• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Metode Work Load Analysis (Study Kasus di UKM. Keluarga Maju Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Menggunakan Metode Work Load Analysis (Study Kasus di UKM. Keluarga Maju Tebing Tinggi)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

I-92

Tabel Pengamatan Work Sampling

Hari I

No Bilangan Random Waktu Pengamatan Aktivitas

(2)

I-93

Hari I

No Bilangan Random Waktu Pengamatan Aktivitas

(3)

I-94

Hari I

No Bilangan Random Waktu Pengamatan Aktivitas

Work Idle

73 108 14:18

74 109 14:21

75 110 14:24

76 113 14:33

77 114 14:36

78 115 14:39

79 116 14:42

80 118 14:48

81 121 14:57

82 123 15:03

83 126 15:12

84 129 15:21

85 130 15:24

86 133 15:33

87 134 15:36

88 137 15:45

89 139 15:51

(4)

I-95

Penentuan Rating Factor

Penentuan rating factor menggunakan metode westinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisikerja dan konsistensi.

Pekerja bagian pengadonan dan penggorengan hanya satu orang, sehingga pekerja tersebut ditetapkan sebagai pekerja normal dengan rating factor sama dengan satu (Rf=1).

1. Bagian Pencetakan I

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,01

Jumlah 0,08

2. Bagian Pencetakan II

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,00

(5)

I-96

3. Bagian Pencetakan III

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,01

Jumlah 0,08

4. Bagian Pencetakan IV

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,00

Jumlah 0,07

5. Bagian Pengepakan I

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,00

Jumlah 0,07

6. Bagian Pengepakan II

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (C2) 0,03

2 Usaha Good (C2) 0,02

3 Kondisi Kerja Good (C) 0,02

4 Konsistensi Good (C) 0,00

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

I-89

DAFTAR PUSTAKA

Dirgantara, G.W, 2011, Analisis Beban Kerja Bagian Produksi dengan Pendekatan Workload Analysis di PT. Gunawan Steel Tbk, ITS, Surabaya

Grandjean, E. 1982. Fitting he Task to The Man: An Ergonomic Approach. London : Taylor & Francis

Hoonaker, P., et al., 2011, Measuring workload of ICU nurses with questionnaire survey: the NASA Task load Index (TLX), USA: IIE Transactions on Healthcare System Engineering

Novera, A., dkk., 2010, Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME), Teknik Industri ITB, Bandung

Raisa, Putri. 2014. Analisis Beban Kerja Dengan Metode Workload Analysis Sebagai Pertimbangan Pemberian Insentif Pekerja.Universitas Brawijaya: Malang

Riduwan, Arif. 2014. Analisis Beban Kerja pada Bagian Produksi dengan Pendekatan Metode WorkLoad Analysis. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Santoso, G., 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Surabaya : Guna Widya.

(21)

I-90

Stanton, Neville.et.al. 2004. Handbook of Human Factors and E rgonomics Methods. CRC Press LLC: United States of America.

Sutalaksana, I.Z., dkk., 1979, Teknik Tata Cara Kerja, Penerbit ITB, Bandung. Tarwaka,dkk., 2004, Ergonomi, Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

produkstivitas, Surakarta: UNIBA Press.

Triswandana, M.S, 2011, Penentuan Jumlah Optimal Operator Pemindahan Unit Mobil di Vehicle Logistic Center Perusahaan Manufaktur Otomotif

Dengan Pendekatan Workload Analysis, Universitas Indonesia, Depok Widyanti, A.dkk., 2010. Pengukuran beban kerja mental dalam searching task

dengan metode rating scale mental effort (RSME), Bandung: Teknik Industri ITB.

(22)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.1

Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin, peralatan kerja) dan/ atau perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur). Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan (sosiologi).

Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu

1

(23)

dengan efektif, aman dan nyaman tidak hanya dalam hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Agar tercapai kondisi tersebut, seharusnya peralatan dan lingkungan dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, bukan sebaliknya manusia disesuaikan dengan alat.

3.2 Manusia dan Pekerjaannya

Menurut Sutalaksana (1979), secara garis besar faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok faktor diri (individual) dan faktor-faktor situasional.2

Kelompok faktor diri terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut memasuki lingkungan kerja tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah attitude, sifat, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Selain pendidikan dan pengalaman, semua faktor di atas tidak dapat diubah.

Sedangkan kelompok faktor-faktor situasional merupakan kelompok faktor luar yang terdiri atas faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan perusahaan untuk mengubahnya. Hampir semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan diatur. Secara garis besar faktor-faktor situasional terbagi kedalam dua subkelompok yaitu faktor-faktor sosial dan keorganisasian dan faktor-faktor fisik pekerjaan.

2

(24)

Dimana faktor-faktor sosial dan keorganisasian ini merupakan suatu kebutuhan non materi yang dibutuhkan oleh pekerja, seperti: rasa aman, rasa terjamin, ingin prestasinya diketahui dan dihargai orang lain, dan sebagainya. Sedangkan faktor-faktor fisik pekerjaan terdiri dari mesin, peralatan kerja, bahan dan sebagainya.

3.3 Beban Kerja

Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan dengan dominasi mental. Aktivitas fisik dan mental ini menimbulkan konsekuensi, yaitu munculnya beban kerja. Menurut Meshkati dalam jurnal Widyanti, dkk (2010), beban kerja dapat didefenisikan sebagai perbedaan antara kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang berlebihan.3

Menurut Risma Adelina, beban kerja merupakan konsekuensi dari pelaksanaan aktivitas yang diberikan kepada seseorang atau pekerja. Aktivitas ini terdiri dari aktivitas fisik dan mental, dimana beban kerja yang dijumpai selama ini merupakan gabungan (kombinasi) dari keduanya dengan salah satu aktivitas yang lebih dominan.4

3

Widyanti, A.dkk., 2010. Pengukuran beban kerja mental dalam searching task dengan metode rating scale mental effort (RSME), Bandung: Teknik Industri ITB.

4

(25)

Hoonaker, dkk (2011) juga menjelaskan bahwa beban kerja adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menjelaskan sejauh mana seorang operator telah menggunakan kemampuan fisik dan mentalnya untuk menyelesaikan sebuah tugas. Beban kerja itu sendiri dipengaruhi oleh tuntutan eksternal sebuah pekerjaan, lingkungan, faktor organisasi dan psikologis, dan sebagainya. Beban kerja terdiri dari beberapa komponen:

1. Ada seorang operator, menggunakan sumber dayanya untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

2. Ada tuntutan fisik atau mental untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. 3. Tugas yang harus diselesaikan.5

3.3.1 Beban Kerja Fisik

Astrand & Rodahl (1977) dan Rodahl (1989) dalam buku Tarwaka dkk (2004) menyatakan bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk konsumsi. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Denyut nadi akan segera berubah

5

(26)

seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika dan kimiawi.6

3.4 Work Load Analysis(WLA)

Menurut Moekijat (1985) difinisi dari Work Load Analysis adalah prosedur yang memberikan atau menghasilkan alat-alat pengukur tenaga kerja, standar-standar penyusunan tenaga kerja, yang menunjukkan jumlah-jumlah yang dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis beban kerja ini dapat digunakan sabagai alat menentukan atau meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebernanya.

Menurut National institutes of Health (Dewita, 2005) Work Load Analysis merupakan gambaran deskriptif dari kebutuhan beban kerja dalam suatu unit organisasi. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Kegunaan dari Work Load Analysis antara lain adalah:

a. Alat Manajemen dalam mengambil keputusan.

b. Menganalisis beban kerja berdasarkan kegiatan, bidang yang membutuhkan pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada possisi yang sesuai.

c. Menganalisis proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisien dan efektifitas.

6

(27)

Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap aktivitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktifias-aktifitas kerja berdasarkan disiplinnya. Setiap hasil kerja, sebuah analisis waktu harus dilakukan. Analisis waktu terdiri atas dokumen waktu yang dibtuthkan oleh jabatan yang berbeda untuk menyelesaikan tugasnya. 7

Beban kerja yang baik adalah mendekati 100%, nilai tersebut termasuk dalam kategori normal yang berarti karyawan tersebut bekerja terus menerus selama jam kerja berlangsung dengan telah memperhitungkan allowance.8

Perhitungan jumlah karyawan dapat dilakukan setelah mengetahui beban kerja karyawan melalui waktu produktif karyawan. Adapun rumus untuk menilai beban kerja melalui persen produktif adalah sebagai berikut.

����������= (% ���������×�����������������) × (1 +���������)

Beban kerja yang didapat menentukan besarnya jumlah pekerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, perhitungan jumlah pekerja tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah Pekerja = Total Beban Kerja Rata−rata beban kerja

7

Riduwan Arif.2014. Analisis Beban Kerja pada Bagian Produksi dengan Pendekatan Metode WorkLoad Analysis. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

8

(28)

3.5 Pengukuran Waktu

Pada umumnya suatu organisasi bisnis didirikan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Untuk keperluan tersebut maka di dalam perusahaan harus dibentuk berbagai fungsi, seperti fungsi produksi, keuangan, sumber daya manusia, informasi dan teknologi dan juga fungsi pemasaran. Sistem kerja untuk setiap proses bisnis tersebut diatas dapat diukur performa kinerjanya dengan menggunakan beberapa kriteria, yaitu kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. 9

Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak dipergunakan dalam pengukuran, karena pengukuran waktu kerja merupakan kegiatan mengukur yang relatif paling mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh lamanya pelayanan pemesanan tiket di suatu loket, merupakan hal yang paling mudah diukur dan dirasakan oleh calon penumpang kereta api. Contoh tersebut memberikan gambaran tingkat kemampuan suatu sistem kerja dalam menghasilkan keluaran. Di lain pihak dapat memberikan gambaran tingkat pelayanan terhadap pelanggan, sehingga hasil pengukuran waktu kerja termasuk pelayanan dan penggunaannya merupakan hal yang sangat penting.

Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator/pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat

9

(29)

itu. Pengukuran waktu tersebut merupakan suatu upaya proses kuantitatif yang diarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria objektif.

Secara umum, proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar, yaitu :

1. Pengukuran waktu secara langsung

Pengukuran waktu dinyatakan langsung karena pengamat berada di tempat objek pengukuran yang sedang diamati secara langsung. Dengan demikian pengamatan langsung merupakan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (objek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran waktu secara langsung dapat dibagi atas dua jenis pengukuran, yaitu :

a. Jam henti

b. Sampling pekerjaan (Work Sampling)

Kedua pengukuran tersebut berbeda dari segi karakteristik pekerjaan yang diukur, serta lamanya pengamat dalam melakukan pengukuran.

2. Pengukuran waktu secara tidak langsung

Pengukuran waktu jenis ini disebut tidak langsung karena pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (obyek) pengukuran dari awal hingga akhir. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan perumusan serta berdasarkan data waktu yang telah tersedia.

(30)

Sampling kerja atau work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak. 10

Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C Tippet dalam aktifitas penelitiannya di industri tekstil. Selanjutnya cara atau metode sampling kerja ini telah terbukti sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja dari mesin atau operator. Dikatakan efetktif karena dengan cepat dan mudah cara ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pendayagunaan waktu tenaga kerja, mesin, proses, penentuan waktu longgar (allowance time) yang tersedia untuk satu pekerjaan. Dibandingkan dengan metode kerja yang lain, metode sampling kerja lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat digunakan untuk :

1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase

10

(31)

dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).

2. Menetapkan performance level dari tenaga kerja selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja.

3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

3.6.1 Pelaksanaan Sampling Kerja

Sebelum melakukan sampling kerja dilakukan langkah-langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja. 11

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu :

1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.

2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika

11

(32)

belum ada maka dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.

3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama. 4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan

sistem kerja yang dilakukan.

5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud.

6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran pengamatan.

Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri dari tiga langkah yaitu :

1. Dilakukan sampling pendahuluan 2. Uji keseragaman data

3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan.

3.6.2 Penentuan Jadwal Waktu Pengamatan Secara Acak (Random)

Pada langkah ini dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.12

12

(33)

Misalnya satu satuan waktu panjangnya 5 menit, jadi satu hari kerja (7 jam) mempunyai 84 satuan waktu. Ini berarti jumlah kunjungan perhari tidak lebih dari 84 kali. Jika dalam satu hari dilakukan 36 kali kunjungan maka dengan bantuan tabel bilangan acak ditentukan saat-saat kunjungan tersebut.

Pada tabel bilangan acak, angka-angka pada tabel ini diikuti dua-dua sampai 36 kali. Syaratnya adalah bahwa pasangan-pasangan dua buah bilangan itu besarnya tidak boleh terjadi pengulangan. Berdasarkan waktu yang telah di random tersebut maka pengamatan dilakukan dimana pengamat mengelompokkan kegiatan bekerja dan kegiatan menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu defenisi work dan idle itu sendiri.

3.6.3 Rating Factor

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kerja yang ditunjukkan operator.13

Andai kata ketidakwajaran ada maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

13

(34)

inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu (p > 1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p < 1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p = 1).

Ada beberapa cara untuk menentukan faktor penyesuaian, yaitu : 1. Cara Shumard

2. Cara Westinghouse

Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti pada Tabel 3.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas superfast, fast+, fast, fast-, excelent, dan seterusnya.

(35)

seorang operator dinilai excelent maka ia mendapat nili 80, maka faktor penyesuaiannya adalah : p = 80/60 = 1,33.

Jika waktu siklusnya sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya : Wn = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik.

Tabel penyesuaian menurut cara shumard dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penyesuaian Menurut Cara Shumard

Kelas Penyesuaian Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja

Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan cirri-ciri dari setiap kelas sebagai berikut :

Super skill :

(36)

2. Bekerja dengan sempurna

3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti.

5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.

6. Perpindahan dari suatu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.

8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.

Excelent skill :

1. Percaya pada diri sendiri

2. Tampak cocok dengan pekerjaanya 3. Terlihat telah terlatih baik

4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau pemeriksaan lagi.

5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.

6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu 8. Bekerjanya cepat tapi halus

(37)

Good skill :

1. Kualitas hasil baik

2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya. 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya

lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan

7. Bekerjanya stabil

8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik 9. Gerakan-gerakannya cepat.

Averange skill :

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendri 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat

3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak ada keragu-raguan. 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik

7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerja cukup teliti

9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. Fair skill :

(38)

2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.

3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.

4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah dipekerjakan dibagian itu sejak lama.

6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin. 7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

Poor skill :

1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku

3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan

4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang tidak bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan antara pekerjaannya.

6. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.

8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendriri 9. Tidak bisa mengambil inisyatif sendiri.

(39)

membuat pengukuran akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesuaiannya yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif.

Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri tersendiri. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan cirri-cirinya, yaitu :

Excessive effort :

1. Kecepatan sangat berlebihan

2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.

3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

Excellent effort :

1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.

2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaanya.

4. Banyak member saran

5. Menerima saran-saran petunjuk dengan senang 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari

(40)

9. Bekerjanya sangat sistematis.

10. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

Good effort :

1. Bekerja berirama.

2. Saat-saat menganggur sangat sedikit. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Sengang pada pekerjaannya.

5. Kecepatannya baik dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran waktu. 7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberi saran-saran dan petunjuk dengan senang. 9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik 11. Memelihara kondisi peralatan dengan baik. Averange effort :

1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik baik dari poor 2. Bekerja dengan stabil

3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik.

5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. Fair effort :

(41)

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh.

4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakai tidak selalu yang terbaik.

7. Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.

9. Gerakan-gerakannya tidak terencanya. Poor effort :

1. Banyak membuang-buang waktu.

2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran.

4. Tampak malas dan lambat bekerja.

5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.

6. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya pada peralatan yang dipakai. 7. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

8. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

(42)

Tabel 3.2. Westinghouse Factor

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan

Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja

3.6.4 Allowance

(43)

1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi (Personal Allowance)

Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau 10 sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi. Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya.

2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatique Allowance)

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan banyak pikiran dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diizinkan untuk melepaskan lelah adalah sangat sulit dan kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat tergantung pada individu yang bersangkutan. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya.

(44)

masih dapat dihindari, misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja.

Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti tertera pada Tabel 3.3. 14

Tabel 3.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen

Beban

Kelonggaran (%)

Pria Wanita

14

(45)

A. Tenaga yang dikeluarkan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat control

Pada bagian sisi, belakang atau depan badan

Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki

4. Pada anggota-anggota badan terbatas

5. Seluruh anggota badan terbatas

Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu

Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala

Bekerja dilorong pertambangan yang sempit

1. Pandangan yang terputus-putus 2. Pandangan yang hampir terus

menerus

3. Pandangan terus menerus dengan focus tetap

4. Pandangan terus menerus dengan focus berubah-ubah

5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan focus tetap 6. Pandangan terus menerus dengan

konsentrasi tinggi dan focus berubah-ubah

Membawa alat ukur

Pekerjaan-pekerjaan yang teliti

Pemeriksaan yang sangat teliti

Memeriksa cacat-cacat pada kain

Pencahayaan

F. Keadaan atmosfer *** 1. Baik

2. Cukup

3. Kurang baik

4. Buruk

Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan

Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak adanya bau-bauan yang berbahaya yang mengaharuskan mengguanakan alat pernapasan

0 0-5

5-10

(46)

G. Keadaan lingkungan yang kurang baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 4. Sangat bising

5. Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran lantai

Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)

0

Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja

* Kontras antara warna hendaknya diperhatikan ** Tergantung juga pada keadaan ventilasi

*** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim

Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5 %

3.6.5 Perhitungan Persentase Waktu Produktif dan Uji Keseragaman Data Perhitungan persentase waktu produktif bertujuan untuk mengetahui persentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja selama jam kerja berlangsung. Persentase waktu produktif dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pensentase Waktu Produktif = �����ℎ����������−���������������������

�����ℎ���������� x 100%

Persentase waktu produktif operator dihitung tiap hari selama beberapa hari pengamatan agar diperoleh gambaran yang representatif dan diuji keseragamannya.

Uji keseragaman data dilaksanakan dengan cara visual dan/ atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Data terlalu ekstrim dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.

(47)

dari sistem yang sama, yaitu data berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam atau berasal dari sistem sebab yang berbeda jika berada diluar batas kontrol.

�̅ = persentase waktu produktif rata-rata operator

n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja k = berasal dari nilai z pada tabel distribusi normal

3.6.6 Penentuan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan

Untuk mengetahui jumlah pengamatan yang dilakukan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan 2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan15

Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang operator saat bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari dengan rumus :

15

(48)

�′=�2(1−�̅)

�2�̅

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki

�̅ = Persentase waktu produktif yang diamati

k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil.

Untuk menetapkan berapa jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (N’) maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja tersebut. Didalam aktifitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Besar N’ (jumlah pengamatan yang harus dilakukan) harus lebih kecil dari besar N (jumlah pengamatan yang sudah dilakukan) (N’≤N). Apabila kondisi yang diperoleh adalah N’ lebih besar dari N (N’≥N), maka pengamatan harus dilakukan lagi. Sebaliknya jika harga N’ lebih kecil daripada N (N’≤N) maka pengamatan yang dilakukan telah mencukupi sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.

3.6.7 Penentuan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan

(49)

teliti. Untuk itu cara yang dipakai adalah dengan menghitung harga s pada rumus

Dimana : s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki p = persentase waktu produktif yang diamati N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan

k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil (nilai z pada tabel distribusi normal).

3.7 Standard Nordic Questionnaire (SNQ)16

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 3.1. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan

16

(50)

untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya. Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.

Gambar 3.1. Peta Tubuh

Keterangan:

0. leher bagian atas 16. tangan kiri 1. leher bagian bawah 17. Tangan Kanan

2. bahu kiri 18. Paha Kiri

3. bahu kanan 19. Paha Kanan

4. lengan atas kiri 20. Lutut Kiri

5. punggung 21. Lutut Kiri

(51)

7. pinggang 23. Betis Kanan

8. bokong 24. Pergelangan Kaki Kiri

9. pantat 25. Pergelangan Kaki Kanan

10.siku kiri 26. Kaki Kiri

11.siku kanan 27. Kaki Kanan

(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelititian

Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil menengah pembuatan roti ketawa UD Keluarga Maju yang berlokasi di jalan Brohol Tebing Tinggi Deli. Penelitian ini dilakukan mulai Februari 2014 – Januari 2015.

4.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian bersifat deskriptif, karena hanya menggambarkan atau menguraikan aspek-aspek dalam pengukuran beban kerja dengan metode Work Load Analysis.

4.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Jumlah pekerja

2. Beban Kerja

4.4 Instrumen Penelitian

(53)

4.5 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

a. Data Primer

1) Mengindentifikasi pekerja produksi

2) Menentukan Waktu Pengamatan, yaitu jam 08.00-16.00WIB

3) Penentuan jadwal pengamatan (membagi waktu kerja dengan interval 3 menit dan memilihnya secara random dengan bantuan program excel dari komputer.

4) Menentukan defenisi work dan idle dari operator yang diamati 5) Penentuan Rating Factor

6) Penentuan Allowance b. Data sekunder

Berisikan data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya.

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam melakukan analisis terhadap masalah.

a. Perhitungan persentase waktu produktif hasil work sampling Rumus:

���=�̅+ 2 ��̅ (1− �̅)

��

���=�̅ − 2 ��̅ (1− �̅)

(54)

Dimana:

�̅ = persentase rata-rata waktu produktif operator n = jumlah pengamatan rata-rata

b. Uji kecukupan data

Rumus: �′=�2(1−�̅)

�2�̅

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki �̅ = Persentase waktu produktif yang diamati

k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil.

c. Perhitungan tingkat ketelitian hasil pengamatan

�=

Dimana : S = Tingkat ketelitian yang diperoleh p = persentase waktu produktif yang diamati

N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil

d. Menghitung beban kerja

e. Perhitungan jumlah pekerja optimal

(55)

Perumusan Masalah

1. Pembagian jumlah tenaga kerja tiap stasiun 2. Pengamatan Aktifitas elemen kerja 3. Perhitungan Waktu Produktif 4. Uji keseragaman dan Kecukupan data 5. Perhitungan Tingkat Ketelitian 6. Perhitungan beban kerja WLA

Analisis Pemecahan Masalah

(56)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung dengan metode work sampling terhadap pekerja bagian pengadonan, pencetakan, penggorengan dan pengepakan di UKM Keluarga Maju. Pengamatan work sampling ini dilakukan selama 10 hari kerja yang dimulai pada hari Senin, 18 Februari 2014 sampai dengan hari Jumat, 28 Februari 2014. Pengamatan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Dalam pengamatan ini ditentukan juga allowance pekerja. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pekerja, jam kerja dan uraian tugas pokok masing-masing pekerja. Data alokasi pekerja tiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Alokasi Pekerja No. Stasiun Kerja Jumlah Pekerja (orang)

1. Pengadonan 1

2. Pencetakan 4

3. Penggorengan 1

4. Pengepakan 2

(57)

Pekerja memulai pekerjaan dan selesai bekerja pada waktu yang berbeda-beda antar stasiun kerja seperti ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Jam Kerja Menurut Bagian.

No. Bagian Kerja Jumlah Pekerja Jam Masuk Kerja

5.1.1. Penentuan Jadwal Pengamatan Work Sampling

Penentuan jadwal pengamatan bertujuan untuk mendapatkan waktu pengamatan secara random dan digunakan untuk mengetahui kegiatan kerja yang dilakukan oleh pekerja. Pengamatan dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB (istirahat pukul 12.00-13.00 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Interval waktu pengamatan selama 3 menit, sehingga satu hari kerja (7 jam) memiliki 140 satuan waktu, seperti tertera pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 3 Menit

No 08.00 - 16.00 (∆t = 3 menit)

Waktu Pengamatan No

(58)

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 3 Menit (Lanjutan)

No 08.00 - 16.00 (∆t = 3 menit)

Waktu Pengamatan No

(59)

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 3 Menit (Lanjutan)

No 08.00 - 16.00 (∆t = 3 menit)

Waktu Pengamatan No

08.00 - 16.00 (∆t = 3 menit)

(60)
(61)

Tabel 5.4. Waktu Pengamatan Terpilih dalam satu hari kerja (Lanjutan)

(sumber: Microsoft Excel, Hasil Randomisasi)

5.1.2. Pengamatan Work Sampling

Pengamatan Work Sampling dilakukan terhadap pekerja bagian pengadonan, pencetakan, penggorengan dan pengepakan yang bekerja secara normal dan wajar tanpa dipengaruhi hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaannya. Ada dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing pekerja yaitu aktivitas produktif (work) dan aktivitas non produktif (idle). Aktivitas produktif (work) adalah aktivitas yang berhubungan dengan beban kerja dan tanggung jawab kerja dan diluar aktivitas ini termasuk kedalam aktivitas non produktif (idle).

Adapun aktivitas yang termasuk kedalam kategori productive untuk masing-masing pekerja adalah sebagai berikut :

1. Pengadonan

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada pekerja bagian pengadonan adalah :

(62)

b. Pemeriksaan alat c. Mengambil gula d. Menimbang gula

e. Memasukkan gula ke wadah f. Mencairkan gula

g. Mengangkat tepung h. Menimbang tepung

i. Memasukkan tepung ke dalam wadah j. Memasukkan gula cair ke dalam wadah k. Mengambil cetakan

l. Membawa adonan ke pencetakan 2. Pencetakan

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada pekerja bagian pencetakan adalah :

a. Mengulen adonan b. Mencetak adonan

c. Meletakkan roti mentah ke dalam loyang d. Membawa roti mentah ke penggorengan 3. Penggorengan

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada pekerja bagian penggorengan adalah :

(63)

c. Menuang minyak ke kuali

d. Memasukkan roti mentah ke kuali e. Mengaduk roti

f. Mengangkat roti g. Meniriskan roti

h. Membawa roti ke pengepakan 4. Pengepakan

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada pekerja bagian pengepakan adalah :

a. Memilih roti

b. Memasukkan roti ke dalam plastik kecil

c. Membakar plastik yang telah diisi roti dengan lilin d. Mengemas roti ke dalam bungkusan besar

Aktivitas non produktif (idle) yang dilakukan oleh pekerja bagian pengadonan, pencetakan, penggorengan dan pengepakan merupakan aktivitas yang berada di luar kategori aktivitas produktif yang dilakukan, seperti menelepon atau menerima telepon yang bersifat pribadi, membaca koran dan sebagainya.

(64)

Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Work Sampling

Bagian Pekerjaan Aktivitas Hari

(65)

Total data hasil pengamatan work sampling pada Tabel 5.5 terlihat berbeda untuk tiap-tiap kegiatan, yaitu pengadonan 90 data, pencetakan 87 data, penggorengan 80 data dan pengepakan 74 data. Hal tersebut karena pengambilan data dilakukan berdasarkan waktu kerja yang berbeda-beda.

5.1.3. Penentuan Rating Factor

Penentuan rating factor menggunakan metode wastinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.

Pekerja bagian pengadonan dan penggorengan hanya 1 orang, sehingga pekerja tersebut ditetapkan sebagai pekerja normal dengan rating factor = 1.

Tabel penilaian rating factor dapat di lihat pada lampiran, sedangkan rangkuman nilai rating factor pekerja tertera pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Rekapitulasi Nilai Rating Factor Semua Bagian No. Bagian Pekerjaan Rating Factor

(66)

5.1.4. Penentuan Allowance (Kelonggaran)

Kelonggaran diberikan kepada pekerja untuk tiga hal (Sutalaksana, 1979) yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan

hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Adapun faktor-faktor allowance untuk masing-masing pekerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

1. Bagian Pengadonan

Tabel 5.7. Allowance (Kelonggaran) Bagian Pengadonan

No. Allowance %

1 Tenaga yang dikeluarkan 3

2 Sikap kerja 2

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 2

5 Keadaan temperatur tempat kerja 1

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 3

Total 11

2. Bagian Pencetakan

Tabel 5.8. Allowance (Kelonggaran) Bagian Pencetakan

No. Allowance %

1 Tenaga yang dikeluarkan 5

2 Sikap Kerja 0

3 Gerakan Kerja 0

4 Kelelahan Mata 3

5 Keadaan Temperatur tempat Kerja 1

6 Keadaan Atmosfer 0

7 Keadaan Lingkungan 0

8 Keadaan Pribadi 3

(67)

3. Bagian Penggorengan

Tabel 5.9. Allowance (Kelonggaran) Bagian Penggorengan

No. Allowance %

1 Tenaga yang dikeluarkan 5

2 Sikap Kerja 2

3 Gerakan Kerja 0

4 Kelelahan Mata 5

5 Keadaan Temperatur tempat Kerja 2

6 Keadaan Atmosfer 0

7 Keadaan Lingkungan 0

8 Keadaan Pribadi 3

Total 17

4. Bagian Pengepakan

Tabel 5.10. Allowance (Kelonggaran) Bagian Pengepakan

No. Allowance %

1 Tenaga yang dikeluarkan 3

2 Sikap Kerja 0

3 Gerakan Kerja 0

4 Kelelahan Mata 3

5 Keadaan Temperatur tempat Kerja 1

6 Keadaan Atmosfer 0

7 Keadaan Lingkungan 0

8 Keadaan Pribadi 3

Total 10

5.1.5. Standart Nordic Questionnaire (SNQ)

(68)

bagian bawah, bahu kanan, kaki kanan dan kiri serta bagian tubuh lainnya, seperti ditunjukkan pada lampiran 3.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1 Perhitungan Waktu Produktif Pekerja

Perhitungan waktu produktif pekerja dilakukan untuk mengetahui persentase waktu produktif masing-masing pekerja sehingga dapat diketahui rata-rata persentase waktu yang digunakan pekerja untuk bekerja selam jam kerja berlangsung. Juga dapat diketahui persentase besarnya aktifitas non-produktif (idle). Persentase waktu produktif pekerja dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan rumus di atas, perhitungan persentase waktu produktif untuk bagian pengadonan pada hari 1 adalah :

Persentase produktif hari I bagian pengadonan. %P = 90−16

90 �100% = 0,822

(69)

Tabel 5.11. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif

Bagian Pekerjaan Aktivitas Hari

(70)

Tabel 5.11. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif (Lanjutan)

Bagian Pekerjaan Aktivitas Hari

(71)

I-76 5.2.2 Uji Keseragaman Data

Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah seragam maka bila dilakukan uji keseragaman data ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Uji keseragaman data pada penelitian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% karena tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95% dan tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari hasil pengukuran sebesar 5%. Adapun rumus yang digunakan untuk uji keseragaman data adalah sebagai berikut :

���= �̅ + 2 ��̅ (1− �̅)

��� =�̅ − 2 ��̅ (1− �̅)

Dimana :

�� = produktif rata-rata operator

n = jumlah pengamatan rata-rata perhari

Berdasarkan rumus diatas maka hasil perhitungan uji keseragaman data masing-masing pekerja adalah sebagai berikut :

a. Bagian Pengadonan

���= 0,811 + 2 �0,811 (1−0,811)

90 = 0,894

��� = 0,811−2 �0,811 (1−0,811)

(72)

I-77

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data pengadonan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Peta Kontrol Bagian Pengadonan

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

Rekapitulasi hasil uji keseragaman data untuk semua bagian dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Rekapitulasi Hasil Uji Keseragaman Data Pengamatan Nomor Nama Bagian Proporsi BKA BKB Keterangan

(73)

I-78

5.2.3 Uji Kecukupan Data

Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Jika N’ > N maka data belum mencukupi sehingga harus dilakukan pengamatan lagi hingga data telah cukup. Adapun rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data adalah sebagai berikut :

�′=�

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (bentuk desimal)

� = Produktif pekerja rata-rata (bentuk desimal)

k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

Untuk bagian Pengadonan

nilai N’ < N atau 372,873 < 900 maka data telah mencukupi.

Adapun hasil uji kecukupan data untuk masing-masing pekerja Bagian Pengadonan, Pencetakan, Penggorengan dan Pengepakan dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Hasil Uji Kecukupan Data Masing-masing Pekerja

Nama Proporsi N N' Keterangan

Pengadonan 0,811 900 373 Cukup

Pencetakan I 0,887 870 204 Cukup

(74)

I-79

Tabel 5.13. Hasil Uji Kecukupan Data Masing-masing Pekerja (Lanjutan)

Nama Proporsi N N' Keterangan

5.2.4 Perhitungan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan

Setelah studi secara lengkap dilakukan, suatu perhitungan akan dibuat untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan telah memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan. Adapun perhitungan tingkat ketelitian pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

� =

���̅(1−�̅ ) �̅

Dimana: s = tingkat ketelitian yang dikehendaki

�̅ = persentase waktu produktif yang diamati (bentuk desimal) N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

(diperoleh dari tabel distribusi normal)

(75)

I-80

Nilai S = ±2,4 % atau lebih kecil dari 5% yaitu tingkat ketelitian yang dikehendaki, maka pengamatan yang telah dilakukan sebanyak 900 kali jauh lebih teliti dari syarat ketelitian yang ditetapkan sebelumnya.

5.2.5 Menghitung beban kerja dengan Workload Analysis.

Beban kerja yang baik, sebaiknya mendekati 100% atau dalam kondisi normal. Beban kerja 100% tersebut berarti bahwa selama jam kerja pekerja mampu bekerja secara terus menerus dalam kondisi yang normal. Besarnya beban kerja yang diterima oleh pekerja adalah sebagai berikut :

(76)

I-81

c. Bagian Penggorengan

Beban Kerja = (% produktif ×������������) × (1 +���������)

Beban Kerja = (0,928 × 1) × (1 + 0,17) Beban Kerja =1,086

d. Bagian Pengepakan

Beban Kerja =�(% produktif ×������������) × (1 +���������)

Rekapitulasi hasil perhitungan beban kerja workload analysis dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Rekapan Perhitungan beban kerja Work Load Analysis Bagian Pekerjaan Nilai Beban Kerja Persentasi Beban

Kerja (%)

Pengadonan 0,900 90

Pencetakan 1,030 103

Penggorengan 1,086 108,6

Pengepakan 1,026 102,6

5.2.6 Perhitungan Jumlah Pekerja dengan Workload Analysis

Perhitungan jumlah pekerja yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja dari pekerja pembuatan roti ketawa dapat dilihat sebagai berikut:

a. Jumlah pekerja bagian pengadonan

(77)

I-82

Jumlah Pekerja =0,9 0,9

Jumlah Pekerja = 1

b. Jumlah pekerja bagian pencetakan

Jumlah Pekerja =4,122

1,030= 4,001

c. Jumlah pekerja bagian penggorengan

Jumlah Pekerja =1,086 1,086= 1

d. Jumlah pekerja bagian pengepakan

Jumlah Pekerja =2,052 1,026= 2

Rekapitulasi hasil perhitungan pekerja berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 5.15

Tabel 5.15. Jumlah Pekerja Berdasarkan Beban Kerja

(78)

I-83

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Hasil Work Sampling

Pengukuran kerja dengan metode work sampling merupakan pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanannya harus secara langsung ditempat kerja yang diteliti. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan selama 10 hari kerja dengan 90 kali pengamatan bagian pengadonan, 87 kali bagian pencetakan, 80 kali penggorengan dan 74 kali pengepakan setiap hari kerja.

Dari hasil pengamatan sampling kerja dapat diketahui persentase waktu produktif para pekerja (work), waktu menganggur (idle) serta seberapa besar allowance yang diberikan pada setiap pekerja. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa persentase waktu produktif yang paling besar dimiliki oleh bagian penggorengan yaitu sebesar 92,8% dan yang paling rendah dimiliki oleh bagian pengadonan yaitu sebesar 81,1%.

Jika dibandingkan waktu produktif aktual (diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung) dengan waktu produktif seharusnya (dengan allowance/ kelonggaran yang diberikan), maka dapat diketahui bahwa pekerja masih memiliki waktu non produktif dengan persentase yang berbeda-beda.

(79)

I-84

Tabel 6.1. Perbandingan Waktu Produktif, Non Produktif dan Allowance Bagian

Selisih allowance dan waktu non produktif yang bernilai positif menunjukkan bahwa pekerja menggunakan waktunya untuk hal yang tidak produktif lebih besar dari allowance yang diberikan.

Dari Tabel 6.1 terlihat bahwa sebagian pekerja masih ada yang tidak memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik yaitu bagian pengadonan dan bagian pengepakan.

6.2 Analisis Beban Kerja

Hasil Pengolahan beban kerja Workload Analysis dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Hasil Perhitungan beban kerja Work Load Analysis Bagian Pekerjaan Persentasi Beban

Kerja (%) Nilai Beban Kerja

Pengadonan 90 0,900

Pencetakan 103 1,030

Penggorengan 108,6 1,086

(80)

I-85

Dari Tabel 6.2 dapat dilihat beban kerja masing-masing bagian memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Nilai beban kerja tertinggi terdapat pada bagian penggorengan sebesar 108,6% dan nilai beban kerja terendah pada bagian pengadonan bernilai sebesar 90%. Maka perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi beban kerja dari bagian penggorengan. Bagian penggorengan perlu dibantu pekerja untuk mengurangi beban kerjanya

6.3 Analisis Jumlah Pekerja Pembuatan Roti Ketawa

Setelah dilakukan perhitungan dengan membagi total kerja dengan rata-rata beban kerja maka diperoleh jumlah pekerja seperti tertera pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Jumlah Pekerja Berdasarkan Beban Kerja Pekerja Total Beban

Kerja

(81)

I-86

untuk mengurangi beban kerja bagian penggorengan dan mengoptimalkan kerja produktif bagian pengadonan.

Semula tugas dari penggorengan adalah mengambil adonan yang telah dicetak, menggoreng dan mengantarkan hasil gorengan ke bagian pengepakan. Tugas mengambil adonan dan mengantarkan hasil gorengan dapat dibantu oleh pekerja pengadonan, sehingga pekerja penggorengan lebih fokus dengan tugas melakukan penggorengan.

Bagian pencetakan dan pengepakan juga memiliki nilai beban kerja yang cukup tinggi yaitu di atas 100% yang tergolong kategori beban kerja tinggi. Tetapi dilihat dari jam kerja bagian tersebut masih belum memanfaatkan jam kerjanya secara optimal untuk melaksanakan tugas masing-masing. Karena jam kerja yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan sebanyak 7 jam perhari sedangkan jam kerja yang digunakan belum mencapai 7 jam. Sehingga bagian ini masih perlu menggunakan jam kerjanya secara lebih produktif.

(82)

I-87

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil Workload Analysis dapat disimpulkan bahwa seluruh karyawan bagian produksi tergolong dalam kategori beban kerja yang berlebih kecuali pada bagian pengadonan.

2. Hasil work sampling menunjukkan bahwa pekerja pencetakan dan penggorengan sudah menggunakan waktu kerjanya dengan baik. Sedangkan bagian pengadonan dan pengepakan perlu meningkatkan waktu produktifnya. 3. Hasil dari kedua metode tersebut menjelaskan bahwa jumlah pekerja

(83)

I-88

7.2 Saran

Setelah melakukan penelitian tugas sarjana ini, saran yang dapat diajukan adalah :

1. Pihak perusahaan sebaiknya mempertimbangkan hasil penelitian beban kerja pekerja yang dilakukan peneliti untuk melakukan perbaikan sistem pembagian kerja dan pengalokasian pekerja.

(84)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Awal berdirinya pabrik roti ketawa UD Keluarga Maju dimulai dari keinginan Ibu Nurmala untuk membangun usaha pembuatan roti ketawa. Pada mulanya Ibu Nurmala seorang pekerja pabrik. Dengan modal hasil kerja keras yang dikumpulkan selama menjadi pekerja dan meminjam modal kepada keluarga untuk membangun usaha maka didirikanlah usaha ini. UD Keluarga Maju merupakan industri kecil yang bergerak dalam bidang makanan. Usaha yang didirikan oleh Ibu Nurmala pada mulanya hanya memproduksi jajanan roti ketawa. Seiring berjalannya waktu dan permintaan pelanggan kini UD Keluarga Maju menghasilkan produk wajik, peyek dan roti kelapa.

UD Keluarga Maju telah beroperasi 9 tahun lamanya sejak tahun 2005 dan mempekerjakan 8 orang karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar UKM.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD Keluarga Maju menghasilkan produk roti ketawa, wajik, peyek dan roti kelapa sesuai pesanan pelanggan. Pemesanan biasanya berasal dari grosir atau pengecer daerah Tebing Tinggi dan sekitarnya.

(85)

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber day yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk mencapai tujuan.

2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

(86)

PPem

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Keluarga Maju

2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada UD Keluarga Maju dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan pimpinan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pemilik Usaha

Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik UD Keluarga Maju. Adapun tugas dan tanggung jawab pimpinan adalah sebagai berikut:

a. Mengawasi jalannya proses produksi.

b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisis dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap pekerja dan menjalin hubungan baik.

(87)

2. Pekerja Bagian Pengadonan.

Pekerja bagian pengadonan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berkaitan dengan adonan sebelum dilakukan pencetakan.

Adapun rincian tugas pekerja pada bagian pengadonan adalah sebagai berikut:

a. Menimbang bahan-bahan adonan sesuai komposisi. b. Mencairkan gula.

c. Mencampurkan semua bahan sehingga menjadi adonan siap cetak. d. Membawa adonan ke bagian pencetakan.

3. Pekerja bagian pencetakan

Pekerja bagian pencetakan memiliki tanggung jawab mencetak adonan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.

Adapun tugas pekerja bagian pencetakan adalah sebagai berikut: a. Mencetak adonan.

b. Membawa adonan yang telah dicetak ke penggorengan. 4. Pekerja bagian penggorengan

Pekerja bagian penggorengan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan kegiatan penggorengan roti sehingga diperoleh hasil gorengan dengan warna yang merata.

Adapun rincian tugas bagian penggorengan adalah sebagai berikut: a. Memasukkan minyak ke dalam kuali.

(88)

d. Meniriskan roti dari minyak

e. Membawa roti ke bagian pengepakan. 5. Pekerja bagian Pengepakan

Pekerja bagian pengepakan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengemasan roti.

Adapun tugas pekerja bagian pengepakan adalah sebagai berikut:

a. Memilih roti yang utuh (memisahkan yang pecah karena proses penggorengan).

b. Membungkus roti ke dalam plastik kecil (10 roti/bungkus)

c. Mengemas roti kedalam plastik besar (1 bungkus besar = 20 bungkus plastik kecil)

2.3.3 Jumlah Pekerja dan Jam Kerja Perusahaan

Jumlah pekerja UD Keluarga Maju dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Daftar Pekerja

No Uraian Jumlah Pekerja

1 Pemilik 1 orang

2 Pekerja Bagian Pengadonan 1 orang

3 Pekerja Bagian Pencetakan 4 orang

4 Pekerja Bagian Penggorengan 1 orang

5 Pekerja Bagian Pengepakan 2 orang

Jumlah 9 orang

Sumber : UKM Keluarga Maju

Gambar

Tabel 3.1. Penyesuaian Menurut Cara Shumard
Tabel 3.2. Westinghouse Factor
Gambar 3.1. Peta Tubuh
Gambar 4.1. Diagram Alir Prosedur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

S impulan dari penelitian peng- embangan ini adalah: (1) penelitian ini menghasilkan produk berupa lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida statis;

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan memilih agama pada remaja akhir yang dibesarkan oleh orangtua beda agama melalui

Penelitian ini akan membahas mengenai hubungan konsep diri positif dan konsep diri negatif dalam kaitannya ini adalah konsep diri positif yang dimiliki waria tidak

[r]

Take Me Out Indonesia adalah sebuah kreativitas desain komunikasi visual yang tidak terlepas dari kebudayaan, yaitu nilai- nilai sosial budaya yang

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa komunikasi internal yang dipakai Departemen Sales and Marketing adalah downward communication yaitu berupa pemberian instruksi,

While we used NUTS3 regions, due to unavailability of data for smaller geographic units, and then applied kriging for improving the results, future studies should

Khusus untuk jenis pekerjaan yang dinyatakan sebagai harga satuan timpang , maka untuk pekerjaan tambah digunakan harga satuan pekerjaan hasil negosiasi sesuai