MODEL PENGELOLAAN USAHATANI SAYURAN
DATARAN TINGGI BERKELANJUTAN
DI KAWASAN AGROPOLITAN
SOESILO WIBOWO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan adalah karya saya pribadi dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Desember 2008
Soesilo Wibowo
ABSTRACT
SOESILO WIBOWO. The Model of Sustainable Upland Vegetable Farming Management in the Agropolitan Region. Under supervision of SANTUN R. P. SITORUS, as a committee chairman, SURJONO H. SUTJAHJO and MARIMIN as committee members.
Agropolitan program has been implemented in Indonesia since 1992. Its implementation in upland vegetable region caused problems because of ecologically interference. Research objective was to design model of sustainable upland vegetable farming management in the agropolitan region. The research has been conducted in Pacet, Cianjur, West Java. The existing condition evaluation indicates that its implementation is un-sustainable. Farmers plant
carrot and leaf onion as the superior commodities with the opportunity in
agroindustry are carrot instant and chopped spring onion. The farming land is at
S3(marginally suitability) category of land suitability classification with the erosion
hazard index is 7.40, the rate of erosion 222 t/ha/year (18.5 mm/ha/year). The
agricultural community have a good opinion in sustainable upland vegetable farming management, but their participation are “less active“. The development strategy is to conduct the Integrated Agricultural Development Program that proposed on increasing income and job opportunity, focusing in agromarketing
and supporting services sub-system with the important actors are the trader and
the government. The result of model design is a good dinamic model of
sustainable upland vegetable farming management in the agropolitan region, because of resemblance with the actual condition, valid and very sensitive. In the effort of reaching the sustainable agropolitan needs to be conducted active socialization by the government, to increase the agricultural community participation.
RINGKASAN
SOESILO WIBOWO. Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Dibawah bimbingan SANTUN R. P. SITORUS, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, SURJONO H. SUTJAHJO dan MARIMIN, masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Dalam rangka memperkuat perekonomian perdesaan melalui pengembangan sektor pertanian agar dapat menyeimbangkan pembangunan, mengurangi disparitas desa-kota dan menyiapkan lapangan kerja di desa maka pemerintah melaksanakan Program Agropolitan. Implementasi Program Agropolitan yang dilaksanakan di berbagai ekosistem, termasuk pada kawasan
berbasis sayuran dataran tinggi, dikhawatirkan tidak berhasil mencapai tujuan
kawasan agropolitan lestari, karena timbulnya gangguan ekologis terutama erosi pada lapisan atasnya sebagai akibat aktivitas budidaya sayuran dataran tinggi yang intensif, rendahnya pendapatan, usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian belum berkembang, rendahnya tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan. Permasalahan kompleks di kawasan agropolitan berbasis sayuran dataran tinggi tersebut memerlukan pemecahan dari berbagai disiplin ilmu.
Tujuan penelitian ini adalah merancang model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan, selain mengetahui bagaimana (a) tingkat keberlanjutan kondisi eksisting pengelolaan usahatani sayurannya (b) kesesuaian komoditas unggulan sayuran (c) perkiraan besarnya erosi yang terjadi, dan (d) peluang agroindustri yang dapat dikembangkan, serta (e) tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat tani dalam pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan.
Untuk mencapai tujuan yang berorientasi pada pemecahan masalah tersebut maka dilakukan penelitian secara komprehensif dalam enam tahap dengan menggunakan berbagai metoda analisis dengan pendekatan sistem, wilayah, dan pendekatan usahatani sayuran dataran tinggi agar dapat memberikan (a) sumbangsih pemikiran baru (b) informasi pengelolaan secara bijaksana dan lestari (c) informasi peluang agribisnis (d) saran dan informasi dalam menyusun program pembangunan pertanian dan perdesaan serta dapat melakukan
pengaturan masalah lingkungan secara bijaksana (good environmental
governance).
Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan gambaran daerah sebagai berikut (a) mencakup kecamatan Pacet dan Cipanas (b) sumberdaya alamnya sangat potensial untuk pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi yang bernilai komersial, dan potensial untuk Agrowisata (c) penduduknya berjumlah 184.721 jiwa, dengan 20.589 KK Tani (sekitar 38.0%) dan yang berpendidikan SLTA sekitar 10.0 % (d) kelembagaan ekonominya yaitu koperasi pertanian, warung, toko, pasar tradisional, Sub Terminal Agribisnis (STA), dan (e) kelembagaan penyuluhannya yaitu kelompok tani, wanita tani, PHT, kelompok Mitra Cai, Gabungan kelompok
tani dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta P4S.
Tahap pertama, penilaian kondisi eksisting keberlanjutan usahatani sayuran dataran tinggi (USDT) dilaksanakan dengan pendekatan analisis teknik
statistik untuk rapid appraisal dengan tools-nya Rapfish untuk meninjau
belum berkelanjutan karena Indeks keberlanjutannya baru mencapai 49,29%, terinci 59,44% untuk ekologi, 57,73% etika, 53,67% sosial dan yang masih rendah adalah atribut ekonomi 44,40% dan teknologi 32,43%, dengan 18 atribut penting dari dimensi ekologi, etika dan teknologi yang berperan dalam keberlanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan.
Berdasarkan analisis Squared Correlation R2 (koefisien determinasi) diperoleh
0,957 atau keterkaitan di antara atribut mencapai 95,7 %, sehingga hubungan di
antara atribut sangat kuat. Berdasarkan hasil Montecarlo Analysis diperoleh nilai
Stress sebesar 0,137 (13,7 %), yang menunjukkan bahwa pengaruh galat sangat kecil karena berada dibawah 20 % sehingga dapat diterima.
Tahap kedua, mencakup analisis kesesuaian lahan, analisis komoditas unggulan dan analisis peluang agroindustri. Analisis kesesuaian lahan dilaksanakan dengan pendekatan perbandingan kebutuhan persyaratan yang diperlukan untuk usahatani sayuran dataran tinggi dengan kondisi agroklimat kawasan Pacet, Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas sayuran yang banyak ditanam petani adalah wortel, bawang daun, caisim, lobak dan brokoli. Hasil analisis tingkat penerapan teknologi Asta USDT oleh petani telah mencapai 72,0% atau termasuk kategori baik karena terletak pada kriteria penerapan 60-79% (baik). Usaha budidaya wortel, bawang daun, caisim, dan
lobak di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur termasuk kategori klas kesesuaian
lahan S3, (sesuai marginal/marginally suitable) sedangkan brokoli termasuk
kategori klas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai/moderately. suitable). Analisis
komoditas unggulan dilakukan dengan pendekatan Metode Perbandingan Indeks
Kinerja atau CPI (Comparative Performance Index), yang hasilnya adalah
Wortel dan Bawang daun merupakan komoditas unggulan di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur. Selanjutnya berdasarkan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) diperoleh tepung wortel (carrot instant) merupakan usaha
agroindustri yang paling prospektif pada komoditas wortel sedangkan untuk
bawang daun adalah bawang daun bumbu dapur (chopped spring onion).
Tahap ketiga, analisis laju erosi di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan dengan pendekatan persamaan prediksi kehilangan tanah secara
komprehensif atau the Universal Soil Loss Equation (USLE). Berdasarkan hasil
analisis diperoleh laju erosi rata-rata 222,045 t/ha/tahun, yang bila diasumsikan
berat volume tanah 1,2 gram/cc maka rata-rata tanah tererosi setebal 18,50 mm/tahun. Bila dibandingkan dengan laju erosi yang masih dapat dibiarkan yaitu 30 ton/ha/tahun atau 2,5 mm/tahun, maka indeks bahaya erosinya sebesar 7,4 yang termasuk kategori tinggi karena terletak antara 4,01 – 10.
Tahap keempat, analisis persepsi dan partisipasi masyarakat tani di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan dengan analisis Skala Likert terhadap aspek Sosial dan Kelembagaan, Ekonomi, Teknologi dan Lingkungan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa persepsi masyarakat pertanian yang
didekati dengan pendapat masyarakat terhadap pengelolaan USDT
berkelanjutan termasuk kategori setuju terlihat dari nilai rerata yang diperoleh
yaitu 3,67. Hasil analisis partisipasi masyarakat tani termasuk kurang
berpartisipasi aktif karena nilai reratanya hanya 2,29 dengan partisipasi terendah di bidang sosial (nilai rerata 1,63), ekonomi (nilai rerata 1,90) dan di bidang kelembagaan (nilai rerata 1,93).
Tahap kelima, analisis pengambilan keputusan pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur dilakukan dengan Proses Hierarki Analisis (PHA) yang mencakup analisis fokus, faktor, aktor, tujuan dan
analisis program alternatif dengan tool Criterium Decision Plus (CDP) Student
version, version 3.0. Hasil analisis faktor diperoleh rangking pertama dan kedua
agromarketing dan sarana penunjang. Hasil analisis aktor diperoleh rangking
pertama dan kedua dengan tingkat kepentingan (importance) masing-masing
0,266 dan 0,253 adalah pedagang dan pemerintah. Hasil analisis tujuan
diperoleh rangking pertama dan kedua dengan tingkat kepentingan (importance)
masing-masing 0,376 dan 0,268 adalah peningkatan pendapatan dan peluang kesempatan kerja. Hasil analisis alternatif program diperoleh rangking pertama
dan kedua dengan tingkat kepentingan (importance) masing-masing 0,480 dan
0,254 adalah program pembangunan pertanian terpadu dan agrowisata.
Tahap keenam, merancang model dinamik pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan sistem yang mencakup subsistem sosial dan kelembagaan, subsistem teknologi, subsistem
lingkungan dan subsistem ekonomi dengan tool Powersim constructor. Hasil
perancangan diperoleh suatu model dinamik pengelolaan lahan berkelanjutan di
kawasan agropolitan yang termasuk kategori baik karena memiliki kemiripan
dengan kondisi aktualnya. Hal ini terlihat dari hasil uji validitas struktur dan kinerjanya yang secara akademik model ini dapat diterima karena secara
empirik model ini valid, sedangkan berdasarkan nilai Absolutes Mean Error
(AME) sebesar 0,137%, berarti model memiliki kinerja yang baik karena nilainya < 10%. Berdasarkan hasil uji kestabilan model dengan membandingkan hasil main model dan co model-nya terdapat kemiripan grafiknya, sehingga modelnya dapat dikatakan stabil. Selanjutnya berdasarkan hasil uji sensitivitas fungsional maupun struktural diperoleh hasil bahwa dengan intervensi terhadap parameter, terlihat bahwa model sangat peka, sedangkan dengan intervensi struktural diperoleh hasil yang hampir sama yaitu dengan pola non linier.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa rancangan model yang dihasilkan merupakan model dinamik pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi yang baik, karena sesuai dengan kondisi aktualnya, valid dan sensitif. Implementasi model pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan, memerlukan kesungguhan pemerintah kabupaten dengan kebijakan komprehensif melalui pola pemecahan masalah, peningkatan kinerja, percepatan adopsi teknologi dan kemitraan mencakup semua subsistem agribisnis dengan program utama pengembangan pertanian terpadu.
Dalam upaya mencapai agropolitan lestari perlu dilaksanakan (a) sosialisasi program agropolitan oleh pemerintah secara aktif guna meningkatkan partisipasi masyarakat tani, (b) program pembangunan pertanian terpadu dan pengembangan agrowisata untuk meningkatkan pendapatan petani dan membuka kesempatan kerja, (c) peningkatan peran penyuluh untuk menggalang kemitraan antara petani dengan pengusaha pertanian, (d) pencegahan perambahan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), dan juga (e) penelitian lanjutan pada skala lebih detil dengan pengembangan sistem dinamik yang lebih kompleks.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :
a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
MODEL PENGELOLAAN USAHATANI SAYURAN
DATARAN TINGGI BERKELANJUTAN
DI KAWASAN AGROPOLITAN
SOESILO WIBOWO
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Sc
Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S.
Judul Disertasi : Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran
Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan
Nama : Soesilo Wibowo
NRP : P 062040131
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus Ketua
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan
Pengelolaan Sumberdaya Alam Sekolah Pascasarjana, dan Lingkungan,
Prof. Dr.Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2007 ini ialah pengelolaan usahatani dengan judul Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi (USDT) Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan.
Disertasi ini bertujuan untuk merancang model pengelolaan USDT berkelanjutan di kawasan agropolitan secara komprehensif dan terintegrasi, menilai keberlanjutan kondisi eksisting pengelolaan USDT, mengevaluasi klas kesesuaian lahan, menetapkan komoditas unggulan dan peluang agroindustri, memprediksi besarnya erosi yang terjadi serta mengetahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat pertanian di kawasan agropolitan.
Sebagian dari Disertasi ini telah diterbitkan pada Jurnal STPP Bogor dengan judul “Analisis keberlanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur“ dan “Persepsi dan partisipasi masyarakat tani terhadap pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di kawasan agropolitan Pacet, Cianjur, Jawa-Barat”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus, selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS., dan Prof. Dr. Ir. Marimin M.Sc., selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas segala bimbingannya selama penulisan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro MS., selaku Dekan Sekolah Pascasarjana beserta staf dan Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) beserta staf yang telah membantu dalam segala pengurusan administrasi. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Setia Hadi MS, selaku penguji luar komisi pada ujian prelim.
Penghargaan yang tinggi dan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Atok Suprapto MS., selaku Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian, Bapak Dr. Ir. Momon Rusmono M.S.,
selaku Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian, Badan
Pengembangan SDM Pertanian, Almarhum Bapak Dr. Ir. Asmiun Noeralam M.S., selaku Ketua STPP Bogor beserta seluruh staf, yang telah memperlancar kegiatan perkuliahan dan penelitian dalam rangka studi di IPB Bogor. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Alamanda Kartika Setianingrum M.Ed, Dr. Soedarsono Thomas M.Ed dan Dr. Anshar Oemar M.Ed, yang merekomendir penulis mengikuti studi pada Program Pasca Sarjana IPB.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada ibunda dan ayahanda tersayang atas doa dan kasih sayangnya, adik-adik serta istriku Sri Indrati beserta seluruh keluarga atas doa, kasih sayang dan pengertiannya. Kepada teman-teman di PSL-IPB, Hutwan S,Pt, M.Si, Ruli Basuni, S.Pt M.Si, Thamrin SP M.Si dan Dr. Ir. Umar Mansyur, MT, IAP dan teman-teman di STPP Bogor Dedy Kusnadi S.Pt, MSi., Ir. Edy Kusmiadi, Rudi Hartono, Yoyon Haryanto, Fitra Yulianto, Wahyu Trisnasari, serta pihak-pihak lain, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan analisis data disampaikan ucapan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih banyak kekurangannya, sehingga masih memerlukan pendapat,kritik dan saran untuk perbaikan. Sebagai sebuah karya ilmiah dan bagian dari kegiatan penelitian, penulis berharap semoga disertasi ini dapat menjadi ilham bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Semoga disertasi ini bermanfaat adanya.
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 27 Agustus 1953 sebagai anak sulung dari pasangan Rr. Soensiyah dan Koesworo. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, lulus pada tahun 1978. Pada tahun 1984 penulis diterima pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan, Fakultas Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1986. Selanjutnya setelah menunggu beasiswa selama kurang lebih 18 tahun, tidak kunjung berhasil, maka dengan tekad yang kuat, pada tahun 2004 penulis melanjutkan kuliah pada program doktor dengan biaya sendiri pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB.
Selama mengikuti program S3, penulis mengikuti berbagai kegiatan penelitian antara lain Pengembangan Keterkaitan Infrastruktur Intra dan Inter Kawasan Agropolitan dan Perdesaan, Pengembangan Kawasan Agropolitran di perbatasan Kalimantan dan Serawak-Malaysia. Karya ilmiah berjudul Keberlanjutan Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan Agropolitan telah diterbitkan pada Jurnal di STPP Bogor pada bulan September 2007. Artikel lain berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan juga telah diterbitkan pada bulan November tahun 2007 pada Jurnal
di STPP Bogor. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3
yang diikuti oleh penulis.
Pada awalnya penulis bekerja sebagai Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) sejak tahun 1979 dan ditempatkan di Sekretariat Pembina Harian Bimas Propinsi Sulawesi Selatan. Bidang spesialisasi penyuluhan yang menjadi tanggung jawab penulis adalah Tanah dan Air dan dengan tugas pertama di Kabupaten Luwu, dengan wilayah binaan Luwu Utara berkedudukan di Bone-Bone (1979-1982) dan ditempatkan di Palopo (1982-1986). Sepulang studi dari IPB, penulis bertugas sebagai PPS Provinsi Sulawesi Selatan berkedudukan di Ujung Pandang (1987-1992). Selama beberapa tahun penulis pernah menjabat sebagai Pemimpin Proyek Bimas Sulawesi Selatan semasa Sekretaris Bimas dijabat oleh Ir. Haeruddin. Selanjutnya pada tahun 1992 penulis beralih tugas sebagai Widyaiswara pada DikLat APP Yogyakarta sampai tahun 1995 dan mulai 1995 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen pada Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor. Jabatan yang pernah diemban yaitu Sekretaris Jurusan Penyuluhan Pertanian, Kepala UPPM, Ketua Jurusan Penyuluhan Pertanian, Pembantu Ketua II bidang Administrasi Umum pada Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Jabatan yang diemban saat ini adalah Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang.
Penulis aktif mengikuti kegiatan penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi
yaitu seminar, pelatihan, kursus, pembekalan, Training of Master Trainers
(TOMT), Training of Trainers (TOT) baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ... ixDAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah………. 6
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 10
1.4 Manfaat Penelitian ……… 10
1.5 Hipotesis ... 11
1.6 Kerangka Pemikiran ………. 12
1.7 Kebaruan Penelitian (Novelty) ……… 15
II TINJAUAN PUSTAKA ………. 18
2.1 Sumberdaya Lahan ……….. 18
2.2 Kaitan Pertabahan Penduduk dengan Sumberdaya Lahan ….. 19
2.3 Degradasi Tanah ………. 20
2.4 Pengelolaan Sumberdaya Lahan ……….. 22
2.4.1 Perencanaan Penggunaan Lahan………. 23
2.4.2 Konservasi Tanah dan Air ……….. 23
2.4.3 Pengolahan Tanah ……….. 24
2.4.4 Pergiliran Tanaman (Crop rotation) ……….. 25
2.4.5 Penyediaan Unsur Hara ………. 26
2.5 Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan ……… 27
2.6 Usahatani Sayuran Dataran Tinggi ……….. 32
2.6.1 Kondisi Lahan ……….. 32
2.6.2 Kondisi Agroklimat untuk Tanaman Sayuran ………….. 35
2.6.3 Pola Usahatani Sayuran……….. 36
2.6.4 Degradasi Lahan Sayuran ……….. 39
2.7 Persepsi dan Partisipasi Petani dalam Usahatani Berkelanjutan………. 41
2.8 Pengembangan Kawasan Agropolitan ……….. 43
2.8.1 Agropolitan ……… 43
2.8.2 Kawasan Agropolitan ……….. 44
2.9 Analisis Sistem ……….. 47
2.9.1 Ilmu Sistem ……… 47
2.9.2 Pendekatan Sistem ……….. 48
2.9.3 Permodelan Sistem ……….. 53
2.9.4 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Sistem …….. 55
vii
2.10 Program Pembangunan Pertanian Terpadu... 59
2.10.1 Konsep Pertanian Terpadu... 59
2.10.2 Penerapan Pembangunan Pertanian Terpadu Di Indonesia... 63
2.10.3 Program Pembangunan Pertanian Terpadu Di Indonesia Tahun 2008... 65
2.11 Berbagai Studi Terkait Terdahulu ……… 66
2.11.1 Pengelolaan Berkelanjutan ………. 66
2.11.2 Kawasan Agropolitan ……… 68
III METODOLOGI PENELITIAN ……… . 70
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 70
3.2 Pendekatan Penelitian ……… 71
3.3 Kegiatan Penelitian ……….. 71
3.3.1 Penelitian Tingkat Keberlanjutan Kondisi Eksisting PengelolaanUsahatani ……….. 71
3.3.2 Penelitian Komoditas Unggulan ……… 71
3.3.3 Penelitian Persepsi dan Partisipasi Masyarakat ………… 72
3.3.4 Penelitian Model Pengelolaan Usahatani Berkelanjutan . 72 3.4 Jenis dan Sumber Data ……….. 73
3.4.1 Tingkat Keberlanjutan Kondisi Eksisting Pengelolaan Usahatani ……….... 73
3.4.2 Komoditas Unggulan ………. 74
3.4.3 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat ……….. 77
3.4.4 Model Pengelolaan Usahatani Berkelanjutan ……… 78
3.5 Teknik Penarikan Sampel……… 79
3.5.1 Tingkat Keberlanjutan Kondisi Eksisting Pengelolaan Usahatani ………. 79
3.5.2 Penentuan Komoditas Unggulan ………. 80
3.5.3 Pendapat dan Partisipasi Masyarakat ……… 83
3.5.4 Model Pengelolaan Usahatani Berkelanjutan ... 84
3.6 Teknik Analisis Data ... 84
3.6.1 Tingkat Keberlanjutan Kondisi Eksisting Pengelolaan Usahatani... 84
3.6.2 Penentuan Kesesuian Komoditas Sayuran... 87
3.6.3 Pendugaan Besarnya Erosi ... 88
3.6.4 Penentuan Komoditas Unggulan... 94
3.6.5 Pengembangan Agroindustri ... 95
3.6.6 Pendapat dan Partisipasi Masyarakat... 97
3.6.7 Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Berkelanjutan... 98
3.7 Teknik Validasi dan Verifikasi Model... 105
3.7.1 Uji Validasi Model ... 105
3.7.2 Verifikasi Model ... 105
viii
4.1 Penetapan Kawasan Agropolitan ……….... 106
4.2 Keadaan Sumberdaya Alam ………. 107
4.2.1 Kondisi Umum ……… 107
4.2.2 Penggunaan Lahan ……….. 108
4.2.3 Kebutuhan Sayuran ………. 102
4.3 Sumberdaya Manusia ……… 110
4.3.1 Karakteristik Penduduk ……… 111
4.3.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ……….. 111
4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 112
4.3.4 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ……….……. 113
4.4 Keadaan Sumberdaya Buatan ……… 115
4.4.1 Kelembagaan Ekonomi ……… 115
4.4.2 Kelembagaan Penyuluhan ……….. ……….. 115
V KONDISI USDT SAAT INI .……… 118
5.1 Keadaan Responden ……….. 118
5.2 Analisis Keberlanjutan Kondisi USDT Saai Ini………... 120
5.2.1 Analisis Keberlanjutan Dimens Sosial USDT ... 126
5.2.2 Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekonomi USDT ... 123
5.2.3 Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekologi USDT ... 126
5.2.4 Analisis Keberlanjutan Dimensi Teknologi USDT ... 127
5.2.5 Analisis Keberlanjutan Dimensi Etika USDT ... 130
5.2.6 Pengembangan Sistem USDT Di Kawasan Agropolitan Pacet ... 134
5.2.7 Upaya-Upaya Kearah Keberlanjutan USDT di Kawasan Agropolitan ………....………... 136
VI ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN ... 139
6.1 Karakteristik Responden... 139
6.2 Kesesuaian Lahan ... 139
6.2.1 Tingkat Penerapan teknologi... 139
6.2.2 Komoditas Yang Diusahakan Petani ... 140
6.2.3 Kesesuaian Komoditas ... 140
6.3 Komoditas Unggulan ... 144
6.3.1 Kriteria Komoditas Unggulan... 144
6.3.2 Penentuan Komoditas unggulan ... 147
6.3.3 Prospek Komoditas Unggulan ... 148
6.4 Pengembangan Agroindustri ... 156
6.4.1 Keadaan Responden... 156
6.4.2 Usaha Pengolahan Hasil Pertanian... 157
6.4.3 prospek Pengolahan Hasil Pertanian... 163
VII PENDUGAAN BESARNYA EROSI……… 165
7.1 Erosi yang masih dapat Dibiarkan(tolerable erosion=T)... 165
7.2 Pendugaan Erosi ………. 165
7.2.1 Indeks Erosi Hujan (R) ………. 165
7.2.2 Faktor Erodibilitas Tanah (K) ... 166
7.2.3 Faktor Lereng (LS) ... 167
7.2.4 Faktor Penutupan dan Pengelolaan Tanaman (C) ... 168
7.2.5 Faktor Tindakan Konservasi (P) ………. 169
ix
7.2.7 Upaya Pengendalian Erosi ... 160
VIII PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT... 172
8.1 Karakteristik Responden ... 172
8.2 Analisis Pendapat Masyarakat ... 174
8.2.1 Aspek Sosial ... 174
8.2.2 Aspek Ekonomi ... 175
8.2.3 Aspek Teknologi ... 175
8.2.4 Aspek Lingkungan ... 176
8.2.5 Aspek Kelembagaan ... 176
8.3 Analisis Partisipasi ... 176
8.3.1 Aspek Sosial ... 177
8.3.2 Aspek Ekonomi ... 178
8.3.3 Aspek Teknologi ... 178
8.3.4 Aspek Lingkungan ... 179
8.3.5 Aspek Kelembagaan ... 180
8.4 Keterkaitan Persepsi dengan Partisipasi Masyarakat ... 180
IX STRATEGI PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN... 185
9.1 Karakteristik Responden……… 185
9.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) ……….. 185
9.2.1 Analisis Fokus ………. 185
9.2.2 Analisis Faktor ……….... 188
9.2.3 Analisis Aktor ………... 188
9.2.4 Analisis Tujuan ………... 189
9.2.5 Analisis Alternatif Program……… 190
9.3 Strategi Pengembangan Pertanian Terpadu ……… 111
X MODEL PENGELOLAAN USDT BERKELANJUTAN ……….. 194
10.1 Perancangan Model Pengelolaan USDT Berkelanjutan ……. 194
10.1.1 Sub Model Sosial dan Kelembagaan……… 194
10.1.2 Sub Model Teknologi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan ……….. 201
10.1.3 Sub Model Lingkungan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan……….. 206
10.1.4 Sub Model Ekonomi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan……….. 210
10.1.5 dnvkd 10.2 Model Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan 216 10.3 Pengembangan Model Pengelolaan USDT Berkelanjutan…. 218
10.3.1 Uji Validitas Struktur ……….. 218
10.3.2 Interface Berkelanjutan ... 219
10.3.3 Uji Kestabilan Model ... 220
10.3.4 Uji Sensitivitas Model ... 222
10.4 Analisis dan Perumusan Kebijakan Pengelolaan USDT... 225
10.4.1 Pengembangan Kebijakan Alternatif ... 226
10.4.2 Analisis Kebijakan Alternatif ... 228
x
10.5.1 Gambaran Implementasi pengelolaan USDT Berkelanjutan... 230
10.5.2 Tahapan Impkementasi Pengelolaan USDT Berkelanjutan ... 231
10.5.3 Syarat Perlu dan Syarat Cukup Implementasi Pengelolaan USDT Berkelanjutan ... 233
10.5.4 Kelemnbagaan dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan ... 234
XI KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 235
6.1 Kesimpulan ……….. 235
6.2 Saran ………. 236
DAFTAR PUSTAKA……… 238
LAMPIRAN ……….. 247
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Pengembangan Hortikultura Dataran Tinggi ………. 32
2 Kondisi Curah Hujan di beberapa Daerah Sentra Sayuran Dataran Tinggi…….……..………. 36
3 Produktivitas Beberapa Jenis Sayuran Dataran Tinggi Tahun 2002 . 39 4 Jenis dan Sumber Data Penelitian Pendugaan Erosi pada Usahatani Sayuran Dataran Tinggi ……… 75
5 Jenis dan Sumber Data Penelitian Pendapatan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi………. 76
6 Jenis dan Sumber Data Penelitian Pengembangan Agroindustri Sayuran Dataran Tinggi………. 77
7 Jenis dan Sumber Data Penelitian Pendapat Masyarakat dan Partisipasi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan ……… 78
8 Jenis dan Sumber Data Penelitian Model Pengelolaan USDT Berkelanjutan ………... 79
9 Rincian Responden pada Penelitian Pengembangan Agroindustri ... 83
10 Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah–Tanah di Indonesia ... 89
11 Kode Struktur Tanah ……… 91
12 Kode Permeabilitas Profil Tanah ………... 91
13 Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) ………. 93
14 Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus …. 94 15 Matriks Awal Penilaian Pemilihan Komoditas Unggulan ………. 94
16 Matriks Hasil Transformasi Pemilihan Usahatani yang Paling Layak… 95 17 Penilaian Alternatif Produk untuk Pengembangan Agroindustri di Kawasan Agropolitan ……… 96
18 Hasil Analisis Alternatif Pengolahan Hasil Komoditas Unggulan 1 dengan Menggunakan Teknik MPE ……… 96
19 Rekapitulasi Nilai MPE pada Alternatif Produk Pengolahan Komoditas Unggulan 1 ……….. 97
20 Penggunaan Lahan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Th 2006 108 21 Luas Penggunaan Lahan untuk Komoditas Sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……… 109
22 Penggunaan Lahan di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun 2006... 109
23 Luas Penggunaan Lahan untuk Komoditas Sayuran di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….. 110
24 Permintaan Komoditas Sayuran di Sub Terminal Agribisnis Cigombong Pacet, Cianjur Tahun 2005 ………. 110
xii
26 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Pacet
Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….. 111
27 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….. 112
28 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….. 112
29 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……… 113
30 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….. 113
31 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ………. 114
32 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan
Pacet,Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ……….………….. 114
33 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ………. 114
34 Tingkat Penerapan Teknologi Komoditas Sayuran di Kecamatan
Pacet , Cianjur Tahun 2006 ……… 116
35 Tingkat Penerapan Teknologi Komoditas Sayuran di Kecamatan
Cipanas, Cianjur Tahun 2006 ……….. 117
36 Pekerjaan Sampingan Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan
Agropolitan ……… 118
37 Keadaan Ternak Milik Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan
Agropolitan ……… 119
38 Hasil Analisis Rap USDT untuk Beberapa Parameter Statistik ………. 133
39 Perbedaan Hasil Analisis MDS dengan Analisis Monte Carlo pada
Dimensi Sistem USDT di Kawasan Agropolitan Pacet ……… 134
40 Keadaan Tanaman Sayuran Dataran Tinggi yang Diusahakan Petani
di Kawasan Agropolitan ………..……… 140
41 Kesesuaian Penggunaan Lahan untuk Beberapa Jenis Sayuran
di Kawasan Agropolitan ……...………... 142 42 Tingkat Penerapan Teknologi Asta Usaha pada Setiap Alternatif
Komoditas Unggulan ……… 145
43 Analisis Usahatani Komoditas Alternatif Unggulan Sayuran di Kawasan
Agropolitan Pacet ………. 146
44 Matriks Awal Penilaian Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan
Pacet, Cianjur ………. 147
45 Matriks Hasil Transformasi Penilaian Komoditas Unggulan di Kawasan
Agropolitan Pacet, Cianjur ……… 147
46 Keadaan Pendapatan Responden Penelitian Pengembangan Agroindustri
xiii
47 Hasil Rerata Pembobotan Setiap Jenis Pengolahan Wortel dalam ragka
Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet ……… 157
48 Penilaian Alternatif Pengolahan Wortel dalam rangka Pengembangan
Kawasan Agropolitan Pacet ………. 158
49 Hasil Rerata Pembobotan Setiap Jenis Pengolahan Bawang Daun dalam rangka Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet ... 161 50 Penilaian Alternatif Pengolahan Bawang Daun dalam rangka
Pengembangan Kawasan Agropolitan Pacet ……… 162
51 Pekerjaan Sampingan Responden Penelitian Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan Lahan Berkelanjutan di
Kawasan Agropolitan Pacet ………. 172
52 Keadaan Ternak Milik Responden Penelitian di Kawasan Agropolitan
Pacet ……… 173
53 Tingkat Pendapat Masyarakat Pertanian terhadap Pengelolaan USDT di Kawasan Agropolitan Pacet ……… 174 54 Tingkat Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet ……… 177
55 Latar Belakang Pekerjaan Responden ……….. 185
56 Hasil Nilai Consistency Ratio pada AHP Pengelolaan USDT Berkelanjutan
di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 186 57 Tampilan Hasil Data Pengelolaan USDT di Kawasan Agrpolitan Pacet,
Cianjur ……….. 187
58 Hasil Analisis Kepentingan Faktor dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 188 59 Hasil Analisis Kepentingan Aktor dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 189 60 Hasil Analisis Kepentingan Tujuan dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ……… 190
61 Hasil Analisis Kepentingan Alternatif Program dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ………. 190
62 Peningkatan Persepsi Masyarakat Pertanian terhadap Pengelolaan
USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan... 197 63 Peningkatan Jumlah Petani Sayuran di Kawasan
Agropolitan... 198 64 Peningkatan Jumlah Anggota Keltan di Kawasan Agropolitan... 199 65 Peningkatan Partiisipasi Masyarakat Pertanian di Kawasan
Agropolitan... 200
66 Peningkatan Bantuan Pemerintah di Kawasan Agropolitan... 198
xiv
Agropolitan... 209 69 Perkiraan Produksi Sayuran Segar dan Agroindustri di Kawasan
Agropolitan... 212 70 Perkiraan Besarnya Pendapatan dari Sayuran Segar, Hasil Olahan
Dan Pertanian Terpadu di Kawasan Agropolitan... 214 71 Perkiraan Besarnya Pendapatan per kapita Petani di Kawasan
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ... 14
2 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran
Tinggi Berkelanjuran di Kawasan Agropolitan ... 16
3 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 30
4 Tujuan Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan... 30
5 Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan ... 41
6 Sistem dalam Kawasan Agropolitan ... 46 7 Tahap Pendekatan Sistem ... 50 8 Tahapan Analisis Sistem ... 51
9 Simplifikasi Diagram Lingkar Sistem Pengendalian Ekosistem
Kawasan Industri ... 52
10 Peta Wilayah Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur... 70 11 Diagram Alir Kegiatan Penelitian ... 73
12 Diagram Lingkar (Causal Loop) Sistem Pengelolaan Usahatani
Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 99
13 Diagram Kotak Gelap Model Pengelolaan Usahatani Sayuran
Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 100 14 Hierarki dalam Perencanaan Pengelolaan USDT Berkelanjutan
Di Kawasan Agropolitan ... 104 15 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT
di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 120 16 Visualisasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi USDT
di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 121 17 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT
Dimensi Sosial di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 122 18 Peran Masing-masing Atribut Sosial yang Dinyatakan dalam Bentuk
Perubahan RMS IKb-USDT Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 123
19 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT
Dimensi Ekonomi di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 124
20 Peran Masing-masing Atribut Ekonomi yang Dinyatakan dalam Bentuk
Perubahan RMS IKb-USDT Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 125
21 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT
Dimensi Ekologi di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 126 22 Peran Masing-masing Atribut Ekologi yang Dinyatakan dalam Bentuk
Perubahan RMS IKb-USDT Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 127
23 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT
xvi
24 Peran Masing-masing Atribut Teknologi yang Dinyatakan dalam Bentuk
Perubahan RMS IKb-USDT Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 129
25 Analisis Rap-USDT yang Menunjukkan Nilai IKb-USDT Dimensi Etika di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 131 26 Peran Masing-masing Atribut Etika yang Dinyatakan dalam Bentuk
Perubahan RMS IKb-USDT Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 132
27 Aspek-aspek Penting dalam Pengembangan Sistem USDT
di Kawasan Agropolitan Pacet ... 135 27 Wortel (Daucus carota L.)... 149 28 Sistem Tanam Gendong Rewok di Kawasan Agropolitan ... 151
29 Bawang Daun (Aliceae)………. 153
30 Keadaan Pertanaman Bawang Daun di Kawasan Agropolitan
Pacet, Cianjur…….……… 155
31 Tepung Wortel Kemasan Merk WORTA ………... 159
32 Beberapa Produk Olahan Wortel yang Diproduksi oleh KWT
di Kawasan Agropolitan ……….. 160
33 Bawang Daun Bumbu Dapur (Choppedspring onion)………. 162
34 Grafik Hasil Pengolahan Akhir AHP Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur ... 187 35 Causal Loop Sub Model Sosial dan Kelembagaan dalam
Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 195
36 Struktur dari Sub Model Sosial dan Kelembagaan dalam
Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 196
37 Peningkatan Persepsi Masyarakat Pertanian terhadap Pengelolaan
USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ……….. 197
38 Peningkatan Jumlah Petani Sayuran Di Kawasan Agropolitan……….. 198 39 Peningkatan Jumlah Anggota Keltan Di Kawasan Agropolitan ... 199 40 Perilaku Partisipasi Masyarakat Pertanian dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 200
41 Causal Loop Sub Model Teknologi dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 201 42 Struktur dari Sub Model Teknologi dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 203 43 Perkiraan Bantuan Pemerintah dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan Di kawasan Agropolitan ... 204 44 Perilaku Tindakan Konservasi Tanah dan Air dalam
Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 206
45 Causal Loop Sub Model Lingkungan dalam Pengelolaan USDT
xvii
46 Struktur dari Sub Model Lingkungan dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 208 47 Perilaku Erosi dalam Pengelolaan USDT Berkelanjutan
di Kawasan Agropolitan ... 209 48 Causal Loop Sub Model Ekonomi dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 210 49 Struktur dari Sub Model Ekonomi dalam Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 211 50 Perilaku Produksi Sayuran dan Agroindustri dalam Pengelolaan
USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 213 51 Perilaku Pendapatan Petani dalam Pengelolaan
USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 215
52 Causal Loop Model Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 216 53 Struktur Model Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 217 54 Perbandingan Laju Pertumbuhan Jumlah Jiwa Petani Antara Aktual
dengan Simulasi di Kawasan Agropolitan ... 220 55 Grafik Hasil Simulasi pada Peubah Partisipasi, Pendapatan Petani
Sayur dan Pendapatan Petani per kapita di Kawasan Agropolitan... 221 56 Perkembangan Tingkat Partisipasi Masyarakat apabila Melalui
Intervensi dengan Tingkat Partisipasi Awal 60 % ... 223 57 Perkembangan Tindakan Konservasi Tanah dan Air sehingga
Menurunkan Konstanta Menjadi 28,223 ... 223 58 Penurunan Tingkat Erosi dari 222 menjadi 11,56 ton per hektar
per tahun di Kawasan Agropolitan ... 223 59 Peningkatan Pendapatan Petani
di Kawasan Agropolitan ... 224 60 Hasil Uji Intervensi Struktural pada Variabel Jumlah Jiwa
Kaitannya dengan Pendapatan Petani ... 225 61 Hasil Simulasi melalui berbagai Pengembangan Kebijakan terhadap
Pengelolaan USDT di Kawasan Agropolitan ... 226 62 Hasil Simulasi Skenario Moderat melalui beberapa Pengembangan
Kebijakan terhadap Pengelolaan USDT di Kawasan Agropolitan ... 227 63 Hasil Simulasi Skenario Pesimis hanya melalui Kebijakan Peningkatan
Partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan USDT di Kawasan
Agropolitan ... 228
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar Istilah (Glossary)... 247
2 Peta Wilayah Penelitian Model Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ... 255
3 Kuesioner Identitas Rumah tangga petani Sayuran dataran Tinggi
Di Kawasan Agropolitan... 256
4 Kuesioner Tingkat Keberlanjutan Kondisi Eksisting Pengelolaan USDT
Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan ……….. 258
5 Tingkat Penerapan teknologi Asta Usahatani Sayuran Dataran Tinggi
Di Kawasan Agropolitan... 260
6 Analisis Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan Agropolitan .. 261
7 Kuesioner Hasil pengolahan Sayuran yang Dapat Dikembangkan Sebagai
Produk Agroindustri Di Kawasan Agropolitan ………. 263
8 Kuesioner Persepsi Terhadap Pengelolaan USDT Berkelanjutan
Di Kawasan Agropolitan ... 264
9 Kuesioner Partisipasi Petani Terhadap Pengelolaan USDT Berkelanjutan
Di Kawasan Agropolitan ... 269 10 Kuesioner Analitical Hirarchy Process... 272 11 Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Keberlanjutan USDT
Di Kawasan Agropolitan... 282 12 Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Wortel
(Daucus carota)... 284 13 Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Brokoli
(Brassica oleracea fa asaparagodes) ………. 285 14 Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Bawang Daun
(Allium fistulosum L)... 286 15 Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Caisim ... 287
16 Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Lobak (Raphanus sativus LINN) 288
17 Keadaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kawasan Agropolitan …. 289
18 Analisa Usahatani Wortel di Kawasan Agropolitan Pacet ... 290
19 Analisa Usahatani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Pacet ……. 291
20 Analisa Usahatani Caisim di Kawasan Agropolitan Pacet ……….. 292
21 Analisa Usahatani Lobak di Kawasan Agropolitan Pacet ... 293
22 Analisa Usahatani Brokoli di Kawasan Agropolitan Pacet ………. 294
23 Data Curah Hujan Di Kawasan Agropolitan Tahun 2002 s/d 2006 ….. 295
24 Perhitungan Besarnya Nilai EI30……….. 296
xix
26 Hasil Perhitungan Nilai LS di Kawasan Agropolitan Pacet... 299
27 Nilai Faktor Penutupan dan Pengelolaan Tanaman pada Setiap
Pola Tanam Yang Mungkin Diterapkan di Sub DAS Manting ... 301
28 Nilai Faktor C (Penutupan dan Pengelolaan Tanaman) pada Setiap
Pola Tanam yang Diusahakan di Kawasan Agropolitan Pacet………… 302 29 Nilai Faktor Tindakan Konservasi Tanah dan Air (P)
di Kawasan Agropolitan Pacet……….. 304
30 Hasil Perhitungan Pendugaan Besarnya Erosi di Kawasan
Agropolitan Pacet ... 305 31 Rekapitulasi Data Tingkat Persepsi Masyarakat terhadap
Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet …… 307
32 Rekapitulasi Data Tingkat Partisipasi Masyarakat terhadap
Pengelolaan USDT Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan Pacet ... 310
33 Grafik Hasil Analisis Pengelolaan USDT Di Kawasan Agropolitan... 313 34 Hierarkhi Analisis Pengelolaan USDT Berkelanjutan
Di Kawasan Agropolitan... 315 35 Hasil Pairwise Setiap variabel dalam Analisis AHP Pengelolaan USDT Berkelanjutan Di Kawasan Agropolitan... 316 36 Foto Kawasan Agropolitan Pacet, Cianjur... 318
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mulai mengalami krisis moneter yang disebabkan antara lain karena lemahnya fundamental perekonomian
nasional. Selama kurun waktu 1997–1998, krisis ekonomi telah mengakibatkan kontraksi perekonomian Indonesia sebesar –19 %, terutama menimpa sektor industri dan jasa, sektor perdagangan, sektor manufakturing (terutama industri
pengolahan), sedangkan sektor pertanian yang mengalami pengaruh negatif
multiplier effects justru masih dapat tumbuh walaupun relatif sangat kecil
(Nasoetion, 1999).
Krisis moneter tersebut kemudian berlanjut menjadi krisis ekonomi, kemudian krisis sosial dan politik yang bersifat multi dimensional. Banyak buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan salah arahnya kebijakan pembangunan yang
menyebabkan kemubaziran (inefficiencies). Tatanan dan nilai-nilai adat (social
capital) menjadi rusak sehingga menimbulkan kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup karena ketidakmampuan masyarakat mengelola sumberdaya
alam dan masyarakat komunal menjadi perambah yang merusak sumberdaya alam. Hutang-hutang luar negeri yang semakin membengkak memberi tekanan pada defisit neraca pembayaran kronis yang menimbulkan ketidak stabilan (instability) ekonomi makro, maka dicoba mencari jalan keluar terutama dalam
rangka memperkuat fundamental ekonomi Indonesia di masa datang yang lebih efisien (efficient), adil (equitable), dan berkelanjutan (sustainable)(Anwar, 1999). Sektor pertanian yang masih tumbuh di masa krisis ekonomi menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih tangguh. Relatif tangguhnya sektor pertanian menurut Nasoetion (1999) antara lain disebabkan :
- Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam ketersediaan
sumberdaya alam yang menjadi penyangga utama kegiatan sektor pertanian
- Secara institusional sektor pertanian yang relatif tradisional, terlindungi dari
pengaruh eksternal yang merugikan karena terbatasnya kaitan (linkage)
sektor tersebut dengan sektor manufakturing yang berorientasi ke luar negeri
- Sektor pertanian terdiri dari sangat banyak rumah tangga petani, perusahaan
kecil menengah sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan internal
- Sumberdaya alam Indonesia sangat beragam di antara wilayah sehingga
2
Berdasarkan sifat–sifat ketangguhan pada sektor pertanian tersebut
diperkirakan sektor pertanian dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang utama dalam masa pemulihan ekonomi, sehingga pemerintah melakukan pembangunan ekonomi berbasis pertanian, selain adanya komitmen politik pemerintah untuk mengembangkan koperasi, perusahaan kecil/menengah
sebagai pelaku ekonomi utama dalam pembangunan nasional.
Strategi pengembangan agribisnis ditingkatkan menjadi strategi yang mensinergikan pengembangan strategi agribisnis dengan pendekatan wilayah.
Pengembangan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan berdasarkan “Agro based sustainable development“ diyakini dapat memperkokoh perekonomian bangsa Indonesia, serta menjamin pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan. Dalam rangka mempercepat pembangunan
pertanian dan perdesaan, pada tahun 2002 pemerintah mencanangkan Program
Pengembangan Kawasan Agropolitan yang basis pengembangannya adalah daerah pusat pertumbuhan perdesaan, yaitu daerah-daerah pemasok hasil
produksi pertanian (sentra produksi pertanian) (Deptan, 2002).
Pada saat ini, konsep Agropolitan yang dikembangkan oleh Friedmann dan Douglass pada tahun 1974, telah dilaksanakan di 98 kabupaten/kota di
Indonesia oleh berbagai departemen sejak tahun 2002. Departemen yang terlibat dalam pembangunan kawasan agropolitan yaitu :
- Departemen Pekerjaan Umum, membangun infrastruktur seperti jalan desa,
packing house, jaringan bersih, sub terminal agrbisnis dll, yang merupakan
jasa penunjang agribisnis
- Departemen Pertanian, membangun subsektor usahatani dengan menitik
beratkan pada pemberdayaan sumberdaya manusianya
- Departemen terkait lainnya seperti Depdagri, Deperindag, Depnakertrans,
mengembangkan subsektor terkait lainnya.
Pelaksanaan Program Agropolitan yang melibatkan banyak lembaga/instansi
tentunya membutuhkan keterpaduan dan koordinasi yang baik agar sinergis dan tidak merugikan sektor lainnya.
Program Agropolitan yang dilaksanakan di perdesaan diharapkan dapat
3
Hal ini disebabkan karena pembangunan kawasan agropolitan akan berpengaruh
terhadap lingkungan sehingga akan memerlukan biaya ekologis dan lingkungan
sebagaimana dinyatakan bahwa : “However, rural development entails
environmental and ecological costs“ (APO, 2003). Kawasan Agropolitan akan
menghadapi tekanan penduduk berupa pertambahan penduduk, baik
perpindahan penduduk dari luar daerah maupun pertambahan penduduk yang
berlangsung dari daerah itu sendiri. Menurut Kikuchi (1994) pertambahan penduduk akan mempengaruhi ketahanan pangan, kecuali pertumbuhan
penduduk menurun secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk juga akan menjadi menyebabkan malapetaka yang hebat bagi lingkungan dan pertanian berkelanjutan. Apabila pertanian dengan intensitas saat ini menyebabkan
degradasi lingkungan/sumberdaya dan ketidakberlanjutan, maka untuk
mencapai keberlanjutan memerlukan pertanian yang dua kali lebih intensif.
Pengembangan Kawasan Agropolitan juga akan menyebabkan
pembangunan perumahan dan industri di daerah hulu DAS semakin pesat
sehingga lahan di daerah hulu tidak mampu lagi menyerap air dan dapat menimbulkan bencana banjir di daerah hilir yang semakin memburuk. Dengan demikian optimalisasi pemanfaatan lahan kering masih dihadapkan pada
berbagai tantangan diantaranya dalam hal erosi dan terjadinya degradasi lahan.
Program Agropolitan yang menekankan pada aspek agribisnis
diselenggarakan pada berbagai ekosistem. Sumberdaya lahan yang sangat
beragam memungkinkan pertanian dilakukan mulai dari dataran tinggi di daerah hulu sampai dataran rendah di daerah hilir. Pertanian di daerah hulu relatif lebih penting karena sumberdaya lahannya memiliki resiko-resiko pengelolaan yang sangat besar sehingga dapat menjadi sumber malapetaka. Dengan demikian
pengelolaan lahan di dataran tinggi di Kawasan Agropolitan memerlukan penanganan yang serius sebab dapat menimbulkan kerusakan didaerah hulu itu sendiri atau bahkan meluas ke daerah tengah dan daerah hilir.
Partap dan Sharma menyatakan di Asia Tenggara dataran tinggi sangat penting karena mencakup sebagian besar area dan mayoritas penduduknya hidup dari usaha pertanian (APO, 2003). Kemiringan lereng di dataran tinggi
4
Di Indonesia Bagian Barat, jumlah dan intensitas curah hujan umumnya tinggi.
Keadaan ini memberi peluang yang sangat besar untuk terjadinya erosi yang disebabkan oleh air hujan. Kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan aliran
permukaan (run off) menggerus permukaan tanah merupakan penghancur
utama agregat tanah (Dariah et al., 2004).
Di Wiroko subwatershed, erosi tanah pada lahan kering telah merupakan
masalah utama seperti dikatakan Fletcher (1990) :
” ....soil erosion remains a major problems in the Wiroko subwatershed.
Evidence of this is found in the rapid rate at which siltation is occuring in Gajah Mungkur ; and the presence of soils of up to 3 metres or more depth at relatively undisturbed sites, while adjacent cultivated dryland areas have soils that are shallow and highly eroded. Most erosion can be attributed to poor land management, particulary the lack of good permanent ground cover, a generally low standard of terraces on dryland areas and improper disposal of run off water...”.
Areal lahan kritis di Indonesia terus meluas, di Jawa saja terdapat lahan
kritis seluas 1,184 juta ha yang mencakup 903.092 ha lahan petani dan 281.238 ha di lahan kehutanan (Mangundikoro, 1983). Areal lahan kritis tersebut pada tahun 1993 meningkat yaitu lahan kritis di Jawa Barat telah mencapai 1.842.177 ha, terdiri atas potensial kritis 1.005.854 ha, semi kritis 575. 439 ha, dan kritis
260. 884 ha. Sedangkan pada tahun 1999/2000 areal lahan kritis di Jawa Barat
telah menjadi 2.066.667 ha, yang mencakup 366.985 ha di dalam kawasan hutan dan 1.699.682 ha di luar kawasan hutan ( BPS, 2003 ).
Program Agropolitan dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusakan
sumberdaya alam, terutama lahan, karena unsur utama dalam pengembangan
Kawasan Agropolitan adalah lahan pertanian. Program Agropolitan diseleng-
garakan dengan basis bermacam -macam komoditas pertanian, baik pertanian
tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan atau kombinasinya, yang merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pertanian lahan kering dataran tinggi di Indonesia adalah budidaya
tanaman sayuran yang dilakukan secara intensif sepanjang tahun, karena ditunjang oleh curah hujan yang cukup dengan penyebaran merata. Sistem pertanian ini memerlukan pengelolaan lahan berkelanjutan mengingat bahwa
lahan kering di Indonesia mencapai lebih dari 140 juta hektar dan data BPS
2003 menunjukkan bahwa sekitar 54 juta hektar atau 28,67% dari total luas
Indonesia, di luar Maluku dan Papua, sudah digunakan untuk pertanian,
5
Lahan merupakan sumberdaya pertanian yang sangat penting. Menurut
Barlowe (1986) lahan merupakan sumberdaya yang paling mendasar karena menyediakan bagi kita ruang untuk hidup, dengan produk - produk utama yang menunjang kebutuhan materi kita dan memberi kesempatan dan kepuasan dalam cara hidup kita seperti dikatakan Henry George sebagai berikut :
“ ….land is the habitation of man, the store house upon which he must
draw for all his needs, the material to which his labour must be applied for the supply of all his desires….”.
Budidaya sayuran dataran tinggi bagi sebagian besar masyarakat perdesa
-an sudah menjadi cara hidup dan bagian kehidupan. Petani dalam berusahatani sayuran telah menyesuaikan berbagai teknik bercocok tanam dan sistem pengelolaan sumberdaya lahan telah menyatu dengan tatanan sosial budaya
dan adat istiadat masyarakat perdesaan. Seiring dengan meningkatnya pendu-
duk, pengelolaan lahan kering di daerah hulu DAS semakin intensif dan cenderung mengabaikan kaidah konservasi tanah dan air. Seperti di Curup, Bengkulu, yang topografinya umumnya berbukit dengan tekstur tanah yang
berpasir, gembur dan peka erosi, serta mempunyai curah hujan yang tinggi, tradisi petani justru membuat bedeng tanaman yang berlawanan dengan kontur
(searah lereng) sehingga mempercepat erosi (Munaan et al.,1992). Di zone
vulkanis tinggi, dengan sistem produksi pertanian tanaman semusim berupa sayuran kentang, kubis, bawang daun dan bawang putih, pengelolaan lahannya
dilakukan tanpa penerapan teknik konservasi tanah (Saefudin et al., 1988).
Kesuburan tanahnya terus merosot, keseimbangan hidrologi terganggu,
sumber-sumber air mengering, ketersediaan air untuk irigasi dataran rendah dan “ lower
slope ” berkurang, dan terjadinya peningkatan dalam hal frekuensi dan ukuran banjir.
Di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu di daerah tropis telah terjadi
penurunan produktivitas tanah (Kurnia et al., 2004). Pada lahan yang umumnya
berlereng, jenis tanahnya Andisol, Inceptisol atau Entisol dan peka terhadap
erosi, diusahakan berbagai jenis tanaman sayuran meskipun pengelolaannya disertai pemupukan. Penyebab menurunnya produktivitas lahan menurut
Santoso et al. (2004) adalah tanahnya peka erosi, berlereng, masam dan miskin
6
Dinamika pembangunan terus berkembang dengan cepat dan semakin
kompleks karena tantangan dan tuntutan lingkungan strategis, baik dalam negeri,
regional maupun global. Menurut Sawit et al. (1988) apabila pembangunan
diabaikan di daerah lahan kering, khususnya di dataran tinggi, maka dalam jangka panjang akan terjadi akibat fatal, baik di dataran tinggi sendiri misalnya
penurunan produktivitas lahan, maupun di dataran rendah, misalnya penyusutan
umur waduk/saluran irigasi dan pendangkalan sungai. Dengan demikian isu penting pembangunan pertanian di lahan kering adalah bagaimana
meningkatkan kesejahteraan, khususnya pendapatan petani dan mampu
mempertahankan keberlanjutan (sustainability) sistem pertanian dengan tingkat
erosi yang lebih kecil dari erosi yang masih dapat dibiarkan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka implementasi program agropolitan
memerlukan penanganan yang serius, terutama pada lahan kering dataran tinggi dengan komoditas utama sayuran mengingat banyaknya aspek yang terkait di dalamnya. Kondisi lingkungan lahan kering di daerah hulu lebih beragam
sehingga sistem pertaniannya juga sangat beragam. Kondisi sosial-ekonomi petani juga berbeda-beda, tergantung kondisi wilayah, kesuburan lahan, ancaman bahaya erosi, dan tingkat pendidikannya, menyebabkan tingkat
persepsi dan partisipasi dalam keberlanjutan usahataninya juga berbeda-beda. Oleh karena itu, kebutuhan pembangunan pada agro-ekosistem ini menjadi lebih kompleks. Teknologi yang diperlukan tidak dapat diberlakukan sama di semua
tempat, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan dan sosial
ekonomi setempat (Manwan,1988).
Dalam rangka pengembangan Kawasan Agropolitan dengan orientasi pengembangan ekonomi berbasis tanaman sayuran dataran tinggi, maka perlu
dilakukan penelitian tentang model pengelolaan usahatani sayuran yang berkelanjutan.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam rangka menyeimbangkan pembangunan, mengurangi disparitas
desa-kota dan menyiapkan lapangan kerja di desa agar tidak terjadi urbanisasi,
7
Pengembangan Kawasan Agropolitan mengandalkan pada pengembangan
ekonomi yang berbasis pertanian. Dalam implementasinya, Program Agropolitan dilaksanakan diberbagai ekosistem, termasuk di dataran tinggi. Hal tersebut telah menarik perhatian banyak kalangan, disamping juga menimbulkan kekhawatiran terjadinya kerusakan lingkungan, terutama lahan pertanian. Para pihak yang
khawatir beralasan karena pengembangan Kawasan Agropolitan akan menarik
minat para pelaku ekonomi dan spekulan, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan penduduk di kawasan tersebut.
Peningkatan penduduk, baik yang berasal dari migrasi maupun karena pertambahan penduduk dari daerah itu sendiri dapat mengakibatkan :
- terjadinya peningkatan kebutuhan pangan yang berdampak pada tekanan
terhadap lahan pertanian yang dapat ditanami (arable land)
- terjadinya alih fungsi lahan sehingga luas lahan pertanian berkurang,
- masyarakat asli kawasan terpinggirkan sehingga mereka mengelola lahan kurang subur dan merambah hutan yang dapat menimbulkan terjadi erosi
- terjadinya pencemaran karena bertambahnya volume sampah.
Program Agropolitan telah dilaksanakan di 98 kabupaten/kota dengan karakteristik kawasan yang sangat beragam, mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, dengan melakukan pengembangan berbagai komoditas unggulan berupa tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.
Pengembangan Kawasan Agropolitan di dataran tinggi berbasis usahatani
sayuran memerlukan penanganan yang serius karena beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu :
1 Kurnia et al. (2000) menyatakan bahwa aktivitas budidaya sayuran dataran
tinggi yang intensif menyebabkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah
akibat lapisan atasnya tererosi. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana kondisi eksisting pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan
2 Kurnia et al. (2000) menyatakan bahwa dataran tinggi merupakan tempat
tumbuh yang ideal bagi berbagai komoditas sayuran bernilai tinggi yang sangat diperlukan pasar. Namun demikian, masih banyak petani sayuran
8
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi kesesuaian
beberapa jenis tanaman sayuran dataran tinggi yang diusahakan petani di Kawasan Agropolitan
3 Komoditas sayuran banyak diusahakan di lahan berlereng > 25%, pada curah hujan yang tinggi sehingga menjadi penyebab besarnya bahaya erosi. Selain
itu, sayuran berumur pendek sering panen dan merupakan short term
penggunaan lahan. Lahan yang sering terbuka dalam setahun akan mempengaruhi keseimbangan air dalam tanah, terutama kemampuan tanah
menahan air dan evaporasi. Kekuatan jatuh air hujan yang besar dan
meningkatnya kemampuan aliran permukaan (run off) menggerus permukaan
tanah menyebabkan terjadinya erosi yang sangat besar dan menimbulkan
banjir di daerah tengah dan hilir. Sehubungan dengan permasalahan tersebut
maka perlu dilakukan pendugaan tentang besarnya erosi yang mungkin terjadi di daerah usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan
4 Beberapa komoditas sayuran mengalami over product padahal komoditas
sayuran itu mudah rusak (perishable) sehingga harganya sangat fluktuatif,
disamping belum berkelanjutannya usaha-usaha pengolahan hasil dan pemasaran hasil pertanian. Depkimpraswil (2002) mengemukakan bahwa
tingkat keberlanjutan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian masih sangat rendah karena kecilnya skala usaha (tidak mencapai
skala ekonomi) dan masih tersekatnya subsistem produksi usahatani (on
farm) dengan pengolahan dan pemasaran. Sehubungan dengan
permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang peluang pengembangan agroindustri yang dapat dilaksanakan di Kawasan Agropolitan
5 Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Saefuddin et al. (1988) menunjukkan
bahwa persepsi petani terhadap keberlanjutan usahataninya sangat bervariasi pada berbagai zona lahan yaitu :
- di zona vulkanis tinggi, petani menganggap bahwa erosi bukan merupakan
masalah utama untuk keberlanjutan usahataninya
- di zona vulkanis tengah, petani telah sadar akibat negatif dari erosi dan
memerlukan konservasi tanah untuk keberlanjutan usahataninya
- di zona bukit lipatan, petani juga kurang peduli terhadap bahaya erosi
yang terjadi dan
9
Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian
tentang bagaimana persepsi petani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan terhadap keberlanjutan usahataninya
6 Persepsi melandasi partisipasi, sehingga persepsi petani sayuran dataran tinggi akan menentukan partisipasinya dalam mengelola usahataninya.
Persepsi petani yang positif akan berpengaruh terhadap partisipasinya
dalam berusahatani secara berkelanjutan dengan melakukan pengelolaan lahan yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi lahan dan air.
Ndraha (1990) menyatakan bahwa pada fase permulaan gerakan
pembangunan desa di berbagai Negara, prakarsa (initiative) dan partisipasi,
yang merupakan salah satu elemen proses pembangunan desa, tidak
segera tergerak. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa perlu dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain. Pihak lain tersebutlah yang mengambil prakarsa dan masyarakat diminta atau diberi kesempatan berpartisipasi (turut serta).Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka
perlu dilakukan penelitian seberapa jauh partisipasi yang telah dilakukan petani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan dalam mengelola usahataninya secara berkelanjutan
7 Kondisi lahan kering dataran tinggi di daerah satu dengan daerah lainnya sangat berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan dataran rendah. Ekologi pertaniannya juga amat heterogen dilihat dari iklim, tanah,
elevasi dan kemiringan tanah, sehingga pilihan komoditi sayuran yang
ditanam juga amat beragam (Sawit et al., 1988). Tekanan penduduk yang
semakin kuat terhadap lahan pertanian di dataran tinggi dan terbatasnya lapangan kerja non pertanian, telah menimbulkan gangguan ekologis
seperti banjir, kekeringan, erosi dan krisis kayubakar. (Sawit et al., 1988). Permasalahan yang kompleks tersebut, yang mencakup bidang biofisik dan sosial ekonomi, memerlukan pemecahan dari berbagai disiplin ilmu sehingga
perlu dirancang model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan khususnya di Kawasan Agropolitan.
Berdasarkan rumusan-rumusan permasalahan tersebut maka
10
Beberapa pertanyaan penelitiannya adalah :
1 Bagaimana tingkat keberlanjutan kondisi eksisting pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan ?
2 Apakah komoditas sayuran yang dikembangkan di lahan usahatani sayuran dataran tinggi sudah sesuai ? Berapa perkiraan besarnya erosi yang
terjadi dan agroindustri apa yang sebaiknya dikembangkan di Kawasan
Agropolitan ?
3 Bagaimana pendapat dan partisipasi masyarakat tani dalam pengelolaan
usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan? 4 Bagaiman model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan
di Kawasan Agropolitan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian model pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan adalah merancang model
pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan.
Sedangkan tujuan antaranya adalah :
1 Mengevaluasi tingkat keberlanjutan kondisi eksisting pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi di Kawasan Agropolitan
2 Melakukan evaluasi kesesuaian komoditas unggulan sayuran dataran tinggi
yang dibudidayakan petani, mengetahui perkiraan besarnya erosi yang terjadi pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi dan mengetahui peluang agroindustri yang dapat dikembangkan di Kawasan Agropolitan
3 Mengetahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat tani dalam
pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi berkelanjutan di Kawasan Agropolitan.