Effect of Tax Collection and Tax Compliance Tax Investigation Against The Tax Office Pratama Majalaya
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Desta Karunia Sari
21110179
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
ABSTRACT ...
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5
1.2.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Maksud Penelitian ... 6
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
1.4.1 Kegunaan Praktisi ... 6
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 7
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7
vii
2.1. Kajian Pustaka ... 9
2.1.1 Penagihan Pajak ... 9
2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 9
2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak ... 10
2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak ... 14
2.1.1.4 Hak wajib Pajak/Penanggung Pajak ... 17
2.1.1.5 Kewajiban Pajak/ Penanggung Pajak ... 17
2.1.1.6 Daluwarsa Penagihan ... 17
2.1.2 Pemeriksaan Pajak ... 18
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 18
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi pemeriksaan ... 19
2.1.2.3 Kendala yang dihadapi Pemeriksaan Pajak ... 20
2.1.1.4 Prosedur Pemeriksaan Pajak ... 21
2.1.1.5 Persiapan Pemeriksaan Pajak ... 22
2.1.1.6 Indikator Pemeriksaan Pajak ... 23
2.1.1.7 Ruang lingkup Pemeriksaan Pajak ... 23
2.1.3 Kepatuhan Perpajakan ... 24
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan ... 24
2.1.3.2 Identifikasi Kepatuhan Perpajakan ... 24
viii
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ... 29
3.2. Metode Penelitian ... 29
3.2.1 Desain Penelitian ... 30
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 34
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 36
3.2.3.1 Sumber Data ... 36
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 37
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 39
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 39
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum KPP Pratama Majalaya ... 50
4.1.1 Struktur Organisasi ... 53
4.1.2 Deskripsi Jabatan ... 54
4.1.3 Hasil Penelitian ... 57
4.1.4 Analisis Deskritif ... 57
4.1.4.1 Perkembangan Penagihan Pajak pada KPP ... 57
ix
4.2 Pembahasan ... 79
4.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap kepatuhan ... 79
4.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUTAKA ... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86
Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perapajakan. Bandung: PT.Refika Aditama
Erly suandy. 2000. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Salemba Empat
Gatot Faisal. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisis Pertama. Yogyakarta : BPFE
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi
Marihot Pahala. 2007. Perpajakan:Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000
Mohammad Ibrahim ADIB. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta : PT. Raja Garfindo
Persada
Mohammad Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas. 2006. Politik Perpajakan Membangun Demokrasi
Negara. Yogya: UII Press
Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian Edisi 16. Bandung: CV.Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: CV.Alfabeta
Soemarso. 2011. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Umi Narimawati. (2008). Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi. Yogykarta:
Graha Ilmu
Undang-undang RI No.16 tahun 2000. Tentang Perubahan Atas Undang-udang RI No.9
Tahun 1994 dan Undang-undang RI No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata cara Perpajakan
Waluyo dan Wirawan. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit: Salemba Empat
Waluyo. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit: Salemba Empat
130
NIM : 21110179
Nama Lengkap : Desta Karunia Sari
Agama : Islam
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Desember 1992
Alamat : Jalan Industri Blok 4b
2007 - 2010 SMA Pasundan 7 Kota Bandung
2010 - 2014 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2014 SARJANA (S1)
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Agus Supriyono
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Agustus 1954
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Industri Blok 4b
Rt.12 Rw.08
Nama Ibu : Lela
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 5 September 1956
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Industri Blok 4b
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Usulan
Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Kepatuhan Perpajakan ”. Penelitian ini ditujukan sebagai salah satu
Syarat Usulan Penelitian di Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas
Komputer Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan baik dari segi waktu, biaya maupun ilmu. Namun peneliti mencoba
untuk memaksimalkannya dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Selainitu, peneliti berkeyakinan bahwa penelitian ini tidak mungkin terselesai
kan tanpa adanya bantuan do’a dan dukungan serta petunjuk dari berbagai pihak,
untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr.ELY SUHAYATI., SE., M.Si ., Ak ., CA selaku Dosen Pembimbing Laporan
Usulan Penelitian
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini., SE.,Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
i Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Kedua orang tua, kakak, adik dan keponakan terima kasih atas doa dan kasih
saying kalian selalu menjadi kekuatan dan motivasi bagi saya dalam menyusun
usulan penelitian ini semoga saya dapat menjadi kebanggaan keluarga.
6. Rekan-rekan seperjuangan di kelas 4 AK-4 yang selalu mendukung dalam hal
apapun.
Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan dan segala sesuatu yang telah
diberikan kepada penulis senantiasa mendapat imbalan dari ALLAH SWT .Amin.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi harapan dan bermanfaat bagi yang
memerlukannya dan segala kelapangan hati penulis menerima segala saran dan kritik
terhadap penulisan penelitian ini untuk perbaikan selanjutnya.
Bandung, Juli 2014 Peneliti
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau
landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada
literatur-literatur yang membahas konsep penelitian.
2.1.1 Penagihan pajak
2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak
Menurut Moeljohadi dalam Siti Kurnia (2010:197)mendefinikasikan
Penagihan pajak adalah sebagai berikut:
Menurut Undang-Undang ialah UU No.6 tahun 1983 yo UU No.16 tahun
2000 dan UU No.19 tahun 2000 tentang ketentuan umum tatacara perpajakan dan
penagihan pajak dengan surat paksa”.
Menurut Mardiasmo (2009:119)mendefinikasikan Penagihan pajak adalah
sebagai berikut :
“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan”.
Menurut Diana Sari (2013:264)mendefinikasikan Penagihan pajak adalah
sebagai berikut :
“Serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penagihan pajak merupakan tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan memperingatkan dan melakukan pelaksanaan
penagihan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak
Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-
Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
sebagai berikut :
1. Surat Tagihan
a. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan
atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
b. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila :
1. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
4. Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkansebagai
PKP.
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat
faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagaiPKP tetapi tidak
membuat atau faktur pajak tidak lengkap.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
a. Pengertian
Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak uang terutang,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi
administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
b. Penerbitan SKPKB
Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyatajumlah
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
2. SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis
tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran.
3. Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak harus
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan
tarif 0 persen.
4.Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidakterpenuhi,
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
adalahkeputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
ditetapkan.
b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
apabila :
1.Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan
penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak
sebelumnya.
2. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan
SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu
kali.
4. Surat Keputusan Pembetulan Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan
yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan
yang terdapat salam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan
Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian
5. Surat Keputusan Keberatan
Surat Putusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat
Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang dianjurkan oleh wajib pajak.
6. Putusan Banding
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak Kelebihan Pajak.
Berdasarkan pengrtian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkanbahwa
untuk melakukan tagihan pajak diperlukan Surat Tagihan Pajak (STP), dan
diterbitkan apabila PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, terdapat
kekurangan pembayaran pajak, dan dikenakan denda jika Wajib Pajak telat dalam
pembayaran pajaknya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) digunakan untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
Dan diterbitkan apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat pajak terutang,tidak
menyampaikan surat pemberitahuan tepat waktu, berdasarkan hasil pemeriksaan
terdapat dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak, dan jika penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT) digunakan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak
uang ditetapkan. Dan diterbitkan jika data baru ataudata semula belum lengkap
serta ditemukannya data yang lain setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Surat KeputusanPembetulan merupakan surat untuk membetulkan jika
terdapat kesalah tulis, salahhitung, maupun kekeliruan dalam penerapan
Undang-Undang Perpajakan. SuratPutusan Keberatan merupakan keputusan keberatan
terhadap pemotongan ataupemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh
Wajib Pajak. Putusan merupakan putusan yang diputuskan oleh peradilan pajak
terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.
2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian dibawah ini:
1. Surat Teguran
a. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlahnya jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dan WP tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau
SKPKBT, kepada WP disampaikan surat teguran setelah lewat 7 (Tujuh)
hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan ;
b. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagaian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
dan WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan
sehubungan dengan SKPKB dan SKPKBT,kepada WP disampaikan surat
c. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagaian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
dan WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan
sehubungan dengan SKPKB dan SKPKBT ,kepada WP disampaikan surat
teguran setelah 7 (hari) sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang
masih harus dibayar berdasarkan putusan banding ;
d. Dalam hal WP menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam pembahasan akhir pemeriksaan, kepada WP disampaika
surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan ;
e. Dalam hal WP mencabut penagjuan keberatan atas SKPKB atau
SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal
diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh WP, kepada WP
disampaikan surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan
pengajuan keberatan tersebut; dan
f. Dalam rangka penagihan pajak atas utang bumi dan bangunan dan / atau
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang tercantum dalam
STPPBB,SKBKB,SKPKBT,STB atau surat keputusan pembetulan,
keputusan keberatan . atau putusan banding, yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah, kepada WP disampaikan surat
teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
penyampaian surat teguran dapat dilakukan secara langsung, melalui pos
2. Surat Paksa utang pajak stelah lewat 21(dua puluh satu) hari dari tanggal
surat teguran tidak dilunasi, diterbitkan surat paksa yang diberitahukan oleh
jurusita pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan surat paksa
sebesar Rp.50.000,00, utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2x24
jam setelah surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak.
3. Surat sita utang pajak terbit dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat
paksa diberitahukan oleh jurusita pajak tidak dilunasi, jurusita pajak dapat
melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan surat
perintah melakukan penyitaan sebesar Rp.100.000,00.
4. Lelang dalam jangka waktu paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
tindakan penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan
dengan pengumuman lelang melaui media massa. Pengumuman lelang
untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang yang tidak
bergerak 2(dua) kali. Penjualan secara lelang melalui kantor lelang negara
terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihan paksa dan
biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama
dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya
lelang pada saat pelelangan. Catatanbarang dengan nilai paling banyak
2.1.1.4 Hak Wajib Pajak/Penanggung pajak
Wajib pajak / Penanggung Pajak berhak :
1. Meminta jurusita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita
pajak.
2. Menerima salinan surat paksa dan salinan berita acara penyitaan.
3. Menentukan urutan barang yang akan dilelang.
4. Sebelum pelaksanaan lelang wajib pajak diberi kesempatan terakhir untuk
melunasi utang pajak termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya
pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut kepada KPP yang
bersangkutan.
5. Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.
2.1.1.5 Kewajiban pajak / Penanggung Pajak
Wajib pajak /Penanggung Pajak berkewajiban :
1. Membantu jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya
a. Memperbolehkan juru sita pajak memasuki ruangan , tempat usah /
tempat tinggal WP / Penanggung Pajak.
b. Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
2. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan atau
disewakan.
2.1..6 Daluwarsa Penagihan
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan,
terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT dan SKP, surat keputusan
keberatan, putusan banding, serta putusan peninjauan kembali .
Daluwarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila :
a. Diterbitkannya surat paksa .
b. Adanya pengakuan utang pajak dari WP baik langsung maupun tidak langsung.
c. Diterbitkan SKPKB dan SKPKBT karena WP setelah jangka waktu 5 (lima)
tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan
atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempuyai ketetapan
hukum tetap.
d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
2.1.2 Pemeriksaan Pajak
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Definisi pemeriksaan pajak menurut Soemarso S.R (2011:112)
mengemukakan bahwa :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengemukakan bahwa :
“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self
assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada
Undang-undang perpajakan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kunia Rahayu (2010:260) Mengemukakan.
“Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak”. Antara lain:
“1. Teknologi Informasi (information technology)
Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh wajib pajak.
Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga
memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer
Assisted Audit Technique.
2. Jumlah sumber daya manusia (the number of human resources)
Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja
pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber
daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka
untuk mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan
meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi
informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.
3. Kualitas sumber daya (the quality of human resources)
Kualitas pemeriksa sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang,
dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan
dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan
sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.
4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (audit facilities)
Sarana prasarana pemeriksaan seperti komputer sangat diperlukan”.
2.1.2.3 Kendala yang Dihadapi Pemeriksaan Pajak
Adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam pemeriksaan pajak
menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:261), antara lainnya :
1. Psikologis
Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa
pajak mengenai kepatuhan Wajib Pajak. Persepsi yang terbentuk pada
wajib pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan
informasi. Apabila timbul ketimpangan informasi (assymetric
information), maka akan timbul masalah psikologis antara kedua belah
pihak. Wajib Pajak timbul penolakan, pemeriksa timbul kecurigaan.
2. Komunikasi
Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran
pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil
pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak
memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa.
Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan
lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak menjelaskan
penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini
dapat menghambat jalannya pemeriksaan pajak.
3. Teknis
Terdiri dari ukuran (size) perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi,
kepemilikan modal (structure of ownership), cakupan transaksi. Semakin
kompleks variable teknis akan berdampak terhadap pelaksanaan
pemeriksaan pajak.
4. Regulasi
Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan
atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak
pemajakan undang-undang domestic atas transaksi internasional.
2.1.2.4 Prosedur Pemeriksaan Pajak
Prosedur yang diatur dalam pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo
(2009:12) adalah sebagai berikut:
1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan
dan harus memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan, meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak atau objek yang terutang;
b. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
c. memberi keterangan yang diperlukan.
3. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau
ruangan tertentu bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban untuk
memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau
ruangan sebagaimana disebutkan pada butir 2.b diatas.
4. Dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban
merahasiakan, maka kewajiban merahasiakan ditiadakan oleh permintaan
untuk keperluan pemeriksaan.
2.1.2.5 Tahapan Pemeriksaan Pajak
2.1.2.5.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak
Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau
persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak
berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang
optimal.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:286) persiapan pemeriksaan ialah :
“Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan seperti mempelajari berkas wajib pajak/berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak, mengidentifikasi masalah, melakukan pegenalan lokasi wajib pajak, menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam, dan menyediakan sarana pemeriksaan”.
Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh
gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program
2.1.2.5.2 Indikator Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:292) pelaksanaan pemeriksaan ialah :
“Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi:
(1) Memeriksa ditempat wajib pajak.
(2) Melakukan penilaian atas system pengendalian intern.
(3)Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dokumen.
(4) Memberitahukan hasil pemriksaan kepada wajib pajak.
(5) Melakukan sidang penutup (Closing Conference)”.
2.1.2.6 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan ruang lingkupnya menurut Diana Sari (2013:230)
mengemukakan
“jenis-jenis pemeriksaan dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan
dan pemeriksaan kentor. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan”.
a. Pemeriksaan Lapangan, yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk
dilakukan di tempat Wajib Pajak.
b. Pemeriksaan Kantor, meliputi jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau
tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di tempat Kantor Direktorat Jenderal
2.1.3 Kepatuhan Perpajakan.
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan
Pengertian Kepatuhan Perpajakan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139)
mengemukakan bahwa :
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.
Menurut Kepatuhan Perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti
Kurnia Rahayu (2010:138) mengemukakan bahwa :
“Kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya”.
Adapun menurut Safri Numantu dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut :
“Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak melaksanakan semua kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
2.1.3.2 Identifikasi Kepatuhan Perpajakan
Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139), kepatuhan
wajib pajak dapat diidentifikasi dari :
a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.
c. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.
d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No.544/KMK.04/2000 kriteria kepatuhan perpajakan adalah :
a. tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir.
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaaan, koreksi pada
pemeriksaaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang
terutang paling banyak 5%
e. wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun diaudit oleh akuntan
publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan
pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
Berdasarkan referensi diatas maka indikator yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).
b. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan
Menurut Marihot Pahala (2007:139) Penagihan pajak merupakan hal
yang sangat penting dalam pemungutan pajak, Hal ini dimaksudkan agar semua
wajib pajak patuh membayar membayar pajak. Apabila tidak ada tindakan
penagihan yang dilakukan oleh fiskus, wajib pajak akan memandang enteng pajak
yang menjadi kewajibannya.
Menurut Gatot Faisal (2009:210) Penagihan pajak merupakan salah satu
bentuk pengawasan yang dilakukan administrasi pajak dalam rangka memastikan
wajib pajak patuh dalam melunasi utang pajaknya.
Menurut Gatot Faisal (2009:225) mengemukakan.
“Tindakan penagihan pajak dilakukan terhadap wajib pajak penunggak
pajak, di samping bertujuan untuk mencairkan tunggakan pajak, tindakan
penagihan pajak dengan surat paksa juga merupakan wujud law enforcement
untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak“.
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh
pendapat para ahli serta penelitian terdahulu.
2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:245) mengemukakan bahwa dengan
pelaksanaan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan
sebagai berikut:
pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak”.
Maka berdasarkan dari referensi tersebut dapat dikatakan bahwa
pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.
Dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh bagian pemeriksaan terhadap
wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Dimana wajib pajak itu
sendiri menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:163) adalah:
2.3 Hipotesis
Pengertian Hipotesis menurut Sugiyono (2010:93) menjelaskan bahwa :
“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan
diuji oleh peneliti dengan pendekatan kuantitatif.”
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris.
Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho = penagihan pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan.
29 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian, yang pertama kali perlu diperhatikan
adalah objek penelitian yang akan diteliti, dimana dalam objek penelitian tersebut
terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari
pemecahannya.
Adapun Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32)
sebagai berikut :
“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.
Sedangkan pengertian objek penelitian menurut Suharsimin Arikunto
(2006:118) sebagai berikut :
“Objek penelitian (variable penelitian) adalah apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian objek
penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Objek
Penelitian ini adalah Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan
Perpajakan, subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitan menurut Sugiyono (2011:2)adalah sebagai berikut :
“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Dan menurut Umi Narimawati (2008:127) definisi dari metode peneiltian
sebagai berikut:
“Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan
data untuk tujuan tertentu”.
Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan
penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam
penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif,
yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai
data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang
diselidiki peneliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah
sebagai berikut :
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah
satu sampai tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan
masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat
dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah
dipelajari.
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam
Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan alat uji statistik yaitu analisis Regresi Linier Berganda.
3.2.1 Desain Penelitian
Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu
perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat
berjalan dengan lancar dan sistematis.
Desain penelitian menurut Nur Indrianto (2002:249) adalah sebagai
berikut :
“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan
metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam
Sedangkan desain penelitian menurut Umi Narimawati (2008) adalah
sebagai berikut :
“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk
menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.
Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan
prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan,
dan analisis data.
Menurut Sugiyono (2011:50) menjelaskan proses penelitian disampaikan
seperti teori sebagai berikut :
1. “Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. Kesimpulan.”
Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Sumber Masalah
Peneliti melakukan survey mengenai masalah dan fenomena yang ada
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini merumuskan masalahnya sebagai berikut :
a. Bagaimana besar pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan
Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
b. Seberapa besar pengaruh Pemeriksaan terhadap Kepatuhan
Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab hipotesis penelitian ini yang terdapat dalam rumusan
masalah maka diperlukan sumber data teoritis yang relevan atau
dalam penelitian sebelumnya dengan tema yang sama untuk digunakan
dalam menjawab pertanyaan sementara.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori
dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada
pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut
hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Penagihan
Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan, Pemeriksaan Pajak
berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan.
5. Metodologi Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode
penelitian yang sesuai, Pada penelitian ini metode penelitian yang
digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data
6. Instrument
Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. instrument
pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari data yang
diterima dari Kantor Pelanyan Pajak yang termasuk kedalam
penelitian. Teknik yang digunakan untuk menggunakan data-data
kualitatif yang diperoleh menjadi urutan data kuantitatif adalah dengan
menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada
pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang
bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
T-1: Untuk menganalisis besarnya pengaruh Penagihan Pajak terhadap
Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
T-2: Untuk menganalisis besarnya pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap
Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
3.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut Umi Narimawati (2008) pengertian operasional variabel adalah
sebagai berikut:
“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian
kedalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas
secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan
diteliti memerlukan indikator sebagai berikut:
1. Variabel Bebas / Independen (X1 dan X2)
Menurut Sugiyono (2009:4) pengertian variable bebas sebagai berikut:
“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat)”.
Dalam hal ini variabel bebas akan berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti adalah variabel X1 Penagihan Pajak dan X2
Pemeriksaan Pajak. Dalam operasionalisasinya variabel ini semua
diukur oleh instrument dalam bentuk rasio.
2. Variabel Tidak Bebas / Dependen (variabel Y)
Menurut Sugiyono (2009:4) pengertian variable tidak bebas sebagai
“Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Dalam hal ini variabel terikat akan berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah variabel Y Kepatuhan Perpajakan. Dalam operasionalisasinya
variabel ini di ukur oleh instrument dalam bentuk rasio.
Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel-variabel dapat dilihat
pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Table 3.2 Operasional variable
Variabel/Konsep
Variabel Indikator Ukuran Skala
Penagihan Pajak (X1)
Menurut Mardiasmo (2009:119)
mendefinikasikan Penagihan
pajak
Penagihan pajak adalah
serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
Pemeriksaan Pajak (X2)
menurut Soemarso S.R (2011:112)
Pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain dalam rangka
Kepatuhan Perpajakan (Y)
Siti Kurnia Rahayu (2010:139)
Kepatuhan perpajakan adalah
tindakan wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan
pelaksanaan perpajakan yang
berlaku dalam suatu Negara
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai
“Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan” adalah
data sekunder, dimana data yang diperoleh merupakan data tidak langsung,
artinya data-data tersebut berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan
data yang disajikan oleh pihak pertama, yaitu perusahaan. Data sekunder tersebut
berupa laporan jumlah realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan
Kepatuhan Perpajakan serta berbagai referensi buku atau materi perkuliahan yang
berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.
Hal ini sesuai dengan pengertian data sekunder yang dipaparkan oleh Andi
Supangat (2007:241) sebagai berikut :
melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian baru para pengguna”.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah
realisasi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
3.5 Populasi dan Penarikan Sampel
Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih
dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.
1. Populasi
Menurut Umi Narimawati (2010: 37) populasi adalah sebagai berikut:
“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai
informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis
penelitian”.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Majalaya untuk periode tahun 2007-2013.
2. Sampel
Menurut Umi Narimawati (2010: 38) sampel adalah sebagai berikut:
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi
unit pengamatan dalam penelitian”.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2013:218).
Sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data sekunder berupa
data jumlah realisasi yang di bayar dengan surat teguran, jumlah Pemeriksaan,
dan jumlah SPT pph tahunan Badan Pajak untuk periode tahun 2007-2013 yang
terdapat di KPP Pratama Majalaya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menurut Umi Narimawati (2010:39) adalah
sebagai berikut:
“Dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi
yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan data sekunder”.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
cara penelitian lapangan (Field Research).
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang
menjadi objek pajak penelitiannya. Data yang diperoleh merupakan
data sekunder yang diperoleh dengan cara mengambil data secara
a. Observasi
Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majalaya untuk memperoleh data yang
diperlukan pada bagian penagihan.
b. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan
dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
oleh penulis.
3.7 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.7.1 Raancangan Analisis
Rancangan analisi menurut Umi Narimawati (2010:41) adalah sebagai
berikut:
“Rancangan analisis merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupaun orang lain”.
Peneliti melakuakan analisa terhadap data yang telah diperoleh dengan
1. Analisis Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan dari
masing-masing variabel (Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan
Perpajakan) dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Mulyadi (2008:55)
2. Analisis Verifikatif
Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik.
Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh penagihan pajak
terhadap Kepatuhan Perpajakan dan pengaruh Pemeriksaan Pajak
terhadap Kepatuhan Perpajakan. Verifikatif berarti menguji teori
dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan
Analisis Regresi Linier Berganda
Perkembangan= (Tahun Dasar – Tahun Sebelumnya) x 100%
Adapun langkah-langkah analisis verifikatif yang diurutkan diatas sebagai
berikut:
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Umi Narimawati (2008:5) memaparkan sebagai berikut:
“Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel,
tergantung dengan skala interval”.
Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:352)
sebagai berikut:
“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating
line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter
diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui
macam korelasinya (positif atau negatifnya)”.
Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk
membuktikan Bagaimana besar pengaruh Penagihan Pajak dan
Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel, tergantung dengan skala interval. Analisis ini digunakan dengan melibatkan variabel
dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2). Persamaan regresinya
sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2009:192)
Dimana:
Y = variabel terikat (Kepatuhan Perpajakan)
a = bilangan berkonstanta
b1b2 = koefisien arah garis
X1 = variabel bebas X1 (Penagihan Pajak)
X2 = variabel bebas X2 (Pemeriksaan Pajak)
Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2
metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koeefisien-koefisien a, b1,
dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2009:279)
Untuk memperoleh hasil lebih akurat pada regresi linier berganda,
maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi,
variance, maksimum, minimum, kurtosis, skewnes (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2011:19). Di dalam penelitian ini, penulis akan
mendeskripsikan kondisi Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan
Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Periode tahun 2007-2013.
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi
dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian
asumsi klasik meliputi:
1) Uji Normalitas
Menurut Husein Umar (2008:79) uji normalitas berguna untuk
mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya
berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata
tidak berdistribusi normal, analisis nonparametric dapat digunakan.
Jika data berdistribusi normal, analisis parametric termasuk
model-model regresi dapat digunakan. Uji normalitas data pada penelitian ini
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.
Menurut Singgih Santoso (2002:393) dasar pengambilan keputusan
bias dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance),
yaitu sebagai berikut:
a. “Jika Probabilitas > 0.005 maka populasi berdistribusi
normal
b. Jika probabilitas < 0.005 maka populasi tidak berdistribusi
normal”.
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2007:91):
a. “Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matrik kolerasi variabel-variabel independen.
Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi
antar variabel independen tidak berarti bebas dari
multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cuttof yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10”.
3) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:231) heteroskedastisitas
sebagai berikut:
“Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat nilai varians antar
nilai Y, apakah sama atau heterogen. Data time series, yaitu
serangkaian nilai-nilai variabel yang disusun berdasarkan waktu, nilai varian antar pengamatan dapat bersifat homogen”.
Menurut Gujarati (2003:406) Untuk menguji ada tidaknya
“Dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error)
ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat
heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen)”.
4. Analisis Kolerasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi
(hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan
hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak
membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).
Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati (2011:49)
pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan
antara variabel X dan Y, dengan menggunakan pendekatan koefisien
Korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut:
Besarnya koefisien kolerasi -1 ≤ r ≤ 1 sebagai berikut:
a. “Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.
b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif”.
r = Σ – Σ Σ
Interpretasi dari nilai koefisien kolerasi sebagai berikut:
a. “Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel
kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).
b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara
variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah”.
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
(R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
Tabel 3.4
3.7.2.1Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna
menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel
dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah
pengujian dengan menggunakan Uji t adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5%
Tingkat signifikansi 0,05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil
penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau toleransi
2)Kriteria Pengambilan Keputusan
a. H0 ditolak jika t statistik < 0,05 atau thitung > ttabel
b. H0 tidak berhasil ditolak jika t statistik > 0,05 atau thitung < ttabel
nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1
Keterangan :
n : jumlah observasi k : variabel independen
Gambar 3.1
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak dan pemeriksaan pajak
terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.
Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variable penagihan pajak,
pemeriksaan pajak, dan kepatuhan perpajakan, sedangkan verifikatif untuk mengetahui
pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan dan pemeriksaan pajak terhadap
kepatuhan perpajakan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penagihan pajak secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya dengan pengaruh 29,48%. Pemeriksaan pajak secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya dengan pengaruh 76,21%.
Kata Kunci: Penagihan Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Kepatuhan Perpajakan.
ABSTRACK
This research was conducted at the Tax Office Primary Majalaya, the purpose of this
study is to determine the effect of tax collection and tax compliance checks against the tax on
the Tax Office Primary Majalaya.
The method used in this research is descriptive and verification methods. Descriptive
method is used to describe the variable tax collection, tax audit, tax and compliance, while
verification to determine the effect of tax collection to tax compliance and tax audits on tax
compliance.
The results of this study indicate that tax collection is partially significant effect on tax
compliance Tax Office Pratama Majalaya 29.48% with effect. Tax audit partially significant
effect on tax compliance Tax Office Pratama Majalaya 76.21% with effect.
materil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2012). Dalam mencapai tujuan
Pembangunan Nasional, Pemerintah mencanangkan Anggaran Pemerintah setiap tahunnya.
Dimana anggaran tersebut dialokasikan pada setiap pengeluaran yang ditujukan
sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan
pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana
yang mendukung. Sumber dana yang didapatkan pemerintah untuk melaksanakan
pembangunan dirancang melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) setiap
tahunnya.
Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa dan kini sudah
sangat dirasakan bahwa pajak menjadi sebuah kebutuhan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan pajak pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan,
sekolah, rumah sakit/ puskesmas, kantor polisi serta sarana lain di biayai, serta pembiayan
lainnya dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pajak merupakan iuran wajib kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang,
sehingga dalam prosesnya dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi
secara langsung, yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia beberapa
diantaranya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPn-BM), Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan lain-lain.
Penagihan pajak merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan agar penanggung
pajak dapat melunasi utang pajak (Mardiasmo, 2009:119). Tujuannya adalah untuk
mencegah timbulnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tidak membayar
pajak, hal ini dimaksudkan agar kepastian penerimaan pajak dapat dijamin (Soemarso,
2007:60). Maka dari itu langkah aktif penagihan pajak terus dilakukan Direktorat Jenderal
Pajak secara konsisten dengan penagihan persuasif maupun secara aktif. Penagihan secara
persuasif dilakukan dengan cara menghimbau atau konsultasi kepada penunggak pajak agar
(cekal) terhadap penunggak pajak, dan tindakan paksa badan (gijzeling) terhadap
penunggak pajak dengan kondisi tertentu (Dedi Rudaedi, 2011). Penagihan pajak aktif ini
merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus
berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak
tetapi akan diikuti dengan tindak sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang (Wirawan
B. Ilyas dan Richard Burton, 2007:43).
METODE
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya untuk periode tahun 2007-2013. Sampel yang digunakan adalah data
kuantitatif yaitu data sekunder berupa data jumlah realisasi yang di bayar dengan surat
teguran, jumlah Pemeriksaan, dan jumlah SPT pph tahunan Badan Pajak untuk periode
tahun 2007-2013 yang terdapat di KPP Pratama Majalaya.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif, yaitu suatu
metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai
tiga. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada
sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik
kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.
Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji
statistik yaitu analisis Regresi Linier Berganda.
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai “Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan” adalah data sekunder, dimana data yang diperoleh merupakan data tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data
kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak pertama, yaitu
perusahaan. Data sekunder tersebut berupa laporan jumlah realisasi Penagihan Pajak,
Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Perpajakan serta berbagai referensi buku atau materi