EVALUASI PENERAPAN SISTEM AUTOMASI
PERPUSTAKAANPADA PERPUSTAKAAN BUNG HATTA
BUKITTINGGI
SKRIPSI
Diajukansebagaisalahsatupersyaratandalammenyelesaikan studiuntukmemperolehgelarSarjanaSosial (S.Sos.) dalambidangstudiIlmuPerpustakaandanInformasi
Oleh:
ESILIA PUTRI PASADANA NIM: 090709018
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem automasi pada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penentuan
informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data di
lakukan melalui observasi pada PBHB dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap karyawan. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil wawancara dan observasi berdasarkan kategori dan pola tema jawaban serta menguji data dalam evaluasi sistem automasi perpustakaan memakai model tekhnik evaluasi TAM.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan sistem INLIS di PBHB terdiri dari penerapan modul pengadaan, penerapan modul pengolahan, penerapan modul sirkulasi, penerapan modul entri kartu anggota. Dalam penerapan sistem PBHB dalam Modul OPAC ditemukan masalah karena banyak koleksi perpustakaan tidak terdapat dalam OPAC, jadi masih terdapat kekurangan dalam Modul OPAC. Dan PBHB mengalami kesulitan dengan sumber daya manusia yang belum memahami sistem automasi perpustakaan tersebut.
Maka perlu adanya evaluasi dan perbaikan sistem automasi khususnya pada modul OPAC dan diadakan pelatihan kepada pegawai pada PBHB untuk mengenal dan memahami sistem automasi perpustakaannya
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung
Hatta Bukittinggi” Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk
meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan
Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
USU.
2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya.
3. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. Selaku Pembimbing I, dimana
beliau telah banyak memberikan bimbingan. Rasa penghormatan dan
terima kasih yang sangat luar biasa atas waktu, dukungan, petunjuk dan
nasehatnya kepada penulis.
4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum. Selaku Pembimbing II, dimana beliau
juga telah banyak memeberikan bimbingan, petunjuk serta nasehat kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Perpustakaan
dan Informasi yang telah mendidik penulis selama ini.
6. Kepada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi, terima kasih atas pelayanan
dan informasi demi kelancaran skripsi ini
Akhir kata, penulis juga menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
iii
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya,
terima kasih.
Medan, April 2013
Penulis
Esilia Putri Pasadana
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... 0
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Ruang Lingkup ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Pengertian Perpustakaan ... 5
2.2 Automasi Perpustakaan ... 5
2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan ... 5
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Automasi perpustakaan ... 6
2.2.3 Alasan automasi perpustakaan ... 7
2.2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan ... 8
2.2.5 Cakupan Automasi perpustakaan ... 8
2.2.6 Komponen Automasi Perpustakaan ... 10
2.3 Sistem Informasi ... 11
2.4. Sistem Informasi Perpustakaan ... 13
2.4.2 Fitur – fitur sistem informasi perpustakaan ... 13
2.5 Sistem Informasi INLIS ... 14
2.6 Evaluasi Sistem . ... 16
2.6.1 Pengertian Evaluasi Sistem... 16
2.6.3 Model Evaluasi Sistem Informasi ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
v
3.2 Lokasi Penelitian ... 20
3.3 Proses Penelitian ... 20
3.3.2 Mengumpulkan Data ... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.5 Jenis dan sumber data Penelitian ... 21
3.6 Analisis Data ... 21
3.7 Keabsahan Data ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1. Karakteristik Informan ... 22
4.2. Kategori ... 23
4.2.1 Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan INLIS ... 23
4.2.2 Fitur-fitur dan Modul Kerja Sistem Informasi INLIS ... 26
4.2.3 Evaluasi Sistem menggunakan teknik evaluasi TAM . ... 27
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
5.1 Kesimpulan ... 31
5. 2 Saran ... 31
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Karakteristik Informan ... 22
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan adalah: institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para
pemustaka. Defenisi ini menekankan bahwa posisi perpustakaan sebagai institusi
atau lembaga pengelola media cetak dan rekam. Akan tetapi disisi lain bahwa
perpustakaan adalah juga sebagai fasilitas.
Perpustakaan pada saat ini telah berkembang pesat, perpustakaan sekarang
telah dipengaruhi oleh tekhnologi informasi. Salah satu bentuk penerapan TI di
perpustakaan yaitu dengan adanya automasi perpustakaan dan perpustakaan
digital. Sistem automasi perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang
pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan,
sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Digital library
atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan TI
dalam manajemen perpustakaan. Kehadiran TI sangat membantu dalam banyak
hal, mulai dari proses klasifikasi hingga temu kembali informasi. Berbagai
aplikasi untuk perpustakaan, baik itu yang berlisensi maupun yang open source,
terus bermunculan dan berkembang mengikuti tuntutan-tuntutan pasar.
Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi berdiri pada tanggal 12 Agustus
1976 yang didirikan oleh Wakil Presiden Bung Hatta. PBHB merupakan bagian
dari Perpustakaan Nasional RI. PNRI mempunyai dua unit pelayanan teknis
yaitu: Perpustakaan Bung Karno yang ada di Blitar, dan PBHB. Pada awalnya
PBHB adalah perpustakaan khusus yang koleksi nya khusus tentang tokoh
proklamator Bung Hatta, dan pada akhirnya PBHB beralih menjadi perpustakaan
3
PBHB selalu berupaya mengadopsi perkembangan TI. Hal ini terbukti
dengan adanya pembaharuan yang dilakukan perpustakaan bung hatta secara terus
menerus dalam manajemen perpustakaannya. PBHB mulai membenahi setiap
bagian yang ada agar menjadi perpustakaan lebih baik dan layak disebut sebagai
bagian dari perpustakaan nasional.
PBHB yang sebelumnya tidak pernah terjamah TI ini, sudah memulai
menerapkan sistem automasi perpustakaan pada tahun 2008 Adapun software
yang digunakan adalah software yang bernama QALIS (Quadran Automated
Library Information sistem) yang merupakan pemberian dari DPR RI. Setelah
sistem QALIS diterapkan selama 8 tahun PBHB mencoba mengembangkan
sistem automasi perpustakaan nya. Hal ini di lakukan karena ditemukan nya
beberapa kelemahan pada sistem QALIS dan agar proses kerja agar lebih efisien
dan efektif. Perpustakaan mengganti sistem automasi nya menjadi sistem INLIS
(Integrated Library Information Sistem) tahun 2012 yang merupakan sistem yang
sama digunakan oleh Perpustakaan Nasional RI.
Berdasarkan pengamatan awal sistem automasi INLIS menerapkannya
pada modul buku tamu, modul sirkulasi, OPAC, entri anggota, catat kartu
anggota, pengolahan, pengadaan. PBHB menerapkan sistem INLIS di semua unit
pelayanan nya. Pada kenyataan di lapangan yang peneliti amati terdapat masalah
yaitu: banyak bahan koleksi yang tidak ada dalam OPAC, hanya sedikit koleksi
yang terdapat dalam OPAC, sepertiga koleksi yang ada di perpustakaan tidak
terdaftar dalam OPAC sehingga menyulitkan pengguna untuk mendapatkan
koleksi yang mereka inginkan, dan koleksi yang ada tidak dapat ditemukan
pengguna sehingga koleksi tersebut tidak termanfaatkan. Dari data dan fakta di
atas, sistem automasi perpustakaan belum sepenuhnya berjalan dan masih terdapat
kelemahan pada modul OPAC.
Berdasarkan data dan fakta diatas maka penulis ingin mengetahui masalah
yang ada pada modul kerja OPAC dan ingin mengetahui sejauh manakah
penerapan automasi perpustakaan pada PBHB, maka dari itu penulis membuat
judul dalam penelitian ini dengan judul “ Evaluasi Penerapan Sistem Automasi
4 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah
penelitian adalah evaluasi penerapan sistem automasi perpustakaan yang belum
berjalan dengan baik dikarenakan tidak ada nya prosedur kerja dan kurangnya
pemahaman pegawai perpustakaan dalam mengoperasikan sistem automasi
perpustakaan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh
manakah penerapan sistem automasi pada PBHB dan mengevaluasi sejauh
Penerapan sistem automasi pada PBHB.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Untuk mengetahui sejauh manakah penerapan automasi pada PBHB.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang automasi
perpustakaan, sistem informasi perpustakaan.
3. Memberikan masukan untuk perbaikan sistem automasi perpustakaan
sehingga pengelolaan dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
4. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dengan topik yang
berkaitan.
1.5. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
i ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem automasi pada Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penentuan
informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data di
lakukan melalui observasi pada PBHB dan melakukan wawancara secara mendalam terhadap karyawan. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil wawancara dan observasi berdasarkan kategori dan pola tema jawaban serta menguji data dalam evaluasi sistem automasi perpustakaan memakai model tekhnik evaluasi TAM.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan sistem INLIS di PBHB terdiri dari penerapan modul pengadaan, penerapan modul pengolahan, penerapan modul sirkulasi, penerapan modul entri kartu anggota. Dalam penerapan sistem PBHB dalam Modul OPAC ditemukan masalah karena banyak koleksi perpustakaan tidak terdapat dalam OPAC, jadi masih terdapat kekurangan dalam Modul OPAC. Dan PBHB mengalami kesulitan dengan sumber daya manusia yang belum memahami sistem automasi perpustakaan tersebut.
Maka perlu adanya evaluasi dan perbaikan sistem automasi khususnya pada modul OPAC dan diadakan pelatihan kepada pegawai pada PBHB untuk mengenal dan memahami sistem automasi perpustakaannya
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan adalah: institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para
pemustaka. Defenisi ini menekankan bahwa posisi perpustakaan sebagai institusi
atau lembaga pengelola media cetak dan rekam. Akan tetapi disisi lain bahwa
perpustakaan adalah juga sebagai fasilitas.
Perpustakaan pada saat ini telah berkembang pesat, perpustakaan sekarang
telah dipengaruhi oleh tekhnologi informasi. Salah satu bentuk penerapan TI di
perpustakaan yaitu dengan adanya automasi perpustakaan dan perpustakaan
digital. Sistem automasi perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang
pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan,
sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Digital library
atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan TI
dalam manajemen perpustakaan. Kehadiran TI sangat membantu dalam banyak
hal, mulai dari proses klasifikasi hingga temu kembali informasi. Berbagai
aplikasi untuk perpustakaan, baik itu yang berlisensi maupun yang open source,
terus bermunculan dan berkembang mengikuti tuntutan-tuntutan pasar.
Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi berdiri pada tanggal 12 Agustus
1976 yang didirikan oleh Wakil Presiden Bung Hatta. PBHB merupakan bagian
dari Perpustakaan Nasional RI. PNRI mempunyai dua unit pelayanan teknis
yaitu: Perpustakaan Bung Karno yang ada di Blitar, dan PBHB. Pada awalnya
PBHB adalah perpustakaan khusus yang koleksi nya khusus tentang tokoh
proklamator Bung Hatta, dan pada akhirnya PBHB beralih menjadi perpustakaan
3
PBHB selalu berupaya mengadopsi perkembangan TI. Hal ini terbukti
dengan adanya pembaharuan yang dilakukan perpustakaan bung hatta secara terus
menerus dalam manajemen perpustakaannya. PBHB mulai membenahi setiap
bagian yang ada agar menjadi perpustakaan lebih baik dan layak disebut sebagai
bagian dari perpustakaan nasional.
PBHB yang sebelumnya tidak pernah terjamah TI ini, sudah memulai
menerapkan sistem automasi perpustakaan pada tahun 2008 Adapun software
yang digunakan adalah software yang bernama QALIS (Quadran Automated
Library Information sistem) yang merupakan pemberian dari DPR RI. Setelah
sistem QALIS diterapkan selama 8 tahun PBHB mencoba mengembangkan
sistem automasi perpustakaan nya. Hal ini di lakukan karena ditemukan nya
beberapa kelemahan pada sistem QALIS dan agar proses kerja agar lebih efisien
dan efektif. Perpustakaan mengganti sistem automasi nya menjadi sistem INLIS
(Integrated Library Information Sistem) tahun 2012 yang merupakan sistem yang
sama digunakan oleh Perpustakaan Nasional RI.
Berdasarkan pengamatan awal sistem automasi INLIS menerapkannya
pada modul buku tamu, modul sirkulasi, OPAC, entri anggota, catat kartu
anggota, pengolahan, pengadaan. PBHB menerapkan sistem INLIS di semua unit
pelayanan nya. Pada kenyataan di lapangan yang peneliti amati terdapat masalah
yaitu: banyak bahan koleksi yang tidak ada dalam OPAC, hanya sedikit koleksi
yang terdapat dalam OPAC, sepertiga koleksi yang ada di perpustakaan tidak
terdaftar dalam OPAC sehingga menyulitkan pengguna untuk mendapatkan
koleksi yang mereka inginkan, dan koleksi yang ada tidak dapat ditemukan
pengguna sehingga koleksi tersebut tidak termanfaatkan. Dari data dan fakta di
atas, sistem automasi perpustakaan belum sepenuhnya berjalan dan masih terdapat
kelemahan pada modul OPAC.
Berdasarkan data dan fakta diatas maka penulis ingin mengetahui masalah
yang ada pada modul kerja OPAC dan ingin mengetahui sejauh manakah
penerapan automasi perpustakaan pada PBHB, maka dari itu penulis membuat
judul dalam penelitian ini dengan judul “ Evaluasi Penerapan Sistem Automasi
4 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah
penelitian adalah evaluasi penerapan sistem automasi perpustakaan yang belum
berjalan dengan baik dikarenakan tidak ada nya prosedur kerja dan kurangnya
pemahaman pegawai perpustakaan dalam mengoperasikan sistem automasi
perpustakaan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh
manakah penerapan sistem automasi pada PBHB dan mengevaluasi sejauh
Penerapan sistem automasi pada PBHB.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Untuk mengetahui sejauh manakah penerapan automasi pada PBHB.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang automasi
perpustakaan, sistem informasi perpustakaan.
3. Memberikan masukan untuk perbaikan sistem automasi perpustakaan
sehingga pengelolaan dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
4. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dengan topik yang
berkaitan.
1.5. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan
bacaan. Perpustakaan umum merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang
memiliki peran sebagai penyebar informasi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Lasa HS (2005) menyatakan bahwa perpustakaan merupakan sistem
informasi yang di dalamnya terdapat akitivitas pengumpulan, pengolahan,
pengawetan dan pelestarian serta penyajian dan penyebaran informasi (p. 48).
Selanjutnya Sutarno (2006) menyatakan bahw
mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan atau gedung tersendiri
yang berisi buku buku koleksi, yang diatur dan disusun demikian rupa, sehingga
mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh
pembaca (p. 11).
Berdasarkan paparan diatas maka perpustakaan adalah suatu unit kerja dari
sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku
yang disusun dengan untuk mudah dicari .
2.2 Automasi Perpustakaan
2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan
Istilah yang dipakai untuk menyatakan konsep pemanfaatan Teknologi
Informasi di perpustakaan adalah Automasi Perpustakaan (Library Automation).
Saat ini perpustakaan telah memanfaatkan komputer untuk system
kerumahtanggan.
Dalam Encyclopedia Britanica (2004) menyatakan automasi adalah suatu
proses mekanik dalam menjalankan suatu perintah yang tidak begitu memerlukan
6
Hassan (2009) menyatakan bahwa hal yang harus diperhatikan pertama
kali dalam penerapan automasi perpustakaan adalah pembuatan sistem database,
yang didalam mencakup data anggota, data koleksi, data sirkulasi, labeling, dan
laporan-laporan perpustakaan seperti grafik dan statistik.
Selanjutnya Nur (2007) menyatakan bahwa automasi perpustakaan adalah
sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi
informasi.
Berdasarkan 3 pendapat diatas maka dapat disimpulkan automasi
perpustakaan adalah pengelolaan sistem kerumahtanggaan perpustakaan melalui
tekhnologi informasi dalam penggunaannya di operasikan secara automasi.
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Automasi perpustakaan
Automasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan
kepada pengguna dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat
mengikuti pertambahan koleksi, transaksi dan resource sharing dengan
perpustakaan lainnya.
Menurut Sukirno (2008) fungsi automasi perpustakaan adalah:
1. Fungsi pengganti sebagai pekerjaan manual menjadi automasi.
2. Fungsi pengaturan pekerjaan rutin secara otomatis, sehingga fungsi
pengaturan manusia berkurang.
3. Fungsi Informasi, fungsi yang didasarkan pada komunikasi data
jaringan kerja komputer dengan berbagai jenis bahasa.
4. Fungsi komputasi didasarkan data.
5. Fungsi koordinasi yaitu: fungsi berdasarkan pada sistem informasi
manjemen, pengajaran berbantu komputer, pelaksanaan penelitian dan
membuat model
Menurut Cochrane (1995) tujuan automasi perpustakaan adalah:
1. Memudahkan integrasi kegiatan perpustakaan.
7
3. Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan.
4. Menghindari dari pekerjaan yang bersifat mengulang dan
membosankan.
5. Memperluas jasa perpustakaan.
6. Memberikan peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan.
7. Meningkatkan efisiensi.
2.2.3 Alasan automasi perpustakaan
Setiap perpustakaan mempunyai alasan-alasan tertentu untuk
mengembangkan sistem kerumahtanggaan dari sistem manual menjadi sistem
berbasis komputer.
Menurut Abdul Rahman Saleh (1996) alasan mengapa otomasi diperlukan
pada perpustakaan adalah sebagai berikut:
1. Adanya tuntutan terhadap mutu layanan perpustakaan
Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam Pemakai
yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari
layanan layanan lain seperti layanan internet, layana audio visual, layanan
multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan
aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan
penelusuran CD ROM dan lain-lain.
2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu
Sebelum adanya automasi perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas
dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan,
sekalipun layanan tersebut memakan waktu sampai berminggu-minggu.
Sekarang pemakai menuntut layanan yang cepat.
3. Keragaman media informasi yang dikelola
Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya
terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain
8
4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi
Selain kecepatan dalam memperoleh informasi, pemakai juga
membutuhkan ketepatan informasi yang didapatkannya dari perpustakaan.
Pertanyaan-pertanyaan tentang informasi secara spesifik harus bisa
dijawab secara spesifik pula. Dengan bantuan teknologi komputer
pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.
2.2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan
Menurut Sophia (1998) manfaat otomasi perpustakaan adalah:
1. Mempercepat proses temu balik informasi (information retrieval)
Temu balik informasi secara manual tidak dapat dilakukan secara
cepat. Sedangkan bila dilakukan dengan automasi dapat dengan
mudah dalam pencarian informasi dengan memakai basis data
perpustakaan yaitu: OPAC.
2. Dengan adanya automasi perpustakaan memperlancar proses
pengolahan, pengadaan bahan pustaka dalam mencetak label
punggung bahan pustaka, katalog bahan pustaka dan barcode bahan
pustaka.
3. Dengan basis data dan sarana telekomunikasi data dan informasi
maka komunikasi antar perpustakaan mudah dilakukan melalui
internet.
4. Pengelolaan data administrasi perpustakaan prosedurnya menjadi
sederhana dan administrasi menjadi tertib.
2.2.5 Cakupan Automasi perpustakaan
Harmawan (2009) menyatakan bahwa dalam sistem automasi
perpustakaan terdapat modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke
sistem yang lain. Adapun modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu:
2.2.5.1 Modul Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat
9
dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku
dan daftar pengadaan buku
2.2.5.2 Modul Pengatalogan
Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan
katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan.
Yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk
mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul
pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala.
2.2.5.3 Modul keanggotaan
Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna
dalam meminjam koleksi perpustakaan. Untuk pengurusan keanggotaan setiap
perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk
mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data
anggota.
2.2.5.4 Modul sirkulasi
Sirkulasi adalah proses peredaran buku dengan berbagai jenis kegiatan
transaksi antara pengguna dengan petugas perpustakaan. Peminjaman buku atau
sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di
dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat
diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan dengan sistem pelayanan
tertutup”.
2.2.5.5 OPAC
Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam
menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC. Pengguna/pustakawan
dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan. Disamping itu, mereka juga
dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan. Misalnya melalui judul, kata
10
Sedangkan apabila menggunakan katalogmanual, pengguna/pustakawan hanya
dapat akses melalui tiga pendekatanyaitu judul, pengarang, dan subyek.
2.2.6 Komponen Automasi Perpustakaan
Menurut Arif (2011) sistem automasi perpustakaan pada umumnya terdiri
dari 3 bagian yaitu: Pangkalan Data, User/Pengguna, dan Perangkat Automasi.
Ketiga komponen automasi tersebut dijelaskan sebagai berikut
2.2.6.1. Pangkalan Data
Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan
koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang
dimiliki dan kemudian mengorganisirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmu perpustakaan.
Dengan menggunakan bantuan TI proses ini dapat dipermudah dengan
memasukkan data pada perangkat lunak pengolah data seperti: CD/ISIS
(WINISIS), MS Access, MySQL. Perangkat lunak ini membantu kita untuk
mengelola pangkalan data, menjadi lebih mudah karena proses pengindeksan akan
dilakukan secara otomatis dan proses penelusuran informasi dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat.
2.2.6.2 User/Pengguna
Sebuah sistem automasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima
layanan dan seorang atau beberapa operator sebagai pengelola sistem. Pada sistem
automasi perpustakaan terdapat beberapa tingkatan operator tergantung dari
tanggung jawabnya. Dalam setiap program aplikasi, user mempunyai tingkatan
yang berlainan.
2.2.6.3 Perangkat Automasi
Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang
untuk membantu kelancaran proses automasi. Perangkat ini terdiri dari 2 bagian,
yaitu: perangkat keras, perangkat lunak automasi.
11 2.2.6.3.1 Perangkat Keras (Hardware)
Sebelum memulai proses automasi, sebuah perangkat keras perlu
disiapkan. Yang dimaksud perangkat keras disini adalah sebuah komputer dan alat
bantunya seperti printer, barcode, scanner, dan sebagainya. Sedangkan untuk
perpustakaan besar, diperlukan lebih banyak komputer dan pelengkapnya agar
pelayanan kepada pengguna menjadi lancar. Spesifikasi minimal biasanya
tergantung dari software yang digunakan. Misalnya, software senayan (program
automasi perpustakaan buatan Diknas RI) minimal menggunakan pentium III.
Sebab semakin banyak tampilan berbasis grafis maka semakin membutuhkan
spesifikasi yang tinggi.
2.2.6.3.2 Perangkat Lunak Automasi (Software)
Perpustakaan yang hendak menjalankan proses automasi maka harus ada
sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak diperlukan
keberadaannya karena digunakan sebagai alat bantu mengefisienkan dan
mengefektifkan proses automasi.
Ada 3 cara untuk memperoleh perangkat lunak, antara lain :
1) Membangun sendiri dengan bantuan seorang developer perangkat lunak.
Jika instansi Anda mempunyai tenaga programer.
2) Menggunakan perangkat lunak gratis, misalnya : CDS/ISIS, WinISIS,
KOHA, OtomigenX, Senayan Library, dan sebagainya. Perangkat lunak
ini bisa didapatkan dari internet.
3) Membeli perangkat lunak komersial beserta training dan supportnya yang
dibangun oleh pihak ketiga. Perangkat lunak komersial, merupakan hasil
riset pengembangnya dan mudah untuk diimplementasikan.
2.3 Sistem Informasi
Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002) sebagai kumpulan elemen
yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk
mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan
12
informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan diantara Elemen yang
sistematis dan teratur untuk menciptakan dan melakukan kontrol terhadap
jalannya perpustakaan ( p. 55).
Indrajit (2000) menyatakan bahwa sistem informasi sebagai suatu
kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang
berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi (p. 29).
Dari pernyataan tersebut diatas maka sistem informasi adalah kumpulan
dan komponen beberapa informasi yang membentuk suatu kesatuan yang saling
13 2.4. Sistem Informasi Perpustakaan
Menurut Lutfian (2009) Sistem Informasi Perpustakaan merupakan
perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi
perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi
perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta
dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi
manajemen perpustakaan.
Selanjutnya Menurut Siregar (2007) sistem informasi perpustakaan adalah
suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan
buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung
operasi.
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa
sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan
untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang
bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan
sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna.
2.4.2 Fitur – fitur sistem informasi perpustakaan
Lutfian (2009) menyatakan bahwa fitur-fitur yang biasa digunakan dalam
menerapkan sistem informasi pada perpustakaan yaitu:
1. Modul Data Induk Anggota
Menyediakan fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data
anggota perpustakaan.
2. Modul Data Induk Buku
Fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data buku-buku
perpustakaan.
14
Digunakan untuk memasukkan data inventaris buku (fisik), seperti Nomor
Inventaris, Tanggal Inventaris dan Asal Buku.
4. Modul Transaksi
Merupakan fasilitas untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku
maupun perpanjangan peminjaman.
5. Modul Pencatatan Buku Hilang/Rusak
Pendataan buku yang hilang / rusak serta biaya penggantiannya.
6. Cetak Laporan
Laporan-laporan yang dapat dihasilkan, antara lain: Laporan Anggota
Berdasar Jurusan, Laporan Anggota Berdasar Tanggal Mendaftar, Laporan Buku
Berdasar Jurusan, Laporan Inventaris Buku, Laporan Peminjaman Per Periode,
Laporan Peminjaman Berdasar No.Mahasiswa, Laporan Pengembalian Per
Periode, Laporan Buku Yang Belum Dikembalikan, Laporan Denda Per Periode,
Laporan Buku Hilang/Rusak, dan lain-lain.
7. Setup User
Setting administrator dan user beserta hak akses terhadap sistem.
2.5 Sistem Informasi INLIS
Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (Integrated LIbrary System/
INLIS) yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan
dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif
perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. PNRI
sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan
menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari
The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan
produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan
penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan
Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC
15
basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian
format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog)
pada umumnya.
Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian
rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi
mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga
merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh
proses manajerial dilingkungan perpustakaan.
INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk
kepentingan pembangunan pangkalan data Katalog Induk Nasional
(UnionCatalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan
mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi
perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS
sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas
diperpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan
yang lebih komprehensif dan terpadu.
INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai
basisdata bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar
perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya
merupakan syarat mutlak. Fasilitas pengembangan basis data bibliografis yang
disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada INDOMARC.
INDOMARC sendiri diadopsi dari USMARC (United State Machine Readable
Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan mesin yang digunakan
dalam lingkup internasional. Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya
PNRI dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk
kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi
berbasis MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu
PNRI dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat dimanfaatkan
16 2.6 Evaluasi Sistem .
2.6.1 Pengertian Evaluasi Sistem
Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan
2.6.3 Model Evaluasi Sistem Informasi
Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam evaluasi sistem
informasi, diantaranya adalah :
1. Technology Acceptance Model (TAM)
Furneaux (2006) menyatakan bahwa TAM adalah teori sistem informasi
yang membuat model tentang bagaimana pengguna mau menerima dan
menggunakan teknologi. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna
ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah factor
mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan
menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal: usefulness (pengguna yakin
bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of
use (dimana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan
membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam
penggunaannya).
Perbedaan mendasar antara TRA dan TAM adalah penempatan
sikap-sikap dari TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu
perceived ease ofuse (kemudahan) dan perceived usefulness (kebermanfaatan)
yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksi sikap penerimaan pengguna
(Acceptance of IT) terhadap teknologi komputer. Model ini telah banyak
digunakan dalam penelitian sistem informasi untuk mengetahui reaksi pengguna
terhadap sistem informasi.
Faktor kebermanfaatan disini didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang
meyakini bahwa penggunaan teknologi/sistem tertentu akan meningkatkan
kinerja. Sementara kemudahan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang
meyakini bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak
17
TAM yang memiliki elemen yang kuat tentang perilaku (behavioural),
mengasumsikan bahwa ketika seseorang membentuk suatu bagian untuk
bertindak, mereka akan bebas untuk bertindak tanpa batasan (gambar 1).
2. End User Computing (EUC) Satisfaction
Menurut Chin (2000) menyatakan bahwa pengukuran terhadap kepuasan
telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi.
Dalam lingkup end-user computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk
meng-capturekeseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah menganggap
penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga
faktor-faktor yang membentuk kepuasan ini.
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll & Torkzadeh. Evaluasi
dengan menggunakan model ini lebih menekankan kepuasan (satisfaction)
pengguna akhir terhadap aspek teknologi, dengan menilai isi, keakuratan,
format,waktu dan kemudahan penggunaan dari sistem. Model ini telah banyak
diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna meskipun instrumen ini
diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda.
18
merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan dalam
pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan
terhadap pekerjaan.
3.Task Technology Fit (TTF) Analysis
Dishaw (2002) menyebutkan bahwa inti dari Model Task Technology Fit
adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai Task-Technology Fit (TTF),
yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan tugas
dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan
dukungan terhadap pekerjaan.
Model TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics,
Technology Characteristics, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk ketiga
TTF yang balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau
Utilization menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika
fungsi dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna.Pengukuran
terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu
sistem informasi. Dalam lingkup end-user computing, sejumlah studi telah
dilakukan untuk meng-capture keseluruhan evaluasi di mana pengguna akhir telah
menganggap penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan
juga faktor-faktor yang membentuk kepuasan ini.
4. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model
Yusof (2006) menyatakan bahwa suatu kerangka baru yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut
Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen
penting dalam sistem informasi yakni manusia, organisasi, dan teknologi
kesesuaian hubungan di antaranya.
Yusof (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut Human-Organization-
Technology Fit Model. Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem
informasi yakni manusia, organisasi dan teknologi dan kesesuaian hubungan di
antaranya. Komponen manusia menilai sistem informasi dari sisi penggunaan
sistem pada frekwensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi dan
19
tingkat penggunanya, pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima (atau
menolak sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna
yaitu keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem
informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. Kepuasan pengguna dapat
dihubungkan dengan persepsi manfaat dan sikap pengguna terhadap system
informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal.
Komponen Organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan
lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki,
perencanaan dan pengendalian sistem, strategi , manajemen dan komunikasi.
Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan staf
merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sedangkan
lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan, pemerintahan,
politik,kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.
Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi dan
kualitas layanan. Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan
kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem
dan user interface. Kemudahan penggunaan, kemudahan untuk dipelajari,
ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang
dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan
peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara
lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi,
konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada
keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi.
Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak
20 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Dalam penilitian ini peneliti menggambarkan keadaan atau
suasana yang sebenarnya terjadi pada saat sekarang, dalam hal ini mekanisme
sebuah proses berdasarkan survei yang dilakukan dengan cara observasi dan
melakukan wawancara.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian in adalah pada Perpustakaan Bung
Hatta Bukittinggi, Jln. Kusuma Bhakti Gulai Bancah, Bukittinggi.
3.3 Proses Penelitian 3.3.2 Mengumpulkan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara mendalam (depth interview) secara terstruktur dimana pertanyaan
yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara
sistematis sebelum berada di lokasi penelitian, data yang diperoleh direkam
dengan tape recorder dan dibantu dengan alat tulis lainnya. Data yang diperoleh
kemudian dibaca dan dipelajari agar penulis benar-benar memahami mengenai
hasil ataupun data yang telah diperoleh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian, teknik yang digunakan penulis adalah
sebagai berikut:
1) Pengamatan atau observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
PBHB
21
3) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, atau artikel dan
kepustakaan lain yang berhubungan dengan bahan referensi penelitian atau
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Jenis dan sumber data Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan melalui
wawancara.
2. Data Sekunder adalah data yang mendukung data primer yang bersumber dari
buku, internet, dan kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
3.6Analisis Data
Analisis data ditelaah atau dipelajari dan dipahami dari data hasil
wawancara penulis, observasi dan catatan dilapangan maupun dari berbagai
sumber. Kemudian data disalin dan dipilih untuk disusun menjadi satu kesatuan
yang akan ditarik kesimpulan dari interpretasi yang sudah dilakukan. Analisis data
berdasarkan wawancara tentang evaluasi penerapan automasi perpustakaan
memakai model Technology Acceptance Model (TAM).
3.7 Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta
penjelasan lebih lanjut. Data diperoleh dengan mencari informasi lebih dari satu
orang.
Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan dan
observasi oleh penulis dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat dilapangan.
Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan
sekunder. Wawancara dan observasi dilakukan sebagai data primer yang berkaitan
dengan informasi yang di dapat dari kebijakan pihak PUP I dalam pengelolaan
22 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Informan
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti tentunya membutuhkan
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitiannya. Untuk memperoleh
informasi yang di butuhkan tentunya ada cara- cara atau langkah-langkah dalam
mengumpulkan data/informasi penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan
penelitian tentang Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung Hatta
Kota Bukittinggi. Dalam penelitiannya peneliti mengumpulkan data melaui
wawancara. Untuk dapat melakukan wawancara tentunya diperlukan adanya
informan yang bisa memberi informasi terkait penelitan. Adapun informan yang
ditunjuk peneliti memiliki karakteristik sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Karakteristik Informan
No. Nama Pendidikan Jabatan
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan bapak Purwanto sebagai
informan pertama (I1). Bapak Purwanto merupakan Kepala bidang pelayanan di
PBHB, beliau memiliki latar belakang pendidikan s1. Untuk informan kedua
peneliti menetapkan kepada Bapak Syamsudin, yang memiliki latar belakang
pendididkan S1dan bertugas sebagai Teknisi sistem automasi di PBHB.
Dalam penelitiannya, wawancara berlangsung secara informal. Pelaksanaan
wawancara dilakukan secara subtatif dimana wawancara dilakukan tidak harus
pada suatu tempat tertentu. Wawancara pun dilakukan pada jam yang telah
ditetapkan pada saat membuat janji untuk wawancara. Suasana wawancara
berlangsung alamiah, apa adanya, dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan
23
walau terkadang peneliti menggunakan istilah-istilah perpustakaan. Isi wawancara
berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan informan.
4.2. Kategori
Dalam melakukan wawancara peneliti tentunya membutuhkan
pedoman-pedoman dalam melaksanakan wawancara agar wawancara terlaksana dengan
baik dan peneliti memperoleh informasi yang betul-betul dibutuhkan dan relevan
dengan penelitiannya. Pedoman-pedoman tersebut akan menentukan
kategori-kategori yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun kategori-kategori yang telah
ditentukan peneliti sebagai berikut :
4.2.1 Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan INLIS
Pada awalnya PBHB memakai sistem yang bernama QALIS yang
merupakan sistem usulan dari DPR RI, dan setelah 4 tahun memakai sistem
QALIS, PBHB merubah sistem automasi perpustakaan menjadi INLIS. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang disampaikan informan (I1) sebagai berikut:
I2: “ Pada awalnya Perpustakaan Bung Hatta memakai QALIS yang dimana
program automasi QALIS ini merupakan usulan dari DPR RI pada tahun
2008. QALIS ( Quadran Automated Library Information) setelah memakai
QALIS selama 4 tahun, perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi merubah
sistem teruatomasi nya menjadi INLIS ( Integrated Library Sistem)”
Berdasarkan pernyataan informan I2 PBHB pada awalnya menggunakan
sistem Qalis dan PBHB beralih pada sistem INLIS.
PBHB melakukan peralihan sistem pada sistem INLIS, adapun penyebab
PBHB beralih pada sistem INLIS adalah di karenakan pada sistem QALIS
ditemukan beberapa kelemahan. Adapun kelemahannya adalah Modul Pengadaan
tidak diterapkan pada sistem QALIS, sebaliknya pada sistem INLIS telah
menerapkan Modul Pengadaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan Informan (I2) sebagai berikut:
I2: Di dalam system QALIS modul kerjanya tidak termasuk dalam pengadaan
24
manual dapat memperlambat pekerjaan.Sedangkan dalam INLIS telah
menerapkan automasi peprustakaan pada bagian Pengadaan.
Sistem INLIS (INtegrated LIbrary System/INLIS) merupakan sebuah sistem
berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan untuk mendukung
pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan. Sistem INLIS
merupakan sistem yang di peroleh dari PNRI. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang disampaikan informan (I1) berikut:
I1 : “INLIS diperoleh dari pusat, yaitu Perpustakaan Nasional RI yang ada
dijakarta. Perpustakaan Nasional RI mempunyai 2 buah UPT (Unit Pelayanan Teknis), yaitu Perpustakaan Bung Karno di Blitar dan Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi.”
Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
INLIS yang digunakan PBHB merupakan sistem yang diberikan oleh
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
INLIS merupakan sistem informasi yang terintegrasi, namun modul-modul
dalam aplikasi INLIS diciptakan untuk bisa berdiri sendiri-sendiri (standalone).
Begitu juga pada PBHB, modul-modul yang sudah diterapkan dapat dilihat dari
pernyataan informan ( I1 dan I2 ) berikut :
I1 : “oh..untuk diterapkan sistem INLIS ini telah diterapkan dibagian pengolahan,
entry karu anggota, sirkulasi, dan pengadaan.”
I2 : “sudah diterapkan dibagian layanan pengadaan, sirkulasi, pengolahan, bahan
pustaka.”
I2 : “hal baru yang diberikan INLIS adalah membuat kartu anggota.”
Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan penerapan INLIS pada
PBHB meliputi:
a. Penerapan Modul Pengadaan
Bagian pengadaan merupakan salah satu bagian yang melakukan
pengadaan koleksi, mulai dari melakukan permintaan koleksi yang dibutuhkan,
dan mengusulkan permintaan buku pengguna. Untuk itu penerapan modul dan
fitur kerja INLIS diharapkan dapat membantu mempermudah proses tersebut. Hal
ini dapat dilihat dari pernyataan informan berikut :
I2 : “dibagian pengadaan INLIS membuat form khusus pada web INLIS tersebut.
25
buku yang dibutuhkan. Sehingga pustakawan tidak harus repot-repot lagi membuat surat usulan buku ke pusat, langsung saja masukkan usulan bukunya kedalam form tersebut dan usulan langsung terkirim kepusat.”
Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya modul pengadaan di Sistem INLIS, pustakawan tidak perlu lagi membuat
surat usulan permintaan buku yang dilakukan secara manual.
b. Penerapan Modul Pengolahan
Pengolahan merupakan kegiatan dalam pendataan buku-buku yang masuk.
Untuk mempermudah kegiatan tersebut Perpustakaan Bung Hatta Kota
Bukittinggi menerapkan modul pengolahan. Hal ini seperti yang disampaikan
informan berikut :
I2 : “untuk bagian pengolahan bahan koleksi, INLIS memberikan suatu
kemudahan. Dimana form pengolahan dibagi kedalam 2 bagian yaitu bibliografi dan katalog. Dan prosesnya sangat mudah dimana bagiankatalog kita tinggal mengimput data-data yang dibutuhkan dalam sebuah katalog. Dan untuk bibliografi kita hanya memasukkan poin2 penjelasan yang ada dalam buku tersebut. Setelah selesai secara otomatis format katalogpun terbentuk ”
Dari penjelasan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
modul pengolahaan memudahkan pustakawan dalam membuat katalog tanpa
harus melakukan secara manual.
c. Penerapan Modul Sirkulasi
Sirkulasi merupakan kegiatan pelayanan terhadap pengguna, mulai dari
peminjaman buku hingga pengembalian buku. Untuk mempermudah kegiatan
tersebut perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi menerapkan modul sirkulasi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :
I2 : “dalam yanan sirkulasi mempunyai admin tersendiri, jadi hanya pegawai
sirkulasi saja yang dapat membuka layanan tersebut. Akan tetapi form yang dimiliki oleh layanan sirkulasi ini berupa layanan peminjaman yang terdiri no. Anggota dan nama anggota. Begitu juga dengan layanan pengembalian yang terdiri dari no. dan nama anggota. Jadi petugas tinggal memasukkan no. anggota saja, maka akan tampil form yng diinginkan.”
Berdasarkan pernyataan informan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pelayanan sirkulasi petugas hanya tinggal memasukkan nomor anggota,
26
mencari data pengguna.
d. Penerapan Modul Entri Kartu Anggota
Entry kartu anggota meliputi kegiatan mengimput data calon pengguna
perpustakaan. Diperpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi juga sudah diterapkan
modul enrty kartu anggotanya. Hal ini seperti yang disampaikan informan berikut:
I2 : “jadi INLIS memberikan kemudahan untuk mengentri anggota perpustakaan.
Pengguna dapat langsung mengisi biodata yang dibutuhkan dan lasung difoto pada saat itu juga. Dan menunggu 5 menit langsung cetak kartu anggota perpustakaan.”
Dari pernyataan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
memdapatkan kartu anggota pengguna tidak perlu menunggu lama dan melalui
proses yang panajang. Dengan adanya penerapan modul entry kartu anggota ini
pengguna perpustakaan bisa dengan cepat mendapatkan kartu anggota.
Dari beberapa uraian diatas secara singkat dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan adanya penerapan Modul dan Fitur-fitur kerja dari sistem INLIS
mempermudah kegiatan perpustakaan di Perpustakaan Bung Hatta Kota
Bukittinggi.
4.2.2 Fitur-fitur dan Modul Kerja Sistem Informasi INLIS
INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai
basis data bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar
perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya
merupakan syarat mutlak. Oleh karenanya, fasilitas pengembangan basisdata
bibliografis yang disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada
sistem basis data terkait yang memiliki fitur-fitur dan modul kerja Perpustakaan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan ( I1 dan I2 ) berikut :
I1 : “Dalam INLIS mereka mempunyai modul kerja yaitu : modul buku tamu,
modul OPAC, modul Sirkulasi, Modul pengadaan, modul pengolahan, dan entry kartu anggota.”
I2 : “Hmmm...karena INLIS merupakan penyempurnaan dari QALIS. Adapun
27
Berdasarkan penyataan beberapa informan diatas, dapat disimpulkan fitur
-fitur dan modul kerja INLIS yang dimiliki PBHB antara lain :
• Modul Buku Tamu
• Modul OPAC
• Modul Sirkulasi
• Modul Pengadaan
• Modul Pengolahan
• Entri kartu Anggota
4.2.3 Evaluasi Sistem menggunakan teknik evaluasi TAM (Technology Acceptance Model).
4.2.3.1 Kemudahan dalam Menggunakan sistem INLIS
Sistem INLIS memberikan kemudahan dapat terlihat dari modul yang ditawarkan oleh INLIS, dan desain sistem nya sederhana dan mudah di mengerti. Tetapi dalam pengoperasiannya tidak semua beranggapan mudah untuk di pahami.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan (I 1):
I1: Menurut saya sistem INLIS memberikan kemudahan tetapi saya terkendala
dalam pengoperasiannya, karna sistem ini berbeda dengan sistem QALIS
sehingga saya harus mempelajari lagi sistem INLIS.
4.2.3.2. Manfaat menggunakan sistem INLIS
Dalam sistem INLIS pekerjaan dan produktivitas pekerjaan menjadi
mudah dan tepat guna karena sistem INLIS memberikan kemudahan dalam proses
pekerjaan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan (I1) :
I 1: Menurut saya sistem INLIS memberikan manfaat yang besar dalam
kinerja dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan mudah dalam
28
4.2.3.3 Organisasi E-resources (E-resources Organization)
Organisasi e-resources mengacu pada tatacara sistem komputer sehingga
dapat secara efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi
tertentu. Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan
berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan
atas permasalahan dalam penggunaan sistem.
Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi tidak memberikan pelatihan dan tempat
untuk berkonsultasi dalam menggunakan sistem, sedangkan pada perpustakaan
tersebut banyak pegawai yang tidak punya wawasan dan pengetahuan di bidang
perpustakaan.
Hal ini dapat terlihat dari wawancara pada
I1: Masalah yang sedang terjadi di perpustakaan Bung Hatta ini adalah
pada SDM pegawai yang tidak punya latar belakang, wawasan dan
pengetahuan tentang sistem INLIS, sehingga masih banyak pegawai
yang sering tertunda pekerjaannya karena kurang pemahaman sistem
tersebut.
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dan melalui proses analisis
data yang menjaga keabsahan data, maka diperoleh beberapa kategori dari
Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 : Rangkuman Hasil Penelitian
No. Kategori Indikator
1 Sistem INLIS Automasi Perpustakaan
2 Fitur-fitur dan Modul Kerja INLIS • Modul Buku Tamu
• Modul OPAC
• Modul Sirkulasi
• Modul Pengadaan
29
• Entri kartu Anggota
3 Penerapan Sistem INLIS • Penerapan Modul Pengadaan
• Penerapan Modul Pengolahan
• Penerapan Modul Sirkulasi
• Penerapan Modul Entri Kartu
Anggota.
4 Evaluasi Sistem menggunakan
teknik TAM
•Kemudahan dalam menggunakan
sistem INLIS
•Manfaat sistem INLIS
•Organisasi E-resources (E-resources
Organization)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat kategori memiliki beberapa
indikator penentu dalam Evaluasi Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan.
Kategori tersebut dapat digambarkan sebagai peta indikator kategori sebagai
30
Evaluasi Penerapan
Sistem Automasi
Perpustakaan
Sistem INLIS
Fitur2 dan Modul
Kerja
INLIS
Penerapan sistem
INLIS
Kekurangan
Sistem INLIS
AutomasiPerpustakaan
Modul Pengolahan
Entri kartu Anggota
Modul OPAC Modul Pengadaan
Modul Sirkulasi
Modul Buku Tamu
Penerapan Modul Pengadaan
Penerapan Modul Pengolahan
Penerapan Modul Sirkulasi
Penerapan Entri kartu Anggota
31 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara langsung,
maka dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Penerapan Sistem Automasi
Perpustakaan Bung Hatta Kota Bukittinggi dilihat dari beberapa kategori. Adapun
kesimpulan dari masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut : Sistem
Informasi INLIS: merupakan salah satu sistem automasi perpustakaan yang
dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI. Fitur-fitur dan modul kerja sistem
INLIS terdiri dari : Modul Buku Tamu, Modul OPAC, Modul Sirkulasi, Modul
Pengadaan, Modul Pengolahan, Entri kartu Anggota .
Penerapan Sistem INLIS pada PBHB terdiri dari : Penerapan Modul
Pengadaan, Penerapan Modul Pengolahan, Penerapan Modul Sirkulasi,Penerapan
Modul Entri Kartu Anggota.
Evaluasi sistem menggunakan teknik TAM pada PBHB terdapat
kelemahan pada sumber daya manusianya yang belum sepenuhnya menguasai
sistem INLIS sehingga perlu adanya diadakan pelatihan dan mengenai sistem
INLIS.
5. 2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh melalui
wawancara langsung dengan para pegawai pada PBHB, peneliti menyarankan
agar penerapan sistem informasi pada modul OPAC agar diperbaharui kembali
dan perlu diadakannya pelatihan mengenai penggunaan sistem INLIS di
perpustakaan, sehingga semakin mempermudah penerapan sistem INLIS di
32
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I. (2003). Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan.
Retrieved Dec, 12. 2012 from
http://aurajogja.wordpress.com/2006/07/11/otomasi-perpustakaan/
Badre, A. N. (2002). Shaping Web usability: interaction design in context. Boston: Addison Wesley.
Davis, G. B (1988). Sistem Informasi Manajemen, Cet. 9, PT. Pustaka Binaman.
Dishaw, M. T. (2002) Extending The Task- Technology Fit Model with
Self-Efficacy Constructs Eighth Americas Conference on Information Systems.
Retrieved Dec, 12.2012 from
Furneaux, B. (2006) Theories Used in IS Research: Technology Acceptance
Model. Retrieved Dec, 12. 2012 from: http://www.istheory.yorku.ca
Harmawan, (2009). Sistem Otomasi Perpustakaan. Retrieved Sept, 20. 2012
fromhttp://www.tartojogja.wordpress.com /2008/10/29/sistem-otomasi-perpustakaan/-66k-
Indrajit, R. E (2000). Pengantar konsep dasar manajemen sIstem informasi dan
teknologi informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Lasa, H.S (2005). Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media.
Lutfian. (2009). Sofware Informasi Perpustakaan. Retrieved Nov, 12. 2012 from
http://www.lutfian.com/sistem-informasi-perpustakaan. htm
Matthews, J. R (2007). The evaluation and measurement of library services.
London: libraries unlimited Westpost, Connecticut.
Oetomo, B. S. D (2002). Perencanaan dan pengembangan sistem informasi.
Yogyakarta : Andi.
Saleh, A.R (1996). CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis
Data. Jakarta : CV. Saraswati Utama.
Sukirno. (2008). Automasi Perpustakaan. Retrieved Nov, 12. 2012 from
oKCpYAADNKJS81/AUTOMASI%20PERPUSTAKAAN.ppt?nmid=850 35900
Sutarno, N. S (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.
Yusof M. M.S L. K (2006) Towards a Framework for Health Information System
33 LAMPIRAN I
PEDOMAN WAWANCARA
1.Sistem AutomasiPerpustakaanINLIS
a. PenerapanSistem Automasi Perpustakaan
b. Fitur-fiturdanModulKerjaSistemINLIS
34
LAMPIRAN II
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
1. Hasil Transkrip Wawancara Informan I
Wawancara ini diambil pada tanggal 25 Februari 2013 Pada pukul
10.00 – 12.00 wib. Bertempat di Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi.
P : Permisi mas..
Saya Esilia Putri Pasadana , mahasiswi Ilmu Perpustakaan USU , saya
ingin melakukan penelitian skripsi saya disini mas.
I1 : Oh iya mbak..
Boleh saya lihat surat penelitiannya?
P: Iya mas..
Ini surat nya mas.
I1: Oke Esi..
Apa yang bisa saya bantu?
P: Saya ingin bertanya mas mengenai sistem INLIS mas lebih mendalam.
I1: Oh begitu Esi..
Silahkan Esi, Informasi apa yang Esi butuhkan, nanti sebisa saya bantu.
P: Sistem automasi INLIS diperoleh dari mana ya mas?
I1: INLIS diperoleh dari pusat yaitu : Perpustakaan Nasional RI yang ada di
Jakarta,perpustakaan nasional RI yang mempunyai 2 buah UPT (Unit
Pelayanan Tekhnis) yaitu :
- Perpustakaan Bung Karno di Blitar
- Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi
Pada awalnya Perpustakaan Bung Hatta merupakan Perpustakaan
daerah provinsi Sumatera Barat, namum sekarang sudah diambil alih
sepenuhnya oleh Perpustakaan Nasional RI tahun 2013 bulan januari ini.
35
Kalau mengenai fitur-fitur INLIS sendiri bagaimana mas?
I1: Dalam sistem INLIS, mempunyai modul kerja dan fitur-fitur nya yaitu :
Modul buku
tamu, modul OPAC, modul sirkulasi , modul pengadaan , modul
pengolahan, entry kartu anggota.
P: Sangat lengkap ya mas.
Jadi kelemahan INLIS ini di bagian mana ya mas?
I1 : Dalam INLIS tidak terdapat format INDOMARC yang ada pada bagian
layanan sirkulasi. INDOMARC ini terdapat didalam QALIS, dalam
INLIS tidak terdapat .Esi tau tentang format MARC, yang di berikan
oleh LC (Library of Congress)
P: Oh iya mas…Saya pernah dengar mas, tapi saya tidak lebih dalam mas
tentang Format
Marc.
Hehehe..
Kalau di penerapan sistemnya, Bagaimana mas?
I1:vUntuk penerapan sistem INLIS , telah diterapkan di bagian pengadaan ,
pengolahan, entry anggota, sirkulasi sedangkan di bagian yang lain
belum diterapkan.
P: Mengapa belum diterapkan mas?
I1: Yang belum di terapkan di INLIS dalam modul OPAC, kami masih
memakai QALIS
untuk Modul OPAC, karena kami mengganti sistem memakai INLIS
menjadikan
bahan koleksinya banyak yang belum di masukkan dalam OPAC.
P: Oh begitu mas..
Sedangkan untuk hambatan dalam penerapannya , Bagaimana mas?
I1: Mungkin hambatannya yang ada pada SDM ya esi, kami melakukan
pelatihan danpengenalan lagi untuk sistem baru ini.
P: Oh begitu mas..
I1: Iya Esi..
36
P: Iya mas..
Oh iya mas modul apa saja yang terdapat di INLIS tetapi tidak ada dalam
QALIS mas?
I1: Modul pengadaannya Esi..
Dalam QALIS tidak terdapat modul pengadaan, tetapi INLIS terdapat
modulPengadaan, penerapannya di lihat dari saat melakukan
pengusulan buku , dan pustakawan di tuntut lebih aktif untuk
menghunting buku-buku ke toko atau yang
lainnya, setelah itu pustakawan dapat melakukan pengusulan buku dan
di masukkan ke
dalam web INLIS, yang terdapat form pengadaan tentang pengusulan
buku, dan Web tersebut akan langsung terjaring ke pusat.
P: Oh … begitu ya mas.
Untuk kemudahan operasian sistem nya bagaimana mas? Dan desain
portal sistemnyaa apakah mudah untuk dipahami?
I1: Kalau bagi saya, pengoperasian sistem nya mudah untuk
dipahamikarenadesain portal nya dibuat sederhana, agar mudah dalam
pengoperasiannya.
P: hmm.. begitu ya mas
Apakah perpindahan sistem automasi perpustakaan membuat kesulitan
mas, contohnya perpindahan file dari sistem lama ke sistem baru?
I1: Perpindahan sistem membuat saya sedikit kesulitan esi, karena tentu
saja file pada sistem lama akan di pindahkan pada sistem baru,
contohnya saja: pada modul OPAC, banyak koleksi perpustakaan tidak
terdapat dalam OPAC, sehingga menyebabkan banyak bahan koleksi
yang tidak terpakai.
P: Hmm..
Apakah tidak ada tindak lanjut untuk mengatasi masalah ini mas?
I1: Tentu saja ada esi, tetapi kami terbentur pada teknisi nya, teknisi yang
memahami tentang sistem INLIS adalah teknisi dari Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, PBHB tidak mempunyai teknisi yang
37
mereka akan menindak lanjuti nya, mungkin 1 bulan ini akan dilakukan
perbaikan dalam sistem nya.
P: Jadi begitu ya mas...
Kalau boleh saya tahu mas, menurut mas sendiri apakah sistem INLIS
ini memberikan kemudahan?
I1: Karena saya bidang teknisi nya menurut saya INLIS memberikan
kemudahan, INLIS sudah menerapkan automasi nya dalam berbagai
bidang.
P: Dalam penerapan automasi nya tentu saja tidak semua yang paham dan
mengerti mas, jadi jika terdapat kesulitan bagi pegawai, apakah ada
tindak lanjut untuk mengatasi hal itu mas?
I1: Masalah yang sedang terjadi di perpustakaan Bung Hatta ini adalah
pada SDM pegawai yang tidak punya latar belakang, wawasan dan
pengetahuan tentang sistem INLIS, sehingga masih banyak pegawai
yang sering tertunda pekerjaannya karena kurang pemahaman sistem
tersebut.
P : Apakah menurut mas sistem INLIS memberikan keuntungan mas,
dalam proses produktivitas pekerjaan untuk meningkatkan prokduvitas
kerja, efektivitas pekerjaan?
I1: Menurut saya sistem INLIS memberikan manfaat yang besar dalam
kinerja dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan
mudah dalam pengoperasian pekerjaan.
P: Oke mas..
Kalau begitu, mungkin itu saja yang ingin saya ketahui kalau begitu terima
kasih ya mas atas waktunya.
I1 : Sama-sama Esi
2. Hasil Transkrip Wawancara Informan 2
P: Assalamualaikum , selamat pagi pak.