• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Protein Pada Susu Kental Manis Kemasan Dengan Menggunakan Metode Kjedahl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Protein Pada Susu Kental Manis Kemasan Dengan Menggunakan Metode Kjedahl"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 01 Kadar Protein

Kadar protein = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

Dimana :

V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel

V2 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko

N = Normalitas HCl 0,1 N

W = Berat sampel

Fp = Faktor pengenceran

Lampiran 02 Kadar Protein Sampel A

Sampel A

Kadar protein (1) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

= , − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 2,78%

Kadar protein (2) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

= , − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

(2)

Kadar protein (3) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 2,77%

Lampiran 03 Kadar Protein Sampel B

Sampel B

Kadar protein (1) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 1,71%

Kadar protein (2) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 1,85%

Kadar protein (3) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

(3)

Lampiran 04 Kadar Protein Sampel C

Sampel C

Kadar protein (1)

=

� −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 3,56 %

Kadar protein (2) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

= 3,57 %

Kadar protein (3) = � −� ×�× , ×��× ,

�×

×

%

=

, − , × , �× , × , × ,

, �×

×

%

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aak .(1995). Petunjuk Praktis Berternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 103-111

Bintang, M. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. Hal.100; 108– 110.

Budianto, A. K. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Malang: UMM Press. Hal. 55 – 63.

David W. Martin, Jr., MD. (1985) Harper’s Review Of Biochemistry. California:

Large Media. Hal. 40-41

Ellya, E. S. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media. Hal. 30 – 42.

Ernawati et al. (1986).Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi. Fakultas Peternakan : Institud Pertanian Bogor. Hal. 21-23

Hadiwiyoto, S. (1994).Pengujian Susu Mutu Dan Hasil Olahannya.Yogyakarta : Liberty. Hal. 131

Mochamad Adnan. (1984). Kimia Dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hal. 61

Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M. T. (2006).Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Hal. 81; 109 – 122.

Priyani.dan Mizawarti. (2006). Buku Ajar: Biokimia.Medan: Departemen Biologi USU. Halaman 72.

Soedarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 119 – 144.

Soeparno, Rihastuti, R.A, Indratiningsih, Triatmojo, S. (2011). Dasar Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 43 – 66.

(5)

BAB III

METODE PERCOBAAN 3.1. Alat-Alat

 Erlenmeyer 250 ml

 Gelas Piala

 Labu Ukur 100 ml

 Corong Kaca

 Buret

 Labu kjedahl 100 ml

 Labu Destilasi

 Statif Dan Klem

 Batu Didih

 Neraca Analitik

 Pipet Volume 25 ml

 Pipet Tetes

 Alat Penyulingan Dan Kelengkapannya

 Pembakaran

 Tabung reaksi

3..2 Bahan-bahan

 Bubuk Campuran Selen

 NaOH 40%

 HCl 0,01N

 Indikator Campuran (mengsel)

 H2SO4 pekat

 Larutan Asam Borat 2%

(6)

3.3. Prosedur Percobaan

 Ditimbang seksama 0,51 gram cuplikan , dimasukkan kedalam labu kjedahl 100

ml

 Ditambahkan 2 gr campuran selen dan 25 ml h2SO4 pekat

 Dipanaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau hijauan (sekitar 2 jam)

 Dibibiarkan dingin , kemudian encerkan dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml , tepatkan sampai tanda garis

 Dipipet 5 ml larutan dan masukkan kedalam alat penyuling , tambahkan 5 ml

NaOH 40%

 Disulingkan selama lebih kurang 10 menit , sebagai penampung gunakan 10 ml

larutan Asam borat 2 % yang telah dicampur indikatornya

 Dibilasi ujung pendingin dengan air suling

 Dititar dengan larutan Hcl 0,01N

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Dok.No.F-LP-107/1-I-00/14

LABORATORIUM PENGUJI

BARISTAND INDUSTRI MEDAN

(LP-BIM)

LEMBAR KERJA KADAR PROTEIN

METODE TITRIMETRI

Tahun : 2016 Makanan Minuman SNI 01-2891-1992

Nomor Perlakuan Berat

Contoh (g) V1 (ml) V2 (ml)

N HCL BM

Nitrogen

Fp Faktor

Protein

Kadar

Protein

(%)

1 Susu Kental

Manis

Enaak

3,1528 2,40 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 2,79

2 3,1014 2.35 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 2,77

3 3,0284 2,30 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 2,78

Rata-Rata 2,78

1 Susu Kental

Manis

Indomilk

3,5210 1,65 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 1,71

2 3,2496 1,50 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 1,69

3 3,3418 1,55 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 1,70

Rata-Rata 1,70

1 Susu Kental

Manis

Frisian Flag

2,4108 2,35 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 3,57

2 2,2531 2,20 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 3,57

3 2,7265 2,65 0,00 0,1045 14,007 4,0 6,25 1,56

(8)

4.2. Pembahasan

Dari penentuan kadar protein pada Susu Kental Manis kemasan dengan

menggunakan metode kjedahl sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) yang

dilakukan di Balai Riset Standarisasi (BARISTAND) Industri Medan, dimana untuk

mengetahui kadar protein pada yoghurt kemasan Susu Kental Manis Enaak, Susu

Kental Manis Indomilk, dan Susu Kental Manis Frisian flag dengan alat metode

kjedahl.

Ternyata dari hasil penentuan kadar protein yang telah dilakukan, didapatkan

hasil dengan rata-rata kadar protein sebesar 2,78%, 1,70%, dan 3,57%. Menurut SNI

01– 2971–1998, dinyatakan kadar protein pada Susu Kental Manis kemasan adalah

minimal 3,5%. Ini berarti yogurt kemasan yang menjadi sampel tidak memenuhi syarat

Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kadar protein susu kental manis sangat ditentukan oleh kualitas bahan

dasarnya, yaitu susu, semakin tinggi kadar protein susu semakin baik kualitas yogurt

yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perlu peningkatan kadar protein susu melalui

pemberian pakan yang berkualitas terhadap ternak sapi perah dan sistem pengolahan

susu itu sendiri, dan perlu diperhatikan juga dalam penambahan starter sebagai protein

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Hasil yang diperoleh dengan kadar rata-rata protein Susu Kental Manis

Kemasan A adalah 2,78 %, Susu Kental Manis Kemasan B adalah 1,70 %,

dan Susu Kental Manis kemasan C adalah 3,57% Kadar protein yang diperoleh

tidak sesuai dengan SNI 01–2981–1992, dimana persyaratan kadar protein susu

dinyatakan minimal 6,5%

 Kadar protein Susu Kental Manis sangat ditentukan oleh kualitas bahan

dasarnya, yaitu Susu sapi. Semakin tinggi kadar protein, semakin baik

kualitas susu yang dihasilkannya.

 Proses pengolhan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam,

berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah

pemasaran dan transportasi, serta meingkatkan nilai tukar dan daya guna bahan

mentahnya.

5.2 Saran

Para peneliti selanjutnya menggunakan metode analisis kuantitatif yang lain, seperti

Metode Lowry dalam menentukan mutu pada susu kental manis kemasan. Pengujian

tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui kelayakan suatu produk yang dipasarkan

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu

Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan

manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kecuali susu merupakan bahan asal untuk

produk olahan susu, seperti susu kental manis, susu bubuk, susu skim,butter, ice cream,

keju, yogurt dan lain-lain. Susu mudah rusak oleh lingkungan,baik oleh temperatur

udara ataupun udara sekitarnya, sehingga perlu perhatiankhusus untuk penanganan

pada waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahanagar diperoleh susu yang

berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telahditentukan dan masih layak

dikonsumsi (Soeparno, 2011).

Susu kental diperoleh dengan cara mengurangi (menguapkan) kandungan air

susu sampai kandungan airnya tinggi sekitar 40%. Dengan kadar air yang rendah ini

susu dapt tahan disimpan lama dalam keadaan baik. Apabila akan diminum, susu kental

harus diencerkan lagi dengan air panas atau air hangat.

Beberapa contoh jenis susu kental adalah : susu kental tidak manis, susu kental

manis, susu skim kental dank rim kental. Beda susu kental manis dengan susu kental

tidak manis adalah penambahan gula sehingga terasa manis.

Tahap pembuatan susu kental :

Penyaringan (klarifikasi)

(11)

Pemanasan untuk mengurangi kadar air susu sampai kadar tertentu

(Hadiwiyoto, S., 1994)

2.1.1 jenis-jenis air susu

Kita mengenal bebagai produk air susu, antara lain: sus segar, whole milk, susu

skim, fortified milk, concentrated milk, dan susu kering

A. Susu Segar

Susu segar ialah air susu hasil dari pemerahan yang tidak dikurangi atau

ditambahkan apapun, yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat secara

continue sampai apuh.

B. Whole Milk

Whole milk: raw milk, Fresh milk sebenarnya susu segar yang setidak-tidaknya

memiliki kandungan lemak 3,25% dan bahan kering tiada lemak (solid non fat)

8,25%.

Whole milk ini kemudian dipasteurisasi untuk membinasakan bakteri yang

mendatangkn penyakit.

C. Susu Skim

Susu skim adalah susu segar yang sdah dikurangi lemaknya menjadi 0,1%.

Sehingga susu bawah atau susu skim ini cocok untuk bayi.

D. Fortified Milk

Fortified skim adalah susu segar yang ditambahkan dengan vitamin-vitamin

dan mineral. Vitamin yang ditambahkan biasanya adalah vitamin D. Vitamin

(12)

E. Susu Konsentrat ( concentrated milk)

Susu Konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan ditempat khusus untuk

mengurangi kadar air sehingga menjadi susu yang kental. Susu konsentrat dapat

dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Susu kental tanpa gula (unsweeted condensed milk)

Adalah air susu segar yang sebagian airnya, yakni kurang lebih separuhnya

telah diuapakan didalam ruang hampa pada suhu 1240 - 1300 F.

2) Susu kental manis (sweet condensed milk)

Adalah susu segar yang lagsung ditambah gula terlebih dahulu kemudian

diuapkan seperti pada susu kental tanpa gula. Kadar tanpa gula ditambahkan

sebagai bahan pengawet adalah 40% - 44%, sedangkan kadar lemak nya

minimal 8,5% dan bahan kering tanpa lemak 28% . Susu kental ini tidak

baik untuk bayi, karena kandungan lemaknya tiggi.

F. Susu Kering ( Susu tepung)

Susu tepung meliputi susu tepung whole (whole milk) dan susu skim tepung.

Susu whole tepung adalah susu segar yang semua airnya diuapkan sehingga

tinggal tepung saja, kadar airnya tinggal 2%. Sedangkan susu skim tepung

adalah hasil dari susu segar yang kadar lemaknya telah dikurangi tinggal 0,1%

dan airnya diuapkan hingga tinggal 3%. Susu tersebut cocok untuk bayi karena

kandungan proteinnya tinggi dan adar lemaknya rendah. (Aak, 1995)

(13)

No. Jenis Uji Satuan

Persyaraan

I II

1. Keadaan

- Bau - Rasa - Warna - Konsistensi - - - - Normal Normal Putih sampai Kekuningan Kental dan homogen Normal Normal Sesuai ganda rasa yang ditambahkan Kental dan homogeny

2. Air (b/b) % 20 - 30 20 – 30

3. Abu (b/b) % 1,4 – 2,2 1,4 – 2,2

4. Protein (N x 6,37), (b/b) % 7 – 10 Min. 6,5

5. Lemak (b/b) % Min. 8,0 Min. 8,0

6. Laktosa (b/b) % Min. 10 Min. 10

7. Sakarosa (b/b) % 43 – 48 43 – 48

8.

8.1

8.2

Bahan tambahan makanan

(14)

Tidak boleh

ada

Tidak boleh

ada

9. Pati Tidak ternyata -

10. 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 Cemaran logam** Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg) mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks. 0,3 Maks. 20,0 Maks. 40,0 Maks. 40,0/250,0* Maks. 0,03 Maks. 0,3 Maks. 20,0 Maks. 40,0 Maks. 40,0/25,0* Maks. 0,03

11. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1

12

12.1

12.2.

Cemaran mikroba

Angka lempeng total

Bakteri coliform

Koloni/g

APM/g

Maks.1,0x104

Maks. 10

Maks. 1,0x104

Maks. 10

2.1.2 Berat Jenis Air Susu

Berat jenis air susu sangat dipengaruhi oleh susunan air itu sendiri

dan suhu lingkungan.

1) Pengaruh susuana air susu terhadap berat jenis.

Semakin tinggi bahan kering yang terkandung dalam air susu semakin

tinggi pula berat jenisnya. Sebaliknya semakin rendah bahan kering yang

(15)

2) Pengaruh suhu terhadap berat jenis

Semakin tinggi suhu lingkungan, maka per satuan volume air susu pun akan

mengembang pula, sehingga berat per satuan susu pun menurun.

Sebaliknya, pada suhu yang rendah air susu akan merapat atau memadat,

sehingga pengaruhnya per satuan volume air susu pun menjadi lebih berat

pula.

Oleh karena itu, untuk mengukur berat jenis air susu tersebut khususnya di

Indonesia ditetapkan pada suhu kamar (27,50C). Untuk mengukur berat

jenis yang dikehendaki, suhu harus disesuaikan terlebih dahulu yakni

27,50C. Air susu yang baik atau normal memiliki berat jenis 1,027 1,031

pada suhu 27,50C. (Aak, 1995)

2.1.3 Sifat – Sifat Air Susu

Air susu yang normal dan sehat memiliki sifat – sifat tertentu yang dapat

diamati pada warna susu, bau, rasa yang khas, berat jenis, dan derajat keasaman.

A. Warna air susu

Warna air susu yang sehat adalah putih kekuning – kuingan dan tidak

tembus cahaya. Keuning – kuningan berarti memiliki kandungan

vitamin A yang tinggi. Air susu yang warnanya agak merah atau biru,

apalagi encer seperti air berarti susu tersebut tidak normal.

(16)

Air susu yang normal atau murni memiliki bau khas, yag mudah

dibedakan dengan susu lain yang telah dipalsukan.

- Air susu yang berbau asan menunjukkan bahwa air susu tersebut

sudah basi.

- Air susu yang busuk menunjukkan bahwa air susu tersebut telah

rusak sama sekali.

- Air susu yang rasanya agak asin atau asam dan pahit, maka air susu

itu sudah mulai rusak

- Air susu yang masih murni, rasanya enak, gurih, sedikit manis, dan

agak berlemak.

C. Berat Jenis air susu dan derajat keasaman

Air susu yang normal memiliki Berat Jenis 1,027 – 1,031 pada suhu

kamar, dan derajat keasamannya 4,50– 7,50 SH. (Aak, 1990)

2.1.4 Syarat – Syarat Pemerahan

Setiap peternak sapi perah di dalamnya melakukan pemerahan harus berupaya

mendapatkan susu yang baik dan sehat. Maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan kesehatan sapi yang akan diperah

Semua sapi yang akan diperah harus diperiksa kemungkinan adanya penyakit

menular yang berbahaya bagi para konsumen

2) Kesehatan petugas

Setiap petugas pemerah perlu:

(17)

- Kuku – kuku tangan yang panjang harus dipotong

3) Kebersihan tempat dan peralatan yang akan dipakai

Kebersihan tempat dan peralata yang dipakai sangat mempengaruhi kebersihan

dan kesehatan air susu.

3) Kebersihan Sapi

Sapi yang akan diperah juga harus bersih. Air susu yang tercemar akan mudah

rusak.

4) Kebesihan Kamar Susu

Kamar tempat penampung susu harus bersih. Kamar susu yang baik harus

terletak disuatu tempat yang terpisah dari kandang.

5) Pemerahan Dilakukan Dalam Waktu Tertentu

Walaupun sapi bias diperah lebih dari dua kali sehari pada setiap saat, namun

pemerahan yang baik adalah ada jadwal waktu pemeraha secara teratur,

sehingga tidak menimbulkan stress pada sapi yang diperah. Apabila api itu

sehari diperah dua kali, pagi pada jam 5 dan sore pada jam 15.00, maka jadwal

tersebut harus dipertahankan. (Aak,1995)

2.2 Protein

Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yangsangat

bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta.Di samping berat molekulyang

berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula.Ada proteinyang

mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air (Poedjiadidan

(18)

2.2.1 Penggolongan Protein

Protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan terdapat disemua

sel. Protein merupakan polimer yang disusun oleh 20 macam asam aminostandar.

Rantai asam amino dihubungkan dengan ikatan kovalen yang spesifik.Struktur &

fungsi ditentukan oleh kombinasi, jumlah dan urutan asam aminosedangkan sifat fisik

dan kimiawi dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya.Penggolongan protein

berdasarkan strukturnya ada empat macam, yaitu strukturprimer, sekunder, tersier dan

kuarterner.Struktur primer (struktur utama), terdiri dari asam-asam amino

yangdihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida.Struktur Primer

ProteinStruktur sekunder, protein sudah mengalami interaksi intermolekul,

melaluirantai samping asam amino.Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi

oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu

bergantungpada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu:

α-heliksdan β-sheet.Struktur Sekunder Protein α-Heliks (A) dan β-Sheet (B)Struktur

tersier, terbentuk karena adanya pelipatan membentuk strukturyang kompleks.

Pelipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik, ikatan

hidrofobik, ikatan hidrofilik.Struktur Tersier ProteinStruktur kuartener, terbentuk dari

beberapa bentuk tersier, dengan kata lainmulti sub unit. Interaksi intermolekul antar

sub unit protein ini membentukstruktur keempat/kuartener.Struktur Kuarterner Protein.

2.2.2 Sifat-Sifat Protein

Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehinggamerupakan

(19)

dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu danmenghasilkan campuran

asam-asam amino (Yazid dan Nursanti, 2006).

Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisidan

jenis asam amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalamair akan

membentuk dispersi koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkanmelalui

membran semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapiada pula yang

sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarutorganik, seperti eter,

klorofom, atau benzena (Yazid dan Nursanti, 2006).

Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik danzat

kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan ataumodifikasi pada

struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapatmenyebabkan

terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik, danadanya bahan kimia

seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi terkadang berlangsung secara

reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung padapenyebabnya. Protein

yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitasbiologinya dan berkurang

kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Yazid danNursanti, 2006).

Molekul protein mempunyai gugus amino (–NH2) dan gugus karboksilat

(–COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai

banyak muatan (protoelektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi denganasam

dan basa. Jika dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino padaprotein akan

bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya,dalamlarutan

(20)

Adanya muatan pada molekul proteinmenyebabkan protein bergerak di bawah

pengaruh medan listrik (Yazid dan

Nursanti, 2006).

Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut

titikisoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan

positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan

nol.Akibatnya, protein tidak bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Pada

titikisoelektris, protein akan mengalami pengendapan atau pemurnian suatu

protein(Yazid dan Nursanti, 2006).

2.2.3 Manfaat Protein

Menurut (Priyani dan Mizawarti, 2006), protein berfungsi sebagai berikut:

1. Sebagai enzim yang mengkatalisis semua reaksi kimia dalam metabolism

2. Sebagai regulator untuk aktivitas enzim (merupakan komponen dari enzim

ataupun sebagai messanger kimia dalam hormon maupun reseptor untuk

hormon tersebut

3. Berperan dalam transpor berbagai senyawa penting, seperti ion logam, O2,

glukosa, lipid dan lain-lain.

4. Berperan dalam gerak, seperti kontraksi serabut otot ataupun gerakan mekanis

dalam pemisahan kromosom selama proses pembelahan sel

5. Dibutuhkan untuk fungsi sensor, rhodopsin, protein dalam retina, diperlukan

(21)

6. Berperan dalam sistem imun, immunoglobulin yang merupakan komponen

penting dalam sistem pertahanan hewan tingkat tinggi.

7. Bagian struktural yang memberikan sifat karakteristik kuat, keras

sepertikolagen yang merupakan penyusun tulang, tendon, maupun ligamen.

2.2.4 Urutan Atau Tingkatan Struktur Protein

1. Primer

Protein ini (atau polipeptida besar) terdiri atas 2 rantai polipeptida yang

berikatan secara kovalen dengan ikatan disulfide.

2. Sekunder

Struktur sekunder, hubungan ruang asam amino yang berdekatan pada struktur

primer.

3. Tersier

Susunan keseluruhan dan ubungan berbagai bagian atau domain dan residu

asam amino individual dari rantai polipeptida dinamakan struktr tersier protein.

4. Kuarter

Protein dikatakan mempunyai struktur kuarter jika protein terdiri dari 2 rantai

polipeptida atau lebih disatukan oleh gaya yang bukan ikatan kovalen.

Protein oligodinamik yang sering ditemukan mengandung 2 atau 4 protomer dan

masing – masing dinamakan dimer atau tetramer. (Martin W. 1985)

2.3 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein 2.3.1 Akibat Kekurangan Protein

(22)

Istilah “kwashiorkor” pertama kali diperkenalkan oleh Dr. CecilyWiliams pada tahun

1993 di Ghana, Afrika. Penyakit ini lebih banyakterdapat pada usia dua hingga tiga

tahun yang komposisi gizi makanannyatidak seimbang, terutama dalam hal protein

(Yuniastuti, 2008).

Menurut (Widodo, 2009 dan Ellya, 2010), gejala penyakitkwashiorkor adalah sebagai

berikut:

a. Pertumbuhan terhambat

b. Otot-otot berkurang dan lemah

c. Pembengkakan (edema) terutama pada perut (pembesaran hati), kaki dan

tangan

d. Muka bulat seperti bulan (moonface)

e. Gangguan psikomotorik

f. Nafsu makan berkurang

g. Rambut halus, jarang dan pirang kemerahan kusam

h. Kulit tampak kering (xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis-garis

permukaan yang jelas

i. Di daerah tungkai dan sikut terdapat kulit yang menunjukkan hiperpigmentasi dan

kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan dasar yang licin

berwarna putih mengkilat.

2. Marasmus

Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting (merusak).Marasmus

umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama)karena terlambat diberi

(23)

kelompok sosial ekonomi rendah disebagian besar negara sedang berkembang dan

lebih banyak darikwashiorkor (Yuniastuti, 2008).

Menurut (Widodo, 2009), gejala penyakit kwashiorkor adalah sebagaiberikut:

a. Pertumbuhan yang terhambat

b. Lemak dibawah kulit berkurang

c. Otot-otot berkurang dan melemah

d. Muka seperti orang tua (Oldman’s face)

2.3.2 Akibat Kelebihan Protein

Jika terlalu berlebihan mengkonsumsi protein, maka dapat memberatkanginjal

dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogendan juga

dapat menyebabkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amonia darah,kenaikan ureum

darah, dan demam. Makanan yang tinggi proteinnya biasanyatinggi lemak sehingga

menyebabkan obesitas, maka diet protein tinggi dianjurkanuntuk menurunkan berat

badan (Ellya, 2010).

2.4 Analisis Protein

2.4.1. Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalamlarutan

protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubahmenjadi kuning

apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi padainti benzena yang terdapat

pada molekul protein. Reaksi ini positif untukprotein yang mengandung tirosin,

fenilalanin dan triptofan.

(24)

Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan denganpereaksi

Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat

dengan serbuk magnesium dalam air. Setelahdicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole,

asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan

protein. Beberapa saatkemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua

lapisan tersebut.

2.4.3. Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalamasam nitrat.

Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akanmenghasilkan endapan

putih yang dapat berubah menjadi merah olehpemanasan. Pada dasarnya reaksi ini

positif untuk fenol-fenol, karenaterbentuknya senyawa merkuri dengan gugus

hidroksifenil yang berwarna.

2.4.4. Reaksi Natriumnitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warnamerah

dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung

sistein dapat memberikan hasil positif.

1. Metode Kjeldahl

Metode Kjeldahl merupakan metode sederhana untuk penetapannitrogen total

pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandungnitrogen. Metode Kjeldahl

cocok untuk menetapkan kadar protein yangtidak larut atau protein yang mengalami

koagulasi akibat proses pemanasanmaupun proses pengolahan lain yang biasa

dilakukan pada makanan.Metode ini digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar

(25)

adalahkadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan factor

konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan uji tersebut.Penentuan kadar

protein dengan metode ini memiliki kelemahankarena adanya senyawa lain yang

bukan protein yang mengandung N akanterdeteksi sehingga kadar protein yang

diperoleh langsung dengan metodeKjeldahl ini disebut dengan kadar protein kasar

(Crude Proteint).

Menurut (Bintang, 2010; Yazid dan Nursanti, 2006), metode Kjeldahldilakukan

dengan beberapa tahapan kerja, yaitu:

a. Tahap Destruksi

Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4)pekat sehingga

terjadi destruksi menjadi unsur-unsur, diamana seluruh nitrogen (N) organic diubah

menjadi N anorganik, yaitu elemenkarbon (C) teroksidasi menjadi karbon dioksida

(CO2) dan hydrogen (H) teroksidasi menjadi air (H2O), sedangkan elemen

nitrogennyaakan berubah menjadi amonium sulfat [(NH4)2SO4]. Asam sulfat

yangdipergunakan untuk destruksi harus dalam jumlah yang cukup dandiperhitungkan

untuk dapat mengurai bahan protein, lemak, dankarbohidrat di dalam sampel.Untuk

mempercepat destruksi, maka ditambahkan katalisator.Gunning menganjurkan

menggunakan kalium sulfat (K2SO4) dan tembaga (II) sulfat (CuSO4). Dengan

penambahan katalisator ini,maka titik didih asam sulfat akan ditinggikan sehingga

prosesdestruksi akan berjalan dengan cepat. Tiap satu gram kalium sulfat akan

mampumeningkatkan titik didih asam sulfat 30C. Suhu destruksi berkisar antara 3700

– 4100C.Proses destruksi diakhiri jika larutantelah menjadi warna hijau jernih.Reaksi

(26)

Protein + H2SO4(NH4)2SO4 + CO2↑ + SO2↑ + H2O↑

b. Tahap Destilasi

Pada tahap ini, amonium sulfat [(NH4)2SO4] yang terbentukpada setiap tahap

destruksi dipecah menjadi amonia (NH3) denganpenambahan NaOH sampai alkalis

dan dipanaskan. Amonia yangdibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan baku

asam.Larutan baku asam yang dipakai adalah asam sulfat. Agar kontakantara asam dan

amonia berjalan sempurna, maka ujung selangpengalir destilat harus tercelup ke dalam

larutan asam. Destilasi diakhiri bila semua amonia terdestilasi sempurna yang

ditandaidengan destilasi tidak bereaksi basa.Reaksi yang terjadi pada tahap destilasi:

(NH4)2SO4 + 2 NaOH  Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3↑

c. Tahap Titrasi

Penampung destilat yang digunakan adalah asam sulfat berlebih,maka sisa

asam sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasidengan NaOH 0,1 N

menggunakan indikator Mengsel. Titik akhirKatalisatortitrasi dapat ditandai dengan

perubahan warna dari warna ungumenjadi hijau.Rekasi yang terjadi pada tahap titrasi:

NH3 + H2SO4  (NH4)2SO4

Kelebihan H2SO4 + 2 NaOH  Na2SO4 + 2 H2O

Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut:

kadar protein =(V1 – V2) x 14.007 x FP x 6.25 x 100%

(27)

Dimana :

V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel

V2 = Volume HCl 0,1N untuk titrasi Blanko

N = Normalitas HCl 0,1 N

W = Berat Sampel

Fp = Faktor Pengenceran

Faktor konversi nitrogen tergantung pada persentase nitrogen yang menyusun protein

(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar Belakang Minuman ringan merupakan minuman olahan dalam bentuk

bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik

alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi,

2005).

Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena

mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai

vitamin, dan mineral (Widodo, 2009).

Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia

dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang

berfungsi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang bersal adari

hewan dan tumbuhan.Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,

sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.Beberapa bahan makanan

sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,beras, kacang, kedelai, gandum, jagung,

dan buahan-buahan (poedjiadi 1994).

Pencernaan protein berawal dari lambung dan selesai diusus halus.Sebagian

besar protein dicernakan menjadi asam amino, selebihnya menjadi tripeptida.Enzim

yang mencernakan protein dibentuk sebagai precursor inaktif (zymogen) yang

berkuran lebih besar daripada enzim aktifnya. Pencernaan proein dilanjutkan didalam

(29)

Kerusakan pada susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil

dari fermentasi laktosa oleh koli. Fermentasi oleh bakteri akan menyebabkan aroma

susu menjadi berubah dan tidak disukai oleh konsumen. Untuk meminimalkan

kontaminasi oleh organisme dan menghambat pertumbuhan bakteri pada susu agar

dapat disimpan lebih lama maka penanganan sesudah pemerahan hendaknya menjadi

perhatian utama peternak.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu

adalah dengan cara pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu

rendah yg dapat diterapkan pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan

dapat membunuh bakteri pathogen yang membahayakan kesehatan manusia dan

meminimalisasi perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun pada saat

penyimpanan. (Ernawati et al., 1986)

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mempertahankan mutu protein pada susu kental manis kemasan dengan menggunakan

metode Kjeldahl. Hal-hal tersebut mendorong penulis memilih judul “Penetuan Kadar

Protein Pada Susu Kental Manis KemasanDengan Menggunakan Metode

KjedahlSesuai Denagn SNI”

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam karya ilmiah adaah :

 Apakah kadar protein pada susu kental manis sesuai dengan SNI.

(30)

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat di dalam susu kental

maniskemasan apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar protein pada susu kental

maniskemasan.

 Untuk mengetahui proses pengolahan produk pada susu

 Untuk mengetahui penyebab kerusakan pada susu

1.4 Manfaat

 Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat di dalam susu kental manis

kemasan apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar protein pada susu kental

maniskemasan.

 Untuk mengetahui proses pengolahan produk pada susu

(31)

ABSTRAK

Menurut SNI, Susu Kental Manis adalah Susu segar yang kadar airnya dikurangi menggunakan pemanasan sekurang kurangnya 1000C. yang ditambah gula sukrosa atau campuran gula sukrosa dan desktrosa kemudian diuapkan sebagian airnya sehingga kental. Sampel yang digunakan dalam pengujian adalah Susu kental manis kemasan sebanyak tiga sachet. Penetapan kadar protein dilakukan menurut metode Kjeldahl sesuai dengan prosedur Standard Nasional Indonesia (SNI) dan peralatan kerja untuk metode Kjeldahl yang digunakan di laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Susu Kental Manis A yang diperiksa mengandung kadar protein2,78 %, Susu Kental Manis B 1,70 % dan Susu Kental Manis C 3,57 %. Hasil ini tidak mencapai batas minimum kadar protein yang tertera di SNI 01 – 2971 – 1998, yakni minimal 6,5 %. Kadar protein susu kental manis sangat ditentukan oleh kualitas bahan dasarnya, yaitu susu. Semakin tinggi kadar protein, semakin baik kualitas susu yang dihasilkannya

DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN SWEETENED CONDENSED MILK PACKAGING BY USING THE METHOD

(32)

ABSTRACT

By SNI, sweetened condensed milk is fresh milk that the water contest is resduced using a warming of at least 100oC. Added sugar sucrose or sucrose sugar mixture and desktroksa the evaporated some of the water so thick. The sample used in the test is sweetened condensed milk packaging as much as three sachets. Protein assay was perfomed according to the method in accordance with the procedure kjedahl Indonesian National Standard (SNI) and tools for kjedahl method used in Food and Beverage Laboratories Agricultural research centers and standardization (Baristand) Industrial Field. The result showed that the sweetened condensed milk containing A examined protein content of 2,78%. Sweetened condensed milk B 1,70% and sweetened condensed milk C 3,57%. This result did not reach the minimum threshold levels of protein contained in the SNI 01 – 2971 – 1998, ie at least 6,5%. Sweetened condensed milk protein content is determined by the quality of higher protein content, the better the quality of the milk produced

(33)

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA SUSU KENTAL MANIS

KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KJEDAHL

TUGAS AKHIR

RIZKA PUTRI

132401165

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(34)

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA SUSU KENTAL MANIS

KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KJEDAHL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RIZKA PUTRI

132401165

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA

SUSU KENTAL MANIS KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KJEDAHL

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : RIZKA PUTRI

Nomor Induk Mahasiswa : 132401165

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERAUTARA

Disetujui di Medan,

Diketahui/Disetujui Oleh Disetujui Oleh

Ketua Program Studi Pembimbing

Diploma III Kimia

(Dra. Emma Zaidar, M.si) (Drs. Darwin Yunus Nasution, M.S) NIP. 195512181987012001 NIP. 195508101981031006

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(36)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA SUSU KENTAL MANIS KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KJEDAHL SESUAI

DENGAN SNI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

(37)

PENGHARGAAN

Tiada kata yang pertama-tama penulis ucapkan, selain puji dan syukur

kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta segala

nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkarya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan yang diharapkan

dengan judul PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA SUSU KENTAL MANSI

KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KJEDAHL, dapat penulis

selesaikan.

Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil praktek kerja lapangan yang

dilaksanakan di Balai Riset Standarisasi Industri di Medan dari tanggal 25 Januari

s/d 25 Februari 2016, Karya Imliah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi

syarat kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya Kimia Departemen Kimia

Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara moril maupun

materil selama penulis belajar sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini. Untuk

selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang telah

diberikan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir di Kimia Departemen Kimia

Universitas Sumatera Utara, terutama yang terhormat :

1. Kepada Ayahanda Ridwan Hasibuan dan Khairunnawa Spd. Msi. yang telah

memberikan perhatian dan kasih sayangnya baik secara moril maupun

materil yang tiada pernah henti kepada penulis.

2. Bapak Drs. Darwin Yunus Nasution M.Sselaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan Karya Imiah ini.

3. Ibu Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia program studi

(38)

4. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si, selaku ketua program studi Diploma III

Kimia.

5. Beserta seluruh keluarga penulis Abang dan Kakak yang telah memberikan

semangat, doa dan dukungan kepada penulis.

6. Bapak Alhamra, selaku Kepala Lab.MMHP di Balai Riset Standarisasi

Indusutri Medan

7. Seluruh staf dan para pegawai BARISTAND Medan yang telah

membimbing dan menyediakan fasilitas selama penulis melaksanakan

praktek kerja lapangan.

8. Para staf pengajar dan pegawai Kimia FMIPA USU.

9. Teman-teman dekat penulisPutri Amaliyah Siregar, Muhammad Khairul,

Stefanie Duree Aden, Devina Saera Daulay dan Jannah Siregaryang selalu

memberikan dukungan dan perhatiannya.

10.Teman-teman Stambuk 2013 di D3-KIMIA FMIPA USU yang telah

memberikan suasana kuliah yang menyenangkan dan memberikan

dukungannya.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya

Ilmiah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Atas segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan kapada penulis akan

memperoleh balasan dari Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Karya Ilmiah

ini, masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis

mengharapkan segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan

Karya Ilmmiah ini.

Medan,

Penulis

(39)

ABSTRAK

Menurut SNI, Susu Kental Manis adalah Susu segar yang kadar airnya dikurangi menggunakan pemanasan sekurang kurangnya 1000C. yang ditambah gula sukrosa atau campuran gula sukrosa dan desktrosa kemudian diuapkan sebagian airnya sehingga kental. Sampel yang digunakan dalam pengujian adalah Susu kental manis kemasan sebanyak tiga sachet. Penetapan kadar protein dilakukan menurut metode Kjeldahl sesuai dengan prosedur Standard Nasional Indonesia (SNI) dan peralatan kerja untuk metode Kjeldahl yang digunakan di laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Susu Kental Manis A yang diperiksa mengandung kadar protein2,78 %, Susu Kental Manis B 1,70 % dan Susu Kental Manis C 3,57 %. Hasil ini tidak mencapai batas minimum kadar protein yang tertera di SNI 01 – 2971 – 1998, yakni minimal 6,5 %. Kadar protein susu kental manis sangat ditentukan oleh kualitas bahan dasarnya, yaitu susu. Semakin tinggi kadar protein, semakin baik kualitas susu yang dihasilkannya

DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN SWEETENED CONDENSED MILK PACKAGING BY USING THE METHOD

(40)

ABSTRACT

By SNI, sweetened condensed milk is fresh milk that the water contest is resduced using a warming of at least 100oC. Added sugar sucrose or sucrose sugar mixture and desktroksa the evaporated some of the water so thick. The sample used in the test is sweetened condensed milk packaging as much as three sachets. Protein assay was perfomed according to the method in accordance with the procedure kjedahl Indonesian National Standard (SNI) and tools for kjedahl method used in Food and Beverage Laboratories Agricultural research centers and standardization (Baristand) Industrial Field. The result showed that the sweetened condensed milk containing A examined protein content of 2,78%. Sweetened condensed milk B 1,70% and sweetened condensed milk C 3,57%. This result did not reach the minimum threshold levels of protein contained in the SNI 01 – 2971 – 1998, ie at least 6,5%. Sweetened condensed milk protein content is determined by the quality of higher protein content, the better the quality of the milk produced

(41)

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Susu 4

2.1.1. Jenis Jenis Air susu 5

2.1.2. Berat Jenis Air Susu 8

2.1.3. Sifat Sifat Air Susu 9

2.1.4. Syarat Syarat Pemerahan 10

2.2. Protein 11

2.2.1. Peggolongan Protein 12

2.2.2. Sifat Sifat Protein 12

2.2.3. Manfaat Protein 14

2.2.4. Urutan Atau Tingkat Struktur Protein 15 2.3. Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Protein 15

2.3.1. Akibat Kekurangan Protein 15

2.3.2. Akibat Kelebihan Protein 17

2.4. Analisa Protein 17

2.4.1. Reaksi Xantoprotein 17

2.4.2. Reaksi Hopkins-Cole 17

2.4.3. Millon 18

2.4.4. Reaksi Natriumnitroprusida 18

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1. Alat-Alat 22

3.2. Bahan-Bahan 22 3.3. Prosedur Analisa Sampel23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 24

4.2. Pembahasan25

(42)

5.1. Kesimpulan26

5.2. Saran 26

DAFTARPUSTAKA 27

(43)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

(44)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran

01 kadar protein

02 kadar protein A

03 kadar protein B

Referensi

Dokumen terkait

Susu kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dari campuran susu dan gula dengan menghilangkan sebagian airnya sehingga

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar protein pada susu UHT dalam kemasan dengan metode kjeldhal apakah memenuhi persyaratan SNI atau tidak.

Frisian Flag Indonesia terhadap produk susu kental manis terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu proses filling dimana susu kental manis dimasukkan ke dalam

Jika dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino padaprotein akan. bereaksi dengan ion H+, sehingga protein

(1986).Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi.. Fakultas Peternakan : Institud

Filtrat Susu Kental Manis Yang di Masukkan Kedalam Selongsong.. Universitas

Penentuan kadar protein pada variasi kemasan tempe dengan menggunakan metode Kjeldahl dilakukan di laboratorium Makanan Minuman dan Hasil Pertanian di Balai Riset

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari pemeriksaan logam berat pada susu kental manis kemasan kaleng yang meliputi penentuan kadar