• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian kromium organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar (colossoma macropomum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian kromium organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar (colossoma macropomum)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM ORGANIK TERHADAP

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR

(

Colossoma macropomum

)

ADI SUSANTO

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(2)

TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

Nama : ADI SUSANTO

NRP : C151030031

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ing Mokoginta Dr. M. Agus Suprayudi

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Chairul Muluk Prof. Dr. Syafrida manuwoto

(3)

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM ORGANIK TERHADAP

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR

(

Colossoma macropomum

)

ADI SUSANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Departemen Budidaya Perairan Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis pengaruh pemberian kromium

organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar adalah karya saya sendiri

dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2006

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kota Bangun Ilir, Kecamatan Kota Bangun,

Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 20 Januari 1973 dari

Ayah H. Abdul Muthalib (Alm) dan Ibu Hj. Haspa h. Penulis merupakan anak ke

delapan dari sembilan bersaudara. Sejak tahun 2001 penulis telah berkeluarga dengan

istri bernama Agustina dan dikaruniai seorang anak bernama M. Alif Fatih Rahman.

Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri I Tenggarong Kutai Kertanegara

dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Mulawarman

Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Program Studi Budidaya Perairan melalui jalur

UMPTN dan menyelesaikan studi pada tahun 1996.

Tahun 1996 penulis mengikuti program ikatan dinas dari DIKTI pada Jurusan

Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan kemudian pada tahun

2000 penulis diangkat sebagai tenaga pengajar di Jurusan Budidaya Perairan

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat

dan karunia serta ridho-Nyalah tesis yang berjudul Pengaruh Pemberian Kromium

Organik Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma

macropomum) dapat diselesaikan.

Pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ing Mokoginta dan Bapak Dr. M. Agus Suprayudi selaku komisi

pembimbing atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama

penelitian dan penulisan tesis ini sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.

2. Bapak Rektor Universitas Mulawarman, Bapak Dekan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan beserta jajarannya, Bapak Ketua Jurusan Budidaya Perairan, yang

telah memberikan kesempatan dan mengijinkan penulis untuk mengikuti

program pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan melalui

program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS).

4. Ketua Program Studi Ilmu Perairan, Ketua dan Staf Laboratorium Nutrisi Ikan,

Laborator ium Lingkungan Budidaya Perairan, Laboratorium Genetika dan

Pengembangbiakan Ikan, Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya

Perairan, Laboratorium Limnologi Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam penyediaan

fasilitas hingga terlaksananya penelitian ini.

5. Ayahanda (Alm) H. Abdul Muthalib, Ibunda tercinta Hj. Haspah, Saudara

kandungku yang telah banyak memberikan bantuan baik materi maupun moral

serta Istri “Agustina” dan Anakku “Alif” yang rela ditinggal di rumah,

berkorban dan bersabar selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan studi

ini dengan baik.

6. Rekan-rekan angkatan 2003 program studi Ilmu Perairan dan Staf Perpustakaan

(7)

Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.

Bogor, April 2006

(8)

ABSTRAK

ADI SUSANTO. Pengaruh Pemberian Kromium Organik terhadap Kinerja

Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Dibimbing ole h

ING MOKOGINTA dan M.AGUS SUPRAYUDI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian kromium organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan pakan uji yang terdiri dari 4 kadar kromium (0.0; 1.5; 3.0; dan 4.4 ppm Cr+3) dengan isoprotein (37.5%) dan isoenergi serta satu pakan mengandung 2.2 ppm Cr+3 dan kadar protein 30.3%. Dua puluh ekor ikan dengan bobot rata-rata individu 11.34 - 12.31 g dipelihara dalam setiap akuarium (volume air 100 lt). Ikan diberi pakan dua kali sehari (pagi dan sore hari) secara at satiation selama 60 hari.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan dan Manfaat... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Kebutuhan Protein, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi ... 4

Kebutuhan Lemak... 5

Kebutuhan Karbohidrat sebagai Sumber Energi... 6

Kromium ... 8

Peran Kromium dalam Metabolisme ... 10

BAHAN DAN METODE... 13

Waktu dan Tempat... 13

Pakan... 13

Pemeliharaan Ikan... 13

Pengumpulan Peubah dan Analisis Kimia ... 15

Analisis S tatistik ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN... 19

Hasil Penelitian... 19

Laju Pertumbuhan Harian, Retensi Protein, Retensi Lemak, Efisiensi Pakan dan Ekskresi Amonia Nitrogen... 19

Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Lemak Hati, Kadar Glikogen Hati dan Daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh serta Histologi Hati ... 21

Pembahasan... 24

KESIMPULAN DAN SARAN... 30

Kesimpulan ... 30

Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komposisi bahan, proksimat dan energi pakan uji untuk ikan bawal

air tawar (C. macropomum)... 14

2 Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP),retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan total amoniak nitorgen (TAN) yang diperoleh pada ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan

yang mengandung kromium organik... 20

3 Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan

pemberian pakan yang mengandung kromium.(dalam berat kering) ... 21

4 Kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati, konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA di hati dan kadar kromium tubuh ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian

pakan yang mengandung kromium ... 23

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Perubahan bobot biomassa ikan bawal air tawar (C. ma cropomum)

selama 60 hari pemeliraan ... 19

2 Preparat histologi hati ikan bawal air tawar awal penelitan dan setelah pemberian pakan yang mengandung kromium berbeda pada

pembesaran 200x. ... 24

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pengukuran konsentrasi RNA de ngan metode reaksi orsinol ... 36

2 Pengukuran konsentrasi DNA dengan metode reaksi difenilamin... 38

3 Analisis kadar protein pakan dan tubuh ikan dengan metode semi

mikrokjeldahl (Takeuchi, 1988) ... 40

(11)

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM ORGANIK TERHADAP

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR

(

Colossoma macropomum

)

ADI SUSANTO

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(12)

TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

Nama : ADI SUSANTO

NRP : C151030031

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ing Mokoginta Dr. M. Agus Suprayudi

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Chairul Muluk Prof. Dr. Syafrida manuwoto

(13)

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM ORGANIK TERHADAP

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR

(

Colossoma macropomum

)

ADI SUSANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Departemen Budidaya Perairan Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis pengaruh pemberian kromium

organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar adalah karya saya sendiri

dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2006

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kota Bangun Ilir, Kecamatan Kota Bangun,

Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 20 Januari 1973 dari

Ayah H. Abdul Muthalib (Alm) dan Ibu Hj. Haspa h. Penulis merupakan anak ke

delapan dari sembilan bersaudara. Sejak tahun 2001 penulis telah berkeluarga dengan

istri bernama Agustina dan dikaruniai seorang anak bernama M. Alif Fatih Rahman.

Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri I Tenggarong Kutai Kertanegara

dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Mulawarman

Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Program Studi Budidaya Perairan melalui jalur

UMPTN dan menyelesaikan studi pada tahun 1996.

Tahun 1996 penulis mengikuti program ikatan dinas dari DIKTI pada Jurusan

Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan kemudian pada tahun

2000 penulis diangkat sebagai tenaga pengajar di Jurusan Budidaya Perairan

(16)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat

dan karunia serta ridho-Nyalah tesis yang berjudul Pengaruh Pemberian Kromium

Organik Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma

macropomum) dapat diselesaikan.

Pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ing Mokoginta dan Bapak Dr. M. Agus Suprayudi selaku komisi

pembimbing atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama

penelitian dan penulisan tesis ini sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.

2. Bapak Rektor Universitas Mulawarman, Bapak Dekan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan beserta jajarannya, Bapak Ketua Jurusan Budidaya Perairan, yang

telah memberikan kesempatan dan mengijinkan penulis untuk mengikuti

program pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan melalui

program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS).

4. Ketua Program Studi Ilmu Perairan, Ketua dan Staf Laboratorium Nutrisi Ikan,

Laborator ium Lingkungan Budidaya Perairan, Laboratorium Genetika dan

Pengembangbiakan Ikan, Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya

Perairan, Laboratorium Limnologi Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam penyediaan

fasilitas hingga terlaksananya penelitian ini.

5. Ayahanda (Alm) H. Abdul Muthalib, Ibunda tercinta Hj. Haspah, Saudara

kandungku yang telah banyak memberikan bantuan baik materi maupun moral

serta Istri “Agustina” dan Anakku “Alif” yang rela ditinggal di rumah,

berkorban dan bersabar selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan studi

ini dengan baik.

6. Rekan-rekan angkatan 2003 program studi Ilmu Perairan dan Staf Perpustakaan

(17)

Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.

Bogor, April 2006

(18)

ABSTRAK

ADI SUSANTO. Pengaruh Pemberian Kromium Organik terhadap Kinerja

Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Dibimbing ole h

ING MOKOGINTA dan M.AGUS SUPRAYUDI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian kromium organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan pakan uji yang terdiri dari 4 kadar kromium (0.0; 1.5; 3.0; dan 4.4 ppm Cr+3) dengan isoprotein (37.5%) dan isoenergi serta satu pakan mengandung 2.2 ppm Cr+3 dan kadar protein 30.3%. Dua puluh ekor ikan dengan bobot rata-rata individu 11.34 - 12.31 g dipelihara dalam setiap akuarium (volume air 100 lt). Ikan diberi pakan dua kali sehari (pagi dan sore hari) secara at satiation selama 60 hari.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan dan Manfaat... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Kebutuhan Protein, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi ... 4

Kebutuhan Lemak... 5

Kebutuhan Karbohidrat sebagai Sumber Energi... 6

Kromium ... 8

Peran Kromium dalam Metabolisme ... 10

BAHAN DAN METODE... 13

Waktu dan Tempat... 13

Pakan... 13

Pemeliharaan Ikan... 13

Pengumpulan Peubah dan Analisis Kimia ... 15

Analisis S tatistik ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN... 19

Hasil Penelitian... 19

Laju Pertumbuhan Harian, Retensi Protein, Retensi Lemak, Efisiensi Pakan dan Ekskresi Amonia Nitrogen... 19

Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Lemak Hati, Kadar Glikogen Hati dan Daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh serta Histologi Hati ... 21

Pembahasan... 24

KESIMPULAN DAN SARAN... 30

Kesimpulan ... 30

Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komposisi bahan, proksimat dan energi pakan uji untuk ikan bawal

air tawar (C. macropomum)... 14

2 Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP),retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan total amoniak nitorgen (TAN) yang diperoleh pada ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan

yang mengandung kromium organik... 20

3 Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan

pemberian pakan yang mengandung kromium.(dalam berat kering) ... 21

4 Kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati, konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA di hati dan kadar kromium tubuh ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian

pakan yang mengandung kromium ... 23

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Perubahan bobot biomassa ikan bawal air tawar (C. ma cropomum)

selama 60 hari pemeliraan ... 19

2 Preparat histologi hati ikan bawal air tawar awal penelitan dan setelah pemberian pakan yang mengandung kromium berbeda pada

pembesaran 200x. ... 24

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pengukuran konsentrasi RNA de ngan metode reaksi orsinol ... 36

2 Pengukuran konsentrasi DNA dengan metode reaksi difenilamin... 38

3 Analisis kadar protein pakan dan tubuh ikan dengan metode semi

mikrokjeldahl (Takeuchi, 1988) ... 40

(21)

soxhlet (Takeuchi, 1988) ... 41

5 Analisis kadar abu pakan dan ikan (Takeuschi, 1988) ... 41

6 Analisis serat kasar pakan (Takeuchi, 1988) ... 42

7 Analisis kadar air pakan dan tubuh ikan (Takeuchi, 1988) ... 42

8 Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan ekskresi total amonia ikan baw al air tawar (C.macropomum) yang diberi pakan mengandung kromium organik selama 60 hari pemeliharaan. ... 43

9 Hasil analisis proksimat pakan uji ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari. ... 44

10 Hasil analisis proksimat awal dan akhir ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 har i dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik. ... 44

11 Konsentrasi glikogen pada hati dan daging ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik ... 45

(22)
(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) di Indonesia telah

mulai dilakukan sekitar tahun 1990, baik melalui jaring apung ataupun keramba

apung. Kemajuan pembudidayaan ini ditunjang oleh keberhasilan pembenihan ikan

ini untuk memenuhi kebutuhan benih yang semakin meningkat.

Pemeliharaan ikan bawal air tawar telah dicoba dengan memberikan pakan

buatan. Pada penelitian Gunther (1996) terhadap juvenil ikan ini, pertumbuhan

terbaik mampu dihasilkan oleh kadar karbohidrat pakan 38.0 %. Selanjutnya

Supriatna (1998) melaporkan bahwa ikan bawal air tawar yang berukuran 5.5 g

membutuhkan 1.0 % n-3 dan 1.2 % n-6 pada kadar lemak pakan 8.0 %. Hasil

penelitian Adelina (2000) menunjukkan bahwa kadar protein dan rasio energi protein

yang optimal pada ikan bawal air tawar berukuran 1.0 g adalah 37.5 % dan 8. 5 kkal

DE/gram pakan dan kadar karbohidratnya adalah 44.2 %. Pemanfaatan karbohidrat

sebagai sumber energi non-protein masih dapat ditingkatkan melalui pemberian

kromium sehingga lebih banyak lagi protein pakan yang dapat dikonversi ke protein

tubuh.

Kromium sebagai mikronutrien, mempunyai peran utama dalam interaksi

antara insulin dan sel reseptor yang hadir bersama sebagai senyawa komplek yang

disebut Glucose Telorance Factor (GTF). GTF memacu aktivitas insulin, membawa

banyak glukosa ke dalam sel. Sel-sel akan mengubah glukosa menjadi energi.

Tambahan energi ini sebagai sumber energi untuk sintesis protein, pertumbuhan

jaringan tubuh, pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas. Kromium, sebagaimana

mikromineral esensial lainnya, memiliki nilai kisaran tertentu agar berfungsi secara

optimum (Mertz,1979)

Peranan kromium untuk ikan mulai diteliti sejak tahun 90-an dan masih dalam

bentuk anorganik. Hertz et al. (1989) meneliti pada ikan mas (Cyprinus carpio L)

dengan menggunakan Cr+3 dalam bentuk CrCl3.6H2O mampu meningkatkan

pemanfaatan glukosa dan menghambat glukoneogenesis. Shiau dan Chen (1993)

serta Shiau dan Lin (1993) memberikan kromium pada ikan tilapia (Oreocromis

(24)

mengandung glukosa menghasilkan pertumbuhan, retensi protein dan energi terbaik.

Shiau dan Liang (1995) serta Shiau dan Shy (1998) memberikan Cr2O3 pada ikan

tilapia (Oreocromis niloticus x O. aureus) menghasilkan pertumbuhan relatif

tertinggi pada kadar 300.0 mg Cr2O3/kg pakan; Subandiyono et al. (2003)

memberikan kromium dalam bentuk CrCl3.6H2O pada ikan gurame (Osphronemus

gouramyLac) menghasilkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan terbaik (2.3

% dan 19.5 %) pada kadar 10.0 ppm CrCl3.

Pan et a l. (2003) memberikan kromium 2.0 mg Cr+3/kg pakan dalam bentuk Cr

picolinate pada ikan tilapia hibrida (O. niloticus x O. aureus) tidak mempengaruhi

pertumbuhan dan penggunaan karbohidrat pakan secara efektif. Kromium organik

dalam bentuk kromium -ragi dilakukan oleh Subandiyono (2004) terhadap ikan

gurami pada kadar 1.3-1. 5 ppm Cr+ 3 memberikan pertumbuhan terbaik. Sedangkan

Mokoginta et a l (2004) memberikan kromium dalam bentuk Cr or ganik pada ikan

mas menghasilkan pertumbuhan dan retensi protein terbaik pada kadar 1.6-2. 2 ppm

Cr+3. Selanjutnya Mokoginta et al. (2005) memberikan Cr organik pada ikan nila (O.

niloticus) memperoleh pertumbuhan relatif dan efisiensi pakan yang tidak berbeda

nyata tetapi retensi protein tertinggi didapat pada kadar 3. 9 ppm Cr+ 3. P

enelitian-penelitian di atas menunjukkan hasil yang bervariasi untuk setiap spesies ikan dalam

pemanfaatan karbohidrat pakan serta efesiensi penggunaan protein pakan untuk

pertum buhan. Berdasarkan informasi di atas maka perlu dilakukan penelitian pada

ikan bawal air tawar mengenai pemberian kromium untuk mengoptimalkan

pemanfaatan energi dari karbohidrat.

Perumusan Masalah

Salah satu kendala pemeliharaan ikan bawal air tawar adalah tingkat efisiensi

pakan yang rendah (79.0-80.0%) untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal

walaupun pakan yang diberikan mengandung protein (37.0-45.0%) dan rasio energi

protein yang cukup tinggi (8.0-10.0 Kkal DE/g) (Adelina, 2000). Hal ini terjadi

karena sebagian protein terpakai untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga

proporsi protein untuk diretensi berkurang. Kurangnya energi dalam pakan

disebabkan pula oleh adanya sumber energi terutama karbohidat kurang cukup

(25)

karbohidrat dimanfaatkan sebagai sumber energi disebabkan rendahnya aktivtas

hormon yang berkaitan dalam pengaturan kadar glukosa yaitu hormon insulin. Untuk

mengatasinya diperlukan imbangan kalori protein ya ng memadai agar tidak

mengganggu protein dalam pakan dan meningkatkan aktivitas hormon insulin

dengan cara meningkatkan kandungan mikronutrien yaitu kromium. Kromium dapat

meningktkan kerja insulin melalui glucose tolerance factor (GTF) dimana kromium

akan membentuk suatu kompleks dengan insulin dan reseptor insulin untuk

memfasilitasi respon jaringan yang sensitif terhadap insulin, sehingga dengan

semakin sensitifnya insulin akan banyak glukosa dalam darah yang dibawa ke dalam

sel serta dijadikan bahan bakar (energi) untuk bermacam aktivitas (Vincent 2000;

Cefalu et al. 2002; Southern, 2003). Selain itu kromium juga berfungsi

meningkatkan glikogenesis, lipogenesis, transpor dan pengambilan asam amino oleh

sel. (Shiau dan Chen, 1993; Shiau dan Lin, 1993; Shiau dan Liang, 1995; Underwood

dan Suttle, 1999; Groff dan Gropper, 2000; Lall, 2002) Kromium juga

mempengaruhi sintesis asam nukleat (RNA) dan memainkan peranan dalam ekspresi

gen (NRC, 1997; Xi e t a l. 2001; Mason, 2001) serta meningkatkan imunitas dan

pemulihan pascastress (Hastuti, 2004).

Apabila kromium mampu meningkatkan sensitifitas reseptor insulin, sehingga

insulin semakin cepat memobilisasi glukosa ke dalam sel untuk diubah menjadi

energi maka por si protein untuk pertumbuhan semakin meningkat. Sebaliknya

apabila karbohidrat tidak mampu dimanfaatkan secara efektif melalui penambahan

kromium maka protein akan dikatabolisme menjadi energi sehingga akan

mempengaruhi pertumbuhan.

Tujuan dan Manfaat

Percobaa n ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian kromium

organik terhadap kinerja pertumbuhan ikan, sedangkan manfaat penelitian ini adalah

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Protein, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi

Protein adalah nutrien yang sangat penting untuk fungsi jaringan normal, untuk

pemeliharaan tubuh, pergantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak dan untuk

pertumbuhan. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

ukuran ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan, jumlah dan kualitas pakan alami,

kandungan energi non-protein dan kualitas protein (Watanabe, 1988).

Kebutuhan protein pada stadia awal lebih tinggi dibanding selama fase lanjutan

dari pertumbuhan. Lovell (1989) menyatakan bahwa protein juga dapat digunakan

sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak

mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi.

Atom-atom N dari gugus purin dan pirimidin nukleotida yang merupakan basa penting dari

DNA dan RNA berasal pula dari asam-asam amino. Melihat pentingnya perana n

protein dalam tubuh maka pemberian protein dalam pakan perlu diberikan

terus-menerus dalam kuantitas mencukupi dan kualitas yang baik. Kebutuhan protein

dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh pola asam amino esensial. New

(1987) menyatakan bahwa asam amino yang terdapat dalam pakan dalam jumlah

paling rendah akan bersifat sebagai limiting amino acid, sehingga untuk mengurangi

limiting amino acid tersebut, disarankan agar meningkatkan kadar protein pakan dan

manambah asam amino esensial sintetik. Selanjutnya NRC (1983) mengemukakan

bahwa kekurangan asam amino dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan.

Setiap spesies ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda untuk

pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur /ukuran ikan, namun pada umumnya

ikan membutuhkan protein sekitar 30.0-50.0 % dalam pakannya (Hepher, 1990).

Macedo (1979) dalam Hernandez et al. (1995) menyatakan bahwa kebutuhan protein

ikan bawal air tawar berukuran 5.0 g yang dipelihara di kolam adalah 22.0 %,

sedangkan ikan yang berukuran 30.0 g membutuhkan protein sebesar 18.0 %.

Selanjutnya Eckmann (1987) melakukan percobaan terhadap ikan bawal air tawar

yang berukuran juvenil dan menempatkannya pada kotak-kotak yang terbuat dari

kayu. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lebih baik apabila protein

(27)

(1987) melakukan percobaan terhadap fingerling ikan bawal air tawar yang

berukuran 30.0 g dengan pakan yang mempunyai kadar protein 30.0, 35.0 dan 40.0

% serta total energi yang sama yaitu 270.0 kkal DE/100 g protein, hasilnya

menunjukkan bahwa pakan yang mempunyai protein 30.0 % memberikan

pertambahan bobot akhir tertinggi.

Imbangan protein dan energi sangat penting dalam menunjang pertumbuhan

ikan. Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mempercepat

pertumbuhan apabila total energi pakan rendah. Karena energi pakan terlebih dahulu

dipakai untuk kegiatan metabolisme standar, seperti respirasi, transpor ion dan

pengaturan suhu tubuh serta aktivitas tubuh lainnya. Energi untuk seluruh aktivitas

tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari bahan nutrie n non-protein, dalam hal

ini karbohidrat dan lemak. Apabila sumbangan energi dari bahan non-protein ini

rendah maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas

tersebut sehingga pertumbuhan akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan

energi non-protein dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang

pertumbuhan ikan (Furuichi, 1988).

Energi non-protein dapat dipenuhi oleh karbohidrat, karena sebagian besar

enzim untuk mencerna karbohidrat tersedia pada ikan (Wilson, 1994) dan

karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah dan diperlukan untuk

biosintesis asam amino non-esensial dan asam nukleat (NRC, 1993).

Kebutuhan Lemak

Menurut NRC (1993), lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi

ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara

bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu,

membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk

mempertahankan daya apung tubuh. Satu unit lemak yang sama mengandung energi

dua kali lipat dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Jika lemak dapat

menyediakan energi untuk pemeliharaan metabolisme, maka sebagian besar protein

yang dikonsumsi dapat digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bukan digunakan

(28)

Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial berbeda untuk setiap spesies

ikan (Furuichi, 1988). Perbedaan kebutuhan ini terutama dihubungkan dengan

habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3, sedangkan

ikan yang hidup di air tawar ada yang hanya membutuhkan asam lemak n-3 atau

kombinasi asam lemak n-3 dan n-6 (Hepher, 1990).

Diantara spesies air tawar seperti ikan ayu, channel catfish, coho salmon dan

rainbow trout memerlukan 18:3n-3 atau EPA dan/atau DHA. Ikan coho salmon, ikan

mas dan sidat jepang memerlukan campuran yang sama dari 18:2n-6 dan 18:3n-3

sedangkan ikan nila dan Tila pia zilli hanya memerlukan 18:2n-6 untuk pertumbuhan

maksimum dan efisiensi pakan (NRC, 1993). Takeuchi et al. (1987) dalam NRC

(1993) mengemukakan bahwa kandungan protein pakan rainbow trout dapat

diturunkan dari 48.0 % menjadi 35.0 % tanpa menurunnya pertambahan bobot

badan, jika kadar lemak pakan ditingkatkan dari 15.0 % menjadi 20.0 %. Akan tetapi

penambahan lemak ke dalam paka n perlu diperhatikan kuantitasnya, karena kadar

lemak yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh ikan

dan dapat mengakibatkan penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, degenerasi

hati dan menurunkan kualitas ikan pada waktu dipanen (NRC, 1993).

Keberadaan lemak dalam pakan telah ditunjukkan dipengaruhi oleh ukuran

ikan, umur, teknik pemberian pakan dan komposisi pakan (NRC, 1983). Hasil

penelitian Supriatna (1998) menunjukan bahwa ikan bawal air tawar membutuhkan

asam lemak n-3 dan n-6, dimana untuk ikan yang berukuran benih (sekitar 5.5 g)

membutuhkan 0.8-1. 0 % asam lemak n-3 dan 1. 2 % asam lemak n-6 pada kadar

lemak pakan 8.0 %.

Kebutuhan Karbohidrat sebagai Sumber Energi

Karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah dan berguna sebagai

prekursor berbagai hasil metabolit intermidiet yang sangat diperlukan bagi

pertumbuhan, misalnya untuk biosintesis asam amino non-esensial dan

asam-asam nukleat. Karbohidrat dalam pakan ikan terdapat dalam bentuk serat kasar dan

bahan ekstrak tanpa nitrogen. Nilai nutrisi serat kasar sangat rendah, namun

(29)

Peran utama karbohidrat pada nutrisi hewan adalah untuk disimpan sebagai

sumber energi. Kelebihan karbohidrat dalam pakan akan segera diubah dalam

bentuk lemak dan disimpan di berbagai jaringan sebagai energi ca dangan dan

digunakan apabila kekurangan makanan. Jika energi dalam pakan belum cukup maka

organisme akan mengkatabolisme protein menjadi energi untuk dibelanjakan pada

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan (Ensminger el al. 2000).

Ikan mempunyai kemampuan lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat

dibanding hewan darat, namun karbohidrat harus tersedia didalam pakan ikan, sebab

jika karbohidrat tidak tersedia maka nutrien lain seperti protein dan lemak akan

dimetabolisme untuk dijadikan energi sehingga pertumbuhan ikan akan menjadi

lambat (Wilson, 1994). Walaupun demikian pemanfaatan karbohidrat oleh ikan dapat

ditingkatkan dengan menambahkan mikromine ral kromium (Cr+3) dalam pakan

seperti yang dilakukan oleh Subandiyono (2004) pada ikan Gurami (O. gouramy).

Ikan yang diberi karbohidrat tinggi 40.0 % dengan suplementasi kromium ragi

menghasilkan peningkatan deposisi glikogen dan protein, efisiensi paka n dan

pertumbuhan serta penurunan ekskresi total amonia dibanding dengan ikan yang

diberi karbohidrat rendah 30.0 %.

Yamada(1983) menjelaskan lebih lanjut bahwa penggunaan pakan yang

mengandung karbohidrat pada ikan berbeda-beda, bergantung dari kompleksitas

karbohidrat. Ikan-ikan karnivora tidak mampu memanfaatkan karbohidrat komple ks

dalam pakannya pada tingkat yang tinggi. Walaupun demikian ikan-ikan karnivora

dapat memanfaatkan karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa dan laktosa

sebagai sumber energi utama. Selanjutnya Furuichi (1988) menambahkan bahwa

ikan-ikan karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat optimum pada tingkat

10.0-20.0 % dalam pakannya dan ikan omnivora kebutuhan optimumnya pada tingkat

30.0-40.0 % dalam pakannya. Hasil percobaan Senappa dan Devaraj (1995) yang

menggunakan tiga tingkat karbohidrat (15. 0, 25. 0 dan 35.0%) pada ikan Indian major

carps (Catla catla) menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan yang terbaik adalah pada

penggunaan karbohidrat 35.0%.

Ikan-ikan air tawar dan ikan-ikan laut mempunyai kemampuan yang berbeda

dalam mencerna karbohidrat. Kemampuan ikan laut mencerna karbohidrat adalah

(30)

30.0-40.0 % untuk ikan Cyprinus carpio (Satoh, 1991 dalam Wilson, 1994),

25.0-30.0% untuk ikan Ictalurus punctatus (Wilson, 1991 dalam Wilson, 1994) dan

sekitar 40.0 % untuk Tilapia sp (Luquet, 1991 dalam Wilson, 1994). Hernandez et

a l. (1995) dalam Webster dan Lim (2002), menyatakan bahwa pemberian

karbohidrat pada ikan bawal air tawar yang berukuran 0.5 g sama efektifnya dengan

lipid sebagai sumber energi. Lebih lanjut Gunther (1996) dalam Webster dan Lim

(2002), menyatakan bahwa ikan bawal air tawar dapat secara efisien memanfaatkan

karbohidrat dan menghasilkan pertumbuhan terbaik dengan memberi pakan dengan

kandungan karbohidrat sebesar 38.0 %.

Kromium

Kromium (Cr) merupakan unsur logam dengan nomor atom 24, mempunyai

bobot atom 51. 9 dan bilangan oksida 2, 3, dan 6 (Anonimous, 1986). Logam

tersebut dapat dite mukan di udara, air maupun tanah. Kromium trivalensi (Cr+3)

merupakan status oksidasi yang paling stabil dan diperkirakan menjadi yang

terpenting bagi organisme. Sebagai kromium trivalensi, mineral ini sering terikat

pada ligan yang mengandung nitrogen, oksigen atau sulfur untuk membentuk

senyawa kompleks (Groff dan Gropper, 2000). Pada kondisi asam sebagaimana

dalam lambung, kromium trivalensi larut dan membentuk kompleks dengan beberapa

ligan. Modus penyerapan kromium belum diketahui, akan tetapi diduga melalui

difusi atau oleh pengangkut yang diperantarai pembawa (carrier -mediated

transport). Daya serapnya bergantung pada dosis, berkisar antara 0. 4 dan 3.0 %.

Daya serap dapat ditingkatkan dengan keberadaan vitamin C atau pembentuk chelate

untuk menghindari pengendapan pada lingkungan basa seperti dalam usus halus

(NRC, 1997; Groff dan Gropper, 2000).

Diantara logam pada golongan mikromineral, kromium merupakan logam yang

bersifat paling kurang beracun (Groff dan Gropper, 2000). Daya racun kromium

dalam status oksida heksavalen (Cr+6) lima kali lebih besar (NRC, 1997) atau bahkan

sepuluh hingga seratus kali lebih besar (Groff dan Gropper, 2000) dari pa da kromium

dalam status oksida trivalensi (Cr+3). Meskipun Cr+ 6 mempunyai daya larut, daya

serap, dan af initas terhadap darah yang jauh lebih tinggi dibandingkan Cr+3 (NRC,

(31)

(Underwood dan Suttle, 1999). Hal tersebut dikarenakan : (a) terjadinya bioreduksi

Cr+6 menjadi Cr+3 yang kurang beracun oleh berbagai organis me (Underwood dan

Suttle, 1999); (b) tingkat toleransi hewan terhadap kromium (Cr+ 6) sangat tinggi,

yaitu hingga lebih dari 1000 ppm bobot kering pakan dan bahkan mencapai 3000

ppm untuk Cr+3 (NRC, 1997; Underwood dan Suttle, 1999); (c) kompleks kromium

heksavalen segera diendapkan begitu mencapai usus halus dan hampir tidak dapat

diserap karena membentuk kompleks denga n bobot molekul besar (NRC, 1997;

Groff dan Gropper, 2000); dan (d) akumulasi kromium dalam tubuh sangat jauh

dibawah ambang bahaya karena homeostasis kromium bersifat negatif atau diatur

dengan kurang baik dan cenderung menurun sejalan dengan peningkatan umur

(Sutardi dalam Subandiyono 2004). Pada umumnya, konsentrasi dalam jaringan

lebih kecil dari 0.1 ppm bobot basah (Underwood dan Suttle, 1999). Ekskresi

kromium yang telah diserap terutama melalui urin, yaitu 90.0 hingga 95. 0% (Mertz,

1979), bergantung pada tingkat kecernaan karbohidrat pakan atau penyerapan

glukosa (Groff dan Gropper, 2000).

Kromium dalam bentuk trivalen (Cr+3) diketahui sebagai komponen mineral

esensial GTF, yaitu suatu komponen hati yang larut dalam air, plasma darah, ragi

brewer (‘brewer’s yeast’) dan beberapa ekstrak biologis serta sel (Mertz, 1979;

Linder, 1992). GTF merupakan kompleks Cr+3 dengan 2 bagian asam nikotinat dan

tiga asam amino, terutama glisin, glutamat dan sistein (Hepher, 1988; Linder, 1992).

Akhir -akhir ini diketahui adanya aspartat selain ketiga jenis asam amino tersebut,

dan perkembangan selanjutnya GTF dike nal sebagai kromodulin (Chromodulin)

(Vincent, 2000). Kromodulin merupakan oligopeptida yang mengikat kromium dan

mempunyai bobot molekul rendah, yaitu lebih kurang 1500 Da (Vincent, 2000).

Dengan menggunakan glutation (yaitu tripeptida yang mengandung glutamat, sistein

dan glisin) pada kompleks kromium sintetik diketahui bahwa jenis asam nikotinat

yang berbeda mempunyai pengaruh yang besar terhadap penguatan potensi insulin,

namun tidak demikian halnya dengan jenis asam amino (Hepher, 1988). Penggantian

glutamat, sistein, ataupun glisin dengan tiga jenis asam amino yang lain tidak

merubah bioaktivitas GTF secara nyata. Namun jika penggantian tersebut dilakukan

terhadap asam nikotinat (misalnya diganti dengan asam pikolinat), bioaktivitas GTF

(32)

kelompok mikromineral yang telah diakui bersifat esensial baik untuk manusia,

ruminansia dan non ruminansia termasuk ikan

Peran Kromium dalam Metabolisme

Peran utama kromium secara potensial adalah dalam interaksi antara insulin

dan sel reseptor yang hadir sebagai senyawa komplek yang disebut Glucose

Tolerance Factor (GTF). GTF memacu aktivitas insulin, membawa banyak glukosa

ke dalam sel. Sel-sel akan mengubah glukosa menjadi energi. Tambahan energi ini

sebagai sumber energi untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan tubuh,

pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas , disamping itu kromium juga berfungsi

meningkatkan imunitas dan pemulihan pascastress, glikogenesis, lipogenesis,

transpor dan pengambilan asam amino oleh sel, juga mempengaruhi sintesis asam

nukleat dan memainkan peranan dalam ekspresi gen (Mason, 2001; Southern, 2003;

Subandiyono, 2003; Hastuti, 2004).

Keberadaan kromium trivalen anorganik dalam darah diduga berkaitan dengan

transferin dan diangkut bersama besi (Linder, 1992). Mekanismenya belum diketahui

secara pasti, tetapi tersedia secara cepat dalam sel setelah penyerapan. GTF atau

Kromodulin adalah merupakan bentuk kompleks kromium organik aktif. Jika

terdapat kromium anorganik yang terserap, mineral tersebut harus diangkut terlebih

dahulu ke tempat spesipik di mana inkorporasi menjadi bentuk kompleks organik

dimungkinkan, misalnya dalam hati (Groff dan Gropper, 2000). Organ-organ yang

kaya akan kromium adalah hati, gin jal, otot, limfa, jantung, pankreas dan tulang

(Linder, 1992; NRC, 1997; Groff dan Gropper, 2000).

Pengaruh GTF pada insulin adalah pada fungsi yang berkaitan dengan

kapasitas pengambilan dalam sistem pengangkutan glukosa darah. GTF memperkuat

afinitas insulin terhadap reseptor insulin, sehingga memfasilitasi GLUT untuk

menin gkatkan laju aliran glukosa darah masuk ke dalam sel melalui membran plasma

(NRC, 1997; Watanabe et al. 1997; Underwood dan Suttle, 1999; Groff dan Gropper,

2000). Mekanisme peningkatan laju aliran glukosa darah ke dalam sel oleh GTF

belum diketahui dengan pasti. Tetapi GTF ikut berperan dalam memperbaiki fungsi

reseptor insulin, meningkatkan kuantitas dan kualitas reseptor insulin serta GLUT,

(33)

2002). Jadi, kromium dan insulin berperan secara sinergis dalam meningkatkan

potensi lintasan metabolik yang sensitif terhadap insulin.

Kromium trivalensi berperan sebagai kofaktor insulin pada sitoplasmic site,

melalui pembentukan suatu kompleks antara reseptor insulin pada membran, insulin,

dan kromium (Lloyd, et al. 1978; NRC, 1997; Vincent, 2000; Cefalu et al. 2002).

Menurut Medson (1983), kromium diduga berperan dalam deposisi protein

atau biosintetis protein karena adanya hubungan dengan peran insulin dalam

pengaturan pengambilan asam amino oleh jaringan. Xi et al. (2001) melaporkan

bahwa suplementasi Cr-organik dalam bentuk kromium pikolinat (CrPic) dapat

meningkatkan persentase jaringan rendah lemak dalam karkas babi. Selanjutnya

dijelaskan bahwa peningkatan retensi protein babi yang diberi pakan mengandung

CrPic karena peningkatan pengambilan asam amino oleh sel-sel otot untuk sintesis

protein, dan berkaitan dengan penurunan kadar kortisol serta peningkatan kandungan

Insulin-like growth factor -I (IGF-I) yang menyebabkan peningkatan retensi protein.

Subandiyono (2004) juga menemukan peningkatan retensi protein dan deposisi

protein pada ikan gurami yang pakannya disuplementasi dengan kromium sebesar

1. 5 ppm Cr+3.

Hertz et al. (1989) melaporkan bahwa kromium dapat meningkatkan

penga ngkutan glukosa darah ke dalam sel pada ikan mas. Adanya kromium dalam

darah menyebabkan glukosa dapat segera dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk

memenuhi kebutuhan energi metabolisme sehingga sejumlah protein tertentu dapat

dimanfaatkan lebih efisien untuk pertumbuhan tanpa harus mengubahnya menjadi

energi melalui jalur katabolisme. Hal ini berarti bahwa kromium mampu

meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein pakan atau meningkatkan deposisi

protein tubuh untuk pertumbuhan.

Subandiyono (2004) melaporkan adanya peningkatan deposisi protein dan

lemak, retensi protein dan energi serta meningkatkan efisiensi pakan pada ikan

gurami yang diberi pakan dengan suplementasi kromium se besar 1.5 ppm.

Sedangkan Shiau dan Liang (1995) mengamati adanya peningkatan perolehan bobot,

efiseinsi pakan, perbandingan efisiensi protein, deposisi protein, dan aktivitas

fosfofruktokinase pada ikan nila hibrida dengan suplementasi 0.5 hingga 2.0% Cr2O3

(34)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan T empat

Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Basah Nutrisi Ikan, analisa

proksimat, kadar glikogen dan konsentrasi RNA dan DNA dilakukan di

Laboratorium Kimia Nutrisi Ikan, dan analisa kualitas air dilakukan di Laboratorium

Lingkungan Perairan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan terbagi

dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pemeliharaan ikan dilakukan pada bulan Mei

2005 sampai dengan bulan Juli 2005. Tahap kedua adalah analisa parameter kimia

dilakukan mulai bulan Juli 2005 sampai dengan bulan September 2005.

Pakan

Pakan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pakan yang berkadar

protein 37. 5%, dengan isoenergi yang ditambahkan kromium organik 0.0, 1.5, 3.0

dan 4. 5 ppm Cr3+ yang dimodifikasi dari hasil penelitian Adelina e t al. (2000) serta

jenis pakan dengan kadar protein 30% dan isoenergi yang ditambahkan kromium

organik 1. 5 ppm. Sumber utama protein pakan digunakan tepung ikan dan tepung

kedelai, serta tepung terigu sebagai sumber karbohidrat, sedangkan sumber utama

lemak pakan yaitu minyak ikan dan minyak jagung dengan perbandingan 1 : 1.5.

Bahan lain yang ditambahkan adalah CMC, mineral mix dan vitamin mix. Setelah

pakan dibuat dan dianalisa kadar Cr+3 (ppm) dan kadar protein (%) pakan menjadi

A(0.0;37.0), B(1.5;37.2), C(3.0;37.1), D(4.4;37.2) serta E(2.1;30.3). K omposisi

pakan uji dan hasil analisa proksimat disajikan pada T abel 1 dan Lampiran 9.

Pemeliharaan Ikan

Ikan Bawal Air Tawar yang digunakan berasal dari desa Tegal Sari, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 50x50x50

cm dan diisi air 100 liter. Setiap akuarium perlakuan diisi 20 ekor ikan dengan bobot

rata -rata individu 11.34 - 12. 31 g. Ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian

pakan dua kali sehari pada pagi dan sore hari secara at satiation. Ikan dipelihara

(35)
[image:35.612.120.498.142.485.2]

Tabel 1 Komposisi bahan, proksimat, dan energi pakan uji untuk ikan bawal air tawar (C. macropomum). *)

Pakan (ppm Cr+3; % protein)

Bahan

Penyusun (%) A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3)

T. Ikan 37.2 37.2 37.2 37.2 29.4 T. Kedelai 13.6 13.6 13.6 13.6 11.5 T. Terigu 18.0 18.0 18.0 18.0 14.0 Minyak ikan 4. 9 4.9 4.9 4.9 6.9 Minyak jagung 7.4 7.4 7.4 7.4 10.4

CMC1 2.0 2.0 2.0 2.0 2. 0

Vitamin Mix2 1.5 1.5 1.5 1.5 1. 5 Kolin klorida 0.5 0.5 0.5 0.5 0. 5

Filler 1.5 1.0 0.5 0.0 1. 0

Cr Organik 0.0 0. 5 1.0 1.5 0. 5 Mineral mix3 5.0 5.0 5.0 5.0 5. 0 Selulosa 8.4 8.4 8.4 8.4 17. 3

Komposisi proksimat, energi (%) dan Cr (ppm) :

Protein 37.0 37.2 37.1 37.2 30.3 BETN 35.6 34.8 33.6 33.2 35.9 Lemak 13.9 14.0 15.4 15.6 19.5 Serat Kasar 4.4 4.2 4.1 4.1 5.6

Abu 9.1 9.8 9.8 9.9 8.6

Total energi

(Kkal DE/g)4 331. 1 330.5 338.8 339.3 354.0 Energi/Protein

(Kkal DE/g) 8. 9 8.9 9.1 9. 1 11.7

Cr+3 0.0 1.5 3.0 4.4 2.1

Keterangan :

*) : Perhitungan berdasarkan bobot kering. 1 : Carboxymethil cellulose.

2 : Dalam mg/kg pakan : vit.B

1 60; vit. B2 100; vit. B12 100; vit.C 2000; vit.

K3 50; vit. A/D3 400; vit. E 200; Ca pantotenat 100; inositol 2000; biotin

300; asam folat 15; niasin 400.

3

: Dalam mg/kg pakan: MgSO4.7H20 7.5; NaCl 0.5;NaH2P O4.2H2O 12. 5;

KH2PO4 16.0; CaHPO4.2H2O 6.53; Fe sitrat 1. 25; ZnSO4.7H2O 0. 1765;

MnSO4.4H2O 0. 081; CuSO4.5H2O 0. 0155; KIO3 0. 0015; CoSO4 0. 0003 4 : Protein = 3.5 kkal/g; Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 2.5

kkal/g; Lemak = 8. 1 kkal/g.

Kotoran ikan di dalam akuar ium dan salura n pembuangan disipon pada pagi

hari. Air yang hilang akibat penyiponan diganti dengan air yang baru hingga volume

yang sama. Filter dicuci setiap hari dan bak filter dicuci dan diganti dengan air yang

(36)

terlarut berkisar antara 4.60 dan 6.20 ppm, pH berkisar antara 6.70 dan 6. 80, kadar

NH3-N berkisar antara 0.398 dan 0.721 ppm. Nilai kisaran kualitas air ini cukup

layak untuk mendukung pertumbuhan ikan.

Pengumpulan Peubah dan Analisis Kimia

Pada akhir penelitian dilakukan pengambilan sampel darah, sedangkan

pengambilan sampel usus dilakukan akhir pada penelitian. Pengukuran kadar CO2

bebas, O2 terlarut dan total amonia terlarut dilakukan pada awal dan pertengahan

penelitian. Analisis proksimat dan penimbangan bobot tubuh ikan dan analisis

kandungan kromium dalam tubuh ikan dilakukan di awal dan akhir penelitian.

Analisis proksimat dan kadar kromium pakan dilakukan pada awal penelitian.

Analisis kandungan lemak dan histologi hati dilakukan pada awal dan akhir

penelitian.

Sampel hati dan daging diambil untuk mengukur kadar glikogen. Ikan

sebanyak 3 ekor dari setiap perlakuan diambil secara acak untuk dianalisa. Setiap

ikan dari masing-masing perlakuan diambil hati dan dagingnya secara komposit,

sedangkan sampel daging diambil pada bagian dorsal. Sampel didestruksi dengan

KOH 30% dan selanjutnya dihidrolisis dengan Na2SO4 pekat serta etanol 95%.

Kadar glikogen dihitung berdasarkan kuantitas glukosa yang dihasilkan pada proses

hidrolisis tersebut, dan dihitung menurut konversi : 1 g glikogen = 1. 11 g glukosa.

Sampel hasil hidrolisis di ambil sebanya k 50 µm dan dilarutkan dalam campuran

O-toluidin-asam asetat glasial (3.5 ml) dan dipanaskan dalam water bath pada suhu

100oC selama 10 menit. Nilai absorbans sampel dibaca dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 635 nm. Kadar glukosa sampel dihitung dengan rumus : G

= (AbsSp/AbsSt) x GSt; dengan G adalah Glukosa sampel (mg/100ml), AbsSp

adalah absorbans sampel, AbsSt adalah absorbans standar, dan GSt adalah kadar

glukosa standar (mg/100ml) (Wedemeyer dan Yasutake, 1977).

Sampel hati diambil untuk mengetahui konsentrasi RNA dan DNA. Ikan

diambil secara acak sebanyak 1 ekor setiap ulangan sehingga berjumlah 3 ekor setiap

perlakuan. Pengukuran konsentrasi RNA dilakukan dengan menggunakan metode

(37)

difenilamin. Prosedur pengukuran konsentrasi RNA dan DNA berturut-turut terdapat

dalam Lampiran 1 dan 2.

Pengukuran ekskresi total amonia nitrogen (TAN) dilakukan untuk mengetahui

besarnya protein yang dikatabolisme. Pengukuran ekskresi TAN dilakukan pada

akhir penelitian. Ikan uji pada setiap perlakuan terlebih dahulu dipuasakan selama 24

jam, kemudian ditimbang bobot tubuhnya, sedangkan air yang dipergunakan untuk

pengujian TAN terlebih dahulu disirkulasi dan disinari dengan lampu UV untuk

meminimalisai kontaminasi bakteri yang memproduksi amonia. Jumlah ikan uji

setiap perlakuan adalah 3 ekor dengan 2 ulangan. Ikan terlebih dahulu dipuasakan

selama 48 jam. Pengambilan sampel air dilakukan setelah ikan diberi pakan sampai

kenyang. Pengukuran kadar TAN pada air sampel tersebut dilakukan setiap jam

selama 5 jam berturut, dimulai setelah ikan berhenti makan (jam ke-0). Selama

pengukuran berlangsung, akuarium ditutup dibagian atasnya dengan stirofoam; aerasi

dan sirkulasi air dihentikan. Pengukuran juga dilakukan terhadap air sampel yang

berasal dari akuarium tanpa ikan dengan ukuran dan rangkaian sistem yang sama

sebagai kontrol. Kadar TAN diukur dengan metode Phenate (APHA a t a l. 1975) dan

nilai absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada panja ng gelombang 630

nm. Kadar total amonia dihitung dengan rumus : TAN = (AbsSp/AbsSt) x TANSt;

dengan TAN adalah kadar amonia sampel (mgN/L), AbsSp adalah absorbans sampel,

AbsSt adalah absorbans standar, dan TANSt adalah kadar total amonia standar

(mgN/l). Selama pengukuran berlangsung ikan tidak diberi pakan. S uhu air dalam

wadah juga diukur setiap satu jam selama pengamatan.

Analisis proksimat ikan dan pakan digunakan untuk mengetahui komposisi

nutirien pada ikan dan pakan tersebut. Ikan dan pakan uji pada masing-masing

perlakuan diambil sebagai sampel, dikeringkan dan digiling halus sebelum dianalisis

proksimat. P rotein, karbohidrat dan lemak dianalisis secara proksima t dengan

prosedur standart (Lampiran 3, 4 dan 5).

Analisis kandungan kromium dalam tubuh ikan dilakukan di awal dan akhir

penelitian untuk mengetahui akumulasi kromium dalam tubuh ikan. Ikan diambil

dagingnya sebanyak 0.2-0.5 g, kemudian didestruksi dengan cara menambahkan

asam nitrat dan asam sulfat dengan perbandingan 1:2 kemudian dipanaskan sampai

(38)

destruksi tersebut dibaca dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 610 nm

(Takeuchi, 1988;APHA, 1998;).

Analisis kandungan lemak hati ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian

untuk mengetahui kadar lemak hati dengan menggunakan metode folch et al.

(Takeuchi, 1988)

Penimbangan bobot tubuh dilakukan dalam keadaan ikan terbius. Ikan dibius

dengan menggunakan MS222. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui laju

pertumbuhan (Daily Growth Rate, DGR) selama perode pemeliharaan dihitung

menggunakan rumus Huisman (1976) : Wt =Wo(1+0.01a)t ; dengan a adalah laju pertumbuhan harian (%),Wo adalah bobot ikan pada awal penelitian (g), Wt adalah

bobot ikan pada akhir penelitian (g) dan t adalah waktu pemeliharaan (hari).

Konsumsi pakan harian akan ditentukan dengan menghitung jumlah pakan

yang diberikan selama pemeliharaan untuk menentukan nilai efesiensi pakan.

Mula-mula ikan diadaptasikan dengan pakan uji selama 4 hari. Ikan diberi pakan sampai

kenyang. Jumlah pakan yang diberikan dicatat dengan cara mengetahui selisih antara

sisa pakan yang belum diberikan. Nilai efesiensi pakan dihitung berdasarkan hasil

bagi antara perolehan bobot ikan (yaitu selisih antara bobot akhir dan bobot awal

penebaran) dan bobot total pakan yang dikonsumsi selama penelitian, menggunakan

rumus : EP = {[Wt + D – Wo]/ F}x 100 ; dengan EP adalah efesiensi pakan (%), Wt

adalah bobot ikan pada akhir penelitian (g), Wo adalah bobot ikan pada awal

penelitian (g), D adalah bobot total ikan yang mati selama penelitian (g), dan F

adalah jumlah total pakan yang dikonsumsi (g) (NRC, 1993).

Analisis Statistik

Desain dari penelitian ini merupakan model eksperimental laboratoris, dengan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3

ulangan. Data efisensi pakan, laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi

lemak, kadar glikogen, konsentrasi RNA, konsentrasi DNA, rasio RNA/DNA dan

ekskresi amonia dianalisis keragamannya dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan

uji Tukey pada selang kepercayaan 90% dan 95% menggunakan program SPSS versi

11.5. Sedangkan kadar lemak di hati dan kadar kromium dalam tubuh dianalisis

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Laju Pertumbuhan Harian, Retensi Protein, Retensi Lemak , Efisiensi Pakan dan Ekskresi Amoniak Nitrogen

Data perubahan bobot biomassa benih ikan bawal air tawar setiap perlakuan

dan ulangannya dapat dilihat pada Lampiran 8. Perubahan bobot biomassa selama

[image:39.612.119.484.269.479.2]

penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan bobot biomassa ikan bawal air tawar (C. macropomum) selama 60 hari pemeliharaan.

Pada Gambar 1 di atas terlihat bahwa terjadi pertambahan bobot yang tinggi

pada setiap perlakuan. Pertambahan bobot biomassa selama pemeliharaan

masing-masing perlakuan rata-rata adalah A = 335. 50 %, B = 322.96 %, C = 376.15 %, D =

337.06 % dan E = 276. 25 %.

Nilai berbagai parameter penggunaan pakan yang meliputi konsumsi pakan,

perolehan bobot, laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak efisiensi

pakan, dan ekskresi total amonia dari ikan bawal air tawar setelah dipelihara selama

60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik disajikan pada

Tabel 2 dan L ampiran 8.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

0 60

Hari

ke-Bobot biomassa (g)

(40)

Tabel 2 Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan ekskresi total amoniak nitorgen (TAN) yang diperoleh pada ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik.

Pakan (ppm Cr+3; %protein ) Parameter

A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3)

B.Awal(g) 242.47± 1.76 246.03 ± 1.42 232.27 ± 1.46 226.83 ± 1.76 236.50 ±2.01

B.Akhir(g) 1056.37 ±115.83 1040.47 ± 78.60 1105.70 ± 50.23 991.40 ± 43.47 889.87 ±50.45

RP (%) 32.01± 2.76a 34.36 ± 1.32ab 42.64 ± 1.56c 39.83 ± 0 .10bc 40.96 ±2.93bc RL (%) 68.33± 4.10c 75.47 ± 3.31c 73.5 7 ± 2.21c 58.31 ± 0.62b 38.78 ±1.49a LPH(%) 2.48 ± 0.18ab 2.44 ± 0.14ab 2.63 ± 0.09b 2.49 ± 0.07ab 2.23 ±0.10a EP(%) 75.76± 9.12a 77.01 ± 5.14ab 89.71 ± 4.25b 82.40 ± 2.35ab 72.33 ±4.18a TAN(mg/g

tubuh/jam) 0.00171 ±0.00007

c 0.00167 ±0.00001b c 0.00105 ±0.00001a 0.00155 ±0.00015b c 0.00149 ± .000078b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.1).

Pemberian kromium organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai

retensi protein (p<0.05). Ikan yang mengkonsumsi pakan C(3. 0 ppm Cr+3 ;37. 1 %)

mempunyai nilai retensi protein yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan yang

mengkonsumsi pakan berkadar E(2. 1 ppm Cr+3;30.3 %), D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) dan

B(1.5 ppm Cr+3;37. 2 %). Sedangkan nilai retensi protein terendah terdapat pada

kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A(0.0 ppm Cr+ 3;37.0).

Pemberian kromium juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap retensi

lemak. Nilai retensi lemak yang tertinggi terdapat pada ikan yang mengkonsumsi

pakan B dan C tetapi tidak berbeda dengan A (kontrol). Lemak yang teretensi paling

rendah terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan E.

Kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, C dan D mempunyai laju

pertumbuhan harian yang tidak berbeda dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi

pakan kontrol (p<0.1). Laju pertumbuhan harian yang tertinggi dihasilkan oleh ikan

yang mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+ 3 ;37.1 %), sedangkan laju pertumbuhan

harian yang paling randah dihasilkan oleh ikan yang mengkonsumsi pakan E(2.1

ppm Cr+ 3;30.3 %).

Nilai efisiensi pakan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (kontrol)

tidak berbeda nyata dengan ikan yang mengkonsumsi pakan B,D,E (P>0.1) tetapi

berbeda nyata dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (p<0.1). Nilai

[image:40.612.115.505.182.291.2]
(41)

yang nyata dengan ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium. Nilai ekskresi

amonia kelompok ikan yang mengkonsumsi pa kan C, dan E lebih rendah (p<0.1)

dibanding dengan ikan yang mengkonsumsi pakan A (kontrol) dan pakan B dan D.

Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Lemak Hati, Kadar Glikogen Hati dan daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh serta Histologis Hati

Komposisi proksimat tubuh ikan bawal air tawar baik pada awal penelitian

maupun pada akhir penelitian dan kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati,

konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA serta kadar kromium tubuh setelah

ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang me ngandung kromium

[image:41.612.120.506.351.525.2]

organik disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta Lampiran 10, 11 dan 12.

Tabel 3 Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium (dalam bobot kering).

Pakan (ppm Cr+3 ; % protein) Parameter

A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3) Komposisi Proksimat Ikan Awal Penelitian :

Protein 54.20 54.20 54.20 54.20 54.20

Lemak 25.44 25.44 25.44 25 .44 25.44

Abu 13.59 13.59 13.59 13.59 13.59

BETN 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23

Serat Kasar 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54

Komposisi Proksimat Ikan Akhir Penelitian :

Protein 49.08±0.26a 49.00 ±0.91a 51.31 ±0.06b 53.24 ±0.29c 53.24 ±0.35c Lemak 36.05±0.31c 37.07 ±0.40c 34.69 ±0.03b 31.19 ±0.21a 30.82 ±0.54a Abu 13.03±0.04 11.51 ±1.02 11.70 ±0.09 13.18 ±0.05 13.01 ±0.20

BETN 0.71 ±0.08 1.03 ±0.08 0.90 ±0.04 1.08 ±0.09 2.00 ±0.03

Serat Kasar 1.13 ±0.07 1.39 ±0.38 1.39 ±0.07 1.30 ±0.04 0.93 ±0.02

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05).

Kadar protein tubuh pada akhir penelitian mengalami penurunan sejalan

dengan bertambahnya bobot tubuh selama pemeliharaan. Kadar protein tubuh

kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) tidak berbeda

dengan E(2.1 ppm Cr+3;30.3 %) (p>0.05), tetapi keduanya lebih tinggi dibanding

dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %), B(1.5

ppm Cr+ 3;37.2 %) dan A(0.0 ppm Cr+3;37.0).

Nilai kandungan lemak tubuh ikan lebih banyak terdapat pada kelompok ikan

(42)

Cr+3;37.0), tetapi keduanya lebih tinggi dibanding kelompok ikan yang

mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %), dan D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) serta

E(2.1 ppm Cr+3;30.3 %)3.0 pada tarap (p<0.05).

Pemberian kromium organik pada ikan bawal air tawar memberikan pengaruh

yang nyata terhadap kadar glikogen hati dan dagingnya (Tabel 4 dan Lampiran 11).

Kadar glikogen hati tertinggi terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0

ppm Cr+3 ;37.1 %), sedangkan yang terendah terdapat pada ikan yang mengkonsumsi

pakan A (0.0 ppm Cr+3;37.0). Kadar glikogen daging ikan yang mengkonsumsi

kromium organik juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang tidak

mengkonsumsi kromium organik. Kadar yang tertinggi terdapat pada ikan yang

mengkonsumsi pakan D (4.4 ppm Cr+3;37.2 %).

Kadar lemak hati pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm

Cr+3 ;37.1 %) lebih rendah dari kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A maupun

pakan yang mempunyai kadar kromium lebih tinggi ( D) atau lebih rendah (B dan E)

(Tabel 4).

Konsentrasi RNA hati kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan yang

mengandung kromium organik juga menga lami peningkatan yang nyata

dibandingkan dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan tidak mengandung

kromium organik. Demikian juga dengan konsentrasi DNA hati, pada kelompok

ikan yang mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium organik konsentrasi

DNAnya lebih tinggi dibanding kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan yang

tidak mengandung kromium organik

Pemberian kromium organik juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap

rasio RNA/DNA. Pada Tabel 4 dan Lampiran 12 terlihat bahwa kelompok ikan yang

mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+ 3 ;37.1 %) memberikan rasio RNA/DNA lebih

tinggi dari pada ikan yang mengkonsumsi pakan A, tetapi sama dengan ikan yang

mengkonsumsi pakan B,D dan E. Sedangkan kadar kromium tubuh akhir kelompok

ikan yang mengkonsumsi pakan berkr omium lebih tinggi dibanding dengan

kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium. Semakin tinggi

pemberian kromium dalam pakan akan meningkatkan kadar kromium tubuh ikan.

(43)

air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium.

Pakan (ppm Cr+3 ; % protein) Parameter

A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3)

Kadar Glikogen (µ g/g) :

Hati * 39.34 ± 0.61b 60.71 ± 0.23c 84.36± 0.24e 71.37 ± 0.14d 36.69± 0.47a

Daging * 2.95 ± 0.23a 4.07 ± 0.06b 6.78 ± 0.34c 7.81 ± 0.33d 3.73± 0.08b

Lemak Hati (%) :

Awal 12.67 12.67 12.67 12.67 12.67

Akhir 48.11 49.37 38.48 49.35 43.45

Konsentrasi RNA, DNA Hati, Rasio RNA/DNA pada Akhir Penelitian (µg/g) :

RNA * 1142.63 ±27.79a 1287.62 ±65.35bc 1438.96 ±22.25d 1363.13 ±16.37cd 1251.03 ± 9.26b

DNA* 944.73 ±22.71a 1048.10 ±12.50b 1124.81 ±16.03c 1104.17 ± 18.05c 1021.60 ±11.82b

RNA/DNA** 1.21 ± 0.02a 1.23 ± 0.05ab 1.28 ± 0.02b 1.23 ± 0.01ab 1.22 ± 0.01ab Kadar Cr+3 Tubuh (ppm) :

Awal 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21

Akhir 0.39 ± 0.02 1.54 ± 0.48 2.91 ± 0.03 3.15 ± 0.03 1.26 ± 0.02

Keterangan : *) Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05).

**) Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.1).

Pengaruh pemberian Cr+3 pada ikan bawal air tawar juga dapat dilihat pada

preparat histologis hati (Gambar 2). Preparat hati ikan bawal air tawar

memperlihatkan bahwa jumlah hepatosit (sel hati) bervakuola berbeda. Ikan bawal

air tawar yang mengkonsumsi pakan A, B, D me mpunyai jumlah hepatosit

bervakuola lebih banyak dibanding ikan yang mengkonsumsi pakan C. Ikan yang

mengkonsumsi pakan C mempunyai jumlah sel yang lebih banyak dibanding dengan

kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A, B dan D pada luasan yang sama.

Sedangkan pada ikan yang mengkonsumsi pakan E terlihat ukuran hepatosit

(44)

Keterangan : (tanda anak panah) menunjukkan hepatosit bervakuola dan inti. A1 : Awal penelitian A : (0.0 ppm Cr+3 ; 37.0 %)

[image:44.612.122.494.140.574.2]

B : (1.5 ppm Cr+3; 37.2 %) C : (3.0 ppm Cr+3; 37.1 %) D : (4.4 ppm Cr+3; 37.2 %) E : (2.1 ppm Cr+3; 30.3 %)

Gambar 2 Preparat histologi hati ikan bawal air tawar awal penelitan dan setelah pemberian pakan yang mengandung kromium berbeda pada pembesaran 200x.

A1 A

B C

(45)

Pembahasan

Kromium (Cr+ 3) adalah mikromineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Peran utama kromium secara potensial adalah dalam interaksi antara insulin dan sel

reseptor, hadir sebagai senyawa komplek yang disebut Glucose Tolerance Factor

(GTF). GTF akan memacu aktivitas insulin dalam mentransfer glukosa dan asam

amino ke dalam sel. (Vincent 2000; Cefalu et al. 2002; Southern, 2003). Kromium

juga melalui kerja insulin berperan dalam metabolisme karbohidrat yaitu pada proses

glikogenesis dan lemak pada proses lipogenesis (Shiau dan Chen, 1993; Shiau dan

Lin, 1993; Shiau dan Liang, 1995; Underwood dan Suttle, 1999; Groff dan Gropper,

2000; Lall, 2002). Disamping itu kromium juga mempengaruhi sintesis asam nukleat

(RNA) dan memainkan peranan dalam ekspresi gen (NRC, 1997; Xi et al. 2001;

Mason, 2001; Sahin et al. 2002).

Respon ikan bawal air tawar terhadap pemberian kromium dalam bentuk

organik menunjukkan adanya peningkatkan interaksi antara insulin dan sel reseptor

(GTF). GTF akan memacu aktivitas insulin dalam mentransfer glukosa ke dalam sel,

kemudian dirubah menjadi energi yang akan digunakan untuk sintesis protein dan

pertumbuhan jaringan tubuh. Pemanfaatan karbohidrat pakan sebagai sumber energi

dalam bentuk glukosa akan mampu menekan porsi protein pakan yang dikatabolisme

menjadi energi, dan selanjutnya protein lebih banyak dikonversi (disintesis) untuk

pertumbuhan.

Indikasi terjadinya sintesis protein ditunjukkan oleh data rasio RNA/DNA pada

hati ikan bawal air tawar (Tabel 4). Meningkatnya rasio RNA/DNA menandakan

terjadinya proses transkripsi yaitu salah satu tahapan dari ekspresi gen dimana terjadi

transfer informasi genetik dari DNA ke dalam RNA. Selanjutnya informasi genetik

tersebut diterjemahkan menjadi polipeptida (translasi RNA) yang merupakan model

untuk sintesa protein (Yusuf, 2001). Meningkatnya konsentrasi RNA akan

mempengaruhi rasio RNA/DNA dan akan meningkatkan potensi sintesis protein

seperti yang terlihat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium 3.0

ppm Cr+ 3.

Pemberian kromium juga memberikan respon terhadap pembelahan sel pada

ikan. Hal ini terlihat dari hasil histologi hati ikan (Gambar 2) yang menunjukkan

(46)

berkromium dibanding dengan ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium pada

luasan yang sama. Jumlah sel yang banyak pada akhirnya mempengaruhi konsentrasi

DNA ikan (Tabel 4). Ikan yang mengkons umsi pakan berkromium konsentrasi

DNAnya meningkat dengan meningkatnya kadar kromium sampai kadar tertentu

kemudian turun kembali pada kadar kromium yang lebih tinggi.

Indikasi peningkatan sintesis protein juga terlihat dari nilai retensi protein

(Tabel 2). Retensi protein adalah rasio pertambahan bobot tubuh dengan jumlah

protein yang dikonsumsi. Selain itu retensi protein dapat pula menggambarkan

kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan nutrien dalam pakan. Perbedaan

kadar Cr+3 pakan memberikan nilai retensi protein yang berbeda pula. Nilai retensi

meningkat sampai ka dar tertentu (3.0 ppm Cr+3) dan turun kembali pada kadar yang

lebih tinggi. Meningkatnya nilai retensi protein mengindikasikan tingginya

penggunaan protein pakan untuk dikonversi menjadi protein tubuh. Tingginya

peluang terjadinya sintesis protein ini disebabkan oleh adanya peranan kromium

yang mampu mengaktifkan kerja insulin dalam meningkatkan pemanfaatan energi

non-protein seperti karbohidrat dan lemak pakan sebagai sumber energi metabolis.

Semakin tinggi proses sintesis protein, maka akan meningkatkan kadar protein tubuh

yang berlanjut pada peningkatan pertambahan bobot tubuh terjadi tetapi secara

statistik tidak berbeda dengan A, namun nyata pada efisiensi pakan.

Nilai efis

Gambar

Tabel 1     Komposisi bahan, proksimat, dan energi pakan uji untuk ikan bawal   *)
Gambar 1.  Perubahan bobot biomassa ikan bawal air tawar (C. macropomum) selama 60 hari pemeliharaan
Tabel 2  Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP), retensi
Tabel 3    Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal  air tawar (C
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Pakan Ikan Secara Otomatis Berbasis SMS dapat dikendalikan melalui Perintah SMS dengan cara mengirim SMS ke HP siemens tipe C55 dan dihubungkan mikrokntroller

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengkaji mengenai kedudukan serikat pekerja sebagai kuasa hukum dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial karena

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang model runtun waktu khususnya kointegrasi dan VECM

Baja (St.42) adalah baja yang mempunyai kekuatan atau tegangan tarik maksimum lebih kurang 42 N/mm 2 .Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perubahan kekuatan

(1) Seksi Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e angka 2, mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan

Alhamdulillah, itulah kata yang tepat terucapkan karena dengan segenap ihktiar dan tawakal yang maksimal akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Peran

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa Komite Sekolah telah menunjukkan perannya sebagai mediator dalam mengakses elemen-elemen masyarakat yang berkaitan