STUDI PERBANDINGAN BILANGAN IODIN MINYAK KELAPA
SAWIT MENTAH (CPO) DAN MINYAK INTI KELAPA SAWIT
MENTAH (CPKO) PADA TANKI TIMBUN DI PELABUHAN
DENGAN TANKI KAPAL DI KAPAL
SKRIPSI
MUHAMMAD CHAIRUL
080822037
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI PERBANDINGAN BILANGAN IODIN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH (CPO) DAN MINYAK INTI KELAPA SAWIT MENTAH (CPKO) PADA TANKI TIMBUN DI PELABUHAN DENGAN TANKI KAPAL DI KAPAL
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
MUHAMMAD CHAIRUL 080822037
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERSETUJUAN
Judul : STUDI PERBANDINGAN BILANGAN IODIN
MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH (CPO)
Nomor Induk Mahasiswa : 080822037
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Maret 2010
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
iii
PERNYATAAN
STUDI PERBANDINGAN BILANGAN IODIN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH (CPO) DAN MINYAK INTI KELAPA SAWIT MENTAH (CPKO) PADA TANKI TIMBUN DI PELABUHAN DENGAN TANKI KAPAL DI KAPAL
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2010
MUHAMMAD CHAIRUL
iv
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
v
ABSTRAK
vi
COMPARATIVE STUDY OF IODINE VALUE OF CRUDE PALM OIL (CPO) AND CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) IN THE SHORE TANKS AT THE
PORT WITH THE SHIP TANKS IN SHIP
ABSTRACT
vii
viii
4.3.1 Rancangan Acak Lengkap Bilangan Iodin CPO pada Tanki
Timbun di Pelabuhan dan Tanki Kapal ... 22
4.3.2 Rancangan Acak Lengkap Bilangan Iodin CPKO pada Tanki Timbun di Pelabuhan dan Tanki Kapal ... 22
4.4 Pembahasan 22
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 25
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
Daftar Pustaka 26
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Bilangan Iodin CPO dan CPKO 19
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak CPO dan CPKO 27
Tabel 3.1 Penentuan Timbangan dari Sampel Bilangan Iodin 27
Tabel 4.1.1 Data Hasil Penentuan Bilangan Iodin CPO 28
Tabel 4.1.2 Data Hasil Penentuan Bilangan Iodin CPKO 29
Tabel 4.2 Data Hasil Standardisasi Larutan Na2S2O3 29
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Rancangan Acak Lengkap Bilangan Iodin CPO pada Tanki Timbun
di Pelabuhan dan Tanki Kapal 30
Rancangan Acak Lengkap Bilangan Iodin CPKO pada Tanki Timbun
v
ABSTRAK
vi
COMPARATIVE STUDY OF IODINE VALUE OF CRUDE PALM OIL (CPO) AND CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) IN THE SHORE TANKS AT THE
PORT WITH THE SHIP TANKS IN SHIP
ABSTRACT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari daging buah (pericarp) dan inti (kernel). Daging buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocrap dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti buah kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata 56 %, inti mengandung minyak sebesar 44 % dan endocarp tidak mengandung minyak (Anonim, 2009).
Pengolahan buah kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas. Proses pengolahan dari tahap pengangkutan tandan buah kelapa sawit (TBS) ke PKS, perebusan TBS perontokan dan pelumatan buah, pemerasan atau ekstraksi minyak kelapa sawit dan pengeringan dan pemecahan biji. Pada dasarnya ada dua hasil olahan tandan buah kelapa sawit, yaitu; daging buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO), sedangkan inti buah kelapa sawit (kernel) menjadi minyak inti kelapa sawit mentah (CPKO). Minyak kelapa sawit mentah dari PKS tersebut kemudian melalui motor tanki dilakukan proses pengangkutan dan pemindahan ke pelabuhan di tanki timbun untuk dikomersilkan kepada pelanggan (Syaifudin, 2008).
2
minyak kelapa sawit tetap baik sehingga mutu minyak yang telah ditetapkan oleh produsen dan pelanggan dapat terpenuhi (Pahan, 2006).
Kesalahan proses transportasi dan pemindahan minyak kelapa sawit dari PKS ke motor tanki, motor tanki ke tanki timbun, tanki timbun ke tanki kapal akan dapat mengakibatkan terjadi pencampuran (blending) sehingga proses tersebut selayaknya memperhatikan kondisi wadah, cahaya, panas, hidrolisa yang terjadi dan parameter-parameter uji yaitu titik lebur angka penyabunan, bilangan iodin, kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, kadar kotoran, kadar logam besi (Fe) dan tembaga (Cu), bilangan peroksida yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit. Secara alamiah hidrolisa minyak terjadi karena dipacu enzim lipase yang dibantu oleh sinar matahari pada kondisi atmosfer. (http://regionalinvestement.com).
Dari keadaan tersebut selayaknya perlu dilakukan parameter uji pada minyak kelapa sawit. Salah satu parameternya adalah bilangan iodin. Bilangan iodin adalah derajat ketidakjenuhan minyak/ lemak atau jumlah Iod yang dapat diserap dari 100 g minyak/ lemak. Parameter ini menentukan kemurnian minyak dari minyak lain setelah mengalami proses transportasi dan pemindahan yang berkesinambungan sehingga dapat dilihat pengaruh dan perbandingannya dari hasil uji pada tanki timbun dan tanki kapal. Dari uraian diatas muncul ide peneliti untuk melakukan penelitian tentang studi perbandingan bilangan iodin minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan minyak inti kelapa sawit mentah (CPKO) pada tanki timbun di pelabuhan dengan tanki kapal di kapal.
1.2 Permasalahan
3
1.3 Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1.Sampel diambil dari bagian atas, tengah, bawah dari pada tanki timbun di pelabuhan dan tanki kapal di kapal dengan perbandingan jumlah (1:3:1).
2.Sampel yang dianalisis adalah CPO dan CPKO di PT. Jasindo Testing Services Medan.
3.Parameter yang dianalisis adalah bilangan iodin
4.Standar mutu yang dipakai untuk parameter uji bilangan iodin adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Palm Oil Refiners Assocation of Malaysia (PORAM) untuk minyak kelapa sawit.
1.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bilangan iodin CPO dan CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dengan tanki kapal di kapal.
1.5. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber informasi yang bermanfaat untuk mengetahui bilangan iodin minyak kelapa sawit mentah untuk CPO dan CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dengan tanki kapal di kapal.
1.6. Lokasi penelitian
Penganalisisan sampel dilakukan di laboratorium PT. Jasindo Testing Services Medan.
1.7 Metode penelitian
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak nabati
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun, kedelai bunga matahari dll (Wikipedia, 2009).
Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan.
Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible oils)
dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan
dalam industri non makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak
jarak (Ketaren, 1986).
2.2 Sejarah tanaman kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis JACQ) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Di tempat asalnya kelapa sawit hidup liar dihutan, tetapi sejak awal tanaman kelapa sawit telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting, oleh penduduk setempat telah diolah sangat amat sederhana menjadi minyak dan tuak. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan, yaitu Brasil karena lebih banyak ditemukan spesiesnya di hutan Brasil dibandingkan dengan Afrika.
5
mulai diusahakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, orang Belgia yang banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schaudt yang menandai lahirnya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia. Sejak itu PKS mulai berkembang ditandai dengan adanya PKS di Deli dan Aceh.
2.2.1 Pengolahan buah kelapa sawit
Pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) di PKS bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas. Proses pengolahan TBS terbagi atas dua, yaitu proses
pengolahan CPO dan proses pengolahan kernel (CPKO).
Proses pengolahan CPO adalah sebagai berikut:
a. Pengangkutan TBS ke PKS, agar mutu TBS hasil panenan tidak berubah,
hendaknya segera angkut TBS ke pabrik untuk diolah. Buah yang tidak segera diolah kandungan asam lemak bebas nya (ALB) akan meningkat, sebaiknya TBS diolah delapan jam setelah panen.
b. Sortasi TBS, Jenis dan kondisi TBS yang diolah sangat menentukan kualitas dan
rendemen (CPO dan Kernel) yang dihasilkan, untuk itu sebelum TBS tersebut diolah sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penyortiran terhadap TBS yang masuk
ke PKS. TBS yang disortasi dimasukkan ke loading ramp (tempat untuk
menampung TBS yang telah disortasi dan juga sebagai peralatan mekanis
pengisian ke dalam lorri/ keranjang buah).
c. Perebusan TBS, lorri diisi dengan TBS di loading ramp, kemudian buah dan
lorrinya direbus dalam stasiun perebusan atau sterilizer station. Pada umumnya
besar tekanan uap yang digunakan adalah 2,3-3,0 atmosfer dengan temperatur
perebusan 1500C selama 85-90 menit.
d. Perontokan dan pelumatan buah, setelah perebusan, lorri yang mengandung TBS
ditarik keluar dari stasiun perebusan (sterilizer station) dan kemudian ke stasiun
pengangkutan (hoisting crane) yang digerakkan oleh motor. Hoisting crane akan
membalik-balikkan lorri sehingga TBS jatuh ke alat perontok buah (threseher).
6
(digester). Digester berfungsi untuk melumatkan buah agar terpisah antara daging buah, minyak dan biji sebelum dipress.
e. Pengempaan (pressing), bertujuan untuk memisahkan minyak mentah (crude oil)
dengan ampas (fiber and nuts).
f. Pemurnian minyak (Clarification), minyak kelapa sawit yang keluar dari tempat
Pengempaan (pressing) masih berupa minyak mentah (crude oil) dengan ampas
(fiber and nuts). Dalam pemurnian minyak menggunakan ayakan bergetar (vibrating screen) yang merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring minyak
dari benda-benda kasar seperti serabut yang tidak mengendap di dalam sand trap
tank. Ayakan bergetar (vibrating screen) berdiameter 1,5 m yang terdiri dari 2
ayakan dengan ukuran 40 mash dan 30 mash dan dialiri air panas dengan suhu
±850C agar minyak dalam ayakan tidak terlalu kental dan mudah dialirkan ke
dalam crude oil tank.
g. Crude oil tank, di dalam crude oil tank terjadi proses pemisahan antara minyak dengan kotoran, dimana molekul (kotoran) yang memiliki berat jenis yang lebih
besar dari minyak akan mengendap di dasar crude oil tank. Minyak yang berada di
bagian atas crude oil tank akan dibawa ke CST (Continous Settling Tank) dengan
bantuan crude oil transfer pump. Sementara kotoran yang terendap didasar crude
oil tank akan dibuang sebagai limbah.
h. Continous Settling Tank (CST), di dalam CST dilakukan proses pengendapan
lanjutan, yaitu pemanasan terhadap minyak dengan menggunakan steam yang
bersuhu antara 90-1000C, pemanasan ini bertujuan agar proses pengendapan
berjalan lebih cepat. CST dilengkapi dengan pengaduk (mixer) di dalamnya yang
berfungsi untuk mengaduk minyak agar mudah terpisah antara minyak dengan kotoran dan air (sludge).
i. Oil Tank, minyak dari CST dibawa oleh screamer menuju oil tank, yang berfungsi
untuk memanaskan minyak sebelum masuk kedalam oil purifier. Pemanasan
dilakukan dengan mengalirkan steam yang bersuhu antara 90-1000C yang
bertujuan untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan juga kotoran
ringan dengan cara pengendapan dengan kapasitas 30 m3.
7
oleh elektromotor yang memiliki putaran 1420-1500 rpm dengan kapasitas 7 ton/jam.
k. Vacuum Drier, minyak dari oil purifier dialirkan ke dalam vacuum drier dan
disemprotkan ke dalam ruangan melalui nozzle. Ada 3 buah nozzle yang terdapat
di dalam vacuum drier. Vacuum drier berfungsi untuk menurunkan kadar air pada
minyak sehingga batas maksimum yang diinginkan yaitu 0,08-0,1% dengan kapasitas 4 ton/jam.
l. Sludge Tank, minyak hasil pemisahan dalam CST masuk ke dalam oil tank,
sedangkan sludge akan dialirkan ke dalam sludge tank. Sludge tank berbentuk
silinder dan bagian bawahnya berbentuk kerucut berfungsi memanaskan sludge
agar mudah terpisah antara air, kotoran dan minyak. Pemisahan dilakuan
berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Pemanasan pada sludge tank dilakukan
dengan memberikan steam dengan suhu 95-1000C.
m. Sand Cylone, berfungsi untuk membersihkan pasir-pasir yang terdapat pada sludge
tank, sehingga mempermudah pemisahan lumpur dan minyak pada unit sludge
separator.
n. Decanter, berfungsi untuk memisahkan antara padatan, air dan minyak. Adapun
mekanisme kerjanya, minyak minyak yang akan diolah diumpankan ke decanter
melalui pipa pengumpanan. Padatan yang terkumpul pada dinding karena pengaruh gaya sentrifugasi. Kedua jenis cairan yaitu minyak dan air yang mempunyai berat jenis yang berbeda, membentuk lapisan terpadu semacam silindris, minyak di lapisan bagian dalam karena berat jenisnya lebih ringan dan air di bagian luar karena berat jenisnya lebih besar. Padatan yang terkumpul pada
dinding blow didorong ke ujung bow yang berbentuk kerucut oleh conveyor ke
lubang pembuangan padatan dan dikeluarkan ke trailer padatan. Pemisahan
optimal pada suhu minimum 900C dan akan lebih sempurna jika decanter sebelum
digunakan untuk proses telah dipanaskan dengan cara mengumpan dengan air panas yang suhunya mendekati suhu minimum.
o. Sludge separator, prinsip kerja dari Sludge separator adalah berdasarkan gaya sentrifugasi sehingga antara minyak, air dan kotoran terpisah.
p. Bak dekantasi, fungsi dari bak dekantasi adalah memisahkan kandungan palm oil
8
dalam bak dekantasi akan dipisahkan berdasarkan berat jenisnya dimana lumpur yang berada di bagian bawah dan minyak berada di bagian atas akan dikumpulkan
pada bak recycling yang selanjutnya dipompakan lagi ke continuous tank untuk di
proses kembali. Lumpur dan pasir yang mengendap di dasar bak dekantasi akan
dibuang di kolam fat-pit, selain fase minyak dari decanter lumpur dihasilkan dari
proses blow down dari sterilizer juga masuk ke bak dekantasi untuk pengambilan
minyak yang ada pada lumpur tersebut, dan water phase yang masih mengandung
minyak sebesar 0.04% dialirkan kedalam fat-fit melalui parit pembuangan.
Proses pengolahan kernel (CPKO)
a. Cake Breaker Conveyor (CBC), CBC berfungsi memecahkan gumpalan-gumpalan ampas pressan dan menguapkan kandugan air. Biji dengan mengikuti prinsip
gravitasi jatuh ke depericarper, sedangkan fibre cangkang halus serta inti pecah
ringan di hisap oleh fibre cyclone secagai bahan bakar ketel.
b. Fibre cylone, adapun fungsi fibre cylone adalah untuk menghisap fraksi ringan sampah yang sudah terurai di CBC.
c. Depericarper, adapun fungsi depericarper adalah membersihkan serat-serat halus
yang masih melekat pada biji (nut) serta melekangkan kernel dengan cangkang.
Alat ini bentuknya polishing drum yang di lengkapi dengan jari-jari disusun
membentuk alur sehingga nut bisa keluar tromol. Nut selanjutkan dibawa oleh
elevator ke nut bin, sedangkan sampah serat halus keluar di ujung tromol dan
ditampung oleh wadah tersendiri. Pelengkangan kernel terhadap cangkang dengan
nut di putar dan dibantingan pada dinding dari jari-jari tromol yang berputar.
d. Nut silo, nut dari pulishing drum jatuh ke dalam nut conveyor dan dibawa ke nut
silo melalui tromol vertikal dengan bantuan energi hisap angin yang di aktifkan
oleh dust cylone fan, kemudian masuk kedalam nut cylone untuk di bagi ke dalam
dua nut silo. Di nut silo terjadi proses pengeringan nut agar mudah terlepas antara kernel dan cangkangnya. Pemanasan dilakukan dengan meniupkan udara panas
menggunakan blower. Suhu pemanasan di dalam nut silo berbeda pada tiap
tingkatnya, yaitu: bagian atas 600C, bagian tengah 600C dan bagian bawah 400C.
Penyimpanan nut di dalam nut silo ± 12 jam agar pemanasan optimal. Prinsip
kerja di dalam nut adalah First In First Out (FIFO) untuk dilanjutkan ke dalam
9
e. Nut grading, berfungsi untuk memisahkan biji berdasarkan ukuran biji agar diperoleh efek pemecahan biji yang optimal sesuai dengan alat pemecah biji. Biji
yang cukup kering yang keluar dari pengeringan biji diangkut oleh elevator biji
naik keayakan biji. Pada ayakan pertama, biji yang telah mengalami pemeraman
diayak oleh plate metal defloye sehingga biji menjadi lebih bersih keadaannya
kemudian biji dipisah menurut fraksi kecil, sedang dan besar.
f. Ripple mill, prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan metode gerus, artinya
biji masuk melalui hopper kemudian gerus dengan ripple plate yang bentuknya
bergerigi sedemikian rupa, dibantu dengan pemutaran rotor bar yang disesuaikan
dengan diameter biji yang akan diolah.
g. Modder bak, hasil pemecahan biji atau cracked mixture setelah dibuang sampah/
kotoran halus pada cracked tromol dimasukkan lebih dahulu ke dalam winnower
system untuk memisahkan cangkang-cangkang dan serabut-serabut dengan sistem
hisapan selanjutnya masuk ke modder bak atau clay batch separator. Modder bak
berisi cairan lumpur dengan berat jenis 1400 g/cc, akan memisahkan inti dengan cangkang dengan perbedaan berat jenis.
h. Hydro cylone, berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan kernel yang
beroperasi berdasarkan perputaran air. Proses pemisahan hydro cylone ini
dilakukan dengan bantuan media air yang dipompakan dengan tekanan 3-4 bar
kedalam cylone. Akibat tekanan pompa terjadi gaya sentrifugasi dan oleh karena
perbedaan berat jenis kernel dan cangkang bersama air yang berat jenis lebih besar
berada di sebelah tepi/ pinggir dan turun ke bawah dan keluar melalui lubang.
i. Tromol cangkang, berfungsi untuk memisahkan antara air dengan cangkang yang
diumpankan oleh hydro cylone cangkang dan masih mengandung kernel pecah.
j. Kernel dewatering screen, berfungsi untuk memisahkan inti yang berasal dari hydro cylone kernel dan inti pecah dengan air, sampah yang masih terikut. Unit ini dilengkapi dengan saringan penggetar untuk memudahkan pemisahan inti yang
dihasilkan kemudian disalurkan ke kernel drier sedangkan air dan sampah
dialirkan kembali ke hydro cylone.
k. Kernel drier, berfungsi untuk mengeringkan kernel sehingga dicapai mutu kernel yang sesuai standar. Disini pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan
udara panas dari heating element oleh blower dihembuskan ke dalam silo kernel.
10
l. Kernel bin, kernel yang sudah dikeringkan di kernel bin dengan kapasitas 40 Ton. Inti sawit yang dihasilkan kemudian dikirim ke tempat pengolahan inti sawit sehingga dihasilkan minyak inti kelapa sawit mentah (PKO) (http://regionalinvestement.com).
2.2.2 Minyak kelapa sawit mentah (CPO)
CPO diperoleh dari daging buah kelapa sawit. CPO mengandung sekitar 500 – 700 ppm karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi.
Minyak kelapa sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi
dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk setengah padat pada suhu ruang. Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan CPO tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 1988).
Bentuk setengah padat CPO disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, sebagaimana tersaji pada tabel 2.1 dalam lampiran. Pada tabel tersebut teramati sekitar 50% asam lemak yang ada merupakan asam lemak jenuh dengan komponen utama asam palmitat, sekitar 40% asam lemak tidak jenuh tunggal (asam oleat) dan sekitar 10% asam lemak tidak jenuh jamak (asam linoleat) (Arghainc, 2008).
Asam palmitat bentuk bebas dan bentuk terikat sebagai monopalmitin, dipalmitin
dan tripalmitin memiliki titik leleh yang relatif tinggi (di atas 600C), sehingga pada
suhu ruang senyawa tersebut berbentuk padat (Belitz dan Grosh, 1987)
2.2.3 Minyak inti kelapa sawit mentah (CPKO)
CPKO dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. CPKO memiliki rasa dan bau yang khas. CPKO mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan minyak yang telah dimurnikan.
11
CPKO merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dari trigliserida-trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya
lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C8 (asam kaprilat) sampai C18 tak jenuh
(asam oleat dan asam linoleat) (Winarno, 1991).
2.3 Iodimetri
Iodimetri merupakan titrasi langsung dan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif
yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi
redoks dengan I2 sebagai penitar. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan
reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan
elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor
saja. Dalam metoda analisis ini, analat dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi
menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2→ A ( Teroksidasi ) + 2 I
-Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi.
I2 + 2 e -→ 2 I
-Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada
25◦C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk
kompleks triiodida dengan iodida :
I2 + I-→ I3
-Iod cenderung dihidrolisis membentuk asam iodida dan asam iodat :
-12
Larutan standar Iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian HIO oleh cahaya matahari .
2HIO → 2 H+ + 2 I- +O2(g)
Warna larutan Iod 0,1 N cukup tua sehingga Iod dapat bertindak sendiri sebagai indikator. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti CCl4 atau kloroform, dan kadang-kadang itu digunakan untuk
mendeteksi titik akhir. Namun lebih lazim digunakan suatu larutan Amilum, karena warna biru tua kompleks Amilum-Iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap Iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. (www.chem-is-try.org).
2.4 Tanki timbun minyak kelapa sawit
Tanki timbun di pelabuhan berfungsi sebagai gudang penyimpanan minyak kelapa sawit. Kegiatan pengapalan minyak kelapa sawit sangat bergantung pada ketersediaan minyak kelapa sawit di tanki timbun di pelabuhan. Salah satu faktor yang diperhatikan dalam pengendalian persediaan di pelabuhan adalah menjaga mutu minyak kelapa sawit tetap baik sehingga mutu minyak yang telah ditetapkan oleh produsen dan pelanggan dapat terpenuhi.
Menurut Pahan (2006), kerusakan minyak kelapa sawit mentah bisa terjadi selama pengiriman dari pabrik ke pelabuhan. Konsekuensi yang harus ditanggung manajemen tanki timbun pelabuhan apabila mendapatkan kiriman minyak kelapa sawit mentah dari pabrik yang tidak memenuhi spesifikasi adalah biaya produk kurang bermutu. Kondisi ini perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan tanki timbun pelabuhan dalam menentukan ukuran pasokan ekonomis. Produk kurang bermutu juga diasumsikan tetap dikapalkan tetapi dengan konsekuensi adanya pinalti harga penjualan yang menjadi lebih murah.
Tanki timbun minyak kelapa sawit mentah biasanya dilapisi internal dan lapisan lainnya umumnya sangat resisten terhadap kerusakan terkait dengan struktur
tanki kargo di kapal minyak tanker. Namun tidak kebal terhadap efek infeksi mikroba
13
dapat menyumbat katup pipa dalam filter dengan demikian mengharuskan tanki lebih teratur dibersihkan (www.ocimf.com).
13
BAB 3
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
3.1Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan penelitian ini antara lain:
a. Buret digital 50 mL
b. Dispenser volumetrik 30 mL Jencons Zippette
c. Neraca analitik (Toleransi ±0,0001 g) Sartorius CP224S
d. Neraca teknis (Toleransi ±0,01 g) Adventurer Ohans
e. Alat-alat gelas di laboratorium
3. 2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan penelitian ini antara lain:
14
3.3 Prosedur penelitian
3.3.1 Pembuatan pereaksi
a. Larutan standar Na2S2O3 0,1 N
Ditimbang sebanyak 50 g Na2S2O3. 5 H2O, kemudian dilarutkan dengan akuades
dalam labu takar 2 L, ditepatkan sampai garis tanda.
b. Larutan KI 15 %
Ditimbang sebanyak 150 g KI, kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1 L, ditepatkan sampai garis tanda.
c. Larutan Amilum 0,5 %
Ditimbang sebanyak 0,5 g amilum, kemudian dilarutkan dengan akuades panas, didinginkan, kemudian dimasukan dalam labu takar 100 mL, ditepatkan sampai garis tanda.
d. Larutan Wijs
Ditimbang sebanyak 16 g Iod monoklorida, dilarutkan dengan asam asetat glasial dalam labu takar 1 L, ditepatkan sampai garis tanda.
Standardisasi Na2S2O3 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,1622 g K2Cr2O7 ke dalam erlenmeyer 300 mL bertutup.
Dilarutkan dalam 25 mL akuades, di pipet 5 mL HCl(p), ditambahkan 20 mL larutan
KI 15 % dan aduk agar tercampur. Diamkan di ruang gelap selama 5 menit, kemudian
ditambahkan 100 mL akuades. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sambil terus-menerus
15
dilanjutkan titrasi dengan menambahkan larutan Na2S2O3 secara perlahan sampai
warna biru tepat hilang. Kekuatan larutan Na2S2O3 dinyatakan dalam istilah dari
normalitas (AOCS, 1997)
3.3.2 Penentuan bilangan iodin
Sampel minyak dicairkan dengan sedikit pemanasan. Ditimbang sampel minyak untuk CPO 0,5288 g dan untuk CPKO 1,5865 g. Ditambahkan pelarut sikloheksan sebanyak 20 mL dan aduk sampai semua sampel minyak larut. Dipipet 25 mL larutan Wijs dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dikocok sampai semua minyak larut dan bercampur dengan baik, diamkan selama 1 jam didalam gelap. Kemudian ditambahkan 20 mL KI 15% dan tambahkan juga dengan pelan – pelan 100 mL
akuades. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dari buret sambil dikocok dengan
kuat sampai warna kuning dari larutan hampir hilang. Ditambahkan 1 mL larutan
amilum 0,5 %. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N diteruskan tetes demi tetes sampai
16
3.4 Bagan kerja
A. Perlakuan sampel
Dicairkan dengan sedikit pemanasan Ditimbang sebanyak 0,5288 g Ditambahkan 20 mL sikloheksan
Dipipet 25 mL larutan wijs dengan pipet volume Dikocok sampai larut
Didiamkan selama 1 jam di dalam gelap Ditambahkan 20 mL KI 15 %
Ditambahkan akuades perlahan-lahan Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
Ditambahkan 1 mL larutan amilum 0,5 % Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N CPO
17
Dicairkan dengan sedikit pemanasan Ditimbang sebanyak 1,5865 g Ditambahkan 20 mL sikloheksan
Dipipet 25 mL larutan wijs dengan pipet volume Dikocok sampai larut
Didiamkan selama 1 jam di dalam gelap Ditambahkan 20 mL KI 15 %
Ditambahkan akuades perlahan-lahan Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
Ditambahkan 1 mL larutan amilum 0,5 % Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N CPKO
18
B. Perlakuan blanko
Ditambahkan 20 mL sikloheksan
Dipipet 25 mL larutan wijs dengan pipet volume Dikocok sampai larut
Didiamkan selama 1 jam di dalam gelap Ditambahkan 20 mL KI 15 %
Ditambahkan akuades perlahan-lahan Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
Ditambahkan 1 mL larutan amilum 0,5 % Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N Blanko
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Perbandingan bilangan iodin CPO dan CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dan
tanki kapal dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Data hasil penentuan bilangan iodin CPO dan CPKO
20
4.2 Pengolahan data
4.2.1 Perhitungan penentuan bilangan iodin
Bilangan iodin dinyatakan dalam jumlah g Iod yang diserap oleh 100 g minyak. Rumus
penentuan bilangan iodin adalah:
Pemakaian larutan Na2S2O3 blanko 0,0999 N untuk blanko adalah: 44,08 mL
(B – S) x N x 12,69
• Hasil penentuan bilangan iodin ada pada tabel 4.1.1 dan tabel 4.1.2 dalam lampiran.
4.2.2 Standardisasi larutan Na2S2O3
Rumus standardisasi larutan Na2S2O3 adalah:
20,394 x g K2Cr2O7
21
4.3 Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO danCPKO pada tanki timbun
22
Hipotesa:
Ho = Apabila tidak ada perbandingan bilangan iodin CPO dan CPKO pada tanki
timbun di pelabuhan dan tanki kapal.
Ha = Apabila ada perbandingan bilangan iodin CPO dan CPKO pada tanki timbun
di pelabuhan dan tanki kapal.
Kriteria keputusan:
Jika F hitung ≤ F tabel : maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika F hitung ≥ F tabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima
4.3.1 Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO pada tanki timbun
di pelabuhan dan tanki kapal
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa F Hitung 9,48 yang nilainya ≥ Harga F
tabel. Harga F tabel adalah F0,05 = 3,02., F0,01 = 4,95. Menurut kriteria keputusan Jika
F hitung ≥ F tabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil dari perhitungan
rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO pada tanki timbun di pelabuhan dan di
kapal dapat di lihat pada dalam lampiran.
4.3.2 Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPKO pada tanki timbun
di pelabuhan dan tanki kapal
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa F Hitung 9171,67 yang nilainya ≥ Harga F
table. Harga F tabel adalah F0,05 = 3,02., F0,01 = 4,95. Menurut kriteria keputusan Jika
F hitung ≥ F tabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil dari perhitungan
rancangan acak lengkap bilangan iodin CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dan di
kapal dapat di lihat pada dalam lampiran.
4.4 Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat di lihat bahwa perbandingan bilangan iodin CPO
dan CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dengan tanki kapal terdapat perbedaan
23
bilangan iodin rata-rata pada tanki kapal 1p(i) berasal dari satu sampel yang sama
adalah 55,58. Perbedaan bilangan iodin CPO juga terdapat pada tanki timbun 209 =
55,87., sedangkan bilangan iodin rata-rata pada tanki kapal 1x-6x(c) berasal dari satu
sampel yang sama adalah 53,61. Pada bilangan iodin CPKO terdapat perbedaan hasil
yaitu pada tanki timbun P2(i) rata adalah 18,57., sedangkan bilangan iodin
rata-rata pada tanki kapal 1p(i) berasal dari satu sampel yang sama adalah 19,47. Data ini
sudah tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Palm Oil Refiners
Assocation of Malaysia (PORAM) yaitu untuk bilangan iodin CPO adalah 50 – 55 dan
CPKO 19 maksimum.
Dari rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO dan CPKO pada tanki timbun
di pelabuhan dan tanki kapal, F hitung ≥ F tabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan hipotesa: Ho = Apabila tidak ada perbandingan bilangan iodin CPO dan
CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dan tanki kapal. Ha = Apabila ada
perbandingan bilangan iodin pada tanki timbun di pelabuhan dan tanki kapal CPO dan
CPKO. Maka hipotesa Ha yang menjadi pedoman dalam penelitian ini.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil bilangan iodin
CPOdanCPKO adalah kesalahan proses transportasi dan pemindahan minyak kelapa
sawit dari PKS ke motor tanki, motor tanki ke tanki timbun, tanki timbun ke tanki
kapal akan dapat mengakibatkan terjadi pencampuran (blending) sehingga proses
tersebut selayaknya memperhatikan kondisi wadah, cahaya, panas, hidrolisa yang
terjadi. Dalam pemindahan minyak dari mobil tanki ke tanki timbun, minyak
dipindahkan menggunakan media selongsong pipa atau selang tunggal berkatup yang
ujung selang bercabang. Mekanisme kerjanya, minyak yang masuk ke selongsong
pipa diatur proses pemindahannya sebelum masuk ke selang bercabang oleh katup.
Selang bercabang tersebut berfungsi sebagai jalur selang khusus minyak tertentu.
Contohnya, pemindahan minyak CPO, maka CPO dialirkan pada selang tunggal dan
selanjutkan akan mengalir dengan selang bercabang (selang khusus CPO) yang diatur
buka tutupnya oleh katup selang, sehingga pemindahan minyak tepat.
Tanki timbun minyak kelapa sawit mentah biasanya dilapisi internal dan
24
tanki kargo di kapal minyak tanker. Namun tidak kebal terhadap efek infeksi mikroba
meskipun cenderung untuk menampilkan dirinya sebagai biofarmasi massal yang
dapat menyumbat katup pipa atau selang. Kebersihan setiap tanki, baik mobil tanki,
tanki timbun maupun tanki kapal sangat berpengaruh terhadap mutu minyak kelapa
sawit, sehingga diperlukan dilakukan pembersihan tanki sebelum digunakan dan
perawatan secara berkala.
Data penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan bilangan iodin pada tanki
timbun dan tanki kapal baik untuk sampel CPO maupun CPKO. Bilangan iodin pada
tanki timbun lebih tinggi dari tanki kapal atau sebaliknya, kemungkinan disebabkan
terjadi kesalahan dalam buka tutup katup selang yaitu penggunaan selang bercabang
khusus jenis minyak lain sehingga akan mempengaruhi hasil bilangan iodin. Diduga
terjadi percampuran minyak yang dipindahkan dengan minyak lain yang lebih tinggi
bilangan iodinnya dan dapat diduga juga terjadinya penyumbatan pada katup selang
oleh mikroba sehingga fungsi buka tutup katup selang tidak bekerja.
Konsekuensi yang harus ditanggung manajemen tanki timbun pelabuhan
apabila mendapatkan keadaan yang tersebut diatas. Kondisi ini perlu diperhatikan
dalam manajemen persediaan tanki timbun pelabuhan dalam menentukan ukuran
pasokan ekonomis. Produk kurang bermutu juga diasumsikan tetap dikapalkan tetapi
dengan konsekuensi adanya pinalti harga penjualan yang menjadi lebih murah.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat di ketahui bahwa perbandingan bilangan iodin CPO dan
CPKO pada tanki timbun di pelabuhan dengan tanki kapal hasilnya berbeda cukup
signifikan dan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Palm Oil
Refiners Assocation of Malaysia (PORAM) dimana untuk bilangan iodin CPO 50 – 55
dan CPKO 19 maksimum. Tanki kapal 1p(i) = 55,58 berbeda dengan tanki timbun 2 =
52,55 dan tanki timbun 209 = 55,87 berbeda dengan tanki kapal 1x-6x(c) = 53,61 untuk
CPO. Tanki kapal 1p(i) = 19,47 berbeda dengan tanki timbun P2(i) = 18,57 untuk
CPKO.
5.2 Saran
Diharapkan penelitian dilanjutkan dengan membandingkan bilangan iodin CPO dan
CPKO pada tanki timbun di pabrik dengan tanki kapal di kapal dengan metode
langsung menggunakan pipa dari pabrik ke pelabuhan dengan menjaga kondisi
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Jurnal Kelapa Sawit. http://www.ocimf.com/view-
dokumen.cfm?id=322. Diakses sept.1997.
Anonim. 2009. Minyak nabati. http://wikipedia.org/wiki/minyak_nabati.
Anonim. 2009. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit. http://lemakminyak.blogspot.com/ 2009_06_01_archive.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009.
AOCS (American Oil Chemistts’ Society Champaign). 1997. Official Methods and Recommended Practices of the AOCS. Illinois USA.
Arghainc. 2008. Minyak Sawit. Chemical Engineering. Blog at Word Press.com.
Direktorat Pengembangan Potensi Daerah (Badan Koordinasi Penanaman Modal,
BPKM). 2005. Profil Komoditi Kelapa Sawit.
http://regionalinsvestment.com/newsipid/userfiles/komoditi/2/oilpalm_profilsi ngkat.pdf. Diakses tanggal 06 Agustus 2009.
Dokumen Divisi Laboratorium Penguji. IK LP-06. 01 Februari 2006. Medan: PT. Jasindo Testing Services.
Izakson. O. 2003. Oil Right: Choose wisely for heart-healty Cooking-Eating Right.http://en.wikipedia.org/wiki/cooking_oil. Diakses tanggal 17 april 2008.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
May. C.Y. 1994. Palm oil carotenoids food and nutrition Bulletin 15(2):130–136.
Naibaho, P.M. 1988. Pemisahan Karotena (Provitamin A) Minyak Sawit Dengan Metode Adsorpsi . Disertasi S-3. FPS. Bogor: IPB.
Pahan. I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Riana. 2009. Iodimetri. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/ iodimetri/definisi-iodimetri/ Diakses tanggal 15-03-2009.
Saifudin. U. 2008. Analisa lemak dan Minyak. Blog at Word Press com.
Sitinjak. K. 1983. Pengolahan Hasil Perkebunan 2: Pengolahan Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.
27
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak CPO dan CPKO
Jenis asam lemak Komposisi CPO (%) Komposisi CPKO (%)
Asam Kaprilat (C8:0) - 3 – 4
Tabel 3.1 Penentuan berat dari sampel bilangan iodin
28
Tabel 4.1.1 Data Hasil Penentuan bilangan iodin CPO (Crude Palm Oil)
29
Tabel 4.1.2 Data Hasil Penentuan bilangan iodin CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
Asal Sampel
Tabel 4.2 Data hasil standardisasi larutan Na2S2O3
30
Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO pada tanki timbun di pelabuhan
31
Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPO pada tanki timbun di pelabuhan
32
Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPKO pada tanki timbun di pelabuhan
33
Rancangan acak lengkap bilangan iodin CPKO pada tanki timbun di pelabuhan
34
35