• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Definisi Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan (Guyton & Hall, 1997). Tidur merupakan keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan keadaan relative tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal di bandingkan dengan keadaan terjaga (Sadock,2010). Menurut Lanywati (2001), kebutuhan tidur yang cukup, ditentukan selain oleh jumlah faktor jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin tua mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai (Lumbantobing, 2004).

2.1.2 Fungsi Tidur

(2)

2.1.3 Fisiologi Tidur

Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu tidur, berlaku penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga (Sherwood, 2011). Tidur biasanya dimulai dengan "dangkal" tahap 1 tidur NREM dan "memperdalam" untuk NREM tidur tahap 2, 3, dan 4, dan diikuti oleh episode singkat pertama dari tidur REM di sekitar 90 menit. Setelah siklus tidur pertama, NREM dan tidur REM terus

mengikuti dalam bentuk yang diprediksi, dimana setiap siklus NREM-REM yang berlangsung sekitar 90 sampai 120 menit (Sinton, 2004). Pada waktu malam, siklus tidur berulang 3-7 kali. Tahap 1 tidur NREM, yang berlangsung hanya beberapa menit, berfungsi sebagai transisi dari terjaga menjadi tidur dan kemudian selama tidur berfungsi sebagai transisi antara REM-NREM siklus tidur. Biasanya, tahap 1 merupakan 2% sampai 5% dari total waktu tidur. Peningkatan jumlah atau persentase tahap 1 tidur mungkin menjadi tanda gangguan tidur. Periode pertama tahap 1 tidur NREM diikuti dengan tidur "lebih dalam" tahap 2, yang berlangsung sekitar 10 sampai 20 menit. Tahap 2 tidur biasanya merupakan 45% sampai 55% dari total waktu tidur. Tahap 2 tidur berkembang menjadi tahap 3 (berlangsung beberapa menit) dan 4 (berterusan 40 menit). Tahap 3 merupakan 5% sampai 8% dari total waktu, dan tahap 4 merupakan 10% sampai 15% dari total waktu tidur. Tahap 3 dan 4 tidur NREM mendominasi sepertiga malam. Episode tidur REM menjadi lebih lama selama pada waktu malam, dan periode REM terpanjang ditemukan di sepertiga terakhir malam (Carskadon, 2005).

Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, yang masing-masing memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitude lebih besar. Oleh itu dinamai tidur gelombang lambat (Sherwood,2011).

(3)

b. Tahap 2: Otak anda terkadang menghasilkan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi yang biasa disebut sebagai sleep spindle. Gangguan suara dalam kadar kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur anda.

c. Tahap 3: Sebagai tambahan gelombang yang menjadi karakteristik tahap 2, otak anda terkadang menghasilkan gelombang delta, yang sangat lambat dengan puncak yang cukup tinggi. Pernafasan dan detak jantung anda melambat, otot-otot anda melemas (rileks), dan dalam tahap ini anda mulai sulit dibangunkan.

d. Tahap 4: Gelombang delta sekarang mengambil alih sebagian besar aktivitas, dan anda berada dalam tidur dalam. Pada saat ini, mungkin diperlukan guncangan yang kuat atau suara yang sangat keras untuk dapat membangunkan. Berjalan sambil tidur merupakan hal yang paling mungkin terjadi dalam periode ini (Carole wade, 2008).

Pada permulaaan tidur, akan berpindah dari tidur ringan (“tidur ayam”) stadium satu menjadi dalam stadium empat dalam waktu 30 sampai 45 menit. Kemudian akan berbalik melalui stadium- stadium yang sama dalam periode waktu yang sama. Pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat terdapat episode tidur paradoksal selama 10 sampai 15 menit. Secara paradoks, pola EEG selama period ini mendadak seperti dalam keadaan terjaga, meskipun masih dalam tidur lelap iaitu serupa dengan EEG pada orang yang sadar penuh. Setelah episode paradoks tersebut, stadium-stadium gelombang lambat kembali berulang.

(4)

Meskipun tidur gelombang lambat sering disebut "tidur tanpa mimpi," mimpi dan kadang-kadang mimpi buruk dapat terjadi selama tidur gelombang lambat. Perbedaan antara mimpi yang terjadi dalam tidur gelombang lambat dan yang terjadi di REM tidur adalah orang-orang dari tidur REM berhubungan dengan lebih banyak aktivitas otot tubuh, dan mimpi tidur gelombang lambat biasanya tidak dapat ingat. Artinya, selama tidur gelombang lambat, konsolidasi dari mimpi dalam memori tidak terjadi (Guyton & Hall,2005).

Pada tidur rapid eye movement (REM) atau dinamakan tidur paradoksal ditandai oleh inhibisi mendadak tonus otot seluruh tubuh.Otot-otot mengalami relaksasi total tanpa gerakan dan ditandai dengan gerakan mata cepat sehingga dinamai tidur REM. Kecepatan jantung dan pernafasan menjadi ireguler dan tekanan darah mungkin berfluktuasi. Karakteristik lain tidur REM adalah mimpi. Gerakan-gerakan mata cepat tidak berkaitan dengan “mengamati” bayangan mimpi. Gerakan-gerakan mata ini berlangsung dalam pola osilatif tetap yang tidak dipengaruhi oleh isi mimpi. Pencitraan otak sewaktu tidur REM memperlihatkan peningkatan aktivitas di daerah-daerah pemprosesan visual tingkat tinggi dan sistem limbik (tempat emosi), disertai oleh penurunan aktivitas di korteks prafrontal (tempat akal). Bayangan visual yang diciptakan dari dalam diri mencerminkan “bank ingatan emosional” yang bersangkutan dengan hanya sedikit tuntutan atau interpretasi dari daerah berpikir kompleks. Akibatnya, mimpi sering memiliki muatan emosi yang besar, sensasi waktu yang kacau dan isi yang aneh yang diterima begitu saja sebagai kenyataan (Sherwood,2011).

(5)

terkandung dalam neuron dengan badan sel di lokus seruleus, dan asetilkolin dari formasi retikular pontine. Dopamin, di sisi lain, terkait dengan terjaga. Kelainan pada keseimbangan semua sistem utusan kimia dapat mengganggu berbagai fisiologis, biologis, perilaku, dan EEG parameter bertanggung jawab untuk REM yaitu, tidur aktif dan NREM (gelombang perlahan) tidur (Lubit,2012).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya.Di antara faktor yang mempengaruhinya adalah :

1. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur seperti gangguan endokrin tiroid dan diabetes. Diabetes mempengaruhi cara tubuh menyimpan dan menggunakan karbohidrat, protein, dan lemak. Orang yang tidak mengelola dan mengontrol kondisi diabetes mereka sering menderita sindrom kaki gelisah. Hormon yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid mengatur tingkat energi tubuh. Seseorang menderita hipertiroidisme berkeringat deras pada malam hari dan tidak mampu untuk menikmati istirahat pada malam. Penyakit Alzhiemer yang mengganggu fungsi intelektual otak dan menyebabkan demensia. Ini juga menyebabkan gangguan tidur yang disebut fragmentasi. Epilepsi mempengaruhi fungsi listrik normal otak dan menyebabkan perubahan mendadak di dalamnya yang berulang. Orang yang menderita epilepsi lebih mungkin menderita insomnia. Biasanya, stroke dikaitkan dengan apnea tidur obstruktif.

2. Kelelahan

(6)

orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3. Stres psikologis

Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

4. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur iaitu jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepressan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

5. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepatkan proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat terkadang sulit untuk tidur.

6. Ligkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepatkan proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

7. Motivasi

(7)

2.1.5 Klasifikasi Tidur

Tiga kategori utama gangguan tidur dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders( DSM-1V-TR) :

1. Gangguan tidur primer

a. Insomnia primer. b. Hipersomnia primer. c. Narkolepsi.

d. Gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan. e. Gangguan tidur irama sirkadian.

f. Gangguan teror tidur. g. Gangguan tidur berjalan.

h. Parasomnia(gangguan mimpi buruk). 2. Gangguan tidur akibat gangguan jiwa lain.

3. Gangguan tidur lain yang dicetuskan oleh zat. 1. Gangguan Tidur Primer

a. Insomnia primer

(8)

penyebab medis, kejiwaan, maupun lingkungan (McVearry,2013). Insomnia primer bukanlah efek samping dari obat-obatan atau masalah medis lainnya. Ini adalah gangguan sendiri,dan umumnya berlangsung selama minimal 1 bulan atau lebih (Sadock,2010).

b. Hipersomnia primer

Hipersomnia primer didiagnosis dengan rasa mengantuk berlebihan untuk waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari. Gangguan ini harus diberi kode sebagai berulang jika pasien memiliki periode rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung selama 3 hari dan terjadi beberapa kali dalam satu tahun selama sedikitnya 2 tahun. Gangguan ini tidak disebabkan oleh suatu zat atau keadaan medis umum (Sadock,2010). Pasien dengan hipersomnia primer tidur selama 10-12 jam pada malam hari dan tampak mengantuk dan tidur pada siang hari (David,2000).

c. Narkolepsi

(9)

sama-sama terpengaruh. Kantuk di siang hari biasanya merupakan gejala pertama muncul (Williams,2000).

d. Gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan

Merupakan gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan ditandai dengan penghentian tidur yang menyebabkan rasa mengantuk berlebihan atau insomnia yang disebabkan gangguan pernapasan terkait-tidur misalnya sindrom apnea tidur sentral atau obstruktif maupun sindrom hipoventilasi alveolar sentral. Gangguan pernapasan yang dapat terjadi selama tidur mencakup apnea, hipopnea, dan denaturasi oksigen. Pada apnea tidur sentral murni, upaya aliran udara dan pernafasan (abdomen dan dada) berhenti saat episode apnea dan mulai kembali saat bangun. Pada apnea tidur obstruktif murni, aliran udara berhenti tetapi upaya pernafasan meningkat selama period apnea. Pola ini menunjukkan adanya suatu obstruksi pada jalan nafas dan upaya yang bertambah oleh otot-otot abdomen dan toraks untuk mendorong udara melewati obstruksi ini. Episode ini juga berhenti saat bangun. Gangguan ini tidak disebabkan gangguan jiwa lain dan tidak disebabkan langsung suatu zat (Sadock,2010). Sindrom apnea tidur obstruktif jauh lebih umum. Apnea tidur sentral terlihat pada pasien dengan gangguan neurologis dan juga pada gagal jantung kongestif. Apnea tidur obstruktif disebabkan oleh gangguan di saluran udara dari mulut ke trakea. Ada beberapa daerah yang mungkin akan terpengaruh. Daerah ini termasuk langit-langit lunak, amandel, uvula dan lidah. Biasanya, mendengkur merupakan gejala peningkatan resistensi saluran napas pada lokasi anatomi. Sindrom apnea tidur obstruktif sering diperburuk oleh tindakan yang mengendurkan saluran napas bagian atas atau mengurangi ukuran jalan napas, termasuk minum alkohol, tidur di punggung seseorang, tidur REM dan berat badan (American Sleep Association,2001).

e. Gangguan irama tidur sirkadian

(10)

fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian yaitu sementara (acute work shift, Jet lag) dan Menetap (shift worker). Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut :

1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)

Ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Keluhan utama pasien adalah kesulitan jatuh tertidur pada waktu yang diinginkan seperti biasa,dan gangguan pasien mungkin tampak menyerupai onset tidur insomnia. Rasa mengantuk di siang hari sering terjadi akibat tidak tidur (Sadock,2010).

2. Tipe Jet lag

Ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan latensi tidur yang panjang dengan tidur yang terputus-putus. Tipe jet lag biasanya hilang spontan dalam 2 hingga 7 hari (Sadock,2010).

3. Pergeseran kerja (shift work type)

(11)

Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM (Sadock,2010).

4. Sindrom memajukan fase tidur

Ditandai dengan onset tidur dan waktu bangun yang lebih awal dari yang diinginkan. Keluhan utamanya adalah ketidakmampuan untuk tetap terjaga di sore hari dan tidur di pagi hari sampai waktu biasa yang diinginkan

(Sadock,2010).

5. Tipe pola tidur-bangun kacau

Tipe ini didefinisikan sebagai perilaku tidur dan bangun yang tidak teratur dan beragam serta yang mengganggu pola tidur-bangun biasa. Keadaan ini dikaitkan dengan seringnya tidur siang pada waktu yang tidak teratur dan istirahat di tempat tidur yang berlebihan. Tidur di malam hari lamanya tidak adekuat dan keadaan ini dapat tampak seperti insomnia, meskipun jumlah total tidur dalam 24 jam normal untuk usia pasien (Sadock,2010).

f. Gangguan teror tidur

Teror malam adalah episode berulang kebangkitan mendadak dari tidur yang ditandai dengan jeritan panik, rasa takut yang intens dan gairah otonom. Individu biasanya tidak ingat tentang rincian acara dan tidak responsif selama episode. Teror malam terjadi selama sepertiga pertama malam, selama tahap-tahap 3 dan 4 tidur NREM (Lubit,2012).

g. Gangguan berjalan sambil tidur

Gangguan tidur berjalan (sleep walking) merupakan gangguan tingkah laku

(12)

atau ingatan mengenai episode tersebut untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan berkeliling (Sadock,2010).

h. Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan mimpi buruk dimana mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang terbangun dengan rasa ketakutan. Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir malam. Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang berlangsung seumur hidup, yang lainnya mengalami mimpi buruk terutama saat stress dan sakit (Sadock,2010).

2. Gangguan tidur akibat gangguan jiwa lain

(13)

3. Gangguan tidur lain yang dicetuskan oleh zat

Somnolen yang berkaitan dengan toleransi atau putus zat akibat stimulan sistem saraf pusat lazim terjadi pada orang-oarng dengan putus zat amfetamin, kokain, kafein, dan zat terkait.Somnolen dapat dikaitkan dengan depresi berat, yang kadang-kadang mencapai proporsi bunuh diri. Penggunaan depressan sistem saraf pusat yang berlangsung lama seperti alkohol, dapat menyebabkan somnolen (Sadock,2010).

2.1.6 Kualitas tidur

(14)

2.2 Kafein

2.2.1. Farmakologi Kafein

Kafein (1,3,7-trimethylxanthine) adalah alkaloid tanaman dengan bahan kimia yang struktur C8H10N4O2 (lihat Gambar 2-1) dan berat molekul 194,19. Dalam bentuk murni, itu adalah bubuk putih pahit. Secara struktural, kafein (dan yang lainnya methylxanthines) menyerupai purin. Waktu paruh kafein rata-rata dalam plasma orang sehat adalah sekitar 5 jam. Namun, penghapusan kafein paruh bisa berkisar antara 1,5 dan 9,5 jam, sedangkan kadar total plasma clearance untuk kafein diperkirakan 0.078 L / h / kg (Brachtel D,1992).Interval waktu paruh kafein rata-rata besar di dalam plasma adalah disebabkan karena kedua variasi individu bawaan, dan berbagai fisiologis dan karakteristik lingkungan yang mempengaruhi metabolisme kafein (misalnya, kehamilan, obesitas, penggunaan kontrasepsi oral, merokok, ketinggian). Efek farmakologis dari kafein adalah serupa dengan lainnya methylxantin (termasuk yang ditemukan di berbagai teh dan cokelat).

Gambar 2.1. Struktur kimia metilxantin

(15)

mg / kg berat badan) (Hodgman, 1998). Penggunaan kafein dalam dosis hingga 10 g telah menyebabkan kejang-kejang dan muntah dengan pemulihan lengkap dalam 6 jam (Dreisbach, 1974). Efek samping yang ekstrim yang diamati pada manusia konsumsi kafein dari 1 g (15 mg / kg) (Gilman et al., 1990), termasuk kegelisahan, gugup, dan lekas marah, dan maju ke delirium, emesis, tremor neuromuskuler, dan kejang-kejang. Gejala lain termasuk takikardia dan peningkatan respirasi.

2.2.2. Sumber Kafein

Kafein adalah senyawa bersifat yang stimulan terhadap sistem saraf pusat dan juga otak,merupakan bagian dari famili methylxanthine yang secara alami banyak terkandung pada berbagai produk hasil bumi seperti dalam biji kopi, coklat, daun teh serta kacang cola. Karena secara alami banyak terkandung di dalam produk hasil bumi, maka kafein menjadi jenis stimulan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum. Di dalam berbagai produk komersial, kafein selain terkandung di dalam kopi, teh, produk coklat atau juga susu coklat, juga banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk- produk minuman seperti dalam minuman cola (soft drink) ataupun juga minuman berenergi (energy drink).

Tabel 2.1

Kopi dan minuman kopi Takaran saji Kafein (mg)

Kopi( Brewed ) 250 ml ( 1 cup or 8 oz ) 80-180 Kopi instan 250 ml ( 1 cup or 8 oz ) 76-106

Espresso ( Brewed ) 30 ml ( 1 oz ) 64-90

Cappucino or latte 250 ml ( 1 cup or 8 oz ) 45-75 Kopi dekafein 250 ml ( 1 cup or 8 oz ) 3-15 Kopi dekafein instan 250 ml ( 1 cup or 8 oz ) 3-5 Tea

(16)

2.2.3. Farmakokinetik

Kafein cepat diserap pada manusia dengan 99 persen diserap dalam waktu 45 menit dari konsumsi (Bonati et al, 1982;. Liguori et al., 1997). Ketika dikonsumsi dari minuman (paling sering kopi, teh, atau minuman ringan) kafein diserap dengan cepat dari saluran pencernaan dan didistribusikan ke seluruh cairan tubuh. Penyerapan lebih cepat dapat dicapai dengan mengunyah permen karet yang mengandung kafein atau olahan lain yang memungkinkan penyerapan melalui mukosa mulut. Konsentrasi plasma memuncak di antara 15 dan 120 menit setelah konsumsi oral. Variasi luas dalam waktu mungkin karena variasi dalam waktu pengosongan lambung dan adanya konstituen diet lainnya, seperti serat (Arnaud, 1987). Kafein mengikat reversibel dengan protein plasma, dan protein terikat pada kafein selama sekitar 10 sampai 30 persen dari jumlah plasma. Volume distribusi dalam tubuh adalah 0,7 L / kg, nilai menunjukkan bahwa itu adalah hidrofilik dan mendistribusikan secara bebas ke dalam jaringan air intraseluler (Arnaud,1993). Namun, kafein juga cukup lipofilik untuk melewati semua membran biologis dan mudah melintasi penghalang sawar darah-otak (Bonati et al., 1982). Metabolisme kafein terjadi terutama di hati, dikatalisasi oleh enzim mikrosomal hati sistem (Grant et al., 1987). Kafein dimetabolisme di hati

Teh dekafein 250 ml ( 1 cup ) 0-5

The herbal 250 ml ( 1 cup ) 0

Soft drinks and energy drinks

Minuman berenergi 250 ml ( 1 cup ) 80-125

Root beer 355 ml (1 can ) 23

Kola 355 ml ( 1 can ) 30

Cocoa Products Chocolate covered coffee,dark

or milk chocolate

60 ml ( ¼ cup ) 338-355

Hot chocolate 250 ml ( 1 cup ) 5-12

(17)

oleh sitokrom P450 sistem enzim oksidase (untuk lebih spesifik, yang isozim 1A2) menjadi tiga dimethylxanthines metabolik, yang masing-masing memiliki efek sendiri pada tubuh:

Paraxanthine (84%): Memiliki efek meningkatkan lipolisis, menyebabkan gliserol tinggi dan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah.

Theobromine (12%): Dilatasi pembuluh darah dan volume urin meningkat. Theobromine juga merupakan alkaloid utama dalam biji kakao, dan karena itu cokelat.

Teofilin (4%): melemaskan otot polos bronkus, dan digunakan untuk mengobati asma. Terapi dosis teofilin, bagaimanapun, adalah berkali-kali lebih besar dari tingkat diperoleh dari metabolisme kafein (News medical net,2013).

Hati merupakan tempat utama dalam proses metabolism kafein. Masing-masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin .Waktu paruh eliminasi berkisar antara 3-7 jam dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi jenis kelamin, usia, penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan dan merokok.Telah dilaporkan bahwa waktu paruh kafein pada wanita lebih singkat dibandingkan dengan laki-laki.

2.2.4 Farmakodinamik

(18)

aliran darah ke kulit dan organ dalaman akan menurun,tetapi pelepasan glukosa oleh hati meningkat (Nurachman, 2004).Kafein mempunyai efek kronotropik dan inotropik positif di jantung dengan cara mengaktivasi reseptor ryanodine yang meningkatkan pembukaan kanal rilis Ca2+, sehingga semakin banyak Ca2+ yang dilepaskan maka kontraktilitas jantung semakin meningkat (White, 1990). Secara tidak langsung kafein meningkatkan pelepasan epinefrin yang akan berikatan dengan β-adrenoseptor di jantung sehingga meningkatkan kontraktilitas dan denyut jantung. Kafein merangsang diuresis dengan cara meningkatkan laju filtrasi glomerulus (LFG) dan menghambat reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal (Katzung, 1997).

2.2.5. Mekanisme Kerja Kafein

Kafein mudah melintasi sawar darah-otak dan memisahkan aliran darah dari bagian dalam otak. Setelah di otak, modus utama kerja adalah sebagai non selektif antagonis reseptor adenosin. Molekul kafein secara struktural mirip dengan adenosin, dan mengikat reseptor adenosin pada permukaan sel tanpa mengaktifkan mereka (sebuah "antagonis" mekanisme tindakan). Oleh sebab itu, kafein bertindak sebagai inhibitor kompetitif. Beberapa efek sekunder dari kafein mungkin disebabkan oleh tindakan yang tidak berhubungan dengan adenosin. Seperti xanthines alkohol lainnya, kafein adalah :

a) Kompetitif non selektif inhibitor phosphodiesterase yang meningkatkan cAMP intrasel, mengaktifkan PKA, menghambat TNF-alpha dan leukotrien sintesis, dan mengurangi peradangan dan kekebalan bawaan. Kafein juga ditambahkan ke agar, yang sebagian menghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dengan menghambat siklik AMP phosphodiesterase.

(19)

Gambar 2.2. Struktur kimia kafein dan adenosin

Phosphodiesterase inhibitor menghambat cAMP-phosphodiesterase (cAMP-PDE) enzim, yang mengkonversi siklik AMP (cAMP) dalam sel untuk membentuk nonsiklik nya, sehingga memungkinkan untuk membangkitkan cAMP dalam sel. Siklik AMP berpartisipasi dalam aktivasi protein kinase A (PKA) untuk memulai fosforilasi enzim khusus yang digunakan dalam sintesis glukosa. Dengan memblok pengeluarannya, kafein mengintensifkan dan memperpanjang efek dari epinefrin dan epinefrin seperti obat-obatan seperti amfetamin, metamfetamin, dan methylphenidate. Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel parietal menyebabkan aktivasi peningkatan protein kinase A (PKA), yang pada gilirannya meningkatkan aktivasi H + / K + ATPase, sehingga akhirnya terdapat peningkatan sekresi asam lambung oleh sel. Siklik AMP juga secara langsung dapat meningkatkan denyut jantung. Kafein juga merupakan analog struktural strychnine dan suatu antagonis kompetitif pada reseptor glisin ionotropic.

(20)

inotrope yang meningkatkan denyut jantung dan efisiensi (News medical net,2013).

Reaksi utama diduga terkait dengan penghambatan phosphodieterase enzim, yang menyebabkan peningkatan siklus AMP.Pelepasan epinefrin dan norepinefrine dari medula adrenal, memproduksi stimulasi CNS. Dosis kecil dapat meningkatkan psikis dan kesadaran sensorik dan mengurangi perasaan mengantuk dan kelelahan dengan merangsang korteks serebral. Dosis yang tinggi dapat menstimulasi medula, pernapasan, vasomotor, dan vagal senter. Produksi relaksasi otot polos (terutama bronkus) dan dilatasi koroner, pulmoner, dan pembuluh darah sistemik oleh aksi langsung pada pembuluh darah muskular. Aksi diuretik yang ringan bisa terjadi akibat peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus darah dan penurunan reabsorpsi tubulus ginjal natrium dan air. Peningkatan kontraksi jantung dan cardiac output adalah dengan stimulasi langsung myocardium, juga merangsang sekresi asam lambung dan enzim pencernaan. Stimulasi sistem saraf pusat yang ringan untuk membantu tetap terjaga dan memulihkan kewaspadaan mental, dan sebagai tambahan dalam narkotika dan non narkotika analgesia. Penggunaan kafein dalam jumlah yang besar dapat mengganggu toleransi glukosa pada diabetes.Sebagai edukasi, haruslah tidak mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang besar yang boleh menyebabkan sakit kepala, pusing, gelisah, lekas marah, gugup, dan ketegangan otot akibat penggunaan yang berlebihan, serta gejala penarikan secara mendadak akibat kopi (atau oral kafein). Gejala Penarikan biasanya terjadi 12-18 jam setelah terakhir asupan kopi (Trigoboff,2005).

2.2.6. Intoksikasi

(21)

khas kurang parah konsumsi kafein yang tinggi berasal dari stimulasi dan sifat psikoaktif obat. Pasien mungkin mengeluh agitasi, gugup, sakit kepala, tremor, dan gangguan tidur. Lebih manifestasi yang mengancam jiwa yang membutuhkan pengujian tambahan dan pengobatan termasuk takidisaritmia dan gangguan elektrolit, termasuk hipokalemia, hipomagnesemia, dan hypophosphatemia. Hiperglikemia, asidosis metabolik dengan peningkatan laktat serum, dan kejang juga dapat terjadi. Presentasi klinis biasanya menyelesaikan antara 4 sampai 6 jam setelah dikonsumsi (Pohler,2010).

2.3. Mekanisme Kafein Mempengaruhi Tidur

Kafein dapat mempercepat tindakan otak agar tetap lebih waspada. Kafein berikatan dengan reseptor adenosin di otak. Adenosin ialah senyawa nukleotida yang berfungsi mengurangi aktifitas sel saraf. Seperti adenosin, molekul kafein juga menghambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak sebaliknya menghalang adenosin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormone epinefrin dirembes. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati.Tambahan, kafein juga menaikkan permukaan neurotransmitter dopamine di otak (Jasvinder Chawla,2011). Ketika seseorang membutuhkan tidur, adenosin mengirimkan sinyal kelelahan pada reseptor sel tubuh yang hasil dalam peningkatan dorongan untuk tidur (J. Snell,2011). Kafein mengikat reseptor sel di otak dan mencegah mereka dari menerima kelelahan sinyal yang diproduksi oleh adenosin, untuk menjaga individu tetap terjaga dan waspada.Penggunaan stimulant ini (misalnya, kafein dan khat) mengganggu pola tidur dan dengan penggunaan kronis dapat menyebabkan kurang kualitas tidur dan efek kesehatan jangka panjang yang merugikan (J.E James,1998).

(22)

yang setara dengan 1-3 cangkir kopi). Adenosin menurunkan tingkat pelepasan neuron dan menghambat kedua transmisi sinaptik dan pelepasan neurotransmiter. Kafein juga meningkatkan turnover pada banyak neurotransmiter, termasuk monoamina dan asetilkolin.Reseptor A1 dan A2A adenosin adalah subtipe utama yang terlibat dalam efek kafein, sedangkan A2b dan A3 reseptor hanya memainkan peran kecil. Reseptor A1 dihubungkan negatif terhadap adenyl cyclase, sedangkan reseptor A2A positif terhadap enzim ini. Reseptor adenosin

A1 didistribusikan secara luas di seluruh otak, di hipokampus,korteks serebral,serebelar dan thalamus. Sebaliknya, reseptor A2A terletak hampir secara eksklusif di striatum, inti accumbens, dan tuberkel olfaktorius. Di daerah terakhir, reseptor A2A yang coexpressed dengan enkephalin dan reseptor D2 dopamin di neuron striatal. Telah terbukti bahwa terdapat interaksi fungsional antara pusat A2A adenosin dan reseptor dopamin D2. Pemberian agonis reseptor adenosin A2A reseptor menurunkan afinitas dopamin berikatan reseptor D2 di membran striatal.

(23)

1996). Mereka yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang sedikit dapat merasakan efeknya pada waktu tidur dan kualitas tidurnya (Smith et al., 1993).

Mengkonsumsi rata-rata dua cangkir kopi per hari dapat menyebabkan orang untuk mengambil lebih lama untuk tertidur, tidur untuk jangka waktu yang lebih singkat, dan mempunyai kualitas tidur yang buruk (Smith et al., 1993). Menurut penelitian lain, placebo atau pil kafein telah diberikan sebelum tidur dan hasilnya kadar melatonin telah ditekan secara efektif yang merupakan sistem ketepatan waktu neurobiologis yang terlibat dalam proses tidur-bangun (Wright et al.,1996). Gejala Kafein tampaknya berhubungan dengan dosis. Kebanyakan orang tidak mengalami efek perilaku dengan dosis kurang dari 300 mg kafein. Tidur lebih sensitif dan dapat terganggu dengan 200 mg kafein. Pada dosis melebihi 1 g per hari, individu yang rentan mengalami efek toksik (Lande,2011).

Gambar

Gambar 2.1. Struktur kimia metilxantin
Tabel 2.1 Kopi dan minuman kopi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan sebagai Badan Usaha dengan

[r]

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Kabupaten Semarang, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak dapat

Pemberian Penjelasan Dokumen Pengadaan akan dilaksanakan secara elektronik (on line) melalui aplikasi SPSE sesuai Jadwal pada LPSE.. Peserta dan aanwijezer lapangan berkumpul

Pembuatan aplikasi kokology, game menggali potensi diri menggunakan XML, notepad untuk mengetik perintah HTML-XML, Internet Explorer 6.0 sebagai browser, Microsoft Paint dan