• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION DAN ADVERSITY

QUOTIENT TERHADAP HASIL

BELAJAR FISIKA SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

RAJO HASIM LUBIS NIM : 8156175020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Rajo Hasim Lubis. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation Dan Adversity Quotient Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tipe climbers dan campers (disebabkan pada penelitian tidak ada siswa yang memiliki AQ tipe

quitters) serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ dalam

mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel dalam penelitian yaitu kelas X.IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.IPA 3 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dan tes AQ yang berbentuk angket. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe climbers lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe campers dan terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Rajo Hasim Lubis. Effects of Cooperative Learning Model Group Investigation and Adversity Quotient on Physics Student Learning Outcomes.

This study aims to determine: learning outcomes physics students with cooperative learning model GI and conventional learning, learning outcomes physics students who have Adversity Quotient (AQ) high and medium AQ and interaction cooperative learning model GI and AQ in affecting learning physics students. This quasi-experimental study using pretest-posttest control group design. The sample in this research is class X IPA.4 as an experimental class and class X IPA.3 as the control class is selected by simple random sampling. The instrument used is the achievement test and test AQ questionnaire form. Data was analyzed using ANOVA two ways. The results showed that: learning outcomes physics students with cooperative learning model GI better than conventional learning, learning outcomes physics students who have a high AQ better than students who have a medium AQ and there is interaction between cooperative learning model GI and AQ in influencing physics student learning outcomes.

Keywords: Cooperative GI type Model, Physics Student Learning Outcomes,

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang

berjudul “Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan

Adversity Quotient Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh

dengan ilmu pengetahuan. Penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari

bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan

tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku ketua program studi pendidikan Fisika

Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada

penyempurnaan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ridwan A Sani, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Rita

Juliani,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Motlan M.Sc.Ph.D, bapak Prof.Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan ibu

Dr. Derlina, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang membangun pada penulisan tesis ini.

4. Bapak Muliadi,S.Pd,M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei

Tuan dan Ibu Evi Juliani, S. Pd, M.Si selaku guru fisika dan segenap dewan

(8)

iv

penelitian ini hingga selesai dan juga kepada siswa-siswi kelas X IPA 3 dan

X IPA 4 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tahun ajaran 2016/2017 atas

kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

5. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Amaruddin Lubis dan Ibunda Nur

Habibah Siregar, serta adek-adek penulis Ali Arman Lubis dan Ira Safitrah

Lubis yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan, dan

motivasi kepada penulis selama awal hingga akhir perkuliahan dan

khsususnya orang yang selalu ada diajak susah maupun senang ialah adek

“Rahma Dina”.

6. Kepada keluarga Asisten Lab Listrik (Khairil, Hasan, Eka, Dina, Ika, Ruby,

Shabrina, Linsa, Bila, Zahra, Irfan, Bibi, Rizky). Kepada keluarga Fisika Reg

A 2015 yang telah mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta ini.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa

tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2017

(9)

iv

1.7.Defenisi Operasional... 9

BAB II TINJAUAN PURTAKA ... 11

2.1. Kerangka Teoritis ... 11

2.1.1. Model Pembelajaran ... 11

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif tip GI ... 12

2.1.2.1. Ciri Khas Pembalajaran Kooperatif Tipe GI... 13

2.1.2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 14

2.1.3. Pembelajaran Konvensional ... 18

2.1.3.1. Pengertian Pembelajaran Konvensional... 18

2.1.3.2. Fase-fase pembelajaran Konvensional ... 19

2.1.3.3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional . 20 2.1.4. Advesity Quotient (AQ) ... 22

2.1.4.1. Dimensi-dimensi Advesity Quotient (AQ) ... 23

2.1.4.2. Faktor-faktor Pembentuk Advesity Quotient (AQ) ... 25

2.1.4.3. Tiga Tingkatan Kesulitan ... 26

2.1.4.4. Karakter Manusia Berdasarkan Tinggi Rendahnya AQ ... 27

2.1.4.5. Teori-teori Pendukung Adversity Quotient ... 29

2.1.5. Hasil Belajar ... 31

2.1.5.1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif) ... 32

2.1.5.2. Affective Domain (Kawasan Afektif) ... 35

2.1.5.3. Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotor) ... 36

2.1.6. Penelitian yang Relevan ... 37

2.2. Kerangka Konseptual ... 39

2.3. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

(10)

v

3.2.Populasi dan Sampel ... 44

3.2.1. Populasi Penelitian ... 44

3.2.2. Sampel Penelitian ... 44

3.3.Jenis dan Desain Penelitian... 45

3.3.1. Jenis Penelitian ... 45

3.3.2. Desain Penelitian ... 45

3.4.Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 47

3.5.Variabel Penelitian ... 51

3.6.Instrumen Penelitian ... 51

3.6.1. Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 51

3.6.1.1. Validitas Tes Hasil Belajar ... 52

3.6.2. Tes Adversity Quotient... 53

3.7.Teknik Analisis Data ... 55

3.7.1. Menghitung Simpangan Baku ... 55

3.7.2. Uji Normalitas Data ... 56

4.1.2. Analisis Adversity Quotient... 63

4.1.3. Tahap Perlakuan ... 64

4.1.4. Analisis Data Postes... 65

4.1.4.1. Uji Normalitas... 65

4.1.4.2. Uji Homogenitas ... 66

4.1.5. Deskripsi Hasil Belajar Fisika Siswa Berdasarkan AQ ... 67

4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 69

4.2. Pembahasan ... 72

4.2.1. Hasil Belajar Fisika dengan Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada Pembelajaran Konvensional ... 72

4.2.2. Hasil Belajar Fisika Siswa yang Memiliki AQ tinggi lebih baik daripada Siswa yang Memiliki AQ Rendah ... 74

4.2.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe GI dan Adversity Quotient dalam Mempengaruhi Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 78

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

viii

Lampiran 7.b Kisi-kisi Skala Adversity Quotient ... 156

Lampiran 8 Lembar Validasi AQ ... 157

Lampiran 9 Lembar Validasi THB ... 158

Lampiran 10 Rekapitulasi AQ Siswa Kelas Eksprimen ... 159

Lampiran 11 Rekapitulasi AQ Siswa Kelas Kontrol ... 160

Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 161

Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 162

Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 163

Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 164

Lampiran 16 Deskripsi Statistik ... 165

Lampiran 17 Daftar Distribusi Frekuensi ... 168

Lampiran 18 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ siswa Kedua Kelas ... 171

Lampiran 19 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ di kelas Ekprimen ... 173

Lampiran 20 Hasil Belajar Fisika Berdasarkan AQ di kelas Kontrol ... 174

Lampiran 21 Uji Normalitas ... 175

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu

bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan Jerman menempatkan

pendidikan sebagai faktor strategis dalam memajukan bangsanya. Pendidikan

yang berkualitas dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

produktif. Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun pendidikan merupakan

barometer tingkat kemajuan bangsa. Upaya pembangunan pendidikan formal

dilakukan di berbagai jenjang termasuk di Indonesia yakni mulai dari pendidikan

dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Semua jenjang diharapakan

memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, namun kenyataanya

pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat

melalui nilai dan manfaat pedidikan. Rendahnya kualitas lulusan merupakan salah

satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia belum secara optimal dikembangkan.

Relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan kebutuhan masyarakat dinilai

masih rendah (Musyaddad:2013).

Rendahnya relevansi pendidikan tidak lepas dari

permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya

adalah ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar

merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang ditandai dengan berbagai

tingkah laku yang berlatar belakang dalam diri maupun di luar diri siswa (Zakir:

(14)

2

Tingkah laku siswa ketika mengalami kesulitan belajar menurut

Samudra,dkk (2014) antara lain: menunjukkan hasil belajar yang rendah; hasil

yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan; lambat dalam

melakukan tugas-tugas kegiatan belajar; menunjukkan sikap-sikap yang kurang

wajar; menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang

terlambat, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), mengganggu di dalam atau

di luar kelas, dan menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

Hasil observasi wawancara peneliti bersama salah seorang guru bidang

studi fisika di SMAN 1 Percut Sei Tuan yakni ketika guru mulai menjelaskan

materi hanya 50% siswa yang benar-benar mendengarkan penjelasan, sedangkan

yang lainnya ada yang ribut, bercerita dengan teman semejanya dan ketika diberi

tugas atau pekerjaan rumah, rata-rata siswa mengerjakan di sekolah dengan

menyalin tugas kawannya atau bahkan ada yang tidak mengerjakan sama sekali,

sehingga dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap bidang studi

fisika masih rendah. Rendahnya minat belajar fisika siswa, peneliti memberikan

angket kepada salah satu kelas yakni kelas X IPA-3 SMAN 1 Percut Sei Tuan.

Hasil angket menyatakan dari 34 siswa hanya 5 orang yang menyukai bidang

studi fisika, data hasil angket memperkuat bahwa fisika memang bidang studi

yang tidak diminati siswa. Alasan-alasan siswa tidak menyukai fisika sesuai hasil

angket adalah terlalu banyaknya rumus-rumus yang menyebabkan siswa tidak

tertarik, proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas masih cenderung

ceramah dan penugasan, jarang melakukan praktikum dan media pembelajaran

(15)

3

Minat belajar siswa yang rendah sedikit banyaknya berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa pada bidang studi fisika siswa di kelas X IPA SMAN Percut

Sei Tuan. Adapun hasil belajar siswa sesuai observasi awal peneliti yaitu dari 5

kelas paralel X IPA pada T.P 2015/2016, kelas X IPA-3 yang mendapat nilai

rata-rata paling rendah tanpa remedial yakni hanya 3 siswa (9%) dari 34 siswa jumlah

dalam satu kelas yang tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu

sebesar 75. Data arsip penilaian hasil ulangan siswa di kelas X IPA-3 SMAN 1

Percut Sei Tuan T.P 2015/2016, menunjukkan materi yang paling rendah hasil

ulangan siswa adalah pada materi Listrik Dinamis yakni hanya 6 orang yang

tuntas KKM dari 34 siswa. Hasil wawancara peneliti dengan guru yang

menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis adalah

siswa kebanyakan tidak paham tentang konsep arus, tegangan pada Hukum Ohm

dan Hukum Kirchoff II termasuk jika memakai jumlah loop nya lebih dari dua

maka siswa akan semakin tidak paham untuk menentukan tanda (+) atau (-) untuk

setiap variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya pemahaman konsep

siswa terhadap materi Listrik Dinamis.

Rendahnya hasil belajar (pemahaman konsep) fisika siswa sedikit

banyaknya bersumber dari guru. Hasil wawancara peneliti dengan guru fisika

terkait Kegaitan Belajar Mengajar (KBM) di kelas yakni jarang menggunakan

model pembelajaran yang bervariasi, termasuk tidak pernah menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan alasan kurangnya

pengetahuan beliau dengan model-model pembelajaran, kemudian metode

pembelajaran yang sering digunakan hanya menggunakan metode ceramah,

(16)

4

dalam belajar fisika karena pada hakikatnya fisika tidak lepas dengan yang

namanya praktikum. Metode praktikum pernah diterapkan guru dalam

pembelajaran tapi jarang (dari satu semester hanya dua kali dilakukan),

penyebabnya adalah alat-alat laboratorium belum lengkap dan sebahagian alat

yang ada juga sudah mulai rusak. Alasan terakhir dari guru yang menyebabkan

hasil belajar siswa rendah adalah rendahnya daya juang siswa dalam

menyelasaikan soal karena ketika diberikan soal, siswa langsung menyerah

sementara siswa masih membaca atau bahkan ada yang sekedar melihat

angka-angkanya, padahal siswa belum mecoba menyelesaikannya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan siswa memiliki Adversity Quotient (AQ) atau

daya juang yang rendah.

Menurut Stoltz (2000), AQ berakar pada bagaimana merasakan dan

menghubungkan dengan tantangan-tantangan. Orang yang memiliki AQ lebih

tinggi tidak menyalahkan pihak lain atas kemunduran yang terjadi dan mereka

bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah. Stoltz membagi tiga kelompok

manusia yang diibaratkan sedang dalam perjalanan mendaki gunung yaitu

pertama, high-AQ dinamakan Climbers, kelompok yang suka mencari tantangan.

Yang kedua, low-AQ dinamakan Quitters, kelompok yang melarikan diri dari

tantangan, dan yang ketiga AQ sedang/moderat (Campers).

Individu yang memiliki AQ tinggi mempunyai tingkat kendali yang kuat

atas peristiwa-peristiwa yang buruk. Kendali yang tinggi memiliki

implikasi-implikasi yang jangkauannya jauh dan positif, serta sangat bermanfaat untuk

kinerja, dan produktivitas. AQ yang tinggi mengajar orang untuk meningkatkan

(17)

5

dan motivasi dalam mengambil tindakan (Budiada, 2013), sehingga dapat

disimpulkan bahwa AQ diduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Permasalahan-permasalahan yang ada pada observasi awal yang

menyebabkan hasil belajar (pemahaman konsep) siswa rendah dibutuhkan suatu

upaya atau solusi dalam mengatasinya. Upaya yang dilakukan adalah dengan

menerapkan model pembelajaran yang meningkatkan motivasi dan memberikan

rangsangan untuk berpikir, tidak terlalu menggantungkan pada guru, dapat

mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan serta dapat

membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar sehingga dengan semua diharapkan cukup ampuh untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Model pembelajaran

kooperatif tipe GI dimana nantinya siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan

bermakna yang dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat mendiskusikan

masalah-masalah dengan temannya dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok

yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan

penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu, terakhir siswa

menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas (Trianto,

2007).

Model pembelajaran kooperatif tipe GI sudah pernah diteliti sebelumnya

dan memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yakni

(18)

6

bahwa hasil belajar siswa antara kelas eksprimen dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibanding kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa

berhubungan dengan AQ sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2016)

menyatakan bahwa siswa yang memiliki AQ tinggi memiliki hasil belajar fisika

yang lebih baik dari siswa yang memiliki AQ rendah.

Hasil uraian yang menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

GI memberi peluang terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dan siswa

yang memiliki AQ yang tinggi sangat sesuai mengikuti model pembelajaran

kooperatif tipe GI, sehingga model pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap

penting dilakukan studi eksperimen dalam upaya untuk meningkatkan hasil

belajar fisika siswa kelas X SMAN 1 Percut Sei Tuan yang ditinjau dari AQ.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1) Rendahnya minat belajar fisika siswa.

2) Terlalu banyak rumus-rumus yang menyebabkan siswa tidak tertarik.

3) Proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas masih cenderung ceramah

dan penugasan.

4) Jarang melakukan metode praktikum.

5) Media pembelajaran yang digunakan tidak ada.

(19)

7

7) Pemahaman konsep siswa pada materi Listrik Dinamis masih rendah,

khusunya materi Hukum Ohm dan Hukum Khircoff II.

8) Tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.

9) Metode pembelajaran yang sering digunakan hanya menggunakan metode

ceramah, latihan dan penugasan.

10) Rendahnya AQ atau daya juang siswa dalam melakukan proses belajar

mengajar.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian adalah :

1. Menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Menggunakan AQ sebagai moderator.

3. Hasil yang diamati adalah hasil belajar siswa sebagai variabel terikat.

4. Materi yang diterapkan dalam penelitian adalah Listrik Dinamis.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah :

1) Apakah hasil belajar fisika menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation lebih baik daripada hasil belajar pembelajaran

konvensional?

2) Apakah hasil belajar siswa yang mempunyai AQ tinggi (climbers) lebih baik

(20)

8

3) Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan

AQ siswa dalam meningkatkan hasil belajar Fisika?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah :

1) Untuk mengetahui apakah hasil belajar fisika menggunakan model

pembelajaran Kooperatif Tipe GI lebih baik daripada hasil belajar

pembelajaran konvensional.

2) Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang mempunyai AQ tinggi

lebih baik dari siswa yang mempunyai AQ sedang.

3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran

Kooperatif Tipe GI dengan AQ siswa dalam meningkatkan hasil belajar

Fisika.

1.6.Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara

teoritis dan praktis.

1) Manfaat Teoritis

a. Memberikan inspirasi dalam mengembangkan model-model pembelajaran

kreatif dan inovatif fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Mengembangkan AQ siswa untuk meningkatkan hasil belajar siwa melalui

(21)

9

2) Manfaat Praktis

a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran

Kooperatif Tipe GI.

b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi untuk terus

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bagi pelajaran fisika.

c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran

yang lebih kreatif dan inovatif.

1.7. Defenisi Operasional

Pemberian konsep yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan defenisi

operasional sebagai berikut :

1) Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa

sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Langkah-langkahnya: tahap

pengelompokkan (grouping), tahap perencanaan (planning), tahap

penyelidikan (investigation), tahap pengorganisasian (organizing), tahap

presentasi (presenting), tahap evaluasi (evaluating). Model Group

Investigation dapat dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan

begitu efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademis serta

mampu menyentuh proses dan aspek-aspek sosial. Model ini juga

memunculkan sebuah pengasuhan atau pengarahan satu sama lain dengan

suasana kehangatan dan penuh kepercayaan, respon positif terhadap

(22)

10

dan tidak terikat, serta rasa peka terhadap hak orang lain (Thelen dalam

Joyce, 2009).

2) Model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional di

mana proses pembelajaran masih dilakukan dengan cara yang lama, yaitu

penyampaian materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah. “Metode

ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena

sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan

antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar” (Djamarah

dan Zain, 2010).

3) Adversity Quotient adalah kecerdasan yang diperlukan oleh setiap individu

untuk mengatasi masalah atau kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini

(Stoltz, 2000).

4) Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa yang terjadi setelah mengikuti

proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan

yang diberikan dalam proses belajar. Pencapaian didasarkan atas tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar dapat berupa perubahan

(23)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Hasil belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe GI lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa dengan penerapan

pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe climbers lebih baik daripada

hasil belajar fisika siswa yang memiliki AQ tipe campers.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan AQ

dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa

saran sebagai berikut:

1. Hendaknya diperhatikan pembagian anggota kelompok misalnya jangan

terlalu banyak anggota dalam kelompok karena dapat menyebabkan

anggota kelompok tidak bekerja sepenuhnya agar proses pembelajaran

berjalan dengan baik.

2. Hendaknya menggunakan media interaktif agar dapat mengalokasikan

waktu mengajar dengan baik serta dapat meningkatkan minat dan antusias

(24)

81

3. Hendaknya lebih memperhatikan hasil belajar siswa dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, memantau kegiatan siswa

serta mengarahkan siswa untuk tekun belajar.

4. Hendaknya melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini terhadap

siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara kerja model

pembelajaran ini ketika melakukan penelitian,sehingga model

(25)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arends,R. 2008. Learning to teach. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Aristi, A, F. 2014. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa MAN Tanjung Balai.

Jurnal Pendidikan Fisika, 3(2): 1-7.

Budiada, I W. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X Ditinjau dari Adversity Quotient. Jurnal Pendidikan, 1-16.

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Hosnan. 2014. Perdekatan Sainstifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Irwan,N, Sani,R,A. 2015. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Team Work Skills Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

Jurnal Pendidikan Fisika, 4(1): 41-48.

Joyce,B ,Weil,M, Calhoun,E. 2009. Models Of Teaching. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Belajar.

Mitchell, M, G., Monthgomery H., Holder M. 2008. Group Investigation as a Cooperative Learning Strategy: An Integrated Analysis of the Literature. Jurnal. The Alberta Journal of Educational Research, 54(4).

Musyaddad, K. 2013. Problematika Pendidikan Indonesia. Edu-Bio, 4: 51-57.

Mutiara. 2014. Efek Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Penguasaan Materi Fisika Prasyarat terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Jurnal Pendidika Fisika, 3(2): 46-52.

Pratama, R, R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan

(26)

83

Purwadi, Suwandi, S., Slamet. 2013. The Effect of the Contextual, the Problem-Based, and the Group Investigation Learning Models on the Short Story Appreciation Ability Viewed from the Verbal Linguistic Intelligences.

Jurnal Education and Practice, 4(12).

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Samudra, Suastra, Suma. 2014. Permasalaha-permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja Dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 4(-):-.

Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran Berorierntasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning;Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media,.

Stoltz, P, C. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi

Peluang. Jakarta: Gramedia.

Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhendri, D, Sahyar. 2012, Efek Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester I SMP Al-Fityan Medan. Jurnal Online Pendidika Fisika, 1(1): 70-80.

Tambunan, E dan Bukit, N. 2015. Analisis Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu. Jurnal Pendidikan

Fisika, 4(1): 49-56.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep,

Landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Wismayana, Ngurah P. 2007. Pengaruh Model Belajar Berbasis Masalah danAdversity Quotient Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika dan Konsep Diri Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Abstrak Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan, 2(-): 21-22.

(27)

84

terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Sains Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(-): 1-12.

Zakir, S. 2007. Usaha Guru Dalam Mengatasi Anak Yang Bermasalah Dalam

Belajar, (Online), (http://manzaku.blogspot.com/2007/09/mengatasi-masalah-belajar.html, diakses tanggal 30 Oktober 2016).

Gambar

Gambar 2.1. Tiga Tingkatan Kesulitan  ......................................................

Referensi

Dokumen terkait

waktu, antar satuan panjang, dan  Menyebutkan berbagai  mengamati berbagai alat ukur berat yang. 6 jp  Buku Tematik

Pada sesi psikoedukasi, subjek di Pedukuhan X diberikan pehaman bahwa gangguan jiwa berat ditandai oleh hilangnya kontak pasien dengan realita, muncul waham dan

Bobot kering total tanaman pada pengamatan umur 35 hst perlakuan pupuk kandang ayam 10 t ha -1 dengan penambahan 25% pupuk anorganik memperoleh hasil yang

matematika dengan nilai F hitung = 4,045.. 2) Terdapat pengaruh tingkat aktivitas belajar terhadap prestasi belajar. matematika pada pokok bahasan persegi panjang,

Tindakan demikian akan membuat harga yang diterima oleh petani tidak akan terlalu jauh berbeda dengan harga jual yang dilakukan pihak pengolah kemenyan, tetapi sampai saat

- Dikembalikan 50% dari biaya registrasi yang telah dibayar apabila mengundurkan diri / diterima di PTS lain.. - Dikembalikan 100% dari biaya registrasi yang telah apabila diterima

yang diperoleh konsumen dalam penyewaan kaset di Movie Station

Pada era modern saat ini, perkembangan teknologi komputer saat ini sudah berkembang pesat dan sudah banyak instansi atau organisasi-organisasi pada perusahaan atau