• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rabi’ahtul Adawiyah Binti Atan

Tempat/Tanggal Lahir : Selangor / 7 Februari 1991

Agama : Islam

Alamat : Jalan dr Mansur Baru 1,No 7.

Telepon : 087868366220

Orang Tua : Ayah: Atan Bin Johan Ibu: Marianah Binti Jisat

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Kebangsaan Taman Tasik Ampang Selangor (1997-2003) 2. Sekolah Agama Muhammadiah Batu 1, Sabak Bernam , Selangor

(2004-2006)

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Tasik Ampang, Selangor (2007-2008)

(2)

Riwayat Pelatih dan Organisasi :

1. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia,Cawangan Medan (PKPMI-CM).

2. Anggota Perwakilan Mahasiswa Malaysia USU (PM USU). 3. Exco Hal Ehwal Pelajar PKPMI-CM tahun 2012.

(3)

LEMBAR PENJELASAN

Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera Dengan hormat,

Saya yang bernama Rabi’ahtul adawiyah binti Atan, NIM 100100394 mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Tahun 2013”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek kafein terhadap subyektif kualitas tidur , latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur dan gangguan tidur ketika tidur malam. Dalam penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa di bawah penggunaan kafein, subyek tidur rata-rata kurang 2 jam dari tanpa yang minum kafein. Mereka juga memiliki onset latensi tidur rata-rata dari 66 menit dengan kafein di bandingkan dengan 18 menit tanpa minum kafein dan 21 menit dengan kopi tanpa kafein.

Data penelitian ini diperoleh dari mahasiswa yang diwawancara oleh peneliti yang didasarkan pada kuesioner. Pertanyaan tentang konsumsi kafein dan kualitas tidur diuji dengan variasi pertanyaan berupa pilihan berganda,yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan, mahasiswa hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.

Atas perhatian dan kesediaan mahasiswa berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

(4)

Medan,10 September 2013 Peneliti,

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Conscent”

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ……….

Umur : ……….

NIM : ………..

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul “ Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur pada Mahasiswa Angkatan 2011, Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara”. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan,10 September 2013 Yang membuat pertanyaan,

(6)

KUESIONER KONSUMSI KAFEIN DAN KUALITAS TIDUR A. Kuesioner konsumsi kafein

Nama: Umur:

Jenis kelamin: Riwayat penyakit:

Riwayat penggunaan obat:

Lingkarkan pertanyaan dibawah .

1. Adakah anda peminum kopi berkafein? YA atau TIDAK (jika tidak,jawab pertanyaan bahagian B)

Jika anda peminum kopi berkafein,anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan membuat lingkaran pada jawaban yang anda pilih

2. Berapa banyak cangkir kopi yang anda minum pada hari-hari biasa?

A. 2 cangkir kopi atau kurang B. 3-4 cangkir kopi

C. 5-6 cangkir kopi D. 7-8 cangkir kopi

E. 9 cangkir kopi atau lebih

3. Kopi jenis apakah yang sering anda gunakan? A. Cappucino

(7)

4. Waktu kapan anda minum kopi? A. Sarapan pagi

B. Waktu makan siang C. Waktu sore

D. Waktu sebelum tidur

5. Berapa kali anda konsumsi kopi dalam seminggu? A. 0

B. 1-2 kali C. 3-4 kali D. > 5 kali

B.Kuesioner kualitas tidur

Jawab pertanyanyaan dibawah ini pada yang meminum kopi berkafein ataupun yang tidak dengan membuat lingkaran pada pertanyaan dibawah ini.Tandakan ( √ ) pada pertanyaan dalam tabel.

6.Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? ...

7.Berapa lama waktu anda butuhkan untuk tertidur pada setiap malam? ( A.< 15 minit, B.16-30 minit, C.31-60 minit, D. > 60 minit ) 8.Jam berapa anda biasanya bangun pagi? ……….

9.Berapa jam anda butuhkan tidur pada malam hari? ...

10 Seberapa sering masalah-masalah di bawah ini mengganggu tidur anda?

A) Tidak pernah

B) 1x semingg u

C) 2x semingg u

D) ≥ 3x seming gu

a) Tidak bisa memulakan tidur dalam waktu 30 menit setelah berbaring

(8)

c) Terbangun untuk ke kamar mandi d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa

e) Batuk atau mengorok

f) Kedinginan dimalam hari g) Kepanasan dimalam hari

h) Mengalami mimpi buruk

i) Terasa nyeri

j) Alasan lain A)

ganggu an cahaya

B) kelapara n

C) faktor lingkung an

D) stress ujian/m asalah peribad i 11 Bagaimana kualitas tidur anda selama

sebulan yang lalu?

A) sangat baik

B) Baik

C) kurang

(9)

Keterangan Cara Skoring (untuk peneliti) KOMPONEN :

1. Kualitas tidur subyektif  Dilihat dari pertanyaan nomor 11 sangat baik = 0

baik = 1 kurang = 2 sangat kurang = 3

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur)  total skor dari pertanyaan nomor 7 dan 10a

Pertanyaan nomor 7: ≤ 15 menit = 0 16-30 menit = 1 31-60 menit = 2 > 60 menit = 3

Pertanyaan nomor 10a: Tidak pernah = 0 Sekali seminggu= 1 2 kali seminggu = 2 >3 kali seminggu= 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 7 dan 10a, dengan skor dibawah ini: Skor 0 = 0

Skor 1-2 = 1 Skor 3-4 = 2 Skor 5-6 = 3

3. Lama tidur malamDilihat dari pertanyaan nomor 9 > 7 jam = 0

6-7 jam = 1 5-6 jam = 2 < 5 jam = 3

(10)

lama tidur – pertanyaan nomor 9

lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomor 6 dan 8 Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:

> 85 % = 0 75-84 % = 1 65-74 % = 2 < 65 % = 3

5. Gangguan ketika tidur malam  Pertanyaan nomor 10b sampai 10j Nomor 10b sampai 10j dinilai dengan skor dibawah ini:

Tidak pernah = 0 Sekali seminggu= 1 2 kali seminggu = 2 >3 kali seminggu= 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomor 10b sampai 10j, dengan skor dibawah ini: Skor 0 = 0

Skor 1-9 = 1 Skor 10-18 = 2 Skor 19-27 = 3

(11)

Data output hasil analisa SPSS:

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-20 21 56.8 56.8 56.8

21-23 16 43.2 43.2 100.0

Total 37 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 18 48.6 48.6 48.6

Perempuan 19 51.4 51.4 100.0

Total 37 100.0 100.0

Tabel 5.2 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan jenis kelamin

Konsumsi kopi

Total tidak ya

Jenis kelamin

laki-laki Count 5 13 18

% within konsumsi

Kopi 38.5% 54.2% 48.6%

perempuan Count 8 11 19

% within konsumsi

kopi 61.5% 45.8% 51.4%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

(12)

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .833a 1 .362

Continuity Correctionb .323 1 .570

Likelihood Ratio .838 1 .360

Fisher's Exact Test .495 .286

Linear-by-Linear

Association .810 1 .368

N of Valid Cases 37

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.32. b. Computed only for a 2x2 table

Tabel 5.3 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan kualitas tidur subyektif

Konsumsi kopi

Total Tidak Ya

Kualitas tidur subyektif

sangat baik Count 2 4 6

% within konsumsi

kopi 15.4% 16.7% 16.2%

Baik Count 8 12 20

% within konsumsi

kopi 61.5% 50.0% 54.1%

Kurang Count 3 8 11

% within konsumsi

kopi 23.1% 33.3% 29.7%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R

.065 .159 .382 .704c

Ordinal by Ordinal

Spearman

Correlation .071 .159 .419 .678

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(13)

Tabel 5.4 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan latensi tidur

Konsumsi kopi

Total tidak Ya

Latensi tidur menit

≤ 15 menit Count 6 10 16

% within konsumsi

kopi 46.2% 41.7% 43.2%

16-30 menit Count 4 10 14

% within konsumsi

kopi 30.8% 41.7% 37.8%

31-60 menit Count 2 2 4

% within konsumsi

kopi 15.4% 8.3% 10.8%

>3 kali seminggu Count 1 2 3

% within konsumsi

kopi 7.7% 8.3% 8.1%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R

-.007 .167 -.040 .969c Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation .006 .168 .034 .973

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(14)

Tabel 5.6 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan latensi tidur (30 menit)

Konsumsi kopi

Total tidak Ya

Latensi tidur (30 menit) tidak pernah Count 4 3 7

% within konsumsi

kopi 30.8% 12.5% 18.9%

sekali seminggu Count 6 5 11

% within konsumsi

kopi 46.2% 20.8% 29.7%

2 kali seminggu Count 1 9 10

% within konsumsi

kopi 7.7% 37.5% 27.0%

>3 kali seminggu

Count 2 7 9

% within konsumsi

kopi 15.4% 29.2% 24.3%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R

.343 .154 2.158 .038c

Ordinal by Ordinal

Spearman

Correlation .348 .154 2.200 .035

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(15)

Tabel 5.6 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan durasi tidur

Konsumsi kopi

Total Tidak ya

Durasi tidur >7 jam Count 1 7 8

% within konsumsi

kopi 7.7% 29.2% 21.6%

6-7 jam Count 4 4 8

% within konsumsi

kopi 30.8% 16.7% 21.6%

5-6 jam Count 8 13 21

% within konsumsi

kopi 61.5% 54.2% 56.8%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig. Interval by

Interval

Pearson's R

-.169 .143 -1.017 .316c Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation -.140 .152 -.834 .410

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(16)

Tabel 5.7 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan efisiensi kebiasaan tidur

Konsumsi kopi

Total tidak ya

Efisiensi tidur malam

>85% Count 10 21 31

% within konsumsi

kopi 76.9% 87.5% 83.8%

75-84% Count 1 3 4

% within konsumsi

kopi 7.7% 12.5% 10.8%

65-74% Count 1 0 1

% within konsumsi

kopi 7.7% 0.0% 2.7%

<65% Count 1 0 1

% within konsumsi

kopi 7.7% 0.0% 2.7%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R

-.254 .147 -1.553 .129c Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation -.161 .173 -.967 .340

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(17)

Tabel 5.8 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan gangguan ketika tidur malam

Konsumsi kopi

Total tidak Ya

Gangguan tidur malam

tidak pernah Count 0 2 2

% within konsumsi

kopi 0.0% 8.3% 5.4%

sekali seminggu Count 12 19 31

% within konsumsi

kopi 92.3% 79.2% 83.8%

2 kali seminggu Count 1 3 4

% within konsumsi

kopi 7.7% 12.5% 10.8%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R

-.042 .141 -.250 .804c Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation -.037 .145 -.220 .827

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(18)

Tabel 5.9 Hasil analisa hubungan antara konsumsi kopi dan kualitas tidur

Konsumsi kopi

Total tidak ya

Kualitas tidur

buruk Count 10 24 34

% within konsumsi

kopi 76.9% 100.0% 91.9%

baik Count 3 0 3

% within konsumsi

kopi 23.1% 0.0% 8.1%

Total Count 13 24 37

% within konsumsi

kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.027a 1 .014

Continuity Correctionb 3.328 1 .068

Likelihood Ratio 6.778 1 .009

Fisher's Exact Test .037 .037

Linear-by-Linear

Association 5.864 1 .015

N of Valid Cases 37

Tabel 5.10 Hasil analisa antara kadar konsumsi kopi dengan kualitas tidur

Kualitas tidur

Total buruk Baik

Cangkir kopi

2 cangkir kopi atau kurang

Count 33 3 36

% within kualitas

tidur 97.1% 100.0% 97.3%

3-4 cangkir kopi Count 1 0 1

% within kualitas

tidur 2.9% 0.0% 2.7%

Total Count 34 3 37

% within kualitas

(19)

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .091a 1 .763

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .172 1 .679

Fisher's Exact Test 1.000 .919

Linear-by-Linear

Association .088 1 .766

N of Valid Cases 37

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .08. b. Computed only for a 2x2 table

Tabel 5.11 Hasil Analisa Statistik Antara Jenis Kopi dengan Kualitas Tidur

Kualitas tidur

Total buruk baik

Jenis kopi

Cappuccino Count 21 3 24

% within kualitas

tidur 61.8% 100.0% 64.9%

black coffee Count 2 0 2

% within kualitas

tidur 5.9% 0.0% 5.4%

coffee mix Count 6 0 6

% within kualitas

tidur 17.6% 0.0% 16.2%

kopi lattae Count 4 0 4

% within kualitas

tidur 11.8% 0.0% 10.8%

jenis kopi lain

Count 1 0 1

% within kualitas

tidur 2.9% 0.0% 2.7%

Total Count 34 3 37

% within kualitas

(20)

Symmetric Measures Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig. Interval by

Interval

Pearson's R

-.200 .062 -1.207 .235c Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation -.213 .066 -1.289 .206

c

N of Valid Cases 37

a. Not assuming the null hypothesis.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

American sleep association,2007. Insomnia. Available from:

http://www.sleepassociation.org/index.php?p=aboutinsomnia [Accessed on 26 MAY 2013].

American sleep association, 2001.Sleep Apnea. Available from: http://sleepassociation.org/whatissleepapnea.htm (Accessed on 17 MAY 2013]. Arnaud MJ. 1987. The pharmacology of caffeine. Prog Drug Res 31:273–313.

Arnaud MJ. 1993. Metabolism of caffeine and other components of coffee. In: Garattini S, ed.Caffeine, Coffee, and Health. New York: Raven Press. Pp. 43–95.

Buysse, D.J., Reynold III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R.,Kupfer, D.J. 1998. Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI). Available from: http://findarticles.com/p/articles/mi_mOFSS/is_4_12/ai_n 18616017 [Accessed on 26 MAY 2013].

Brachtel D,1992. Absolute bioavailability of caffeine from a tablet formulation. J Hepatol 16:385.

Bonati M, Latini R, Galletti F, Young JF, Tognoni G, Garattini S. 1982. Caffeine disposition after oral doses. Clin Pharmacol Ther 32:98–106.

Carskadon M.A, 2005.Normal human sleep: an overview.Ed. Principles and practice of sleep medicine.Saunders: Philadelphia, 13-23.

Chawla,J., 2011. Neurologic Effect of Caffeine. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1182710-overview [Accessed on 27 MAY 2013].

Chaput, J.P, 2007. Short sleep duration is associated with reduced leptin levels and increased adiposity.

Dahlan, M.S., 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika, 7-53.

David A., 2000. Buku Psikiatri.Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 226.

(22)

Drapeau, Bert, Robillard, Selmaoui, Filipi N,Carrier, 2006. Challenging sleep in aging: the effects of caffeine 200 mg of caffeine during the evening in young and middle-aged moderate caffeine consumers. J Sleep Res, 15;133-141

Goldstein, A,1963. Wakefulness caused by caffeine.Naunyn-Schmiedeberg’s Archives of Pharmacology, 248, 269-278.

Guyton A.C.,Hall, J.E,1997. Fisiologi kedokteran. Edisi 9, Jakarta: EGC,102. Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P,1990. In: Goodman and Gilman’s

The Pharmacological Bases of Therapeutics in Two Volumes. New York:

McGraw-Hill,625.

Grant, D.M, Campbell, M.E, Tang, B.K, Kalow, W., 1987. Biotransformation of caffeine by microsomes from human liver. Kinetics and inhibition studies. Biochem Pharmacol 36:1251–1260.

Guyton, Hall, J.E.,2005.Textbook of medical physiology,States of Brain Activity,Sleep,Brain Waves, Epilepsy, Psychose-ed 11,739 .

G. Cox ,H. Rampes,2003. Adverse effects of khat: a review,

Advances in Psychiatric Treatment, vol. 9, no. 6, pp. 456–463,

Hidayat, A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika. Hodgman, M.J, 1998. Caffeine. In: Wexler P, ed. Encyclopedia of Toxicology. San

Diego: Academic Press. Pp. 209–210.

Iber C,2007 .The AASM Manual for the Scoring of Sleep and Associated Events: Rules, Terminology and Technical Specifications. Westchester, IL: American Academy of Sleep Medicine.

James, J.E, 1998. Acute and chronic effects of caffeine on performance, mood, headache, and sleep, Neuropsychobiology, vol.38, no. 1, pp. 32–41.

Karacan, 1976. Prevalance of sleep disturbances in a primarily urban Florida country. Social science medicine, 10:239-244.

Lanywati, E. 2001. Insomnia, Gangguan Sulit Tidur. Jakarta: EGC.

(23)

Lumbantobing. 2004. Gangguan Tidur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Lande,R.G 2011.Caffeine Related Psychiatric disorders. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/290113-overview#a0104 [Accessed on 27 MAY ] Markov D., Jaffe F., Doghramji K,2006. Update on parasomnias: a review for psychiatric

practice. Psychiatry 3: 69-76.

McVearry, C , 2013.Primary insomnia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/291573-overview [Accessed on 15 MAY 2013].

News medical net, 2013. Caffeine pharmacology. Available from: http://www.news-medical.net/health/Caffeine-Pharmacology.aspx [Accessed on 27 MAY 2013]. Orbeta, R. L., Overpeck, M. D., Ramcharran, D., Kogan, M. D., & Ledsky, R., 2006.

High caffeine intake in adolescents: Associations with difficulty sleeping and feeling tired in the morning. Journal of Adolescent Health, 38, 451-453.

Perry, P.,2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.

Pohler,H 2010. Caffeine intoxication and addiction. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/714855_3 [Accessed on 6 MAY 2013]. Papalia, 2009. Human Development Perkembangan Manusia. Edisi 10. Buku 2. Jakarta:

Salemba Humanika.

Sadock, B.J, Sadock ,V. A.,2010. Kaplan Sadock. Edisi 2. Jakarta: EGC,337,339,340,341,342,343,344,346-351.

Smith, A. P., Maben, A., Borckman, P. ,(1993). The effects of caffeine and evening meals on sleep performance, mood and cardiovascular function the following day. Journal of Psychopharmacology, 7, 203-206.

Sinton, C.M, 2004. Neurobiologic Mechanism Underlying Sleep and Wakefulness.wakefulness: a question of balance. Semin Neurol 24: 211-223 ; Abstract. Available from: http://jdc.jefferson.edu [Accessed on 13 MAY 2013]. Snel, J., 2011. Effects of caffeine on sleep and cognition, Progress in Brain Research,

(24)

Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6, Jakarta: EGC,183-185.

Smyth, C 2012.The Pittsburgh Sleep Quality Index (psqi). Available from: http://www.sleep.pitt.edu/content.asp?id=1484&subid=2316 [Accessed on 7 MAY 2013].

L,Seblewengel,2012. The Epidemiology of sleep quality, sleep patterns, consumption of caffeinated beverages, and khat use among Ethiopian College Students, Hindawi publishing : 6

Trigoboff,E,2005. Psychiatric Drug Guide, Stimulants. United State America.Pearson Prentice Hall,302-304.

Williams, L., 2000. Merritt’s neurology. Edisi 10, 638.

Wright, K. P., Jr., Badia, P., Myers, B. L., Plenzler, S. C., & Hakel, M., 1996. Caffeine and light effects on nighttime melatonin and temperature levels in sleep-deprived humans. Brain Research, 747, 78-84.

Wade,C, 2008. Psikologi, Edisi 9, Jakarta: Erlangga, 154,162,164-165

Watik,A,2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan. Edisi 7, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 47.

Yates,A.2001. Caffeine for the sustainment of mental task performance, Washington:National Academy of Science,71.

Youngberg.MR., Karpov.I.,Begley.A., Pollock.BG., Buysse.DJ.,2011. Clinical and physiological correlates of caffeine and caffeine metabolites in primary insomnia,196-203

(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran penelitian yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka diketahui bahwa kafein dapat mempengaruhi kualitas tidur mahasiswa. Maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambaran visualisasi di bawah ini.

3.1.1. Visualisasi Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kopi berkafein kafein

Kualitas tidur:

 Subyektif kualitas tidur

 Latensi tidur

 Durasi tidur

 Efisiensi kebiasaan tidur

(26)

Gambar 3.1 Kerangka konsep efek kafein terhadap kualitas tidur pada mahasiswa setambuk 2011 Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara pada Tahun 2013.

3.2. Definisi operasional

Kafein adalah senyawa alkaloid xanthin yang mempunyai efek stimulasi sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan memperpanjangkan waktu terjaga.

Kopi merupakan sejenis minuman yang diekstraksi dari biji tanaman kopi. Kopi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cappucino, kopi hitam (black coffee), kopi campur (coffee mix), kopi lattae dan jenis kopi lain.

Cappucino adalah gabungan espresso (sejenis kopi pekat), susu dan terdapat buih susu atau krim diatasnya. Kopi hitam (black coffee) adalah daripada kopi segera yang telah dibungkus dan produknya dibuat daripada kopi hitam yang telah dibancuh dan beku-kering untuk mengeluarkan kandungan air. Kopi campur (coffee mix) adalah gabungan susu atau coklat dengan kopi. Kopi latte (coffee latte) adalah espresso dengan susu. Sebaik-baiknya dihidangkan dengan seni latte di atas buih dan tidak terlalu banyak.

 Cara ukur : Angket.

 Alat ukur : kuesioner tentang konsumsi kafein, di beri pada semua sampel sama ada minum kafein atau tidak.

 Bagi yang konsumsi kafein ataupun tidak,di berikan label seperti : Skor 1  untuk yang konsumsi kafein ( YA)

Skor 0  untuk yang tidak konsumsi kafein ( TIDAK)

 Skala yang digunakan untuk konsumsi kafein adalah skala nominal (Watik, 2008).

(27)

Kualitas tidur adalah penilaian terhadap 5 komponen yaitu subyektif kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, dan gangguan tidur ketika tidur malam.

 Subyektif kualitas tidur adalah identifikasi tidur yang baik atau tidur yang buruk yang terdiri dari tidur yang baik dan tidur yang terdapat gangguan tidur.

 Latensi tidur adalah kesulitan memulai tidur yang di ukur dalam menit.

 Durasi tidur adalah lama tidur malam yang diukur dalam jam.  Efisiensi kebiasaan tidur adalah diukur dengan persentase dengan

lama tidur dan lama di tempat tidur. Lama tidur adalah berapa lama anda butuhkan tidur malam dalam sehari.Lama di tempat tidur adalah jarak jam saat mulai tidur dan bangun.

 Gangguan ketika tidur malam adalah merupakan gangguan yang sering mengganggu tidur malam.

 .Cara ukur: Angket.

(28)

 Hasil ukur : Skoring dari jawaban didasarkan pada skala 0 sampai 3, dimana 3 adalah ekstrim negatif pada Skala Likert.

 Jumlah Global Skor 5 menunjukkan tidur yang buruk.

 Jumlah skor kurang daripada 5 menunjukkan tidur yang baik.

Skor 0 untuk jawaban A Skor 1 untuk jawaban B Skor 2  untuk jawaban C Skor 3  untuk jawaban D

 Skala pengukuran adalah skala ordinal (Watik,2008).

3.3 Hipotesa

(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah kafein dapat mempengaruhi kualitas tidur mahasiswa setelah diberikan kuesioner tentang konsumsi kafein dan pengukuran kualitas tidur.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama bulan September hingga Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah : Kriteria inklusi :

(30)

Kriteria eksklusi:

1. Tidak lengkap menjawab pertanyaan. 2. Tidak mengisi data peribadi.

3. Menggunakan obat tidur. 4. Konsumsi minuman teh. 5. Konsumsi kopi dekafein.

6. Konsumsi soft drinks dan energy drinks.

7. Memiliki penyakit yang melibatkan gangguan tidur. 4.3.3 Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria inklusi.

Perkiraan besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan M.Sopiyudin Dahlan (2009) :

N1=N2= Zα√2PQ + Zβ√P1Q1+P2Q2)²

(P1-P2)2

Keterangan:

N: besar sampel minimal Zα : deviat baku alfa Zβ : deviat baku beta

P2 : proporsi pajanan pada kelompok kontrol(perkiraan proporsi di populasi)

(31)

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang di anggap bermakna P : proporsi total= P1+P2/2

Q : 1-P

Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

N1=N2= (2.33√2(0.52)(0.48) + 0.84√0.823(0.177) + 0.2175(0.782) )²

(0.823-0.2175)2

N1=N2=12.23≈12

N: besar sampel minimal

Zα ( 1% kesalahan ditetapkan oleh peneliti) : 2.33 P : 0.52

Q : 0.48

Zβ ( 20% kesalahan ditetapkan oleh peneliti) : 0.84 P1 : 0.823 (kepustakaan)

Q1 : 0.177

P2 : 0.2175 (kepustakaan) Q2 : 0.782

P1-P2 : 0.3666

Dari penelitian S.V Patel dan Y.A Tarekegn (2012), didapat nilai P1 sebanyak 82.3% pada kelompok yang terpapar dengan tidur buruk setelah meminum kopi. Sebanyak 21.75% kelompok standard yang tidak konsumsi kafein dan tidak terpapar dengan tidur buruk, dan itu adalah nilai P2.

(32)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner oleh peneliti terhadap responden setelah meminta informed consent. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer iaitu dengan mengedarkan kuesioner yang harus dijawab oleh responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data untuk mengetahui apakah kafein dapat mempengaruhi kualitas tidur mahasiswa dengan memberikan kuesioner tentang konsumsi kafein dan kualitas tidur. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) dengan variasi pertanyaan berupa pilihan jawaban yang sesuai dengan kehendak responden. Cara penghitungan efisiensi kebiasaan tidur adalah :

Efisiensi kebiasaan tidur = Lama tidur ( pertanyaan nomor 9)

X100% Lama ditempat tidur ( jumlah pertanyaan 6 dan 8) Dimana hasil skornya adalah:

(33)

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

[image:33.595.106.516.281.602.2]

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 20 orang subjek yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan hasil pengukuran adalah relative konsisten dari waktu ke waktu dengan menggunakan rumus Koefisien Reliabilitas Alpha.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlatio n

Status Alpha Status

Konsumsi kafein

1 0.709 Valid 0.855 Reliabel

2 0.743 Valid Reliable

3 0.559 Valid Reliable

4 0.680 Valid Reliable

5 0.832 Valid Reliable

Kualitas tidur 6 0.592 Valid 0.834 Reliable

7 0.569 Valid Reliable

8 0.603 Valid Reliable

9 0.713 Valid Reliable

(34)

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari hasil kuesioner akan diperiksa oleh peneliti. Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Data yang diperoleh akan dianalisis melalui beberapa tahapan.

Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk.

Tahap kedua adalah proses coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis.

Tahap ketiga adalah entry data yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS ( Statistical Package for Social Science ).

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efek kafein terhadap kualitas tidur pada mahasiswa angkatan 2011. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan September-November 2013, diikuti oleh 40 mahasiswa yang telah bersedia mengikuti penelitian dan hanya 37 orang sahaja menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang diberikan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakuakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan,Indonesia dan merupakan universitas tertua serta terbaik yang terletak di luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di kelurahan padang Bulan,Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr. Mansur No.5 Medan.

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik sekitar 100Ha berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

(36)

jumlah sampel yang diambil, terdapat 37 sampel telah mengikuti kriteria inklusi. Sebanyak 3 orang sampel yang telah mengikuti kriteria eksklusi dan dapat didistribusikan menurut karakteristik jenis kelamin dan umur seperti tabel dibawah.

[image:36.595.112.516.270.441.2]

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel Tabel 5.1. Deskripsi Karakteristik Sampel Karakteristik Subjek

(n=37)

Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 18 48.6 Perempuan 19 51.4 Umur

18-20 21 56.8

21-23 16 43.2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang ( 51.4%), kemudian laki-laki sebanyak 18 orang ( 48.6%). Frekuensi umur sampel terbanyak terdapat pada umur 18-20 tahun yaitu 21 orang (56.8%), kemudian umur 21-23 tahun sebanyak 16 orang (43.2%).

5.1.4. Hasil Analisa Data

(37)
[image:37.595.111.508.147.343.2]

Tabel 5.2 Distribusi Konsumsi kopi Berdasarkan Jenis Kelamin

Konsumsi kopi

Jumlah tidak ya

Jenis kelamin

laki-laki 5 13 18

38.5% 54.2% 48.6%

Perempuan 8 11 19

61.5% 45.8% 51.4%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan data tersebut mahasiswa yang tidak konsumsi kopi lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 8 orang (61.5%). Begitu juga mahasiswa yang konsumsi kopi lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (54.2%). Dari hasil uji chi square didapat nilai p value adalah 0.362. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan konsumsi kopi.

5.1.4.2. Analisa Aspek Dalam Kuesioner Kualitas Tidur dan Konsumsi Kopi Tabel 5.3 Distribusi Konsumsi Kopi dengan Kualitas Tidur Subyektif

Konsumsi kopi

Jumlah

Tidak Ya

Kualitas tidur subyektif

sangat baik

2 4 6

15.4% 16.7% 16.2%

Baik 8 12 20

61.5% 50.0% 54.1%

Kurang 3 8 11

23.1% 33.3% 29.7%

[image:37.595.109.517.551.755.2]
(38)
[image:38.595.114.513.387.677.2]

Berdasarkan tabel diatas bahwa bagi sampel yang tidak konsumsi kopi, frekuensi kualitas tidur subyektif yang terbanyak adalah kualitas tidur subyektif yang baik yaitu sebanyak 8 orang (61.5%), dan yang paling sedikit adalah kualitas tidur subyektif yang sangat baik yaitu sebanyak 2 orang (15.4%). Pada sampel yang konsumsi kopi, frekuensi kualitas tidur subyektif yang terbanyak adalah kualitas tidur subyektif yang baik yaitu sebanyak 12 orang (50.0%), dan yang paling sedikit adalah kualitas tidur subyektif yang sangat baik yaitu sebanyak 4 orang (16.7%). Dari hasil uji correlations di dapat nilai p value 0.678 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur subyektif dengan konsumsi kopi dimana hipotesis nolnya diterima.

Tabel 5.4 Distribusi Konsumsi Kopi Berdasarkan Latensi Tidur

Konsumsi kopi

Jumlah

Tidak Ya

Latensi tidur

≤15 menit 6 10 16

46.2% 41.7% 43.2%

16-30 menit 4 10 14

30.8% 41.7% 37.8%

31-60 menit 2 2 4

15.4% 8.3% 10.8%

> 60 menit 1 2 3

7.7% 8.3% 8.1%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

(39)

yaitu sebanyak 6 orang (46.2%), dan yang paling sedikit adalah latensi tidur pada lebih dari 60 menit yaitu sebanyak 1 orang (7.7%).

[image:39.595.107.510.365.660.2]

Pada sampel yang konsumsi kopi, frekuensi latensi tidur terbanyak adalah kurang atau 15 menit dan 16-30 menit yaitu sebanyak 10 orang (41.7%), dan yang paling sedikit adalah latensi tidur pada 31-60 menit dan lebih dari 60 menit yaitu sebanyak 2 orang (8.3%). Pada hasil uji correlations didapat nilai p value 0.973 yang berarti tidak terdapat hubungan antara latensi tidur dengan konsumsi kopi dimana hipotesis nolnya diterima.

Tabel 5.5 Distribusi Konsumsi Kopi Berdasarkan Latensi Tidur (dalam 30 menit)

Konsumsi kopi

jumlah tidak Ya

Latensi tidur (dalam 30 menit) tidak pernah

4 3 7

30.8% 12.5% 18.9% sekali

seminggu

6 5 11

46.2% 20.8% 29.7% 2 kali

seminggu

1 9 10

7.7% 37.5% 27.0% >3 kali

seminggu

2 7 9

15.4% 29.2% 24.3%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

(40)

seminggu yaitu sebanyak 6 orang (46.2%), dan yang paling sedikit adalah latensi tidur pada 2 kali seminggu yaitu sebanyak 1 orang (7.7%).

[image:40.595.112.512.325.566.2]

Pada sampel yang konsumsi kopi, frekuensi latensi tidur terbanyak adalah pada 2 kali seminggu yaitu sebanyak 9 orang (37.5%), dan yang paling sedikit adalah latensi tidur yang tidak pernah ada gangguan memulakan tidur dalam 30 menit yaitu sebanyak 3 orang (12.5%). Pada hasil uji correlations didapat nilai p value (nilai signifikasi adalah 0.035) yang berarti terdapat peningkatan latensi tidur pada yang konsumsi kopi dimana hipotesis nolnya ditolak.

Tabel 5.6 Distribusi Konsumsi Kopi Berdasarkan Durasi Tidur

Konsumsi kopi

Jumlah

Tidak Ya

Durasi tidur >7 jam 1 7 8

7.7% 29.2% 21.6%

6-7 jam 4 4 8

30.8% 16.7% 21.6%

5-6 jam 8 13 21

61.5% 54.2% 56.8%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa bagi sampel yang tidak konsumsi kopi, frekuensi durasi tidur terbanyak adalah pada durasi 5-6 jam yaitu sebanyak 8 orang (61.5%), dan yang paling sedikit adalah durasi pada lebih dari 7 jam yaitu sebanyak 1 orang (7.7%).

(41)
[image:41.595.113.515.201.527.2]

correlations didapat nilai p value 0.410 yang berarti tidak terdapat hubungan antara durasi tidur dengan konsumsi kopi dimana hipotesis nolnya diterima. Tabel 5.7 Distribusi Konsumsi Kopi Berdasarkan Efisiensi Kebiasaan Tidur

Konsumsi kopi

Jumlah

Tidak Ya

Efisiensi tidur malam

>85% 10 21 31

76.9% 87.5% 83.8%

75-84% 1 3 4

7.7% 12.5% 10.8%

65-74% 1 0 1

7.7% 0.0% 2.7%

<65% 1 0 1

7.7% 0.0% 2.7%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa bagi sampel yang tidak konsumsi kopi, frekuensi efisiensi tidur yang terbanyak adalah pada >85% yaitu sebanyak 10 orang (76.9%) dan yang paling sedikit adalah pada 75-84% ,65-74% dan <65% sebanyak 1 orang (7.7%).

(42)
[image:42.595.113.516.172.420.2]

Tabel 5.8 Distribusi Konsumsi Kopi Berdasarkan Gangguan Ketika Tidur Malam

Konsumsi kopi

Jumlah

Tidak Ya

Gangguan tidur malam

tidak pernah 0 2 2

0.0% 8.3% 5.4%

sekali seminggu

12 19 31

92.3% 79.2% 83.8%

≥ 2 kali seminggu

1 3 4

7.7% 12.5% 10.8%

Jumlah 13 24 37

100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada yang tidak konsumsi kopi, frekuensi terbanyak adalah pada sekali seminggu yaitu sebanyak 12 orang (92.3%) dan tidak dijumpai orang pada tidak pernah mengalami gangguan tidur malam.

(43)
[image:43.595.113.510.243.430.2]

5.1.4.3. Hasil Analisa Statistik Hubungan Antara Konsumsi Kopi dengan Kualitas Tidur

Tabel 5.9 Hasil Analisa Statistik Hubungan Antara Konsumsi Kopi dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Konsumsi kopi

jumlah

Tidak Ya

Kualitas tidur

Buruk 10 24 34

% persentase

konsumsi kopi 76.9% 100.0% 91.9%

Baik 3 0 3

% persentase

konsumsi kopi 23.1% 0.0% 8.1%

Jumlah 13 24 37

% persentase

konsumsi kopi 100.0% 100.0% 100.0%

Kualitas tidur diukur dari hasil total kuesioner. Nilai skore 5 adalah mempunyai kualitas tidur yang buruk, nilai <5 adalah mempunyai kualitas tidur yang baik. Dari tabel didapatkan bahwa bagi sampel yang tidak konsumsi kopi, frekuensi kualitas tidur terbanyak adalah kategori kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 10 orang (76.9%), dan yang paling sedikit adalah adalah kategori kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 3 orang (23.1%).

(44)
[image:44.595.114.516.190.400.2]

Tabel 5.10 Hasil Analisa Statistik Antara Kadar Konsumsi Kopi dengan Kualitas Tidur

Kualitas tidur

jumlah Buruk Baik

Cangkir kopi

2 cangkir kopi atau kurang

33 3 36

% persentase

kualitas tidur 97.1% 100.0% 97.3% 3-4

cangkir kopi

1 0 1

% persentase

kualitas tidur 2.9% 0.0% 2.7%

Jumlah 34 3 37

% persentase

kualitas tidur 100.0% 100.0% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahawa bagi yang mengalami kualitas tidur buruk yang terbanyak adalah pada mahasiswa yang mengkonsumsi sekurang-kurangnya 2 cangkir kopi atau kurang yaitu sebanyak 33 orang (97.1%) dan yang paling sedikit adalah sebanyak 1 orang (2.9%) pada mahasiswa yang konsumsi 3-4 cangkir kopi .

(45)
[image:45.595.121.515.151.497.2]

Tabel 5.11 Hasil Analisa Statistik Antara Jenis Kopi dengan Kualitas Tidur

Kualitas tidur

Jumlah Buruk baik

Jenis kopi cappucino 21 3 24

61.8% 100.0% 64.9%

black coffee 2 0 2

5.9% 0.0% 5.4%

coffee mix 6 0 6

17.6% 0.0% 16.2%

kopi lattae 4 0 4

11.8% 0.0% 10.8%

jenis kopi lain 1 0 1

2.9% 0.0% 2.7%

Jumlah 34 3 37

100.0% 100.0% 100.0%

(46)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini, sampel yang mengkonsumsi kopi banyak memiliki kualitas tidur buruk yaitu 24 orang (100%). Sedangkan bagi sampel yang tidak mengkonsumsi kopi, terdapat juga mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 10 orang (76.9%). Pada hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan kafein dengan kualitas tidur pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, terdapat 21 orang mahasiswa mengkonsumsi kopi cappucino dengan 2 cangkir kopi (500 ml) perhari atau kurang, dapat mengalami kualitas tidur yang buruk (100%) yang mengandungi rata-rata 150 mg kafein dibandingkan dengan jenis kopi yang lain seperti black coffee, coffee mix dan kopi lattae. Ini dapat menunjukkan konsumsi cappucino adalah paling banyak memberikan perburukan kualitas tidur dibandingkan dari jenis kopi lain. Hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Brezinova (1974) yaitu dengan hanya konsumsi 2 cangkir kopi dapat menyebabkan seseorang mengambil masa yang lama untuk tertidur, tidur dengan waktu yang singkat dan mengalami kualitas tidur yang buruk.

Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama kafein yaitu menghambat reseptor adenosin untuk terus terjaga. Adenosin merupakan mediator proses tidur homeostatik. Adenosin menginduksi tidur normal sementara kafein yang menghambat reseptor adenosine di otak dapat membangunkan orang yang mengantuk dengan menghilangkan pengaruh inhibitorik adenosine (Sherwood,2009).

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Drapeau et al (2006) yang meneliti efek penggunaan kafein sebelum tidur pada kelompok umur muda dan pertengahan. Hasil menunjukkan kafein mengurangkan kualitas tidur (p<0.09) dan pada kedua kelompok. Selain itu, dalam penelitian L.Seblewengel (2012), terdapat yang mengkonsumsi minuman berkafein mengalami kualitas tidur yang buruk dengan uji statistik signifikan (p value <0.015).

(47)

penggunaan kafein dapat mengganggu tidur dengan mengurangi waktu tidur dan kualitas tidur (Goldstein, 1963; James, 1998; Smith et al., 1993; Wright et al., 1996). Dalam penelitian Brezinova (1974), peneliti mendapatkan pada yang mengkonsumsi kafein, tidur subyektifnya adalah rata-rata kurang 2 jam berbanding yang tidak mengkonsumsi kafein dan yang mengkonsumsi kopi dekafein. Ini menunjukkan terdapat kualitas tidur yang buruk.

Pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan latensi tidur (p<0.973) tetapi terdapat hubungan dengan latensi tidur yang tidak dapat memulakan tidur dalam waktu 30 menit (p<0.035), tetapi hal ini dapat dibuktikan di dalam penelitian Brezinova (1974) telah menemukan bahwa konsumsi kafein sebelum tidur memberi efek penurunan total waktu tidur rata-rata, peningkatan onset tidur dan meningkatkan jumlah bangun. Mereka juga memiliki onset latensi tidur rata-rata dari 66 menit dengan kafein di bandingkan dengan 18 menit tanpa minum kafein dan 21 menit dengan kopi tanpa kafein (Goldstein, 1963; James, 1998; Smith et al., 1993; Wright et al., 1996).

Selain itu, pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan durasi tidur (p<0.410), tetapi hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Brezinova (1974), telah menunjukkan pada yang mengkonsumsi kafein sebelum tidur, subyek terjaga 4 kali sepanjang tidurnya berbanding kondisi yang lain. Ini dapat menunjukkan konsumsi kafein dapat mengurangi durasi tidur. Dalam penelitian Youngberg (2011), pada subyek kontrol dan pada mengalami insomnia yang mengkonsumsi <4 cangkir kopi setiap hari terdapat pengurangan jumlah tidurnya (p<0.001).

(48)

kontrol dan insomnia mengalami peningkatan gangguan mood seperti depresi dan ansietas secara signifikan (p<0.001).

Dalam penelitian ini, terdapat 10 orang (76.9%) yang tidak minum kopi mengalami kualitas tidur yang buruk. Hal ini adalah kerana terdapat beberapa masalah yang dapat mengganggu tidur mereka seperti tidak bisa memulakan tidur dalam waktu 30 menit setelah berbaring, terbangun di tengah malam atau terlalu dini, terbangun untuk ke kamar mandi, tidak dapat bernafas dengan leluasa, batuk atau mengorok, kedinginan di malam hari, kepanasan di malam hari, mengalami mimpi buruk, dan terasa nyeri.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Responden yang mengkonsumsi cappuccino dengan 2 cangkir kopi (500 ml) dapat mengalami kualitas tidur yang buruk (100%).

2. Sebanyak 50% responden yang konsumsi kopi tidak berpengaruh pada kualitas tidur subyektif.

3. Sebanyak 41.7% responden yang konsumsi kopi tidak berpengaruh pada latensi tidur.

4. Sebanyak 54.2% responden yang konsumsi kopi tidak berpengaruh pada durasi tidur.

5. Sebanyak 87.5% responden yang konsumsi kopi tidak berpengaruh pada efisiensi kebiasaan tidur.

6. Sebanyak 79.2% responden yang konsumsi kopi tidak berpengaruh pada gangguan ketika tidur malam.

6.2. Saran

1. Pada masyarakat terutama mahasiswa agar tidak sering menggunakan kafein terutama pada malam hari kerana kafein dapat mengakibatkan perburukan kualitas tidur.

(50)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Definisi Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan (Guyton & Hall, 1997). Tidur merupakan keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan keadaan relative tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal di bandingkan dengan keadaan terjaga (Sadock,2010). Menurut Lanywati (2001), kebutuhan tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin tua mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai (Lumbantobing, 2004).

2.1.2 Fungsi Tidur

(51)

2.1.3 Fisiologi Tidur

Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu tidur, berlaku penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga (Sherwood, 2011). Tidur biasanya dimulai dengan "dangkal" tahap 1 tidur NREM dan "memperdalam" untuk NREM

tidur tahap 2, 3, dan 4, dan diikuti oleh episode singkat pertama dari tidur REM di

sekitar 90 menit. Setelah siklus tidur pertama, NREM dan tidur REM terus

mengikuti dalam bentuk yang diprediksi, dimana setiap siklus NREM-REM yang

berlangsung sekitar 90 sampai 120 menit (Sinton, 2004). Pada waktu malam,

siklus tidur berulang 3-7 kali. Tahap 1 tidur NREM, yang berlangsung hanya

beberapa menit, berfungsi sebagai transisi dari terjaga menjadi tidur dan kemudian

selama tidur berfungsi sebagai transisi antara REM-NREM siklus tidur. Biasanya,

tahap 1 merupakan 2% sampai 5% dari total waktu tidur. Peningkatan jumlah atau

persentase tahap 1 tidur mungkin menjadi tanda gangguan tidur. Periode pertama

tahap 1 tidur NREM diikuti dengan tidur "lebih dalam" tahap 2, yang berlangsung

sekitar 10 sampai 20 menit. Tahap 2 tidur biasanya merupakan 45% sampai 55%

dari total waktu tidur. Tahap 2 tidur berkembang menjadi tahap 3 (berlangsung

beberapa menit) dan 4 (berterusan 40 menit). Tahap 3 merupakan 5% sampai 8%

dari total waktu, dan tahap 4 merupakan 10% sampai 15% dari total waktu tidur.

Tahap 3 dan 4 tidur NREM mendominasi sepertiga malam. Episode tidur REM

menjadi lebih lama selama pada waktu malam, dan periode REM terpanjang

ditemukan di sepertiga terakhir malam (Carskadon, 2005).

Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, yang masing-masing memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitude lebih besar. Oleh itu dinamai tidur gelombang lambat (Sherwood,2011).

(52)

b. Tahap 2: Otak anda terkadang menghasilkan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi yang biasa disebut sebagai sleep spindle. Gangguan suara dalam kadar kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur anda.

c. Tahap 3: Sebagai tambahan gelombang yang menjadi karakteristik tahap 2, otak anda terkadang menghasilkan gelombang delta, yang sangat lambat dengan puncak yang cukup tinggi. Pernafasan dan detak jantung anda melambat, otot-otot anda melemas (rileks), dan dalam tahap ini anda mulai sulit dibangunkan.

d. Tahap 4: Gelombang delta sekarang mengambil alih sebagian besar aktivitas, dan anda berada dalam tidur dalam. Pada saat ini, mungkin diperlukan guncangan yang kuat atau suara yang sangat keras untuk dapat membangunkan. Berjalan sambil tidur merupakan hal yang paling mungkin terjadi dalam periode ini (Carole wade, 2008).

Pada permulaaan tidur, akan berpindah dari tidur ringan (“tidur ayam”) stadium satu menjadi dalam stadium empat dalam waktu 30 sampai 45 menit. Kemudian akan berbalik melalui stadium- stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat terdapat episode tidur paradoksal selama 10 sampai 15 menit. Secara paradoks, pola EEG selama period ini mendadak seperti dalam keadaan terjaga, meskipun masih dalam tidur lelap iaitu serupa dengan EEG pada orang yang sadar penuh. Setelah episode paradoks tersebut, stadium-stadium gelombang lambat kembali berulang.

(53)

Meskipun tidur gelombang lambat sering disebut "tidur tanpa mimpi," mimpi dan kadang-kadang mimpi buruk dapat terjadi selama tidur gelombang lambat. Perbedaan antara mimpi yang terjadi dalam tidur gelombang lambat dan yang terjadi di REM tidur adalah orang-orang dari tidur REM berhubungan dengan lebih banyak aktivitas otot tubuh, dan mimpi tidur gelombang lambat biasanya tidak dapat ingat. Artinya, selama tidur gelombang lambat, konsolidasi dari mimpi dalam memori tidak terjadi (Guyton & Hall,2005).

Pada tidur rapid eye movement (REM) atau dinamakan tidur paradoksal ditandai oleh inhibisi mendadak tonus otot seluruh tubuh.Otot-otot mengalami relaksasi total tanpa gerakan dan ditandai dengan gerakan mata cepat sehingga dinamai tidur REM. Kecepatan jantung dan pernafasan menjadi ireguler dan tekanan darah mungkin berfluktuasi. Karakteristik lain tidur REM adalah mimpi. Gerakan-gerakan mata cepat tidak berkaitan dengan “mengamati” bayangan mimpi. Gerakan-gerakan mata ini berlangsung dalam pola osilatif tetap yang tidak dipengaruhi oleh isi mimpi. Pencitraan otak sewaktu tidur REM memperlihatkan peningkatan aktivitas di daerah-daerah pemprosesan visual tingkat tinggi dan sistem limbik (tempat emosi), disertai oleh penurunan aktivitas di korteks prafrontal (tempat akal). Bayangan visual yang diciptakan dari dalam diri mencerminkan “bank ingatan emosional” yang bersangkutan dengan hanya sedikit tuntutan atau interpretasi dari daerah berpikir kompleks. Akibatnya, mimpi sering memiliki muatan emosi yang besar, sensasi waktu yang kacau dan isi yang aneh yang diterima begitu saja sebagai kenyataan (Sherwood,2011).

(54)

terkandung dalam neuron dengan badan sel di lokus seruleus, dan asetilkolin dari formasi retikular pontine. Dopamin, di sisi lain, terkait dengan terjaga. Kelainan pada keseimbangan semua sistem utusan kimia dapat mengganggu berbagai fisiologis, biologis, perilaku, dan EEG parameter bertanggung jawab untuk REM yaitu, tidur aktif dan NREM (gelombang perlahan) tidur (Lubit,2012).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.Di antara faktor yang mempengaruhinya adalah :

1. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti gangguan endokrin tiroid dan diabetes. Diabetes mempengaruhi cara tubuh menyimpan dan menggunakan karbohidrat, protein, dan lemak. Orang yang tidak mengelola dan mengontrol kondisi diabetes mereka sering menderita sindrom kaki gelisah. Hormon yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid mengatur tingkat energi tubuh. Seseorang menderita hipertiroidisme berkeringat deras pada malam hari dan tidak mampu untuk menikmati istirahat pada malam. Penyakit Alzhiemer yang mengganggu fungsi intelektual otak dan menyebabkan demensia. Ini juga menyebabkan gangguan tidur yang disebut fragmentasi. Epilepsi mempengaruhi fungsi listrik normal otak dan menyebabkan perubahan mendadak di dalamnya yang berulang. Orang yang menderita epilepsi lebih mungkin menderita insomnia. Biasanya, stroke dikaitkan dengan apnea tidur obstruktif.

2. Kelelahan

(55)

orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3. Stres psikologis

Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

4. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur iaitu jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepressan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

5. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepatkan proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat terkadang sulit untuk tidur.

6. Ligkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepatkan proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

7. Motivasi

(56)

2.1.5 Klasifikasi Tidur

Tiga kategori utama gangguan tidur dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders( DSM-1V-TR) :

1. Gangguan tidur primer

a. Insomnia primer. b. Hipersomnia primer. c. Narkolepsi.

d. Gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan. e. Gangguan tidur irama sirkadian.

f. Gangguan teror tidur. g. Gangguan tidur berjalan.

h. Parasomnia(gangguan mimpi buruk). 2. Gangguan tidur akibat gangguan jiwa lain.

3. Gangguan tidur lain yang dicetuskan oleh zat. 1. Gangguan Tidur Primer

a. Insomnia primer

(57)

penyebab medis, kejiwaan, maupun lingkungan (McVearry,2013). Insomnia primer bukanlah efek samping dari obat-obatan atau masalah medis lainnya. Ini adalah gangguan sendiri,dan umumnya berlangsung selama minimal 1 bulan atau lebih (Sadock,2010).

b. Hipersomnia primer

Hipersomnia primer didiagnosis dengan rasa mengantuk berlebihan untuk waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari. Gangguan ini harus diberi kode sebagai berulang jika pasien memiliki periode rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung selama 3 hari dan terjadi beberapa kali dalam satu tahun selama sedikitnya 2 tahun. Gangguan ini tidak disebabkan oleh suatu zat atau keadaan medis umum (Sadock,2010). Pasien dengan hipersomnia primer tidur selama 10-12 jam pada malam hari dan tampak mengantuk dan tidur pada siang hari (David,2000).

c. Narkolepsi

(58)

sama-sama terpengaruh. Kantuk di siang hari biasanya merupakan gejala pertama muncul (Williams,2000).

d. Gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan

Merupakan gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan ditandai dengan penghentian tidur yang menyebabkan rasa mengantuk berlebihan atau insomnia yang disebabkan gangguan pernapasan terkait-tidur misalnya sindrom apnea tidur sentral atau obstruktif maupun sindrom hipoventilasi alveolar sentral. Gangguan pernapasan yang dapat terjadi selama tidur mencakup apnea, hipopnea, dan denaturasi oksigen. Pada apnea tidur sentral murni, upaya aliran udara dan pernafasan (abdomen dan dada) berhenti saat episode apnea dan mulai kembali saat bangun. Pada apnea tidur obstruktif murni, aliran udara berhenti tetapi upaya pernafasan meningkat selama period apnea. Pola ini menunjukkan adanya suatu obstruksi pada jalan nafas dan upaya yang bertambah oleh otot-otot abdomen dan toraks untuk mendorong udara melewati obstruksi ini. Episode ini juga berhenti saat bangun. Gangguan ini tidak disebabkan gangguan jiwa lain dan tidak disebabkan langsung suatu zat (Sadock,2010). Sindrom apnea tidur obstruktif jauh lebih umum. Apnea tidur sentral terlihat pada pasien dengan gangguan neurologis dan juga pada gagal jantung kongestif. Apnea tidur obstruktif disebabkan oleh gangguan di saluran udara dari mulut ke trakea. Ada beberapa daerah yang mungkin akan terpengaruh. Daerah ini termasuk langit-langit lunak, amandel, uvula dan lidah. Biasanya, mendengkur merupakan gejala peningkatan resistensi saluran napas pada lokasi anatomi. Sindrom apnea tidur obstruktif sering diperburuk oleh tindakan yang mengendurkan saluran napas bagian atas atau mengurangi ukuran jalan napas, termasuk minum alkohol, tidur di punggung seseorang, tidur REM dan berat badan (American Sleep Association,2001).

e. Gangguan irama tidur sirkadian

Gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang

dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Bagian-bagian yang berfungsi

(59)

fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian

mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur

dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat

mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Perubahan

yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor

pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian yaitu

sementara (acute work shift, Jet lag) dan Menetap (shift worker). Berbagai macam

gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut :

1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)

Ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan.

Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja

sosial. Keluhan utama pasien adalah kesulitan jatuh tertidur pada waktu yang

diinginkan seperti biasa,dan gangguan pasien mungkin tampak menyerupai

onset tidur insomnia. Rasa mengantuk di siang hari sering terjadi akibat tidak

tidur (Sadock,2010).

2. Tipe Jet lag

Ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam

setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone

waktu. Gambaran tidur menunjukkan latensi tidur yang panjang dengan tidur

yang terputus-putus. Tipe jet lag biasanya hilang spontan dalam 2 hingga 7

hari (Sadock,2010).

3. Pergeseran kerja (shift work type)

Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah

(60)

Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan

onset tidur fase REM (Sadock,2010).

4. Sindrom memajukan fase tidur

Ditandai dengan onset tidur dan waktu bangun yang lebih awal dari yang

diinginkan. Keluhan utamanya adalah ketidakmampuan untuk tetap terjaga di

sore hari dan tidur di pagi hari sampai waktu biasa yang diinginkan

(Sadock,2010).

5. Tipe pola tidur-bangun kacau

Tipe ini didefinisikan sebagai perilaku tidur dan bangun yang tidak teratur

dan beragam serta yang mengganggu pola tidur-bangun biasa. Keadaan ini

dikaitkan dengan seringnya tidur siang pada waktu yang tidak teratur dan

istirahat di tempat tidur yang berlebihan. Tidur di malam hari lamanya tidak

adekuat dan keadaan ini dapat tampak seperti insomnia, meskipun jumlah

total tidur dalam 24 jam normal untuk usia pasien (Sadock,2010).

f. Gangguan teror tidur

Teror malam adalah episode berulang kebangkitan mendadak dari tidur yang ditandai dengan jeritan panik, rasa takut yang intens dan gairah otonom. Individu biasanya tidak ingat tentang rincian acara dan tidak responsif selama episode. Teror malam terjadi selama sepertiga pertama malam, selama tahap-tahap 3 dan 4 tidur NREM (Lubit,2012).

g. Gangguan berjalan sambil tidur

Gangguan tidur berjalan (sleep walking) merupakan gangguan tingkah laku

yang sangat kompleks yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur

(61)

atau ingatan mengenai episode tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan

berjalan berkeliling (Sadock,2010).

h. Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan mimpi buruk dimana mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan. Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir malam. Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang berlangsung seumur hidup, yang lainnya mengalami mimpi buruk terutama saat stress dan sakit (Sadock,2010).

2. Gangguan tidur akibat gangguan jiwa lain

(62)

3. Gangguan tidur lain yang dicetuskan oleh zat

Somnolen yang berkaitan dengan toleransi atau putus zat akibat stimulan sistem saraf pusat lazim terjadi pada orang-oarng dengan putus zat amfetamin, kokain, kafein, dan zat terkait.Somnolen dapat dikaitkan dengan depresi berat, yang kadang-kadang mencapai proporsi bunuh diri. Penggunaan depressan sistem saraf pusat yang berlangsung lama seperti alkohol, dapat menyebabkan somnolen (Sadock,2010).

2.1.6 Kualitas tidur

(63)

2.2 Kafein

2.2.1. Farmakologi Kafein

Kafein (1,3,7-trimethylxanthine) adalah alkaloid tanaman dengan bahan kimia yang struktur C8H10N4O2 (lihat Gambar 2-1) dan berat molekul 194,19. Dalam bentuk murni, itu adalah bubuk putih pahit. Secara struktural, kafein (dan yang lainnya methylxanthines) menyerupai purin. Waktu paruh kafein rata-rata dalam plasma orang sehat adalah sekitar 5 jam. Namun, penghapusan kafein paruh bisa berkisar antara 1,5 dan 9,5 jam, sedangkan kadar total plasma clearance untuk kafein diperkirakan 0.078 L / h / kg (Brachtel D,1992).Interval waktu paruh kafein rata-rata besar di dalam plasma adalah disebabkan karena kedua variasi individu bawaan, dan berbagai fisiologis dan karakteristik lingkungan yang mempengaruhi metabolisme kafein (misalnya, kehamilan, obesitas, penggunaan kontrasepsi oral, merokok, ketinggian). Efek farmakologis dari kafein adalah serupa dengan lainnya methylxantin (termasuk yang ditemukan di berbagai teh dan cokelat).

[image:63.595.149.417.437.594.2]

Gambar 2.1. Struktur kimia metilxantin

(64)

mg / kg berat badan) (Hodgman, 1998). Penggunaan kafein dalam dosis hingga 10 g telah menyebabkan kejang-kejang dan muntah dengan pemulihan lengkap dalam 6 jam (Dreisbach, 1974). Efek samping yang ekstrim yang diamati pada manusia konsumsi kafein dari 1 g (15 mg / kg) (Gilman et al., 1990), termasuk kegelisahan, gugup, dan lekas marah, dan maju ke delirium, emesis, tremor neuromuskuler, dan kejang-kejang. Gejala lain termasuk takikardia dan peningkatan respirasi.

2.2.2. Sumber Kafein

[image:64.595.100.529.556.751.2]

Kafein adalah senyawa bersifat yang stimulan terhadap sistem saraf pusat dan juga otak,merupakan bagian dari famili methylxanthine yang secara alami banyak terkandung pada berbagai produk hasil bumi seperti dalam biji kopi, coklat, daun teh serta kacang cola. Karena secara alami banyak terkandung di dalam produk hasil bumi, maka kafein menjadi jenis stimulan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum. Di dalam berbagai produk komersial, kafein selain terkandung di dalam kopi, teh, produk coklat atau juga susu coklat, juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk- produk minuman seperti dalam minuman cola (soft drink) ataupun juga minuman berenergi (energy drink).

Tabel 2.1

Kopi dan minuman kopi Takaran saji Kafein (mg

Gambar

Tabel 5.2 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.3 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan kualitas tidur subyektif
Tabel 5.4 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan latensi tidur
Tabel 5.6 Distribusi konsumsi kopi berdasarkan latensi tidur (30 menit)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan pada masyarakat terutama mahasiswa agar tidak sering menggunakan kafein terutama pada malam hari kerana kafein terbukti dapat mengakibatkan perburukan kualitas tidur

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah sampel responden yang memiliki kualitas tidur dan konsentrasi yang baik adalah 18 orang (39,13%), responden dengan kualitas tidur baik

Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh kualitas tidur yang terdiri 7 komponen yang menggambarkan kualitas tidur subjektif meliputi, latensi tidur, durasi tidur,

Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012.. Kata kunci: kualitas tidur,

Simpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tekanan darah antara mahasiswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk dengan yang baik.. Kata kunci:

Simpulan: Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tekanan darah antara mahasiswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk dengan yang baik.. Kata kunci:

dalam kualitas tidur, yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat, dan disfungsi aktivitas

Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus.. Lesi pada pusat kontrol pacemaker