• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian

Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Sry Oktaviana Br Sitepu

081101064

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji I. 4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II

5. Bapak Ikhsanuddin Harahap, SKp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

(4)

8. Terima kasih kepada Ayahanda Drs. Simon Sitepu dan Ibunda Dra.

Magdalena Tarigan yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk adik-adikku tersayang : Juni Amelia Sitepu dan Septino Ray Agatha Sitepu yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Desri, Asti, Tiur, Sophie, fitri dan Siska, yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

10. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2008, Wani, Fiza, Gita, Emi, Win, Agung, Titin dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan kalian. Terima kasih juga untuk Bolang, Nenek Karo, dan Nenek Biring yang selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi serta semangat penulis.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karunian-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.

Medan, Juli 2012

(5)
(6)

5. Lansia ... 22

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep ... 28

2. Defenisi Konseptual dan Operasional ... 29

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

2.1. Populasi Penelitian ... . 31

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 39

1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 39

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ..42

1.3. Deskripsi Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ...44

2. Pembahasan Penelitian ... 46

2.1. Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ... 47

2.2. Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ... 52

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 56

2. Saran ... 56

(7)

2.2. Saran Terhadap Praktek Keperawatan ... 57

2.3. Saran Terhadap Peneliti Keperawatan ... 57

2.4. Saran Terhadap Keluarga... 57

Daftar Pustaka... 58

Lampiran

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 2. Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Pahlawan Binjai

3. Surat Penyelesaian Penelitian dari Kelurahan Pahlawan Binjai 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

5. Kuesioer Data Demografi 6. Kuisioner Pengetahuan 7. Kuisioner Sikap

8. Lembar Uji Reliabilitas KR-21

9. Lembar Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha 10. Data SPSS

11. Jadwal Tentatif Penelitian 12. Taksasi Dana

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Keluarga

yang Tinggal dengan Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai... 41 Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh

Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai...43 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Keluarga

Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di

Kelurahan Pahlawan Binjai...43 Tabel 4. Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada

Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai...44 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Keluarga

Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Faktor Resiko Jatuh...16 Skema 2. Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap

(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai Nama : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai dalam kategori baik 60,6% sedangkan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai positip 100%.

(11)

Title : Knowledge and Attitudes about Prevention Family Events Fall In Elderly At kelurahan Pahlawan Binjai

Name : Sry Oktaviana Br. Sitepu NIM : 081101064

Faculty : Nursing Year : 2012

Abstract

Knowledge is the result of know that going after someone makes a sensing of a particular object. While the attitude of the views or feelings that accompanied the tendency to act. If knowledge of a person's behavior, the better it would be even better. However, knowledge is either not accompanied with the attitude that knowledge would be meaningless. This study aims to describe a family of knowledge on the prevention of falls in older adults and family attitudes about the prevention of the incidence of falls in older adults at Kelurahan Pahlawan Binjai. This study used a descriptive design with a purposive sampling technique involving 71 respondents conducted in April 2012. All respondents answered a questionnaire that was given to respondents. Based on the result showed that family knowledge about the prevention of falls at Kelurahan Pahlawan Binjai is good category 60,6 % while the incidence of family attitudes about the prevention of falls at kelurahan Pahlawan Binjai 100% positive.

(12)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai Nama : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai dalam kategori baik 60,6% sedangkan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai positip 100%.

(13)

Title : Knowledge and Attitudes about Prevention Family Events Fall In Elderly At kelurahan Pahlawan Binjai

Name : Sry Oktaviana Br. Sitepu NIM : 081101064

Faculty : Nursing Year : 2012

Abstract

Knowledge is the result of know that going after someone makes a sensing of a particular object. While the attitude of the views or feelings that accompanied the tendency to act. If knowledge of a person's behavior, the better it would be even better. However, knowledge is either not accompanied with the attitude that knowledge would be meaningless. This study aims to describe a family of knowledge on the prevention of falls in older adults and family attitudes about the prevention of the incidence of falls in older adults at Kelurahan Pahlawan Binjai. This study used a descriptive design with a purposive sampling technique involving 71 respondents conducted in April 2012. All respondents answered a questionnaire that was given to respondents. Based on the result showed that family knowledge about the prevention of falls at Kelurahan Pahlawan Binjai is good category 60,6 % while the incidence of family attitudes about the prevention of falls at kelurahan Pahlawan Binjai 100% positive.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada saat seseorang menjadi tua akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Dalam memasuki usia tua akan mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan kurang lincah (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/ masih muda tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Ada pula orang yang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar dan badan tegap (Nugroho, 2008).

(15)

tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007).

Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu jatuh (Nugroho, 2008). Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/ terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak sekali faktor yang menyebabkan jatuh yaitu faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri lansia itu sendiri seperti gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata.

Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Nugroho, 2008). Pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50% pernah mengalami jatuh. Walaupun tidak semua kejadian jatuh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat terutama pada usia diatas 85 tahun (Probosuseno, 2006).

(16)

disimpulkan bahwa kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia (Darmojo & Martono 2004).

Dalam merawat lanjut usia tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia (Maryam, 2009). Merawat lansia bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan (Siburian, 2005 dalam Narayani, 2008).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmojo, 2003).

Susanti (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan

(17)

proses. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri seperti selektivitas dan faktor dari luar seperti media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap (Purwanto, 1999).

Kelurahan Pahlawan Kecamatan Binjai Utara memiliki jumlah penduduk berkisar 11.068 jiwa yang terdiri dari lansia berjumlah 706 jiwa dengan klasifikasi laki-laki berjumlah 311 dan perempuan berjumlah 395 baik yang tinggal bersama keluarga maupun tidak tinggal bersama keluarga (Lumbantoruan, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2011 di Kelurahan Pahlawan Binjai terhadap 5 keluarga, bahwa 3 dari 5 keluarga tersebut tidak mengetahui tentang pencegahan jatuh sementara 2 keluarga yang lain mengetahui tentang pencegahan jatuh tetapi 2 keluarga tersebut mengabaikan usaha pencegahan jatuh.

Berdasarkan hal tersebut dan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

2.1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

(18)

3. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

3.1. Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ?

3.2. Bagaimana gambaran sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Bin

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk : 4.1 Praktek Keperawatan

Manfaat penelitian ini pada praktek keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada lansia dan keluarga lansia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap positif bagi keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia.

4.2 Peneliti Keperawatan

Manfaat penelitian ini pada peneliti keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya serta untuk mengetahui pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

4.3 Keluarga

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1.Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera pengelihatan, indera pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia yang keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan (Suhartono, 2008)

1.2.Proses Adopsi Perilaku

(20)

Penelitian selanjutnya yang dilakukan Rogers, menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti diatas yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmojo, 2003).

1.3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri atas enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

(21)

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

(22)

2. Sikap

2.1. Defenisi Sikap

Menurut Thurstone dkk ( 1928 dalam Azwar, 2005) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap suatu objek baik perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

2.2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap yaitu : (a) sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. (b) sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. (c) sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. (d) obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. (e) sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

2.3. Tingkatan Sikap

(23)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Merespon merupakan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.4. Cara Pembentukan/Perubahan Sikap

Menurut Purwanto (1999) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui empat macam cara yaitu :

a. Adopsi

(24)

b. Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri/ lepas dari jenisnya.

b. Integrasi

Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

c. Trauma

Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

2.5. Komponen Pokok Sikap

Allport (1954 dalam Notoatmojo, 2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : (1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu ide. (2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Purwanto (1999) ada dua faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : 1. Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas.

2. Faktor ekstern Faktor ekstern merupakan faktor yang terdapat di luar manusia

(25)

mendukung sikap tersebut. (d) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. (e) Situasi pada saat sikap dibentuk.

3. Keluarga

3.1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1998 dalam Setiawati & Dermawan, 2008). Menurut Whall (1986 dalam Setiawati & Dermawan, 2008) keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga.

3.2. Karakteristik Keluarga

(26)

3.3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1996 dalam Setiawati & Dermawan, 2008) adalah :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan, papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

(27)

3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga (Setiawati & Dermawan, 2008) yaitu :

1. Faktor fisik

Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antara lain seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.

2. Faktor psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor sosial

(28)

4. Faktor budaya

a. Keyakinan dan praktek kesehatan

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keyakinan keluarga bahkan seringkali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan digunakan dalam keluarga tersebut.

b. Nilai-nilai keluarga

Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Misalnya keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya ternyata salah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu.

c. Peran dan pola komunikasi keluarga

Dampak budaya terhadap peran, kekuatan, dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan, dan pola komunikasi.

d. Koping keluarga

(29)

positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga.

4. Jatuh

4.1.Defenisi Jatuh

Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

4.2. Faktor Resiko Jatuh

Menurut Kane (1994 dalam Darmojo & Martono, 2004) faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Skema 1. Faktor resiko jatuh

(30)

4.3.Penyebab Jatuh Pada Lansia

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor antara lain :

1. Kecelakaan

Kecelakaan merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh pada lansia).

a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung

b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh.

2. Nyeri kepala

3. Hipotensi orthostatic

a. Hipovolemia/ curah jantung rendah b. Disfungsi otonom

c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung d. Terlalu lama berbaring

e. Pengaruh obat-obat hipotensi f. Hipotensi sesudah makan 4. Obat-obatan

(31)

5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit yang spesifik seperti aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis, stroke, serangan kejang, parkinson, spondilosis, penyakit cerebelum 6. Idiopatik (tak jelas sebabnya)

7. Sinkope

Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh penurunan darah ke otak secara tiba-tiba .

4.4. Faktor-faktor Lingkungan yang Sering Dihubungkan dengan

Kecelakaan Lansia

Faktor-faktor yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia yaitu : (1) alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil atau tergeletak di bawah. (2) tempat tidur atau WC yang rendah/ jongkok. (3) tempat berpegangan yang tidak kuat/ tidak mudah dipegang, lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/ menekuk pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai yang licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya (Darmojo & Martono, 2004).

4.5.Faktor Situasional yang Mempresipitasi Jatuh

Faktor situasional yang mungkin mempresitasi jatuh antara lain : 1. Aktivitas

(32)

gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Selain itu jatuh juga dapat terjadi pada saat lansia berjalan tanpa menggunakan alat bantu berjalan. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik tangga selain itu jatuh terjadi karena tersandung/ menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin, lantai yang tidak rata, dan penerangan ruang yang kurang serta menyilaukan.

3. Penyakit akut

Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru obstruksif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung sistemik ( Darmojo & Martono, 2004)

4.6. Komplikasi Akibat Jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti di bawah ini : (1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena. (2) Patah tulang. (3) Hematoma. (4) Disabilitas/ kecacatan. (5) Kematian.

(33)

4.7. Pencegahan

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti akan terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Ada tiga usaha untuk pencegahan jatuh yaitu :

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/ menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Keset kaki sebaiknya tidak tebal/ menekuk pinggirnya. Lantai rumah datar, tidak licin dan bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk dan dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti selain itu peralatan rumah tangga sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/ tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin dan sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya menggunakan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding. Serta memfasilitasi lansia saat buang air besar seperti menyediakan gayung dan menyediakan air dan pada saat berpergian sebaiknya ditemani.

(34)

yang komprehensif pada lansia dan keluarganya tentang resiko terjadinya jatuh akibat minum obat tersebut.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman, dan tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Apabila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/ penurunan.

3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional

(35)

fisik. Apabila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi terjadinya jatuh (Darmojo & Martono, 2004).

5. Lansia

5.1. Defenisi Lansia

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

5.2. Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.

(36)

5.3. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008) lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU NO. 13 tentang Kesehatan). (2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adatif hingga maladatif. (3) Lingkuangan tempat tinggal yang bervariasi.

5.4. Perubahan pada Lansia

Perubahan yang secara umum terjadi pada lansia yaitu perubahan fungsi pancaindra dan perubahan kemampuan motorik. Perubahan fungsi pancaindra meliputi perubahan pada fungsi pengelihatan, perubahan fungsi pendengaran, perubahan fungsi sistem perasa, perubahan fungsi penciuman, dan perubahan sistem peraba.

Pada sistem pengelihatan terjadi penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensitivitas terhadap warna. Pada umumnya lansia menderita presbiop atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas karena elastisitas lensa mata berkurang.

(37)

cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.

Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi. Saraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu, terjadi penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan asin.

Daya penciuman pada lansia menjadi kurang tajam karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung.

Pada sistem peraba, kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indra peraba di kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit dapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap rasa sakit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk setiap bagian tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat menurun, antara lain adalah bagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.

(38)

bergerak seperti dalam menulis selain itu lansia juga cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan terjatuh (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

5.5. Masalah Fisik Sehari-Hari yang Sering Ditemukan Pada Lansia

1. Mudah jatuh

Jatuh sering kali dialami lansia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor berperan didalamnya, baik faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia), misalnya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi.

2. Mudah lelah

Mudah jatuh disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan dan keletihan), Gangguan organis (anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, dan kelainan metabolisme), Pengaruh obat-obat (obat penenang dan obat jantung).

3. Kekacauan mental akut

Kekacauan mental akut disebabkan oleh keracunan, gangguan fungsi otak, radang selaput otak (meningitis), dan alkohol.

4. Nyeri dada

Nyeri dada disebabkan oleh penyakit jantung koroner, radang selaput jantung, dan aneurisma aorta.

5. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik

(39)

6. Berdebar-debar

Berdebar-debar disebakan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor-faktor psikologis

7. Pembengkakan kaki bagian bawah

Pembengkakan kaki bagian bawah disebabkan oleh kaki yang lama digantung (edema gravitasi), bendungan pada vena bagian bawah, kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif)

8. Nyeri pinggang atau punggung

Nyeri pinggang atau punggung disebabkan oleh gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang, kelainan ginjal, gangguan pada rahim, dan gangguan pada kelenjar prostat

9. Gangguan pada ketajaman pengelihatan

Gangguan pada ketajaman pengelihatan disebabkan oleh presbiop, kelainan lensa mata, katarak, glaukoma, dan radang saraf mata.

10. Gangguan pada pendengaran

Gangguan pada pendengaran disebabkan oleh kelaianan degeneratif dan ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental (Nugroho, 2000)

5.6. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia

(40)
(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan uraian hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan yang lainnya yang akan diukur/ diteliti melalui penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Pahlawan Binjai. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibedakan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibagi menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah ini :

Skema 2. Kerangka konsep pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia

Pengetahuan keluarga tentang

- Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia

(42)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan uraian hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan yang lainnya yang akan diukur/ diteliti melalui penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Pahlawan Binjai. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibedakan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibagi menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah ini :

Skema 2. Kerangka konsep pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia

Pengetahuan keluarga tentang

- Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia

(43)

2. Defenisi Konseptual & Defenisi Operasional

A. Pengetahuan

Defenisi Konseptual : Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Defenisi Operasional : Segala sesuatu yang diketahui atau dimengeti oleh

keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai meliputi pengertian jatuh, faktor resiko jatuh, penyebab jatuh, faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia, faktor situasional yang memprepisitasi jatuh, komplikasi jatuh, usaha pencegahan jatuh. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, skala ukur yang digunakan yaitu ordinal dengan hasil ukur pengetahuan baik (7-10), cukup (4-6), dan kurang (0-3).

B. Sikap

Defenisi Konseptual : Pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak (Purwanto, 1999).

Defenisi Operasional : Pandangan atau perasaan keluarga yang disertai

(44)
(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lanjut usia pria dan wanita yang berusia 60 tahun keatas. Berdasarkan data yang didapat dari Kelurahan Pahlawan Binjai bahwa jumlah lanjut usia yang tinggal di kelurahan tersebut 706 orang dimana lansia tersebut tinggal satu rumah dengan keluarga dan ada juga lansia yang tidak tinggal dengan keluarga tetapi keluarga lansia selalu mengunjungi lansia.

2.2 Sampel Penelitian

(46)

ini berjumlah 71 keluarga karena mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu responden dijadikan sampel sesuai dengan karakteristik yang telah dikenal dan telah memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel yang layak di teliti terdiri dari :

a. Keluarga dari lansia (suami/istri, anak, kakak/adik, keponakan) maupun sanak saudara lainnya yang menjadi bagian dari keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia ( lansia yang berusia 60 tahun keatas) di Kelurahan Pahlawan Binjai.

b. Dapat membaca dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik c. Bersedia menjadi responden

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(47)

4. Pertimbangan Etik

Pada penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu pada awalnya peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden kemudian memberikan penjelasan tentang informasi dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Sebelum menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, calon responden diberi waktu hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk manandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden baik itu resiko fisik maupun psikis serta dilakukan secara sukarela. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen tetapi hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

(48)

5.1 Kuesioner Data Demografi

Instrumen tentang data demografi berisi usia, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pendapatan, dan hubungan dengan lansia.

5.2 Kuesioner Pengetahuan

Instrumen kedua berupa kuesioner pengetahuan yang terdiri atas 10 pernyataan. Pernyataan pada kuesioner pengetahuan terdiri dari 5 pernyataan positif (nomor 1, 3, 4, 9, 10) dan 5 pernyataan negatif ( nomor 2, 5, 6, 7, 8) . Setiap jawaban pernyataan yang benar mendapatkan skor 1 sedangkan jawaban pernyataan yang salah tidak ada skor. Nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 10. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dapat dikategorikan dengan menggunakan rumus Sudjana :

kelas Banyak

g n P= Re tan

(49)

5.3 Kuesioner Sikap

Instrumen ketiga berupa kuesioner sikap terdiri dari 15 pernyataan. Pernyataan pada kuesioner sikap terdiri dari 8 pernyataan positif (nomor 1, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 15) dan 7 pernyataan negatif (nomor 2, 3, 6, 8, 9, 12, 14). Penilaian pada pernyataan positif dilakukan dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap jawaban yaitu sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) sedangkan penilaian pada pernyataan negatif juga dilakukan dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap jawaban yaitu sangat tidak setuju (skor 4), tidak setuju (skor 3), setuju (skor 2), dan sangat setuju skor (skor 1) . Total skor terendah yaitu 15 dan yang tertinggi 60. Tingkat sikap masyarakat dalam pencegahan kejadian jatuh dikategorikan berdasarkan rumus Sudjana :

kelas Banyak

g n P= Re tan

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 45 dan dibagi atas 2 kategori kelas untuk sikap positif dan negatif maka diperoleh panjang kelas sebesar 22 dimana nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas maka pembagian skornya adalah sebagai berikut 15-37 adalah sikap negatif dan 38-60 adalah sikap positif.

6. Uji Validitas & Uji Reliabilitas

(50)

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2010). Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai dilakukan oleh Ibu Siti Zahara Nasution, Skp, MNS.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji realibilitas dilakukan terhadap 10 responden yang memenuhi kriteria di Kelurahan Nangka Binjai. Uji realibilitas yang digunakan untuk kuesioner pengetahuan keluarga menggunakan K-R 21 (Kuder dan Richardson). Adapun hasil yang didapat dari hasil uji reliabilitas yaitu 0,736 sehingga dikatakan instrument reliabel. Hal ini dapat diterima dengan pendapat Notoatmojo (2010) yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas > 0,632 sedangkan uji reliabilitas yang digunakan untuk kuesioner sikap keluarga menggunakan rumus alpha dengan bantuan komputerisasi dengan hasil reliabilitas diperoleh hasil 0,929 sehingga dikatakan instrument reliabel. Hal ini dapat diterima dengan pendapat Polit & Hungler (1999) yang menyatakan bahwa suatu intrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reabilitas > 0.70.

7. Pengumpulan Data

(51)
(52)

serta membantu responden dalam hal menceklis jawaban tetapi tidak mempengaruhi responden dalam menjawab pernyataan sementara apabila responden ingin membacanya sendiri maka peneliti menunggu serta memberi kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami serta menyuruh responden untuk menceklis salah satu jawaban dari pernyataan tersebut. Setelah kuesioner diisi maka peneliti mengecek kuesioner apakah masih ada pernyataan yang belum diisi oleh responden. Apabila ada yang belum diisi maka responden langsung memberitahukan kepada responden untuk kembali mengisi kuesioner yang belum diisi. Setelah itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada peneliti karena telah bersedia menjadi responden dan memberikan reward ataupun kenang-kenangan. Setelah itu peneliti bertanya kepada responden tersebut apakah di sekitar rumahnya ada lansia yang tinggal dengan keluarga. Apabila ada maka peneliti langsung pergi ke rumah calon responden yang ditunjukkan oleh responden sebelumnya.

8. Analisa Data

(53)
(54)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terhadap 71 responden yaitu keluarga yang tinggal dengan lansia di kelurahan Pahlawan Binjai.

1. Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian mencakup distribusi frekuensi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai, dan deskripsi sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Adapun deskripsi karakteristik responden yang dipaparkan terdiri dari usia, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pendapatan per bulan, hubungan dengan lansia, dan penyakit yang diderita lansia.

(55)
(56)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik keluarga yang Tinggal dengan lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai bulan April 2012 (N=71) Karakteristik Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Usia

< 25 Tahun 5 7

25-35 Tahun 23 32,4

> 35 Tahun 43 60,6

Jenis Kelamin

Pria 16 22,5

Wanita 55 77,5

Suku

Batak 28 39,4

Melayu 6 8,5

Jawa 30 42,3

Minang 4 5,6

Aceh 3 4,2

Agama

Islam 48 67,6

Kristen Protestan 18 25,4 Kristen Katolik 5 7

Tingkat Pendidikan

SD 4 5,6

SMP 3 4,2

SMA 53 74,6

(57)

Lanjutan

Pendapatan/ bulan

< Rp. 1.000.000 33 46,5 Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000 30 42,3 > Rp. 3.000.000 8 11,3 Hubungan dengan lansia

Anak 67 94,4

Keponakan 3 4,2

Saudara 1 1,4

Penyakit yang diderita Lansia

Maag 18 25,4

Katarak 7 9,9

Diabetes Melitus 11 15,5

Osteoporosis 9 12,7

Asam urat 8 11,3

Rhematoid arthritis 5 7

Hipertensi 10 14,1

TB Paru 3 4,2

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh

Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

(58)

Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Pengetahuan Keluarga Frekuensi Persentase (%) Baik 43 60,6 Cukup 25 35,2

Kurang 3 4,2 Total 100 100

Pengetahuan responden diidentifikasi dengan 10 pernyataan yaitu 1 pernyataan untuk mengidentifikasi pengertian jatuh, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor resiko jatuh, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi penyebab jatuh, 1 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor situasional yang mempresipitasi jatuh, 1 pernyataan untuk mengidentifikasi komplikasi jatuh, dan 1 pernyataan untuk mengidentifikasi usaha pencegahan jatuh.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

No. Pernyataan Benar Salah

1. Jatuh merupakan kejadian yang 61 10

mengakibatkan lansia mendadak (85,9%) (14,1%) terbaring, terduduk di lantai/ tempat

yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

2. Lansia yang menggunakan alat bantu 40 31

(59)

Lanjutan

1.3. Deskripsi Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

(60)

Tabel 4. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di

Sikap responden diidentifikasi dengan 15 pernyataan yaitu 11 pernyataan mengidentifikasi tentang identifikasi faktor resiko, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi tentang menilai keseimbangan dan gaya berjalan, dan 2 pernyataan untuk mengidentifikasi tentang mengatur/ mengatasi faktor situasional.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

No. Pernyataan SS S TS STS menggangu jalan atau tempat lansia

setiap hari melakukan kegiatan

(61)

licin (80,3%) (18,3%) (0%) (1,4%) seperti perlatatan yang sudah lapuk

(62)

15. Keluarga membuat pintu kamar mandi 38 33 0 0

mudah dibuka (53,5%) (46,5%) (0%) (0%)

2. Pembahasan Penelitian

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai dan gambaran sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2.1. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di

Kelurahan Pahlawan Binjai

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam, 2009). Hidup bersama dengan keluarga merupakan kebiasaan umum yang terjadi pada lansia apabila seorang lansia ditinggal meninggal dunia oleh suami atau istrinya ataupun sebelum istri atau suaminya meninggal (Darmojo & Martono, 2004). Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia (Maryam, 2009). Banyak sekali masalah yang terjadi pada lansia salah satunya yaitu jatuh. Masalah seperti jatuh harus dicegah dengan cara merawat lansia tersebut secara baik. Merawat lansia di rumah bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan (Siburian, 2005 dalam Narayani, 2008).

(63)

didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Semakin berkembang fisik dan psikis seseorang, maka semakin banyak pula yang diketahui dan ingin diketahuinya, sebab selain mengetahui segala sesuatu yang dialami di lingkungan keluarganya, dia juga akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan yang lebih luas serta ingin mengetahui apa yang belum dan tidak diketahuinya. Dan pada akhirnya dia akan tahu apa yang boleh dan harus dilakukan serta baik dan buruk bila dilakukan (Effendy, 2006 dalam Karolina, 2009).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuswardhani (2009) mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap peningkatan status kesehatan lansia didapat bahwa keluarga berperan dalam penyediaan fasilitas – fasilitas untuk meningkatkan status kesehatan lansia, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa keluarga wajib tahu tentang pencegahan jatuh sehingga keluarga dapat melakukan tindakan yang dapat mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Dengan berkurangnya resiko jatuh maka status kesehatan lansia akan meningkat.

(64)

dapat dilihat dari jawaban responden yaitu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 71 responden yaitu keluarga yang memiliki lansia dan tinggal bersama lansia didapatkan data bahwa untuk pernyataan nomor 1 mengenai pengertian jatuh ternyata 61 responden (85,9%) menjawab pernyataan dengan benar sementara 10 responden (14,1%) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan respoden tentang pengertian jatuh dalam kategori baik karena hampir seluruh keluarga mengetahui tentang pengertian jatuh.

Pada pernyataan nomor 2 mengenai faktor resiko jatuh yaitu lansia yang menggunakan alat bantu berjalan tidak beresiko jatuh ternyata didapatkan bahwa 40 responden (56,3%) menjawab pernyataan dengan benar dan 31 responden (43,7%) menjawab pernyataan tersebut salah serta pernyataan nomor 3 mengenai faktor resiko jatuh yaitu penurunan pengelihatan dan pendengaran merupakan salah satu resiko terjadi jatuh didapatkan bahwa 49 responden (69%) menjawab pernyataan dengan benar dan 22 responden (31%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui faktor resiko jatuh. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa penggunaan alat bantu berjalan merupakan faktor ekstrinsik yang dapat membuat resiko jatuh pada lansia sementara penurunan pengelihatan dan pendengaran merupakan faktor intrinsik yang dapat membuat resiko jatuh pada lansia.

(65)

menjawab penyataan salah serta pernyataan nomor 5 mengenai penyebab jatuh pada lansia yaitu sakit kepala tidak dapat menyebabkan jatuh pada lansia didapatkan bahwa 55 responden (77,5) menjawab pernyataan dengan benar dan 16 responden (22,5%) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui penyebab jatuh pada lansia. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor antara lain hipotensi orthostatic, kecelakaan seperti terpeleset, sakit kepala, obat-obatan dan sinkope. Dimana hipotensi orthostatic dapat disebabkan oleh terlalu lama berbaring sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh dan juga karena sakit kepala dapat menyebabkan lansia jatuh.

Pada pernyataan nomor 6 mengenai faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia yaitu penggunaan WC jongkok sangat baik bagi lansia ternyata didapatkan bahwa 34 responden (47,9%) menjawab pernyataan dengan benar dan 37 responden (52,1%) menjawab pernyataan salah. Dari data ini peneliti menyatakan bahwa keluarga dari lansia yaitu sebanyak 37 responden (52,1%) tidak mengetahui tentang penggunaan WC yang cocok dan aman digunakan bagi lansia. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa WC yang cocok dan aman bagi lansia adalah WC yang menggunakan kloset duduk.

(66)

rumah sebaiknya menyilaukan untuk mencegah jatuh pada lansia ternyata didapat bahwa 45 responden (63,4%) menjawab dengan benar dan 26 responden (36,6) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui mengenai faktor situasional. Berdasarkan Darmojo & martono (2004) bahwa kejadian jatuh tidak hanya terjadi pada lansia yang menggunakan alat bantu tetapi jatuh juga dapat terjadi pada lansia yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat bantu. Selain itu jatuh pada lansia dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti lantai yang licin, penerangan yang menyilaukan serta penerangan yang kurang terang.

Pada pernyataan nomor 9 mengenai komplikasi jatuh yaitu jatuh pada lansia akan menimbulkan komplikasi seperti kematian ternyata didapat 60 responden (84,5%) menjawab pernyataan dengan benar serta 11 responden (15,5) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui tentang komplikasi jatuh. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti patah tulang, hematoma, kecacatan, dan kematian.

(67)

pegangan pada kamar mandi dan membuat penerangan rumah cukup terang tetapi tidak menyilaukan merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah jatuh pada lansia. Selain itu pengetahuan baik ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti Tri pada 30 keluarga di dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga yang ada di dusun gamping kidul ambar ketawang sleman yogyakarta memiliki pengetahuan baik.

Meskipun latar belakang pendidikan keluarga yang menjadi responden peneliti sebahagian besar Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 53 responden (74,6) ternyata tidak menutup kemungkinan bahwa seluruh keluarga yang memiliki lansia serta tinggal bersama dengan lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai memiliki pengetahuan yang baik mengenai pencegahan jatuh.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya pengetahuan. Sebahagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal dan semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan seseorang (Notoatmojo, 2003).

2.2. Sikap keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia di kelurahan

Pahlawan Binjai

(68)

Pengetahuan mengenai suatu objek akan menjadi sikap bila pengetahuan itu disertai dengan suatu kesiapan bertindak (Niven, 2002 dalam Harahap, 2006). Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak (G.W Alport, 1935 dalam Widayatun, 2009). Sikap dapat bersifat positif yaitu terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan obyek tertentu dan sikap dapat bersifat negatif yaitu kecenderungan untuk menghindari, menjauhi, dan tidak mempercayai obyek tertentu (Purwanto, 1999)

(69)

keluarga memiliki kesiapan dalam bertindak untuk menilai keseimbangan dan gaya berjalan. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa setiap lansia harus dievaluasi serta diperhatikan bagaimana gaya berjalan lansia tersebut. Penilaian gaya berjalan harus dilakukan dengan cermat. Selain itu sikap positip ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti Tri pada 30 keluarga di dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga yang ada di dusun gamping kidul ambar ketawang sleman yogyakarta memiliki sikap yang cukup.

Menurut Notoatmojo (2003) suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap yang positif menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung seperti faktor fasilitas serta faktor dukungan (support) dari keluarga. Dalam memenuhi fasilitas untuk mencegah jatuh seperti membuat pegangan pada kamar mandi maka keluarga membutuhkan biaya. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 33 responden (46,6%) berpenghasilan kurang dari Rp.1.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perbulan responden masih tergolong rendah karena tidak sesuai dengan Upah minimum regional (UMR) untuk propinsi Sumatera Utara yaitu Rp. 1.200.000,-. Berdasarkan asumsi peneliti apabila penghasilan keluarga tinggi maka keluarga lebih siap untuk memfasilitasi lansia dalam pencegahan terjadinya jatuh.

(70)

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1998 dalam Setiawati & Dermawan, 2008). Sebagai bagian dari keluarga seorang anak memiliki tugas dan kewajiban yaitu merawat orangtua yang sudah lanjut usia baik yang sakit maupun yang tidak sakit dengan cara menjaga kesehatan orangtua yang sudah lanjut usia (Setiawati, 2009).

(71)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama berisi rangkuman hasil penelitian yang berdasarkan analisa. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

1. Kesimpulan

(72)

lansia. Sedangkan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh, seluruh keluarga (100%) memiliki sikap positif dalam pencegahan jatuh. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga siap dalam bertindak untuk mencegah kejadian jatuh.

2. Saran

2.1. Saran Terhadap Keterbatasan Penelitian

Pada proses pengumpulan data lebih diupayakan pendekatan yang lebih baik dengan responden agar dalam memberikan informasi responden kooperative serta sampel penelitian terpenuhi.

2.2. Saran Terhadap Praktek Keperawatan

Pada praktek keperawatan diharapkan kepada perawat untuk memberikan perhatian kepada keluarga dan menganjurkan keluarga memodifikasi lingkungan agar lansia tidak jatuh dan mengurangi resiko jatuh serta perawat tetap efektif dan aktif dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada keluarga mengenai pengetahuan tentang pencegahan kejadian jatuh.

2.3. Saran Terhadap Peneliti Keperawatan

Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan responden penelitian lebih banyak lagi sehingga hasilnya lebih representatif. Selain itu bagi peneliti keperawatan selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam mencegah jatuh.

(73)

Pada keluarga yang memiliki lansia di rumah diharapkan bisa menjaga dan merawat lansia sehingga kejadian jatuh dapat dikurangi ataupun dapat dicegah serta sebaiknya memiliki perilaku yang baik dalam mencegah jatuh pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Cetakan 14. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2005). Sikap manusia; Teori dan pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmojo, B.R, & Martono, H.H. (2004). Buku ajar Geriatrik; Ilmu kesehatan lanjut usia, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hamid, A. (2007). Penduduk lanjut usia di Indonesia dan masalah kesejahteraannya. Dibuka tanggal 27 September 2011 dari

Harahap, M.H. (2006). Pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/ AIDS di Lingkungan XI Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Sumatera Utara. Laporan Penelitian : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(74)

Karolina, S.M. (2009). Hubungan pengetahuan dan pencegahan osteoporosis yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Selayang. Laporan Penelitian : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Lumbantoruan, S. (2010). Instrumen pendataan usaha ekonomi masyarakat. Pemko Binjai.

Maryam, S.M. (2009). Pengaruh keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah DKI Jakarta. Dibuka

tanggal 04 Oktober 2011 dari

Maryam, S.R., Ekasari, F.M., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, I.W., Chayatin, N., & Santoso, A.B. (2009). Ilmu keperawatan komunitas; Konsep dan aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.

Narayani, I. (2008). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap sikap keluarga dalam pemberian perawatan activities daily living (ADL) di rumah desa Tanjungrejo Margoyoso Pati. Dibuka tanggal 04 Oktober 2011

da

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nugroho, W. (2008). Gerontik & Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nursalam, (2003). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research Principles and Methods Fifth Edition. Philadhelphia: J.B. Lippincot Company.

Probosuseno. (2006). Mengapa Lansia Sering Tiba-Tiba Roboh. Dibuka tanggal

04 Oktober 2011 dari

Purwanto, H. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Setiawati, B. (2009). Kesabaran anak dalam merawat orangtua yang sakit kronis. Dibuka pada tanggal 4 Juli 2012 dari

(75)

Suhartono, S. (2008). Filsafat ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Susanti, T. (2009). Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap

keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh di rumah di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta. Dibuka pada tanggal 14

Oktober 2011 dari

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik keluarga yang Tinggal dengan lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai bulan April 2012 (N=71)
Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai
Tabel 4. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di   Kelurahan Pahlawan Binjai
Tabel Frequencies Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan osteoporosis pada WUS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di

Dari data diatas menunjukkan bahwa kejadian jatuh dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu

Setelah dilakukan penelitian tentang gambaran perilaku keluarga tentang pencegahan osteoporosis pada lansia diketahui bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 71 responden mengenai “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Vaksinasi HPV ( Human Papilloma Virus ) dengan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1) Pengetahuan baik sejumlah 66% (43 responden), pengetahuan cukup sejumlah 31%

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Giswas (2013) yang meneliti Pengetahuan, Sikap Ibu Rumah Tangga Mengenai Indeks

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran sikap, pengawasan keluarga, tingkat pengetahuan