• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaanpada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaanpada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN SISTEM AUTOMASI

PERPUSTAKAANPADA PERPUSTAKAAN BUNG HATTA

BUKITTINGGI

SKRIPSI

Diajukansebagaisalahsatupersyaratandalammenyelesaikan studiuntukmemperolehgelarSarjanaSosial (S.Sos.) dalambidangstudiIlmuPerpustakaandanInformasi

Oleh:

ESILIA PUTRI PASADANA NIM: 090709018

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem automasi pada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penentuan

informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data di

lakukan melalui observasi pada PBHB dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap karyawan. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil wawancara dan observasi berdasarkan kategori dan pola tema jawaban serta menguji data dalam evaluasi sistem automasi perpustakaan memakai model tekhnik evaluasi TAM.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan sistem INLIS di PBHB terdiri dari penerapan modul pengadaan, penerapan modul pengolahan, penerapan modul sirkulasi, penerapan modul entri kartu anggota. Dalam penerapan sistem PBHB dalam Modul OPAC ditemukan masalah karena banyak koleksi perpustakaan tidak terdapat dalam OPAC, jadi masih terdapat kekurangan dalam Modul OPAC. Dan PBHB mengalami kesulitan dengan sumber daya manusia yang belum memahami sistem automasi perpustakaan tersebut.

Maka perlu adanya evaluasi dan perbaikan sistem automasi khususnya pada modul OPAC dan diadakan pelatihan kepada pegawai pada PBHB untuk mengenal dan memahami sistem automasi perpustakaannya

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung

Hatta Bukittinggi” Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk

meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan

Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

USU.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya.

3. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. Selaku Pembimbing I, dimana

beliau telah banyak memberikan bimbingan. Rasa penghormatan dan

terima kasih yang sangat luar biasa atas waktu, dukungan, petunjuk dan

nasehatnya kepada penulis.

4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum. Selaku Pembimbing II, dimana beliau

juga telah banyak memeberikan bimbingan, petunjuk serta nasehat kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Perpustakaan

dan Informasi yang telah mendidik penulis selama ini.

6. Kepada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi, terima kasih atas pelayanan

dan informasi demi kelancaran skripsi ini

Akhir kata, penulis juga menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan dalam penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

(4)

iii

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya,

terima kasih.

Medan, April 2013

Penulis

Esilia Putri Pasadana

(5)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 0

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengertian Perpustakaan ... 5

2.2 Automasi Perpustakaan ... 5

2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan ... 5

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Automasi perpustakaan ... 6

2.2.3 Alasan automasi perpustakaan ... 7

2.2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan ... 8

2.2.5 Cakupan Automasi perpustakaan ... 8

2.2.6 Komponen Automasi Perpustakaan ... 10

2.3 Sistem Informasi ... 11

2.4. Sistem Informasi Perpustakaan ... 13

2.4.2 Fitur – fitur sistem informasi perpustakaan ... 13

2.5 Sistem Informasi INLIS ... 14

2.6 Evaluasi Sistem . ... 16

2.6.1 Pengertian Evaluasi Sistem... 16

2.6.3 Model Evaluasi Sistem Informasi ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

(6)

v

3.2 Lokasi Penelitian ... 20

3.3 Proses Penelitian ... 20

3.3.2 Mengumpulkan Data ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.5 Jenis dan sumber data Penelitian ... 21

3.6 Analisis Data ... 21

3.7 Keabsahan Data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Karakteristik Informan ... 22

4.2. Kategori ... 23

4.2.1 Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan INLIS ... 23

4.2.2 Fitur-fitur dan Modul Kerja Sistem Informasi INLIS ... 26

4.2.3 Evaluasi Sistem menggunakan teknik evaluasi TAM . ... 27

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5. 2 Saran ... 31

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Karakteristik Informan ... 22

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan adalah: institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,

karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi

kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para

pemustaka. Defenisi ini menekankan bahwa posisi perpustakaan sebagai institusi

atau lembaga pengelola media cetak dan rekam. Akan tetapi disisi lain bahwa

perpustakaan adalah juga sebagai fasilitas.

Perpustakaan pada saat ini telah berkembang pesat, perpustakaan sekarang

telah dipengaruhi oleh tekhnologi informasi. Salah satu bentuk penerapan TI di

perpustakaan yaitu dengan adanya automasi perpustakaan dan perpustakaan

digital. Sistem automasi perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang

pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan,

sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Digital library

atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan TI

dalam manajemen perpustakaan. Kehadiran TI sangat membantu dalam banyak

hal, mulai dari proses klasifikasi hingga temu kembali informasi. Berbagai

aplikasi untuk perpustakaan, baik itu yang berlisensi maupun yang open source,

terus bermunculan dan berkembang mengikuti tuntutan-tuntutan pasar.

Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi berdiri pada tanggal 12 Agustus

1976 yang didirikan oleh Wakil Presiden Bung Hatta. PBHB merupakan bagian

dari Perpustakaan Nasional RI. PNRI mempunyai dua unit pelayanan teknis

yaitu: Perpustakaan Bung Karno yang ada di Blitar, dan PBHB. Pada awalnya

PBHB adalah perpustakaan khusus yang koleksi nya khusus tentang tokoh

proklamator Bung Hatta, dan pada akhirnya PBHB beralih menjadi perpustakaan

(9)

3

PBHB selalu berupaya mengadopsi perkembangan TI. Hal ini terbukti

dengan adanya pembaharuan yang dilakukan perpustakaan bung hatta secara terus

menerus dalam manajemen perpustakaannya. PBHB mulai membenahi setiap

bagian yang ada agar menjadi perpustakaan lebih baik dan layak disebut sebagai

bagian dari perpustakaan nasional.

PBHB yang sebelumnya tidak pernah terjamah TI ini, sudah memulai

menerapkan sistem automasi perpustakaan pada tahun 2008 Adapun software

yang digunakan adalah software yang bernama QALIS (Quadran Automated

Library Information sistem) yang merupakan pemberian dari DPR RI. Setelah

sistem QALIS diterapkan selama 8 tahun PBHB mencoba mengembangkan

sistem automasi perpustakaan nya. Hal ini di lakukan karena ditemukan nya

beberapa kelemahan pada sistem QALIS dan agar proses kerja agar lebih efisien

dan efektif. Perpustakaan mengganti sistem automasi nya menjadi sistem INLIS

(Integrated Library Information Sistem) tahun 2012 yang merupakan sistem yang

sama digunakan oleh Perpustakaan Nasional RI.

Berdasarkan pengamatan awal sistem automasi INLIS menerapkannya

pada modul buku tamu, modul sirkulasi, OPAC, entri anggota, catat kartu

anggota, pengolahan, pengadaan. PBHB menerapkan sistem INLIS di semua unit

pelayanan nya. Pada kenyataan di lapangan yang peneliti amati terdapat masalah

yaitu: banyak bahan koleksi yang tidak ada dalam OPAC, hanya sedikit koleksi

yang terdapat dalam OPAC, sepertiga koleksi yang ada di perpustakaan tidak

terdaftar dalam OPAC sehingga menyulitkan pengguna untuk mendapatkan

koleksi yang mereka inginkan, dan koleksi yang ada tidak dapat ditemukan

pengguna sehingga koleksi tersebut tidak termanfaatkan. Dari data dan fakta di

atas, sistem automasi perpustakaan belum sepenuhnya berjalan dan masih terdapat

kelemahan pada modul OPAC.

Berdasarkan data dan fakta diatas maka penulis ingin mengetahui masalah

yang ada pada modul kerja OPAC dan ingin mengetahui sejauh manakah

penerapan automasi perpustakaan pada PBHB, maka dari itu penulis membuat

judul dalam penelitian ini dengan judul “ Evaluasi Penerapan Sistem Automasi

(10)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah

penelitian adalah evaluasi penerapan sistem automasi perpustakaan yang belum

berjalan dengan baik dikarenakan tidak ada nya prosedur kerja dan kurangnya

pemahaman pegawai perpustakaan dalam mengoperasikan sistem automasi

perpustakaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh

manakah penerapan sistem automasi pada PBHB dan mengevaluasi sejauh

Penerapan sistem automasi pada PBHB.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Untuk mengetahui sejauh manakah penerapan automasi pada PBHB.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang automasi

perpustakaan, sistem informasi perpustakaan.

3. Memberikan masukan untuk perbaikan sistem automasi perpustakaan

sehingga pengelolaan dapat berjalan lebih efisien dan efektif.

4. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dengan topik yang

berkaitan.

1.5. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

(11)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem automasi pada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penentuan

informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data di

lakukan melalui observasi pada PBHB dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap karyawan. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil wawancara dan observasi berdasarkan kategori dan pola tema jawaban serta menguji data dalam evaluasi sistem automasi perpustakaan memakai model tekhnik evaluasi TAM.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan sistem INLIS di PBHB terdiri dari penerapan modul pengadaan, penerapan modul pengolahan, penerapan modul sirkulasi, penerapan modul entri kartu anggota. Dalam penerapan sistem PBHB dalam Modul OPAC ditemukan masalah karena banyak koleksi perpustakaan tidak terdapat dalam OPAC, jadi masih terdapat kekurangan dalam Modul OPAC. Dan PBHB mengalami kesulitan dengan sumber daya manusia yang belum memahami sistem automasi perpustakaan tersebut.

Maka perlu adanya evaluasi dan perbaikan sistem automasi khususnya pada modul OPAC dan diadakan pelatihan kepada pegawai pada PBHB untuk mengenal dan memahami sistem automasi perpustakaannya

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan adalah: institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,

karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi

kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para

pemustaka. Defenisi ini menekankan bahwa posisi perpustakaan sebagai institusi

atau lembaga pengelola media cetak dan rekam. Akan tetapi disisi lain bahwa

perpustakaan adalah juga sebagai fasilitas.

Perpustakaan pada saat ini telah berkembang pesat, perpustakaan sekarang

telah dipengaruhi oleh tekhnologi informasi. Salah satu bentuk penerapan TI di

perpustakaan yaitu dengan adanya automasi perpustakaan dan perpustakaan

digital. Sistem automasi perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang

pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan,

sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Digital library

atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan TI

dalam manajemen perpustakaan. Kehadiran TI sangat membantu dalam banyak

hal, mulai dari proses klasifikasi hingga temu kembali informasi. Berbagai

aplikasi untuk perpustakaan, baik itu yang berlisensi maupun yang open source,

terus bermunculan dan berkembang mengikuti tuntutan-tuntutan pasar.

Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi berdiri pada tanggal 12 Agustus

1976 yang didirikan oleh Wakil Presiden Bung Hatta. PBHB merupakan bagian

dari Perpustakaan Nasional RI. PNRI mempunyai dua unit pelayanan teknis

yaitu: Perpustakaan Bung Karno yang ada di Blitar, dan PBHB. Pada awalnya

PBHB adalah perpustakaan khusus yang koleksi nya khusus tentang tokoh

proklamator Bung Hatta, dan pada akhirnya PBHB beralih menjadi perpustakaan

(13)

3

PBHB selalu berupaya mengadopsi perkembangan TI. Hal ini terbukti

dengan adanya pembaharuan yang dilakukan perpustakaan bung hatta secara terus

menerus dalam manajemen perpustakaannya. PBHB mulai membenahi setiap

bagian yang ada agar menjadi perpustakaan lebih baik dan layak disebut sebagai

bagian dari perpustakaan nasional.

PBHB yang sebelumnya tidak pernah terjamah TI ini, sudah memulai

menerapkan sistem automasi perpustakaan pada tahun 2008 Adapun software

yang digunakan adalah software yang bernama QALIS (Quadran Automated

Library Information sistem) yang merupakan pemberian dari DPR RI. Setelah

sistem QALIS diterapkan selama 8 tahun PBHB mencoba mengembangkan

sistem automasi perpustakaan nya. Hal ini di lakukan karena ditemukan nya

beberapa kelemahan pada sistem QALIS dan agar proses kerja agar lebih efisien

dan efektif. Perpustakaan mengganti sistem automasi nya menjadi sistem INLIS

(Integrated Library Information Sistem) tahun 2012 yang merupakan sistem yang

sama digunakan oleh Perpustakaan Nasional RI.

Berdasarkan pengamatan awal sistem automasi INLIS menerapkannya

pada modul buku tamu, modul sirkulasi, OPAC, entri anggota, catat kartu

anggota, pengolahan, pengadaan. PBHB menerapkan sistem INLIS di semua unit

pelayanan nya. Pada kenyataan di lapangan yang peneliti amati terdapat masalah

yaitu: banyak bahan koleksi yang tidak ada dalam OPAC, hanya sedikit koleksi

yang terdapat dalam OPAC, sepertiga koleksi yang ada di perpustakaan tidak

terdaftar dalam OPAC sehingga menyulitkan pengguna untuk mendapatkan

koleksi yang mereka inginkan, dan koleksi yang ada tidak dapat ditemukan

pengguna sehingga koleksi tersebut tidak termanfaatkan. Dari data dan fakta di

atas, sistem automasi perpustakaan belum sepenuhnya berjalan dan masih terdapat

kelemahan pada modul OPAC.

Berdasarkan data dan fakta diatas maka penulis ingin mengetahui masalah

yang ada pada modul kerja OPAC dan ingin mengetahui sejauh manakah

penerapan automasi perpustakaan pada PBHB, maka dari itu penulis membuat

judul dalam penelitian ini dengan judul “ Evaluasi Penerapan Sistem Automasi

(14)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah

penelitian adalah evaluasi penerapan sistem automasi perpustakaan yang belum

berjalan dengan baik dikarenakan tidak ada nya prosedur kerja dan kurangnya

pemahaman pegawai perpustakaan dalam mengoperasikan sistem automasi

perpustakaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh

manakah penerapan sistem automasi pada PBHB dan mengevaluasi sejauh

Penerapan sistem automasi pada PBHB.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Untuk mengetahui sejauh manakah penerapan automasi pada PBHB.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang automasi

perpustakaan, sistem informasi perpustakaan.

3. Memberikan masukan untuk perbaikan sistem automasi perpustakaan

sehingga pengelolaan dapat berjalan lebih efisien dan efektif.

4. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dengan topik yang

berkaitan.

1.5. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

(15)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan

bacaan. Perpustakaan umum merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang

memiliki peran sebagai penyebar informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lasa HS (2005) menyatakan bahwa perpustakaan merupakan sistem

informasi yang di dalamnya terdapat akitivitas pengumpulan, pengolahan,

pengawetan dan pelestarian serta penyajian dan penyebaran informasi (p. 48).

Selanjutnya Sutarno (2006) menyatakan bahw

mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan atau gedung tersendiri

yang berisi buku buku koleksi, yang diatur dan disusun demikian rupa, sehingga

mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh

pembaca (p. 11).

Berdasarkan paparan diatas maka perpustakaan adalah suatu unit kerja dari

sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku

yang disusun dengan untuk mudah dicari .

2.2 Automasi Perpustakaan

2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan

Istilah yang dipakai untuk menyatakan konsep pemanfaatan Teknologi

Informasi di perpustakaan adalah Automasi Perpustakaan (Library Automation).

Saat ini perpustakaan telah memanfaatkan komputer untuk system

kerumahtanggan.

Dalam Encyclopedia Britanica (2004) menyatakan automasi adalah suatu

proses mekanik dalam menjalankan suatu perintah yang tidak begitu memerlukan

(16)

6

Hassan (2009) menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan pertama

kali dalam penerapan automasi perpustakaan adalah pembuatan sistem database,

yang didalam mencakup data anggota, data koleksi, data sirkulasi, labeling, dan

laporan-laporan perpustakaan seperti grafik dan statistik.

Selanjutnya Nur (2007) menyatakan bahwa automasi perpustakaan adalah

sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi

informasi.

Berdasarkan 3 pendapat diatas maka dapat disimpulkan automasi

perpustakaan adalah pengelolaan sistem kerumahtanggaan perpustakaan melalui

tekhnologi informasi dalam penggunaannya di operasikan secara automasi.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Automasi perpustakaan

Automasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan

kepada pengguna dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat

mengikuti pertambahan koleksi, transaksi dan resource sharing dengan

perpustakaan lainnya.

Menurut Sukirno (2008) fungsi automasi perpustakaan adalah:

1. Fungsi pengganti sebagai pekerjaan manual menjadi automasi.

2. Fungsi pengaturan pekerjaan rutin secara otomatis, sehingga fungsi

pengaturan manusia berkurang.

3. Fungsi Informasi, fungsi yang didasarkan pada komunikasi data

jaringan kerja komputer dengan berbagai jenis bahasa.

4. Fungsi komputasi didasarkan data.

5. Fungsi koordinasi yaitu: fungsi berdasarkan pada sistem informasi

manjemen, pengajaran berbantu komputer, pelaksanaan penelitian dan

membuat model

Menurut Cochrane (1995) tujuan automasi perpustakaan adalah:

1. Memudahkan integrasi kegiatan perpustakaan.

(17)

7

3. Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan.

4. Menghindari dari pekerjaan yang bersifat mengulang dan

membosankan.

5. Memperluas jasa perpustakaan.

6. Memberikan peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan.

7. Meningkatkan efisiensi.

2.2.3 Alasan automasi perpustakaan

Setiap perpustakaan mempunyai alasan-alasan tertentu untuk

mengembangkan sistem kerumahtanggaan dari sistem manual menjadi sistem

berbasis komputer.

Menurut Abdul Rahman Saleh (1996) alasan mengapa otomasi diperlukan

pada perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan

Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam Pemakai

yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari

layanan layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan

multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan

aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan

penelusuran CD ROM dan lain-lain.

2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu

Sebelum adanya automasi perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas

dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan,

sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu.

Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat.

3. Keragaman media informasi yang dikelola

Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya

terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain

(18)

8

4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi

Selain kecepatan dalam memperoleh informasi, pemakai juga

membutuhkan ketepatan informasi yang didapatkannya dari perpustakaan.

Pertanyaan-pertanyaan tentang informasi secara spesifik harus bisa

dijawab secara spesifik pula. Dengan bantuan teknologi komputer

pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.

2.2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan

Menurut Sophia (1998) manfaat otomasi perpustakaan adalah:

1. Mempercepat proses temu balik informasi (information retrieval)

Temu balik informasi secara manual tidak dapat dilakukan secara

cepat. Sedangkan bila dilakukan dengan automasi dapat dengan

mudah dalam pencarian informasi dengan memakai basis data

perpustakaan yaitu: OPAC.

2. Dengan adanya automasi perpustakaan memperlancar proses

pengolahan, pengadaan bahan pustaka dalam mencetak label

punggung bahan pustaka, katalog bahan pustaka dan barcode bahan

pustaka.

3. Dengan basis data dan sarana telekomunikasi data dan informasi

maka komunikasi antar perpustakaan mudah dilakukan melalui

internet.

4. Pengelolaan data administrasi perpustakaan prosedurnya menjadi

sederhana dan administrasi menjadi tertib.

2.2.5 Cakupan Automasi perpustakaan

Harmawan (2009) menyatakan bahwa dalam sistem automasi

perpustakaan terdapat modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke

sistem yang lain. Adapun modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu:

2.2.5.1 Modul Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat

(19)

9

dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku

dan daftar pengadaan buku

2.2.5.2 Modul Pengatalogan

Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan

katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan.

Yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk

mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul

pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala.

2.2.5.3 Modul keanggotaan

Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna

dalam meminjam koleksi perpustakaan. Untuk pengurusan keanggotaan setiap

perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk

mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data

anggota.

2.2.5.4 Modul sirkulasi

Sirkulasi adalah proses peredaran buku dengan berbagai jenis kegiatan

transaksi antara pengguna dengan petugas perpustakaan. Peminjaman buku atau

sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di

dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat

diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan dengan sistem pelayanan

tertutup”.

2.2.5.5 OPAC

Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam

menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC. Pengguna/pustakawan

dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan. Disamping itu, mereka juga

dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan. Misalnya melalui judul, kata

(20)

10

Sedangkan apabila menggunakan katalogmanual, pengguna/pustakawan hanya

dapat akses melalui tiga pendekatanyaitu judul, pengarang, dan subyek.

2.2.6 Komponen Automasi Perpustakaan

Menurut Arif (2011) sistem automasi perpustakaan pada umumnya terdiri

dari 3 bagian yaitu: Pangkalan Data, User/Pengguna, dan Perangkat Automasi.

Ketiga komponen automasi tersebut dijelaskan sebagai berikut

2.2.6.1. Pangkalan Data

Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan

koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang

dimiliki dan kemudian mengorganisirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah

ilmu perpustakaan.

Dengan menggunakan bantuan TI proses ini dapat dipermudah dengan

memasukkan data pada perangkat lunak pengolah data seperti: CD/ISIS

(WINISIS), MS Access, MySQL. Perangkat lunak ini membantu kita untuk

mengelola pangkalan data, menjadi lebih mudah karena proses pengindeksan akan

dilakukan secara otomatis dan proses penelusuran informasi dapat dilakukan

dengan cepat dan akurat.

2.2.6.2 User/Pengguna

Sebuah sistem automasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima

layanan dan seorang atau beberapa operator sebagai pengelola sistem. Pada sistem

automasi perpustakaan terdapat beberapa tingkatan operator tergantung dari

tanggung jawabnya. Dalam setiap program aplikasi, user mempunyai tingkatan

yang berlainan.

2.2.6.3 Perangkat Automasi

Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang

untuk membantu kelancaran proses automasi. Perangkat ini terdiri dari 2 bagian,

yaitu: perangkat keras, perangkat lunak automasi.

(21)

11 2.2.6.3.1 Perangkat Keras (Hardware)

Sebelum memulai proses automasi, sebuah perangkat keras perlu

disiapkan. Yang dimaksud perangkat keras disini adalah sebuah komputer dan alat

bantunya seperti printer, barcode, scanner, dan sebagainya. Sedangkan untuk

perpustakaan besar, diperlukan lebih banyak komputer dan pelengkapnya agar

pelayanan kepada pengguna menjadi lancar. Spesifikasi minimal biasanya

tergantung dari software yang digunakan. Misalnya, software senayan (program

automasi perpustakaan buatan Diknas RI) minimal menggunakan pentium III.

Sebab semakin banyak tampilan berbasis grafis maka semakin membutuhkan

spesifikasi yang tinggi.

2.2.6.3.2 Perangkat Lunak Automasi (Software)

Perpustakaan yang hendak menjalankan proses automasi maka harus ada

sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak diperlukan

keberadaannya karena digunakan sebagai alat bantu mengefisienkan dan

mengefektifkan proses automasi.

Ada 3 cara untuk memperoleh perangkat lunak, antara lain :

1) Membangun sendiri dengan bantuan seorang developer perangkat lunak.

Jika instansi Anda mempunyai tenaga programer.

2) Menggunakan perangkat lunak gratis, misalnya : CDS/ISIS, WinISIS,

KOHA, OtomigenX, Senayan Library, dan sebagainya. Perangkat lunak

ini bisa didapatkan dari internet.

3) Membeli perangkat lunak komersial beserta training dan supportnya yang

dibangun oleh pihak ketiga. Perangkat lunak komersial, merupakan hasil

riset pengembangnya dan mudah untuk diimplementasikan.

2.3 Sistem Informasi

Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002) sebagai kumpulan elemen

yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk

mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan

(22)

12

informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan diantara Elemen yang

sistematis dan teratur untuk menciptakan dan melakukan kontrol terhadap

jalannya perpustakaan ( p. 55).

Indrajit (2000) menyatakan bahwa sistem informasi sebagai suatu

kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang

berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi (p. 29).

Dari pernyataan tersebut diatas maka sistem informasi adalah kumpulan

dan komponen beberapa informasi yang membentuk suatu kesatuan yang saling

(23)

13 2.4. Sistem Informasi Perpustakaan

Menurut Lutfian (2009) Sistem Informasi Perpustakaan merupakan

perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi

perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi

perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta

dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi

manajemen perpustakaan.

Selanjutnya Menurut Siregar (2007) sistem informasi perpustakaan adalah

suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan

kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan

buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung

operasi.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa

sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan

untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang

bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan

sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna.

2.4.2 Fitur – fitur sistem informasi perpustakaan

Lutfian (2009) menyatakan bahwa fitur-fitur yang biasa digunakan dalam

menerapkan sistem informasi pada perpustakaan yaitu:

1. Modul Data Induk Anggota

Menyediakan fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data

anggota perpustakaan.

2. Modul Data Induk Buku

Fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data buku-buku

perpustakaan.

(24)

14

Digunakan untuk memasukkan data inventaris buku (fisik), seperti Nomor

Inventaris, Tanggal Inventaris dan Asal Buku.

4. Modul Transaksi

Merupakan fasilitas untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku

maupun perpanjangan peminjaman.

5. Modul Pencatatan Buku Hilang/Rusak

Pendataan buku yang hilang / rusak serta biaya penggantiannya.

6. Cetak Laporan

Laporan-laporan yang dapat dihasilkan, antara lain: Laporan Anggota

Berdasar Jurusan, Laporan Anggota Berdasar Tanggal Mendaftar, Laporan Buku

Berdasar Jurusan, Laporan Inventaris Buku, Laporan Peminjaman Per Periode,

Laporan Peminjaman Berdasar No.Mahasiswa, Laporan Pengembalian Per

Periode, Laporan Buku Yang Belum Dikembalikan, Laporan Denda Per Periode,

Laporan Buku Hilang/Rusak, dan lain-lain.

7. Setup User

Setting administrator dan user beserta hak akses terhadap sistem.

2.5 Sistem Informasi INLIS

Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (Integrated LIbrary System/

INLIS) yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan

dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif

perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. PNRI

sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan

menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari

The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan

produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan

penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan

Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC

(25)

15

basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian

format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog)

pada umumnya.

Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian

rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi

mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga

merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh

proses manajerial dilingkungan perpustakaan.

INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk

kepentingan pembangunan pangkalan data Katalog Induk Nasional

(UnionCatalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan

mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi

perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS

sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas

diperpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan

yang lebih komprehensif dan terpadu.

INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai

basisdata bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar

perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya

merupakan syarat mutlak. Fasilitas pengembangan basis data bibliografis yang

disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada INDOMARC.

INDOMARC sendiri diadopsi dari USMARC (United State Machine Readable

Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan mesin yang digunakan

dalam lingkup internasional. Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya

PNRI dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk

kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.

Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi

berbasis MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu

PNRI dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat dimanfaatkan

(26)

16 2.6 Evaluasi Sistem .

2.6.1 Pengertian Evaluasi Sistem

Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan

2.6.3 Model Evaluasi Sistem Informasi

Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam evaluasi sistem

informasi, diantaranya adalah :

1. Technology Acceptance Model (TAM)

Furneaux (2006) menyatakan bahwa TAM adalah teori sistem informasi

yang membuat model tentang bagaimana pengguna mau menerima dan

menggunakan teknologi. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna

ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah factor

mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan

menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal: usefulness (pengguna yakin

bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of

use (dimana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan

membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam

penggunaannya).

Perbedaan mendasar antara TRA dan TAM adalah penempatan

sikap-sikap dari TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu

perceived ease ofuse (kemudahan) dan perceived usefulness (kebermanfaatan)

yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksi sikap penerimaan pengguna

(Acceptance of IT) terhadap teknologi komputer. Model ini telah banyak

digunakan dalam penelitian sistem informasi untuk mengetahui reaksi pengguna

terhadap sistem informasi.

Faktor kebermanfaatan disini didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang

meyakini bahwa penggunaan teknologi/sistem tertentu akan meningkatkan

kinerja. Sementara kemudahan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang

meyakini bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak

(27)

17

TAM yang memiliki elemen yang kuat tentang perilaku (behavioural),

mengasumsikan bahwa ketika seseorang membentuk suatu bagian untuk

bertindak, mereka akan bebas untuk bertindak tanpa batasan (gambar 1).

2. End User Computing (EUC) Satisfaction

Menurut Chin (2000) menyatakan bahwa pengukuran terhadap kepuasan

telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi.

Dalam lingkup end-user computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk

meng-capturekeseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah menganggap

penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga

faktor-faktor yang membentuk kepuasan ini.

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll & Torkzadeh. Evaluasi

dengan menggunakan model ini lebih menekankan kepuasan (satisfaction)

pengguna akhir terhadap aspek teknologi, dengan menilai isi, keakuratan,

format,waktu dan kemudahan penggunaan dari sistem. Model ini telah banyak

diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya

menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna meskipun instrumen ini

diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda.

(28)

18

merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan dalam

pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan

terhadap pekerjaan.

3.Task Technology Fit (TTF) Analysis

Dishaw (2002) menyebutkan bahwa inti dari Model Task Technology Fit

adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai Task-Technology Fit (TTF),

yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan tugas

dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan

dukungan terhadap pekerjaan.

Model TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics,

Technology Characteristics, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk ketiga

TTF yang balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau

Utilization menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika

fungsi dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna.Pengukuran

terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu

sistem informasi. Dalam lingkup end-user computing, sejumlah studi telah

dilakukan untuk meng-capture keseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah

menganggap penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan

juga faktor-faktor yang membentuk kepuasan ini.

4. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model

Yusof (2006) menyatakan bahwa suatu kerangka baru yang dapat

digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut

Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen

penting dalam sistem informasi yakni manusia, organisasi, dan teknologi

kesesuaian hubungan di antaranya.

Yusof (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat digunakan

untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut Human-Organization-

Technology Fit Model. Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem

informasi yakni manusia, organisasi dan teknologi dan kesesuaian hubungan di

antaranya. Komponen manusia menilai sistem informasi dari sisi penggunaan

sistem pada frekwensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi dan

(29)

19

tingkat penggunanya, pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima (atau

menolak sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna

yaitu keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem

informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. Kepuasan pengguna dapat

dihubungkan dengan persepsi manfaat dan sikap pengguna terhadap system

informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal.

Komponen Organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan

lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki,

perencanaan dan pengendalian sistem, strategi , manajemen dan komunikasi.

Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan staf

merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sedangkan

lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan, pemerintahan,

politik,kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.

Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi dan

kualitas layanan. Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan

kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem

dan user interface. Kemudahan penggunaan, kemudahan untuk dipelajari,

ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang

dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang

dihasilkan oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan

peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara

lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi,

konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada

keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi.

Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak

(30)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dalam penilitian ini peneliti menggambarkan keadaan atau

suasana yang sebenarnya terjadi pada saat sekarang, dalam hal ini mekanisme

sebuah proses berdasarkan survei yang dilakukan dengan cara observasi dan

melakukan wawancara.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian in adalah pada Perpustakaan Bung

Hatta Bukittinggi, Jln. Kusuma Bhakti Gulai Bancah, Bukittinggi.

3.3 Proses Penelitian 3.3.2 Mengumpulkan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui

wawancara mendalam (depth interview) secara terstruktur dimana pertanyaan

yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara

sistematis sebelum berada di lokasi penelitian, data yang diperoleh direkam

dengan tape recorder dan dibantu dengan alat tulis lainnya. Data yang diperoleh

kemudian dibaca dan dipelajari agar penulis benar-benar memahami mengenai

hasil ataupun data yang telah diperoleh.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian, teknik yang digunakan penulis adalah

sebagai berikut:

1) Pengamatan atau observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

PBHB

(31)

21

3) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, atau artikel dan

kepustakaan lain yang berhubungan dengan bahan referensi penelitian atau

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Jenis dan sumber data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan melalui

wawancara.

2. Data Sekunder adalah data yang mendukung data primer yang bersumber dari

buku, internet, dan kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

3.6Analisis Data

Analisis data ditelaah atau dipelajari dan dipahami dari data hasil

wawancara penulis, observasi dan catatan dilapangan maupun dari berbagai

sumber. Kemudian data disalin dan dipilih untuk disusun menjadi satu kesatuan

yang akan ditarik kesimpulan dari interpretasi yang sudah dilakukan. Analisis data

berdasarkan wawancara tentang evaluasi penerapan automasi perpustakaan

memakai model Technology Acceptance Model (TAM).

3.7 Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta

penjelasan lebih lanjut. Data diperoleh dengan mencari informasi lebih dari satu

orang.

Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan dan

observasi oleh penulis dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat dilapangan.

Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan

sekunder. Wawancara dan observasi dilakukan sebagai data primer yang berkaitan

dengan informasi yang di dapat dari kebijakan pihak PUP I dalam pengelolaan

(32)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Informan

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti tentunya membutuhkan

informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitiannya. Untuk memperoleh

informasi yang di butuhkan tentunya ada cara- cara atau langkah-langkah dalam

mengumpulkan data/informasi penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan

penelitian tentang Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung Hatta

Kota Bukittinggi. Dalam penelitiannya peneliti mengumpulkan data melaui

wawancara. Untuk dapat melakukan wawancara tentunya diperlukan adanya

informan yang bisa memberi informasi terkait penelitan. Adapun informan yang

ditunjuk peneliti memiliki karakteristik sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Karakteristik Informan

No. Nama Pendidikan Jabatan

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan bapak Purwanto sebagai

informan pertama (I1). Bapak Purwanto merupakan Kepala bidang pelayanan di

PBHB, beliau memiliki latar belakang pendidikan s1. Untuk informan kedua

peneliti menetapkan kepada Bapak Syamsudin, yang memiliki latar belakang

pendididkan S1dan bertugas sebagai Teknisi sistem automasi di PBHB.

Dalam penelitiannya, wawancara berlangsung secara informal. Pelaksanaan

wawancara dilakukan secara subtatif dimana wawancara dilakukan tidak harus

pada suatu tempat tertentu. Wawancara pun dilakukan pada jam yang telah

ditetapkan pada saat membuat janji untuk wawancara. Suasana wawancara

berlangsung alamiah, apa adanya, dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan

(33)

23

walau terkadang peneliti menggunakan istilah-istilah perpustakaan. Isi wawancara

berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan informan.

4.2. Kategori

Dalam melakukan wawancara peneliti tentunya membutuhkan

pedoman-pedoman dalam melaksanakan wawancara agar wawancara terlaksana dengan

baik dan peneliti memperoleh informasi yang betul-betul dibutuhkan dan relevan

dengan penelitiannya. Pedoman-pedoman tersebut akan menentukan

kategori-kategori yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun kategori-kategori yang telah

ditentukan peneliti sebagai berikut :

4.2.1 Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan INLIS

Pada awalnya PBHB memakai sistem yang bernama QALIS yang

merupakan sistem usulan dari DPR RI, dan setelah 4 tahun memakai sistem

QALIS, PBHB merubah sistem automasi perpustakaan menjadi INLIS. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang disampaikan informan (I1) sebagai berikut:

I2: “ Pada awalnya Perpustakaan Bung Hatta memakai QALIS yang dimana

program automasi QALIS ini merupakan usulan dari DPR RI pada tahun

2008. QALIS ( Quadran Automated Library Information) setelah memakai

QALIS selama 4 tahun, perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi merubah

sistem teruatomasi nya menjadi INLIS ( Integrated Library Sistem)”

Berdasarkan pernyataan informan I2 PBHB pada awalnya menggunakan

sistem Qalis dan PBHB beralih pada sistem INLIS.

PBHB melakukan peralihan sistem pada sistem INLIS, adapun penyebab

PBHB beralih pada sistem INLIS adalah di karenakan pada sistem QALIS

ditemukan beberapa kelemahan. Adapun kelemahannya adalah Modul Pengadaan

tidak diterapkan pada sistem QALIS, sebaliknya pada sistem INLIS telah

menerapkan Modul Pengadaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

disampaikan Informan (I2) sebagai berikut:

I2: Di dalam system QALIS modul kerjanya tidak termasuk dalam pengadaan

(34)

24

manual dapat memperlambat pekerjaan.Sedangkan dalam INLIS telah

menerapkan automasi peprustakaan pada bagian Pengadaan.

Sistem INLIS (INtegrated LIbrary System/INLIS) merupakan sebuah sistem

berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan untuk mendukung

pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan. Sistem INLIS

merupakan sistem yang di peroleh dari PNRI. Hal ini sesuai dengan pernyataan

yang disampaikan informan (I1) berikut:

I1 : “INLIS diperoleh dari pusat, yaitu Perpustakaan Nasional RI yang ada

dijakarta. Perpustakaan Nasional RI mempunyai 2 buah UPT (Unit Pelayanan Teknis), yaitu Perpustakaan Bung Karno di Blitar dan Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi.”

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

INLIS yang digunakan PBHB merupakan sistem yang diberikan oleh

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

INLIS merupakan sistem informasi yang terintegrasi, namun modul-modul

dalam aplikasi INLIS diciptakan untuk bisa berdiri sendiri-sendiri (standalone).

Begitu juga pada PBHB, modul-modul yang sudah diterapkan dapat dilihat dari

pernyataan informan ( I1 dan I2 ) berikut :

I1 : “oh..untuk diterapkan sistem INLIS ini telah diterapkan dibagian pengolahan,

entry karu anggota, sirkulasi, dan pengadaan.”

I2 : “sudah diterapkan dibagian layanan pengadaan, sirkulasi, pengolahan, bahan

pustaka.”

I2 : “hal baru yang diberikan INLIS adalah membuat kartu anggota.”

Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan penerapan INLIS pada

PBHB meliputi:

a. Penerapan Modul Pengadaan

Bagian pengadaan merupakan salah satu bagian yang melakukan

pengadaan koleksi, mulai dari melakukan permintaan koleksi yang dibutuhkan,

dan mengusulkan permintaan buku pengguna. Untuk itu penerapan modul dan

fitur kerja INLIS diharapkan dapat membantu mempermudah proses tersebut. Hal

ini dapat dilihat dari pernyataan informan berikut :

I2 : “dibagian pengadaan INLIS membuat form khusus pada web INLIS tersebut.

(35)

25

buku yang dibutuhkan. Sehingga pustakawan tidak harus repot-repot lagi membuat surat usulan buku ke pusat, langsung saja masukkan usulan bukunya kedalam form tersebut dan usulan langsung terkirim kepusat.”

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya modul pengadaan di Sistem INLIS, pustakawan tidak perlu lagi membuat

surat usulan permintaan buku yang dilakukan secara manual.

b. Penerapan Modul Pengolahan

Pengolahan merupakan kegiatan dalam pendataan buku-buku yang masuk.

Untuk mempermudah kegiatan tersebut Perpustakaan Bung Hatta Kota

Bukittinggi menerapkan modul pengolahan. Hal ini seperti yang disampaikan

informan berikut :

I2 : “untuk bagian pengolahan bahan koleksi, INLIS memberikan suatu

kemudahan. Dimana form pengolahan dibagi kedalam 2 bagian yaitu bibliografi dan katalog. Dan prosesnya sangat mudah dimana bagiankatalog kita tinggal mengimput data-data yang dibutuhkan dalam sebuah katalog. Dan untuk bibliografi kita hanya memasukkan poin2 penjelasan yang ada dalam buku tersebut. Setelah selesai secara otomatis format katalogpun terbentuk ”

Dari penjelasan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

modul pengolahaan memudahkan pustakawan dalam membuat katalog tanpa

harus melakukan secara manual.

c. Penerapan Modul Sirkulasi

Sirkulasi merupakan kegiatan pelayanan terhadap pengguna, mulai dari

peminjaman buku hingga pengembalian buku. Untuk mempermudah kegiatan

tersebut perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi menerapkan modul sirkulasi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

I2 : “dalam yanan sirkulasi mempunyai admin tersendiri, jadi hanya pegawai

sirkulasi saja yang dapat membuka layanan tersebut. Akan tetapi form yang dimiliki oleh layanan sirkulasi ini berupa layanan peminjaman yang terdiri no. Anggota dan nama anggota. Begitu juga dengan layanan pengembalian yang terdiri dari no. dan nama anggota. Jadi petugas tinggal memasukkan no. anggota saja, maka akan tampil form yng diinginkan.”

Berdasarkan pernyataan informan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pada pelayanan sirkulasi petugas hanya tinggal memasukkan nomor anggota,

(36)

26

mencari data pengguna.

d. Penerapan Modul Entri Kartu Anggota

Entry kartu anggota meliputi kegiatan mengimput data calon pengguna

perpustakaan. Diperpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi juga sudah diterapkan

modul enrty kartu anggotanya. Hal ini seperti yang disampaikan informan berikut:

I2 : “jadi INLIS memberikan kemudahan untuk mengentri anggota perpustakaan.

Pengguna dapat langsung mengisi biodata yang dibutuhkan dan lasung difoto pada saat itu juga. Dan menunggu 5 menit langsung cetak kartu anggota perpustakaan.”

Dari pernyataan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk

memdapatkan kartu anggota pengguna tidak perlu menunggu lama dan melalui

proses yang panajang. Dengan adanya penerapan modul entry kartu anggota ini

pengguna perpustakaan bisa dengan cepat mendapatkan kartu anggota.

Dari beberapa uraian diatas secara singkat dapat ditarik kesimpulan bahwa

dengan adanya penerapan Modul dan Fitur-fitur kerja dari sistem INLIS

mempermudah kegiatan perpustakaan di Perpustakaan Bung Hatta Kota

Bukittinggi.

4.2.2 Fitur-fitur dan Modul Kerja Sistem Informasi INLIS

INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai

basis data bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar

perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya

merupakan syarat mutlak. Oleh karenanya, fasilitas pengembangan basisdata

bibliografis yang disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada

sistem basis data terkait yang memiliki fitur-fitur dan modul kerja Perpustakaan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan informan ( I1 dan I2 ) berikut :

I1 : “Dalam INLIS mereka mempunyai modul kerja yaitu : modul buku tamu,

modul OPAC, modul Sirkulasi, Modul pengadaan, modul pengolahan, dan entry kartu anggota.”

I2 : “Hmmm...karena INLIS merupakan penyempurnaan dari QALIS. Adapun

(37)

27

Berdasarkan penyataan beberapa informan diatas, dapat disimpulkan fitur

-fitur dan modul kerja INLIS yang dimiliki PBHB antara lain :

• Modul Buku Tamu

• Modul OPAC

• Modul Sirkulasi

• Modul Pengadaan

• Modul Pengolahan

• Entri kartu Anggota

4.2.3 Evaluasi Sistem menggunakan teknik evaluasi TAM (Technology Acceptance Model).

4.2.3.1 Kemudahan dalam Menggunakan sistem INLIS

Sistem INLIS memberikan kemudahan dapat terlihat dari modul yang ditawarkan oleh INLIS, dan desain sistem nya sederhana dan mudah di mengerti. Tetapi dalam pengoperasiannya tidak semua beranggapan mudah untuk di pahami.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan (I 1):

I1: Menurut saya sistem INLIS memberikan kemudahan tetapi saya terkendala

dalam pengoperasiannya, karna sistem ini berbeda dengan sistem QALIS

sehingga saya harus mempelajari lagi sistem INLIS.

4.2.3.2. Manfaat menggunakan sistem INLIS

Dalam sistem INLIS pekerjaan dan produktivitas pekerjaan menjadi

mudah dan tepat guna karena sistem INLIS memberikan kemudahan dalam proses

pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan (I1) :

I 1: Menurut saya sistem INLIS memberikan manfaat yang besar dalam

kinerja dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan mudah dalam

(38)

28

4.2.3.3 Organisasi E-resources (E-resources Organization)

Organisasi e-resources mengacu pada tatacara sistem komputer sehingga

dapat secara efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi

tertentu. Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan

berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan

atas permasalahan dalam penggunaan sistem.

Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi tidak memberikan pelatihan dan tempat

untuk berkonsultasi dalam menggunakan sistem, sedangkan pada perpustakaan

tersebut banyak pegawai yang tidak punya wawasan dan pengetahuan di bidang

perpustakaan.

Hal ini dapat terlihat dari wawancara pada

I1: Masalah yang sedang terjadi di perpustakaan Bung Hatta ini adalah

pada SDM pegawai yang tidak punya latar belakang, wawasan dan

pengetahuan tentang sistem INLIS, sehingga masih banyak pegawai

yang sering tertunda pekerjaannya karena kurang pemahaman sistem

tersebut.

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dan melalui proses analisis

data yang menjaga keabsahan data, maka diperoleh beberapa kategori dari

Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Penelitian

No. Kategori Indikator

1 Sistem INLIS Automasi Perpustakaan

2 Fitur-fitur dan Modul Kerja INLIS • Modul Buku Tamu

• Modul OPAC

• Modul Sirkulasi

• Modul Pengadaan

(39)

29

• Entri kartu Anggota

3 Penerapan Sistem INLIS • Penerapan Modul Pengadaan

• Penerapan Modul Pengolahan

• Penerapan Modul Sirkulasi

• Penerapan Modul Entri Kartu

Anggota.

4 Evaluasi Sistem menggunakan

teknik TAM

•Kemudahan dalam menggunakan

sistem INLIS

•Manfaat sistem INLIS

•Organisasi E-resources (E-resources

Organization)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat kategori memiliki beberapa

indikator penentu dalam Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan.

Kategori tersebut dapat digambarkan sebagai peta indikator kategori sebagai

(40)

30

Evaluasi Penerapan

Sistem Automasi

Perpustakaan

Sistem INLIS

Fitur2 dan Modul

Kerja

INLIS

Penerapan sistem

INLIS

Kekurangan

Sistem INLIS

Automasi

Perpustakaan

Modul Pengolahan

Entri kartu Anggota

Modul OPAC Modul Pengadaan

Modul Sirkulasi

Modul Buku Tamu

Penerapan Modul Pengadaan

Penerapan Modul Pengolahan

Penerapan Modul Sirkulasi

Penerapan Entri kartu Anggota

(41)

31 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara langsung,

maka dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Penerapan Sistem Automasi

Perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi dilihat dari beberapa kategori. Adapun

kesimpulan dari masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut : Sistem

Informasi INLIS: merupakan salah satu sistem automasi perpustakaan yang

dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI. Fitur-fitur dan modul kerja sistem

INLIS terdiri dari : Modul Buku Tamu, Modul OPAC, Modul Sirkulasi, Modul

Pengadaan, Modul Pengolahan, Entri kartu Anggota .

Penerapan Sistem INLIS pada PBHB terdiri dari : Penerapan Modul

Pengadaan, Penerapan Modul Pengolahan, Penerapan Modul Sirkulasi,Penerapan

Modul Entri Kartu Anggota.

Evaluasi sistem menggunakan teknik TAM pada PBHB terdapat

kelemahan pada sumber daya manusianya yang belum sepenuhnya menguasai

sistem INLIS sehingga perlu adanya diadakan pelatihan dan mengenai sistem

INLIS.

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh melalui

wawancara langsung dengan para pegawai pada PBHB, peneliti menyarankan

agar penerapan sistem informasi pada modul OPAC agar diperbaharui kembali

dan perlu diadakannya pelatihan mengenai penggunaan sistem INLIS di

perpustakaan, sehingga semakin mempermudah penerapan sistem INLIS di

(42)

32

DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. (2003). Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan.

Retrieved Dec, 12. 2012 from

http://aurajogja.wordpress.com/2006/07/11/otomasi-perpustakaan/

Badre, A. N. (2002). Shaping Web usability: interaction design in context. Boston: Addison Wesley.

Davis, G. B (1988). Sistem Informasi Manajemen, Cet. 9, PT. Pustaka Binaman.

Dishaw, M. T. (2002) Extending The Task- Technology Fit Model with

Self-Efficacy Constructs Eighth Americas Conference on Information Systems.

Retrieved Dec, 12.2012 from

Furneaux, B. (2006) Theories Used in IS Research: Technology Acceptance

Model. Retrieved Dec, 12. 2012 from: http://www.istheory.yorku.ca

Harmawan, (2009). Sistem Otomasi Perpustakaan. Retrieved Sept, 20. 2012

fromhttp://www.tartojogja.wordpress.com /2008/10/29/sistem-otomasi-perpustakaan/-66k-

Indrajit, R. E (2000). Pengantar konsep dasar manajemen sIstem informasi dan

teknologi informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Lasa, H.S (2005). Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media.

Lutfian. (2009). Sofware Informasi Perpustakaan. Retrieved Nov, 12. 2012 from

http://www.lutfian.com/sistem-informasi-perpustakaan. htm

Matthews, J. R (2007). The evaluation and measurement of library services.

London: libraries unlimited Westpost, Connecticut.

Oetomo, B. S. D (2002). Perencanaan dan pengembangan sistem informasi.

Yogyakarta : Andi.

Saleh, A.R (1996). CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis

Data. Jakarta : CV. Saraswati Utama.

Sukirno. (2008). Automasi Perpustakaan. Retrieved Nov, 12. 2012 from

oKCpYAADNKJS81/AUTOMASI%20PERPUSTAKAAN.ppt?nmid=850 35900

Sutarno, N. S (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

Yusof M. M.S L. K (2006) Towards a Framework for Health Information System

(43)

33 LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

1.Sistem AutomasiPerpustakaanINLIS

a. PenerapanSistem Automasi Perpustakaan

b. Fitur-fiturdanModulKerjaSistemINLIS

(44)

34

LAMPIRAN II

HASIL TRANSKRIP WAWANCARA

1. Hasil Transkrip Wawancara Informan I

Wawancara ini diambil pada tanggal 25 Februari 2013 Pada pukul

10.00 – 12.00 wib. Bertempat di Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.

P : Permisi mas..

Saya Esilia Putri Pasadana , mahasiswi Ilmu Perpustakaan USU , saya

ingin melakukan penelitian skripsi saya disini mas.

I1 : Oh iya mbak..

Boleh saya lihat surat penelitiannya?

P: Iya mas..

Ini surat nya mas.

I1: Oke Esi..

Apa yang bisa saya bantu?

P: Saya ingin bertanya mas mengenai sistem INLIS mas lebih mendalam.

I1: Oh begitu Esi..

Silahkan Esi, Informasi apa yang Esi butuhkan, nanti sebisa saya bantu.

P: Sistem automasi INLIS diperoleh dari mana ya mas?

I1: INLIS diperoleh dari pusat yaitu : Perpustakaan Nasional RI yang ada di

Jakarta,perpustakaan nasional RI yang mempunyai 2 buah UPT (Unit

Pelayanan Tekhnis) yaitu :

- Perpustakaan Bung Karno di Blitar

- Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi

Pada awalnya Perpustakaan Bung Hatta merupakan Perpustakaan

daerah provinsi Sumatera Barat, namum sekarang sudah diambil alih

sepenuhnya oleh Perpustakaan Nasional RI tahun 2013 bulan januari ini.

(45)

35

Kalau mengenai fitur-fitur INLIS sendiri bagaimana mas?

I1: Dalam sistem INLIS, mempunyai modul kerja dan fitur-fitur nya yaitu :

Modul buku

tamu, modul OPAC, modul sirkulasi , modul pengadaan , modul

pengolahan, entry kartu anggota.

P: Sangat lengkap ya mas.

Jadi kelemahan INLIS ini di bagian mana ya mas?

I1 : Dalam INLIS tidak terdapat format INDOMARC yang ada pada bagian

layanan sirkulasi. INDOMARC ini terdapat didalam QALIS, dalam

INLIS tidak terdapat .Esi tau tentang format MARC, yang di berikan

oleh LC (Library of Congress)

P: Oh iya mas…Saya pernah dengar mas, tapi saya tidak lebih dalam mas

tentang Format

Marc.

Hehehe..

Kalau di penerapan sistemnya, Bagaimana mas?

I1:vUntuk penerapan sistem INLIS , telah diterapkan di bagian pengadaan ,

pengolahan, entry anggota, sirkulasi sedangkan di bagian yang lain

belum diterapkan.

P: Mengapa belum diterapkan mas?

I1: Yang belum di terapkan di INLIS dalam modul OPAC, kami masih

memakai QALIS

untuk Modul OPAC, karena kami mengganti sistem memakai INLIS

menjadikan

bahan koleksinya banyak yang belum di masukkan dalam OPAC.

P: Oh begitu mas..

Sedangkan untuk hambatan dalam penerapannya , Bagaimana mas?

I1: Mungkin hambatannya yang ada pada SDM ya esi, kami melakukan

pelatihan danpengenalan lagi untuk sistem baru ini.

P: Oh begitu mas..

I1: Iya Esi..

(46)

36

P: Iya mas..

Oh iya mas modul apa saja yang terdapat di INLIS tetapi tidak ada dalam

QALIS mas?

I1: Modul pengadaannya Esi..

Dalam QALIS tidak terdapat modul pengadaan, tetapi INLIS terdapat

modulPengadaan, penerapannya di lihat dari saat melakukan

pengusulan buku , dan pustakawan di tuntut lebih aktif untuk

menghunting buku-buku ke toko atau yang

lainnya, setelah itu pustakawan dapat melakukan pengusulan buku dan

di masukkan ke

dalam web INLIS, yang terdapat form pengadaan tentang pengusulan

buku, dan Web tersebut akan langsung terjaring ke pusat.

P: Oh … begitu ya mas.

Untuk kemudahan operasian sistem nya bagaimana mas? Dan desain

portal sistemnyaa apakah mudah untuk dipahami?

I1: Kalau bagi saya, pengoperasian sistem nya mudah untuk

dipahamikarenadesain portal nya dibuat sederhana, agar mudah dalam

pengoperasiannya.

P: hmm.. begitu ya mas

Apakah perpindahan sistem automasi perpustakaan membuat kesulitan

mas, contohnya perpindahan file dari sistem lama ke sistem baru?

I1: Perpindahan sistem membuat saya sedikit kesulitan esi, karena tentu

saja file pada sistem lama akan di pindahkan pada sistem baru,

contohnya saja: pada modul OPAC, banyak koleksi perpustakaan tidak

terdapat dalam OPAC, sehingga menyebabkan banyak bahan koleksi

yang tidak terpakai.

P: Hmm..

Apakah tidak ada tindak lanjut untuk mengatasi masalah ini mas?

I1: Tentu saja ada esi, tetapi kami terbentur pada teknisi nya, teknisi yang

memahami tentang sistem INLIS adalah teknisi dari Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, PBHB tidak mempunyai teknisi yang

(47)

37

mereka akan menindak lanjuti nya, mungkin 1 bulan ini akan dilakukan

perbaikan dalam sistem nya.

P: Jadi begitu ya mas...

Kalau boleh saya tahu mas, menurut mas sendiri apakah sistem INLIS

ini memberikan kemudahan?

I1: Karena saya bidang teknisi nya menurut saya INLIS memberikan

kemudahan, INLIS sudah menerapkan automasi nya dalam berbagai

bidang.

P: Dalam penerapan automasi nya tentu saja tidak semua yang paham dan

mengerti mas, jadi jika terdapat kesulitan bagi pegawai, apakah ada

tindak lanjut untuk mengatasi hal itu mas?

I1: Masalah yang sedang terjadi di perpustakaan Bung Hatta ini adalah

pada SDM pegawai yang tidak punya latar belakang, wawasan dan

pengetahuan tentang sistem INLIS, sehingga masih banyak pegawai

yang sering tertunda pekerjaannya karena kurang pemahaman sistem

tersebut.

P : Apakah menurut mas sistem INLIS memberikan keuntungan mas,

dalam proses produktivitas pekerjaan untuk meningkatkan prokduvitas

kerja, efektivitas pekerjaan?

I1: Menurut saya sistem INLIS memberikan manfaat yang besar dalam

kinerja dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan

mudah dalam pengoperasian pekerjaan.

P: Oke mas..

Kalau begitu, mungkin itu saja yang ingin saya ketahui kalau begitu terima

kasih ya mas atas waktunya.

I1 : Sama-sama Esi

2. Hasil Transkrip Wawancara Informan 2

P: Assalamualaikum , selamat pagi pak.

Gambar

Tabel 4.1 : Karakteristik Informan
Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (52%) responden sering merasakan peningkatan mutu kinerja dengan adanya sistem automasi

IVAN PRASETYO RIADITAMA, D1813043, “PENERAPAN SISTEM AUTOMASI DAN MANUAL PADA LAYANAN SIRKULASI DI KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI KABUPATEN SUKOHARJO” TUGAS

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 55% responden menyatakan bahwa penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sangat penting untuk

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan sistem pengendalian manajemen yang dilakukan oleh PT.INTRA MEDIA DIGITAL sangat memadai terbukti dari adanya

Berdasarkan kondisi ini maka dibutuhkan suatu sistem perpustakaan berbasis web yang terintegrasi yang dimulai dari sistem pengadaan, pengolahan, sirkulasi hingga promosi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 55% responden menyatakan bahwa penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sangat penting untuk

Hasil yang dicapai adalah aplikasi sistem basis data berbasis web yang terdiri dari modul pengadaan, pengolahan, sirkulasi, serta katalog online pada perpustakaan BPPT yang

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan layanan pendidikan pemakai pada Perpustakaan