• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karateristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Bidan Desa Dalam Mencegah Dan Mengatasi Komplikasi Kehamilan Di Kabupaten Samosir Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karateristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Bidan Desa Dalam Mencegah Dan Mengatasi Komplikasi Kehamilan Di Kabupaten Samosir Tahun 2008"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN BIDAN DESA DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI

KOMPLIKASI KEHAMILAN DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008

Oleh :

NIM : 061000249 DELIANA PARHUSIP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN SIKAP DENGAN TIDAKAN BIDAN DESA DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI

KOMPLIKASI KEHAMILAN DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

NIM. 061000249 DELIANA PARHUSIP

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar Departemen Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ria Masniari Lubis, MSi Dr. Ir. Erna Mutiara, Mkes NIP. 131124053 NIP. 131882292

(3)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Skripsi, November 2008 ABSTRAK

DELIANA PARHUSIP

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DESA DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI KOMPLIKASI KEHAMILAN DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008.

xi + 76 halaman + 29 daftar pustaka (1986-2008) + lampiran

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah tingginya angka kematian ibu, hal ini perlu mendapat perhatian dengan melaksanakan program perbaikan dan peningkatan kesehatan ibu. Tenaga bidan di desa merupakan tenaga yang paling dekat dengan masyarakat, serta dapat diharapkan paling mengetahui keadaan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap bidan desa dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir.

Jenis penelitian yang digunakan deskrptif analitik dengan tehnik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Lokasi penelitian di Kabupaten Samosir dengan jumlah responden 50 orang bidan desa yang tersebar di 9 kecamatan dan 11 puskesmas. Sumber data primer diperoleh dengan kuesioner dan data sekuder diperoleh dari Dinas Kesehatan setempat. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tindakan bidan mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan adalah sikap dalam mencegah komplikasi kehamilan (p = 0,019), dan sikap dalam mengatasi komplikasi kehamilan (p = 0,043).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sikap bidan desa dalam mencegah komplikasi kehamilan dan sikap bidan desa dalam mengatasi komplikasi kehamilan dan tidak terdapat hubungan umur, lama kerja, status pernikahan, pendidikan dan pengetahuan bidan desa dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan. Saran peningkatan pengetahuan, kemampuan dan pengembangan sikap bidan desa melalui pelatihan dan kursus dengan bekerjasama antara puskesmas dan pemerintah.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Deliana Parhusip

Tempat/Tanggal Lahir : Siauga 4 Oktober 1977 Jenis Kelamin :Perempuan

Agama : Katolik

Status : Tidak Menikah

Alat Rumah : Jln Imam Bonjol No 38 Medan Riwayat Pendidikan :

1984 – 1990 : SD Negeri II Nainggo lan 1990 – 1993 : SMP Negeri I Nainggolan

1993 – 1996 : SMA Swasta Pembangunan Nainggolan 2001 – 2004 : Akademi Kebidanan Santa Elisabeth Medan

2006 – 2008 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Berkat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Bidan Desa dalam Mencegah dan Mengatasi Komplikasi Kehamilan di Kabupaten Samosir Tahun 2008.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka untuk itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritikan yang bermanfaat untuk memperkaya materi skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Yusniwarti Yusad, MSi selaku Ketua Depertemen Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skiripsi ini

(6)

4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, Mkes selaku Dosen pembimbing II yang selalu sabar membimbing dan memberikan masukan serta saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Devi Nurainy Mkes, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan pada penulis.

6. Ibu Asfriyati, SKM, Mkes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

7. Bapak Manigor Simbolon, SKM, selaku Kepala dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten Samosir.

8. Seluruh Bapak/ibu dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, khususnya Bapak /ibu dosen di Depertemen Pendudukan dan Kesehatan Reproduksi

9. Seluruh Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

(7)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukanya.

Medan, November 2008

(8)

DAFTAR ISI

2.4.2 Penaganan Pre-eklamsi 17

(9)

2.7.5 Kewajiban Bidan 25

3.6.2 Pengukuran Pengetahuan Mengatasi Komlikasi Kehamilan 42

3.6.3 Pengukuran Sikap Mencegah Komplikasi Kehamilan 44

3.6.4 Pegukuran Sikap Mengatasi Komplikasi Kehamilan 44

3.6.5 Pegukuran Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan 44

3.6.6 Pegukuran Tindakan Mengatasi Komplikasi Kehamilan 45

3.7 Tehnik Analisis Data

4.2 Karakteristik, Pengetahuan Sikap dan Tindakan Bidan Desa Mencegah Komplikasi Kehamilan 50

4.3 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan Desa Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 52

(10)

dengan Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan. 55 4.4.2 Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa

dengan Tindakan Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 60 BAB V PEMBAHASAN 66

5.1 Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 66 5.1.1 Hubungan Umur dengan Tindakan Bidan Desa dalam Mencegah

Komplikasi Kehamilan 66 5.1.2 Hubungan Lama Bekerja dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mencegah Komplikasi Kehamilan 66 5.1.3 Hubungan Status Pernikahan dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mencegah Komplikasi Kehamilan 67 5.1.4 Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mencegah Komplikasi Kehamilan 67 5.1.5 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mencegah Komplikasi Kehamilan 68 5.1.6 Hubungan Sikap dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mencegah Komplikasi Kehamilan 68 5.2 Karakteristik,Pengetahuan Sikap Bidan Desa dalam Mengatasi

Komplikasi Kehamilan. 69 5.2.1 Hubungan Umur dengan Tindakan Bidan Desa dalam Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 69 5.2.2 Hubungan Lama Bekerja dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 70 5.2.3 Hubungan Status Pernikahan dengan Tindakan Bidan Desa dalam Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 70 5.2.4 Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 71 5.2.5 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Bidan Desa dalam

Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 71 5.2.6 Hubungan Sikap dengan Tindakan Bidan Desa dalam Mengatasi Komplikasi Kehamilan. 72

(11)

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi jumlah Penduduk Menurut Umur Kelompok Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Samosir

Tahun 2007 47 Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Samosir

Tahun 2008 48 Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan di Kabupaten Samosir Tahun 2008 49

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kabupaten

Samosir Tahun 2008 50 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi (Umur, Lama Bertugas, Status

Pernikahan, Pendidikan), Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa

dalam Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan 51 Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dalam Tindakan

Mengatasi Komplikasi Kehamilan 53 Tabel 4.7 Hubungan Umur Bidan Desa dengan Tindakan Mencegah

Komplikasi Kehamilan 54

Tabel 4.8 Hubungan Lama Bertugas Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 55 Tabel 4.9 Hubungan Status Pernikahan Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 56 Tabel 4.10 Hubungan Pendidikan Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 57 Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 58 Tabel 4.12 Hubungan Sikap Bidan Desa dengan Tindakan

Mencegah Komplikasi Kehamilan 59 Tabel 4.13 Hubungan Umur Bidan desa dengan Tindakan

Mengatasi Komplikasi Kehamilan 60 Tabel 4.14 Hubungan Lama Bertugas Bidan Desa dengan Tindakan

Mengatasi Komplikasi Kehamilan 61 Tabel 4.15 Hubungan Status Pernikahan Bidan Desa dengan Tindakan

Mengatasi Komplikasi Kehamilan 62 Tabel 4.16 Hubungan Pendidikan Bidan Desa dengan Tindakan

Mengatasi Komplikasi Kehamilan 63 Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan Bidan Desa dengan Tindakan

(12)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Skripsi, November 2008 ABSTRAK

DELIANA PARHUSIP

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DESA DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI KOMPLIKASI KEHAMILAN DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008.

xi + 76 halaman + 29 daftar pustaka (1986-2008) + lampiran

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah tingginya angka kematian ibu, hal ini perlu mendapat perhatian dengan melaksanakan program perbaikan dan peningkatan kesehatan ibu. Tenaga bidan di desa merupakan tenaga yang paling dekat dengan masyarakat, serta dapat diharapkan paling mengetahui keadaan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap bidan desa dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir.

Jenis penelitian yang digunakan deskrptif analitik dengan tehnik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Lokasi penelitian di Kabupaten Samosir dengan jumlah responden 50 orang bidan desa yang tersebar di 9 kecamatan dan 11 puskesmas. Sumber data primer diperoleh dengan kuesioner dan data sekuder diperoleh dari Dinas Kesehatan setempat. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tindakan bidan mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan adalah sikap dalam mencegah komplikasi kehamilan (p = 0,019), dan sikap dalam mengatasi komplikasi kehamilan (p = 0,043).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sikap bidan desa dalam mencegah komplikasi kehamilan dan sikap bidan desa dalam mengatasi komplikasi kehamilan dan tidak terdapat hubungan umur, lama kerja, status pernikahan, pendidikan dan pengetahuan bidan desa dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan. Saran peningkatan pengetahuan, kemampuan dan pengembangan sikap bidan desa melalui pelatihan dan kursus dengan bekerjasama antara puskesmas dan pemerintah.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes RI, 2004).

(14)

Menurut ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Wastidar Musbir, sebanyak 80% penduduk Indonesia bermukim di sekitar 69.061 desa. Dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mempunyai anggota yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dengan jumlah sekitar 73.526 orang yang meliputi 30 propinsi dengan 318 cabang dan 1243 ranting, maka diharapkan profesi bidan yang berada dekat dengan masyarakat dapat memberikan palayanan kesehatan yang seoptimal mungkin. Terutama pelayanan pada ibu dan anak (IBI, 2006).

AKI di Indonesia yang tertinggi di Negara ASEAN, yakni 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).

Menurut Poehjati, dkk (2003) jumlah AKI di Indonesia sangat bervariasi yaitu tertinggi di NTB 1340 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh 421 per 100.000 kelahiran hidup, Jawa Timur 98,9 per 100.000 kelahiran hidup, Jawa Barat 490 per 100.000 kelahiran hidup, DIY 130 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Propinsi Sumatera Utara 315 per 100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Sumut, 2005)

(15)

kelahiran hidup), dimana jumlah kejadian perdarahan sebanyak 30 orang (1%) dan meninggal 11 orang, pre-eklamsi/eklamsi sebanyak 15 orang (0.5%) dan meninggal 7 orang dan yang mengalami infeksi 5 orang (0,2%) dan meninggal 4 orang

AKI yang tinggi di Indonesia menunjukan masih buruknya tingkat kesehatan. Pemerintah sejak kemerdekaan melakukan berbagai kebijakan perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, seperti pelatihan dukun bayi, pengembangan klinik kesehatan ibu dan anak, pembangunan rumah sakit, pengembangan puskesmas, pondok bersalin desa dan posyandu, pendidikan dan penempatan bidan desa dan penggerakan masyarakat untuk ibu hamil dan bersalin, namun upaya tersebut belum menggembirakan AKI yang masih tinggi dengan penurunan lambat merupakan fenomena di banyak negara berkembang khususnya di negara Indonesia.

(16)

Dari catatan dan laporan Dinas Kesehatan Samosir (2006) dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2008 dengan petugas pengelola KIA, tingginya Angka Kematian Ibu diduga karena penyebab langsung seperti, perdarahan, pre-eklamsi dan mengalami infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah “3 terlambat, dan 4 terlambat, dan penyebab tak langsung dari petugas kesehatan seperti, kurangnya tenaga bidan di desa, tenaga bidan yang masih muda dan belum berpengalaman serta masih baru tamat sekolah langsung ditempatkan di desa, bidan tidak berada ditempat karena ikut suami atau karena sedang melanjutkan sekolah, status bidan yang masih belum pegawai tetap tetapi masih hanya bidan kontrak, jarak tempat praktek bidan dengan masyarakat relatif jauh, sementara penyebab tidak langsung dari si ibu adalah kurangnya pengetahuan ibu, sosial ekonomi yang relatif rendah, masih tingginya kepercayaan masyarakat pada dukun beranak, informasi yang kurang dari petugas kesehatan, serta sarana transportasi dan komunikasi yang masih sangat terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan tindakan bidan dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir. 1.2 Perumusan Masalah

(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan tindakan bidan dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

2. Untuk mengetahui hubungan umur bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

3. Untuk mengetahui hubungan lama kerja bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

4. Untuk mengetahui hubungan lama kerja bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

5. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

(18)

7. Untuk mengetahui hubungan pendidikan bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008.

8. Untuk mengetahui hubungan pendidikan bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

9. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

10. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

11. Untuk mengetahui hubungan sikap bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

12. Untuk mengetahui hubungan sikap bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan di Kabupaten Samosir tahun 2008

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dalam perencanaan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui peran bidan desa dalam memberikan promosi kesehatan pada masyarakat khususnya pada ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).

2.2 Jenis Komplikasi Kehamilan 2.2.1 Perdarahan

Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah (Depkes RI, 2000).

Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi, tanda-tandanya adalah keluar darah dari jalan lahir dalam jumlah banyak (500 cc atau lebih sering perkiraan ukuran dua gelas atau basahnya empat lembar kain ) dalam satu sampai dua jam pertama setalah kelahiran bayi (Manuaba, 1995)

(20)

akan menghentikan perdarahan. Karena berbagai alasan plasenta kemungkinan akan gagal dalam melepaskan diri akibatnya perdarahan tidak akan pernah berhenti selama plasenta atau bagiannya tetap berada dalam uterus. Wanita dalam kehamilan ganda yang paritas keempat atau kelima mempunyai risiko untuk mengalami perdarahan postpartum. Diduga otot uterus terlalu teregang dan tidak berkontraksi dengan normal. Penyebab perdarahan post partum yang paling sering ialah atonia uteri, retensio plasenta (sisa plasenta), dan robekan jalan lahir (Manuaba, 1995).

2.2.2 Pre-Eklamsi

Per-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan (Prawirohardjo, 1999).

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda yang lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mm Hg maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan (Manuaba, 1995).

(21)

kehamilan masih dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan (Manuaba, 1995).

Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam kehamilan, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan perhatian dan penanganan segera (Manuaba, 1995).

Penyebab pre-eklamsi sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Diduga penyebab hipertensi dalam kehamilan secara patologi terjadi karena akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindroma inflamasi dan risiko meningkat pada hamil kembar, penyakit trombolas, diabetes mellitus, faktor herediter dan masalah vaskuler (Saifuddin, 2000).

2.2.3 Infeksi

(22)

mendapatkan perawatan intensif. Infeksi ini dapat dicegah dengan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Poehjati, 2003).

Infeksi dapat terjadi apabila:

1. Ketuban pecah dini (lebih dari 6 jam) 2. Persalinan tak maju atau partus lama.

3. Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan baik 4. Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering atau kurang bersih

5. Perawatan daerah perineal yang tidak benar selama atau sesudah kehamilan 6. Persalinan yang tidak bersih

7. Memasukkan sesuatu kedalam jalan lahir 8. Hubungan seks setelah ketuban pecah

9. Sisa jaringan plasenta, atau sisa jaringan abortus 10. Perdarahan

Pencegahan infeksi sangat penting untuk diketahui, yaitu dengan menjaga kebersihan, misalnya:

1. Menjaga kebersihan dengan sungguh-sungguh waktu melakukan pemeriksaan dalam.

2. Menganjurkan semua ibu hamil untuk datang kebidan/segera setalah ketuban pecah.

3. Mengganjurkan semua ibu hamil untuk tidak melakukan hubungna seks apabila ketuban sudah pecah.

(23)

5. Menganjurkan pada pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan mengenai pentingnya kebersihan (Prawirohadjo, 2000).

2.3 Pencegahan Komplikasi Kehamilan 2.3.1 Pelayanan Asuhan Antenatal

Adapun pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang seorang ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan (Mandriwati, 2008).

Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal meliputi antara lain:

1. Anamnesis yaitu pencarian riwayat kehamilan terdahulu seperti gangguan kehamilan

2. Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali dan penimbangan berat badan yang dilakukan setiap ibu hamil memerikasakan kehamilannya.

3. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan, dilakukan dengan perabaan perut (Leopold I-IV)

4. Pememriksaan panggul, dilakukan dengan maksud :

a. Memeriksa ada tidaknya kelainan atau penyakit pada jalan lahir b. Mengadakan pemerikasaan untuk membuktikan bahwa ibu hamil c. Untuk mengetahui apakah ibu panggul sempit.

5. Penghitungan denyut jantung janin (DJJ)

6. Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan darah dan denyut jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.

(24)

8. Penyuluhan kesehatan pada kehamilan, yang ditujukan pada pemeliharaan kebersihan perorangan, dan status gizi

9. Suplemen gizi dengan pemberian tablet zat besi (Fe)

10.Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) lengkap 2 kali untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

Pelayanan antenatal dilakukan pada kunjungan pertama untuk ibu hamil (K1), pada kunjungan ulangan dilakukan prosedur yang sama. Minimal ibu hamil memeriksakan kehamilannya 4 kali selama masa kehamilan dengan ketentuan: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga (Mandriwati, 2008)

Penerapan operasionalnya dikenal dengan standar ”5 T " yaitu: 1. Timbang berat badan dan tinggi badan

2. Ukur tekanan darah 3. Pemmberian imunisasi TT 4. Ukur tinggi fundus Uteri

5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 2.3.2 Pelayanan Asuhan Persalinan

(25)

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohadjo, 2001).

Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:

1. Kala I dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) seviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.

2. Kala II yaitu kala pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam untuk primi dan 1 jam untuk multi.

3. Kala III yaitu dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung 30 menit

4. Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2001)

(26)

sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain yaitu; (PUSDIKNAKES RI, 2003).

1. Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan.

2. Pencegahan Infeksi

Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi infeksi tidak saja hanya pada pasien namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. 3. Pengambilan Keputusan Klinik

Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat menentukan kepastian persalinan yang aman. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien.

4. Pencatatan (Dokumentasi)

(27)

5. Rujukan

Rujukan pada institusi yang tepat serta waktu dimana asuhan yang dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 5-10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menetukan jika bidan cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, dan merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana daan bagaimana merujuk agar ibu dan bayinya dapat selamat.

2.3.3 Pelayanan Asuhan Postpartum (Nifas)

Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian yang disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.

Tindakan yang harus dilakukan oleh bidan selama masa postpartum dalam mencegah terjadinya komplikasi yaitu:

1. Periksa fundus yaitu rasakan fundus 2. Periksa plasenta

(28)

5. Memperkirakan pengeluaran darah 6. Lokhia

7. Periksa kandung kemih 8. Pantau kondisi ibu

9. Pantau kondisi bayi baru lahir. 2.4 Penanganan Komplikasi Kehamilan

2.4.1 Penanganan Perdarahan (PUSDIKNAKES RI, 2003).

1. Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)

2. Periksa konsistensi uterus, yang merupakan langkah pertama, karena 80-90% perdarahan postpartum berhubungan dengan atonia uteri

3. Jika kontraksi bersifat atonik, masase untuk menstimulasi kontraksi

4. Jika uterus gagal berkontaksi segera setelah masase lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi kontraksi uterus

5. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk)

6. Penilaian medik untuk menetukan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau rujuk ke rumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi komplikasi tersebut dengan pemasangan infus dan pemberian oksigen.

(29)

8. Kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat 9. Bila terdapat tanda-tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai

10.Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan

11.Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pascatindakan dan perkembangan selanjutnya.

2.4.2 Penanganan Pre- eklamsi

1. Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan

2. Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu

3. Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan teminasi kehamilan

4. Jika tekanan dastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.

5. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar

6. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi Overload.

7. Kateterisasi urin untuk mengukur volume pengeluaran dan proteinuria

8. Jika jumlah urin < 30 ml per jam infus cairan pertahankan dan pantau kemunkinan odem paru.

9. Janagn tinggalkan pasien sendirian. Karena kejang dan aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin

10.Obsevasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin setiap jam. 2.4.3 Penanganan Infeksi

(30)

2. Upaya pencegahan merupakan cara paling menguntungkan 3. Kenali tanda dan gejala dan jenis pemeriksaan spesifik 4. Tegakkan diagnosis sedini mungkin

5. Tirah baring

6. Pemberian antibiotika.

7. Pemeliharaan personal higyene 2.5 Kematian Maternal

Menurut International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems, Edition X (ICD X), kematian maternal adalah “kematian wanita yang terjadi selama kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan)” (WHO, 2007).

(31)

2.5.1 Penyebab Kematian Maternal.

Penyebab utama kematian maternal dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: (WHO, 2007).

1. Langsung

Penyebab langsung kematian biasanya akibat terjadinya komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama kehamilan sehingga berakhir dengan kematian. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah eklamsia, perdarahan dan infeksi.

2. Tidak langsung

Penyebab tidak langsung kematian biasanya akibat penyakit yang telah ada sejak sebelum kehamilan atau penyakit yang timbul selama kehamilan namun bukan disebabkan oleh penyebab obstetrik langsung melainkan diperburuk oleh efek fisiologi kehamilan.

3. Terjadi tanpa dapat diduga sebelumnya.

(32)

seperti ini hanya dicatatkan sebagai tindakan kekerasan terhadap perempuan (pengguguran gradasi kriminal) kecelakaan maupun kasus bunuh diri.

Mc Carthy dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan determinan kematian ibu sebagai keadaaan atau hal-hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu adalah:

1. Deteminan Proksi/dekat (Proximate determinants) yang meliputi: kejadian kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, eklamsi, infeksi, dan partus lama).

2. Determinan langsung/antara (Intermediate determinants) yang meliputi: status kesehatan, status reproduksi (umur, paritas), akses terhadap pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan), perilaku kesehatan dan faktor tidak terduga misalnya kontraksi uterus yang tidak adekut.

3. Determinan tidak langsung (Distant determinants) yang meliputi: status wanita dalam keluarga, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat (Depkes RI, 1998).

Penyebab kematian selama kehamilan dan nifas, sulit untuk dapat ditentukan secara pasti. Sayangnya penyebabnya terkadang tidak diketahui hal ini seringkali disebabkan karena tidak lengkapnya riwayat pasien dan jarang sekali dilaksanakan pemeriksaan setelah kematian.

(33)

3. Infeksi dalam kehamilan seperti abortus septik dan sepsis peurperalis. 4. Perdarahan antepartum

5. Infeksi yang bukan karena kehamilan, seperti AIDS dan malaria. 6. Penyakit yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit jantung.

Berdasarkan jenjang fasilitas pelayanan, penyebab kematian yang paling umum adalah: (WHO, 2007)

1. Perdarahan obstetrik khususnya perdarahan pasca-persalinan adalah penyebab utama kematian maternal di rumah sakit tingkat I (yaitu rumah sakit kecil yang memiliki dokter umum namun tidak memilki dokter spesialis kebidanan yang bekerja penuh) atau di klinik-klinik yang tak memiliki dokter sama sekali.

2. Infeksi yang bukan disebabkan oleh kehamilan (terutama malaria, TBC atau ADIS) merupakan penyebab kematian maternal di rumah sakit tingkat II (memiliki dokter spesialis yang bekerja purna waktu)

3. Komplikasi hipertensi (preeklamsi) dalam kehamilan merupakan peyebab utuma kematian maternal di rumah sakit tingkat III (fasilitas kesehatan pusat rujukan yang memiliki unit perawatan intensif)

2.6 Bidan di Desa

(34)

serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu temasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari genekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Bidan dapat berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau di desa (IBI, 2006).

Bidan adalah merupakan tenaga profesional yang strategis untuk ditempatkan dan bertugas di desa yang mempunyai wilayah kerja 1-2 desa, dan didalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun diluar jam kerjanya, Bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas (Depkes RI, 1998).

Departemen Kesehatan RI melakukan upaya terobosan dan mempercepat penurunan AKI dengan menempatkan Bidan di Desa. Kebijaksanaan tersebut

dijelaskan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.871/Menkes/SK/VII/1994 (Depkes RI 2002). Untuk mewujudkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan itu, maka

(35)

2.7 Tujuan Penempatan Bidan 2.7.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penempatan Bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatn melalui Puskesmas dan posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat dan berperilaku hidup sehat. 2.7.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatnya mutu pelayanan dan kesehatan kepada masyarakat

2. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khususnya program prioritas di desa.

3. Meningkatnya mutu pelayanan Ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perintal serta pelayanan kontrasepsi.

4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan persalinan dan perintal.

5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.

6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dan membantu pembinaan kesehatan kelompok Dasawisma.

7. Meningkatnya peranserta masyarakat melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) termasuk gerakan dana sehat.

2.7.3 Tugas Pokok

(36)

khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas, pelyanan KB, pelayanan kesehatan bayi, dan pembinaan dukun bayi. Selain tugas yang disebutkan diatas tugas yang pokok yang harus dilaksanakan bidan di desa adalah:

a. Melaksanakan Kegiatan Pokok Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan.

b. Menggerakkan dan membina masyarakat desa wilayah kerjanya agar tumbuh kesadaran untuk dapat berperilaku hidup sehat.

2.7.4 Fungsi Bidan di Desa

Bidan di desa berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA termasuk KB di wilayah desa tempat tinggalnya. Dalam menjalankan fungsinya bidan diwajibkan tinggal di desa tempat tinggalnya dan memberikan pelayanan secara aktif. Pelayanan Kesehatan yang diberikan bidan di desa antara lain:

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah penduduk, menangani persalinan dan pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi.

b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasahan kesehatan setempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. d. Membina kelompok Dasawisma di bidang kesehatan.

(37)

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus di rujuk ke fasilitas kesehatan lainnya.

g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan (Depkes RI, 2002).

Dari banyak tugas yang dibebankan kepada bidan di desa maka pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan prioritas, karena angka kesakitan, kematin ibu dan perinatal berkaitan dengan pelayanan KIA.

2.7.5 Kewajiban Bidan

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan pemerintah

2. Menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan

3. Mentaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan kedinasan bagi PNS

4. Melaksanakan masa bakti sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali selama 3 (tiga) tahun.

5. Melaksanakan tugas sebagai bidan sesuai dengan program pemerintah di bidang kesehatan

6. Menjadi perserta PT ASKES dan wajib membayar iuran sebesar 2 % dari gaji pokok

(38)

8. Mengikuti latihan pra tugas untuk menunjang pelaksanaan tugas bidan desa pada wilayah kerjanya

9. Menjadi anggota Korpri selaku Pegawai Republik Indonesia

10. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaannya kepada kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.8 Standar Praktek Kebidanan 1 Standar I: Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan pelaksanana, evaluasi dan dokumentasi.

2 Standar II: Pengkajian/pengumpulan data

Pengumpulan data tentang status klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data diperoleh dengan cara, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

3 Standar III: Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah diperoleh dan dikumpulkan diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien dan sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.

4 Standar IV: Rencana Asuhan

(39)

5 Standar V: Tindakan Kebidanan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien. Sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau tugas kolaborasi. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman dan seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

6 Standar VI: Partisipasi Klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama klien dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan klien.

7 Standar VII: Pengawasan

Pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan keadaan klien.

8 Standar VIII: Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

9 Standar IX: Dokumentasi

(40)

2.9 Wewenang Bidan dalam Pelayanan Kepada Masyarakat Sebagai pelaksana bidan mempunyai tugas yaitu: (IBI, 2006)

1 Tugas Mandiri

a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.

b. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien

c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan

dengan melibatkan klien/keluarga.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

f. Menberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga.

g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium.

(41)

2. Tugas Kolaborasi/kerjasama.

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan kegawatan daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan kegawatan daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan dan yang mengalami komplikasi serta kegawatan daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

(42)

2.10 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003)

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera pengelihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1.Tahu (know)

(43)

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus, pemecahan masalah dari kasus-kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Adalah sesuatu harapan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

(44)

menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan identifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui.

2.11 Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003)

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu:

(45)

Sikap terdiri dari 4 (empat tingkat) yaitu: 1.Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah 4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya. Ciri-ciri adalah:

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sikap ini membedakannya dengan motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapt dipelajari dank arena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadan-keadaan dan syarat-syarat tertenu yang mempermudah sikap pada orang lain.

(46)

dipelajari atau dapat berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

2.12 Tindakan

Sesuatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003)

Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu: 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar 3. Mekanisme (Mechanism)

(47)

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.13 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.13 Kerangka Konsep 2.14 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan variabel-variabel penelitian yang dilakukan, maka hipotesis penelitian adalah

1. Ada hubungan umur bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan.

2. Ada hubungan umur bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan.

Karakteristik 1. Umur

2. Lama Bertugas 3. Status Pernikahan 4. Pendidikan

1. Pengetahuan 2. Sikap

1. Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan 2. Tindakan Mengatasi

(48)

3. Ada hubungan lama bertugas bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan.

4. Ada hubungan lama bertugas bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan.

5. Ada hubungan status perkawinan bidan di desa dengan tindakan mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan.

6. Ada hubungan status perkawinan bidan di desa dengan tindakan mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan.

7. Ada hubungan pendidikan bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan.

8. Ada hubungan pendidikan bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan.

9. Ada hubungan pengetahuan bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan.

10.Ada hubungan pengetahuan bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan.

11.Ada hubungan sikap bidan di desa dengan tindakan mencegah komplikasi kehamilan

12.Ada hubungan sikap bidan di desa dengan tindakan mengatasi komplikasi kehamilan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik, yang bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap bidan dalam tindakan mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena masih tingginya kejadian kematian ibu berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang ditolong oleh bidan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2008. Dimulai dari penelusuran pustaka, survei awal, pengumpulan data, sampai penulisan laporan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(50)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di desa di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir tahun 2008, dengan teknik pemilihan sampel secara Simpl Random Sampling. Penghitungan sampel dalam penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus besar sampel dengan uji hipotesis satu sampel yaitu : (Lemeshow, 1997)

Po = Proporsi bidan yang melakukan tindakan buruk 50%

Pa = Proporsi bidan yang diharapkan melakukan tindakan buruk 30%

α = Tingkat kemaknaan 0,05

z1-α/2 = nilai baku normal dua sisi pada α = 0,05 adalah 1,96 β = Probabilitas tidak tolak Ho pada Ho salah sebesar 20%

zβ = nilai baku normal pada β = 0,20 adalah 0,842 Power = Kuasa uji = 1 - 0,2 = 0,8

(51)

Pengumpulan data diperoleh dari 2 sumber data yaitu:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan bidan desa yang berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir tahun 2008.

3.5 Definisi Operasional

1. Umur adalah rentang waktu sejak dilahirkan sampai batas waktu ulang tahun yang terakhir sampai saat penelitian dilakukan.

2. Lama bertugas adalah rentang waktu bidan di desa dihitung dari tanggal surat tugas dikeluarkan oleh instansi yang berwewenang sampai saat pengumpulan data.

3. Pendidikan yaitu pendidikan formal yang ditamatkan bidan dan memperoleh ijazah

4. Status pernikahan adalah ikatan menjadi suami istri yang sudah diterima oleh bidan dan sah diakui oleh agama atau pun terdaftar dalam catatan Spil

5. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui bidan di desa dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan

6. Sikap adalah tanggapan bidan dalam mencegah dan mengatasi komplikasi kehamilan.

(52)

8. Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat terjadi pada ibu hamil, bersalin dan nifas seperti perdarahan, pre-eklamsi, dan infeksi.

9. Perdarahan adalah suatu keadaan (kehamilan, persalinan, nifas) dimana terjadi kehilangan darah lebih dari 500 cc.

10.Pre-eklamsi adalah meningkatnya tekanan darah pada ibu hamil terjadi setelah minggu ke 20 umur kehamilan yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.

11.Infeksi adalah suatu keadaan meningkatnya suhu tubuh > 38ºC, dan demam berturut-turut lebih dari dua hari yang tekadang disertai rasa nyeri ketika buang air kecil dan perut bagian bawah.

12.Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

13.Bidan di desa adalah seorang bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa dan mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa, dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik dalam maupun dalam luar kerjanya.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Pengetahuan Mencegah Komplikasi Kehamilan

(53)

pertanyaan adalah 30. Berdasarkan jumlah yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat skor ≥75% dengan total nilai ≥ 23 2. Nilai kurang apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 23 Tabel 3.6.1 Pengukuran Pengetahuan Mencegah Komplikasi Kehamilan

No Pertanyaan Pengukuran pertanyaan 1 Berapa kali sebaiknya ibu hamil memeriksakan

kehamilannya?

1. Menjawab 1 yang benar

2. Menjawab 2-3 yang benar

3.Menjawab >3 yang benar

2 Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil

tidak memeriksakan kehamilannya kepada

bidan

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

3 Pelayanan/asuhan yang termasuk pada pemeriksaan ibu hamil

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

Pemeriksaan obstetri yang dilakukan pada ibu hamil

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

5 Dalam melakukan anamnesis riwayat obstetrik yang lalu yang perlu diperhatikan

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

(54)

Tabel 3.6.1 Lanjutan

6 Apa saja yang termasuk komplikasi kehamilan ?

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

7 Penyebab perdarahan pada masa kehamilan. 1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

8 Penyebab terjadinya perdarahan pada ibu bersalin?

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

9 Penyebab terjadinya pre-eklamsi pada ibu hamil

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

10 Penyebab terjadinya infeksi pada ibu? 1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

3.6.2 Pengukuran Pengetahuan Mengatasi Komplikasi Kehamilan

(55)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat skor ≥ 75% dengan total nilai ≥ 11 2. Nilai kurang apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 11 Tabel 3.6.2 Pengukuran Pengetahuan Mengatasi Komplikasi Kehamilan

No Pertanyaan Pengukuran Pertanyaan

1 Asuhan yang dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan pada ibu yang mengalami

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

2 Asuhan yang harus diberikan pada ibu yang mengalami perdarahan pada waktu masa kehamilan

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

3 Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan pada ibu yang mengalami perdarahan pada waktu persalinan

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

4 Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan

pada ibu yang mengalami pre-eklamsia

1. Menjawab1-2 yang benar

2. Menjawab 3-4 yang benar

3. Menjawab >4 yang benar

5 Asuhan yang diberikan oleh bidan pada ibu yang mengalami infeksi

1.Menjawab 1-2 yang benar

2.Menjawab 3-4 yang benar

(56)

3.6.3 Pengukuran Sikap Mencegah Komplikasi Kehamilan

Sikap responden diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 5 buah, nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 15. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat skor ≥ 75% dengan total nilai ≥ 11 2. Nilai kurang, apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 11 3.6.4 Pengukuran Sikap Mengatasi Komplikasi Kehamilan

Sikap responden diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 5 buah, nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 15. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat skor ≥ 75% dengan total nilai ≥ 11 2. Nilai kurang, apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 11 3.6.5 Pengukuran Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan

Tindakan responden diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 8 buah, nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 16. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo dan Sudarti, 1986)

(57)

3.6.6 Pengukuran Tindakan Mengatasi Komplikasi Kehamilan

Tindakan responden diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 7 buah, nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 14. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo dan Sudarti, 1986)

1. Nilai baik, apabila responden mendapat skor ≥75% dengan total nilai ≥ 11 2. Nilai kurang, apabila responden mendapat skor < 75% dengan total nilai < 11 3.7 Tehnik Analisis Data

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir 4.1.1 Demografi

Kabupaten Samosir adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir sesuai UU RI No. 36 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir dengan ibukota Pangururan memiliki luas wilayah 254.715 Ha, yang terdiri dari daratan 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha, dan terletak antara 2º 34’ sampai 2º 45’ Lintang Utara dan 98º 21’ sampai 99º 55’ Bujur Timur dengan ketinggian 700-1700 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang. Adapun batas- batas kabupaten ini adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

Sebelah selatan : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

Sebelah Timur : Kabupaten Toba Samosir

Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat 4. 1.2 Gambaran Kependudukan

(59)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Samosir Tahun 2007

No Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 0 – 4 6.081 6.072 12.153

2 5 – 9 7.183 6.999 14.182

3 10 – 14 7.762 7.426 15.188

4 15 – 19 7.887 7.591 15.478

5 20 – 24 6.303 5.711 6.132

6 25 – 29 5.046 4.558 6.232

7 30 – 34 4.155 3.830 6.897

8 35 – 39 3.767 3.897 8.094

9 40 – 44 3.369 3.829 7.465

10 45 – 49 3.449 4.094 8.207

11 50 – 54 2.973 3.668 6.002

12 55 – 59 2.639 3.194 4.895

13 60 – 64 1.999 2.804 4.808

14 > 65 3.502 5.162 5.300

Jumlah 66.115 68.835 134.950

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Samosir, 2007

(60)

Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun Sumber : BPS Kabupaten Samosir 2007

Dari data di atas dapat diketahui bahwa masih ada daerah yang sulit di jangkau oleh trasportasi yang menyebabkan pelayanan kesehatan terhambat.

4.1.3 Gambaran Sarana Kesehatan

(61)

Tabel 4.3 Data Sarana Kesehatan di Kabupaten Samosir 2008.

No Kecamatan Puskesmas dan Rumah Sakit

1

Simanindo

1.Tuk-tuk Siadong 2.Ambarita

3.Simarmata 2

Pangururan

1.Puskesmas Buhit

2.Rumah Sakit dr Hadrianus Sinaga

3 Onan Runggu Onan Runggu

4 Nainggolan Sirait

5 Palipi Mogang

6 Ronggur Nihuta Ronggur Nihuta

7 Sianjur Mula-mula Limbong

8 Harian Harian

9 Sitio-tio Sitio-tio

Sumber : Dinas Kesehatan Samosir 2007

Data di atas dapat diketahui bahwa seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir telah memiliki puskesmas dan di wilayah kecamatan Simanindo terdapat 3 (tiga puskesmas) dan di wilayah kecamatan Pangururan terdapat puskesmas dan rumah sakit pemerintah.

4.1.4 Gambaran Tenaga Kesehatan

(62)

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kabupaten Samosir Tahun 2008.

No

Unit Kerja Tenaga Kesehatan

Medis Bidan Perawat Gizi

1 Puskesmas Tuk-tuk Siadong 3 9 7 -

2 Puskesmas Ambarita 1 8 8 1

3 Puskesmas Simarmata 1 6 6 -

4 Puskesmas Buhit 2 10 16 1

5 Puskesmas Onan Runggu 2 9 6 1

6 Puskesmas Sirait 1 5 5 -

7 Puskesmas Mogang 1 9 11 -

8 Puskesmas Ronggur Nihuta 1 7 8 -

9 Puskesmas Limbong 1 9 6 -

10 Puskesmas Harian 1 8 3 -

11 Puskesmas Sitio-tio 1 4 6 -

12 Rumah sakit dr Hadrianus Sinaga 6 32 84 4

Jumlah 21 101 130 7

Sumber: Dinas Kesehatan Samosir, 2007

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tenaga medis, bidan, perawat sudah ada di setiap puskesmas tetapi tenaga kesehatan bagian gizi belum ada di setiap puskesmas.

4.2 Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dalam Mencegah Komplikasi Kehamilan

(63)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik (Umur, Lama Bertugas, Status Pernikahan, Pendidikan), Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dalam Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan.

Berdasarkan tabel di atas diketahui umur responden sebagain besar berada pada kelompok umur ≤ 30 tahun yaitu berjumlah 31 orang (62,0%), responden yang berumur > 30 tahun ada 19 orang (38,0%). Lama kerja responden sebagian besar berada pada kelompok umur ≤ 10 tahun yaitu berjumlah 35 orang (70,0%), responden

f %

Pengetahuan mencegah komplikasi kehamilan Baik

Kurang baik Total

Sikap mencegah komplikasi kehamilan Baik

Kurang Baik Total

(64)

banyak pada kelompok yang sudah menikah yaitu berjumlah 29 orang (58,0%), responden yang belum menikah ada 21 orang (42,0%). Pendidikan responden lebih banyak D III yaitu berjumlah 31 (62,0%) bidan desa, responden yang berumur > 10 tahun ada 19 orang (38,0%).

Pengetahuan responden dalam mencegah komplikasi kehamilan lebih banyak berada pada kategori baik yaitu berjumlah 29 orang (58,0%), dan berpengetahuan kurang baik ada sebanyak 21 orang (42,0%). sikap responden dalam tindakan mencegah komplikasi kehamilan lebih banyak berada pada kategori baik yaitu berjumlah 39 orang (78,0%), dan sikap kurang baik ada sebanyak 11 orang (22,0%). tindakan mencegah komplikasi kehamilan lebih banyak pada kategori baik yaitu berjumlah 29 orang (58,0%), dan tindakan kurang baik ada sebanyak 11 orang (42,0%).

4.3 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan Desa dalam Mengatasi Komplikasi Kehamilan

(65)

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dalam Tindakan Mengatasi Komplikasi Kehamilan.

f %

Pengetahuan mengatasi komplikasi kehamilan Baik

Kurang baik Total

Sikap mengatasi komplikasi kehamilan Baik

Kurang Baik Total

Tindakan mengatasi komplikasi kehamilan Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui Pengetahuan responden lebih banyak berada pada kategori baik yaitu berjumlah 28 orang (56,0%), dan berpengetahuan kurang baik ada sebanyak 21 orang (44,0%). Sikap responden terhadap tindakan mengatasi komplikasi kehamilan lebih banyak berada pada kategori baik yaitu berjumlah 34 orang (68,0%), dan sikap kurang baik ada sebanyak 16 orang (32,0%). Tindakan responden dalam mengatasi komplikasi kehamilan lebih banyak pada kategori baik yaitu berjumlah 41 orang (82,0%), dan tindakan kurang baik ada sebanyak 9 orang (18,0%).

4.4 Analisis Bivariat

(66)

mencegah dan mengatasi komplikasi). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan tingkat kemaknaan α= 0,05.

4.4.1 Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan Desa dengan Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan

Hasil uji statistik berdasarkan variabel karakteristik, pengetahuan dan sikap bidan desa dalam melakukan tindakan mencegah komplikasi kehamilan.

Tabel 4.7 Hubungan Umur Bidan Desa dengan Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan.

Umur Bidan Desa

Tindakan Bidan Mencegah

Komplikasi Kehamilan Total

χ 2 P

Baik Kurang

baik

f % f % f %

≤ 30 tahun 17 54,8 14 45,2 31 100,0

0,335 0,563 > 30 tahun 12 63,2 7 36,8 19 100,0

Total 29 58,0 21 42,0 50 100,0

(67)

Tabel 4.8 Hubungan Lama Bertugas Bidan Desa dengan Tindakan Mencegah Komplikasi Kehamilan.

Lama Bertugas Bidan Desa

Tindakan Bidan Mencegah

Komplikasi Kehamilan Total

χ2 P

Baik Kurang baik

f % f % f %

≤ 10 tahun 19 54,3 16 45,7 35 100,0

0,661 0,416 >10 tahun 10 66,7 5 33,3 15 100,0

Total 29 58,0 21 42,0 50 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 35 orang bidan desa dengan lama bertugas ≤ 10 tahun sebanyak 19 orang (54,3%) yang melakukan tindakan baik mencegah komplikasi kehamilan dan 16 orang (45,7%) yang melakukan tindakan kurang baik. Sedangkan dari 15 orang bidan desa yang dengan umur > 10 tahun yang melakukan tindakan baik 10 orang (66,7%), dan yang melakukan tindakan kurang baik 5 orang (33,3%)

Gambar

Tabel 3.6.1 Pengukuran Pengetahuan Mencegah Komplikasi Kehamilan
Tabel  3.6.1 Lanjutan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Samosir Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan bidan dalam penanganan anemia pada kehamilan di BPS Kecamatan Medan Area Tahun 2011 diperoleh sebagian besar bidan yang memiliki tindakan baik sebanyak 14 orang (41,2%)

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TERHADAP PENANGANAN POSTPARTUM BLUES DI KECAMATAN MEDAN MARELAN..

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.. Desain

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini

Tujuan penelitian ini adalah (1) memahami pengetahuan, sikap dan perilaku bidan desa, (2) melakukan analisis hubungan usia, masa kerja dan pendidikan dengan perilaku bidan desa,

Tujuan Penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Kerja

Tujuan Penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Wilayah Kerja

Tujuan penelitian : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan dengan tindakan Audit Maternal Perinatal dalam meningkatkan mutu pelayanan