Lembar Observasi
KONDISI SANITASI RUANG RAWAT INAP KELAS III DAN PENGGUNAAN DESINFEKTAN TERHADAP JUMLAH ANGKA
KUMAN LANTAI DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan Alamat Rumah Sakit : Jl. Dr. F.L. Tobing
Tanggal Observasi :
No. Objek Pengamatan Kategori Keterangan
Ya Tidak A VENTILASI
1 Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik
2 Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3 Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus
harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
6 Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan
98
berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
C PENCAHAYAAN
8 Lingkungan ruang rawat inap, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya 9 Semua ruang yang digunakan baik
untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan
10 Ruang pasien harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau
D AIR BERSIH
dan mudah dibersihkan.
17 Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi 18 Pembuangan air limbah dari toilet dan
kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water seal)
19 Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya.
20 Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1-20 pengunjung
24 Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
F PEMBUANGAN SAMPAH
25 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat dan kedap air
100
dan ditutup tanpa mengotori tangan 27 Terdapat minimal satu buah ntuk setiap
kamar atau setiap radius 10 m dan setiap radius 20 m pada ruang tunggu terbuka G Tata Cara Pengepelan Lantai
28 Tersedia alat pel
29 Tenaga minimal 2 orang
30 Cara pengepelan horisontal bolak – balik 31 Jadwal pengepelan dilakukan pagi jam 06.00
WIB dan sore jam 16.00 WIB
32 Desinfektan yang digunakan yaitu desinfektan Floor Cleaner
pintu
Keterangan :
: Titik Pengambilan Sampel
: Tempat tidur pasien
: Kamar mandi
2 3
Pintu depan
iv
Gambar 1. Pengambilan sampel Gambar 2. Ruang rawat inap kelas III
Gambar 3. Box sampel
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit PT Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, Salemba Medika, Jakarta.
Depkes RI, 1992. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.986/ Menkes/Per/II/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.
______, 1994. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Ditjen PPM dan PPL. Jakarta. http://www.menkes.go.id/ [Diakses 25 Agustus 2015]
______, 1996. Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Klinis Dan Desinfeksi &
Sterilisasi Di Rumah Sakit. Ditjen PPM Dan PPL. Jakarta.
http://www.menkes.go.id/ [Diakses 25 Agustus 2015]
______, 1997. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Indonesia. Ditjen PPM dan PPL. Jakarta. http://www.menkes.go.id/ [Diakses 27 Agustus 2015]
______, 1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
______, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan No. 124/Menkes/SK/X/2004. Tentang Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.
Connell, W, Des.1995.Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI Press.Jakarta Ernawati, 2005. Efektivitas jeruk Nipis ( Citrus aurantifolia ) dalam meminimalisasi
Bakteri Patogen Di Lantai Rumah Sakit Sufina Azis Medan. Skripsi-FKM USU. Medan.
Entjang Indan, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Ginting. Josia, Panjaitan. B, 2001, Pencegahan Infeksi Nosokomial, Makalah Seminar Ilmiah Tahunan, FK-USU Medan.
.Lutony, L.T dan Rahmawati. Y, 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.Penebar Swadaya. Jakarta.
Pelcjar, M, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, Megraw Hill Book Company. Universitas Indonesia. Jakarta.
Reddish, George F, 1957. Antiseptic, Disinfectants, Fungicides, and Chemical and Physical Sterilization. LEA & FEBIGER. America.
J.P. Siregar, Charles dan Amalia, Lia, 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Sanropi, D,1989. Komponen Sanitasi Rumah Sakit untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi EGC. Jakarta.
Surbakti, N,2003. Pemeriksaan Kuman Patogen Di Ruang Rawat Inap Rindu-B Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
Tamher, S. 2008 . Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. CV.Trans Info Media. Jakarta.
Wheeler, F.M, and Volk, A.W. 1989. Basic Mikrobiology.
Diterjemahkan oleh Markham. Cetakan V. Penerbit Erlangga. Jakarta
Zuidah, 2007. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Universal
Precaution dengan Pemasangan Kateter dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Saluran Kemih di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2006. Tesis Progran Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif untuk mengetahui sanitasi dan angka kuman sebelum dan sesudah di ruang Kelas III RSUD Kota
Padangsidimpuan tahun 2015.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah ruang rawat inap Kelas III RSUD kota Padangsidimpuan, penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada lantai ruang
rawat inap, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan jumlah kuman di Laboratorium Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Sumatera Utara. Adapun
alasan memilih lokasi penelitian karena:
1. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan merupakan Rumah Sakit terbesar di Kota Padangsidimpuan yang jumlah kunjungannnya
banyak sehingga diperkirakan jumlah angka kumannya tinggi.
2. Rumah Sakit dapat digunakan sebagai sarana pendidikan dan juga dapat
3. Belum pernah dilakukan penelitian pemeriksaan angka kuman lantai di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan September 2015 sampai dengan bulan Januari
2016.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah ruang rawat inap Kelas III Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Padangsdimpuan.
3.4 Pengambilan sampel
Sampel pada penelitian ini adalah kuman pada lantai yang berbentuk segiempat dengan ukuran 30 x 30 x 1 cm diambil dengan metode usap (swab), teknik
pengambilan dilakukan sesuai dengan prosedur pengambilan sampel mikroorganisme di Laboratorium Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Sumatera Utara dan jumlah titik yang akan diteliti sebanyak 3 titik, dimana titik tersebut merupakan titik
yang paling banyak dilalui orang. 3.4.1 Cara kerja penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara kerja yang terarah mulai dari pengenceran larutan desinfektan, pengambilan spesimen sebelum perlakuan dan setelah perlakuan, penentuan kuman dan selanjutnya menghitung jumlah angka
Desinfektan yang digunakan adalah dengan bahan aktif Pine Oil 2,5% sebanyak 20 ml dilarutkan ke dalam 1 liter air.
b. Pengambilan specimen sebelum dan sesudah perlakuan/pengepelan
desinfektan.
c. Perlakuan / pengepelan desinfektan
a) Sebelum dilakukan desinfeksi, ruangan disapu dulu
b) Persiapkan kain pel sebagai alat utk pengepelan c) Persiapkan bahan desinfektan yang telah diencerkan
d) Lantai yang sudah bersih, dipel dengan kain pel yang dicelupkan ke dalam ember pengepelan yang berisi air dengan 20 ml desinfektan.
e) Kain pel dicelupkan kemudian diperas f) Lalu lantai dipel secara horizontal d. Teknik pengambilan specimen
a. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian masukkan lidi kapas steril kedalam botol yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 100ml.
b. Lidi kapas dalam botol steril ditekan ke dinding botol untuk membuang airnya, baru diangkat dan diusapkan pada titik lantai yang telah ditentukan secara menggelinding dengan membentuk arah mata angin.
c. Setelah selesai mengusap, lidi kapas dimasukkan kedalam botol, bibir botol dipanaskan dengan api bunsen lalu ditutup dengan kapas steril.
a. Cawan petri yang telah disterilkan di isi dengan sebanyak 1ml kemudian dituang media Nutrient Agar ke dalamnya sebanyak 10ml.
b. Cawan petri digerak-gerakan diatas meja membentuk angka delapan agar isi dari cawan petri merata.
c. Kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 370 C selama 2x24 jam dalam keadaan terbalik.
d. Kemudian dihitung angka kuman
Cara penghitungan angka kuman pada lantai :
1. Dicari dulu Luas Lantai yang diusap lalu dikali dengan
jumlah titik setiap percobaan = 30 x 30 x 1 = 900 cm2 2. Misal jumlah koloni dalam 1 cawan petri “100” maka =
= 11 CFU/ cm2 3.5 Metode Pengambilan data 3.5.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung yaitu hasil pemeriksaan sanitasi ruangan serta pengamatan langsung ke ruang rawat inap dan
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan pengumpulan
informasi dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidmpuan.
3.6 Defenisi Operasional
1. Ruang Rawat Inap adalah salah satu bagian di RSUD Kota Padangsimpuan yang dipakai untuk pasien, dimana proses perawatan pasien oleh tenga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu dan pasien diinapkan di suatu
rungan di rumah sakit.
2. Sanitasi adalah syarat minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan Ruang Rawat inap yang sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi ventilasi, lantai dan dinding, pencahayaan, penyediaan air bersih,
kamar mandi, pembuangan sampah.
3. Ventilasi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur sirkulasi udara di dalam ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan.
Syarat syarat ventilasi yang baik:
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
b. Luas ventilasi alamiah dalah minimum 15% dari luas lantai.
c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
d. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan ruangan.
4. Lantai adalah alas bangunan yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan. Dinding
adalah bangunan pembatas yang memisahkan ruangan satu dengan ruanagan yang lainnya.
5. Penyediaan air bersih adalah fasilitas air bersih yang digunakan untuk
kegiatan di Ruang Rawat Inap yang memenuhi syarat kesehatan baik kualitas, kuantitas, serta kontinuitas, yaitu:
a. Sumber air bersih dari PAM/sumur gali
b. Tersedia air bersih minimum 500 liter/tempat tidur/hari
c. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
d. Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.
Tidak memenuhi syarat apabila salah satu persyaratan di atas tidak terpenuhi. 6. Kamar mandi adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar dan air
kecil yang terdapat pada ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan. 7. Pembuangan sampah adalah tempat sampah yang tersedia di ruang Rawat Inap
RSUD Kota Padangsidimpuan. Tempat pembuangan sampah yang memenuhi
syarat adalah:
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat dan kedap air.
3. Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 m dan setiap radius 20 m pada ruang tunggu terbuka.
Tidak memenuhi syarat apabila salah satu sayarat diatas tidak terpenuhi 8. Angka kuman lantai
Jumlah koloni kuman yang ditemukan pada lantai kamar rawat inap sebelum dan sesudah dilakukan proses desinfeksi. Dikategorikan berdasarkan KepMenKes No.1204/MenKes/SK/X/2004 yaitu :
Memenuhi syarat apabila jumlah angka kuman pada lantai kamar
rawat inap 5-10 CFU/cm2.
Tidak memenuhi syarat apabila jumlah angka kuman pada lantai
kamar rawat inap >10 CFU/cm2 .
9. Efektivitas
Efektivitas didefenisikan sebagai Persentase penurunan angka kuman,
Yaitu =
100%
10. Proses Desinfeksi
Suatu proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi pathogen dengan menggunakan bahan desinfektan.
11. Merek desinfektan
Nama dagang deisnfektan yang digunakan untuk melakukan desinfeksi pada lantai.
Pemeriksaan jumlah koloni kuman yang dilakukan di laboratorium Kesehatan.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja sebelum dilakukan swab.
2. Dosis desinfektan
Dosis desinfektan yang dipakai untuk membersihkan lantai ruang rawat inap.
3.8 Analisa Data
Pengolahan data dilkukan dengan cara manual yaitu dengan membandingkan jumlah angka kuman pada lantai sebelum perlakuan dengan angka kuman setelah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan yang berlokasi di JL. Dr. Ferdinan Lumban Tobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan salah satu rumah sakit milik
pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan tahun 1937. Adapun VISI
dari rumah sakit ini adalah “Rumah Sakit Dambaan Masyarakat Yang Mampu
Bersaing”. RSUD Padangsidimpuan merupakan rumah sakit tipe B yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan.
RSUD Padangsidimpuan saat ini memiliki 136 tempat tidur. Terdiri dari
beberapa instalasi yaitu instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, instalasi perwatan intensif, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi gizi,
instalasi rehabilitasi,instalasi laboratorium, instalasi pemulasaran jenazah,instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit umum,instalasi pengolahan air limbah.
4.2. Gambaran Ruang Lokasi Penelitian
Ruang Rawat Inap Kelas III Padangsidimpuan merupakan salah satu ruangan yang ada di RSUD Padangsidimpuan sebagai ruang tempat pasien dirawat. Dimana
diperoleh gambaran ventilasi, lantai dan dinding, pencahayaan, penyediaan air bersih, toilet dan kamar mandi, pembuangan sampah dan tata cara pengepelan lantai.
4.2.1. Ventilasi
Tabel 4.1. Format Observasi ventilasi Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Ventilasi alamiah harus dapat ruangan harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/ mekanis dan
disesuaikan dengan
peruntukannya
- - Menggunakan
ventilasi alamiah
Ventilasi adalah alat yang digunakan untuk mengatur sirakulasi udara di
yaitu terjadi secara alamiah melalui lubang lubang pada dinding dan jendela dan luas
ventilasi alamiah > 15% dari luas lantai.
4.2.2. Lantai dan Dinding
Tabel 4.2. Format Observasi Lantai dan Dinding Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
harus berbentuk konus/ lengkung agar mudah dibersihkan
- Tidak Pertemuan lantai dengan dinding membentuk sudut siku 90o 4 Permukaan dinding harus kuat, rata,
berwarna terang, dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak
menggunakan cat yang
mengandung logam berat
Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa lantai di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan belum memenuhi syarat dimana lantainya jenis
tegel, permukaan rata, tidak licin dan tidak terang atau abu abu dan mudah dibersihkan. Pertemuan lantai dengan dinding tidak membentuk sudut konus/
lengkung melainkan berbentuk sudut siku 900.
Dinding di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan terbuat dari beton, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur. Dinding memiliki
tinggi 4 meter. Sedangkan untuk kemiringan lantai ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan tidak di observasi karena tidak ada bagian lantai ruangan yang
berhubungan dengan saluran pembuangan air limbah.
4.2.3. Pencahayaan
Tabel 4.3. Format Observasi Pencahayaan Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Lingkungan ruang rawat inap, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya. Untuk ruang Rawat inap 100-200 untuk bekerja ataupun untuk
menyimpan barang/ peralatan perlu diberikan penerangan
Lanjutan tabel 4.3
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
3
Ruang pasien harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau
Ya - -
Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa pencahayaan di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat yaitu
menggunakan lampu sebanyak 8 lampu, di mana masing-masing lampu terdiri dari 15 watt. Setiap ruangan memiliki lampu sebagai penerangan dan saklar berada di dekat
pintu masuk serta mudah dijangkau. Pengukuran pencahayaan pada penelitian ini
4.2.4. Penyediaan Air Bersih
Tabel 4.4. Format Observasi Penyediaan Air Bersih Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Air yang digunakan bersumber dari : a. PAM
3 Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Ya - -
4 Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa penyediaan Air Bersih di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat dimana air tersebut bersumber dari Perusahaan Air Minum (PAM), air tidak berbau, berasa
4.2.5. Toilet dan Kamar Mandi
Tabel 4.5. Format Observasi Toilet dan Kamar Mandi Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
Lanjutan Tabel 4.5
10 Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
Ya - -
Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa toilet di ruang Rawat Inap
Kelas III RSUD Padangsidimpuan menggunakan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan penahan bau (water seal). Lantai kamar mandi terbuat dari keramik, tidak
licin, berwarna biru muda dan tidak terdapat genangan air. Toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan tempat penampungan air berupa ember namun tidak memiliki slogan menjaga kebersihan dan toilet juga tidak dipisahkan antara wanita dan pria.
dan kamar mandi dibersihkan setiap hari satu kali pada pagi hari oleh petugas kebersihan Rumah Sakit. Dari hasil tabel diatas Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD
Padangsidimpuan belum memenuhi syarat karena kamar mandi tidak dipisah antara lelaki dan perempuan serta tidak memiliki slogan menjaga kebersihan.
4.2.6. Pembuangan Sampah
Tabel 4.6. Format Observasi Pembuangan Sampah Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, dan kedap air
Ya - -
2 Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
Ya - -
3 Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 m dan setiap radius 20 m pada ruang tunggu terbuka
Ya - -
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat yaitu menyediakan tempat sampah
4.2.7. Tata Cara Pembersihan Lantai
Tabel 4.7. Format Observasi Tata cara Pembersihan Lantai Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Tersedia alat pel khusus pada
3 Cara pengepelan horisontal bolak balik
Ya - -
4 Jadwal pengepelan dilakukan pagi hari dan siang hari
Ya - -
5 Desinfektan yang digunakan yaitu desinfektan floor cleaner yang berbahan aktif pine oil 2,5%
Ya - -
6 Dosis desinfektan pengepelan yaitu 20 ml desinfektan dicampur dengan 1liter air
Ya - -
Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa tata cara pembersihan lantai di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan belum memenuhi syarat yaitu
menggunakan alat pel yang sama di beberapa ruangan, dilakukan oleh 2 orang petugas kebersihan. Tata cara pengepelan lantai dilakukan secara horisontal
pine oil 2,5%. Dosis desinfektan floor cleaner yang digunakan yaitu sebanyak 20 ml
desinfektan dicampur 1 liter air dan pembersihan dilakukan pada pagi dan siang hari.
4.3.Prosedur Tetap Cara Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan RSUD Padangsidimpuan
Tabel 4.8. Format Observasi Tata Cara Pengendalian Kuman Pada Lantai di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan Tahun 2015 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ Menkes/ SK/ XI/ 2004
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1 Pembersihan ruangan minimal dilakukan pada pagi dan sore hari
Ya - -
Lanjutan Tabel 4.8
No Objek Pengamatan Ya Tidak Keterangan
6 Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan dicat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah di pudar
Ya - -
7 Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan desinfektan
Ya - -
Berdasarkan tabel 4.8. diatas dapat dilihat bahwa pembersihan ruangan dilakukan pada pagi dan sore hari, pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah jam kunjungan dokter, setelah kunjungan keluarga, menghindari cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu, menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptik. setiap ruangan mempunyai perlengkapan pel yang sama, melakukan pembersihan dinding secara periodik minimal 2 (dua) kali
4.4.Hasil Pemeriksaan Angka Kuman Lantai di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan
11 CFU/m2 dan seletelah di pel adalah 4 CFU/m2, hasil setelah dilakukan pengepelan dengan desinfektan sesuai dengan standar Kepmenkes RI No.1204 yaitu
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Sanitasi Ruangan.
Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sanitasi di
ruang rawat inap meliputi ventilasi, lantai dan dinding, pencahayaan, penyediaan air bersih, toilet dan kamar mandi, pembuangan sampah dan tata cara pengepelan lantai. Dan berdasarkan hasil observasi mengenai sanitasi yang dilakukan pada ruang Rawat
Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan, dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
5.1.1. Ventilasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ventilasi yang digunakan di ruang Rawat Inap Kelas III (RSUD) Padangsidimpuan adalah ventilasi alamiah berupa lubang lubang pada dinding dan jendela. Jendela dibuka setiap hari agar udara
dan cahaya matahari bisa masuk kedalam ruangan. Dalam Kepmenkes RI Nomer 1204 Tahun 2004 disebutkan bahwa ventilasi adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengatur sirkulasi udara di dalam ruangan. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204 tentang ventilasi alamiah, ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik dan minimum 15 % dari luas lantai, maka ventilasi
ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat karena memiliki lubang lubang di dinding dan jendela yang dapat menjamin aliran udara di
Jika ruangan dengan luas ventilasi yang tidak baik akan menyebabkan kuman selalu dalam konsentrasi tinggi sehingga kondisi ini akan memperbesar kemungkinan
penularan terhadap orang lain (Supriyono, 2002). Ventilasi yang kurang juga akan membuat udara atau suhu didalam ruangan menjadi panas sehingga menyebabkan
rasa tidak nyaman. Kurangnya lubang ventilasi udara akan menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan meningkat, sedangkan kondisi ruangan yang lembab akan memudahkan tumbuhnya jamur dan bakteri patogen yang bisa mempengaruhi
kualitas kesehatan penghuni ruangan tersebut ( wordpress.com ). ventilasi yang kurang juga bisa menjadi salah satu faktor penularan suatu penyakit tertentu, seperti
ISPA. Kurangnya ventilasi didalam rumah menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat.
5.1.2. Lantai dan Dinding
Berdasarkan hasil observasi, lantai di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD
Padangsidimpuan terbuat dari atau jenis tegel, permukaan rata, tidak licin, warna tidak terang atau abu-abu, dan mudah dibersihkan. Sedangkan pertemuan lantai dengan dinding membentuk sudut siku 900. Dinding di ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Padangsidimpuan terbuat dari beton, berwarna terang yaitu putih dan menggunakan cat yang tidak luntur. Dinding memiliki tinggi 4 meter.
kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan. Dinding adalah bangunan pembatas yang memisahkan ruangan satu dengan ruangan
yang lainnya. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/ lengkung agar mudah dibersihkan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
pertemuan antara lantai dengan dinding tidak berbentuk konus/ lengkung, maka ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pertemuan antara lantai dan dinding pada Ruang
Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan membentuk sudut siku 90o sehingga menyebabkan kotoran sulit dibersihkan dan tertinggal mengendap di sudut tersebut
yang memungkinkan timbulnya resiko perkembangbiakan mikroorganisme baik patogen maupun non patogen.
Dalam Entjang (2003) dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme patogen yang terdapat di lingkungan rumah sakit sering menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Oleh karena itu pertemuan antara lantai dan dinding ruang
di rumah sakit sebaiknya berbentuk konus agar resiko perkembangbiakan bakteri tidak terjadi.
5.1.3. Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan, pencahayaan di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan menggunakan pencahyaan alami yaitu sinar matahari dan
dimalam hari lampu sebanyak 8 , di mana masing-masing lampu memiliki kapasitas sebesar 15 watt . Setiap ruangan memiliki lampu sebagai penerangan dan saklar
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat berupa Lux meter. Dan dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh intensitas pencahayaan pada ruang Rawat Inap
Kelas III RSUD Padangsidimpuan sebesar 154,5 Lux.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, standar pencahayaan untuk ruang Rawat Inap yaitu 100-200 lux. Dalam hal ini pencahayaan ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat.
Menurut Depkes RI (2006), bahwa lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan
fungsinya, semua ruang yang dipergunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan. Apabila pencahayaan
ruangan tersebut tidak sesuai dengan standar maka dikhawatirkan dapat menghambat kerja tim medis dan paramedis yang bertugas di ruangan Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan yang dapat menimbulkan kecelakaan baik pada tim medis dan
paramedis maupun kepada pasien. Pencahayaan yang terang tentunya akan membantu petugas kebersihan lebih teliti dalam upaya membersihkan lantai ruangan sehingga
seluruh lantai dapat disapu dan dipel dengan rata tanpa ada yang terlewatkan. Menurut Pelczar (1998) pencahayaan alami juga dapat sebagai desinfektan bagi jenis mikroba tertentu, seperti kuman TBC. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Musadad (2001) dari penelitian tersebut di dapatkan bahwa kondisi pencahayaan yang kurang baik mempunyai risiko terkena tuberkulosis paru bila
5.1.4. Penyediaan Air Bersih
Berdasarkan hasil pengamatan, penyediaan air bersih di Ruang Rawat Inap Kelas
III RSUD Padangsidmpuan bersumber dari Perusahaan Air Minum (PAM), di mana air tidak berbau, berasa dan berwarna. Ruangan juga memiliki wastafel dalam kondisi
baik dan tersedia air yang lancar. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas, yaitu:
1. Sumber air bersih dari PAM/ sumur gali
2. Tersedia air bersih minimum 500 liter/tempat tidur/hari
3. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
4. Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
Air merupakan komponen penting dalam keberlangsungan hidup dan kehidupan. Ketersediannya tidak hanya dalam hal kuantitas, tapi juga dalam hal
kualitas. Air harus bebas dari bahan pencemar agar tidak menjadi penyebab timbulnya masalah kesehatan. Entjang (2003) menyebutkan bahwa beberapa jenis
bakteri patogen seperti Escherichia Coli, Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Aeruginosa dapat dijumpai pada air yang terkontaminasi. Dalam hal ini ruang Rawat
Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat. Hal ini dapat terlihat
dari terpenuhinya kebutuhan air baik secara kualitas maupun kuantitas.
Berdasarkan hasil pengamatan, toilet di ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan menggunakan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan penahan bau
(water seal). Lantai kamar mandi terbuat dari keramik, tidak licin, berwarna terang dan tidak terdapat genangan air. Toilet dan kamar mandi memiliki tempat
penampungan air berupa ember namun tidak memiliki slogan menjaga kebersihan. Toilet dan kamar mandi dibersihkan setiap hari satu kali pada pagi hari oleh petugas kebersihan RSUD Padangsidimpuan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, Fasilitas toilet dan kamar mandi
1. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan.
3. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus
tersedia kamar mandi.
4. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan
bau (water seal).
5. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya.
6. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap
8. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet
untuk 1-20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung pria. 9. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
10. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
Toilet dan kamar mandi ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan
belum memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes 1204. Hal ini dapat dilihat dari belum terpisahnya toilet untuk wanita dan pria, tidak dilengkapi slogan untuk
memelihara kebersihan serta jadwal pembersihan toilet yang seharusnya dua kali sehari. Jika toilet pria dan wanita tidak dipisahkan maka akan mempengaruhi tingkat
kenyamanan dari pengunjung baik pasien, penunggu pasien, dan pembesuk. Toilet terutama pada tempat-tempat umum merupakan salah satu tempat dimana penularan penyakit bisa terjadi. Oleh karena itu kebersihan toilet harus selalu terjaga.
5.1.6 Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil pengamatan, ruang Rawat Inap Kelas III RSUD
Padangsidimpuan menyediakan tempat sampah yang memiliki tutup dan kedap air serta dapat dibuka tanpa mengotori tangan. Sampah dibagi menjadi sampah medis dan non medis yang menggunakan kantong plastik khusus. Sampah dibuang 2 kali
dalam sehari sesuai dengan jadwal petugas kebersihan dan dikumpulkan pada tempat pengumpul sampah sementara yang terlindung dari serangga, tikus dan hewan
Seperti yang tersebut di atas maka pembuangan sampah pada ruangan Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan sudah sesuai dengan persyaratan menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat adalah :
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat dan kedap air serta dapat dibuka tanpa mengotori tangan.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3. Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 m dan setiap radius 20 m pada ruang tunggu terbuka.
Sampah merupakan salah satu media perkembangbiakan bakteri dan vektor penyebab penyakit. Pengelolaan sampah yang tidak sesuai standar yang sudah
ditetapkan dapat menimbulkan resiko terjadinya penyebaran penyakit dan bisa menyebabkan penyakit infeksi nosokomial yang disebabkan dari lingkungan yang tidak bersih dan sehat. Selain itu juga dapat menimbulkan pencemaran udara baik
secara langsung maupun tidak langsung.
5.1.7 Tata Cara Pembersihan Lantai
Berdasarkan hasil pengamatan, tata cara pembersihan lantai di ruang Rawat
Inap Kelas III RSUD Padangsidmpuan yaitu dilakukan oleh 2 orang petugas kebersihan. Tata cara pengepelan lantai dilakukan secara horizontal bolak-balik
desinfektan atau dengan konsentrasi 2% dicampur 1 liter air namun menggunakan perlengkapan pel yang sama untuk beberapa ruangan. Ruangan dibersihkan dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004, tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyebutkan bahwa untuk mengurangi dan mengendalikan kuman pada lantai adalah membersihkan kotoran yang ada dengan menyapunya, kemudian dipel dengan air
atau dengan bahan pembersih lantai. Adapun cara pengendalian kuman pada lantai yang dilakukan oleh petugas kebersihan, sebagai berikut : .
1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. 6. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun
dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 menyebutkan bahwa masing-masing ruang harus memiliki perlengkapan pel sendiri. Hal ini dikarenakan masing-masing
ruangan memiliki angka kuman dan zona resiko yang berbeda-beda dalam hal resiko terjadinya penularan penyakit, seharusnya memiliki perlengkapan pel tersendiri yang
tidak digunakan pada ruangan lain. Dalam hal ini ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan belum memenuhi standar yang ditetapkan Kepmenkes karena masih menggunakan peralatan pel yang sama untuk beberapa ruangan Rumah Sakit.
Adapun sumber yang membuat ruangan atau lantai menjadi kotor di ruangan tersebut adalah banyaknya pengunjung pasien maupun pasien,dimana pengunjung pasien
tidak melepas sendal saat masuk keruangan, berkunjung diluar jam besuk, makan di lantai dan disembarang tempat serta tidur di bawah tempat tidur pasien dengan
menggunakan tikar sebagai alas.
Sebaiknya cara cara pembersihan yang menebarkan debu dihindari,seperti tidak mengibaskan sprei tempat tidur di ruangan tersebut, tidak memakai kemoceng
melainkan kain lap yang sudah sedikit dibasahi untuk membersihkan meja dll.
5.2. Hasil Pemeriksaan Angka Kuman lantai ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan
Lantai merupakan salah satu media penularan yang potensial, untuk itu perlu diperhatikan kebersihannya agar selalu terjaga dengan baik. Darmadi (2008)
menyebutkan bahwa penularan mikroba patogen memerlukan adanya media perantara berupa barang/ bahan seperti lantai, air, udara, makanan/ minuman, maupun vektor.
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mata rantai penularan penyakit infeksi nosokomial.
Berdasarkan hasil pemeriksaan angka kuman lantai ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan diperoleh angka kuman sebesar, lantai sebelum di pel
pada titik 1 ( didepan kamar mandi ) adalah 16 CFU/cm2 dan setelah di pel adalah 8 CFU/cm2 , pada titik 2 (didepan pintu) sebelum di pel adalah 12 CFU/m2 dan setelah di pel adalah 4 CFU/m2, Pada titik 3 (ditengah ruangan) sebelum di pel adalah 11
CFU/m2 dan seletelah di pel adalah 4 CFU/m2. Hal ini menunjukkan bahwa angka kuman lantai pada setiap titik di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD
Padangsidimpuan berbeda, dimana titik yang paling tinggi sebelum di pel adalah titik 1 atau didepan kamar mandi, dan titik yang paling rendah angka kuman lantai nya
adalah di titik 3 atau di ditengah ruangan.
Dalam hal ini angka kuman sudah memenuhi syarat karena angka kuman setelah dipel menggunkan desinfektan masih dalam batas normal yaitu 5-10 CFU/
cm2 berdasarkan Kepmenkes 1204. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian Sidqi (2011) menunjukkan bahwa pemberian desinfektan pada lantai dapat menurunkan
jumlah angka kuman pada lantai. Jenis mikroorganisme yang terdapat dialam hanya ada beberapa yang bersifat pathogen pada manusia yang sering menyebabkan infeksi nosocomial, diantaranya : Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas
1. Escherichia coli
Bakteri ini berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik
pada media sederhana. Dapat melakukan fermentasi laktosa dan fermentasi glukosa, serta menghasilkan gas. Escherichia coli merupakan flora normal, hidup komensal di
dalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Escherichia coli digunakan untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga. Hal ini penting karena air
untuk keperluan rumah tangga sering kali menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti : kolera, typhus, disentri dan
penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Karena itu, diusahakan agar air rumah tangga dijaga
jangan sampai dikotori feses manusia, karena mungkin dalam feses manusia itu terdapat bibit-bibit penyakit tersebut.
Indikator yang paling baik untuk menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah
dikotori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena dalam feses manusia, baik sakit maupun sehat terdapat bakteri ini. Dalam 1 (satu) .
gram feses terdapat sekitar 100 (seratus) juta Escherichia coli. a. Penyakit yang Ditimbulkannya
Escherichia coli merupakan flora normal di dalam usus manusia dan akan
menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain. Escherichia coli dapat menimbulkan pneumonia, endocarditis, infeksi pada luka-luka dan abses pada
yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius (Pyelonephritis, Cystisis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit. Jenis tertentu dari Escherichia coli
(enteropathogenic Escherichia coli) dapat menyebabkan penyakit diare pada anak-anak. Bakteri ini sering menimbulkan wabah diare pada anak-anak yang sedang
dirawat di rumah sakit. b. Pencegahan
Karena masalah utamanya adalah infeksi nosokomial, maka pencegahannya
adalah dengan melakukan perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit, antara lain : pemakaian antibiotika secara tepat, tindakan antiseptik yang benar, misalnya pada
pemakaian catheter urina. 2. Staphylococcus aureus
Bentuk coccus, Gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60oC (enam puluh derajat Celcius) setelah 60
(enam puluh) menit, merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas. Pada pemeriksaan padat koloninya berwarna kuning emas. Di alam
terdapat pada tanah, air dan debu di udara. a. Penyakit yang Ditimbulkannya
Menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat bila
menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes mellitus, luka bakar dan AIDS. Staphylococcus aureus
keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis, osteomyelitis dan pneumonia. Sedangkan di rumah sakit sering
menimbulkan infeksi nosokomial pada bayi, pasien luka bakar. atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (medis dan
paramedis). b. Pencegahan
Pencegahan penyakit dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh,
hygie pribadi dan sanitasi lingkungan.
3. Pseudomonas aeruginosa
Bakteri berbentuk batang, aerob, Gram negatif dapat bergerak, pada
perbenihan padat koloninya tampak berwarna hijau kebiru-biruan karena
menghasilkan pigmen pyocyanin. Bakteri ini banyak terdapat dalam air, tanah dan udara. Juga terdapat dalam jumlah sedikit di dalam usus manusia sehat.
a. Penyakit yang Ditimbulkannya
Pseudomonas aeruginosa hanya dapat masuk ke dalam jaringan tubuh dan
menimbulkan gejala penyakit, bila pertahanan tubuh yang normal (sehat) terganggu.
Karena itu, bakteri ini sering masuk ke dalam jaringan yang terkena luka atau luka bakar, menimbulkan infeksi bernanah berwarna hijau-biru. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit bakteri ini dapat menyebabkan meningitis karena kontaminasi pada
waktu punksi lumbal ; infeksi traktus urinariuskarena masuk bersama catheter, infeksi jaringan paru karena penggunaan respirator yang terkontaminasi atau
pada kornea dapat merusak bola mata secara cepat dan menyebabkan kebutaan. Infeksi pada kornea ini biasanya terjadi setelah mengalami luka pada kornea atau
karena prosedur pembedahan. Infeksi oleh bakteri ini sering menimpa penderita Diabetes melitus atau penderita kecanduan narkoba.
b. Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat
pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh
normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi. Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien
yang dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril/aseptis yang dilakukan oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa
tanggung jawab.
4. Klebsiella pneumonia
Berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tidak mampu berbentuk
spora, tidak bisa bergerak dan mempunyai kapsul. Klebsiella pneumonia terdapat di selaput lendir hidung, mulut dan usus orang sehat sebagai flora normal.
a. Penyakit yang Ditimbulkannya
Klebsiella pneumonia sering menimbulkan infeksi pada tractus urinarius
karena infeksi nosokomial, meningitis dan pneumonia pada penderita Diabetes
mellitus atau pecandu alkohol. Pneumonia yang disebabkan Klebsiella pneumonia, biasanya dimulai dengan gejala demam akut, malaise (lesu) dan batuk kering.
(nanah). Bila penyakitnya berlanjut, terjadi abses, nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan fibrosis paru-paru. Angka kematiannya antara 40-60%.
b. Pencegahan
Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh merupakan upaya
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Sanitasi ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Padangsidimpuan yang sudah
memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 yaitu ventilasi, penyediaan air bersih, pencahayaan dan pembuangan sampah.
Sementara itu untuk lantai dan dinding, toilet dan kamar mandi, serta tata cara pembersihan lantai masih belum memenuhi syarat sesuai Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004.
2. Rata – rata jumlah angka kuman pada lantai ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan sebelum dipel menggunakan desinfektan adalah
13 CFU/cm2, sedangkan sesudah dipel menggunakan desinfektan adalah 5 CFU/cm2. Angka kuman di RSUD Padangsidimpuan sudah memenuhi syarat dalam batas normal 5-10 CFU/cm2 berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1204
Tahun 2004, Dengan Persentase penurunan sebesar 60% .
6.2. Saran
1. RSUD Padangsidimpuan dalam menjaga sanitasi ruangan Rawat Inap Kelas III agar tetap selalu dalam keadaan bersih dengan menggunakan perlengkapan pel
2. Manajemen RSUD Padangsidimpuan sebaiknya memperbaiki pertemuan antara lantai dan dinding ruang Rawat Inap Kelas III menjadi berbentuk konus
sehingga mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat perkembangbiakan mikroorganisme.
3. Manajemen RSUD Padangsidimpuan sebaiknya memasang slogan atau peringatan untuk menjaga kebersihan di kamar mandi ruang Rawat Inap Kelas
III
4. Untuk pengunjung ( pasien, penunggu pasien, pembesuk ) agar menjaga kebersihan di kamar mandi atau toilet serta membuang sampah pada tempatnya
serta mematuhi peraturan jam besuk pasien yang sudah dibuat.
5. Diharapkan penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui konsentrasi desinfektan
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Rumah Sakit
Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
(Depkes RI, 1995). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan ( Kepmenkes RI, 2004 ).
Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medic jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostic terapetik dan rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau
2.1.1. Rumah Sakit Tipe A
Rumah Sakit tipe A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau
disebut juga rumah sakit pusat. 2.1.2. Rumah Sakit Tipe B
Rumah sakit ini adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.
2.1.3. Rumah Sakit Tipe C
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis
disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini
akan didirikan di setiap ibukota kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.
2.1.4. Rumah Sakit Tipe D
Rumah sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah
26
rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D ini juga menampung pelayanan yang berasal dari Puskesmas.
2.1.5. Rumah Sakit Tipe E
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung dan rumah sakit ibu dan
anak.
Dalam pelaksanaan tugas, rumah sakit berfungsi:
1. Menyelenggarakan pelayanan medis, baik bersifat medis dasar maupun medis spesialistik yang meliputi upaya pelayanan untuk proses penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien secara optimal melalui prosedur serta
tindakan profesi yang seoptimal mungkin.
2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis yang merupakan pelayanan
professional yang mendukung diagnosa dan pengobatan yang diberikan oleh dokter.
3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan dengan memberikan pelayanan pada
pasien rawat inap dengan prosedur dan standar pelayanan asuhan keperawatan yang berlaku dengan tetap memperhatikan dan menjaga mutu serta kualitas
4. Menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi dengan upaya pemulihan kecacatan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dalam upaya peningkatan kesehatan.
5. Menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi dengan upaya pemulihan kecacatan yang dilakukan secara serasi dan terpadu dalam upaya peningkatan kesehatan.
6. Menyelenggarakan pelayanan non kesehatan di rumah sakit dengan memberikan pelayanan untuk membantu rumah sakit dalam bidang pelayanan, kegiatan ini diupayakan oleh unit gizi, laundry dan pemeliharaan sarana
rumah sakit.
7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
8. Sebagai tempat pendidikan dan latihan sumber daya manusia kesehatan, baik petugas medik maupun para medis dan non medis.
9. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
2.2. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk
menghindari risiko dan gangguan tersebut, diperlukan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan yang diatur dalam Permenkes No.
28
2.2.1. Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi : 1. Penyehatan Bangunan dan Ruangan termasuk
a. Pencahayaan b. Ventilasi
c. Kebisingan
1. Penyehatan air termasuk kualitasnya 2. Penanganan sampah dan limbah
3. Penyehatan Makanan dan Minuman 4. Penyehatan serangga dan tikus
5. Sterilisasi desinfektan 6. Perlindungan radiasi
7. Penyuluhan kesehatan lingkungan. 2.2.2. Sanitasi Rumah Sakit
1. Lingkungan
a. Bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, apabila berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
d. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.
e. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
f. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
g. Tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
h. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, mudah dibersihkan dan mempunyai kemiringan yang cukup
30
b. Permukaan dinding harus kuat, rata, warna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
c. Ventilasi yang cukup sehingga dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang berjalan dengan baik.
d. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
e. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
f. Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
3. Ruang dan Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaanya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis dan ruang pendidikan/pelatihan. b. Zona resiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
c. Zona resiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy) dan
d. Zona resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi.
4. Lantai dan Dinding
Lantai dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut :
a. Ruang operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren
b. Ruang perawatan : 5-10 CFU/cm2
c. Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm2
d. Ruang Unit gawat darurat : 5-10 CFU/cm2
5. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
a. Fasilitas penyediaan air minum dan air bersih
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan
2) Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
6. Fasilitas toilet dan kamar mandi
32
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3) Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water seal).
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi dan ruangan khusus lainnya
6) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
8) Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1-20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung
pria.
9) Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
c. Fasilitas pembuangan sampah
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat dan kedap air.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan. 3) Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau radius 10 m dan setiap
radius 20 m pada ruang tunggu terbuka. d. Fasilitas pengendalian serangga dan tikus
1) Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
2) Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
3) Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup e. Fasilitas sanitasi lainnya
1. Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan dan lain-lain yang terbuat dari logam tahan karat pada setiap unit perawatan.
2. Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada
setiap unit perawatan (Depkes, 2000).
2.2.3. Tata Laksana Pemeliharaan Ruang Bangunan
1. Pemeliharaan ruang bangunan
34
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan
dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan. c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
2. Pencahayaan
a. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
c. Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan
untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak
menimbulkan berisik.
a. Ventilasi yang cukup sehingga dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang berjalan dengan baik
b. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar. c. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang
khusus. 4. Kebisingan
a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar
dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. b. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
diupayakan untuk dikendalikan, misal dengan peredaman, penyekatan, pemindahan dan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising (Kepmenkes RI, 2004).
2.2.4. Tata Cara Pembersihan Lantai
Menurut kamus besar Bahasa indonesia (Indonesia, Depdikbud, 1995), kuman
adalah mikroorganisme yang amat kecil yang dapat menyebabkan penyakit. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, menyebutkan bahwa untuk mengurangi dan
mengendalikan kuman pada lantai adalah membersihkan kotoran yang ada dengan menyapunya, kemudian dipel dengan air atau dengan bahan pembersih lantai.
36
telah mengikuti standar Peraturan Menteri Kesehatan dalam hal pengendalian kuman pada lantai. Pengendalian kuman pada lantai di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dilakukan oleh petugas kebersihan dengan alat pel serta bahan desinfektan floor Cleaner yang mengandung bahan aktif Benzachronium chloride 1%.
Tenaga atau petugas kebersihan di ruang Kenanga terdiri dari 2 orang yang melakukan shift pagi dan siang yaitu terdiri dari 2 shift, untuk shift yang pertama jam 07.00 WIB dan Shift siang jam 14.00 WIB.
Metode pengepelan yang dilakukan petugas kebersihan di ruang Kenanga adalah pengepelan dilakukan secara manual dengan cara horizontal maju mundur. Adapun cara
pengepelen di ruang Kenanga yaitu sebelum dipel lantai dibersihkan dengan menggunakan sapu untuk menghilangkan debu kemudian dilakukan pengepelan dengan
menggunakan desinfektan.
2.3. Ruang Rawat Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh
tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang
sekaligus.( Surbakti, 2003 ).
Syarat ruang rawat inap adalah dinding terbuat dari tembok yang kokoh dan dicat
minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,5 m, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan.
Suhu didalam ruang rawat inap diusahakan sekitar 22-240C dan kelembaban 50-60%, pencahayaan saat tidak tidur 100-200 Lux, saat tidur minimal 50 Lux serta
kebisingan yang diperbolehkan di ruang rawat inap adalah 45 dB pada saat tidur dan 40 Db saat tidur. ( Depkes RI, 1994 ).
2.3.1 Tipe Ruang Rawat Inap Tipe Ruang Rawat Inap terdiri dari :
a. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setia kamar (VIP)
b. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (kelas 1) c. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (kelas 2)
d. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3) 2.3.2 Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan
kamar isolasi sebagai berikut : a. Ruang Bayi
1) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur 2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur b. Ruang Dewasa