ABSTRAK
PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE MEREK IPHONE PADA
MAHASISWA ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FISIP USU
Nama : Debby Kartika Hasan NIM : 110907066
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Muhammad Arifin, S.Sos, MSP
Kualitas produk yang baik dapat memenangkan persaingan antar smartphone dan merek juga ikut mempengaruhi persepsi masyarakat untuk melakukan pembelian. Smartphone merek iPhone merupakan salah satu merek smartphone yang dikenal masyarakat sebagai salah satu smartphone yang memiliki kualitas produk yang tinggi dan fitur-fiturnya yang canggih. Selain itu, iPhone juga memilki nilai prestise yang tinggi bagi pemakainya dibandingkan dengan merek smartphone lainnya.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU, seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU dan seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling dan Accidental Sampling. Penulis mengambil sampel sebanyak 85 responden. Teknik pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS 19,0.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai positif sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian dengan tingkat pengaruh sebesar 94,1% dan sisanya 5,9% dipengaruhi oleh faktor lain, sehingga hipotesisnya menyatakan ada pengaruh antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU dapat diterima.
ABSTRACT
EFFECT OF PRODUCT QUALITY AND BRAND AGAINST PURCHASE DECISION SMARTPHONE IPHONE BRAND IN STUDENT OF SCIENCE
BUSINESS ADMINISTRATION FISIP USU
Name : Debby Kartika Hasan NIM : 110907066 Departmen : Business Administration Faculty : Social Science and Political Science Adviser : Muhammad Arifin, S.Sos, MSP
Good product quality to win the competition between smartphones and brand also influence the perception of the public to make purchases. Smartphone iPhone brand is one smartphone brand known to the public as one of the smartphones that have high product quality and its advanced features. In addition, the iPhone also have the high prestige value for the wearer compared with other smartphone brands.
Formulation of the problem in this research is how much influence the quality of products on purchase decisions branded iPhone smartphone on students of Business Administration / Business FISIP USU, how much influence the purchasing decision smartphone brand brand iPhone on students of Business Administration / Business FISIP USU and how much influence product quality and brand to brand iPhone smartphone buying decision on the students of Business Administration / Business FISIP USU.
Forms of research used in this research is associative with a quantitative approach. Methods of data collection is done through a questionnaire, literature study and documentation study. The sampling technique used in this study is Snowball sampling and accidental sampling. The authors took a sample of 85 respondents. Data processing techniques using the SPSS 19.0 software.
Based on the hypothesis test obtained a positive value of 0.000. This means that a significant difference between the quality of products and brands to influence purchase decisions with a level of 94.1% and the remaining 5.9% is influenced by other factors, so the hypothesis states there is influence between product quality and brand to brand iPhone smartphone buying decision the students of Business Administration / Business FISIP USU acceptable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan di era globalisasi saat ini membawa dampak
pada dunia usaha.Hal ini membuat perusahaan harus selalu dapat bersaing untuk peningkatan kualitas produk dan jasadalam pasar domestik maupun pasar global. Tuntutan akan kebutuhan informasi yang sangat cepat dan mudah membuat para
produsen yang bergerak dalam bidang komunikasi melakukan inovasi baru dengan menciptakan alat komunikasi yang praktis, salah satunya yaitu
menciptakan telepon seluler (ponsel) atau yang lebih dikenal dengan handphone. Saat ini perkembangan teknologi handphone semakin hari semakin pesat, baik fasilitas serta fitur-fiturnya terus ditingkatkan. Sebagai sebuah produk
teknologi maka setiap produsen handphone tidah akan pernah berhenti untuk terus meningkatkan kemampuannya karena berhenti berinovasi berarti mati dan pasar
akan direbut oleh produsen merek lain. Di sisi perkembangan bisnisnya, handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak
dan beragamnya produk handphone yang ditawarkan oleh perusahaan dan
pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Sebagai contohnya, banyaknya produsen yang menciptakan produk telepon pintar yang lebih sering
kita kenal dengan smartphone.
Smartphone merupakan alat komunikasi yang fleksibel dan sangat
membantu bagi proseskomunikasi dan pencarian informasi karena dapat dibawa
terletak pada bentuk, ukuran dan fasilitasnya. Semakin menarik bentuk smartphone maka fasilitas kegunaannya juga semakin lengkap. Dalam memilih
produk smartphone, konsumen mempertimbangkan beberapa faktorseperti harga, kualitas produk, merek dan sebagainya. Dengan adanya merekakan memudahkan bagi masyarakat untuk mengingat suatu produk yangnantinya akan membedakan
dengan produk yang lain yang sejenis. Merekpada gilirannya perlu dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggisehingga konsumen dapat memahami
sebuah produk hanya melalui fungsi,citra dan mutu. Mobilitas masyarakat yang tinggi membutuhkan saranakomunikasi yang fleksibel. Perusahaaan smartphone berusaha memenuhidengan memproduksi berbagai macam smartphone yang dapat
memberikankeuntungan bagi perusahaan itu sendiri salah satunya yaitu perusahaan Apple dengan merek smartphonenya yaitu iPhone.
iPhone merupakan salah satu merek smartphone yang dikenal masyarakat.
iPhone dikenal sebagai salah satu smartphone yang memiliki kualitas produk
yang tinggi dan fitur-fitur yang canggih. Selain itu iPhone juga memiliki nilai
prestise yang tinggi bagi pemakainya dibandingkan dengan merek smartphone lain.
Sekarang ini, smartphone dengan berbagai merek telah dipasarkan diseluruh Indonesia serta mendapatkan respon positif dari para konsumen, seperti contohnya merek iPhone.Berikut adalah tabel data penjualan smartphone dengan merek
Tabel 1.1
Tabel Penjualan Smartphone 2014
Company 2Q14
Sumber: Gartner (Desember 2014), www.idtechniasia.com/laporan-penjualan-smartphone-q3-2014/ diakses pada hari Rabu, 25 Maret 2015 jam: 10.03 WIB
Berdasarkan tabel diatas, iPhone menempati peringkat kedua dalam pasar
smartphone. Dari tabel diatas kita juga dapat melihat bahwa iPhone mengalami
peningkatan dalam hal penjualan produknya. Dari tabel juga dapat kita lihat
bahwa penjualan smartphone merek yang menjadi nomor satu dalam tabel mengalami penurunan.
Begitu banyaknya merek smartphone yang ada dipasaran membuat
persaingan antar smartphone tersebut meningkat. Dalam hal ini untuk dapat memenangkan persaingan maka para pemilik merek smartphone harus
memberikan kualitas produk yang baik untuk dapat memenangkan persaingan selain itu, merek smartphone juga ikut mempengaruhi persepsi masyarakat untuk membeli smartphone maka dengan melihat fenomena inipenulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang diberi judul:“Pengaruh Kualitas Produk dan MerekTerhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek iPhone pada
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi
Niaga/Bisnis FISIP USU?
2. Seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian
smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi
Niaga/Bisnis FISIP USU?
3. Seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan
pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah mempunyai jalan
dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa Ilmu Administrasi
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa
Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis, untuk menerapkan langsung teori-teori yang didapatkan
selama kuliah dan untuk lebih memahami sejauh mana peranan kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian.
2. Bagi Program Studi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Kualitas
Produk yang baik seharusnya memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat sehingga masyarakat senantiasa merasa puas dengan
produk yang telah diberikan. Pengertian atau makna kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga
menghasilkan defenisi-defenisi yang berbeda pula. Berikut ini beberapa pengertian mengenai kualitas:
1. Goesth dan Davis dalam Tjiptono (2005:10) mengemukakan bahwa
kualitas diartikan sebagai suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi dan melebihi harapan.
2. Lukman (2000:11) mengartikan kualitas adalah sebagai janji pelayanan agar yang dilayani itu merasa diuntungkan.
3. Menurut American Society for Quality Control dalamKotler dan Keller (2009:143), kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau
jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Dari pengertian tersebut tampak bahwa disamping kualitas itu menunujuk pada pengertian
penyempurnaan secara terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan.
2.2Perspektif Terhadap Kualitas
Garvin dalam Lovelock (1994:98) dalam Tjiptono dan Diana (2001:24)
mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu :
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan.
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut
yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung
pada orang yang memandangnya dan produk yang paling memuaskan preferensi yang dimiliki produk seseorang misalnya (perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan
mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements).
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
2.3 Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi
suatu keinginan atau kebutuhan. (Kotler dan Armstrong, 1991:347) Berikut ini beberapa defenisi produk menurut para pakar di bidangnya :
1. Menurut William J. Stanton dalam Sunyoto (2012:68) ada dua arti
mengenai produk, yaitu :
a. Dalam arti sempit, a product is a set of tangible physical attributes
assenabled in an identifiable form (sebuah produk adalah sekelompok
atribut fisik nyata yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan).
b. Dalam arti luas, a product is a set of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price, quality, and brand plus the
service and reputation of the seller (sebuah produk adalah sekelompok
atribut nyata dan tidak nyata, di dalamnya termasuk kemasan, warna, harga mutu dan merek ditambah dengan pelayanan dan reputasi penjual).
2. Menurut Philip Kotler dalam Sunyoto (2012:69) a product is anything that be offered to a market for attention acquisition, use or
compsumption that might satisfy a want or need (sebuah produk adalah
dimiliki, dipakai atau dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan).
3. Menurut Irawan dalam Sunyoto (2012:69) produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
2.4Klasifikasi Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (1991:350), klasifikasi produk antara lain yaitu :
1. Barang Tidak Tahan Lama
Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut ketahanannya atau keberwujudannya. Barang tidak tahan lama adalah
barang konsumsi yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
2. Barang Tahan Lama
Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang digunakan selama kurun waktu yang panjang dan yang biasanya tetap bertahan hingga
banyak kali penggunaan. 3. Jasa
Jasa atau layanan adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual. 4. Barang Konsumsi
barang-barang ini berdasarkan atas kebiasaan konsumen berbelanja. Barang konsumsi terdiri dari :
a. Barang Konviniens
Barang konvinens adalah barang konsumsi dan jasa yang biasanya sering kali dibeli pelanggan dengan segera dan dengan usaha
pembandingan dan usaha pembelian yang minimum. Barang-barang ini biasanya berharga rendah dan dapat diperoleh dan
tersedia dimana-mana. Barang konviniens dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Barang kebutuhan pokok adalah barang yang secara teratur dibeli
oleh konsumen.
2) Barang impulsif adalah barang yang dibeli dengan sedikit sekali
perencanaan atau sedikit sekali upaya pencarian. Barang-barang seperti ini biasanya tersedia di banyak tempat karena jarang sekali konsumen mencarinya.
3) Barang darurat adalah barang yang dibeli apabila ada kebutuhan mendesak.
b. Barang Toko
Barang toko adalah barang konsumsi yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik yang karenanya sekelompok
pembeli yang signifikan bersedia melakukan upaya khusus untuk membelinya.
Barang yang tidak dicari adalah barang yang mungkin konsumen tidak tahu mengenai produk tersebut atau mereka tahu tetapi
biasanya mereka tidak pernah terpikirkan untuk membelinya. 5. Barang Industrial
Barang industrial adalah barang yang dibeli oleh individu dan
organisasi untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Jadi, perbedaan pokok antara barang konsumsi dan barang
industrial terletak pada maksud atau tujuan pembelian produk tersebut. Barang industrial dapat diklasifikasikan menurut cara barang-barang itu memasuki proses produksi dan menurut biayanya. Terdapat tiga
kelompok barang industrial yaitu : a. Bahan dan Suku Cadang
Bahan dan suku cadang adalah barang industrial yang secara utuh masuk ke dalam proses produksi.
b. Barang Modal
Barang modal adalah barang industrial yang hanya sebagian secara tak langsung masuk menjadi barang jadi.
c. Suplais dan Jasa
Suplais dan jasa adalah barang industrial yang sama sekali tidak masuk dalam barang jadi termasuk dalam suplais (disebut juga
bahan bantu) adalah bahan bantu operasi, misalnya: pensil serta alat pemeliharaan dan perawatan, misalnya: sapu. Bahan bantu
barang-barang ini dibeli hanya dengan usaha yang kecil saja atau sedikit usaha perbandingan.
d. Jasa Bisnis
Jasa bisnis meliputi pemeliharaan dan perawatan atau jasa perbaikan, misalnya: pembersihan jendela dan jasa konsultasi
bisnis, misalnya: nasihat hukum.
2.5 Kualitas Produk
Kualitas produk dan jasa, kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan adalah tiga hal yang terkait erat. Semakin tinggi kualitas produk, semakin
tinggi kepuasan pelanggan yang dihasilkan yang mendukung harga yang lebih tinggi dan sering kali biaya yang lebih rendah. (Kotler dan Keller,
2010:144). Kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. (Kotler dan Amstrong, 2008:273)
Berikut ini beberapa pengertian mengenai kualitas produk, yaitu :
1. Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 346), kualitas produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
2. Menurut Laksana (2008 : 67) kualitas produk adalah segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun non fisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, dimana suatu
produk tersebut memiliki kualitas yang sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah karena selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah. Sehingga
perubahan dan perbaikan kualitas ke arah yang lebih baik dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang diciptakan menghasilkan standar yang telah
ditetapkan agar konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan
maksud untuk apa produk itu diproduksi.
2.6Indikator Kualitas Produk
Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001:27), ada delapan indikator atau dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan
strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Indikator atau dimensi tersebut adalah :
1. Kinerja (Performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Hal ini dilihat dari manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini
menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu produk. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan (Features)
manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Sehingga, fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika pesaing tidak memilikinya.
3. Estetika (Keindahan)
Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya.
4. Daya tahan (Durability)
Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk
sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.
5. Kehandalan (Reliability)
Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Specifications) Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu
produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.
7. Kemampuan diperbaiki (Serviceability)
Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki dengan mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang
8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality)
Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek atau iklan.
Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.
2.7 Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna,
gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. (Tjiptono, 1997:104) Berikut ini beberapa pengertian mengenai merek :
1. Menurut Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dalam Sunyoto (2013:101) :
a. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
b. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
c. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
d. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
2.Menurut Kotler dalam Sunyoto (2012:102), merek adalah sebuah nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan atau bahkan kombinasi dari semuanya tadi yang dimaksudkan untuk menyebutkan barang-barang atau jasa dari
seseorang atau sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya. 3.Menurut Bruce J. Walker dalam Sunyoto (2012:102), a brand is a name, term, symbol and or special design that is intended to identify the goods
or service of one seller or group of sellers (sebuah merek adalah sebuah
nama, istilah, tanda atau desain atau gabungan semua yang diharapkan
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjualan). Bagian dari merek meliputi :
a. Nama merek (brand name) adalah sebagian dari merek yang dapat
diucapkan seperti Yamaha dan Rinso.
b. Tanda merek dagang (trade mark) adalah sebagian dari merek yang
dilindungi oleh hukum, karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjualan dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek atau
tanda merek.
c. Hak cipta (copyright) adalah hak istimewa yang dilindungi
2.8Manfaat Merek
Berikut beberapa manfaat merek menurut Sunyoto (2013:103), yaitu :
1. Bagi Konsumen
a.Mempermudah konsumen meneliti produk atau jasa.
b.Untuk merek-merek produk yang sudah terkenal dan mapan,
konsumen seolah sudah menjadi percaya, terutama dari segi kualitas produk. Jika konsumen mendengar produk dengan nama
merek terkenal dan mapan, tidak usah meragukannya. Konsumen tinggal memilih produk dengan spesifikasi yang bagaimana yang hendak dibeli, apakah ukuran fisiknya yang besar atau kecil,
warna, harga, bentuk, kemasan, fasilitas produk dan produk pesaing lain juga menjadi pertimbangan konsumen dalam
memutuskan pembelian produk.
c.Membantu konsumen atau pembeli dalam memperoleh kualitas barang yang sama, jika mereka membeli ulang serta dalam harga.
2. Bagi Produsen
a.Nama merek memudahkan penjualan untuk mengolah
pesanan-pesanan dan menekan permasalahan.
b.Merek juga akan membantu penjual mengawasi pasar mereka karena pembeli tidak akan menjadi bingung.
c.Merek memberi penjual peluang kesetujuan konsumen pada produk.
e.Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. f. Merek akan melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk
tersebut.
2.9Fungsi Merek
Menurut Sunyoto (2013:109), merek memiliki beberapa fungsi yaitu : 1. Fungsi Identitas
Dengan merek, dapat diketahui identitas produk maupun identitas perusahaan pembuat produk karena dalam label merek ada hal-hal wajib dicantumkan, seperti nama perusahaan, komposisi produk,
aturan pakai, efek samping, hal-hal yang perlu dihindari dan lain sebagainya.
2. Fungsi Kualitas
Sebuah merek juga dapat menunjukkan kualitas produk. Jika merek sudah terkenal dan mapan, berarti produk tersebut telah diakui baik
kualitasnya oleh konsumen. Seorang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang jika kualitas produknya tidak baik. Sebaliknya
konsumen akan mencari dan membeli kembali secara berulang untuk produk yang kualitasnya baik.
3. Fungsi Loyalitas
Jika identitas produk jelas dan kualitas produk baik, serta konsumen selalu mencari dan membeli berulang kali, berarti perusahaan telah
yang tepat agar tetap menjadi pelanggan yang loyal terhadap produknya.
4. Fungsi Citra/Image
Pihak perusahaan hukumnya wajib menjaga citra produk melalui merek. Contoh sepeda motor merek Honda, produsen Honda selalu
melakukan inovasi produk dengan varian-variannya. Hal ini dilakukan agar konsumen atau pelanggan tetap loyal dan sekaligus menjaga citra
merek Honda. Sepeda motor merek Honda dikenal oleh masyarakat antara irit BBM, inovatif, kualitas baik, jarang komplain kerusakan mesin dan sebagainya.
2.10Indikator Merek
Berikut ini adalah indikator merek, yaitu : 1. Nama Produk
Nama produk adalah tanda pengenal produk yang membedakannya
dari produk lain. 2. Logo Produk
Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi. Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo
2.11 Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa
keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih altenatif tindakan. Keputusan selalu mengisyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.Berikut beberapa pengertian keputusan pembelian :
1. Menurut Kotler (2002:204) keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk melalui
tahapan-tahapan yang di lalui konsumen sebelum melakukan pembelian yang meliputi :
a. Kebutuhan yang dirasakan.
b. Kegiatan sebelum membeli. c. Perilaku waktu memakai.
d. Perasaan setelah membeli.
2. Menurut Peter-Olson (1999:6) dalam The American Marketing Association dalam Nitisusastro (2013:195) menegaskan bahwa pengambilan
keputusan konsumen merupakan proses interaksi antara sikap afektif, sikap kognitif, sikap behavioral dengan faktor lingkungan dengan mana manusia
melakukan pertukaran dalam semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif merefleksikan sikap pemahaman, sikap afektif merefleksikan sikap keyakinan dan sikap behavioral merefleksikan sikap tindakan nyata. Keputusan membeli
atau tidak membeli merupakan bagian dari unsur yang melekat pada diri individu konsumen yang disebut behavior dimana ia merujuk kepada
2.12 Pihak-Pihak yang Berperan Dalam Keputusan Pembelian
Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua
pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan
beberapa orang. Pemahaman mengenai masing-masing peranan ini sangat berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.Kelima peran
tersebut meliputi Kotler et al (1996) dalam Tjiptono (1997:20) : 1. Pemrakarsa (Initiator)
Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang
belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu
2. Pemberi Pengaruh (Influencer)
Orang yang pandangan, nasihat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.
3. Pengambil Keputusan (Decider)
Orang yang menentukan keputusan pembelian, misalnya apakan jadi
membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli atau dimana membelinya. 4. Pembeli (Buyer)
Orang yang melakukan pembelian aktual.
5. Pemakai (User)
2.13 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap - tiap tahap
dan pengaruh apa yang bekerja pada tahap - tahap dibawah ini, yaitu :
Gambar 2.1
Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen
Sumber : Larreche et al (2000)
Secara kompleks proses itu dapat dilihat sebagai berikut (Larreche et al, 2000:124) :
1. Identifikasi Masalah
Proses pengambilan keputusan konsumen dipicu oleh keinginan dan
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu merasakan perbedaan antara kondisi ideal dengan aktual pada beberapa dimensi fisik dan sosio-psikologis. Hal ini memotivasi mereka untuk mencari barang atau jasa agar kondisi aktual
mereka semakin mendekati kondisi ideal yang diinginkan. Manusia memang tidak pernah kenyang sekurang-kurangnya dalam hal kebutuhan
sosial-psikologinya. Mustahil memenuhi seluruh kebutuhan manusia pada satu Identifikasi Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
waktu. Malahan cenderung untuk mencoba memenuhi kebutuhan yang paling kuat pada waktu tertentu. Besarnya jurang perbedaan antara kondisi nyata
dengan kondisi yang diinginkan sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan kebutuhan tertentu. Suatu kebutuhan dapat menjadi lebih kuat dan meminta perhatian berdasarkan penurunan kondisi aktual atau perbaikan ke
atas kondisi ideal. 2. Pencarian Informasi
Setelah mengakui adanya masalah dan mungkin dapat diatasi dengan membeli serta mengkonsumsi barang atau jasa, langkah berikut yang diambil konsumen adalah mengacu pada informasi yang didapatkan dari data masa
lampau dan disimpan di dalam memori untuk digunakan bilamana diperlukan. Orang-orang mencari tambahan informasi tentang merek-merek alternatif
sampai mereka merasa bahwa biaya pencarian informasi lebih lanjut sama dengan tambahan nilai atau manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut. Informasi bernilai bagi konsumen karena keluasannya membantu membuat
keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan menghindari konsekuensi negatif sehubungan dengan pengambilan keputusan yang buruk. Jadi,
konsumen bersedia memberi nilai yang lebih tinggi dan melakukan pencarian lebih banyak informasi apabila pembelian merupakan hal yang penting. Pentingnya pembelian bersumber dari :
a. Kuatnya kebutuhan seseorang akan produk. b. Keterlibatan ego seseorang tehadap produk.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa manusia cenderung mencari informasi tambahan tentang produk-produk yang secara sosial dapat dilihat
dan berharga mahal yang memperlihatkan citra diri dibandingkan dengan produk-produk berharga murah yang jarang diperhatikan orang lain. Ketika produk sangat mahal dan melibatkan ego, beberapa konsumen tidak keberatan
melakukan pencarian informasi yang melelahkan sebelum melakukan pengambilan keputusan karena biaya paling besar bagi kebanyakan orang
adalah biaya peluang dari waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi. Mereka mengorbankan waktu untuk hal lain seperti aktivitas-aktivitas yang menarik atau melakukan perjalanan. Biaya pencarian informasi yang lain
adalah konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dari jangka waktu pengambilan keputusan yang terlalu panjang. Biaya psikologis juga terlibat
dalam pencarian infomasi. Pengumpulan informasi bisa menjadi pekerjaan yang membuat putus asa, kerap kali melibatkan toko-toko yang penuh sesak dan penjual-penjual yang kasar. Di samping itu, beberapa konsumen menjadi
putus asa dan bingung ketika mereka mempunyai sejumlah besar informasi yang kompleks untuk melakukan evaluasi sebelum mengambil sebuah
keputusan. Akibatnya mereka memotong pendek pencarian informasinya. Tiga kategori umum sumber informasi dalah sumber pribadi, komersial dan publik. Sumber pribadi meliputi anggota keluarga, teman-teman dan anggota
kelompok rujukan. Sumber komersial mengacu pada berbagai informasi yang disebarkan oleh jasa-jasa, para pemasar, perusahaan manufaktur, dan
label harga dan tataan. Sumber publik meliputi organisasi-organisasi nirlaba dan profesi serta individu-individu yang memberi nasehat untuk konsumen
seperti dokter, pengacara, agen pemerintah, agen perjalanan dan kelompok-kelompok lembaga bantuan konsumen.
3. Evaluasi Alternatif
Konsumen menemukan kesulitan dalam melakukan perbandingan menyeluruh dari banyak merek alternatif disebabkan setiap merek mungkin
lebih baik dalam beberapa hal namun lebih buruk dalam hal yang lain. Sebagai gantinya, konsumen menyederhanakan kerja evaluasi mereka dengan berbagai cara. Pertama, konsumen jarang mempertimbangkan seluruh merek,
akan tetapi memfokuskan pada kumpulan yang dikenali sejumlah tertentu yang mereka kenali yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Kedua, konsumen mengevaluasi setiap merek dalam kumpulan yang dikenali ke dalam sejumlah dimensi atau atribut produk. Mereka juga mempertimbangkan kepentingan relatif atribut-atribut ini, atau kinerja
minimun yang dapat diterima dari masing-masing. Kumpulan atribut yang digunakan konsumen tertentu dan kepentingan relatif masing-masing
menunjukkan kriteria pilihan konsumen (consumer’s choice criteria). Ketiga, konsumen melakukan kombinasi evaluasi antar atribut dari setiap merek dengan mempertimbangkan kepentingan relatif atribut-atribut tersebut.
Penilaian multi atribut dari sebuah merek menghasilkan sebuah sikap (attitude) yang menyeluruh terhadap merek. Merek yang paling disukai
ketika mengevaluasi pilihan produk dan jasa. Biasanya konsumen mendasarkan evaluasinya pada sejumlah dimensi. Konsumen yang berbeda
mungkin menggunakan kumpulan atribut yang berbeda untuk mengevaluasi merek yang berada pada kategori produk yang sama tetapi bahkan ketika dua orang menggunakan kumpulan ciri yang sama mereka dapat menghasilkan
keputusan yang berbeda karena mereka mempunyai arti penting yang berbeda bagi masing-masing ciri. Akibatnya karakteristik pribadi konsumen dan
pengaruh sosial-kebutuhan nilai, kepribadian, kelas sosial dan kelompok rujukan di antara hal-hal lain membantu menentukan ciri dan kepentingan mana yang diperhatikan konsumen. Faktor-faktor lingkungan dan situasional
juga mempengaruhi arti penting yang diterima dari sejumlah manfaat produk. 4. Pembelian
Bahkan setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang merek-merek alternatif, mengevaluasinya dan memutuskan merek mana yang paling diinginkan, proses keputusan masih belum lengkap. Konsumen sekarang
harus memutuskan dimana membeli produk itu. Memilih sumber yang dimanfaatkan untuk membeli produk secara mendasar melibatkan proses
mental yang sama seperti halnya keputusan pembelian produk. Sumber itu biasanya toko eceran tapi bisa juga katalog mail order atau pelayanan belanja jarak jauh (tele-shopping). Konsumen mendapatkan informasi tentang
sumber-sumber alternatif dari pengalaman pribadi, iklan, komentar dan teman-teman. Kemudian mereka menggunakan informasi ini untuk
Konsumen biasanya memilih sumber yang mereka anggap memperlihatkan ciri yang paling penting bagi mereka. Jika pengalaman mereka dengan suatu
sumber adalah positif mereka bisa mengembangkan loyalitas berlangganan dan secara rutin berbelanja ke sumber tersebut serupa dengan bagaimana konsumen mengembankan kesetiaan merek.
5. Evaluasi Pasca Pembelian.
Konsumen tertentu merasa dihargai sebagaimana mestinya setelah
melakukan pembelian bergantung pada dua hal, yaitu:
a. Aspirasi atau tingkat harapan seseorang sejauh mana produk bisa memenuhi harapan.
b. Evaluasi konsumen tentang sejauh mana produk benar-benar memenuhi harapan. Harapan konsumen tentang kinerja suatu produk dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Ini mencakup kekuatan dan urgensi dari kebutuhan seseorang dan informasi yang dikumpulkan selama proses pengambilan keputusan. Konsumen lebih suka mengembangkan loyalitas merek atas
jasa keseimbangan produk karena sulitnya mendapatkan informasi tentang jasa-jasa alternatif sebagaimana dalam beberapa kasus,
biaya-biaya ekstra yang termasuk di dalamnya. Gangguan pasca pembelian, ketika produk menunjukkan kinerja yang diharapkan, konsumen bisa meragukan apakah mereka telah menetapkan pilihan yang terbaik.
Keraguan ini disebut gangguan kognitif yang paling cenderung terjadi ketika pembelian melibatkan produk yang sangat menyentuh ego
gangguan setelah membeli barang-barang yang terkait dengan status sosial seperti rumah baru, mobil atau furnitur rumah. Keraguan tentang
apakah pilihan yang terbaik telah menciptakan tekanan psikologis yang kurang menyenangkan membuat konsumen menguranginya dalam dua hal. Pertama, mereka dapat dengan mudah mengubah keputusan yaitu
mengembalikan produk itu dan minta pengembalian uang (sulit dilakukan untuk jasa). Cara kedua untuk mengurangi disonansi adalah
konsumen meyakinkan diri bahwa mereka benar-benar telah mengambil pilihan yang terbaik. Jadi, banyak orang yang terus mencari informasi tentang merek yang telah dibeli setelah pembelian. Para pasar
memainkan peran aktif dalam mengurangi gangguan dengan memperkuat kembali keputusan pembelian konsumen, misalnya surat-surat tindak
lanjut yang meyakinkan pelanggan bahwa mereka telah membuat keputusan yang bijaksana dan bahwa perusahaan tidak akan tinggal diam bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2.14 Indikator Keputusan Pembelian
Adapun indikator keputusan pembelian adalah : 1. Tujuan dalam membeli sebuah produk
Konsumen umumnya sudah memiliki tujuan awal sebelum melakukan
pembelian. Produk yang dibeli, biasanya produk yang memang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen sehingga dapat memenuhi harapannya.
Kemantapan yang terkandung dalam sebuah produk adalah daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian.
3. Kebiasaan dalam membeli produk
Jika sudah merasa terbiasa dan nyaman dengan produk yang digunakan, maka konsumen akan selalu menggunakan produk tersebut.
4. Memberikan rekomendasi kepada orang lain
Pembeli akan merasa puas jika produk yang dibeli sudah memenuhi
harapannya sehingga baik secara sadar maupun tidak, pembeli akan menceritakan keunggulan dari produk tersebut kepada orang lain agar menggunakan produk yang tepat sesuai yang direkomendasikannya
5. Melakukan pembelian ulang
Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dibelinya, maka
konsumen akan melakukan pembelian lagi atau berulang.
2.15 Penelitian Terdahulu
Berikut tabel penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini :
Judul Penelitian Variabel Penelitian terhadap citra merek dan citra merek memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Rizki pembelian Tablet Apple iPad di Bandar Lampung. Puji
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel-variabel yang ada. Dengan metode ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan
pembelian.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Jl. A. Sofyan No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan mulai dari awal
bulan April sampai akhir bulan April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada
dalam sebuah penelitian. (Juliandi dan Irfan, 2013:50)Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/BisnisFISIP USU angkatan 2011-2014
3.3.2 Sampel
Sampel adalah wakil-wakil dari populasi. (Juliandi dan Irfan, 2013:58). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU. Untuk
menentukan ukuran sampel dapat digunakan rumus Slovin sebagai berikut :
Keterangan :
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
e : nilai kritis (persentase tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah 10%)
Maka dengan demikian jumlah sampel dapat diambil sebesar 85 orang
3.4Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengambilan sampel dalam bentuk nonprobability sampling artinya teknik pengambilan sampel dimana tidak seluruh anggota/elemen dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan menjadi sampel.
(Juliandi dan Irfan, 2013:59) Metode yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tiga
metode, yaitu :
1. Teknik snowball/network sampling teknik ini adalah menentukan sampel secara berantai pada suatu populasi yang sangat spesifik. Peneliti dapat
menentukan siapa sampel pertama dan kemudian dari sampel tersebut diminta untuk menyebutkan calon sampel lainnya yang dikenal. Pengambilan sampel
akan berhenti apabila peneliti sudah merasa bahwa data yang dikumpulkan cukup memadai.
2. Teknik accidental sampling adalah dengan cara mencari objek yang akan
diteliti. Objek yang kebetulan bertemu pada saat pengumpulan data dan sesuai untuk diteliti, maka dijadikan sebagai sampel penelitian.
3.5 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pertanyaan yang ada
pada perumusan masalah penelitian. (Juliandi dan Irfan, 2013:45). Berdasarkan pada masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
Tidak terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa FISIP USU.
2. Hipotesis Alternatif (Ha1)
Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.
3. Hipotesis Nol (H02)
Tidak terdapat pengaruh positif antara merek terhadap keputusan pembelian
smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.
4. Hipotesis Alternatif (Ha2)
Terdapat pengaruh positif antara merek terhadap keputusan pembelian
smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.
5. Hipotesis Nol (H03)
Tidak terdapat pengaruh positif antara kualitas produk dan merek terhadap keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.
6. Hipotesis Alternatif (Ha3)
Terdapat pengaruh positif antara kualitas produk dan merek terhadap
keputusan pembelian smartphone merek iPhone pada mahasiswa/i FISIP USU.
3.6 Defenisi Konsep
Definisi konsep adalah suatu definisi yang dipaparkan oleh beberapa faktor yang ada dalam landasan teori, dirangkum oleh peneliti dan dipahami peneliti
Kualitas produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler dan Amstrong, 2001: 346). Adapun indikator dari kualitas produk adalah :
a. Kinerja (Performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Hal ini dilihat dari manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli.
Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli suatu produk.
b. Ciri-ciri atau Keistimewaan (Features)
Merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi
konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur sering kali ditambahkan. Sehingga, fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika pesaing tidak memilikinya.
c. Estetika (Keindahan)
Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen
suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya.
d. Daya Tahan (Durability)
Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya
lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.
e. Kehandalan (Reliability)
Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya.
f. Kesesuaian Dengan Spesifikasi (Conformance to Specifications) Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang
dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.
g. Kemampuan Diperbaiki (Serviceability)
Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar
kemampuan diperbaiki dengan mudah, cepat dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.
h. Kualitas yang Dipersepsikan (Perceived Quality)
Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan.
Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.
2. Merek (X2)
Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau
menyebutkan barang-barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual agar terbedakan dari para pesaingnya. (Sunyoto, 2012:102)
Adapun indikator dari merek adalah : a. Nama Produk
Nama produk adalah tanda pengenal produk yg membedakannya dari
produk lain. b. Logo Produk
Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi. Sebuah logo bisa berupa nama, lambang atau elemen grafis lain yang ditampilkan secara visual. Sebuah logo diciptakan sebagai
identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan kompetitor/pesaing.
3. Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk melalui tahapan-tahapan yang di lalui
konsumen sebelum melakukan pembelian.(Kotler, 2002:204) Adapun indikator keputusan pembelian adalah :
a. Tujuan dalam membeli sebuah produk
Konsumen umumnya sudah memiliki tujuan awal sebelum melakukan pembelian. Produk yang dibeli, biasanya produk yang memang
b. Kemantapan pada sebuah produk
Kemantapan yang terkandung dalam sebuah produk adalah daya tarik
tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian. c. Kebiasaan dalam membeli produk
Jika sudah merasa terbiasa dan nyaman dengan produk yang
digunakan, maka konsumen akan selalu menggunakan produk tersebut.
d. Memberikan rekomendasi kepada orang lain
Pembeli akan merasa puas jika produk yang dibeli sudah memenuhi harapannya sehingga baik secara sadar maupun tidak, pembeli akan
menceritakan keunggulan dari produk tersebut kepada orang lain agar menggunakan produk yang tepat sesuai yang direkomendasikannya.
e. Melakukan pembelian ulang
Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dibelinya, maka konsumen akan melakukan pembelian lagi atau berulang.
3.7 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah operasionalisasi dari variabel berupa pengukuran atau pengujian suatu variabel yang bisa dilihat dari indikator, tolak ukur atau alat ukur untuk menentukan kualitas atau kuantitas sesuatu variabel.
Tabel 3.1
Tabel Defenisi Operasional
NO. VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR
1. Kualitas Produk (X1) a. Kinerja
5) Kamera yang baik. 6) Fitur-fitur aplikasi
e. Kehandalan 15) Kecanggihan
j. Logo Produk 21) Logo produk mudah dikenali.
3. Keputusan Pembelian (Y) k. Tujuan dalam membeli sebuah
Sumber : Dikelola oleh penulis.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data-data yang relevan bagi penelitian (Juliandi dan Irfan, 2013:65). Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data terdiri dari dua, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama guna kepentingan penelitiannya dan data
Universitas Sumatera Utara. Bentuk kuesioner yang digunakan yaitu dalam bentuk kuesioner tertutup dimana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa
pertanyaan dan jawaban yang sudah disusun dan disediakan oleh peneliti tentang indikator dari variabel penelitian yaitu kualitas produk, merek dan keputusan pembelian untuk mengetahui pendapat/persepsi
konsumen.Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden yang
disesuaikan dengan pertanyaan yang diajukan. Contoh interval jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap item pertanyaan :
a. Sangat Tidak Setuju (STS) : dengan skor 1
b. Tidak Setuju (TS) : dengan skor 2
c. Netral (N) : dengan skor 3
d. Setuju (S) : dengan skor 4
e. Sangat Setuju (SS) : dengan skor 5
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti
guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh pihak lain. Data sekunder yang dipakai melalui studi kepustakaan.
3.9 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan beberapa
Validitas instrumen menurut Juliandi dan Irfan (2013:79), uji validitas yakni dengan cara menguji sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu instrumen
sebagai alat ukur variabel penelitian.Jika instrumen benar atau valid maka hasil pengukuran pun kemungkinan akan benar. Teknik statistik yang dapat digunakan adalah korelasi sebagai berikut :
Keterangan :
r = koefisien korelasi n = jumlah responden
x = skor setiap item
y = skor seluruh item responden uji coba
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yakni memiliki berbagai nama lain seperti keterpercayaan, kehandalan, kestabilan. Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk melihat
apakah instrumen penelitian merupakan instrumen yang handal dan dapat dipercaya. Jika variabel penelitian menggunakan instrumen yang handal dan
dapat dipercaya maka hasil penelitian juga dapat memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi. (Juliandi dan Irfan, 2013:83)
Cara pengujian reliabilitas dapat menggunakan salah satu teknik, misalnya
a.Belah instrumen menjadi 2 bagian (instrumen bernomor ganjil dan genap). b.Korelasikan skor-skor total ganjil, dengan skor-skor total genap, dengan
statistik korelasi product moment (r).
c.Masukkan nilai korelasi (r) yang diperoleh ke dalam rumus Spearman Brown.
Penarikan kesimpulannya, jika nilai koefisien reliabilitas (Spearman
Brown/ri≥0,6 maka instrumen memiliki reliabilitas yang baik, reliabel dan
terpercaya.
3. Uji Asumsi Klasik
Menurut Juliandi dan Irfan (2013:169), uji asumsi klasik bertujuan untuk menganalisis apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah
model yang terbaik. Jika model adalah model yang baik, maka data yang dianalisis layak untuk dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengetahuan atau untuk tujuan pemecahan masalah praktis. Uji asumsi klasik terdiri dari :
a.Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model
(Gujarati, 2003; Santoso, 2000; Arif, 1993) dalam (Juliandi dan Irfan, 2013:169).
Kriteria untuk menentukan normal atau tidaknya data, maka dapat dilihat pada nilai probabilitasnya. Data adalah normal, jika nilai Kolmogorov Smirnov adalah tidak signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)>α0,05).
b.Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen (Gujarati, 2003; Santoso, 2000; Arif, 1993) dalam Juliandi dan Irfan (2013:170). Cara yang digunakan untuk menilainya adalah dengan
melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF), yang tidak melebihi 4 atau 5 (Hines dan Montgomery, 1990). Kedua variabel
independen yakni ROE dan ROA memiliki nilai VIF dalam batas toleransi yang telah ditentukan (tidak melebihi 5), sehingga tidak terjadi multikolinearitas dalam variabel independen penelitian ini.
c.Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda
disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Arief, 1993; Gujarati, 2011) dalam Juliandi dan Irfan
yang teratur, maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin) menyebar di bawah dan di atas angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 4. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis merupakan salah satu alat analisis yang menjalankan tentang
akibat yang di timbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Adapun digunakannnya alat analisis regresi linier
ditujukan untuk memprediksikan nilai variabel terikat dan menjelaskan pengaruhnya. Dalam hal ini penulis menggunakan jenis uji regresi liner berganda untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y
secara bersamaan. Regresi linier berganda didasarkan pada pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut rumus untuk
melihat analisis linier berganda. Y = + X1 + X2 + e
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Nilai variabel prediktor (yang memprediksi)
X2 =
Nilai variabel prediktor (yang memprediksi)= Bilangan koefisien prediktor (kualitas produk)
= Bilangan koefisien prediktor (merek)
= konstanta
5. Uji Determinasi (
Koefisien Determinasi berganda atau R- square ( ) adalah untuk melihat
bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel
bebas (Juliandi, 2013:174). Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi-variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. 6. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena berperan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Adapun cara yang digunakan untuk menganalisis yaitu :
a.Uji Simultan (Uji - F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas memiliki pengaruh secara bersamaan terhadap variabel terikat. Untuk menganalisis apakah
hipotesis diterima atau ditolak, maka dapat dilihat nilai F yakni pada nilai probabilitasnya.
Dimana hipotesisnya adalah :
1) H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan. 2) Ha : terdapat pengaruh yang signifikan.
Adapun kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
b) Terima H0 jika nilai probabilitas yang dihitung > taraf signifikansi 0.05 (Sig > ).
b. Uji Parsial (Uji - T)
Uji T digunakan untuk menguji hipotesis apabila peneliti menganalisis
regresi parsial (sebuah variabel bebas dengan sebuah variabel terikat). Maka pengujian ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya.
Hipotesisnya adalah:
1) H0 : terdapat pengaruh yang tidak signifikan. 2) Ha : terdapat pengaruh yang signifikan.
Adapun kriteria penerimaan/penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
a) Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung ≤ taraf signifikansi sebesar 0.05 (Sig ≤ ).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Perusahaan dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Apple
multinasional yang berpusat di Silicon Valley, Cupertino, California, AS.
Apple Inc. yang akrab disebut Apple, adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang perancangan, pengembangan dan penjualan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen, perangkat lunak komputer, serta komputer
pribadi. Perusahaan yang sekarang dipegang oleh Tim Cook sebagai CEO sejak 2011 menggantikan Steve Jobs, sudah dirikan pada tanggal 1 April
1976 dan di-inkonporasikan menjadi Apple Computer, Inc. pada tanggal 3 Januari 1977. Sejak 9 Januari, 2007, kata “Computer” dihapus untuk mencerminkan fokus Apple terhadap bidang elektronik konsumen pasca
peluncuran iPhone.
Agustus 1950. Ia dianggap sebagai pelopor dari masuknya komputer ke dalam kehidupan rumah pribadi. Kecerdasan dan kreatifitasnya yang tak terbatas membuat dia menjadi orang yang tepat untuk diakui sebagai
pemrakarsa revolusi komputer pribadi. Wozniak menciptakan Apple II, komputer pribadi terakhir yang benar-benar didisain oleh satu orang
membantu temannya Steve Jobs mendesain video game untuk Atari.Wozniak melihat sebuah artikel di majalah bernama Popular Electronics edisi 1975
yang berisikan bagaimana cara untuk membuat terminal komputer sendiri. Menggunakan alat-alat yang dapat dibeli di toko, Wozniak merancang dan membuat komputer bernama Computer Conversor, sebutan video teletype
yang bisa dipakai untuk mengakses minicomputer di Call Computers. Desainnya kemudian dibeli oleh Call Computers dan beberapa unit
terjual.Pada tahun 1976 di pertemuan Homebrew Computer Club, Wozniak bertemu teman lamanya Steve Jobs yang tertarik akan potensi komersialisasi komputer-komputer kecil.
Francisco, California, Amerika Serikat, 24 Februari 1955. Jobs bersekolah di
Cupertino Junior High School dan Homestead High School di Cupertino,
California, dan sering berkunjung ke Hewlett-Packard Company di Palo Alto, California selepas pulang sekolah. Ia kemudian dipekerjakan di sana dan
bekerja bersama Steve Wozniak sebagai karyawan musim panas. Tahun 1972, Jobs lulus dari sekolah menengah atas dan mendaftar masuk Reed College di
Portland, Oregon. Satu semester ia keluar dan melanjutkan di Reed, seperti kelas kaligrafi, dengan tidur di lantai kamar temannya, menjual botol-botol Coke demi mendapatkan uang, dan mendapatkan makanan gratis mingguan di
wihara Hare Krishna setempat. Jobs kemudian berkata, “Jika aku tidak menghadiri kuliah tunggal di perguruan tinggi itu, maka Mac tidak akan
petemuan Homebrew Computer Club bersama Wozniak. Ia mengambil pekerjaan sebagai teknisi di Atari, sebuah perusahaan pembuat berbagai
permainan video populer, dengan tujuan utama menabung uang untuk melakukan perjalanan spiritual ke India. Jobs kemudian berangkat ke India untuk mengunjungi Neem Karoli Baba di Kainchi Ashram-nya bersama
seorang teman dari Reed College (yang kelak menjadi karyawan Apple pertama), Daniel Kottke, untuk mencari pencerahan spiritual. Ia pulang dalam
keadaan menganut agama Buddha dengan kepala tercukur dan mengenakan pakaian tradisional India. Pada waktu itu, Jobs sedang bereksperimen dengan obat psikedelik dan menyebut pengalaman LSD-nya sebagai satu dari dua
atau tiga hal terpenting yang pernah dilakukan dalam kehidupan dirinya. Ia mengatakan bahwa orang-orang di sekitarnya yang tidak termasuk dalam
silsilah lintas budayanya tidak dapat memahami sepenuhnya mengenai pemikirannya. Jobs kembali ke pekerjaan sebelumnya di Atari dan diberikan tugas menciptakan papan sirkuit untuk permainan Breakout. Menurut pendiri
Atari Nolan Bushnell, Atari menawarkan $100 untuk setiap chip yang dihapuskan di mesin ini. Jobs punya sedikit ketertarikan atau pengetahuan
dalam desain papan sirkuit dan membuat persetujuan dengan Wozniak untuk membagi bonusnya sama rata jika Wozniak mampu meminimalkan jumlah chip. Atari sangat terkejut karena Wozniak mengurangi jumlah chip sebanyak
50 buah, sebuah desain yang sangat ketat sampai-sampai mustahil untuk menciptakannya kembali di jalur perakitan. Pada waktu itu, Jobs
Timothy D. Cook atau Tim Cook, lahir di Robertsdale, Alabama, 1 November 1960, adalah chief executive officer (CEO) Apple Inc. setelah
Steve Jobs meninggal Tim Cook sebelum menjadi CEO pada 2011, sudah bekerja di Apple sejak 1988. Tugas utamanya adalah mengelola operasi harian di perusahaan tersebut. Ia menjadi CEO setelah Steve Jobs mundur
dari jabatan itu pada 24 Agustus 2011.
Steve Jobs dan Steve Wozniak bertemu pertama kali pada tahun 1971
ketika seorang teman memperkenalkan Wozniak yang saat itu berumur 21 tahun kepada Jobs yang saat itu baru berumur 16 tahun.Keduanya sudah berteman di SMA. Mereka berdua telah tertarik dalam elektronik, dan
keduanya telah dianggap sebagai orang luar. Mereka terus berhubungan setelah lulus, dan keduanya akhirnya putus sekolah dan mendapatkan
pekerjaan bekerja untuk perusahaan di Silicon Valley. (Woz untuk Hewlett-Packard, Jobs untukAtari). Jobs berhasil membujuk Wozniak untuk membuat
komputer dan menjualnya. Jobs mendekati sebuat toko komputer lokal The
Byte Shop yang tertarik untuk membeli komputer tetapi hanya komputer yang
sudah terpaket lengkap, pemilik toko tersebut Paul Terrell, siap membeli 50
unit seharga $US 500 satunya. Pada tanggal 1 April 1976, Jobs usia 21 dan Wozniak, 26, mendirikan Apple Computer Co. di garasi milik keluarga Jobs. Komputer pribadi yang diperkenalkan Jobs and Wozniak diberi name Apple I.
Komputer itu dijual dengan harga AS$666.66, sebagai referensi terhadap nomor telpon dari Wozniak’s DialAJoke machine yang berakhir dengan
kemudian menawarkan kepada staffnya: “Jika sampai pukul 5 sore hari ini tidak ada yang menemukan nama yang baik untuk perusahaan ini, maka nama
tersebut akan diambil dari apapun yang saya suka..”. Setelah pukul 5 sore, masih tidak ada yang menemukan nama yang tepat, kebetulan Steve Wozniak sedang memakan buah apel saat itu, dan sesuai dengan pernyataannya,
perusahaan tersebut mengambil nama dari buah apel sebagai perusahaan Apple Computer. Di tahun 1977, Jobs dan Wozniak memperkenalkan Apple
II, yang menjadi sukses besar di pasaran rumah tangga dan memberi Apple pengaruh besar di industri komputer pribadi. Memasuki dekade tahun 1980, ketika Apple III dirilis, Apple memiliki beberapa ribu karyawan dan mulai
menjual komputer di luar negeri. Apple telah mengambil pada sejumlah manajer yang lebih berpengalaman tingkat menengah dan yang lebih penting,
beberapa investor baru yang memilih untuk mengambil kursi di dewan direksi. Lebih tua, lebih berpengalaman, lebih konservatif, direksi baru tersebut mengatakan bahwa Apple akan menjadi “perusahaan nyata”.Kala itu
(1980), Apple menghadapi kompetisi dalam bisnis komputer pribadi. Salah satu penantang besar adalah IBM, perusahaan ternama pertama di bidang
komputer. Komputer IBM yang menggunakan sistem operasi DOS yang dilisensi kepada IBM oleh Microsoft meraih porsi yang besar dalam pangsa pasar komputer meja untuk perusahaan besar yang tergolong masih
muda.Persaingan di pasar dengan IBM dan beberapa produsen lain memberikan kenyataan berbeda dengan antisipasi dari jajaran direksi Apple.
Februari 1981 Apple terpaksa merumahkan 40 karyawan. Disisi lain Wozniak terluka dalam sebuah kecelakaan pesawat, dia mengambil cuti sebentar dan
kembali lagi ke perusahaan dan kala itu Jobs menjadi ketua komputer Apple pada bulan Maret 1981.Persaingan dengan IBM dan Microsoft memang ketat, pun demikian Apple Computer mencatatkan namanya di bursa efek, dan
dengan penawaran saham awal yang sukses, ketenaran Jobs bertambah.
Pada tahun 1984, proyek Lisa dilepas dari kendali Steve Jobs saat masih
separuh jadi. Steve Jobs mengalihkan perhatiannya kepada proyek Macintosh, yang kemudian diluncurkan pada tahun 1984. Merek Macintosh pada akhirnya menjadi produk yang berhasil bagi Apple bahkan sampai hari ini.
Banyak yang merasa bahwa kesuksesan itu seharusnya jauh lebih besar dari kenyataannya. Ketika Bill Gates pendiri dan sekarang pemimpin Microsoft
mengunjungi kantor besar Apple di Cupertino, Steve Jobs menunjukkan sebuah prototipe dari antarmuka pengguna grafis untuk Macintosh. Pada tahun 1985, Microsoft meluncurkan Windows, antarmuka pengguna grafis
buatan mereka sendiri untuk komputer IBM. Pada saat itu sistem komputer IBM sudah di-reverse engineereddan banyak perusahaan juga membuat
komputer yang kompatibel dengan IBM. Walaupun Apple memberi lisensi untuk beberapa produk lainnya mereka tidak pernah memberikan izin perusahaan lain un tuk membuat komputer yang kompatibel dengan
Macintosh sehingga Microsoft bisa mendominasi pangsa pasar yang ada.
Pada saat itu Apple sadar bahwa mereka sudah terlambat untuk merebut
yang kecil. Walaupun Windows versi pertama sangat ketinggalan zaman dibanding Macintosh, piranti lunak tersebut dan komputer yang kompatibel
dengan Windows bisa dibeli dengan harga yang jauh lebih murah dibanding sebuah Macintosh. Ditambah lagi perbaikan yang dilakukan Microsoft secara cepat mengejar ketertinggalan mereka. Sekaligus juga karena keterbukaan
yang dimiliki oleh komputer yang kompatibel dengan IBM, menyebabkan lebih banyak piranti lunak tersedia untuk Windows dibanding Macintosh.
Sekitar awal 1985 bahwa Jobs dan Sculley mulai berdebat. Sculley percaya Jobs adalah orang yang berbahaya dan di luar kendali. Jobs percaya bahwa Sculley tidak tahu tentang industri komputer, dan membuat upaya
kecil untuk belajar komputer. Pada bulan Mei 1985 Jobs memutuskan untuk mengambil kendali perusahaan. Dia menyusun rencana agar Sculley
mengadakan pertemuan di China, dan berencana untuk melakukan kudeta ruang rapat sementara Sculley pergi. Pada menit terakhir seseorang membocorkan informasi kepada Sculley, dan ia memutuskan untuk
menghadapi Jobs. Setelah pertengkaran antara keduanya, diambillah suara terbanyak, dan memihak penuh dengan Sculley. Jobs mengundurkan diri hari
itu, meninggalkan Sculley sebagai kepala Apple. Steve Jobs keluar dari Apple dan mendirikan perusahaan NeXT Inc., yang pada akhirnya gagal sekalipun memiliki awal yang baik. Sculley menjadi kepala de facto Apple Mei 1985
Selama beberapa bulan ke depan, Apple terpaksa memberhentikan seperlima dari angkatan kerja sekitar 1.200 karyawan. Perusahaan juga membukukan