ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA
MATERI BIOTEKNOLOGI SMA NEGERI
SE-KABUPATEN ROKAN HILIR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
ZULPADLY
NIM. 8146174047PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Zulpadly. NIM. 8146174047. Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri pada Materi Bioteknologi Se-Kabupaten Rokan Hilir. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kesulitan belajar siswa pada materi Bioteknologi di lihat dari level kognisi; (2) indikator pada materi Bioteknologi yang sulit dipahami oleh siswa Kelas XII SMA Se-Kabupeten Rokan Hilir; (3) faktor eksternal dan internal yang dominan menjadi penyebab kesulitan belajar Bioteknologi; (4) kesulitan belajar Bioteknologi berdasarkan akreditasi sekolah; (5) perbedaan kesulitan belajar Bioteknologi antara sekolah di kota dan di pinggiran. Penelitian ini bersifat deskriptif kwantitatif. Populasi dari penelitian ini siswa kelas XII jurusan IPA dari SMA Negeri se- Kabupaten Rokan hilir yang terdiri dari 11 SMA, yaitu SMAN 2 Pujud, SMAN 5 Tanah Putih, SMAN 4 Tanah Putih, SMAN 1 Kubu, SMA 2 Bangko Pusako, SMAN 2 B Sinembah, SMAN 1 R Melintang, SMAN 1 Tj. Melawan, SMAN B. Pusako, SMAN 4 Bangko Pusako, SMAN 1 Bangko, dan SMAN 1 B. Hampar. Total sampel adalah sebanyak 644 orang siswa. Sampel dipilih dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrument tes pilihan berganda untuk penguasaan materi Bioteknologi, dan angket. Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif menggunakan persentase dan uji t. Hasil penelitian menggunakan tes penguasaan materi Bioteknologi menunjukkan bahwa hanya 70 siswa yang tuntas (10,87%) dari 644 siswa. Terdapat sebanyak 574 siswa tidak tuntas (89,13%). Berdasarkan indikator pembelajaran, diketahui bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar terbesar terdapat pada indikator Menjelaskan proses rekayasa genetika 67,44%, Menjelaskan proses Kultur jaringan 63,44%, Menjelaskan proses rekombinasi gen 63,07 dan Menjelaskan Dampak penggunaan rekayasa genetika 63,17%. Ditinjau dari aspek kognitif, diketahui bahwa kesulitan belajar terbesar terdapat pada level C5 dengan persentase sebesar 59,90% diikuti oleh C4 sebesar 59.41%, C6 sebesar 56.07%, C3 sebesar 53.03%, C2 sebesar 53.02% dan diakhiri oleh level C1 sebesar 50.24%. Faktor internal penyebab kesulitan belajar pada materi bioteknologi rata-rata berada pada kategori sedang yaitu minat belajar siswa 57.20%, motivasi belajar 59.05% dan bakat 56.30%. Sedangkan faktor eksternal penyebab kesulitan belajar pada materi bioteknologi berada pada kategori sedang yaitu peranan guru sebesar 59.59% dan sarana 47.13%. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata persentase kesulitan belajar siswa yang berada di pusat kota sebesar 50,06% dan di pinggiran kota sebesar 60,05%. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesulitan belajar Bioteknologi yang signifikan di antara sekolah yang berada di kota dan pinggiran dengan nilai signifikansi 0,024 < 0,05. Selanjutnya berdasarkan Akreditasi sekolah diketahui bahwa rata-rata kesulitan belajar siswa di sekolah akreditasi A sebesar 51,04% sedangkan akreditasi B sebesar 60,87%. Dari hasil uji t diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi bioteknologi antara sekolah akreditasi A dengan sekolah akreditasi B dengan nilai signifikan 0,027 < 0,05.
ii ABSTRACT
Zulpadly. NIM. 8146174047. Analysis of Student Learning Difficulties on Biotechnology Subject Matter of Senior High School in Kabupaten Rokan Hilir. Thesis. Postgraduate Program, State University of Medan. 2016.
This study aims to determine; (1) the difficulty of students in Biotechnology matter in view of the level of cognition; (2) indicators on Biotechnology elusive material by students of class XII SMA in Kabupaten Rokan Hilir; (3) external and internal factors were the dominant cause of learning difficulties Biotechnology; (4) difficulty learning Biotechnology based school accreditation; (5) Biotechnology learning difficulties difference between schools in the city and on the outskirts. This research is descriptive quantitative. The population of this study majoring in science class XII student of SMA Se-Kabupaten Rokan Hilir consists of 11 high school, SMAN 2 Pujud, SMAN 5 Tanah Putih, SMAN 4 Tanah Putih, SMAN 1 Kubu, Bangko Pusako SMA 2, SMAN 2 B Sinembah, SMAN 1 R Melintang, SMAN 1 Tj. Melawan, SMAN B. Pusako, SMAN 4 Bangko Pusako, SMAN 1 Bangko and SMAN 1 Batu Hampar. The total sample is as much as 644 students. Samples were selected using purposive sampling techniques. Data is collected using a multiple-choice test instrument for the mastery of the material Biotechnology, and questionnaires. The data was processed using descriptive statistics and t test using percentages. The results using the test mastery of Biotechnology show that only 70 students who completed (10.87%) out of 644 students. There are as many as 574 students were not completed (89.13%). Based on indicators of learning, it is known that students who have learning difficulties are greatest in the indicator Explains 67.44% the process of genetic engineering, tissue culture process Explains 63.44%, 63.07 Explaining the process of recombination and Explaining the effects of using genetically engineered 63.17% , Judging from the cognitive aspect, it is known that the greatest learning difficulties are at the level of C5 with a percentage of 59.90%, followed by 59.41% for C4, C6 amounted to 56.07%, amounting to 53.03% C3, C2 amounted to 53.02% and topped by a C1 level of 50.24%. Internal factors that cause learning difficulties at an average biotech material in middle category is 57.20% interest in student learning, motivation to learn to 59.05% and 56.30% talent. While external factors that cause learning difficulties in the matter of biotechnology in middle category that is the role of teachers by 59.59% and 47.13% means. From the results, the average percentage of students' learning difficulties who are in the city center amounted to 50.06% and in the suburbs of 60.05%. T test results showed there are differences in Biotechnology significant learning difficulties among schools in the city and suburbs with significant value 0.024 <0.05. Furthermore, based on accreditation of the school in mind that the average students' learning difficulties in school accreditation of A is 51.04% while accreditation of B is 60.87%. From the results of the t test showed there are differences in student learning outcomes in biotechnology materials between schools accreditation of A by accreditation of B schools with significant value 0.027 <0.05.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini akhirnya. Adapun judul
Tesis ini adalah “Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA pada materi
Bioteknologi” yang disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada program Study Pendidikan Biologi Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Banyak pihak yang membantu, membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini, oleh sebab itu dengan rasa rendah hati dan penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada Ibu Dr. Fauziyah Harahap,M.Si. Bapak Dr. Syahmi Edi,Msi. Selaku pembimbing tesis yang dengan sabar telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi serta meluangkan waktunya untuk membinbing penulis dalam menyelasaikan tesis ini.
Kepada ketiga nara sumber Bapak Prof.Dr. rer.nat Binari Manurung, M.Si. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar M.Si. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd. Yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk perbaikan tesis ini, tidak lupa seluruh Bapak / Ibu Dosen yang memberikan ilmunya selama penulis belajar di Program Program Pasca Sarjana Pendidikan Biologi Unimed. Pada kesempatan ini penulis juga memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, MPd. 2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, Bapak
Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd.
3. Ketua Program Study Pendidikan Biologi, Dr. Fauziyah Harahap, M.Si yang juga sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si sebagai dosen pembimbing II.
4. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si. dan Ibu Cicik Andriyani, MSi. Selaku validator instrument.
5. Bapak/Ibu Kepala sekolah dan guru-guru SMA Negeri se-Kabupaten Rokan Hilir yang banyak membantu dalam penelitian ini.
iv
7. Istriku tercinta Sumarah, SE. dan Putriku, R.A.Destilinyta yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
8. Sahabatku Mhd Rafi Ma’rif Tarigan, Wahidah Rahmadani, Rahmad Surya dan juga teman-teman angkatan 2014/2015 kelas B2 yang telah memotivasi hingga tesis ini selesai.
9. Penulis menyadari tesis ini masih kurang sempurna, untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Medan, 15 Agustus 2016 Penulis
Zulpadly
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Nama SMA Negeri dan jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian analisis kesulitan pembelajaran
Bioteknologi ... 50 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Diagnostik Analisis Kesulitan Belajar Pada
Materi Bioteknologi ... 53 Tabel 3.3 Distribusi Kisi-Kisi Kesulitan Belajar Pada Materi
Bioteknologi ... 55 Tabel 3.4 Kategori Tingkat kesulitan Belajar yang dialami siswa %
siswa pada materi Bioteknologi ... 57 Tabel 3.5 Kategori Analisis Faktor-faktor Kesulitan Belajar Yang
Dialami siswa pada materi Bioteknologi ... 58 Tabel 4.1 Jumlah (%) yang tuntas dan tidak tuntas dalam Tes
Penguasaan materi Bioteknologi di SMA Negeri Se-
Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan KKM (75) ... 59 Tabel 4.2. Kesulitan Belajar (%) Siswa Pada materi Bioteknologi di
SMA Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan Domain
Kognisi ... 60 Tabel 4.3 Penguasaan (%) Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi di
SMA Negeri se- Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan
Domain Kognisi ... 61 Tabel 4.4 Kesulitan Belajar (%) Siswa Berdasarkan Indikator Materi
Bioteknologi di SMA Negeri se-Kabupaten Rokan Hilir ... 63 Tabel 4.5 Jumlah (%) Faktor Internal Menyebabkan Kesulitan Belajar
Siswa Pada Materi Bioteknologi ... 77 Tabel 4.6 Jumlah (%) Faktor internal yang Menyebabkan Kesulitan
Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi ... 81 Tabel 4.7 Kesulitan Belajar Siswa Yang Berada Di Pusat Kota Dan
Pinggiran Kota... 85 Tabel 4.8 Kesulitan Belajar Siswa Yang Berada Di Sekolah
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tes Penguasaan Materi Bioteknologi ... 118
Lampiran 2 Angket Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Mempelajari Bioteknologi ... 129
Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara ... 131
Lampiran 4 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 2 Pujud... 135
Lampiran 5 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 5 T.Putih ... 137
Lampiran 6 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 4 T.Putih ... 138
Lampiran 7 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 1 Kubu ... 139
Lampiran 8 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 2 Bangko Pusako ... 142
Lampiran 9 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 2 B Sinembah ... 144
Lampiran 10 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 1 R Melintang ... 146
Lampiran 11 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 1 Tanjuang Melawan ... 148
Lampiran 12 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 4 Bangko Pusako ... 150
Lampiran 13 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN 1 Bangko ... 152
Lampiran 14 Persentase Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Level Kognitif di SMAN Batu Hampar ... 154
Lampiran 15 Perolehan Skor Indikator Materi Bioteknologi di SMAN 2 Pujud ... 156
Lampiran 16 Perolehan Skor Indikator di SMAN 5 T.Putih ... 158
Lampiran 17 Perolehan Skor Indikator di SMAN 4 T.Putih ... 159
Lampiran 18 Perolehan Skor Indikator di SMAN 1 Kubu ... 160
xii
Lampiran 20 Perolehan Skor Indikator di SMAN 2 Bagan Sinembah ... 165
Lampiran 21 Perolehan Skor Indikator di SMAN 1 Rimba Melintang ... 167
Lampiran 22 Perolehan Skor Indikator di SMAN 1 Tanjuang Melawan ... 169
Lampiran 23 Perolehan Skor Indikator di SMAN 4 Bangko Pusako ... 171
Lampiran 24 Perolehan Skor Indikator di SMAN 1 Bangko ... 173
Lampiran 25 Perolehan Skor Indikator di SMAN Batu Hampar ... 175
Lampiran 26 Perbedaan Kesulitan Belajar Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 177
Lampiran 27 Perbedaan Kesulitan Belajar Bioteknologi Antara Sekolah di Kota dan Pinggiran ... 178
Lampiran 28 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 2 Pujud ... 179
Lampiran 29 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 5 T.Putih ... 180
Lampiran 30 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 4 T.Putih ... 181
Lampiran 31 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 1 Kubu ... 182
Lampiran 32 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 2 Bangko Pusako ... 184
Lampiran 33 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 2 B Sinembah ... 186
Lampiran 34 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 1 R Melintang ... 188
Lampiran 35 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 1 Tanjuang Melawan... 190
Lampiran 36 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 4 Bangko Pusako... 191
Lampiran 37 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN 1 Bangko ... 193
Lampiran 38 Perolehan Skor Angket Kesulitan Belajar Bioteknologi di SMAN Batu Hampar ... 194
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk menghasilkan
produk dan jasa untuk kepentingan manusia (Putra, 2015). Polingkinghone
dalam (Todd & Murphy, 2003) menyatakan bahwa” bioteknologi merupakan
salah satu disiplin ilmu yang relatife sulit tetapi ilmu yang berkembang sangat
kompleks dan minimbulkan banyak perdebatan di berbagai area seperti etika
politik dan moral”. Bioteknologi dikenal sebagai ilmu yang bersipat multi
disipliner dan aplikatif sehingga membutuhkan penguasaan konsep dasar yang
cukup dan perkembangannya sangat pesat karena bioteknologi bersentuhan
dengan peningkatan taraf hidup manusia (Purwaningsih, 2009).
Penggunaan bioteknologi sebagai ilmu maupun sebagai alat yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan kemajuan secara cepat dalam berbagai
bidang kehidupan. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan
bioteknologi salah satu bidang ilmu yang harus dikuasai bangsa Indonesia,
termasuk para siswa SMA. Hal tersebut dikarenakan selain banyak terkait
langsung dengan kehidupan sehari-hari juga dapat dikaitkan dengan aspek”life
skill”. Untuk memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang baik terhadap
pembelajaran bioteknologi diharapkan kepada siswa mampu melakukan
pembelajaran bioteknologi yang benar dan sesuai dengan pemahaman yang baik.
Menurut Hagerdon (dalam Sohan et al, 2003) siswa-siswa sekolah saat ini perlu
2
bioteknologi untuk dapat memutuskan secara cerdas penggunaan pengetahuan
tersebut secara benar.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara
peningkatan penguasaan dan sikap siswa serta persepsi positip terhadap
bioteknologi (Souhan, 2003; Dawson & Schibei, 2003: Bal, et al,.2007). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa, apabila seorang siswa telah menguasai dengan
benar dan mampu memutuskan secara kritis tentang bioteknologi maka mereka
akan dapat bersikap secara benar terhadap bioteknologi. Oleh karenanya
kesulitan memahami konsep bioteknologi haruslah menjadi bagian dari unsur
yang dibekalkan kepada siswa. Dawson & Shicebeci (2003) menyatakan bahwa
dari jumlah siswa yang diteliti di Australia, sepertiganya mempunyai
pemahaman yang rendah atau tidak memahami sama sekali tentang bioteknologi
dan sepertiganya lagi tidak dapat memberikan satu contohpun tentang hasil
bioteknologi secara benar. Penguasaan yang rendah dari siswa maupun
masyarakat umum terhadap ilmu tersebut sangat mungkin disebabkan karena
kesulitan siswa dalam pembelajaran bioteknologi di sekolah, sehingga di
perlukan penyiapan yang matang dalam pembelajaran di bidang ini.
Terkait dengan hasil belajar bioteknologi yang rendah atau penyebab
rendahnya KKM pada materi biotekhnologi diduga banyak faktor penyebabnya,
seperti faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor lainnya. Dalam
pembelajaran biologi materi bioteknologi konvensional seperti pembuatan tempe
dan tahu siswa masih mengalami kesulitan jika harus praktek langsung di
lapangan, yang sering terjadi pembelajaran dilakukan dengan ceramah atau
3
konsep tetapi juga aplikasi (Purwaningsih, 2009). Kesulitan berikutnya adalah
kekurangan alat untuk mengamati terjadinya proses bioteknologi, proses
bioteknologi memerlukan waktu beberapa hari, sehingga untuk melakukan
pengamatan secara langsung dalam percobaan tidak dapat diperoleh hasilnya
dalam waktu 5 jam pelajaran.
Guru sebagai faktor eksternal sangat menentukan keberhasilan belajar
siswa. Penelitian terakhir menujukkan bahwa guru sains mengenali adanya
kebutuhan untuk mengajarkan bioteknologi, tetapi masih sedikit yang terlaksana.
Faktor – faktor yang membatasi pengajaran bioteknologi meliputi: kurangnya
keahlian guru dalam konten bidang ini, kurangnya pengalaman dalam kecocokan
aktivitas mengajar, kurangnya sumber dan materi kurikulum dan kurangnya
watu mengajar (Dawson & Scbei, 2003).
Sekolah yang terletak di pinggiran kota dengan sekolah yang terletak di
pusat kota sebagai faktor eksternal sangat mempengaruhi etos kerja dan
agresifitas dalam belajar, sehingga menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar
yang berakibat pada hasil belajarnya. Wahyono et al (2014) mengungkapkan
bahwa pemerataan pendidikan secara emprik masih tetap fenomenal, yang
ditandai dengan semakin rendahnya kualitas pendidikan di daerah pinggiran.
Peran siswa didaerah pinggiran kota ketika dirumah merangkap sebagai
tenaga produktif untuk membantu laju ekonomi keluarga, siswa merupakan
aset keluarga yang harus berperan aktif dalam aktivitas perekonomian
keluarga. siswa menjadi sumber daya pendukung bagi kelancaran aktivitas mata
pencaharian orangtua. Kondisi seperti ini mempengaruhi phisik disaat mengikuti
4
siswa di tandai dengan rendahnya presentasi siswa yang mengerjakan
tugas-tugas yang di berikan guru seperti praktikum dan pekerjaan rumah sehingga
tidak mencapai KKM 75. Dawson & Shicebeci (2003) menyatakan bahwa dari
jumlah siswa yang diteliti di Australia sepertiganya mempunyai pemahaman
yang rendah atau tidak menunjukkan adanya hubungan positif antara
peningkatan penguasaan dan sikap siswa serta persepsi positip terhadap
bioteknologi (Souhan, 2003; Dawson & Schibei, 2003: Bal, et al,.2007).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila seorang siswa telah
menguasai dengan benar dan mampu memutuskan secara kritis tentang
bioteknologi, maka mereka dapat bersikap secara benar terhadap bioteknologi.
Oleh karenanya kesulitan memahami konsep bioteknologi haruslah menjadi
bagian dari unsur yang di bekalkan kepada siswa – siswi memahami atau tidak
memahami tentang bioteknolog secara benar. Penguasaan yang rendah dari
siswa maupun masyarakat umum terhadap ilmu tersebut, sangat mungkin
disebabkan karena kesulitan siswa dalam pembelajaran bioteknologi di sekolah
sehingga di perlukan penyiapan yang matang dalam pembelajaran di bidang ini.
Akreditasi sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
penyelenggaaraan pendidikan, salah satu dasar hukum tentang hal tersebut
tertuang dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, bab XVI bagian kedua pasal 60 tentang akreditasi. Akreditasi di
lakukan agar penyelenggaraan pendidikan pada semua lingkup mengacu pada
standar nasional pendidikan. Akreditasi sekolah juga dapat dikatakan sebagai
faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan
5
akreditasi sekolah, semakin tinggi pula pencapaian hasil belajar siswa,.
sebaliknya semakin rendah pencapaian akreditasi sekolah akan berakibat pula
pada pencapaian prestasi hasil belajar siswa yang rendah. Dengan demikian
adanya akreditasi mempengaruhi kualitas pelayanan sekolah terhadap siswa
sehingga menghasilkan prestasi belajar tinggi dan lulusan yang baik.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa SMA Negeri di Kabupaten Rokan
hilir, didapatkan keterangan bahwa perolehan nilai rata- rata peserta didik masih
banyak yang belum mencapai KKM, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) yaitu 75. Di Kabupaten Rokan hilir contohnya, nilai rata- rata perolehan
siswa pada materi bioteknologi baru mencapai nilai 70, di SMAN 2 Pujud
mencapai nilai 70, SMAN 1 Bangko mencapai nilai 70, sedangkan rata- rata di
SMAN 2 Bagan Sinembah mencapai nilai 68. Tidak tercapainya nilai siswa
sesuai KKM dapat dijadikan sebagai indikator bahwa telah terjadi kesulitan
belajar siswa pada materi bioteknologi. Kesulitan belajar siswa pada umumnya
pada indikator materi bioteknologi modern yang bersipat abstrak dan mengkaji
sesuatu yang bersipat molekuler.
Untuk mengatasi kesulitan siswa pada materi bioteknologi, maka perlu
dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor penyebab kesulitan belajar
tersebut. Berdasarkan permasalahan- permasalah yang telah dikemukakan diatas
maka perlu diambil langkah – langkah strategis dan nyata untuk melakukan
inovasi pembelajaran bioteknologi sesuai dengan permasahan yang dihadapi
6
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas pada latar belakang masalah dapat dirumuskan
Identifikasi masalah yaitu :
1. Rendahnya nilai siswa pada materi Bioteknologi yang berada di bawah
KKM (<75).
2. Materi yang dikaji dalam dalam bioteknologi masih bersipat abstrak karena
mengkaji sesuatu yang sipatnya molekuler sehingga sulit dipahami.
3. Kurangnya keahlian dan kemahiran guru menyampaikan materi
bioteknologi.
4. Penyebab kesulitan belajar siswa kesulitan dalam memahami bioteknologi
dipengaruhi oleh 2 faktor internal ( minat, motivasi, bakat) dan faktor
eksternal (guru, laboratorium,sumber belajar).
5. Penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bioteknologi berasal
dari perbedaan letak sekolah dan akreditasi.
1.3. Batasan masalah Penelitian ini dibatasi pada :
1. Analisis kesulitan siswa dibatasi pada materi yang sulit di pahami siswa
dalam bioteknologi yang terdiri dari konsep bioteknologi secara
konvensional dan modern.
2. Kesulitan mengerjakan soal dalam bentuk pilihan ganda
3. Faktor internal (minat, motivasi, bakat) dan faktor eksternal (faktor guru,
laboratorium, sumber belajar) yang mempengaruhi kesulitan belajar
7
4. Perbedaan letak sekolah dan akreditasi mempengaruhi hasil belajar
bioteknologi.
5. Penelitan ini dilakukan di 11 SMA Negeri di Kabupaten Rokan hilir kelas
XII-IPA Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan letak sekolah di Kecamatan
yang berbeda dengan akreditasi A dan B.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kesulitan belajar siswa pada materi bioteknologi dilihat
dari domain kognisi?
2. Bagian indikator manakah pada materi bioteknologi yang sulit di pahami
oleh siswa?
3. Faktor eksternal dan internal yang dominan menjadi penyebab kesulitan
belajar bioteknologi?
4. Adakah perbedaan kesulitan belajar berdasarkan akreditasi sekolah?
5. Adakah perbedaan kesulitan belajar bioteknologi antara sekolah yang di
kota dan pinggiran?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis .
1. Untuk mengetahui kesulitan belajar siswa pada materi Bioteknologi di
lihat dari domain kognisi.
2. Untuk mengetahui indikator pada materi bioteknologi yang sulit di pahami
8
3. Untuk mengetahui faktor eksternal dan internal yang dominan menjadi
penyebab kesulitan belajar bioteknologi.
4. Untuk mengetahui perbedaan kesulitan belajar bioteknologi antara sekolah
di kota dan di pinggiran.
5. Untuk mengetahui kesulitan belajar Bioteknologi berdasarkan akreditasi
sekolah.
1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari pelaksanaan ini adalah :
- Menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai alat untuk memotivasi
diri dalam mencapai penguasaan tentang konsep materi bioteknologi
secara maksimal dengan mengetahui analisis kesulitan belajar.
- Memotivasi guru-guru biologi di SMA untuk lebih meningkatkan proses
pembelajaran dan memahami krakteristik siswa agar dapat memahami
kesulitan yang di alami siswa ketika belajar materi Bioteknologi.
2. Manfaat Praktis
- Sebagai bahan masukan kepada pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan
hilir agar dapat meningkatkan pelatihan bioteknologi kepada guru-guru
biologi SMA Se-Kabupaten Rokan hilir
- Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah SMA untuk lebih
meningkatkan kinerja guru biologi
- Sebagai bahan masukan bagi guru biologi untuk lebih mengembangkan
110 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dari uraian dari hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan antara lain.
1. Kesulitan belajar siswa materi bioteknologi berdasarkan domain kognisi level C1 sebesar 50,24%, C2 sebesar 53,02%, C3 sebesar 53,03%, C4 59,90%, C5 sebesar 59,90%, C6 sebesar 56,07% dengan kategori sedang. 2. Kesulitan belajar siswa berdasarkan indikator yang tinggi adalah pada
indikator menjelaskan proses rekayasa genetika sebesar 67,44%, menjelaskan proses kultur jaringan sebesar 63,44% menjelaskan proses rekombinasi gen 63,07% dan menjelaskan dampak penggunaan rekayasa genetika 63,17% dengan kategori tinggi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada materi bioteknologi di SMAN Se-Kabupaten Rokan hilir yang terdiri dari minat sebesar 57,20% motivasi sebesar 59,05% dan bakat sebesar 56,30% termasuk pada kategori sedang. Sedangkan faktor Eksternal (guru) dalam mengajar sebesar 59,59% kategori sedang dan sarana sebesar 47,13% termasuk pada kategori rendah.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan kesulitan belajar bioteknologi antara sekolah yang berada di kota dan pinggiran dengan kategori sedang. 5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sekolah dengan akreditasi A
111
5.2 Implikasi
112
mengurangi kesulitan belajar siswa. Guru perlu menjari rujukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga di perlukan hasil penelitian.
5.3Saran
Berdasarkan uraian di atas saran-saran yang dapat di berikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru diharapkan dapat menerapkan, menguasai konsep materi bioteknologi, pembelajaran yang bervariasi sehingga memudahkan siswa memahami materi sesuai dengan kompetensi ingin dicapai.
2. Guru diharapkan mendesain sendiri dan menggunakan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran siswa
3. Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan hilir di harapkan lebih memperbanyak pelatihan bioteknologi bagi guru-guru biologi SMA Negeri se-Kabupaten Rokan hilir
4. Kepala Sekolah SMA Negeri se-Kabupaten Rokan hilir di harapkan lebih mengoptimalkan fungsi forum MGMP bagi guru – guru biologi untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran Bioteknologi.
5. Guru dituntut mampu mengoperasikan jaringan internet, melakukan praktikum pembelajaran bioteknologi untuk membantu kesulitan siswa dalam pembelajaran bioteknologi.
113
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, M. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, Z, Setiawan, A. (2012). Mengenal Identifikasi Kesulitan Belajar Serta
Hambatannya dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jurnal Cakrawala Kependidikan. 6 (2) : 112- 127.
Anita, S, 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Ahmadi & Supriyono.2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Wacana Ilmu.
Asmani, Jamal Makmur, 2010. Tipe Lulus Akreditasi Sekolah/ Madarasah Panduan Mutu Sekolah /Madarasah Berorientasi Komfetitif : Yogyakarta: laksana
Abdurrahman, M., 2003, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta
Alexander, Marcia, Fernandes, Milton,. High Scholl Student Associated With Biotehknology and Moleculer Concept in Barazil. Jurnal Creative Education. 2013.4(1) : 149-153.
BAN/SM, 2009. Kebijakan dan Pedoman AKreditasiSekolah/Madrasah. Jakarta: BAN S/M
Bal, S, Samanci,N.K,.& Bozkurt,O (2007). “University Student Knowledge
and Attitude about Genetic Engering”. Eurasia Jurnal Of Teacher.
Eurasia Journal Mathematic, Scince & Tecknology.3 (2).119-126.
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Degeng, I.N.S 1989. Mencari Penstrukturan Isi Teks Ajar dan Strategi Belajar Terhadap Perolehan Mengingat Fakta dan Memahami Konsep. Forum Penelitian Pendidikan,6 (1),74-91
Dawson, V. & Scbei, R, 2003.Westeren Austaralia High School Student Attitudes toward Biotecnology Process. Journal of Biological. 38(1):60-67.
Depdiknas, 2006. Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar.
114
Dimyati & Mujiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, 2007. Tes Diagnostik, Jakarta: Direktorat Jenderal Manejemen
Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Engkoswara, A, Komariah ,2011. Adminitrasi Pendidikan. Bandung Alfabeta Fahdi, 2015. Analisis Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran
Biotekhnologi Pada Guru SMA Se- Kabupaten Langkat. Tesis, Pascasarjana Unimed.
Gayda, E.W. 2004.Understanding Learning Dissability.Past President of LDACISSN 0013-1253.Vol. 2 Education Canada.
Sohan, D, E .,Walizect, TM ,dan Briers ,Ge. (2003).” Knowledge., Attitudes,
and Perception Regarding Biotechnology Aming College
Studes”.J.Nat.Resour.Life. Scin. Educ,31.(5).5-11
Syukur. (2005). Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL ( Ranah- Ilmu – Ilmu Sosial dan Agama).
Slameto. 1995. Belajar dan faktor- faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O., 2002. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bumi Aksara Hallahah, Daniel,D,F,J.M.,and, LIoyd,JW. (1985) Introduction Disabilities,New
Jersey:Prentice- Hall Inc.Jurnal Magsitra.2010,22 (73).33-34.
Hasnawiyah. (1994). Minat dan Motivasi Siswa Terhadap Jurusan Biologi Pada SMA si ujung Pandang. Skripsi. Ujungpandang: FMIFA IKIP Ujung Pandang.
Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung.
Harjana, 1984. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi . Yogyakarta: Kanisius.
Hartono, R. 2011. Bioteknologi Pengembangan Tanaman Resisten terhada Hama dan penyakit, (On line), (htt://cs.upi.edu/upload, diakses 14 Juli 2016).
Nana, S, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung Remaja Rosda Karya
Nur’ainun, 2014. Analisis Kesulitan Guru Biologi Melaksanakan Pembelajara)
115
(OECD) Orgazanation for Economic CoperatioDevelopment,1982.Eutropication Of waters. OECD Publication Office.Paris
Mardiyanti, F. 1994. Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta Dalam Mempelajari Aljabar,Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Miarso, Yusuf,S, (2008). Menyemai buah Benih Teknologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta Kencana Prenada Media Group.
Masjumi, N. 2008. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta. Erlangga
Muhammad, A,H & Wan Sulong,WM.2003. Antara Minat da Sikap Pelajar terhadap Bahasa Arab: Satu Kajian Kes Pelajar Bachelor Bahasa Arab di IPTA Malaysia Wacana Pendidikan Islam (Sri 5). Pendidikan Islam dan Bahasa Arab. Pemangkin Peradaban Ummah. Fakulti Pendidikan Universitas Malaysia.
Pratiwi, D,A. 2007. Buku Penuntun Biologi SMA untuk Kelas XII. Jakarta Erlangga.
Purwaningsih,W. 2009. Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Pimroses, S,B. (1987). Moderen Biotecnology. Oxford: Blackwell Scientific Publication. Oxford , London
Purwo, B. K. (2009). Menjadi Guru Pembelajar. Jurnal Pendidikan Penabur 8 (13):64-70.
Anita,S, 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Findings American Education Research jurnal. Summer 1982 19 (2): 237-248.
Purwanto, M,N. 1994. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi dan Pengajaran. Universitas Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.
Koksal, M & Cimen. 2000. Perseption of Persepctive Biology Teacher on Important and Difficulties of irgan as School – Subject /Word Aplled. Scinces journal, 5(4): 379-405.
Kartono, K. 2008. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada : Jakarta
116
Kek, C, Darmawan, N, & Chen,Y. 2007. Famili Learning Environment Learning Aproaches and Student Outcomes in a Malaysian Private University.International Education Journal.2007. 8 (2),318-336.
Lerner, Janet. 2000. Learning Disabilities- 9 th Edition,Boston:Hought Miffin Company. Jurnal Magsitra, 22 (73) 33.
Lovitt, T.C (1989), Introduction Learning Disabilities, Boston: Allyn and Bacan.
Loekmono, 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia Raja, Anita,S, 1998. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Rifa’i, V. 2003.Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar.Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan.40(9):130-143.
Rothaar, R, Pittendirgh B.R.,& Orvis K.S (2006).” TheLego Analogy Model for
Teaching Gene Seguencing and Bioteknology”.Jurnal Biological
Education. 40(4).25-30.3
Rahmadi, W. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remedialnya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika,
Suardana. 2007. Kurikulum Siswa SMAN Memahami Konsep Dasar Biogeokimia..Jurnal ilmiah Guru Kanderang Tingrang : 01(01): 46-51. Supriyono, A. 2004. Cooperative Learning: Teori dan dan Aplikasi Paikem.
Sardiman, A. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Suratman, 2009. Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Mata Pelajaran
Matematika dan IPS pada Siswa Kelas VI Semester 1 SDN 1 Katengsari Kecamatan Kedungjati , Kabupaten Grobogan TahunPelajaran 2009/2010,UPBJ Semarang.
117
Sukmadinata, Syaodih, N. 1988. Prisip dan landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Depdikbud.
Syamsuddin, A, 2002. Psikologi Pendidikan,Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Subroto, S, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sujana, N,Ahmad, R.2005. Media Pengajaran, Sinar Baru Algerindo: Bandung.
Todd, A. Morpy,D.J. 2003. “ Evaluation University Masterclsses and School
visit as Mechanisms for Enhacing Teaching and Learning Experinces for Undergradute and School Pupil. A pilot Study Biotechnology Student
“.Bioscince Education e journal.1-10
Trianto, 2011. Pengantar Penelitian bagi pengembangan Profesi Pendidikan dan Kependidikan, Jakarta: Kencana.
Wardana, E.,2003.Menimbang Pendidikan Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Warkitri. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika.
Witing. 1981. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia . Yuline. 2008. Mengenal Layanan Identifikasi Kesuliatan Belajar dan Diagnosis
Kesuliatan Belajar serta hambatannya dalam proses Belajar Mengajar disekolah .Jurnal Cakrawala Kependidikan ,6(2):112 -12