• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

EFEKTIVITAS SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN

(SPP) PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA TIGALINGGA

KECAMATAN TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI

Oleh :

Decy Christien Lumban Tobing

090903056

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas keselamatan dan

kasih karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh

proses penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan

Tigalingga Kabupaten Dairi”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Adminitrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis

menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat

bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan juga bimbingan

dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan

skripsi ini. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing atas ketulusan dan

kerendahan hati mencurahkan ilmu pengetahuan dan kesabarannya dalam

membimbing penulis serta memberikan masukan dalam penyelesaian

skripsi ini.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fisip USU

Bapak Drs. Muhammad Husni Thamrin M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi

M.SP, atas segala dedikasi dan bimbingannya.

3. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP sebagai dosen penguji saya. Terima kasih

telah meluangkan waktu dan bimbingannya sehingga skripsi saya

(4)

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip USU, terima kasih

atas segalanya dan atas semua dedikasi yang telah diberikan, serta seluruh

karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Kak Dian dan Kak Mega

atas segala keikhlasan, kemudahan birokrasi, dan keramahannya.

5. Kedua orang tua saya, Ir. Berton Edward Lumban Tobing, M.Si dan Roria

Panggabean, BA, atas segala pengertiannya, kasih sayang yang begitu

melimpah, doa yang tak henti-hentinya mengiringi, dan dukungan yang

tulus yang menjadi motivasi dan kekuatan bagi penulis untuk mengerjakan

semua proses perkuliahan hingga sampai tahap ini. I love you dad, I love

you mom!

6. Saudara dan saudariku tersayang, Novietta Tobing, Soni Tobing, Eva

Sitompul, Mahalia Silitonga, juga Putra Simorangkir atas doa, semangat,

serta dukungannya. Terima kasih atas segala bantuan kalian. I love you,

papoys!

7. Sahabat dan wanita-wanita cantik Administrasi Negara 2009, Sri Amelia

Girsang, Febrianti Manihuruk, Nurul Hidayah, Ulfa Purba, Sortauli Purba,

dan Nur Fitri Lubis yang sudah berbagi suka duka, membantu, mengajari,

dan menemani selama masa-masa perkuliahan. Terima kasih atas segala

kebaikanmu.

8. Pria-pria tampan Administrasi Negara 2009, Syahprizal Tambunan, Benny

Sianturi, Bontor Tambunan, Mianhot Pandiangan, Rio Tambunan, Suheri

Siregar, Jaka Panggabean, Widodo Sihotang, Doly Parman, Waldy

(5)

memberikan semangat dan banyak membantu selama masa-masa

perkuliahan.

9. Guru-guru Sekolah Minggu GMI Jemaat Kanaan Medan Selatan, Miss

Minstyn, Miss Tika, Miss Carla, Miss Tiwi, Sir Wesly, Sir David, Mam

Kitty, dan Mam Pandia yang selalu menyemangati penulis dalam

mengerjakan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan semangat yang telah

diberikan.

10.Ibu Elly Novita Dewi Ginting selaku Fasilitator Kecamatan, Bapak

Mariono selaku Penanggung jawab Operasional Kecamatan, Kakak Yessi

Pinem selaku Bendahara Unit Pengelola Kegiatan, Ibu Ernita Barus selaku

Anggota Tim Verifikasi, serta Bapak Riduan Meliala selaku Kepala Desa

Tigalingga dan seluruh ibu-ibu anggota kelompok SPP Desa Tigalingga

yang telah meluangkan waktu untuk saya. Terima kasih atas segala

bantuan dan kerjasamanya.

11.Kepada Tulang Todo Panggabean dan Nantulang , Tulang Togos

Panggabean dan Nantulang, serta adik Febriyanti, Yoga, Joseph, Kezia dan

Rahel yang sudah membantu dan menemani saya selama meneliti di

Sidikalang. Terima kasih atas waktu dan segala bantuan yang telah

diberikan dalam proses wawancara peneliti.

12.Sahabat-sahabat sepanjang masa, Veronica Sitompul, Grace Simanjuntak,

Margaretha Simanjuntak, Prisquila Sembiring, Anna Tarigan, Henny

Sibagariang, Widya Sirait, dan Elfa Siahaan atas semangat-semangat yang

(6)

13.Seluruh kawan-kawan Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat saya

disebutkan satu-persatu, para senior, dan juga junior Administrasi Negara.

14.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas semua kerjasamanya, semoga kita diberi umur panjang sehingga suatu

saat kita berjumpa lagi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak

pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 15

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 15

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ... 18

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.2.3 Strategi Pemberdayaan ... 23

2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ... 24

2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 26

2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan ... 28

(8)

2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) ... 30

2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 30

2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31

2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31

2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat ... 32

2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal ... 33

2.4.6 Peraturan Pinjaman ... 34

2.4.7 Sanksi dan Denda ... 35

2.5 Defenisi Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Informan Penelitian ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Teknik Analisis Data ... 41

3.6 Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 43

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Tigalingga ... 45

4.4 Organisasi Pemerintahan Desa ... 49

4.5 Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan ... 50

4.5.1 Pelaku di Pedesaan ... 50

4.5.2 Pelaku di Kecamatan ... 53

4.6 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Desa Tigalingga ... 56

(9)

5.1.1 Karakteristik Informan ... 64

5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 66

5.1.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 66

5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan

Pendidikan ... 67

5.1.2 Hasil Wawancara Efektivitas Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan di Desa Tigalingga ... 68

5.2 Analisis Data ... 86

5.2.1 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Pencapaian Tujuan ... 86

5.2.2 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Ketepatan Waktu ... 91

5.2.3 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Manfaat Yang Diperoleh ... 94

5.2.4 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Hasil Yang Dicapai ... 99

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

6.1 Kesimpulan ... 101

6.2 Saran ... 103

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun

Anggaran 2012-2013 ... 9

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun di Desa Tigalingga ... 45

Tabel 4.2 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Tigalingga ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 48

Tabel 4.5 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57

Tabel 4.6 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57

Tabel 4.7 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58

Tabel 4.8 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58

Tabel 4.9 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59

Tabel 4.10 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59

Tabel 4.11 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60

Tabel 4.12 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60

Tabel 4.13 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61

Tabel 4.14 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61

Tabel 4.15 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62

Tabel 4.16 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62

Tabel 4.17 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 63

Tabel 5.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 5.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 67

(11)

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di

tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk

dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak

lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini

gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih

dihadapi oleh bangsa Indonesia (Suharto, 2006).

Di Indonesia, program-program pembangunan yang dilaksanakan selama

ini telah memberikan perhatian yang besar terhadap upaya pengentasan

kemiskinan. Contohnya seperti Inpres desa tertinggal, pemberian Bantuan

Langsung Tunai (BLT), Raskin, kompensasi BBM, pengembangan desa

tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan

program lainnya. Namun, dari berbagai program yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam

pelaksanaannya dan belum efektif menanggulangi kemiskinan. Menurut Ritonga,

pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan

program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program

penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya

penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit

(13)

pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan dan memperburuk

moral dan perilaku masyarakat miskin. Faktor kedua adalah kurangnya

pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga

program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu

kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal

(http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37-ekonomi/114-mengapa-kemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html di akses pada tanggal

12/04/2013).

Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus

dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan

yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program

Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program

pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan

masyarakat terbesar di tanah air. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali

mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur

masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan

evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai

subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Petunjuk Teknis Operasional Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, 2011).

Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada

(14)

menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong

manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam

semesta. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden

mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu

langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik, dan tidak ada

kebocoran. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan,

diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah

kemiskinan serta lebih mandiri dan mempunyai kekuatan (power) dalam

memberdayakan kehidupan mereka.

PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan (RIS

PNPM) yang ditujukan untuk peningkatan akses masyarakat miskin di perdesaan

terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, PNPM Mandiri Pengembangan

Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM Mandiri PISEW) yang merupakan

bagian dari PNPM inti yang ditujukan untuk mengatasi ketimpangan antar

wilayah melalui Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat, PNPM Mandiri

Perkotaan yang ditujukan untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di

perkotaan, serta PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan program untuk

mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di

daerah pedesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme

dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil

dilaksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan

pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitas kegiatan dan

(15)

Selama pelaksanaan PPK (PPK I, PPK II, PPK III dan PNPM PPK) sejak

1998-2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau

lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada tahun 2007, pelaksanaan

PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32

provinsi. Pada 2010, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 4.805

kecamatan di 32 provinsi. Dan pada 2012, berdasarkan ancar-ancar Daftar Lokasi

dan Alokasi BLM PNPM Mandiri TA 2012, pelaksanaan PNPM Mandiri

Perdesaan meliputi 5.146 kecamatan di 32 provinsi (Paket Informasi PNPM

Mandiri 2012-2013).

Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak

terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses

perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana

sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan

dan pelestariannya. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan fasilitasi

pemberdayaan masyarakat atau kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan,

serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program

ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, dan pinjaman dari

Bank Dunia. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat

(APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di

(16)

untuk membangun sarana dan prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman

bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti

kesehatan dan pendidikan.

Program PNPM Mandiri Perdesaan bukan hanya berkisar pada individu

yang miskin tapi juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan

program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat

terjangkau dengan baik. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan secara garis besar

terbagi dalam lima jenis kegiatan, yaitu kegiatan infrastruktur, pendidikan,

kesehatan, Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan peningkatan

kapasitas Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Salah satu jenis kegiatan yang

dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan

kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok

usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal dan

penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan yang sering

disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Proses pembangunan akan berjalan optimal jika berlandaskan pada

pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kesetaraan gender. Hal ini

sesuai dengan salah satu tujuan pembangunan milenium (MDGs) di Indonesia

yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Permasalahan

gender sebenarnya bertumpu pada ketidaksetaraan dan ketidakadian peran dan

beban antara laki-laki dengan perempuan, dimana peranan perempuan agak

dikesampingkan sehingga mereka tidak dapat menyalurkan potensi yang mereka

miliki terutama untuk peningkatan taraf hidup mereka sehingga menghambat

(17)

adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki. Laki-laki dianggap

kaum yang derajatnya lebih tinggi dari pada perempuan, sehingga laki-laki

memiliki hak yang lebih besar baik dalam mengatur rumah tangga, memperoleh

pendidikan, mengeluarkan pendapat, maupun dalam pengambilan keputusan. Hal

ini tentunya menyebabkan perempuan menjadi kaum marjinal yang selalu

terpinggir dan tergusur.

Menurut Yunus, perempuan miskin terbukti lebih cepat menyesuaikan diri

dan jauh lebih baik dalam proses membangun kemandirian ketimbang laki-laki.

Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk

membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Ketika mendapat

penghasilan, prioritas pertama perempuan adalah menyiapkan kehidupan yang

lebih baik bagi anak-anak dan rumah tangganya. Sebaliknya, laki-laki cenderung

memprioritaskan segala sesuatu untuk dirinya. Jadi salah satu cara untuk

mencapai pembangunan yang baik dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan

memberdayakan perempuan dan adanya kesetaraan peranan dan beban antara

laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek kehidupan. Menurut Yunus, salah

satunya adalah dengan pemberian kredit mikro bagi perempuan miskin.

(http://ayahaan.wordpress.com/2009/05/23/surat-untuk-wakil-rakyat/)

SPP merupakan pinjaman modal usaha tanpa agunan dalam bentuk

perguliran dengan kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman melalui

pembentukan kelompok perempuan. SPP memberikan fasilitas kredit yang mudah

untuk perkembangan UMKM dengan memfokuskan pada pemberdayaan

perempuan. SPP memperoleh alokasi dana maksimal 25% dari total dana BLM

(18)

Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, namun harus mempertimbangkan

hasil verifikasi kelayakan kelompok. Selain itu dana atau modal usaha yang

diperuntukan dan dapat di akses oleh kelompok SPP adalah dana bergulir yaitu

dana pinjaman yang telah dikelola dari dana BLM sebelumnya.

SPP sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses bantuan

pinjaman dana dengan jasa pengembalian (bunga) dan proses pencairan yang

mudah. Caranya cukup dengan membentuk kelompok yang terdiri dari kaum

perempuan yang memiliki rencana untuk pengembangan usaha serta menunjukan

identitas yang bersangkutan berupa KTP atau surat keterangan domisili dan

mengisi formulir yang sudah disiapkan dalam bentuk proposal pinjaman. Setelah

dilakukan verifikasi oleh tim yang ditentukan dan ditetapkan melalui forum

Musyawah Antar Kecamatan (MAD), maka dana tersebut sudah bisa dicairkan.

Satu kelompok minimal terdiri dari sepuluh orang anggota yang mana nantinya

pinjaman tersebut akan dibagikan kepada masing-masing anggota. Pengembalian

pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan selama satu tahun ditambah dengan

bunga pinjaman menurun. Keharusan individu berkelompok dengan individu yang

lainnya dalam melakukan kegiatan SPP menyebabkan terciptanya mekanisme

kontrol antara anggota satu dengan anggota lainnya dalam sebuah kelompok.

Kabupaten Dairi termasuk dalam daerah yang memperoleh dana bantuan

PNPM Mandiri Perdesaan. Sejak dimulai dari tahun 2007, PNPM-MP telah

mendanai sembilan kecamatan di Kabupaten Dairi yaitu Kecamatan Sumbul,

Tigalingga, Siempat Nempu, Silima Pungga-Pungga, Siempat Nempu Hulu,

Siempat Nempu Hilir, Gunung Sitember, dan Pegagan Hilir. Tahun 2012,

(19)

hanya Rp 900 juta, dengan total Rp 24,9 miliar (Daftar Lokasi dan Alokasi Dana

PNPM TA 2012).

Menurut Kepala Bidang Pembinaan Kehidupan Masyarakat yang juga

Penanggung Jawab Operasional Kabupaten PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten

Dairi, Patiur Gurning, secara umum pelaksanaan program PNPM di Kabupaten

Dairi berjalan baik dan peran serta masyarakat cukup tinggi. Kehadiran program

PNPM di Kabupaten Dairi telah membawa perubahan kepada masyarakat dan

sangat membantu ekonomi warga, menuju kepada peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Begitu juga dengan perkembangan SPP di Kabupaten Dairi saat ini

yang dinilai sudah cukup baik. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah dana

setiap tahun yang digulirkan kepada anggota kelompok. Secara umum SPP

tersebut digunakan untuk kebutuhan pertanian dan pengembangan industri rumah

tangga (home industry). Gurning menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil pantauan

selama ini, SPP telah membawa perubahan kepada masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraannya. Terutama seperti yang sudah dikembangkan

kelompok perempuan di Desa Sumbul Tengah Kecamatan Tigalingga yaitu

kerajinan tangan (menenun) Ulos Karo. Usaha ini sudah berkembang sehingga

telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga anggota kelompok SPP itu

sendiri. (Harian Medan Bisnis, 26 April 2012 http://www.medanbisnisdaily.com

diakses pada 12/04/2013).

Kecamatan Tigalingga merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Dairi dengan realisasi dan perkembangan kegiatan sejak adanya

PNPM Mandiri Perdesaan yang berjalan dengan baik atas dukungan masyarakat

(20)

ini terlihat dari antusiasnya masyarakat dalam berpartisipasi dalam segala tahapan,

baik tahapan perencanaan maupun pada tahapan pelaksanaan. Untuk Kecamatan

Tigalingga, tingkat perkembangan SPP dari tahun ke tahun semakin berkembang.

Sejak tahun 2007 Kecamatan Tigalingga memiliki 11 kelompok SPP. Pada tahun

2011, terdapat 57 kelompok SPP di Kecamatan Tigalingga. Pada tahun 2012,

kelompok SPP meningkat lagi menjadi 96 kelompok. Dan pada tahun 2013,

tercatat sebanyak 105 kelompok SPP dengan penambahan kelompok baru dan

juga kelompok lama yang sudah dua kali bahkan lima kali periode peminjaman

dari kegiatan SPP. (Laporan Pertanggungjawaban Unit Pengelola Kegiatan PNPM

Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, 2012).

Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun Anggaran 2012-2013

No Nama Desa Sumber : Laporan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigalingga Tahun

(21)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan

desa dengan jumlah kelompok SPP yang tergolong tinggi dan mengalami

peningkatan. Selain itu, Desa Tigalingga juga menerima alokasi pinjaman yang

terbesar dibandingkan dengan desa lainnya dan mengalami peningkatan dari tahun

2012 ke tahun 2013. Dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa

dengan kegiatan SPP yang terus meningkat dan berkembang secara signifikan jika

dibandingkan dengan desa lainnya. Peningkatan jumlah kelompok SPP

menunjukkan adanya partisipasi masyarakat Desa Tigalingga dalam PNPM

Mandiri Perdesaan khususnya kegiatan SPP. Partisipasi ini menunjukkan adanya

kemauan masyarakat terutama perempuan di Desa Tigalingga untuk

meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui kegiatan simpan pinjam. Selain

itu, besarnya alokasi pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok SPP

yang ada di Desa Tigalingga menunjukkan bahwa kegiatan simpan pinjam sangat

diminati oleh masyarakat Desa Tigalingga terutama perempuan.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Kegiatan SPP memiliki

tujuan mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, memberikan

kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui

pendanaan modal usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam

oleh kaum perempuan. Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam kelompok

Perempuan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan

tersebut dapat tercapai dengan waktu yang telah ditentukan dan memberikan

manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya pada kehidupan anggota

(22)

mengetahui efektifitas Simpan Pinjam Perempuan PNPM Mandiri Pedesaaan di

Desa Tigalingga. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian

yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP)

PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

1.2 Fokus Masalah

Penelitian memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam

melakukan penelitian. Peneliti melakukan fokus masalah yang akan diteliti karena

begitu banyak teori dalam ilmu sosial dengan persepsi yang berbeda-beda

sehingga perlu dilakukan fokus masalah agar menjadi acuan bagi peneliti dalam

melakukan penelitian di lapangan.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana efektivitas pelaksanaan dari kegiatan Simpan Pinjam kelompok

Perempuan (SPP) yang telah dilakukan di Desa Tigalingga. Kegiatan SPP dinilai

efektif atau tidak dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dari

program yang dilaksanakan, dan dari hasil yang telah dicapai. Peneliti akan

mencoba melihat sejauh mana SPP memberikan kesempatan kaum perempuan

untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya dan mendorong penguatan

kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan di Desa Tigalingga.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

(23)

“Bagaimana Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri

Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi?”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan PNPM

Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan

kerangka berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah.

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa pada

khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini.

4. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi

masyarakat dan pemerintah desa yang sedang mendapat bantuan PNPM

(24)

1.6 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan

judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif,

lokasi penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian,

instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode

analisis data yang dingunakan, pengujian keabsahan data,

jadwal waktu dan tahap pelaksanaan penelitian, dan

implementasi metode penelitian

Bab IV : Temuan Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik

lokasi penelitian yang ditemukan di lapangan

Bab V : Analisis Temuan Penelitian

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan

(25)

Bab VI : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian

yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas

untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan

kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

Menurut Handayaningrat (1983) efektivitas adalah pengukuran dalam arti

tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal serupa juga dinyatakan

oleh Sigit (2003), bahwa efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan organisasi

dapat tercapai.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Mahsun (2006), yang mengatakan

bahwa efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan operasional dikatakan

efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir

kebijakan.

Sementara itu, menurut Richard M. Steers (1980), efektivitas merupakan

suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh

tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya. Pernyataan Steers menegaskan

bahwa efektivitas adalah tujuan akhir dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi

yang rasional, akan mengarahkan segala tindakannya untuk mencapai tujuan yang

(27)

tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut dikatakan efektif. Namun

sebaliknya, bila tujuan dan sasaran tidak dapat tercapai tepat pada waktunya,

maka program tersebut dikatakan tidak efektif.

Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas

memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan atau sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Hani Handoko (1993) mengatakan bahwa efektivitas

merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat pelayanan dan derajat

kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas. Ukuran ini tidak

mempertimbangkan berapa biaya, tenaga dan waktu yang digunakan dalam

memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan pada tercapainya tujuan

organisasi pelayanan publik.

Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah

tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada

waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan

untuk berbagai kegiatan (Siagian, 1992). Dari pendapat Siagian tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian

kegiatan tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dan suatu kegiatan

dikatakan tidak efektif apabila penyelesaian atau penacapaian tujuan tidak sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya bila ditinjau dari aspek manfaat, maka Steers (Zainun, 1991)

mendefenisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan

manfaat dalam organisasi dengan segala cara. Ia menekankan bahwa semakin

(28)

Dengan demikian suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut

memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan

kebutuhannya.

Bila ditinjau dari hasil yang dicapai, Sarwito (1987) mengatakan bahwa

efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik atau mutu dan

kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Secara rinci dapat dikatakan

bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dikatakan efektif apabila aktivitas atau

perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki atau

direncanakan.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis menyimpulkan bahwa terdapat empat unsur dalam efektivitas, yaitu :

1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat

mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila

penyelesaian atau pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

3. Manfaat, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut

memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan

kebutuhannya.

4. Hasil, yaitu adanya hasil dari program yang telah terlaksana sesuai dengan

(29)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang

berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa

berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang

terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang

kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Adapun pendekatan

terhadap efektivitas adalah (Putra, 2001) :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran yang

hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang

dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam

sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi

efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem

suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai

hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan

diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat

(30)

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan

dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal

berjalan dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan

secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan

melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan

terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan

tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan diatas yang

muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing

pendekatan.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan dan

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok,

dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai

pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

yang dicapai (Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(31)

Margono Slamet (2000) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat

adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa hingga masyarakat

memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa

adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eksternal,

masyarakat harus dijadikan subjek bukan objek.

Menurut Suharto (2006), pemberdayaan menunjuk pada kemampuan

orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai

kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan

memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b)

berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka.

Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Mereka adalah kelompok yang

pada umumnya kurang memiliki keberdayaan. Oleh karena itu, untuk melengkapi

pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok

lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat

dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:

1. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,

maupun etnis.

2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,

penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah

(32)

4. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu

masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok

minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat,

adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan

sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara

maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan,

yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali

kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan

(empowering) pihak yang diberdayakan dengan pengalaman merancang,

melaksanakan, dan memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi

(Kartasamita, 1996).

Kartasasmita juga menyebutkan bahwa terdapat tiga sisi dalam upaya

memberdayakan masyarakat, yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa

setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa

daya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah

peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,

(33)

3. Melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah

menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi

yang kuat atas yang lemah.

2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat

tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan

subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian,

menurut Kartasamita (1996) pemberdayaan masyarakat harus mengikuti

pendekatan sebagai berikut:

1. Upaya harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini

ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang

dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh

masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang

akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut

efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta

kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,

mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan

ekonominya.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri

(34)

dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika

penanganannya dilakukan secara individu. Oleh karena itu pendekatan

kelompok ini adalah paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber

daya juga lebih efisien.

2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, Suharto (2006) mengatakan

terdapat lima strategi pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu:

1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan

harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural

dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu

menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin

yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya

persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan

lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap

kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala

jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

(35)

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak

terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan

terpinggirkan.

5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

berusaha.

2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang

digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri

Perdesaan ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat di perdesaan. Dalam

pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,

pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan

kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikembangkan dari

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998

yang selama ini dinilai berhasil (Pedoman Umum Program Nasional

(36)

Program pendukung PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari:

1. PNPM Generasi

2. PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan

3. PNPM Mandiri RESPEK (Papua)

4. PNPM Mandiri BKPG (Aceh)

5. PNPM Integrasi/P2SPP

6. PNPM Mandiri Respek Pertanian

7. PNPM Mandiri Pasca Bencana

8. PNPM Mandiri Pasca Krisis

2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri

untuk memobilisasi sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber

daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan

2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan

ekonomi masyarakat.

2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa

(37)

tujuan khusus. Berdasarkan pedoman tersebut, dapat ditarik bahwa tujuan umum

PNPM Mandiri Perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kesempatan kerja masyarakat miskin di Perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan pedesaan.

2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012), PNPM Mandiri

mempunyai prinsip yang selalu menjadi landasan dalam setiap pengambilan

keputusan maupun tindakan yang akan diambil diyakini mampu mendorong

terwujudnya tujuan PNPM Mandiri. Prinsip PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari

(38)

penekanan terhadap prinsip-prinsip yang telah ada dan dilakukan sebelumnya

dalam PPK atau PNPM PPK. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1. Bertumpu pada Pembangunan Manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk

berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan

secara swakelola.

3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral

dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat,

sesuai dengan kapasitasnya.

4. Berorientasi pada Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan,

harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan

kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam

setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara

gotong-royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam

menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan

secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang

(39)

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun

administratif.

9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan

bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi

antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat

ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan

Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) disebutkan bahwa

dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan terdapat komponen-komponen

kegiatan yang merupakan unsur utama yang harus ada di dalam setiap program

PNPM Mandiri Perdesaan. Komponen-komponen tersebut adalah :

1. Pengembangan Masyarakat. Serangkaian kegiatan untuk membangun

kesadaran kritis masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah

dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian,

(40)

2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Berbentuk dana stimulan

keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk

membiayai sebagian kegiatan yang telah direncanakan oleh masyarakat

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal Serangkaian kegiatan

untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal atau

pemangku kepentingan lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang

kondusif dan sinergi positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin

dalam menjalani kehidupannya secara layak. Kegiatan terkait dalam

komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan

lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program. Komponen bantuan

pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk

mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam

pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,

pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Pedoman Umum

PNPM Mandiri (2012), pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan

penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:

1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,

sosial, dan ekonomi secara padat karya;

2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro

(41)

yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam

memanfaatkan dana bergulir ini;

3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang

bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui

penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan

keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Di dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (2011)

dijelaskan bahwa kegiatan SPP memiliki dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun kedua tujuan tersebut adalah:

1. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha

skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan

memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong

pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha.

b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah

tangga melalui pendanaan modal usaha.

(42)

2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Prinsip Simpan Pinjam kelompok Perempuan merupakan acuan dalam

setiap pola tindakan dan kebijakan bagi pelaksanaan kegiatan SPP. Adapun yang

menjadi prinsip SPP adalah (Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri

Perdesaan, 2011) :

1. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

2. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam

pengelolaan simpan dan pengelolaan pinjam.

3. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang

professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian

dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

4. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi

pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

5. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus

dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Di dalam pelaksanaan kegiatan SPP, terdapat dua sumber pendanaan yang

diterima oleh SPP. Pendanaan tersebut antara lain (Standar Operasional Prosedur

Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :

1. Bantuan Langsung Mandiri (BLM). SPP memperoleh alokasi dana

(43)

2. Dana bergulir. Merupakan dana yang berasal dari dana BLM PNPM

Mandiri Perdesaan yang telah dikembalikan ke UPK sebagai pengelola

dan digulirkan kembali ke masyarakat. Dana perguliran SPP hanya dapat

digunakan untuk pendanaan kegiatan SPP.

2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat

Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kelompok perempuan

yang ingin menerima manfaat dana pinjaman dari SPP. Di dalam Standar

Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa syarat-syarat kelompok tersebut

adalah:

1. Kelompok beranggotakan seluruhnya perempuan.

2. Kelompok sudah berumur 1 tahun dan memiliki pengalaman mengelola

simpan pinjam minimal 1 tahun dan berpotensi untuk berkembang.

3. Kelompok telah memiliki kepengurusan yang jelas (Ketua, Sekretaris,

Bendahara dan Anggota)

4. Kelompok telah melaksanakan pertemuan rutin minimal sekali dalam satu

bulan.

5. Kelompok telah memiliki aturan kelompok secara tertulis (Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)

6. Kelompok beranggotakan minimal 7 orang penerima manfaat dan

maksimal 20 orang

7. Kelompok tidak memiliki anggota yang tumpang tindih dengan anggota

(44)

8. Kelompok tidak beranggotakan hanya keluarga dekat seperti nenek, ibu,

putri, menantu, dll.

2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal

Untuk mengajukan proposal pinjaman, kelompok perempuan harus

melalui tahapan-tahapan yang telah diterapkan dalam mekanisme pelaksanaan

SPP dengan ketentuan sebagai berikut (Standar Operasional Prosedur Perguliran

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :

1. Kelompok calon penerima manfaat mengajukan proposal pinjaman ke

UPK yang diketahui dan disetujui oleh Kepala Desa, dengan melampirkan:

a. Surat permohonan kredit.

b. Daftar pengurus dan anggota kelompok

c. Rekapitulasi data peminjam dan besar pinjaman yang diajukan

d. Rencana angsuran kelompok

e. Aturan-aturan kelompok atau AD/ART

f. Surat pernyataan kesediaan anggota kelompok tanggung renteng

g. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lain yang masih

berlaku.

h. Foto copy Rekening tabungan kelompok jika ada.

2. Setelah proposal tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka

usulan kelompok diverifikasi oleh Tim Verifikasi sesuai tahapan verifikasi

(Mengacu pada SOP Tim Verifikasi)

3. Setelah proses Verifikasi selesai maka BKAD menggelar MAD Perguliran

yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa, unsur lembaga desa, BKAD,

(45)

4. Kelompok yang lolos verifikasi berhak mengikuti MAD untuk dibuat

perangkingan dikaitkan dengan daftar tunggu kelompok

5. Kelompok yang tidak lolos verifikasi, mendapatkan pembinaan dan

penguatan untuk kemudian mengambil kesempatan ikut MAD berikutnya

6. Dalam MAD itu, kelompok lama yang baik (tidak menunggak),

mendapatkan prioritas dibandingkan kelompok baru, dan juga

dirangkingkan diantara mereka

7. BKAD mengajukan ke Camat untuk menerbitkan Surat Penetapan Camat

2.4.6 Peraturan Pinjaman

Pada dasarnya besar pinjaman kelompok disesuai dengan kebutuhan dan

jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok atau anggota serta kemampuan untuk

mengembalikan pinjaman. Akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan prinsip

pengelolaan perguliran dana SPP ditentukan aturan sebagai berikut (Standar

Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM

Mandiri, 2012) :

1. Besar pinjaman kelompok baru ditetapkan maksimal Rp. 30.000.000,-

2. Besar pinjaman kedua dapat dilakukan sesudah pinjaman pertama telah

lunas, besar pinjaman kedua disesuaikan dengan kebutuhan kelompok.

3. Besaran pinjaman anggota juga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

anggota untuk melunasi pinjaman, akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan

prinsip pengelolaan perguliran dana maka ditetapkan pinjaman anggota

kelompok maksimal Rp 10.000.000,-

4. Jangka waktu pinjaman maksimal 12 bulan

(46)

Angsuran pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

kelompok penerima manfaat dengan salah satu pola berikut :

1. Angsuran Pokok dan Bunga setiap bulan

2. Angsuran Pokok per dua bulan dan Bunga per bulan

3. Angsuran Pokok per tiga bulan dan Bunga per bulan

4. Angsuran Pokok per empat bulan dan Bunga per bulan

5. Angsuran Pokok per enam bulan dan Bunga per bulan

Pengembalian atau penyetoran pinjaman (Pokok + Bunga) ke UPK

dilakukan secara kolektif. Pengembalian pinjaman dibayarkan pemanfaat kepada

pengurus kelompok (atau yang ditunjuk) untuk disetorkan kepada UPK melalui

bendahara UPK. Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah maksimal 12 bulan

atau kurang sejak tanggal penerimaan dana.

2.4.7 Sanksi dan Denda

Di dalam Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan PNPM Mandiri (2012) dijelaskan beberapa sanksi dan

denda bagi kelompok maupun anggota kelompok yang tidak mematuhi peraturan

yang telah diatur di dalam SPP. Adapun sanksi dan denda tersebut adalah:

1. Bagi kelompok anggota yang pengembaliannya kurang dari 100 % maka

kelompok atau anggota tersebut tidak berhak untuk mendapatkan

perguliran berikutnya.

2. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengembalian pinjaman sebagaimana

pasal 12 diatas, maka akan dikenakan denda sebesarnya 0,5 % perbulan

(47)

3. Bagi kelompok atau anggota yang menungak lebih dari 6 kali angsuran

maka kelompok atau anggota tersebut harus memberikan jaminan fisik

yang nilainya sesuai dengan nilai tunggakan pinjaman, yang disertai

dengan surat pernyataan penyerahan jaminan.

2.5 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi

pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995). Konsep menegaskan dan

menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk

mengomunikasikan hasil-hasil penelitian (Suyanto, 2008). Agar memperoleh

pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis

mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :

1. Efektivitas adalah keberhasilan suatu program untuk dapat melaksanakan

seluruh kegiatan atau aktivitasnya dalam rangka mencapai sasaran atau

tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya

peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.

3. PNPM Mandiri Perdesaan adalah kebijakan atau program yang

dikeluarkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang

dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis pemberdayaan

(48)

4. Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan

pemberian modal usaha berupa simpan pinjam untuk kelompok perempuan

dengan tujuan untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan

pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan

untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui pendanaan modal

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut

Nawawi (2002) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan

perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat

penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta yang telah diselidiki

sebagai mana adanya dengan interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan

menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan

mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga,

Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Desa Tigalingga merupakan salah satu desa

yang mendapat dana dari PNPM Mandiri Pedesaan dengan alokasi dana pinjaman

SPP terbesar dan jumlah kelompok SPP yang terbanyak jika dibandingkan dengan

desa-desa lainnya di Kecamatan Tigalingga. Kajian penulis berhubungan dengan

Efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan, karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian di desa Tigalingga karena dianggap sebagai lokasi

(50)

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif istilah populasi dan sampel tidak digunakan.

Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari

tempat, pelaku dan aktivitas yang bersinergis. Dan sampel bukan responden akan

tetapi narasumber atau partisipan yang dapat membantu peneliti menjawab

permasalahan penelitian. Karenanya ia harus mempunyai banyak pengalaman

tentang latar penelitian.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menentukan informan kunci dengan

menggunakan teknik purpose sampling yaitu, penentuan informan tidak

didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan

tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka yang

menjadi informan dalam penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi

informan kunci dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kecamatan (FK)

dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK).

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah Unit

Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Verifikasi (TV), Kepala Desa Tigalingga,

dan perempuan yang menjadi anggota kelompok Simpan Pinjam kelompok

Perempuan.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi

(51)

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bukan

anggota kelompok SPP.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau keterangan maupun informasi yang

diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini

akan dilakukan dengan :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya

langsung secara bertatap muka. Namun, teknik wawancara dapat juga

dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon

dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview) yang

merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap

informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam

hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati,

kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan
Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun di Desa Tigalingga
Tabel 4.2 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Tigalingga
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tentang Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Klambu.. Tugas-tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam

210.000 dan berada dalam klasifikasi tidak miskin, Berdasarkan perbandingan pendapatan perkapita dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) masyarakat desa Kemawi kecamatan

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi kegiatan SPP adalah umur, besarnya pinjaman, pengalaman usaha, pendidikan formal, jumlah

Untuk mengukur pengawasan program simpan pinjam perempuan (SPP) ini menggunakan karakteristik pengawasan menurut Handoko : 1) Akurat, 2) Tepat Waktu, 3) Objektif

1) Untuk menganalisis tingkat pemerataan pemberian modal usaha Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. 2) Untuk

1) Tingkat pemahaman tujuan kegiatan adalah jumlah anggota simpan pinjam kelompok perempuan yang paham akan tujuan kegiatan seperti yang tercantum dalam petunjuk

Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan telah terlaksana di Kecamatan Siantan Kabupaten

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi kegiatan SPP adalah umur, besarnya pinjaman, pengalaman usaha, pendidikan formal, jumlah