• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konservasi Dan Preservasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

KERTAS KARYA

KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

D I S U S N Oleh :

Alexander Nainggolan 072201010

PROGRAM STUDI D – III ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Jesus Kristus, Juruselamat yang telah menganugerahkan kasih karunia-Nya selama penulis menempuh perkuliahan di Program Studi D – III Ilmu Perpustakaan dan Informasi FS-USU, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN”.

Selama mengerjakan kertas karya ini penulis mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga, terutama untuk lebih mengenal sekaligus mengetahui kemampuan dan kelemahan penulis dalam banyak hal. Kertas karya ini juga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengucapkan permohonan maaf atas kekurangan yang ada pada kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan yang penulis terima, pada kesempatan ini terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih terutama untuk Bapak tercinta P. Nainggolan dan mama tersayang E. br. Sitompul atas nasihat serta bimbingannya, abangku Fernando Nainggolan dan adikku Melin Sari br. Nainggolan, semoga kami bisa memberikan yang terbaik bagi kalian. Kemudian kepada :

1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi D – III Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan pembekalan serta rekomendasi di dalam penyelesaian kertas karya ini.

(3)

4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, selaku dosen pembaca yang telah memberi waktu dan bimbingan kepada penulis sehingga terselesaikannya kertas karya ini.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi D – III Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

6. Kak Fitri yang telah membantu kami dalam mengurus segala keperluan administrasi.

7. Ibu Tiarma P. Siagian, S.Sos, selaku Kepala Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, serta para staf Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, yang telah memberi izin kepada penulis sehingga terselesaikannya kertas karya ini. 8. Sahabat-sahabatku, Febriyanto ‘si Tuken 07’ Sihombing, Fadhlan Armaya ‘si

Bowlot 07’ Pane, Mhd. Reza ‘si Jojon 07’ Daulay, Sandy Jasman dan Dedy ‘van persie’, jangan lupakan semua pengalaman dan kebersamaan waktu kita maen futsal ya.

9. Seluruh anggota ‘MABES IMIP’: Ndo Ginting, Afif Tanjung alias ‘si cacing’, aparakku Poltak Nainggolan ‘si bengap’, (tetap kita pertahankan : jangan sampe ga jadi maen futsal gara-gara kuliah, hehehe...), Ridwan (kapan kita bakar-bakar lele lagi cui...?????)

10.Seluruh kawan-kawan di Ilmu Perpustakaan dan Informasi ’07’, terima kasih atas kebersamaan yang kita bina selama masa perkuliahan.

Kepada semua orang yang telah mengiringi hidupku, terimakasih untuk segalanya. Kertas karya ini saya persembahkan untuk semua. Mudah-mudahan kertas karya ini bisa bermakna dan berguna bagi orang-orang yang membacanya.

Medan, Mei 2010 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi ... 5

2.2 Maksud dan Tujuan ... 6

2.3 Fungsi Pelestarian ... 7

2.4 Unsur-unsur Pelestarian ... 8

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 9

2.5.1 Faktor Biologi ... 9

2.6.2 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ... 23

2.7 Penyiangan ... 24

2.8 Stock Opname ... 25

BAB III KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN ... 27

3.1 Sejarah Singkat ... 27

3.2 Struktur Organisasi ... 28

3.2.1 Visi ... 29

3.2.2 Misi ... 29

3.3 Sumber Daya Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 30

3.4 Koleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 30

3.5 Keanggotaan Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 31

(5)

3.7 Perbaikan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas

HKBP Nommensen... 34

3.7.1 Menambal ... 34

3.7.2 Menyambung ... 34

3.7.3 Penjilidan ... 35

3.8 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 36

3.8.1 Faktor Fisika ... 37

3.8.2 Faktor Biota ... 37

3.8.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan Yang Salah ... 40

3.9 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 40

3.9.1 Menciptakan Lingkungan Penyimpanan ... 40

3.9.2 Memilih Material Yang Dipakai Dalam Ruang Penyimpanan ... 41

3.9.3 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya ... 42

3.9.4 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara ... 42

3.9.5 Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Biotis... 43

3.10 Kendala Yang Dihadapi Oleh Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ... 44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

4.1 Kesimpulan ... 45

4.2 Saran ... 47

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin membawa pengaruh dan perubahan dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terlihat jelas bahwa manusia setiap waktu membutuhkan informasi tentang banyak hal, dan untuk memenuhi akan hasrat informasi tersebut maka manusia membutuhkan sumber informasi.

Hal ini menimbulkan tersedianya perpustakaan-perpustakaan yang merupakan sumber informasi, penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, sangat berperan penting dalam mendukung sistem pendidikan nasional. Pemahaman arti dan manfaat perpustakaan kemudian menjadi sangat penting. Sebab perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

Selain mengumpulkan dan menyimpan, perpustakaan itu juga memelihara koleksi bahan pustaka yang di lakukan secara praktis dan sistematis. Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen telah melakukan langkah kerja yang dirumuskan oleh Nurhadi itu. Bahkan lebih dari itu telah dilaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka pembinaan perpustakaan dan pustakawannya.

(8)

pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut,Perpustakaan Nasional menyelenggarakan fungsinya antara lain melaksanakan jasa perpustakaan, perawatan dan pelestarian bahan pustaka.

Oleh karena itu koleksi bahan pustaka merupakan bagian terpenting dari suatu perpustakaan, maka dengan demikian pihak Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen melakukan konservasi dan preservasi bahan pustaka yaitu dengan cara pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan dan pemeliharaan serta perbaikannya, hal ini dilakukan guna melindungi informasi yang terkandung di dalamnya. Sehubungan dengan hal tersebut yang menjadi permasalahan dalam penulisan kertas karya ini adalah usaha-usaha dan cara apa saja yang dilakukan oleh pihak perpustakaan Universitas HKBP Nommensen dalam melestarikan bahan pustakanya.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis berminat menulis kertas karya ini dengan judul “KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN”.

1.2 Tujuan Penulisan

Pada umumnya setiap pekerjaan mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan penulisan kertas karya ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan observasi ini adalah sebagai berikut :

(9)

2. Secara formal tulisan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul kertas karya ini, maka penulis mengadakan observasi pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen bagian konservasi dan preservasi. Di sini penulis membatasi ruang lingkup observasi yakni hanya membahas tentang konservasi dan preservasi bahan pustaka yang terbuat dari kertas.

Agar penyusunannya lebih jelas, maka penulis membuat ruang lingkup, dibagi dalam empat bab yaitu :

Bab 1 yaitu : Pendahuluan, dimana pada bagian ini merupakan penguraian kertas karya secara umum yang berisikan latar belakang dan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup dan metode pengumpulan data.

Bab 2 yaitu : Tinjauan Pustaka, pada bagian ini menguraikan pengertian dan tujuan konservasi dan preservasi, jenis-jenis koleksi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, penyebab kerusakan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka, perawatan bahan pustaka dan perbaikan bahan pustaka.

Bab 3 yaitu : Pembahasan, dalam bab ini menguraikan tentang keberadaan seksi konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen.

(10)

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data sebagai bahan analisa dalam penulisan kertas karya ini penulis mengadakan metode sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu :

Sebelum penulis melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu penulis membaca buku-buku, atau bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, baik yang ada di perpustakaan maupun yang ada pada penulis sendiri.

2. Studi Lapangan, yaitu :

Dalam usaha untuk memperoleh data dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengadakan peninjauan dan pengamatan langsung pada bagian konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. 3. Wawancara (Interview), yaitu :

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa Inggris yaitu “conservation” dan “preservation”. Menurut Echols dan Shadly (2000 : 140, 445) kedua kata ini mempunyai pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan, pengawetan. Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan pengawetan.

Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI (1995 : 1-2) usaha–usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi :

a. Konservasi (Pengawetan) : merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis. b. Preservasi (Pelestarian) : mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan,

termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, taraf kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konservasi dan preservasi masih rancu. Namun demikian penulis menganggap kedua kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pelestarian, selanjutnya pelestarian itu mencakup kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.

(12)

2.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelestarian menurut Martoatmodjo (1993 : 5-6) adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan.

Sedangkan tujuan pelestarian bahan pustaka ini dapat dikatakan sebagai berikut:

1. menyelamatkan nilai informasi dokumen. 2. menyelamatkan fisik dokumen.

3. mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. mempercepat perolehan informasi : dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Hal lain yang perlu diketahui tentang kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pelestarian bahan pustaka. Namun demikian, karena pelestarian bahan pustaka penulis tafsirkan secara luas yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan minimal melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sesederhana mungkin agar bahan pustakanya selalu tersedia dalam keadaan baik dan menarik untuk dibaca, karena bahan pustaka yang rusak kurang menyenangkan bagi pemakainya dan dapat menimbulkan kurang gairah untuk membaca bahan pustaka tersebut.

(13)

Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

2.3 Fungsi Pelestarian

Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan-tangan jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Menurut Martoatmodjo (1993 : 6-7) pelestarian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Melindungi

Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara diperpustakaan akan mudah dikontrol. 2. Fungsi Pengawetan

Dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.

3. Fungsi Kesehatan

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan mengunjungi perpustakaan.

4. Fungsi Pendidikan

(14)

5. Fungsi Kesabaran

Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

6. Fungsi Sosial

Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.

7. Fungsi Ekonomi

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka

8. Fungsi Keindahan

Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya. Coba betapa jeleknya bahan pustaka apabila tidak dirawat, penuh dengan binatang perusak, pengap, bau busuk mengembara pada setiap sudut perpustakaan.

2.4 Unsur-unsur Pelestarian

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah :

1. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya.

(15)

ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.

3. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “Vacum Cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.

4. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakaan ini bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar.

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Pemeliharaan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan, namun tugas pelestarian bukanlah tugas yang mudah. Para pustakawan, terutama di negara tropis seperti Indonesia ini dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga kelestarian bahan pustaka. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga, mikroorganisme, serta berbagai bencana alam.

Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda dan sebagainya. Cepat atau lambatnya proses kerusakan kertas tergantung pada mutu kertas dan iklim daerah, serta perawatannya. Jenis perusak bahan pustaka tersebut sangat tergantung pada keadaan iklim dan alam setempat, serta lingkungannya.

(16)

Menurut Martoatmodjo (1993 : 36-47) kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. faktor biologi, misalnya serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang pengerat, jamur.

b. faktor fisika, misalnya cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban. c. faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman, oksidasi.

d. faktor-faktor lain, misalnya banjir, gempa bumi, api, manusia.

2.5.1 Faktor Biologi

Bahan pustaka terdiri dari atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi mahluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Mahluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat menyimpan bahan pustaka

lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak berat.

1. Binatang pengerat

Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas. Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Tikus hitam

b. Tikus cokelat atau tikus rumah c. Tikus kelabu atau tikus sawah d. Tikus kesturi

e. Tikus putih

(17)

Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus selalu bersih dan kering. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah terserang tikus, pembasmian tikus dapat di lakukan dengan bahan kimia atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang.

2. Serangga

Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di negara tropik. Makanan yang digemarinya adalah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga ini terdiri atas beberapa fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong dewasa. Kerusakan yang terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Rayap

Sebutan lain untuk rayap adalah semut putih, walaupun sebetulnya rayap itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap mampu memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap sangat terkenal dengan organisasinya yang rapi. Selain itu rayap juga bersifat kanibalistik, suka memakan kawan-kawannya yang sudah mati. Berdasarkan tempat tinggalnya, rayap dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu rayap bumi dan rayap kayu.

b. Kecoa

Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang. Jenisnya bermacam-macam. Jenis-jenis kecoa yang dikenal adalah sebagai berikut :

a. Kecoa Timur (Blatta orientalis)

(18)

c. Kecoa Jerman (Blatta germanica) d. Kecoa Australia (Periplaneta australia)

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, lepra, kolera, tifus dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-tempat yang gelap, di sudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya ialah sisa-sisa makanan, makanan yang busuk, serangga-serangga yang mati, kanji, perekat, sampul buku, serta kain pada punggung buku.

c. Ikan Perak (Silver Fish)

Ikan perak mempunyai banyak nama, antara lain : silver moth, sugar

fish, slicker, fish moth dan sugar louse. Serangga ini berbadan ramping, tidak

bersayap, dan berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif di malam hari. Telurnya diletakkan di tempat-tempat yang gelap. Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas.

Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di belakang buku-buku, rak-rak dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku, gambar dan lain-lain. Serangga ini diperkirakan mempunyai seratus jenis yang tersebar di seluruh dunia. Jenis-jenis ikan perak yang dikenal ialah sebagai berikut :

(a) Lepisma sacharina, (b) Thermogia domestica, (c) Cteno lepisma urbana, (d) Cteno lepisma longi caudata. d. Kutu Buku (Book Lice)

(19)

selulosa. Perusakan kertas di lakukan oleh larva-nya. Jenis serangga ini paling sukar diberantas. Jenis-jenis kutu buku yang dikenal ialah sebagai berikut :

(a) Lipocelis divinatorium, (b) Trogium pulsatorum, (c) Pesoceoptropus macrops, (d) Pesyllopsocus,

(e) Dorypetrix, (f) Lachessilla, (g) Lepinotus, (h) Ectopsocus, (i) Archipsocus.

e. Ngengat Pakaian

Jenis serangga ini memiliki badan yang tipis dan berwarna coklat. Umurnya tidak lama. Meskipun serangga ini dinamakan ngengat pakaian, namun ini juga menyerang kulit dan kertas. Ngengat ini lebih senang hidup di tempat-tempat yang gelap. Jenisnya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal ialah :

(a) Tincola polioella, (b) Tincola biselliela humm, (c) Tri chorpaga tapetzella. f. Kumbang

Jenis kumbang yang berbahaya untuk perpustakaan ialah sebagai berikut :

(a) Kumbang kulit (Dermestidac),

(b) Kumbang bubuk (Anoobiidae lyctidae, Bostridae), (c) Kumbang bertanduk panjang (Carabycidae),

(20)

3. Jamur

Jamur (Fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun dari benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.

Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang bisa dibuat soup dan kita makan, tetapi jenis jamur yang beracun yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas atau benda-benda lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut kena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 210C. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti : asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga merusak daya rekatnya, dan merusak tinta yang menyebabkan tulisan tidak terbaca. Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka. Kita bisa lihat, misalnya : mula-mula kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu berubah menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan.

(21)

2.5.2 Faktor Fisika a. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air yang lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan mempunyai daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruangan perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka ialah vacuum cleaner.

b. Suhu dan kelembaban

Kerusakan kertas yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering, sedangkan jilidannya sendiri menjadi longgar. Di samping itu, suhu yang tinggi itu dapat menyebabkan kertas menjadi rapuh, warna kertas menjadi kuning. Sebaliknya, apabila lembab nisbi terlalu tinggi, buku akan menjadi lembab. Sebagai akibatnya, buku mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak.

Suhu yang tidak terlalu ekstrim seperti di Indonesia, tidak begitu berpengaruh pada kekuatan kertas. Masalah baru timbul karena di Indonesia mempunyai kelembaban udara relatif tinggi. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan meningkat. Hubungan suhu dan kelembaban sangat erat. Jika suhu naik, kelembaban turun dan kandungan air dalam kertas akan berkurang sehingga kertas menyusut. Serat selulosa saling tarik menarik pada proses penyusutan ini.

(22)

samping itu kertas yang lembab ini akan terjadi reaksi kimia antara zat yang tersisa dalam pembuatan kertas dengan air. Kalau ini terjadi, kertas akan menjadi rapuh, mudah robek.

Udara lembab yang dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas akan terhidroksi, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia selulosa. Karena itu hindarilah sumber kelembaban tersebut. Jika kelembaban tersebut disebabkan air hujan atau banjir, keringkanlah tempat-tempat tersebut. Kertas yang basah lembab tidak boleh dijemur, tetapi harus dianginkan pelan-pelan menurut tingkat kebasahannya. Kertas yang sangat basah tidak boleh dihembus keras-keras. Pengembusan angin yang cukup keras hanya boleh diberikan pada kertas yang sudah agak kering. Buku yang tercelup air harus dibuka jilidannya, kemudian dikeringkan lembar per lembar agar tidak lengket antara lembar yang satu dengan lembar yang lainnya. Setelah kering kemudian dijilid kembali.

c. Cahaya

Kertas yang kepanasan akan rusak berubah warna menjadi kuning dan rapuh akhirnya rusak. Hindarilah sinar ultraviolet (sinar matahari) yang masuk langsung ke perpustakaan. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultra adalah memudarnya tulisan, sampul buku dan bahan cetak. Selain itu kertas juga akan menjadi rapuh.

Proses perusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning kecoklatan dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun. Tidak hanya buku, bahan audiovisual lainnya seperti : piringan hitam, kaset audio maupun video akan rusak jika kepanasan.

(23)

mudah dikontrol. Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan. Jika tidak, ruang rak tersebut gelap. Hal ini juga bisa menghemat listrik. Tetapi AC selalu dihidupkan, sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisa terkontrol terus.

2.5.3 Faktor Kimia

Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas.

Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain seperti ozon.

2.5.4 Faktor Lain a. Manusia

(24)

Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja, membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku ke belakang. Sebagai akibatnya, perekat yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya. Kecerobohan manusia lain misalnya, habis makan tidak membersihkan tangan dahulu sehingga menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah ke buku. Penempatan buku yang terlalu padat di rak akan menyebabkan punggung dan kulitnya rusak. Hal itu harus diperhatikan oleh pustakawan.

Sering terjadi kerusakan justru disebabkan oleh pustakawan itu sendiri yang sehari-hari bergelimang dengan buku. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang kepada buku, dan tidak pernah belajar bagaimana melestarikan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal, seperti contoh di atas kita harus tahu bagaimana menempatkan buku di rak. Mengambil buku dari rak, atau menempatkan buku kembali ke dalam rak. Rak hendaknya jangan diisi terlalu penuh, cukup sekitar 80% saja. Kemudian juga sewaktu menempatkan buku di rak pengangkut pun tidak boleh sembarangan, misalnya ditumpuk begitu saja tanpa memperhatikan kalau ada buku yang tertindih dalam keadaan terlipat. Kalau petugas perpustakaan melihat sebuah buku mengalami kerusakan ia harus segera mengambil tindakan.

(25)

buku yang sama atau sejenis. Tidak sedikit pembaca yang tidak bertanggung-jawab dan mencuri koleksi perpustakaan.

b. Bencana alam

Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut. Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Alat-alat di dalam gedung digunakan yang tahan api 2. Perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran

3. Dilarang merokok di dalam ruangan perpustakaan 4. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati.

Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.

2.6 Perawatan Bahan Pustaka

2.6.1 Perbaikan kerusakan bahan pustaka

(26)

1. Menambal kertas

Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku, dari halaman depan sampai belakang. Kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas, sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai. Karena sering dipakai, bahan pustaka menjadi tipis pada bagian lipatan. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan menambalnya. Ada 2 jenis penambalan bahan pustaka yang selama ini dikenal, yaitu penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang.

Kertas yang berlubang disebabkan oleh larva kutu buku. Jika tidak terlalu parah, dapat ditutup dengan bubur kertas tanpa mengganggu isi buku. Rendam kertas yang baik dan bersih dengan air suling pada pH 5,5 sampai 8,5. kemudian diblender sampai menjadi bubur kertas yang halus. Kertas yang akan ditambal diletakkan di atas kertas penyerap. Tutup lubang secukupnya, ratakan, olesi lem kanji, tutup dengan kertas penyerap, kemudian dipres dan dikeringkan. Setelah kering lubang kertas sudah tertutup.

Penambalan kertas yang robek memanjang dapat di lakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Penambalan dengan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi) b. Penambalan dengan kertas tisue

Menambal dengan kertas Jepang dikerjakan bila ada halaman buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Penambalan ini dapat di lakukan jika robeknya hanya sepanjang 3 cm sampai dengan di atas 10 cm. Kerusakan itu harus segera diperbaiki, kalau tidak robeknya akan merambat dan mengakibatkan separuh halaman hilang. Kerusakan menjadi parah. Untuk menghindari keadaan semacam ini, buku yang halamannya robek hendaknya ditarik dari peredaran, dan dikirim ke bagian perbaikan (preservasi).

2. Memutihkan kertas.

(27)

1. Chloromine T

Chloromine T 2,5% dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan diputihkan

diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan larutan di atas. Cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.

2. Gas Chlorodioksida

Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik. Seperti pada

Chloromine T, gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya. Kertas

yang akan diputihkan dicelupkan ke dalam larutan selama 5 menit kemudian diangkat. Agar kertas tidak robek, dapat dibantu penyangga kaca. Kemudian dimasukkan ke air bersih untuk membilas larutan gas Chlorodioksida yang masih menempel di kertas. Tes dahulu apakah tintanya luntur atau tidak. Kalau kertasnya luntur, hanya pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.

3. Natrium Chlorida

Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCl dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana. Kemudian tambahkan 75 ml formaldehida 40%. Rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki dicapai. Dengan bantuan kaca, ambil lembaran kertas tadi dan bilas dalam air bersih, agar residu zat pemutihnya hilang.

4. Potasium Permanganate

Bahan yang dipergunakan adalah KMnO4 0,5-5% dilarutkan ke dalam air. Lembaran yang akan diputihkan direndam di dalamnya selama 5 menit. Kemudian dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan

natrium tiosulfat 5% untuk menghilangkan warna coklat larutan KMnO4.

selanjutnya kertas dimasukkan ke dalam air bersih untuk menghilangkan residunya.

(28)

Bahan ini bereaksi sangat lambat, karena itu baik untuk kertas. Tetapi kita harus selalu memperhatikan pH yaitu 11. Untuk mendapatkan pH yang dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga. Tanpa larutan penyangga, pH akan menurun (kadarnya naik). Pakailah larutan penyangga sehingga pH tidak turun melampaui angka 7.

6. Hidrogen Peroksida

Bahan ini bereaksi cepat, biasanya disimpan dalam konsentrasi 30 % di dalam botol atau dalam kaleng tertutup. Bahan ini tidak tahan terhadap sinar matahari. Kadarnya akan turun jika terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan di tempat yang gelap. Sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah diturunkan kadar keasamannya. Hidrogen peroksida 30% dibuat H2O2 5-10% dengan ditambah amoniak sampai pH-nya antara 9,5-10,5. Masukkan kertas yang akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Setelah cukup, angkat kertas tersebut dan bersihkan dengan air bersih dengan merendamnya selama 30 menit. Kemudian dianginkan sampai kering.

Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi, baik tulisan cetak, maupun tulisan tangan. Tetapi kalau memang dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.

3. Mengganti halaman yang robek

Halaman yang robek dan robekannya tak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Foto kopi tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku. Kemudian disisipkan dan ditempelkan dengan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang. Karena penyisipan di lakukan pada buku yang terjilid, ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut.

(29)

diratakan dengan kertas halaman buku yang ada. Ini lebih mudah dan hasil akhir bisa rata, karena sudah disesuaikan dengan ukurannya.

4. Mengencangkan benang jilidan yang kendur

Kalau masih belum terlalu parah, kita cukup mengencangkan benang yang menjadi longgar dengan menariknya. Dengan jarum benang kita jahit dan matikan benag yang longgar tadi. Kalau sudah terlalu parah bukalah kertas pelindung dan sampul buku sekaligus. Lihat benangnya. Kencangkan yang longgar, sambung yang putus, atau ganti benang dengan menjilidnya lagi. Setelah itu,pasanglah lembar pelindung dan smpulnya lagi. Kalau ada yang rusak waktu dibongkar tadi, maka gantilah dengan lembar pelindung yang baru.

5. Memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.

Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan di atas dapat diperbaiki. Seperti pada perbaikan benang jilidan diatas, maka kerusakan punggung buku, engsel buku dan sampul buku harus di lakukan dengan membongkar buku yang rusak itu, kemudian perbaiki atau menggantinya dengan yang baru.

2.6.2 Pencegahan kerusakan bahan pustaka

1. Pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar :

a. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang mengerat dapat diselamatkan;

b. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki;

c. Koleksi yang masih baik dan dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya;

d. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga;

e. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga;

(30)

g. Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya;

h. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan;

2. Berbagai usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka

Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang di lakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat di lakukan dengan cara-cara berikut :

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia b. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus

c. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur e. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir

f. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran

g. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu h. Mencegah kerusakan sampul buku

i. Mencegah kerusakan pada punggung buku j. Mencegah kerusakan pada engsel buku k. Mencegah kerusakan pada jilidan buku

l. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas m. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena coretan tinta

n. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman atau pengambilan gambar

o. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penempelan selotip

(31)

r. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing)

s. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda air dan kebocoran t. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena kerapuhan

u. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena rendahnya mutu bahan

2.7 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan ini di lakukan agar bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disiangi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak. Tujuan kegiatan penyiangan ini antara lain :

1. Membina dan memperbaiki nilai pelayanan informasi oleh perpustakaan 2. Memperbaiki kinerja perpustakaan

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi 6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi 8. Meningkatkan nilai informasi

Prosedur penyiangan di lakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan bahan perpustakaan yang perlu disiangi

2. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih dapat diperbaiki

3. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih bermanfaat untuk perpustakaan lain

(32)

5. Mencabut dan menyisihkan kartu katalog bahan perpustakaan yang disiangi 6. Menghapus bahan perpustakaan dari inventaris, buku induk, komputer atau

pangkalan data

7. Menghapus data-data bahan pustaka dari inventarisasi, buku induk dan pangkalan data dari komputer.

2.8 Stock Opname

Stock Opname ialah suatu kegiatan pengumpulan jumlah koleksi bahan pustaka menurut subjek yang sesuai dengan subjek yang dicakup oleh suatu perpustakaan.

Kegiatan stock opname bertujuan untuk :

a. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.

b. Mengetahui jumlah buku (judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifikasi dengan tepat.

c. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan kondisi koleksi bahan pustaka.

d. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak ada katalognya. e. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang dinyatakan hilang.

f. Mengetahui dengan tepat kondisi bahan pustaka, apakah dalam keadaan rusak atau tidak lengkap.

Keuntungan diadakannya stock opname :

a. Dapat disusun daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta mendaftar susunan bahan pustaka secara mutahir.

b. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati pengguna. Hal ini digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.

(33)

d. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi di dalam rak. e. Membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian diadakannya stock opname :

a. Mengurangi kenyamanan bagi pengguna, karena selama kegiatan stock opname, semua bahan pustaka yang sedang dipinjam ditagih kembali.

b. Selama kegiatan stock opname, perpustakaan tidak memberikan pelayanan kepada pengguna. Hal ini kurang diinginkan pengguna. Untuk mengatasinya seringkali stock opname di lakukan pada saat-saat pengguna sedikit (misalnya : waktu libur).

(34)

BAB III

KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Universitas HKBP Nommensen didirikan pada tanggal 7 Oktober 1954 di Pematang Siantar. Nama Nommensen sendiri diambil dari seorang misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak. Pada awal berdirinya universitas ini mempunyai tiga fakultas, yaitu : Fakultas Theologia, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum. Kemudian pada tahun 1955 Universitas HKBP Nommensen dipindahkan ke Medan dan berlokasi di jalan Sutomo no. 4 atau sekarang yang lebih dikenal dengan jalan Perintis Kemerdekaan. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan di Indonesia Universitas HKBP Nommensen mengalami kemajuan. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tahun 1976 berdiri Fakultas Peternakan lalu pada tahun 1984 berdiri Fakultas Pertanian kemudian pada tahun 1987 berdiri Fakultas Kesenian.

Kemudian sejalan dengan perkembangannya maka pada tahun 1978 Fakultas Theologia yang pada awalnya tergabung dalam Universitas Nommensen memisahkan diri menjadi Pendidikan khusus Theologia. Setelah 4 (empat) tahun berdirinya Universitas HKBP Nommensen maka tepatnya pada tahun 1958 dibangunlah perpustakaan dengan koleksi buku yang masih minim. Kemudian seiring bertambahnya tahun dan kemajuan perpustakaan juga berkembang dengan koleksi yang cukup memadai sehingga dapat mendukung kurikulum universitas dan memenuhi tuntutan mahasiswa dalam mencari sumber informasi pengetahuan yang di butuhkan.

(35)

dengan 1999 oleh Ibu Tiara Pasaribu, dari tahun 1999 sampai dengan 2000 oleh Bapak Nallom Siagian, selanjutnya jabatan kepala perpustakaan dikepalai oleh Ibu Santi Sitorus dari bulan Juli tahun 2008, lalu pada mulai bulan Juli 2008 sampai dengan sekarang dipimpin oleh Ibu Tiarma P. Siagiaan, S.Sos Perkembangan Perpustakaan tersebut sebagai Perpustakaan kampus sangatlah membanggakan, hal ini dapat dilihat dari berbagai prestasi yang diraih. Prestasi tersebut antara lain pada tahun 1991 Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen meraih juara I dalam ajang lomba Perpustakaan Perguruan Tinggi Sumatera Utara dan juara harapan II tingkat nasional. Pada tahun 2001 kembali menjadi juara I Perpustakaan Tinggi swasta terbaik tingkat Propinsi Sumatera Utara.

3.2 Struktur Organisasi

(36)

Gambar 1 : Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

3.2.1 Visi

Sesuai dengan Renstra 2003-2008 dan Program Pengembangan Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen 2006-2010, maka Visi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen adalah "Menjadi Perguruan Tinggi terbaik dan terkemuka di Indonesia dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia bermutu, beriman, berakhlak, yang tanggap terhadap tantangan lokal dan global".

3.2.2 Misi

Misi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen sebagai jabarannya, difokuskan kepada tiga pilar utama yaitu :

(37)

b. Mengutamakan cara-cara inovatif dan kreatif dalam pelayanan dengan memberi kesempatan luas bagi berkembangnya inspirasi, inisiatip, dan partisipasi civitas akademiknya

c. Mendorong desentralisasi pengelolaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang bersikap profesional (high expertis, high ethic) yang seacara sinergis saling bekerjasama dalam semangat tim kerja untuk mencapai tujuan bersama

3.3 Sumber Daya Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen memiliki beberapa jumlah tenaga kerja yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dimana jumlah tenaga kerja pada bagian Konservasi dan Preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen.

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas kerja, tenaga kerja Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen mengikuti berbagai jenis pelatihan antara lain yaitu :

a. Manajemen Perpustakaan (Kepemimpinan) b. Sistem Informasi Perpustakaan

c. Penyetaraan Perpustakaan d. Administrasi

3.4 Koleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Koleksi Perpustakaan adalah seluruh koleksi bahan pustaka yang dihimpun di dalam perpustakaan dan ditujukan untuk digunakan oleh pemakai perpustakaan. Adapun koleksi bahan pustaka yang terdapat di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen adalah terdiri dari :

a. Buku (monograf)

(38)

Nommensen dan merupakan koleksi yang paling banyak jumlahnya yaitu sebanyak 19.109 judul (34.125 eksemplar)

b. Majalah/Jurnal

Yaitu terbitan berseri yang memuat berita, transaksi dan laporan dari suatu karya yang di lakukan dalam suatu bidang tertentu. Biasanya majalah ini terdiri dari majalah ilmiah, semi ilmiah, dan populer. Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen koleksi majalah yang dimiliki hanya 16 judul masih berstatus berlangganan sedangkan jurnal sebanyak 3 judul dan masih berstatus berlangganan juga.

3.5 Keanggotaan Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya yaitu mahasiswa, dosen dan pegawai Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Kepuasan pengguna perpustakaan merupakan suatu keberhasilan bagi perpustakaan dalam menjalankan tugasnya sebagai tempat memberi segala informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

1. Jam Kunjung

Senin – Selasa : Pukul 08.00 – 16.00 WIB Rabu – Kamis : Pukul 08.00 – 16.00 WIB Jum’at : Pukul 08.00 – 16.00 WIB Sabtu : Pukul 08.00 – 13.00 WIB 2. Pendaftaran Anggota

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen terbuka bagi mahasiswa yang ingin mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan. Syarat-syarat untuk menjadi anggota perpustakaan yaitu :

a. Terdaftar sebagai dosen Universitas HKBP Nommensen atau mahasiswa tetap dan bukan alumni.

(39)

- Alamat - Tlpn. Rumah - Status

- Fakultas - Tanda Tangan

c. Menunjukkan KTM dan kwitansi bukti pembayaran uang kuliah d. Menyerahkan photo terbaru ukuran 3 x 4

3. Peraturan atau Sanksi

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen memiliki peraturan dan sanksi yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Perpustakaan antara lain :

a. Jangka waktu peminjaman buku yaitu 1 minggu

b. Kerusakan atau kehilangan buku harus diganti dengan buku sejenis atau seharga buku yang rusak atau yang hilang tersebut

c. Terlambat mengembalikan buku dikenakan denda sebesar Rp. 1000,00 per buku setiap hari keterlambatan

3.6 Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Semua bahan pustaka yang pada umumnya terbuat dari kertas pasti akan mengalami kerusakan. Begitu juga koleksi bahan pustaka yang tersedia pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Untuk menanggulangi kerusakan-kerusakan terhadap bahan pustaka di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen maka perlu di lakukan beberapa perawatan demi kelangsungan ataupun ketahanan dari bahan pustaka tersebut.

(40)

bahan pustaka akan mengalami kerusakan yang cukup parah, bahkan mungkin tidak bisa diperbaiki kembali.

Untuk itu perlu adanya langkah-langkah tindakan pengobatan maupun pembasmian terhadap perusak atau musuh-musuh bahan pustaka tersebut, dan salah satu diantaranya dengan cara fumigasi. Yang dimaksud dengan fumigasi menurut Razak (1992 : 39) adalah “suatu tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka”. Mencegah dimaksudkan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati artinya mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka, dan mensterilkan diartikan menetralisasi keadaan seperti menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka, menyegarkan udara ataupun bisa menimbulkan gangguan ataupun penyakit.

Fumigasi bahan pustaka dapat di lakukan dalam ruang perpustakaan, gedung atau dalam ruangan yang sengaja dibuat untuk melakukan fumigasi. Bahan yang biasa dipergunakan sebagai methybromide. Cara fumigasi ini di lakukan yakni dengan memasukkan buku ke dalam lemari fumigasi, disusun secara berderet dalam keadaan menganga. Hal ini dimaksudkan agar bau kimia dapat meresap ke dalam celah-celah buku. Dengan demikian kuman-kuman terbunuh akibat dari bau kimia itu.

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen sampai pada saat ini belum memiliki lemari fumigasi, sehingga pembasmian hanya di lakukan melalui cara penggunaan kapur barus dan pengusir serangga lainnya.

(41)

3.7 Perbaikan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Seperti yang telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa gigitan serangga, frekuensi pemakaian yang tinggi, salah penanganan menyebabkan sebagian kertas dari halaman sebuah buku akan hilang, terkikis, tercabik, berlubang atau sobek. Sedangkan kerapuhan kertas menyebabkan kertas mudah sobek atau patah. Untuk mencegah agar bagian yang sobek atau berlubang tidak semakin lebar serta untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas, perlu diupayakan perbaikan, disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi pada bahan pustaka. Untuk kertas berlubang atau sobek dengan keadaan kertas masih baik dan kuat cukup ditambal atau disambung.

3.7.1 Menambal

Menambal atau menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dapat di lakukan dengan kertas jepang, dan perekat kanji. Juga dapat di lakukan dengan bubur kertas (pulp), atau menggunakan kertas tissue yang berperekat. Dalam penambalan bahan pustaka ini pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen masih sering menggunakan sellotape. Penggunaan sellotape walaupun mudah penggunaannya sebenarnya kurang baik hasilnya. Karena kertas akan berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan pada bagian yang ditempel sellotape ini.

Untuk mencabut kembali sellotape bukanlah pekerjaan yang mudah, karena dapat merusak tulisannya. Menurut penulis cara yang tepat untuk melakukan penambalan ini adalah menyediakan dan memilih kertas yang sesuai untuk menambal, yang mempunyai berat dan warna yang sama dengan kertas yang ditambal.

3.7.2 Menyambung

(42)

bagian yang sobek tidak bertambah lebar. Cara yang tepat untuk menyambung bahan pustaka yang sobek adalah sebagai berikut :

1. Pilih kertas yang akan dipergunakan untuk memperkuat sambungan.

2. Meletakkan penggaris logam di atas kertas penyambung dengan arah panjang sesuai arah serat kertas.

3. Menarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trekpen yang telah dicelupkan dengan air.

4. Kertas dilipat ke atas dengan menggunakan tulang pelipat. 5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah. 6. Merapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati.

7. Mengoleskan perekat di atas kertas penyambung kemudian letakkan di atas bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati.

8. Letakkan kertas di antara dua lembar kertas penyerap, dan kemudian meletakkan di bawah pemberat (dipress), setelah kering potong bagian yang berlebih/sisa.

Seperti halnya dengan menambal, pekerjaan menyambung ini pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen sering menggunakan sellotape. Maka cara ini seperti yang telah disebutkan di atas mempunyai dampak yang kurang baik. Menurut penulis pekerjaan menyambung seperti yang di lakukan Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen kurang baik. Hal ini tampak kelemahannya bila penyambungan dengan sellotape akan mengganggu lembaran lain (lengket) apabila sudah lama.

3.7.3 Penjilidan

(43)

Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, perbaikan dengan cara penjilidan kembali merupakan cara yang paling banyak ditempuh. Untuk jenis perbaikan yang biasanya di lakukan di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen adalah sebagai berikut :

- Memperbaiki punggung buku yang longgar - Mengganti lembar pelindung buku yang sobek

- Menempel linen baru pada punggung sampul buku asli

Selain menjilid atau mereperasi embali buku-buku yang rusak, Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen juga melaksanakan penjilidan atau pembundelan terhadap

terbitan berseri seperti majalah. Fungsi dari pembundelan ini adalah selain bahan pustaka tersebut menjadi rapi dan menarik juga akan memudahkan dalam mencari informasi yng ingin dicari.

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen di lakukan dengan menggunakan lem. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter tidak di lakukan karena menurut petugas preservasi dapat menimbulkan karat yang merusak lembaran bahan pustaka.

Menurut pendapat penulis cara/teknik penjilidan sudah di lakukan dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah penambahan tenaga kerja di bagian penjilidan, karena dengan tenaga kerja yang ada sekarang masih kurang.

3.8 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

(44)

3.8.1 Faktor fisika a. Cahaya

Cahaya yang digunakan untuk menerangi ruang perpustakaan merupakan bentuk elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Kerusakan bahan pustaka akibat sinar ultraviolet ini adalah tulisan menjadi pudar, warna kertas berubah dan kertas menjadi rapuh, sehingga kekuatan akan hilang.

Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen kerusakan oleh faktor cahaya ini banyak terjadi terutama pada buku-buku yang sudah termakan usia. Lembaran pada buku-buku tersebut berubah warna menjadi kuning.

b. Suhu dan Kelembaban

Kedua unsur ini bila mempunyai unsur yang berlebihan atau tidak stabil akan menimbulkan kerusakan pada kertas. Udara yang kelembabanya tinggi berpengaruh pada kertas yaitu menjadi busuk, berbau apek dan memberi peluang pada jamur untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan rekat pada jilidan buku menjadi kering dan jilidannya semakin longgar, selain itu juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas berubah menjadi kuning.

Menurut pendapat penulis kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban ini juga banyak terdapat di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Hal ini disebabkan karena suhu dan kelembaban di perpustakaan tersebut tidak diatur sebagaimana mestinya.

3.8.2 Faktor biota

(45)

Oleh karena itu ruangan penyimpanan bahan pustaka harus dijaga dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tidak dijadikan sebagai tempat hidup, tumbuh dan berkembang bagi mahluk-mahluk tersebut. Beberapa contoh jenis jamur, serangga dan binatang pengerat yang merusak bahan pustaka adalah :

a. Jamur

Jamur merupakan tumbuhan bersel tunggal dan tidak berklorofil, sehingga makanan yang diperoleh berasal dari sumber lain. Bila buku atau bahan pustaka dalam keadaan kotor, berdebu, dan lembab maka jamur akan timbul dan akan meninggalkan noda pada kertas. Contoh salah stu jenis jamur ini adalah Asspergillus.

Kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen oleh faktor ini juga banyak dijumpai terutama pada buku-buku yang jarang dipergunakan atau dibaca oleh pengunjung. Noda-noda yang terdapat pada kertas yang disebabkan oleh jamur ini biasanya sulit untuk dihilangkan dan tulisan menjadi pudar.

b. Serangga

Serangga merupakan masalah yang pelik di negara tropis dan jenisnya cukup banyak dengan sumber makanan berasal dari kertas. Lingkungan ideal untuk pertumbuhan semua jenis serangga adalah tempat hangat, gelap dan sirkulasi udara yang tidak sempurna. Fase-fase untuk siklus kehidupan seranga yaitu telur, larva, pupa dan dewasa, dimana pada fase larva mengakibatkan kerusakan terbesar.

Jenis-jenis serangga yang banyak dijumpai sebagai perusak bahan pustaka adalah sebagai berikut :

- Kecoa

(46)

Informasi yang penulis peroleh dari petugas konservasi maupun petugas lain bahwa serangga ini juga sebagai penyebab kerusakan pada punggung buku dan terjadinya noda pada kertas di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Dan menurut penulis hal ini karena kurangnya kebersihan terutama di sudut-sudut ruangan dan ada sebagian petugas yang membawa makanan ke dalam ruang perpustakaan sehingga sisa-sisa makanan tersebut sering sebagai penyebab datangnya kecoa di ruangan perpustakaan.

- Rayap

Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu singkat. Binatang ini hidup di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis, berbadan lunak dan berwarna putih pucat. Karena bentuknya seperti semut maka binatang ini sering dinamai semut putih (white ant)

Dari hasil wawancara dengan petugas konservasi dan preservasi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, binatang ini dapat dikatakan sebagai perusak bahan pustaka yang paling merugikan. Dan menurut penulis hal ini disebabkan karena kurang telatennya para petugas dalam membersihkan bahan pustaka tersebut.

- Booklice (kutu buku)

Selain jenis serangga yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi jenis-jenis serangga yang dapat merusak dan memakan punggung buku, lem atau perekat pada buku, dan membuat lubang seperti ngengat, book worm dan lain-lain. Pada umumnya semua binatang ini hampir terdapat di semua perpustakaan. Dan menurut penulis cara yang paling sederhana untuk mengusir atau setidaknya mengurangi frekuensi kerusakan yang disebabkan oleh jenis-jenis serangga tersebut adalah dengan menyemprot ruangan dengan

(47)

3.8.3 Faktor Penggunaan dan Penanganan yang Salah

Manusia baik sebagai petugas maupun sebagai pemakai perpustakaan mempunyai peranan yang penting dalam menggunakan bahan pustaka. Manusia bisa dikatakan sebagai perusak bahan pustaka bila salah dalam mengurus dan menangani bahan pustaka tersebut

Menangani buku atau bahan pustaka tampaknya suatu hal yang sederhana, tetapi bila dikaitkan dengan manusia sebagai salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pustaka maka pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang sederhana. Petugas perpustakaan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari sering kali menggunakan cara-cara yang tidak benar, baik di lakukan dengan sengaja atau tanpa disadari, begitu pula halnya dengan masyarakat umum sebagai pengguna bahan pustaka. Misalnya mengambil buku dari rak sering sekali menggunakan cara-cara yang salah, begitu juga penempatan buku di rak dan yang paling merugikan adalah kebiasaan pemakai perpustakaan misalnya menyobek halaman buku yang dianggap penting, mencoret-coret buku dan sebagainya.

Dengan demikian kerusakan buku tidak dapat dihindari dan hal tersebut menyebabkan kerugian yang tidak sedikit terutama bila terjadi pada buku-buku berharga atau langka. Kebiasaan membaca dengan cara melipat buku juga termasuk kedala kategori ini. Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen kerusakan oleh faktor manusia ini merupakan yang paling dominan.

3.9 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

3.9.1 Menciptakan lingkungan penyimpanan

(48)

Pemeliharaan lingkungan yang disebut juga dengan konservasi preventif adalah usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik (ideal) bagi bahan pustaka agar tidak terjadi kerusakan pada bahan pustaka tersebut. Konservasi preventif ini harus sudah dimulai sejak pembangunan suatu gedung perpustakaan masih dalam perencanaan, antara lain dalam memilih lokasi, pemilihan bahan bangunan, pemasangan alat pendinginan dan mengatur pencahayaan.

Idealnya lokasi suatu perpustakaan tidak boleh berada di daerah kawasan industri atau daerah yang padat kendaraan yang bermotor, karena industri dan kendaraan bermotor tersebut akan mengeluarkan gas-gas pencemar seperti gas SO dan NO yang berbahaya bagi bahan pustaka. Namun demikian, karena perpustakaan juga harus terletak di daerah yang mudah dijangkau oleh masyarakat pemakai jasa perpustakaan maka pada umumnya perpustakaan berada di pusat kota.

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen termasuk berada di kawasan yang banyak dilalui kenderaan umum. Jarak antara jalan raya dengan lokasi gedung berjarak kurang lebih 30 meter sehingga menurut penulis polusi udara tidak sampai mengganggu bahan pustaka.

3.9.2 Memilih material yang dipakai dalam ruang Penyimpanan

Setiap bahan pustaka harus disimpan dalam suatu tempat seperti rak, lemari yang sesuai. Setiap rak/laci harus sedikit lebih besar daripada bahan-bahan yang akan disimpan dengan sedikit menyisihkan ruang untuk sirkulasi udara, dan dirancang sedemikian rupa sehingga diperkirakan tidak menyebabkan kerusakan pada jilidan atau lembaran-lembaran bahan pustaka.

Mengenai bahan-bahan tempat penyimpanan bahan pustaka ini. Rak-rak buku sebaiknya terbuat dari logam. Juga harus menghindari penggunaan kayu (kecuali kayu jati), karena kayu tersebut mengundang serangga dan mengeluarkan asam organik yang berbahaya bagi bahan pustaka.

(49)

bahan pustaka yang disimpan. Peta-peta dihamparkan dalam rak yang sesuai dengan ukurannya. Dan pemilihan materi tempat penyimpanan bahan pustaka Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen masih menggunakan rak yang terbuat dari kayu jati.

3.9.3 Mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya

Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, baik langsung maupun pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet. Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultraviolet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.

Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen untuk menghindari faktor cahaya ini belum memakai penyaring/filter seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi hanya dengan jalan meletakkan rak-rak buku tidak terlalu dekat dengan jendela dan memakai gorden dapat menghambat sedikit cahaya yang masuk kedalam ruangan perpustakaan.

Menurut penulis tindakan yang di lakukan oleh Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen dalam mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya ini kurang tepat. Karena cahaya dari sinar matahari baik langsung maupun pantulan dapat merusak bahan pustaka. Begitu juga halnya dengan cahaya dari lampu listrik. Seharusnya Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen perlu memakai filter/penyaring sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya tersebut, yakni dengan

plexy glass atau filtering polyster film, yang biasa ditempelkan pada kaca jendela atau

di langit-langit ruangan.

3.9.4 Mencegah kerusakan karena pengaruh suhu dan kelembaban udara

(50)

Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup, sedangkan silica gel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari. Untuk mengukur temperatur kelembaban udara dapat di lakukan dengan alat

thermohygrometer, thermohygrograph, dan psychometer.

Sampai pada penulis membuat tulisan ini, alat-alat tersebut di atas belum dimiliki oleh Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Mengingat betapa pentingnya alat tersebut untuk mencegah kerusakan oleh faktor suhu dan kelembaban udara maka Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen perlu memiliki alat-alat tersebut.

3.9.5 Mencegah kerusakan karena pengaruh biotis

Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan pustaka secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak boleh disusun terlalu rapat karena dapat mengurangi sirkulasi udara

(51)

3.10 Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen dalam melaksanakan kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah sebagai berikut :

1. Dana yang terbatas 2. Kurangnya tenaga ahli

3. Mutu kertas tidak memenuhi syarat

(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan konservasi dan preservasi yang sering diartikan sebagai kegiatan pelestarian bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan jalan mengusahakan agar kondisi bahan pustaka terpelihara sebaik mungkin dan siap pakai.

2. Pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen masih di lakukan dengan cara yang sederhana, baik dari segi peralatan yang digunakan maupun dari segi tenaga teknis yang masih kurang.

3. Kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen banyak diakibatkan oleh salah penanganan terhadap bahan pustaka, baik oleh petugas maupun oleh pemakai jasa perpustakaan. Hal ini disebabkan belum adanya kesadaran yang tinggi tentang pentingnya perawatan bahan pustaka dan kurangnya bimbingan atau penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat pemakai tentang tatacara penanganan maupun penggunaan terhadap bahan pustaka.

(53)
(54)

4.2 S a r a n

1. Dalam pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen ada baiknya melakukan pemeliharaan sejak dari awal, yaitu sejak di lakukannya pemilihan bahan pustaka, yakni memilih bahan pustaka disamping sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai juga diperhitungkan fisik bahan pustaka tersebut, seperti bahan/jenis kertas, teknik penjilidan, bahan cover dan lain-lain.

2. Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen sangat perlu memodernisasi sistem pelaksanaan konservasi dan preservasi bahan pustakanya seperti ruangan fumigasi dan alat-alat pengatur suhu dan kelembaban udara seperti thermohygrometer, thermohygrograph dan lain-lain

3. Perlunya diberikan bimbingan mengenai cara penanganan dan penggunaan bahan pustaka yang benar kepada staff dan pengguna jasa perpustakaan baik berupa penyuluhan maupun dengan poster-poster yang ditempelkan di tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung, melalui brosur-brosur, buku petunjuk dan lain-lain.

4. Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen perlu menambah tenaga kerja di bagian konservasi dan preservasi sebab perpustakaan ini sudah memiliki banyak koleksi dan yang pasti membutuhkan penjilidan kembali agar dapat bertahan lebih lama dipergunakan kembali.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Razak, Muhammadin. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta : Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.

Echols, John M. dan Sadly, Hasan. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta. : Gramedia.

Martoadmodjo, Karmidi. 1993. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyaningsih, Sri B.M. Mengenal Perusak Bahan Pustaka. Jakarta : Kanisius.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 1995. Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tim Teknis Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. 1991. Prosedur Perbaikan

Gambar

Gambar 1 : Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi yang dimiliki pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan acuan standart

Lamida Uli Harianja : Dampak Ketersediaan Katalog Terhadap Minat Kunjung Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan, 2003... Lamida Uli Harianja : Dampak

BAB III KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan, Arsip

BAB III KONSERVASI DAN PRESERVASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN YAYASAN PENDIDIKAN IKAL MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Yayasan Pendidikan Ikal Medan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi yang dimiliki pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan acuan standart

Dari jawaban di atas dapat diketahui bahwa dokumen elektronik Sistem Perpustakaan Online Universitas HKBP Nommensen Medan hanya diperoleh dari skripsi yang

Dengan demikian, dalam melakukan konservasi dan preservasi terhadap bahan pustaka, perpustakaan dituntut memiliki tenaga pustakawan yang berpengalaman dan terlatih,

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kegiatan preservasi dan konservasi bahan pustaka cetak yang dilakukan Perpustakaan