• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI PONDOK

PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO DESA

KUJANGSARI KOTA BANJAR TAHUN 2016

Di susun oleh :

Atika Febriani P 26.13 1018 2012

Didi Suryana 26.08 1005 2012

Anjar Puspitaningrum 26.08 1007 2012

Reyhan Calabro 26.24 1046 2012

Depy Itasari 26.34 1072 2012 Fuchsia Firdausi Zein 26.48 1105 2012 Siti Sahara Andiyanti 26.48 1106 2012

PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Stase IKAKOM 1 pada Kepaniteraan Klinik Program Studi Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

(2)

2016

GAMBARAN KETERSEDIAAN SANITASI DASAR DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO DESA KUJANGSARI KOTA

BANJAR TAHUN 2016

Atika Febrian P, Didi Suryana, Anjar Puspitaningrum, Reyhan Calabro, Depy Itasari, Fuschsia Firdausi Zein, Siti Sahara Andiyanti1, Mamik Setiyawati2

1. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta

2. Pembimbing klinik mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Sanitasi lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum juga. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

(3)

Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar wilayah kerja Puskesmas Langensari 1 pada bulan Maret – 16 April 2016 dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi.

Hasil : Ketersediaan sanitasi dasar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar masih belum memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Banjar. Setiap Pondok Pesantren seharusnya memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan sanitasi mulai dari persyaratan kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan bangunan dan fasilitas sanitasi.

Kesimpulan : Ketersediaan sanitasi dasar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar masih belum memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Banjar mulai dari persyaratan kesehatan lingkungan, persyaratan kesehatan bangunan dan fasilitas sanitasi.

(4)

DESCRIPTION OF AVAILABILITY OF BASIC SANITATION IN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO, KUJANGSARI

VILLAGE, BANJAR CITY 2016

Atika Febrian P, Didi Suryana, Anjar Puspitaningrum, Reyhan Calabro, Depy Itasari, Fuschsia Firdausi Zein, Siti Sahara Andiyanti1, Mamik Setiyawati2

1. Medical student of the faculty of medication and health Universitas of Muhammadiyah Jakarta.

2. Clinical Instructor of Medical student of the faculty of medication and health Universitas of

Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRACT

Background: Environmental sanitation is a condition or state of optimum environment that positively affects the health status of optimum well. The scope of environmental health, among others: housing, disposal of human waste (faeces), water supply, garbage disposal, sewage (wastewater), house farm animals (cage), etc.

Objective : This study aims to describe basic sanitation in Islamic Boarding School Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo, Kujangsari, Banjar 2016.

(5)

Azhar Citangkolo, Kujangsari, Banjar Puskesmas Langensari in 1 March - 16 April 2016 by conducting in depth interviews and observation.

Results: The availability of basic sanitation Islamic boarding school Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kujangsari Banjar still does not meet the requirements that have been defined Banjar City Health Office. Each Islamic boarding school should meet the requirements relating to sanitation ranging from environmental health requirements, health requirements of building and sanitary facilities.

Conclusion: The availability of basic sanitation Islamic boarding school Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kujangsari Banjar still does not meet the requirements that have been defined Banjar City Health Office ranging from environmental health requirements, health requirements of building and sanitary facilities.

(6)

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh:

Atika Febriani P 26.13 1018 2012

Didi Suryana 26.08 1005 2012

Anjar Puspitaningrum 26.08 1007 2012

Reyhan Calabro 26.24 1046 2012

Depy Itasari 26.34 1072 2012

Fuchsia Firdausi Zein 26.48 1105 2012

Siti Sahara Andiyanti 26.48 1106 2012

(7)

... April 2016

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar

(dr. Mamik Setiyawati) (H. Oman Rohman, S.Sos. M.Kes)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang penelitian pada Program Studi Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : senin

Tanggal : 24 April 2016

Pembimbing Utama

(8)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini bukan karya yang pernah diajukan atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Banjar, April 2016

(9)

KATA PENGANTAR

(10)

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Mamik Setiyawati sebagai dokter pembimbing 2. Seluruh staff Puskesmas Langensari 1

3. Informan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

4. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Dalam penulisan penenelitian ini tentu saja masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan segala kemudahan hati saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Alhamdulillahirabbil‟alamin skripsi ini telah selesai, semoga dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Banjar, April 2016

Team Penulis

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh:

(11)

Didi Suryana 26.08 1005 2012

Anjar Puspitaningrum 26.08 1007 2012

Reyhan Calabro 26.24 1046 2012

Depy Itasari 26.34 1072 2012

Fuchsia Firdausi Zein 26.48 1105 2012

Siti Sahara Andiyanti 26.48 1106 2012

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

... April 2016

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar

(dr. Mamik Setiyawati) (H. Oman Rohman, S.Sos. M.Kes)

LEMBAR PERSETUJUAN

(12)

Pada hari : senin

Tanggal : 24 April 2016

Pembimbing Utama

(dr.Mamik Setiyawati)

(13)

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini bukan karya yang pernah diajukan atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Banjar, April 2016

Team Peneliti

(14)

Alhamdulillahirabbil „alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang masih memberikan nikmat sehat, iman, dan islam sehingga dengan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Gambaran Ketersediaan Sanitasi Dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo” disusun sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan stase IKAKOM 1 dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Program Studi Kedokteran.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

5. Dr. Mamik Setiyawati sebagai dokter pembimbing 6. Seluruh staff Puskesmas Langensari 1

7. Informan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

8. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

Dalam penulisan penenelitian ini tentu saja masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan segala kemudahan hati saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Alhamdulillahirabbil‟alamin skripsi ini telah selesai, semoga dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Banjar, 2016

(15)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ... v

LEMBAR PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Sanitasi ... 7

a. Definisi Sanitasi ... 7

b. Upaya Sanitasi Dasar ... 7

c. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Sanitasi Buruk ... 25

2. Pondok Pesantren ... 28

B. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penrlitian ... 32

C. Sumber Informasi ... 32

D. Instrumen dan Cara Penelitian ... 33

(16)

F. Definisi Variabel ... 37

BAB VI HASIL PENELITIAN ... 39

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 39

B. Hasil Penelitian Ketersediaan Sanitasi Dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar ... a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan ... 43

1. Lokasi ... 44

2. Lingkungan termasuk halaman ... 46

b. Persyaratan Kesehatan Bangunan ... 50

3. Lantai ... 50

17.Toilet/kamar mandi/urinoir ... 83

18.Sarana Pembuangan Sampah ... 87

19.Ruang Makan ... 89

20.Dapur ... 91

21.Bebas Jentik Nyamuk ... 94

BAB V PEMBAHASAN ... 95

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan ... 95

1. Lokasi ... 95

2. Lingkungan termasuk halaman ... 96

B. Persyaratan Kesehatan Bangunan ... 98

3. Lantai ... 98

(17)

5. Atap dan Talang ... 101

6. Langit-langit ... 102

7. Tangga ... 103

8. Pintu ... 105

9. Jendela ... 106

10.Pencahayaan ... 107

11.Kondisi ruang ... 109

12.Kamar tidur ... 110

13.Ventilasi ... 111

C. Fasilitas Sanitasi ... 113

14.Air bersih ... 113

15.Tempat wudhu ... 114

16.Sarana Pembuangan Air Limbah ... 116

17.Toilet/kamar mandi/urinoir ... 117

18.Sarana Pembuangan Sampah ... 120

19.Ruang Makan ... 122

20.Dapur ... 123

21.Bebas Jentik Nyamuk ... 125

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi variabel ... 37 Tabel 5.1 Penilaian Lokasi Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo

Kota Banjar Tahun 2016 ... 96

Tabel 5.2 Penilaian Lingkungan termasuk Halaman pada Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 97

Tabel 5.3 Penilaian Lantai Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 99 Tabel 5.4 Penilaian Dinding Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo

Kota Banjar Tahun 2016 ... 100

Tabel 5.5 Penilaian Atap dan talang Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 102

Tabel 5.6 Penilaian Langit-langit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 103

(19)

Tabel 5.8 Penilaian Pintu Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 106

Tabel 5.9 Penilaian Jendela Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 107

Tabel 5.10 Penilaian Pencahayaan Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 108

Tabel 5.11 Penilaian Kondisi Ruang Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 109

Tabel 5.12 Penilaian Kamar Tidur Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 111

Tabel 5.13 Penilaian Ventilasi Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 112

Tabel 5.14 Penilaian Air bersih Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 114

Tabel 5.15 Penilaian Tempat Wudhu Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 115

Tabel 5.16 Penilaian Sarana Pembuangan Air Limbah Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 117

(20)

Tabel 5.18 Penilaian Sarana Pembuangan Sampah Di Pondok Pesantren Miftahul Huda

Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 121

Tabel 5.19 Penilaian Ruang Makan Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 123

Tabel 5.20 Penilaian Dapur Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar Tahun 2016 ... 124

Tabel 5.21 Penilaian Bebas Jentik Nyamuk ... 126

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Lokasi PP Miftahul Huda terbebas dari banjir ... 45

Gambar 4.2 Kondisi Lingkungan dipagi hari (bersih) ... 46

Gambar 4.3 Kondisi Lingkungan disiang hari (kotor) ... 47

Gambar 4.4 Kucing yang berkeliaran dilingkungan pondok ... 48

Gambar 4.5 Gerbang pemisah pondok santri putri dan putra ... 49

Gambar 4.6 Permukaan lantai yang retak, tidak rata dan terdapat genangan air . 51 Gambar 4.7 Dinding bangunan yang kotor dan tidak kedap air ... 53

Gambar 4.8 Dinding berwarna terang ... 54

Gambar 4.9 Rembesan air dari atap ... 56

(21)

Gambar 4.11 Lebar tangga lebih dari 150 meter ... 60

Gambar 4.12 Tangga yang memiliki pegangan ... 61

Gambar 4.13 Pintu dapat dikunci ... 63

Pintu dapat dibuka dan ditutup dengan baik ... 63

Gambar 4.14 Jendela dapat dibuka dan ditutup dengan arah bukaan keluar ... 64

Gambar 4.15 Jendela tidak menggunakan gordyn dan menggunakan gordyn ... 65

Gambar 4.16 Pencahayaan yang cukup terang ... 68

Gambar 4.17 Terdapat pewangi ruangan ... 69

Gambar 4.18 Peralatan tidur bersih dan tertata rapi ... 71

Gambar 4.19 Kamar tidur berserta penghuninya ... 72

Gambar 4.20 Ukuran ventilasi tidak memenuhi syarat ... 74

Gambar 4.21 Air berwarna kuning ... 77

Gambar 4.22 Tempat wudhu terpelihara ... 79

Gambar 4.23 Saluran pembuangan air limbah ... 80

Gambar 4.24 Saluran air limbah menggunakan sistim terbuka ... 82

Gambar 4.25 Bak penampungan air untuk mandi ... 84

(22)

Gambar 4.27 Tempat penampungan sampah ... 88

Gambar 4.28 Tempat pencucian peralatan masak dan penyimpanan bahan makanan ... 92

Gambar 4.29 Udara panas, asap dan bau-bauan keluar langsung ke udara terbuka, memasak menggukana kayu bakar... 93

Gambar 4.30 Terdapat jentik nyamuk di bak penampungan air ... 94

DAFTAR SKEMA

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 139 Lampiran 2 Surat Penelitian ... 140 Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Informan ... 141 Lampiran 4 Lembar Pernyataan Bersedia Menjadi Informan ... 142 Lampiran 5 Formulir Penilaian Hygiene Sanitasi Pondok Pesantren ... 143 Lampiran 6 Transkrip Hasil Wawancara Ketersediaaan Sanitasi Dasar di Pondok

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(25)

kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.(1)

Pengertian sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.(2)

Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum juga. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.(3)

Di Indonesia sendiri masalah sanitasi terutama sanitasi lingkungan menjadi salah satu masalah yang masih sulit untuk diatasi. Sebagai bukti dapat dilihat dari jumlah masyarakat indonesia yan hidup dalam sanitasi yang buruk. Terdapat 72.500.000 jiwa yang hidup dalam sanitasi yang buruk, dimana penyebaran masyarakat dengan sanitasi yang buruk ini tersebar 18,2% di perkotaan dan 40% di pedesaan. Kementrian kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat 266 kota yang masih bermasalah dengan pengelolahan air limbah, 240 kota menghadapi masalahpengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 kota.(4)

(26)

terdapat data 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet. Dari laporan ini menunjukan bahwa sanitasi di Indonesia masih sangat rendah sekali di bandingkan dengan negara-neagara berkembang lainnya.(5)

Dari permasalahan sanitasi ini lah maka di Indonesia banyak sekali penyakit-penyakit yang disebabkan oleh sanitasi terutama sanitasi yang buruk. Penyakit infeksi seperti diare, tifoid, penyakit kulit, penyakit kecacingan, dan lain-lain.(6)

Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%, Hepatitis A 0,57%, Hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%, Hepatitis A 1,4% dan Hepatitis E 0,04%. (7)

Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40.000. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di pondok pesantren. (8)

(27)

kasur kepada teman-temannya. Perilaku hidup bersih dan sehat terutama sanitasi lingkungan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi yang buruk. Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak memperbolehkan santri putri untuk menjemur dibawah terik matahari, dan saling bertukar pakai barang pribadi, seperti sisir dan handuk (Badri dalam Saiful 2010). Sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit dengan dunia pesantren. Jika para santri dan pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga sanitasi dan hygiene, baik sanitasi lingkungan maupun personal hygiene, maka kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit skabies, kudis, DBD, diare, ISPA.(9)

Beberapa penyakit yang akan ditemukan pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang bersih dan kebersihan diri perorangan yang buruk, antara lain skabies, malaria, demam berdarah dengue (DBD) (10),(11)

(28)

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Kementrian Kesehatan 2010 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kulit seperti dermatitis di Jawa Barat cukup tinggi, yaitu sebesar 92,7%. Menurut Handoko, angka kejadian penyakit kulit seperti skabies tertinggi di Jawa Barat dan terendah di Sumatera Utara.(13)

Pondok Pesantren aktif yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas langensari 1, yaitu Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar merupakan salah satu pesantren terbesar yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Langensari 1. Pos kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu program promosi kesehatan yang diadakan di Pondok Pesantren, namun program tersebut tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena kurangnya sumber daya manusia/kader yang melanjutkan kegiatan poskestren, suatu perilaku sadar akan pentingnya sanitasi yang sangat mendukung kesehatan jasmani sehingga masalah kesehatan santri yang diakibatkan sanitasi lingkungan yang meningkat.

Bedasarkan data dari Badan Pengobatan Umum Puskesmas Langensari 1 pada tahun 2014 jumlah pasien dari Pondok Pesantren Al-Azhar citangkolo sebanyak 155 orang. Dari 155 santri yang berobat 40 orang menderita penyakit kulit dengan persentase 25%, lalu pada tahun 2015 jumlah pasien dari Pondok Pesantren Al-Azhar citangkolo sebanyak 194 orang dimana santri yang mengalami penyakit kulit adalah 59 orang dengan persentase 30%. Dari data ini dapat diketahui bahwa angka kejadian penyakit kulit di Pondok Pesantren mengalami peningkatan.

(29)

Bagaimana gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al- Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kesehatan lingkungan meliputi lokasi dan lingkungan termasuk halaman di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

b. Untuk mengetahui gambaran kesehatan bangunan yang meliputi lantai, dinding, atap dan talang, langit-langit, tangga, pintu, jendela, pencahayaan, kondisi ruang, kamar tidur dan ventilasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

c. Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi yang meliputi air bersih, tempat wudhu, sarana pembuangan air limbah, toilet/kamar mandi/urinoir, sarana pembuangan sampah, ruang makan, dapur dan bebas jentik nyamuk di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

(30)

Memberikan informasi gambaran ketersediaan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar terkait peningkatan kejadian penyakit kulit menular di Pondok Pesantren.

b. Puskesmas Langensari 1 Kota Banjar

1. Mendapatkan data tambahan mengenai sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar.

2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Langensari 1 mengenai upaya untuk meningkatkan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar.

c. Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar.

Memberikan masukan bagi instansi Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar mengenai upaya untuk meningkatkan sanitasi dasar.

d. Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya mengenai sanitasi lingkungan dan dampaknya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Pustaka 1. Sanitasi

(31)

Menurut WHO sanitasi adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.(2)

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (14)

b. Upaya Sanitasi Dasar

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.(14)

1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya.(15)

(32)

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.(16)

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan.

Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.(17)

a. Manfaat Air

Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah 1) Untuk keperluan air minum.

2) Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-lain).

3) Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)

(33)

5) Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).

6) Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).

7) Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan lain-lain).

8) Pertanian/ irigasi 9) Perikanan. b. Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas.(16)

1) Syarat Kuantitatif

Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.

(34)

2) Syarat Kualitatif

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.(17)

1. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

a. Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.

b. Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

(35)

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya.

Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri. d. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. e. Suhu

(36)

berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.

f. Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

2. Parameter Mikrobiologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen.

Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.

3. Parameter Radioaktifitas

(37)

dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 4. Parameter Kimia

Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.

Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.

c. Pengaruh air bagi Kesehatan

Air dalam keadaan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan. air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut(17)

(38)

1. Water Borne Disease

Water Borne Disease Adalah penyakit yang di tularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman pathogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah penyakit cholera, Thypoid, Hepatitis infektiosa, Dysentri dan Gastroentritis.

2. Water Washed Disease

Water Washed Disease Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral.

3. Water Based Disease

(39)

carcaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut.

4. Water Related Insect Vectors

Water Related Insect Vectors Adalah penyakit yang di tularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis,yellow fever dan sebagainya.

2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus.(20)

(40)

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban. 2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Desainnya sederhana

8. Murah

3. Pembuangan Air Limbah(14)

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi.

(41)

sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit.

a. Sarana pembuangan limbah

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: (21)

1) Tidak mencemari sumber air bersih.

2) Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk.

3) Tidak menimbulkan bau.

4) Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan

b. Dampak dari Pencemaran Limbah

Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu(19):

1) Akibat Terhadap Lingkungan

Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

(42)

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.(20)

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.(20)

a) Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.

(43)

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b) Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

(44)

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.

2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tengku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain: (19)

a. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat

yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan

binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan

cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

b. Terhadap Lingkungan

(45)

2. Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.

3. Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

4. Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran.

5. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun.

6. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :

1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

(46)

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

5. Pencahayaan

(47)

6. Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :

a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan. b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap

kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

7. Ruangan Sehat

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat ruangan sehat adalah :

(48)

2. Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh 13 lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

3. Lantai Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.(23) 4. Pembagian ruangan / tata ruang Setiap rumah harus mempunyai bagian

ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

a. Ruang untuk istirahat / tidur Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.

(49)

kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.

c. Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

c. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk. 1. Berdasarkan Agen penyakit

a. Bakteri

1) Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi usus karena bakteri vibrio cholera.

2) Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi, ditandai dengan demam insidius yang berlangsung lama dan kambuhan.

3) Diare adalah suatu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Bakteri penyebab diare yang sering menyerang adalah bakteri Entero Pathogenic Escherichia Coli (EPEC).

4) Disenteri adalah diare berdarah yang disebabkan oleh shigella.

b. Virus

(50)

diikuti munculnya ikterik beberapa hari. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis A kelompok Hepatovirus famili picornaviridae.

2. Hepatitis E adalah penyakit yang secara gejala klinis mirip Hepatitis A, yang disebabkan oleh virus Hepatitis E famili Caliciviridae.

3. Gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan demam,muntah dan berak cair, disebabkan oleh Rotavirus dan sering menyerang anak – anak.

c. Parasit 1) Cacing

a) Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dengan sedikit gejala bahkan tanpa gejala sama sekali. Cacing yang keluar bersama kotoran adalah sebagai tanda awal adanya infeksi.

b) Hookworms atau penyakit cacing tambang adalah infeksi parasit kronis yang muncul dengan berbagai gejala, gejala terbanyak adalah anemia. Penyakit ini disebabkan oleh Necator americanus atau Ancylostoma duodenale.

(51)

2) Protozoa

Giardiasis adalah infeksi protozoa pada usus halus bagian atas, yang disebabkan oleh Giardia intestinalis.

3) Jenis lain

a) Scabies adalah parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei sejenis kutu.

b) Trachoma adalah Conjuncivitis yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis, yang disebarkan oleh Musca sorbens sejenis lalat.(24)

2. Berdasarkan rantai penularan

a) Waterborne Disease adalah penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh pathogen dari penderita atau karier. Contoh penyakit diare, disenteri, kolera, hepatitis dan demam typhoid.

b) Water-washed Disease adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak dari orang ke orang karena kurangnya kebersihan diri dan pencemaran air. Contoh penyakit skabies dan trakhoma.

c) Water-based adalah penyakit yang ditularkan melalui air sebagai perantara host. Contoh penyakit Shistosomiasis.

(52)

2. Pondok Pesantren

Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang mendapat

imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan tempat, maka artinya

adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (manusia baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong)

sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik.(26)

Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau

mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu.(26)

Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.

(53)

Dhofier mengungkapkan, lembaga pendidikan pesantren memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri, elemen itu adalah(27) :

1. Pondok atau asrama

2. Tempat belajar mengajar, biasanya berupa Masjid dan bisa berbentuk lain. 3. Santri

4. Pengajaran kitab-kitab agama, bentuknya adalah kitab-kitab yang berbahasa arab dan klasik atau lebih dikenal dengan istilah kitab kuning

5. Kiai dan ustadz.

(54)

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka teori maka kerangka konsep dari penelitian ini yaitu:

Skema 2.1 Kerangka Konsep

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

1. Lokasi

2. Lingkungan termasuk halaman

B. Persyaratan Kesehatan Bangunan

1. Lantai 2. Dinding

3. Atap dan talang 4. Langit-langit 5. Tangga 6. Pintu 7. Jendela 8. Pencahayaan 9. Kondisi ruang 10. Kamar tidur 11. Ventilasi C. Fasilitas sanitasi

1. Air bersih 2. Tempat wudhu

3. Sarana pembuangan air limbah

4. Toilet/kamar mandi/ urinoir

5. Sarana pembuangan sampah

6. Ruang makan 7. Dapur

8. Bebas jentik nyamuk

Formulir Penilaian Hygiene Sanitasi Pondok

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif dengan metode cross sectional, yaitu suatu subjek penelitian hanya diobservasikan sekali saja dan pengukuran dilakukan pada suatu saat saja tanpa menindaklanjut terhadap pengukuran yang dilakukan. (28) Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompuk manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisa secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.(29)

(56)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar wilayah kerja Puskesmas Langensari 1 pada bulan Maret – 16 April 2016.

C. Sumber Informasi

(57)

Miftahul Huda Al-Azhar. Secara garis besar yang menjadi informan penelitian adalah :

1 ketua umum Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren 2 Anggota Sarana dan Prasarana Pondon Pesantren 2 Santri di Pondok Pesantren

D. Instrumen dan Cara Penelitian 1. Instrumen Penelitian

a. Pendoman Wawancara

Pendoman wawancara digunakan untuk memandu pewawancara agar mendapatkan informasi yang lengkap dan sesuai tujuan penelitian. Peneliti membuat pedoman wawancara dengan mengacu pada pedoman penilaian sanitasi dasar yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Banjar. b. Alat Perekam Suara

Alat perekam suara digunakan untuk merekam pembicaraan saat wawancara mendalam. Tujuannya agar tidak ada informasi yang tertinggal pada saat peneliti melakukan transkrip wawancara. File hasil rekaman suara berupa file berformat MP3.

2. Cara Pengambilan Data

(58)

1) Data Primer

(59)

E. Teknik Analisa Data

Analisis data dan interpretasi data merupakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah. Pada penelitian ini proses analisis data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Membuat transkrip wawancara

Data yang didapat dari wawancara mendalam berupa rekaman percakapan antara peneliti dan informan serta tulisan singkat yang dilakukan peneliti. Agar data dapat disajikan dan dianalisis, maka peneliti mengubah rekaman suara menjadi tulisan dengan cara melakukan transkrip.

2. Pengkodean

Setelah data selesai ditranskrip, hasil dari penelitian ini masih berupa seluruh percakapan selama wawancara. Peneliti melakukan pengkodean terhadap pernyataan-pernyataan informan yang sesuai dengan fokus penelitian. Pengkodean ini bertujuan untuk memilah pernyataan yang sesuai dari semua pernyataan informan.

3. Membuat tabel hasil wawancara

Agar mudah dipahami dan dapat dianalisis, peneliti memasukkan hasil wawancara ke dalam tabel hasil wawancara. Tabel hasil wawancara ini berisi kalimat pernyataan dari informan dan informan tambahan yang merupakan inti dari jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

4. Melakukan validasi data atau memeriksa keabsahan data

(60)

menggunakan teknik peer debriefing, member check dan triangulasi data.(31) Teknik peer debriefing dilakukan dengan para kolega (dalam penelitian ini orang yang menemani peneliti pada saat melakukan wawancara) untuk memperoleh berbagai masukan dan kritik agar kualitas analisis lebih dapat dipertanggungjawabkan. Teknik member check dilakukan dengan para informan, yaitu menanyakan kembali pernyataan yang telah terangkum dalam pemahaman peneliti, untuk memastikan kebenaran makna yang telah dibuat. Dengan cara demikian dapat dilakukan cross check dan sekaligus konfirmasi dalam menarik kesimpulan dari informasi yang telah direkam peneliti. Teknik triangulasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan informasi antara informan yang satu dengan yang lain (informan yang berbeda). Teknik triangulasi metode menggunakan tiga metode yaitu wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.

5. Menginterpretasikan hasil wawancara

(61)

F. Definisi Variabel

Tabel 3.1 Definisi Variabel

No Variabel Definisi Variabel

Cara Mengukur

Alat Ukur Hasil Ukur

1 Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat, meliputi:

Checklist a. Sesuai b. Tidak

Sesuai

2 Persyaratan kesehatan bangunan

Kesehatan bangunan yang memenuhi syarat, meliputi:

Checklist a. Sesuai b. Tidak

(62)

i. Kondisi ruang j. Kamar tidur k. Ventilasi 3 Fasilitas

Sanitasi

Fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi:

a. Air bersih b. Tempat wudhu c. Sarana

pembuangan air limbah

d. Toilet/kamar mandi/urinoir e. Sarana

pembungan sampah f. Ruang makan g. Dapur

h. Bebas jentik nyamuk

Observasi dan

Wawancara

Checklist a. Sesuai b. Tidak

Sesuai

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo a. Sejarah

Yayasan ini pertama kali didirikan pada tahun 1968. Sebagai pendiri yayasan ini adalah: KH. Abdurrohim yang sekaligus pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo. Seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman, maka tampuk kepemimpinan yayasan ini bernama Yayasan Pengamalan Pendidikan Islam Miftahul Huda atau disingkat YaPPIM, yayasan tersebut terlahir dari buah pemikiran Mbah KH. Abdurrohim sebagai bentuk proaktif terhadap perkembangan zaman dan pengamalan undang undang. Pada masanya yayasan yang dipimpin oleh putra sulung yang bernama KH. Munawir Abdurrohim, MA. Putra pertama beliau pada saat itu baru kembali mengenyam pendidikan di Al Azhar University tepatnya Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

(64)

kelola itu. Tepatnya pada bulan September 2012 Yayasan Pengamalan Pendidikan Islam Miftahul Huda berubah menjadi Yayasan Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo atau disingkat YaMAC sesuai dengan salinan Akta Notaris No. 20 Tanggal 17 September 2012.

b. Latar belakang

Yayasan Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar adalah hasil kesepakan bersama seluruh pengurus Yayasan Pengamalan Pendidikan Islam yang dipimpin KH. Munawir Abdurrohim, MA. Selanjutnya, Yayasan Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar hanya menaungi lembaga-lembaga yang didirikan pada masa lahirnya Yayasan Pengamalan Pendidikan Islam Miftahul Huda (YaPPIM) saja. Yayasan Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar adalah yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial.

(65)

c. Lembaga-lembaga pengembangan

1) Lembaga-Lembaga formal yang berada di bawah naungan Yayasan Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar:

a. RA Al Azhar b. MIS Al Azhar c. MTs Al Azhar d. SMP Al Azhar e. MA Al Azhar f. SMA Al Azhar g. SMK Al Azhar

h. SMK Farmasi Al Azhar i. STAI Miftahul Huda Al Azhar j. KBIH/U Al Azhar

k. PPMAC Ma'arif Al Azhar l. Laznah Falakiyah

2) Lembaga-Lembaga Non Formal:

a. Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo b. PAUD Al Azhar

c. RA Al Azhar d. Madrasah diniyah

e. Koprasi Pesantren Al Azhar f. Jama'ah Shubuhan

(66)

j. Jama'ah Thoriqoh

k. NU dan Banom/seluruh lembaganya 3) Lembaga yang sedang dalam pengembangan

a. Akademik Komunitas Al Azhar (AKMA) b. STKIP MA'ARIF AL AZHAR (STKIP MA) 4) Susunan Organisasi

a. Pendiri

 KH.Hasbuloh Badawi, BA

 KH.Zaeni Ilyas

b. Penasehat

 KH.Munawir Abdurrohim, MA

c. Pembina

 KH. Muslih Abd Rochiem, M.Pd.I

 KH. Mu'in Abdurrochiem, M.Pd.I

 KH. Muharor Brd, M.Pd.I

 KH. Munahir Abdurrohim SH, M.Pd.I

 DR. KH. Marsudi Suhud, M.B.A, P.Hd

 KH. Ahmad Budaeri Hasyim Aha, M.Pd.I

 Ny. Hj. Linatus Shofiyah Alha, S.Pd.I

d. Sekertaris

 Ny. Hj. Widadatul Ulya, M.Pd.I

e. Bendahara

 Ny. Hj. Mus'idah Abdurrohim, M.Pd.I

(67)

 Pendidikan

 Ny. Hj. Mufizah abdurrohim Alha, M.Pd

 Ekonomi

 Ny. Hj. Ishomah Alha, S.Pd.I

 Pengembangan

 Ny. Hj. Dairotul Hasanah Alha, S.Pd.I

 Sosial

 Ny. Hj. Muhjiatul Makiyah Alha, S.Pd.I

 Humas:

 Ny.Hj. Zahrotul Nafisah,S,Pd.I

B. Hasil Penelitian Ketersediaan Sanitasi Dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar.

Ketersediaan sanitasi dasar Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Desa Kujangsari Kota Banjar masih belum memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Banjar. Setiap Pondok Pesantren seharusnya memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan sanitasi mulai dari persyaratan kesehatan lingkungan, pesyaratan kesehatan bangunan dan fasilitas sanitasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak-dampak yang terjadi pada sanitasi buruk salah satu dampak-dampaknya adalah penyakit menular. Penyakit menular yang tejadi pada sanitasi buruk bisa berupa penyakit kulit, penyakit ISPA dan sebagainya.

(68)

dilihat dari kesehatan bangunan dimana dinding, atap dan talang, kondisi ruangan, kamar tidur di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar belum memenuhi persyaratan serta beberapa fasilitas sanitasi seperti air bersih, tempat wudhu, sarana pembuangan air limbah, kamar mandi, sarana pembuangan sampah, ruang makan serta dapur belum memenuhi persyaratan. Berikut akan dijabarkan secara rinci hasil penelitian mengenai ketersediaan sanitasi dasar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar.

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Komponen persyaratan kesehatan lingkungan ini akan menjelaskan bagaimana keadaan kesehatan lingkungan yang ada di instansi terkait, dapat dilihat dari segi lokasi dan lingkungan termasuk halaman. 1. Lokasi

Sub komponen ini akan menggambarkan keadaan lingkungan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, seperti apakah terhindar dari pencemaran dan tidak terletak didaerah banjir. Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan, didapatkan informasi bahwa lokasi Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar terhindar dari pencemaran. Hal ini terlihat dari kutipan pernyataan Informan sebagai berikut :

“Untuk lokasi terhindar dari pencemaran karena tidak ada

sumber pencemaran” (Informan 1)

(69)

“Lokasi tidak terletak didaerah banjir, karena ini adalah

dataran tinggi” (Informan 2)

Berikut Distribusi informan mengenai lokasi :

Sesuai Tidak sesuai Total

Informan 4 1 5

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa dari 4 informan menyatakan lokasi Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar dan 1 informan menyatakan tidak sesuai.

Berikut distribusi Hasil Observasi peneliti mengenai lokasi:

Sesuai Tidak Sesuai Total

Lokasi √

Berdasarkan hasil observasi peneliti didapatkan lokasi sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar.

(70)

2. Lingkungan Termasuk Halaman

Sub komponen ini akan menggambarkan lingkungan termasuk halaman yang ada, dilihat dari bersih dan indah atau tidak lingkungan Pondok Pesantren tersebut, apakah memungkinkan sebagai tempat bersarang/berkembang biak serangga dan tikus, apakah terdapat pagar yang jelas, dan terdapat tempat parkir atau tidak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan, didapatkan informasi bahwa lingkungan beserta halaman belum terlihat bersih dan indah. Hal ini terlihat dari kutipan pernyataan Informan sebagai berikut :

“Untuk lingkungan ya adanya begitu dan inginnya dua

duanya (bersih dan indah), cuma belum tercapai.” (Informan 1)

“Lingkungan bersih pada saat pagi hari, setelah di

bersihkan oleh petugas piket. Kalau siang hari kotor kembali, saat sore

hari dibersihkan kembali oleh petugas piket” (Informan 2)

(71)

Gambar 4.3 Kondisi Lingkungan disiang hari (kotor) Untuk hasil penelitian mengenai apakah lingkungan yang ada memungkinkan sebagai tempat bersarang/berkembang biak serangga dan tikus, yaitu selama ini tidak didapatkan adanya banyak serangga dan tikus, yang menjadi gangguan disekitar lingkungan tersebut adalah banyaknya lalat dan kucing yang berkeliaran. Hal ini telihat dari penyataan Informan sebagai berikut :

“Untuk halaman di Pondok Pesantren Miftahul Huda

Al-Azhar belum bersih. Tetapi tidak memungkinkan sebagai tempat

bersarang/berkembang biak serangga, tikus” (Informan 4)

(72)

Gambar 4.4 Kucing yang berkeliaran dilingkungan pondok Semua Informan mengatakan bahwa Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar memiliki pagar dan ada batas yang jelas yang memisahkan kawasan pesantren dengan daerah luar dan juga terdapatnya tempat parkir di kawasan tersebut, sesuai dengan pernyataan Informan sebagai berikut :

Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar memiliki pagar

dan ada batas yang jelas. Ya ada, Pondok Pesantren Miftahul Huda

Al-Azhar terdapat tempat parkir” (Informan 3)

“Ada gerbang, untuk pemisah terutama untuk memisahkan

santri putri dan putra ada walaupun masih terlihat. Di Pondok

Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar terdapat tempat parkir” (Informan

(73)

Gambar 4.5 Gerbang pemisah pondok santri putri dan putra

Berikut Distribusi informan mengenai lingkungan termasuk halaman :

Sesuai Tidak sesuai Total

Informan 2 3 5

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa dari 2 informan menyatakan lingkungan termasuk halaman Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar dan 3 informan menyatakan tidak sesuai.

Berikut distribusi Hasil Observasi peneliti mengenai lingkungan termasuk halaman:

Sesuai Tidak Sesuai Total Lingkungan

termasuk halaman

(74)

B. Persyaratan Kesehatan Bangunan

Komponen persyaratan kesehatan bangunan ini akan menjelaskan bagaimana keadaan kesehatan bangunan yang ada di instansi terkait, dapat dilihat dari segi lantai, dinding, atap dan talang, langit-langit, tangga, pintu, jendela, pencahayaan, kondisi ruang, kamar tidur, dan ventilasi.

3. Lantai

Sub komponen ini akan menggambarkan keadaan lantai di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, apakah bersih, apakah bahan kuat, kedap air, permukaan rata, lantai licin atau tidak, dan apakah dapat menjadi genangan air atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan, didapatkan informasi bahwa lantai Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar bersih. Hal ini terlihat dari kutipan pernyataan Informan sebagai berikut :

“Ya, lantai yang ada di Miftahul Huda Al-Azhar bersih,

karena setiap pagi dan sore dibersihkan.” (Informan 3)

Lantai yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar memiliki bahan yang kuat, kedap air, dan permukaan rata. Data ini didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Informan, sebagai berikut :

“Lantai terbuat dari bahan yang kuat, tidak ada yang retak

karena sudah direhab, kedap air dan permukaannya rata” (Informan 4)

(75)

“Banyak lantai yang cepat rusak, terutama didaerah depan.

Karena tanah ini dulunya balong, sehingga mudah rusak dan kurang

kedap air. Beberapa kamar ada yang lantainya naik, ada pula yang

turun. Kalau rusak diganti beberapa bulan sekali.” (Informan 2)

Gambar 4.6 Permukaan lantai yang retak, tidak rata dan terdapat genangan air

Semua Informan mengatakan bahwa lantai tidak licin, hanya di area kamar mandi saja yang licin. Seperti yang dikatakan oleh Informan, sebagai berikut :

“Lantai Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar tidak

licin.” (Informan 3)

“Kalau yang di kamar mandi licin, kalau yang ditempat lain

tidak” (Informan 2)

Berikut Distribusi informan mengenai lantai :

Sesuai Tidak sesuai Total

(76)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa dari 3 informan menyatakan lantai Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar dan 2 informan menyatakan tidak sesuai.

Berikut distribusi Hasil Observasi peneliti mengenai lantai:

Sesuai Tidak Sesuai Total

Lantai 3 5 8

Berdasarkan hasil observasi peneliti didapatkan 5 kamar memiliki lantai tidak sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar dan 3 kamar memiliki lantai sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar.

4. Dinding

Sub komponen ini akan menggambarkan kondisi dinding pada tempat yan diteliti. Pada sub komponen ini bertujuan untuk mengetahui tentang kebersihan dinding dan kualitas dinding di tempat yang diteliti serta pemilihan warna saat mengecat dinding tersebut.

(77)

“Kalau yang dekat kamar mandi dindingnya rembes.

Sebagian kamar rembes, sebagaian tidak. Sepertinya banyak yang tidak

kedap air.” (Informan 2)

Tidak, dinding yang ada di Pondok Pesantren Miftahul

Huda Al-Azhar kotor dan tidak kedap air“ (Informan 3)

Gambar 4.7 Dinding bangunan yang kotor dan tidak kedap air Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan juga didapatkan bahwa dinding di persantren mudah di bersihkan dan untuk warna dinding di pesantren tersebut memilih warna terang, pernyataan ini dibuktikan dari hasil wawancara sebagai berikut :

“Dinding mudah dibersihkan dan memiliki warna yang

terang, warnanya hijau” (Informan4)”

“Dinding di Pondok P esantren Miftahul Huda Al-Azhar

(78)

Gambar 4.8 Dinding berwarna terang

Berikut Distribusi informan berupa dinding :

Sesuai Tidak sesuai Total

Informan 1 4 5

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa dari 5 informan 4 informan menyatakan dinding di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo tidak sesuai dengan pedoman hygiene sanitasi Pondok Pesantren Dinas Kesehatan Kota Banjar.

Berikut distribusi Hasil Observasi peneliti berupa dinding:

Sesuai Tidak Sesuai Total

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Variabel
Gambar 4.4 Kucing yang berkeliaran dilingkungan pondok
Gambar 4.7 Dinding bangunan yang kotor dan tidak kedap air
Gambar 4.8 Dinding berwarna terang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sanitasi ruangan meliputi; ventilasi, lantai dan dinding, pencahayaan, sumber air bersih, toilet dan kamar

Pemeriksaan air bersih di laborarotium BTKL Medan secara mikrobiologi melebihi baku mutu, toilet dan kamar mandi petugas tidak terpisah antara pria dan wanita, toilet

Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang nyata antara sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, keberadaan jamban, saluran pembuangan air limbah dan personal

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah fasilitas sanitasi lingkungan (tempat sampah, air bersih, jamban, dan Saluran Pembuangan Air Limbah

Terdapat hubungan yang bermakna kondisi sarana penyediaan air bersih, kondisi sarana jamban keluarga, kondisi sarana pembuangan air limbah keluarga dan kondisi

Terdapat hubungan yang bermakna kondisi sarana penyediaan air bersih, kondisi sarana jamban keluarga, kondisi sarana pembuangan air limbah keluarga dan kondisi

1. Jamban dan Pembuangan Tinja a.. Sarana pembuangan air limbah. Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut 4.

Gambaran kondisi sanitasi saluran pembuangan air limbah di Pasar Segiri masih dikategorikan tidak memenuhi syarat, dari 15 los didapatkan 8 los kategori tidak memenuhi syarat dari hasil