Skripsi
EFEKTIVITAS SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN
(SPP) PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA TIGALINGGA
KECAMATAN TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI
Oleh :
Decy Christien Lumban Tobing
090903056
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ABSTRAK
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).
Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas keselamatan dan
kasih karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
proses penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan
Tigalingga Kabupaten Dairi”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Adminitrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis
menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat
bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan juga bimbingan
dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan
skripsi ini. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing atas ketulusan dan
kerendahan hati mencurahkan ilmu pengetahuan dan kesabarannya dalam
membimbing penulis serta memberikan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fisip USU
Bapak Drs. Muhammad Husni Thamrin M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi
M.SP, atas segala dedikasi dan bimbingannya.
3. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP sebagai dosen penguji saya. Terima kasih
telah meluangkan waktu dan bimbingannya sehingga skripsi saya
4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip USU, terima kasih
atas segalanya dan atas semua dedikasi yang telah diberikan, serta seluruh
karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Kak Dian dan Kak Mega
atas segala keikhlasan, kemudahan birokrasi, dan keramahannya.
5. Kedua orang tua saya, Ir. Berton Edward Lumban Tobing, M.Si dan Roria
Panggabean, BA, atas segala pengertiannya, kasih sayang yang begitu
melimpah, doa yang tak henti-hentinya mengiringi, dan dukungan yang
tulus yang menjadi motivasi dan kekuatan bagi penulis untuk mengerjakan
semua proses perkuliahan hingga sampai tahap ini. I love you dad, I love
you mom!
6. Saudara dan saudariku tersayang, Novietta Tobing, Soni Tobing, Eva
Sitompul, Mahalia Silitonga, juga Putra Simorangkir atas doa, semangat,
serta dukungannya. Terima kasih atas segala bantuan kalian. I love you,
papoys!
7. Sahabat dan wanita-wanita cantik Administrasi Negara 2009, Sri Amelia
Girsang, Febrianti Manihuruk, Nurul Hidayah, Ulfa Purba, Sortauli Purba,
dan Nur Fitri Lubis yang sudah berbagi suka duka, membantu, mengajari,
dan menemani selama masa-masa perkuliahan. Terima kasih atas segala
kebaikanmu.
8. Pria-pria tampan Administrasi Negara 2009, Syahprizal Tambunan, Benny
Sianturi, Bontor Tambunan, Mianhot Pandiangan, Rio Tambunan, Suheri
Siregar, Jaka Panggabean, Widodo Sihotang, Doly Parman, Waldy
memberikan semangat dan banyak membantu selama masa-masa
perkuliahan.
9. Guru-guru Sekolah Minggu GMI Jemaat Kanaan Medan Selatan, Miss
Minstyn, Miss Tika, Miss Carla, Miss Tiwi, Sir Wesly, Sir David, Mam
Kitty, dan Mam Pandia yang selalu menyemangati penulis dalam
mengerjakan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan semangat yang telah
diberikan.
10.Ibu Elly Novita Dewi Ginting selaku Fasilitator Kecamatan, Bapak
Mariono selaku Penanggung jawab Operasional Kecamatan, Kakak Yessi
Pinem selaku Bendahara Unit Pengelola Kegiatan, Ibu Ernita Barus selaku
Anggota Tim Verifikasi, serta Bapak Riduan Meliala selaku Kepala Desa
Tigalingga dan seluruh ibu-ibu anggota kelompok SPP Desa Tigalingga
yang telah meluangkan waktu untuk saya. Terima kasih atas segala
bantuan dan kerjasamanya.
11.Kepada Tulang Todo Panggabean dan Nantulang , Tulang Togos
Panggabean dan Nantulang, serta adik Febriyanti, Yoga, Joseph, Kezia dan
Rahel yang sudah membantu dan menemani saya selama meneliti di
Sidikalang. Terima kasih atas waktu dan segala bantuan yang telah
diberikan dalam proses wawancara peneliti.
12.Sahabat-sahabat sepanjang masa, Veronica Sitompul, Grace Simanjuntak,
Margaretha Simanjuntak, Prisquila Sembiring, Anna Tarigan, Henny
Sibagariang, Widya Sirait, dan Elfa Siahaan atas semangat-semangat yang
13.Seluruh kawan-kawan Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat saya
disebutkan satu-persatu, para senior, dan juga junior Administrasi Negara.
14.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
atas semua kerjasamanya, semoga kita diberi umur panjang sehingga suatu
saat kita berjumpa lagi.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak
pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 15
2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 15
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ... 18
2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 19
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19
2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 22
2.2.3 Strategi Pemberdayaan ... 23
2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ... 24
2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan ... 25
2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ... 25
2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 26
2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan ... 28
2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) ... 30
2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 30
2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31
2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31
2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat ... 32
2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal ... 33
2.4.6 Peraturan Pinjaman ... 34
2.4.7 Sanksi dan Denda ... 35
2.5 Defenisi Konsep ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 38
3.2 Lokasi Penelitian ... 38
3.3 Informan Penelitian ... 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Teknik Analisis Data ... 41
3.6 Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 43
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Tigalingga ... 45
4.4 Organisasi Pemerintahan Desa ... 49
4.5 Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan ... 50
4.5.1 Pelaku di Pedesaan ... 50
4.5.2 Pelaku di Kecamatan ... 53
4.6 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Desa Tigalingga ... 56
5.1.1 Karakteristik Informan ... 64
5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan
Jenis Kelamin ... 66
5.1.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 66
5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan
Pendidikan ... 67
5.1.2 Hasil Wawancara Efektivitas Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan di Desa Tigalingga ... 68
5.2 Analisis Data ... 86
5.2.1 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan
Pencapaian Tujuan ... 86
5.2.2 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan
Ketepatan Waktu ... 91
5.2.3 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan
Manfaat Yang Diperoleh ... 94
5.2.4 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan
Hasil Yang Dicapai ... 99
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
6.1 Kesimpulan ... 101
6.2 Saran ... 103
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun
Anggaran 2012-2013 ... 9
Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun di Desa Tigalingga ... 45
Tabel 4.2 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Tigalingga ... 46
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 48
Tabel 4.5 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57
Tabel 4.6 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57
Tabel 4.7 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58
Tabel 4.8 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58
Tabel 4.9 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59
Tabel 4.10 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59
Tabel 4.11 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60
Tabel 4.12 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60
Tabel 4.13 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61
Tabel 4.14 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61
Tabel 4.15 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62
Tabel 4.16 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62
Tabel 4.17 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 63
Tabel 5.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 5.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 67
ABSTRAK
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).
Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia
masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk
dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak
lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini
gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi oleh bangsa Indonesia (Suharto, 2006).
Di Indonesia, program-program pembangunan yang dilaksanakan selama
ini telah memberikan perhatian yang besar terhadap upaya pengentasan
kemiskinan. Contohnya seperti Inpres desa tertinggal, pemberian Bantuan
Langsung Tunai (BLT), Raskin, kompensasi BBM, pengembangan desa
tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan
program lainnya. Namun, dari berbagai program yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaannya dan belum efektif menanggulangi kemiskinan. Menurut Ritonga,
pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program
penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya
penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit
pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan dan memperburuk
moral dan perilaku masyarakat miskin. Faktor kedua adalah kurangnya
pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga
program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu
kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal
(http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37-ekonomi/114-mengapa-kemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html di akses pada tanggal
12/04/2013).
Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus
dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan
yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program
Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program
pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan
masyarakat terbesar di tanah air. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali
mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur
masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan
evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif,
kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang
ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai
subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Petunjuk Teknis Operasional Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, 2011).
Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada
menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong
manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam
semesta. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden
mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu
langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik, dan tidak ada
kebocoran. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan,
diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah
kemiskinan serta lebih mandiri dan mempunyai kekuatan (power) dalam
memberdayakan kehidupan mereka.
PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan (RIS
PNPM) yang ditujukan untuk peningkatan akses masyarakat miskin di perdesaan
terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, PNPM Mandiri Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM Mandiri PISEW) yang merupakan
bagian dari PNPM inti yang ditujukan untuk mengatasi ketimpangan antar
wilayah melalui Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat, PNPM Mandiri
Perkotaan yang ditujukan untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di
perkotaan, serta PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan program untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di
daerah pedesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme
dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil
dilaksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan
pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitas kegiatan dan
Selama pelaksanaan PPK (PPK I, PPK II, PPK III dan PNPM PPK) sejak
1998-2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau
lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada tahun 2007, pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32
provinsi. Pada 2010, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 4.805
kecamatan di 32 provinsi. Dan pada 2012, berdasarkan ancar-ancar Daftar Lokasi
dan Alokasi BLM PNPM Mandiri TA 2012, pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan meliputi 5.146 kecamatan di 32 provinsi (Paket Informasi PNPM
Mandiri 2012-2013).
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana
sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan
dan pelestariannya. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan fasilitasi
pemberdayaan masyarakat atau kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan,
serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program
ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, dan pinjaman dari
Bank Dunia. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat
(APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di
untuk membangun sarana dan prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman
bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti
kesehatan dan pendidikan.
Program PNPM Mandiri Perdesaan bukan hanya berkisar pada individu
yang miskin tapi juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan
program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat
terjangkau dengan baik. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan secara garis besar
terbagi dalam lima jenis kegiatan, yaitu kegiatan infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan peningkatan
kapasitas Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Salah satu jenis kegiatan yang
dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan
kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok
usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal dan
penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan yang sering
disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).
Proses pembangunan akan berjalan optimal jika berlandaskan pada
pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kesetaraan gender. Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan pembangunan milenium (MDGs) di Indonesia
yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Permasalahan
gender sebenarnya bertumpu pada ketidaksetaraan dan ketidakadian peran dan
beban antara laki-laki dengan perempuan, dimana peranan perempuan agak
dikesampingkan sehingga mereka tidak dapat menyalurkan potensi yang mereka
miliki terutama untuk peningkatan taraf hidup mereka sehingga menghambat
adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki. Laki-laki dianggap
kaum yang derajatnya lebih tinggi dari pada perempuan, sehingga laki-laki
memiliki hak yang lebih besar baik dalam mengatur rumah tangga, memperoleh
pendidikan, mengeluarkan pendapat, maupun dalam pengambilan keputusan. Hal
ini tentunya menyebabkan perempuan menjadi kaum marjinal yang selalu
terpinggir dan tergusur.
Menurut Yunus, perempuan miskin terbukti lebih cepat menyesuaikan diri
dan jauh lebih baik dalam proses membangun kemandirian ketimbang laki-laki.
Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk
membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Ketika mendapat
penghasilan, prioritas pertama perempuan adalah menyiapkan kehidupan yang
lebih baik bagi anak-anak dan rumah tangganya. Sebaliknya, laki-laki cenderung
memprioritaskan segala sesuatu untuk dirinya. Jadi salah satu cara untuk
mencapai pembangunan yang baik dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan
memberdayakan perempuan dan adanya kesetaraan peranan dan beban antara
laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek kehidupan. Menurut Yunus, salah
satunya adalah dengan pemberian kredit mikro bagi perempuan miskin.
(http://ayahaan.wordpress.com/2009/05/23/surat-untuk-wakil-rakyat/)
SPP merupakan pinjaman modal usaha tanpa agunan dalam bentuk
perguliran dengan kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman melalui
pembentukan kelompok perempuan. SPP memberikan fasilitas kredit yang mudah
untuk perkembangan UMKM dengan memfokuskan pada pemberdayaan
perempuan. SPP memperoleh alokasi dana maksimal 25% dari total dana BLM
Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, namun harus mempertimbangkan
hasil verifikasi kelayakan kelompok. Selain itu dana atau modal usaha yang
diperuntukan dan dapat di akses oleh kelompok SPP adalah dana bergulir yaitu
dana pinjaman yang telah dikelola dari dana BLM sebelumnya.
SPP sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses bantuan
pinjaman dana dengan jasa pengembalian (bunga) dan proses pencairan yang
mudah. Caranya cukup dengan membentuk kelompok yang terdiri dari kaum
perempuan yang memiliki rencana untuk pengembangan usaha serta menunjukan
identitas yang bersangkutan berupa KTP atau surat keterangan domisili dan
mengisi formulir yang sudah disiapkan dalam bentuk proposal pinjaman. Setelah
dilakukan verifikasi oleh tim yang ditentukan dan ditetapkan melalui forum
Musyawah Antar Kecamatan (MAD), maka dana tersebut sudah bisa dicairkan.
Satu kelompok minimal terdiri dari sepuluh orang anggota yang mana nantinya
pinjaman tersebut akan dibagikan kepada masing-masing anggota. Pengembalian
pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan selama satu tahun ditambah dengan
bunga pinjaman menurun. Keharusan individu berkelompok dengan individu yang
lainnya dalam melakukan kegiatan SPP menyebabkan terciptanya mekanisme
kontrol antara anggota satu dengan anggota lainnya dalam sebuah kelompok.
Kabupaten Dairi termasuk dalam daerah yang memperoleh dana bantuan
PNPM Mandiri Perdesaan. Sejak dimulai dari tahun 2007, PNPM-MP telah
mendanai sembilan kecamatan di Kabupaten Dairi yaitu Kecamatan Sumbul,
Tigalingga, Siempat Nempu, Silima Pungga-Pungga, Siempat Nempu Hulu,
Siempat Nempu Hilir, Gunung Sitember, dan Pegagan Hilir. Tahun 2012,
hanya Rp 900 juta, dengan total Rp 24,9 miliar (Daftar Lokasi dan Alokasi Dana
PNPM TA 2012).
Menurut Kepala Bidang Pembinaan Kehidupan Masyarakat yang juga
Penanggung Jawab Operasional Kabupaten PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten
Dairi, Patiur Gurning, secara umum pelaksanaan program PNPM di Kabupaten
Dairi berjalan baik dan peran serta masyarakat cukup tinggi. Kehadiran program
PNPM di Kabupaten Dairi telah membawa perubahan kepada masyarakat dan
sangat membantu ekonomi warga, menuju kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Begitu juga dengan perkembangan SPP di Kabupaten Dairi saat ini
yang dinilai sudah cukup baik. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah dana
setiap tahun yang digulirkan kepada anggota kelompok. Secara umum SPP
tersebut digunakan untuk kebutuhan pertanian dan pengembangan industri rumah
tangga (home industry). Gurning menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil pantauan
selama ini, SPP telah membawa perubahan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Terutama seperti yang sudah dikembangkan
kelompok perempuan di Desa Sumbul Tengah Kecamatan Tigalingga yaitu
kerajinan tangan (menenun) Ulos Karo. Usaha ini sudah berkembang sehingga
telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga anggota kelompok SPP itu
sendiri. (Harian Medan Bisnis, 26 April 2012 http://www.medanbisnisdaily.com
diakses pada 12/04/2013).
Kecamatan Tigalingga merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Dairi dengan realisasi dan perkembangan kegiatan sejak adanya
PNPM Mandiri Perdesaan yang berjalan dengan baik atas dukungan masyarakat
ini terlihat dari antusiasnya masyarakat dalam berpartisipasi dalam segala tahapan,
baik tahapan perencanaan maupun pada tahapan pelaksanaan. Untuk Kecamatan
Tigalingga, tingkat perkembangan SPP dari tahun ke tahun semakin berkembang.
Sejak tahun 2007 Kecamatan Tigalingga memiliki 11 kelompok SPP. Pada tahun
2011, terdapat 57 kelompok SPP di Kecamatan Tigalingga. Pada tahun 2012,
kelompok SPP meningkat lagi menjadi 96 kelompok. Dan pada tahun 2013,
tercatat sebanyak 105 kelompok SPP dengan penambahan kelompok baru dan
juga kelompok lama yang sudah dua kali bahkan lima kali periode peminjaman
dari kegiatan SPP. (Laporan Pertanggungjawaban Unit Pengelola Kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, 2012).
Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun Anggaran 2012-2013
No Nama Desa Sumber : Laporan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigalingga Tahun
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan
desa dengan jumlah kelompok SPP yang tergolong tinggi dan mengalami
peningkatan. Selain itu, Desa Tigalingga juga menerima alokasi pinjaman yang
terbesar dibandingkan dengan desa lainnya dan mengalami peningkatan dari tahun
2012 ke tahun 2013. Dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa
dengan kegiatan SPP yang terus meningkat dan berkembang secara signifikan jika
dibandingkan dengan desa lainnya. Peningkatan jumlah kelompok SPP
menunjukkan adanya partisipasi masyarakat Desa Tigalingga dalam PNPM
Mandiri Perdesaan khususnya kegiatan SPP. Partisipasi ini menunjukkan adanya
kemauan masyarakat terutama perempuan di Desa Tigalingga untuk
meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui kegiatan simpan pinjam. Selain
itu, besarnya alokasi pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok SPP
yang ada di Desa Tigalingga menunjukkan bahwa kegiatan simpan pinjam sangat
diminati oleh masyarakat Desa Tigalingga terutama perempuan.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Kegiatan SPP memiliki
tujuan mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, memberikan
kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui
pendanaan modal usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam
oleh kaum perempuan. Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam kelompok
Perempuan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan
tersebut dapat tercapai dengan waktu yang telah ditentukan dan memberikan
manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya pada kehidupan anggota
mengetahui efektifitas Simpan Pinjam Perempuan PNPM Mandiri Pedesaaan di
Desa Tigalingga. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian
yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP)
PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi”
1.2 Fokus Masalah
Penelitian memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam
melakukan penelitian. Peneliti melakukan fokus masalah yang akan diteliti karena
begitu banyak teori dalam ilmu sosial dengan persepsi yang berbeda-beda
sehingga perlu dilakukan fokus masalah agar menjadi acuan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian di lapangan.
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana efektivitas pelaksanaan dari kegiatan Simpan Pinjam kelompok
Perempuan (SPP) yang telah dilakukan di Desa Tigalingga. Kegiatan SPP dinilai
efektif atau tidak dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dari
program yang dilaksanakan, dan dari hasil yang telah dicapai. Peneliti akan
mencoba melihat sejauh mana SPP memberikan kesempatan kaum perempuan
untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya dan mendorong penguatan
kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan di Desa Tigalingga.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
“Bagaimana Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri
Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi?”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan PNPM
Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan
kerangka berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah.
3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa pada
khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini.
4. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi
masyarakat dan pemerintah desa yang sedang mendapat bantuan PNPM
1.6 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan
judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif,
lokasi penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian,
instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode
analisis data yang dingunakan, pengujian keabsahan data,
jadwal waktu dan tahap pelaksanaan penelitian, dan
implementasi metode penelitian
Bab IV : Temuan Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik
lokasi penelitian yang ditemukan di lapangan
Bab V : Analisis Temuan Penelitian
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan
Bab VI : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian
yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.
Menurut Handayaningrat (1983) efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal serupa juga dinyatakan
oleh Sigit (2003), bahwa efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan organisasi
dapat tercapai.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Mahsun (2006), yang mengatakan
bahwa efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan operasional dikatakan
efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan.
Sementara itu, menurut Richard M. Steers (1980), efektivitas merupakan
suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh
tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya. Pernyataan Steers menegaskan
bahwa efektivitas adalah tujuan akhir dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi
yang rasional, akan mengarahkan segala tindakannya untuk mencapai tujuan yang
tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut dikatakan efektif. Namun
sebaliknya, bila tujuan dan sasaran tidak dapat tercapai tepat pada waktunya,
maka program tersebut dikatakan tidak efektif.
Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas
memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Hani Handoko (1993) mengatakan bahwa efektivitas
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat pelayanan dan derajat
kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas. Ukuran ini tidak
mempertimbangkan berapa biaya, tenaga dan waktu yang digunakan dalam
memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan pada tercapainya tujuan
organisasi pelayanan publik.
Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah
tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada
waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan
untuk berbagai kegiatan (Siagian, 1992). Dari pendapat Siagian tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian
kegiatan tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dan suatu kegiatan
dikatakan tidak efektif apabila penyelesaian atau penacapaian tujuan tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya bila ditinjau dari aspek manfaat, maka Steers (Zainun, 1991)
mendefenisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan
manfaat dalam organisasi dengan segala cara. Ia menekankan bahwa semakin
Dengan demikian suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya.
Bila ditinjau dari hasil yang dicapai, Sarwito (1987) mengatakan bahwa
efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik atau mutu dan
kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Secara rinci dapat dikatakan
bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dikatakan efektif apabila aktivitas atau
perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki atau
direncanakan.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis menyimpulkan bahwa terdapat empat unsur dalam efektivitas, yaitu :
1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat
mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila
penyelesaian atau pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Manfaat, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya.
4. Hasil, yaitu adanya hasil dari program yang telah terlaksana sesuai dengan
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang
berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang
terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Adapun pendekatan
terhadap efektivitas adalah (Putra, 2001) :
1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran yang
hendak dicapai.
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang
dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam
sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi
efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem
suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai
hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan
diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan
dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal
berjalan dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan
secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan
melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan
terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan
tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.
4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)
Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan diatas yang
muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing
pendekatan.
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan dan
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok,
dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai (Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Margono Slamet (2000) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat
adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa hingga masyarakat
memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa
adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eksternal,
masyarakat harus dijadikan subjek bukan objek.
Menurut Suharto (2006), pemberdayaan menunjuk pada kemampuan
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai
kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Mereka adalah kelompok yang
pada umumnya kurang memiliki keberdayaan. Oleh karena itu, untuk melengkapi
pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok
lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat
dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
1. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,
penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah
4. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu
masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok
minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat,
adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.
Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan
sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara
maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan,
yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali
kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan
(empowering) pihak yang diberdayakan dengan pengalaman merancang,
melaksanakan, dan memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi
(Kartasamita, 1996).
Kartasasmita juga menyebutkan bahwa terdapat tiga sisi dalam upaya
memberdayakan masyarakat, yaitu:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah
peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
3. Melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi
yang kuat atas yang lemah.
2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat
tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan
subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian,
menurut Kartasamita (1996) pemberdayaan masyarakat harus mengikuti
pendekatan sebagai berikut:
1. Upaya harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini
ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh
masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang
akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut
efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta
kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,
mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan
ekonominya.
3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika
penanganannya dilakukan secara individu. Oleh karena itu pendekatan
kelompok ini adalah paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber
daya juga lebih efisien.
2.2.3 Strategi Pemberdayaan
Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, Suharto (2006) mengatakan
terdapat lima strategi pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu:
1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan
harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural
dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu
menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin
yang menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan
lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap
kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala
jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak
terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan
terpinggirkan.
5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
berusaha.
2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang
digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat di perdesaan. Dalam
pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,
pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan
kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikembangkan dari
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998
yang selama ini dinilai berhasil (Pedoman Umum Program Nasional
Program pendukung PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari:
1. PNPM Generasi
2. PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan
3. PNPM Mandiri RESPEK (Papua)
4. PNPM Mandiri BKPG (Aceh)
5. PNPM Integrasi/P2SPP
6. PNPM Mandiri Respek Pertanian
7. PNPM Mandiri Pasca Bencana
8. PNPM Mandiri Pasca Krisis
2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber
daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:
1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan
2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi masyarakat.
2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan
Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa
tujuan khusus. Berdasarkan pedoman tersebut, dapat ditarik bahwa tujuan umum
PNPM Mandiri Perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di Perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Sedangkan tujuan khususnya meliputi:
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumberdaya lokal.
3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif.
4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat.
5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.
7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan pedesaan.
2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan
Sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012), PNPM Mandiri
mempunyai prinsip yang selalu menjadi landasan dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan yang akan diambil diyakini mampu mendorong
terwujudnya tujuan PNPM Mandiri. Prinsip PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari
penekanan terhadap prinsip-prinsip yang telah ada dan dilakukan sebelumnya
dalam PPK atau PNPM PPK. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Bertumpu pada Pembangunan Manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
2. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara swakelola.
3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral
dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat,
sesuai dengan kapasitasnya.
4. Berorientasi pada Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan,
harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan
kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
5. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam
setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara
gotong-royong menjalankan pembangunan.
6. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan
secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat miskin.
8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun
administratif.
9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan
bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi
antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat
ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan
Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) disebutkan bahwa
dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan terdapat komponen-komponen
kegiatan yang merupakan unsur utama yang harus ada di dalam setiap program
PNPM Mandiri Perdesaan. Komponen-komponen tersebut adalah :
1. Pengembangan Masyarakat. Serangkaian kegiatan untuk membangun
kesadaran kritis masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah
dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian,
2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Berbentuk dana stimulan
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk
membiayai sebagian kegiatan yang telah direncanakan oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal Serangkaian kegiatan
untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal atau
pemangku kepentingan lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang
kondusif dan sinergi positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin
dalam menjalani kehidupannya secara layak. Kegiatan terkait dalam
komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan
lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program. Komponen bantuan
pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk
mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam
pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.
2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Pedoman Umum
PNPM Mandiri (2012), pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:
1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial, dan ekonomi secara padat karya;
2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro
yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam
memanfaatkan dana bergulir ini;
3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang
bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;
4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan
keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
Di dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (2011)
dijelaskan bahwa kegiatan SPP memiliki dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun kedua tujuan tersebut adalah:
1. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi
kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha
skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan
memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong
pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha.
b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah
tangga melalui pendanaan modal usaha.
2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
Prinsip Simpan Pinjam kelompok Perempuan merupakan acuan dalam
setiap pola tindakan dan kebijakan bagi pelaksanaan kegiatan SPP. Adapun yang
menjadi prinsip SPP adalah (Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri
Perdesaan, 2011) :
1. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat
mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.
2. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok
yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam
pengelolaan simpan dan pengelolaan pinjam.
3. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang
professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian
dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.
4. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi
pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan
aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.
5. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus
dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
Di dalam pelaksanaan kegiatan SPP, terdapat dua sumber pendanaan yang
diterima oleh SPP. Pendanaan tersebut antara lain (Standar Operasional Prosedur
Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :
1. Bantuan Langsung Mandiri (BLM). SPP memperoleh alokasi dana
2. Dana bergulir. Merupakan dana yang berasal dari dana BLM PNPM
Mandiri Perdesaan yang telah dikembalikan ke UPK sebagai pengelola
dan digulirkan kembali ke masyarakat. Dana perguliran SPP hanya dapat
digunakan untuk pendanaan kegiatan SPP.
2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kelompok perempuan
yang ingin menerima manfaat dana pinjaman dari SPP. Di dalam Standar
Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa syarat-syarat kelompok tersebut
adalah:
1. Kelompok beranggotakan seluruhnya perempuan.
2. Kelompok sudah berumur 1 tahun dan memiliki pengalaman mengelola
simpan pinjam minimal 1 tahun dan berpotensi untuk berkembang.
3. Kelompok telah memiliki kepengurusan yang jelas (Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Anggota)
4. Kelompok telah melaksanakan pertemuan rutin minimal sekali dalam satu
bulan.
5. Kelompok telah memiliki aturan kelompok secara tertulis (Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)
6. Kelompok beranggotakan minimal 7 orang penerima manfaat dan
maksimal 20 orang
7. Kelompok tidak memiliki anggota yang tumpang tindih dengan anggota
8. Kelompok tidak beranggotakan hanya keluarga dekat seperti nenek, ibu,
putri, menantu, dll.
2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal
Untuk mengajukan proposal pinjaman, kelompok perempuan harus
melalui tahapan-tahapan yang telah diterapkan dalam mekanisme pelaksanaan
SPP dengan ketentuan sebagai berikut (Standar Operasional Prosedur Perguliran
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :
1. Kelompok calon penerima manfaat mengajukan proposal pinjaman ke
UPK yang diketahui dan disetujui oleh Kepala Desa, dengan melampirkan:
a. Surat permohonan kredit.
b. Daftar pengurus dan anggota kelompok
c. Rekapitulasi data peminjam dan besar pinjaman yang diajukan
d. Rencana angsuran kelompok
e. Aturan-aturan kelompok atau AD/ART
f. Surat pernyataan kesediaan anggota kelompok tanggung renteng
g. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lain yang masih
berlaku.
h. Foto copy Rekening tabungan kelompok jika ada.
2. Setelah proposal tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka
usulan kelompok diverifikasi oleh Tim Verifikasi sesuai tahapan verifikasi
(Mengacu pada SOP Tim Verifikasi)
3. Setelah proses Verifikasi selesai maka BKAD menggelar MAD Perguliran
yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa, unsur lembaga desa, BKAD,
4. Kelompok yang lolos verifikasi berhak mengikuti MAD untuk dibuat
perangkingan dikaitkan dengan daftar tunggu kelompok
5. Kelompok yang tidak lolos verifikasi, mendapatkan pembinaan dan
penguatan untuk kemudian mengambil kesempatan ikut MAD berikutnya
6. Dalam MAD itu, kelompok lama yang baik (tidak menunggak),
mendapatkan prioritas dibandingkan kelompok baru, dan juga
dirangkingkan diantara mereka
7. BKAD mengajukan ke Camat untuk menerbitkan Surat Penetapan Camat
2.4.6 Peraturan Pinjaman
Pada dasarnya besar pinjaman kelompok disesuai dengan kebutuhan dan
jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok atau anggota serta kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman. Akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan prinsip
pengelolaan perguliran dana SPP ditentukan aturan sebagai berikut (Standar
Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM
Mandiri, 2012) :
1. Besar pinjaman kelompok baru ditetapkan maksimal Rp. 30.000.000,-
2. Besar pinjaman kedua dapat dilakukan sesudah pinjaman pertama telah
lunas, besar pinjaman kedua disesuaikan dengan kebutuhan kelompok.
3. Besaran pinjaman anggota juga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
anggota untuk melunasi pinjaman, akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan
prinsip pengelolaan perguliran dana maka ditetapkan pinjaman anggota
kelompok maksimal Rp 10.000.000,-
4. Jangka waktu pinjaman maksimal 12 bulan
Angsuran pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok penerima manfaat dengan salah satu pola berikut :
1. Angsuran Pokok dan Bunga setiap bulan
2. Angsuran Pokok per dua bulan dan Bunga per bulan
3. Angsuran Pokok per tiga bulan dan Bunga per bulan
4. Angsuran Pokok per empat bulan dan Bunga per bulan
5. Angsuran Pokok per enam bulan dan Bunga per bulan
Pengembalian atau penyetoran pinjaman (Pokok + Bunga) ke UPK
dilakukan secara kolektif. Pengembalian pinjaman dibayarkan pemanfaat kepada
pengurus kelompok (atau yang ditunjuk) untuk disetorkan kepada UPK melalui
bendahara UPK. Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah maksimal 12 bulan
atau kurang sejak tanggal penerimaan dana.
2.4.7 Sanksi dan Denda
Di dalam Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan PNPM Mandiri (2012) dijelaskan beberapa sanksi dan
denda bagi kelompok maupun anggota kelompok yang tidak mematuhi peraturan
yang telah diatur di dalam SPP. Adapun sanksi dan denda tersebut adalah:
1. Bagi kelompok anggota yang pengembaliannya kurang dari 100 % maka
kelompok atau anggota tersebut tidak berhak untuk mendapatkan
perguliran berikutnya.
2. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengembalian pinjaman sebagaimana
pasal 12 diatas, maka akan dikenakan denda sebesarnya 0,5 % perbulan
3. Bagi kelompok atau anggota yang menungak lebih dari 6 kali angsuran
maka kelompok atau anggota tersebut harus memberikan jaminan fisik
yang nilainya sesuai dengan nilai tunggakan pinjaman, yang disertai
dengan surat pernyataan penyerahan jaminan.
2.5 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi
pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995). Konsep menegaskan dan
menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk
mengomunikasikan hasil-hasil penelitian (Suyanto, 2008). Agar memperoleh
pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis
mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :
1. Efektivitas adalah keberhasilan suatu program untuk dapat melaksanakan
seluruh kegiatan atau aktivitasnya dalam rangka mencapai sasaran atau
tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
3. PNPM Mandiri Perdesaan adalah kebijakan atau program yang
dikeluarkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang
dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis pemberdayaan
4. Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan
pemberian modal usaha berupa simpan pinjam untuk kelompok perempuan
dengan tujuan untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan
pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan
untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui pendanaan modal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Nawawi (2002) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan
perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta yang telah diselidiki
sebagai mana adanya dengan interpretasi rasional dan akurat.
Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan
mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga,
Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Desa Tigalingga merupakan salah satu desa
yang mendapat dana dari PNPM Mandiri Pedesaan dengan alokasi dana pinjaman
SPP terbesar dan jumlah kelompok SPP yang terbanyak jika dibandingkan dengan
desa-desa lainnya di Kecamatan Tigalingga. Kajian penulis berhubungan dengan
Efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan, karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di desa Tigalingga karena dianggap sebagai lokasi
3.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif istilah populasi dan sampel tidak digunakan.
Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari
tempat, pelaku dan aktivitas yang bersinergis. Dan sampel bukan responden akan
tetapi narasumber atau partisipan yang dapat membantu peneliti menjawab
permasalahan penelitian. Karenanya ia harus mempunyai banyak pengalaman
tentang latar penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menentukan informan kunci dengan
menggunakan teknik purpose sampling yaitu, penentuan informan tidak
didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan
tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka yang
menjadi informan dalam penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :
1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kecamatan (FK)
dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK).
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah Unit
Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Verifikasi (TV), Kepala Desa Tigalingga,
dan perempuan yang menjadi anggota kelompok Simpan Pinjam kelompok
Perempuan.
3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bukan
anggota kelompok SPP.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau keterangan maupun informasi yang
diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya
langsung secara bertatap muka. Namun, teknik wawancara dapat juga
dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon
dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview) yang
merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap
informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.
b. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam
hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati,
kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu