoh dalam penelitian ini. Contoh penelitian ini adalah sebagian
murid laki-laki dan perempuan kelas 5 SD sebanyak 100 orang, kelas 1 sampai 3
murid SMP sebanyak 100 orang dan kelas 1 sampai 3 murid SMA sebanyak 100
orang.
Jenis dan Cara pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh, karakteristik
keluarga dan kebiasaan konsumsi minuman kemasan. Data primer diperoleh
dengan cara mengisi kuesioner oleh contoh dan wawancara secara langsung
kepada contoh yang dilaksanakan pada saat hari aktif sekolah yaitu jam istirahat
atau setelah pulang sekolah. Apabila ada data karaktteristik keluarga yang masih
belum lengkap di dapat dari database sekolah. Data sekunder yang mendukung
data primer dalam penelitian akan diperoleh dari data sekolah. Jenis data yang
dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.