EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION DAN ADVERSITY
QUOTIENT TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
RAJO HASIM LUBIS NIM : 8156175020
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Rajo Hasim Lubis. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Dan Adversity Quotient Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tipe climbers dan campers (disebabkan pada penelitian tidak ada siswa yang memiliki AQ tipe
quitters) serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ dalam
mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel dalam penelitian yaitu kelas X.IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.IPA 3 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dan tes AQ yang berbentuk angket. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe climbers lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe campers dan terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
ii ABSTRACT
Rajo Hasim Lubis. Effects of Cooperative Learning Model Group Investigation and Adversity Quotient on Physics Student Learning Outcomes.
This study aims to determine: learning outcomes physics students with cooperative learning model GI and conventional learning, learning outcomes physics students who have Adversity Quotient (AQ) high and medium AQ and interaction cooperative learning model GI and AQ in affecting learning physics students. This quasi-experimental study using pretest-posttest control group design. The sample in this research is class X IPA.4 as an experimental class and class X IPA.3 as the control class is selected by simple random sampling. The instrument used is the achievement test and test AQ questionnaire form. Data was analyzed using ANOVA two ways. The results showed that: learning outcomes physics students with cooperative learning model GI better than conventional learning, learning outcomes physics students who have a high AQ better than students who have a medium AQ and there is interaction between cooperative learning model GI and AQ in influencing physics student learning outcomes.
Keywords: Cooperative GI type Model, Physics Student Learning Outcomes,
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang
berjudul “Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan
Adversity Quotient Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan. Penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari
bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan
tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku ketua program studi pendidikan Fisika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada
penyempurnaan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ridwan A Sani, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Rita
Juliani,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi sehingga
tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Prof. Motlan M.Sc.Ph.D, bapak Prof.Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan ibu
Dr. Derlina, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun pada penulisan tesis ini.
4. Bapak Muliadi,S.Pd,M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei
Tuan dan Ibu Evi Juliani, S. Pd, M.Si selaku guru fisika dan segenap dewan
iv
penelitian ini hingga selesai dan juga kepada siswa-siswi kelas X IPA 3 dan
X IPA 4 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017 atas
kerjasama dan bantuannya selama penelitian.
5. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Amaruddin Lubis dan Ibunda Nur
Habibah Siregar, serta adek-adek penulis Ali Arman Lubis dan Ira Safitrah
Lubis yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan, dan
motivasi kepada penulis selama awal hingga akhir perkuliahan dan
khsususnya orang yang selalu ada diajak susah maupun senang ialah adek
“Rahma Dina”.
6. Kepada keluarga Asisten Lab Listrik (Khairil, Hasan, Eka, Dina, Ika, Ruby,
Shabrina, Linsa, Bila, Zahra, Irfan, Bibi, Rizky). Kepada keluarga Fisika Reg
A 2015 yang telah mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta ini.
7. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa
tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Maret 2017
iv
1.7.Defenisi Operasional... 9
BAB II TINJAUAN PURTAKA ... 11
2.1. Kerangka Teoritis ... 11
2.1.1. Model Pembelajaran ... 11
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif tip GI ... 12
2.1.2.1. Ciri Khas Pembalajaran Kooperatif Tipe GI... 13
2.1.2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 14
2.1.3. Pembelajaran Konvensional ... 18
2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Konvensional... 18
2.1.3.2. Fase-fase pembelajaran Konvensional ... 19
2.1.3.3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional . 20 2.1.4. Advesity Quotient (AQ) ... 22
2.1.4.1. Dimensi-dimensi Advesity Quotient (AQ) ... 23
2.1.4.2. Faktor-faktor Pembentuk Advesity Quotient (AQ) ... 25
2.1.4.3. Tiga Tingkatan Kesulitan ... 26
2.1.4.4. Karakter Manusia Berdasarkan Tinggi Rendahnya AQ ... 27
2.1.4.5. Teori-teori Pendukung Adversity Quotient ... 29
2.1.5. Hasil Belajar ... 31
2.1.5.1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif) ... 32
2.1.5.2. Affective Domain (Kawasan Afektif) ... 35
2.1.5.3. Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotor) ... 36
2.1.6. Penelitian yang Relevan ... 37
2.2. Kerangka Konseptual ... 39
2.3. Hipotesis Penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 44
v
3.2.Populasi dan Sampel ... 44
3.2.1. Populasi Penelitian ... 44
3.2.2. Sampel Penelitian ... 44
3.3.Jenis dan Desain Penelitian... 45
3.3.1. Jenis Penelitian ... 45
3.3.2. Desain Penelitian ... 45
3.4.Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 47
3.5.Variabel Penelitian ... 51
3.6.Instrumen Penelitian ... 51
3.6.1. Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 51
3.6.1.1. Validitas Tes Hasil Belajar ... 52
3.6.2. Tes Adversity Quotient... 53
3.7.Teknik Analisis Data ... 55
3.7.1. Menghitung Simpangan Baku ... 55
3.7.2. Uji Normalitas Data ... 56
4.1.2. Analisis Adversity Quotient... 63
4.1.3. Tahap Perlakuan ... 64
4.1.4. Analisis Data Postes... 65
4.1.4.1. Uji Normalitas... 65
4.1.4.2. Uji Homogenitas ... 66
4.1.5. Deskripsi Hasil Belajar Fisika Siswa Berdasarkan AQ ... 67
4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 69
4.2. Pembahasan ... 72
4.2.1. Hasil Belajar Fisika dengan Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada Pembelajaran Konvensional ... 72
4.2.2. Hasil Belajar Fisika Siswa yang Memiliki AQ tinggi lebih baik daripada Siswa yang Memiliki AQ Rendah ... 74
4.2.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe GI dan Adversity Quotient dalam Mempengaruhi Hasil Belajar ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1. Kesimpulan ... 78
5.2. Saran ... 78
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
Lampiran 7.b Kisi-kisi Skala Adversity Quotient ... 156
Lampiran 8 Lembar Validasi AQ ... 157
Lampiran 9 Lembar Validasi THB ... 158
Lampiran 10 Rekapitulasi AQ Siswa Kelas Eksprimen ... 159
Lampiran 11 Rekapitulasi AQ Siswa Kelas Kontrol ... 160
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 161
Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 162
Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 163
Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 164
Lampiran 16 Deskripsi Statistik ... 165
Lampiran 17 Daftar Distribusi Frekuensi ... 168
Lampiran 18 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ siswa Kedua Kelas ... 171
Lampiran 19 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ di kelas Ekprimen ... 173
Lampiran 20 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ di kelas Kontrol ... 174
Lampiran 21 Uji Normalitas ... 175
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu
bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan Jerman menempatkan
pendidikan sebagai faktor strategis dalam memajukan bangsanya. Pendidikan
yang berkualitas dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
produktif. Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun pendidikan merupakan
barometer tingkat kemajuan bangsa. Upaya pembangunan pendidikan formal
dilakukan di berbagai jenjang termasuk di Indonesia yakni mulai dari pendidikan
dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Semua jenjang diharapakan
memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, namun kenyataanya
pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat
melalui nilai dan manfaat pedidikan. Rendahnya kualitas lulusan merupakan salah
satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia belum secara optimal dikembangkan.
Relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan kebutuhan masyarakat dinilai
masih rendah (Musyaddad:2013).
Rendahnya relevansi pendidikan tidak lepas dari
permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya
adalah ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar
merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai dengan berbagai
tingkah laku yang berlatar belakang dalam diri maupun di luar diri siswa (Zakir:
2
Tingkah laku siswa ketika mengalami kesulitan belajar menurut
Samudra,dkk (2014) antara lain: menunjukkan hasil belajar yang rendah; hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan; lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajar; menunjukkan sikap-sikap yang kurang
wajar; menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), mengganggu di dalam atau
di luar kelas, dan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.
Hasil observasi wawancara peneliti bersama salah seorang guru bidang
studi fisika di SMAN 1 Percut Sei Tuan yakni ketika guru mulai menjelaskan
materi hanya 50% siswa yang benar-benar mendengarkan penjelasan, sedangkan
yang lainnya ada yang ribut, bercerita dengan teman semejanya dan ketika diberi
tugas atau pekerjaan rumah, rata-rata siswa mengerjakan di sekolah dengan
menyalin tugas kawannya atau bahkan ada yang tidak mengerjakan sama sekali,
sehingga dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap bidang studi
fisika masih rendah. Rendahnya minat belajar fisika siswa, peneliti memberikan
angket kepada salah satu kelas yakni kelas X IPA-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan.
Hasil angket menyatakan dari 34 siswa hanya 5 orang yang menyukai bidang
studi fisika, data hasil angket memperkuat bahwa fisika memang bidang studi
yang tidak diminati siswa. Alasan-alasan siswa tidak menyukai fisika sesuai hasil
angket adalah terlalu banyaknya rumus-rumus yang menyebabkan siswa tidak
tertarik, proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas masih cenderung
ceramah dan penugasan, jarang melakukan praktikum dan media pembelajaran
3
Minat belajar siswa yang rendah sedikit banyaknya berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada bidang studi fisika siswa di kelas X IPA SMAN Percut
Sei Tuan. Adapun hasil belajar siswa sesuai observasi awal peneliti yaitu dari 5
kelas paralel X IPA pada T.P 2015/2016, kelas X IPA-3 yang mendapat nilai
rata-rata paling rendah tanpa remedial yakni hanya 3 siswa (9%) dari 34 siswa jumlah
dalam satu kelas yang tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu
sebesar 75. Data arsip penilaian hasil ulangan siswa di kelas X IPA-3 SMAN 1
Percut Sei Tuan T.P 2015/2016, menunjukkan materi yang paling rendah hasil
ulangan siswa adalah pada materi Listrik Dinamis yakni hanya 6 orang yang
tuntas KKM dari 34 siswa. Hasil wawancara peneliti dengan guru yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis adalah
siswa kebanyakan tidak paham tentang konsep arus, tegangan pada Hukum Ohm
dan Hukum Kirchoff II termasuk jika memakai jumlah loop nya lebih dari dua
maka siswa akan semakin tidak paham untuk menentukan tanda (+) atau (-) untuk
setiap variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya pemahaman konsep
siswa terhadap materi Listrik Dinamis.
Rendahnya hasil belajar (pemahaman konsep) fisika siswa sedikit
banyaknya bersumber dari guru. Hasil wawancara peneliti dengan guru fisika
terkait Kegaitan Belajar Mengajar (KBM) di kelas yakni jarang menggunakan
model pembelajaran yang bervariasi, termasuk tidak pernah menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan alasan kurangnya
pengetahuan beliau dengan model-model pembelajaran, kemudian metode
pembelajaran yang sering digunakan hanya menggunakan metode ceramah,
4
dalam belajar fisika karena pada hakikatnya fisika tidak lepas dengan yang
namanya praktikum. Metode praktikum pernah diterapkan guru dalam
pembelajaran tapi jarang (dari satu semester hanya dua kali dilakukan),
penyebabnya adalah alat-alat laboratorium belum lengkap dan sebahagian alat
yang ada juga sudah mulai rusak. Alasan terakhir dari guru yang menyebabkan
hasil belajar siswa rendah adalah rendahnya daya juang siswa dalam
menyelasaikan soal karena ketika diberikan soal, siswa langsung menyerah
sementara siswa masih membaca atau bahkan ada yang sekedar melihat
angka-angkanya, padahal siswa belum mecoba menyelesaikannya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan siswa memiliki Adversity Quotient (AQ) atau
daya juang yang rendah.
Menurut Stoltz (2000), AQ berakar pada bagaimana merasakan dan
menghubungkan dengan tantangan-tantangan. Orang yang memiliki AQ lebih
tinggi tidak menyalahkan pihak lain atas kemunduran yang terjadi dan mereka
bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah. Stoltz membagi tiga kelompok
manusia yang diibaratkan sedang dalam perjalanan mendaki gunung yaitu
pertama, high-AQ dinamakan Climbers, kelompok yang suka mencari tantangan.
Yang kedua, low-AQ dinamakan Quitters, kelompok yang melarikan diri dari
tantangan, dan yang ketiga AQ sedang/moderat (Campers).
Individu yang memiliki AQ tinggi mempunyai tingkat kendali yang kuat
atas peristiwa-peristiwa yang buruk. Kendali yang tinggi memiliki
implikasi-implikasi yang jangkauannya jauh dan positif, serta sangat bermanfaat untuk
kinerja, dan produktivitas. AQ yang tinggi mengajar orang untuk meningkatkan
5
dan motivasi dalam mengambil tindakan (Budiada, 2013), sehingga dapat
disimpulkan bahwa AQ diduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Permasalahan-permasalahan yang ada pada observasi awal yang
menyebabkan hasil belajar (pemahaman konsep) siswa rendah dibutuhkan suatu
upaya atau solusi dalam mengatasinya. Upaya yang dilakukan adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir, tidak terlalu menggantungkan pada guru, dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan serta dapat
membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar sehingga dengan semua diharapkan cukup ampuh untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Model pembelajaran
kooperatif tipe GI dimana nantinya siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
bermakna yang dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat mendiskusikan
masalah-masalah dengan temannya dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu, terakhir siswa
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas (Trianto,
2007).
Model pembelajaran kooperatif tipe GI sudah pernah diteliti sebelumnya
dan memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yakni
6
bahwa hasil belajar siswa antara kelas eksprimen dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibanding kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa
berhubungan dengan AQ sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2016)
menyatakan bahwa siswa yang memiliki AQ tinggi memiliki hasil belajar fisika
yang lebih baik dari siswa yang memiliki AQ rendah.
Hasil uraian yang menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
GI memberi peluang terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dan siswa
yang memiliki AQ yang tinggi sangat sesuai mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe GI, sehingga model pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap
penting dilakukan studi eksperimen dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas X SMAN 1 Percut Sei Tuan yang ditinjau dari AQ.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1) Rendahnya minat belajar fisika siswa.
2) Terlalu banyak rumus-rumus yang menyebabkan siswa tidak tertarik.
3) Proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas masih cenderung ceramah
dan penugasan.
4) Jarang melakukan metode praktikum.
5) Media pembelajaran yang digunakan tidak ada.
7
7) Pemahaman konsep siswa pada materi Listrik Dinamis masih rendah,
khusunya materi Hukum Ohm dan Hukum Khircoff II.
8) Tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.
9) Metode pembelajaran yang sering digunakan hanya menggunakan metode
ceramah, latihan dan penugasan.
10) Rendahnya AQ atau daya juang siswa dalam melakukan proses belajar
mengajar.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian adalah :
1. Menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
2. Menggunakan AQ sebagai moderator.
3. Hasil yang diamati adalah hasil belajar siswa sebagai variabel terikat.
4. Materi yang diterapkan dalam penelitian adalah Listrik Dinamis.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah :
1) Apakah hasil belajar fisika menggunakan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation lebih baik daripada hasil belajar pembelajaran
konvensional?
2) Apakah hasil belajar siswa yang mempunyai AQ tinggi (climbers) lebih baik
8
3) Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan
AQ siswa dalam meningkatkan hasil belajar Fisika?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah :
1) Untuk mengetahui apakah hasil belajar fisika menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe GI lebih baik daripada hasil belajar
pembelajaran konvensional.
2) Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang mempunyai AQ tinggi
lebih baik dari siswa yang mempunyai AQ sedang.
3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran
Kooperatif Tipe GI dengan AQ siswa dalam meningkatkan hasil belajar
Fisika.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara
teoritis dan praktis.
1) Manfaat Teoritis
a. Memberikan inspirasi dalam mengembangkan model-model pembelajaran
kreatif dan inovatif fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Mengembangkan AQ siswa untuk meningkatkan hasil belajar siwa melalui
9
2) Manfaat Praktis
a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
Kooperatif Tipe GI.
b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi untuk terus
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bagi pelajaran fisika.
c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
yang lebih kreatif dan inovatif.
1.7. Defenisi Operasional
Pemberian konsep yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan defenisi
operasional sebagai berikut :
1) Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Langkah-langkahnya: tahap
pengelompokkan (grouping), tahap perencanaan (planning), tahap
penyelidikan (investigation), tahap pengorganisasian (organizing), tahap
presentasi (presenting), tahap evaluasi (evaluating). Model Group
Investigation dapat dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan
begitu efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademis serta
mampu menyentuh proses dan aspek-aspek sosial. Model ini juga
memunculkan sebuah pengasuhan atau pengarahan satu sama lain dengan
suasana kehangatan dan penuh kepercayaan, respon positif terhadap
10
dan tidak terikat, serta rasa peka terhadap hak orang lain (Thelen dalam
Joyce, 2009).
2) Model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional di
mana proses pembelajaran masih dilakukan dengan cara yang lama, yaitu
penyampaian materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah. “Metode
ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar” (Djamarah
dan Zain, 2010).
3) Adversity Quotient adalah kecerdasan yang diperlukan oleh setiap individu
untuk mengatasi masalah atau kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini
(Stoltz, 2000).
4) Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa yang terjadi setelah mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Perubahan
perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar. Pencapaian didasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat berupa perubahan
80 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Hasil belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe GI lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa dengan penerapan
pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe climbers lebih baik daripada
hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe campers.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ
dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa
saran sebagai berikut:
1. Hendaknya diperhatikan pembagian anggota kelompok misalnya jangan
terlalu banyak anggota dalam kelompok karena dapat menyebabkan
anggota kelompok tidak bekerja sepenuhnya agar proses pembelajaran
berjalan dengan baik.
2. Hendaknya menggunakan media interaktif agar dapat mengalokasikan
waktu mengajar dengan baik serta dapat meningkatkan minat dan antusias
81
3. Hendaknya lebih memperhatikan hasil belajar siswa dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, memantau kegiatan siswa
serta mengarahkan siswa untuk tekun belajar.
4. Hendaknya melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini terhadap
siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara kerja model
pembelajaran ini ketika melakukan penelitian,sehingga model
82
DAFTAR PUSTAKA
Arends,R. 2008. Learning to teach. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Aristi, A, F. 2014. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa MAN Tanjung Balai.
Jurnal Pendidikan Fisika, 3(2): 1-7.
Budiada, I W. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X Ditinjau dari Adversity Quotient. Jurnal Pendidikan, 1-16.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Hosnan. 2014. Perdekatan Sainstifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Irwan,N, Sani,R,A. 2015. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Team Work Skills Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika, 4(1): 41-48.
Joyce,B ,Weil,M, Calhoun,E. 2009. Models Of Teaching. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Belajar.
Mitchell, M, G., Monthgomery H., Holder M. 2008. Group Investigation as a Cooperative Learning Strategy: An Integrated Analysis of the Literature. Jurnal. The Alberta Journal of Educational Research, 54(4).
Musyaddad, K. 2013. Problematika Pendidikan Indonesia. Edu-Bio, 4: 51-57.
Mutiara. 2014. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Penguasaan Materi Fisika Prasyarat terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Jurnal Pendidika Fisika, 3(2): 46-52.
Pratama, R, R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
83
Purwadi, Suwandi, S., Slamet. 2013. The Effect of the Contextual, the Problem-Based, and the Group Investigation Learning Models on the Short Story Appreciation Ability Viewed from the Verbal Linguistic Intelligences.
Jurnal Education and Practice, 4(12).
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Samudra, Suastra, Suma. 2014. Permasalaha-permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja Dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 4(-):-.
Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran Berorierntasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning;Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media,.
Stoltz, P, C. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi
Peluang. Jakarta: Gramedia.
Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendri, D, Sahyar. 2012, Efek Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester I SMP Al-Fityan Medan. Jurnal Online Pendidika Fisika, 1(1): 70-80.
Tambunan, E dan Bukit, N. 2015. Analisis Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu. Jurnal Pendidikan
Fisika, 4(1): 49-56.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep,
Landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
Wismayana, Ngurah P. 2007. Pengaruh Model Belajar Berbasis Masalah danAdversity Quotient Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika dan Konsep Diri Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Abstrak Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 2(-): 21-22.
84
terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Sains Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(-): 1-12.
Zakir, S. 2007. Usaha Guru Dalam Mengatasi Anak Yang Bermasalah Dalam
Belajar, (Online), (http://manzaku.blogspot.com/2007/09/mengatasi-masalah-belajar.html, diakses tanggal 30 Oktober 2016).