• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PENGGILING BUAH KOPI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS (STUDI KASUS DI UKM TANI BERSAMA)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JONFERI SIMANJUNTAK 1 2 0 4 2 3 0 1 6

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi ekstensi strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Agustus 2015

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana.

3. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(6)

5. Ayahanda Sabiden Simanjuntak dan Ibunda Marlina Hutagalung yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

6. Kakak tercinta Sabrina Simanjuntak, abang tercinta Frans Ekoyolandes Simanjuntak dan adek tersayang Yudi Dopi Putra Simanjuntak yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

7. Bapak Silitonga selaku pembimbing lapangan yang telah mengizinkan serta membantu penulis melakukan penelitian dan membantu penulis dalam pengumpulan data.

8. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.

9. Seluruh teman-teman ekstensi 2012, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.

(7)

ABSTRAK

UKM Tani Bersama adalah usaha kecil menegah yang mengolah buah kopi menjadi biji kopi dan kulit kopi dengan beberapa tahapan proses operasi. Aktifitas manual pada perusahaan dilakukan pada bagian penggilingan buah kopi, kegiatan yang dilakukan operator adalah mengangkat buah kopi dan melakukan proses penggilingan buah kopi. Pekerjaan ini digolongkan pekerjaan berat yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan hasil kuisioner Standard Nordic Questionnaire (SNQ) identifikasi dari kuesioner SNQ menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan operator bagian penggilingan buah kopi sakit pada bahu kanan (11,67%), Sakit pada lengan atas kanan (11,25%), sakit pada lengan bawah kanan ( 10,83%), sakit pada pergelangan tangan kanan (7,92%), sakit pada tangan kanan (7,50%), sakit pada pinggang (7,50%), sakit kaku di bagian bawah (6,25%), sakit pada tangan kiri (5,00%) dengan kategori sangat sakit. Hasil Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode

rapid entire body assesment (REBA) menunjukan level risiko tinggi bernilai 5-11 artinya pekerja memerlukan perbaikan sekarang juga. Penilaian beban kerja dengan metode MPL berada dalam kategori berbahaya. Hasil pengumpulan data antropometri operator pada bagian penggiling buah kopi dilakukan uji keseragaman, kecukupan, dan kenormalan serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mewakili data yang diukur. Usulan rancangan fasilitas kerja berdasarkan prinsip antropometri yaitu tinggi tempat bahan baku 43,8 cm. Penilaian karakteristik berdasarkan QFD memiliki tingkat kesulitan karakteristik teknik adalah mutlak sangat sulit, tingkat kepentingan adalah penting dan perkiraan biaya adalah murah.

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Pembatasan Masalah ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6

(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-1 2.4. Struktur Organisasi ... II-2 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-2 2.4.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.4.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-4 2.5. Proses Produksi ... II-5

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6.2. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri ... III-22 3.6.3. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri ... III-23 3.6.4. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri ... III-25 3.6.5. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data

Antropometri ... III-27 3.6.6. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk ... III-28 3.6.7. Uji Keragaman Data ... III-32 3.6.8. Uji Kecukupan Data ... III-33 3.7 Perancangan Produk ... III-34 3.7.1. Fase-fase dalam Proses Perancangan Produk ... III-35 3.7.2. Metode Perancangan Produk ... III-38 3.7.3. Proses-proses dalam Perancangan Produk ... III-43 3.7.3.1. Klarifikasi Tujuan ... III-43 3.7.3.2. Penetapan Fungsi ... III-51 3.7.3.3. Penetapan Kebutuhan ... III-54 3.7.3.4. Penentuan Karakteristik dengan QFD ... III-57

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Berpikir ... IV-1 4.5. Metode dan Instrumen Penelitian ... IV-4 4.6. Pengumpulan Data ... IV-4 4.7. Pengolahan Data ... IV-7

4.7.1. Penentuan Modus Keluhan Berdasarkan Kuesioner

SNQ ... IV-7 4.7.2. Tahapan Penilaian Level Resiko Kerja dengan Metode

REBA ... IV-8 4.7.3. Tahapan Pengolahan Data Biomekanika ... IV-9 4.7.4. Tahapan Pengolahan Data Antropometri ... IV-9 4.7.5. Menentukan Karakteristik dengan QFD (Quality

Function Deployment) ... IV-11 4.8. Analisis dan Pemecahan Masalah ... IV-12 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-13

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.2. Data Postur Kerja ... V-2 5.1.3. Data Biomekanika ... V-5 5.1.3.1. Data Biomekanika yang Diukur pada saat

Mengangkat Buah Kopi ... V-6 5.1.3.2. Data Biomekanika yang Diukur pada saat

Menggiling Buah Kopi ... V-7 5.1.4. Data Antropometri ... V-8 5.2. Pengumpulan Data Kuesioner ... V-9 5.2.1. Pengumpulan Data Kuesioner Terbuka ... V-9 5.2.2. Pengumpulan Data Kuesione Tertutup ... V-11 5.3. Pengolahan Data ... V-13

5.3.1. Keluhan Operator Berdasarkan Kuesioner SNQ pada

Stasiun Penggilingan ... V-13 5.3.2. Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan Metode

REBA ... V-17 5.3.3. Biomekanika ... V-26 5.3.4. Biomekanika untuk Menggiling Buah Kopi ... V-44 5.3.5. Perhitungan Data Antropometri Tubuh Operator ... V-62 5.3.5.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai

(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.5.1.1. Perhitungan Rata-rata ... V-64 5.3.5.1.2. Perhitungan Standar Deviasi ... V-64 5.3.5.1.3. Perhitungan Nilai Minimum dan

Maksimum ... V-65 5.3.5.2. Uji Keseragaman Data Antropometri ... V-66 5.3.5.3. Uji Kecukupan Data ... V-71 5.3.5.4. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-

Smirnov ... V-73 5.3.6. Perhitungan Persentil ... V-74 5.3.7. Uji Validitas ... V-76 5.3.8. Uji Reliabilitas ... V-79 5.3.9. Perancangan Fasilitas Kerja dengan Menggunakan

Quality Function Deployment (QFD) ... V-82 5.3.9.1. Klarifikasi Tujuan (Clarifiying Objectives) .... V-83 5.3.9.2. Penetapan Fungsi (Establishing Function) ... V-87 5.3.9.3. Penyusunan Kebutuhan ... V-91 5.3.9.4. Penentuan Karakteristik ... V-94

(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

SNQ ... VI-1 6.2. Analisis dan Evaluasi Postur Kerja dengan REBA ... VI-2 6.3. Analisis dan Evaluasi Biomekanika ... VI-3

6.3.1. Analisis dan Evaluasi Penentuan Nilai Maximum

Permisible Limit (MPL) ... VI-3 6.4. Analisis Metode Perancangan QFD ... VI-4 6.5. Analisis Rancangan Fasilitas Kerja Aktual dan Usulan ... VI-6

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda .... III-3 3.2 Penilaian Batang Tubuh (Trunk) ... III-9 3.3 Penilaian Leher (Neck) ... III-10 3.4 Penilaian Kaki (Legs) ... III-10 3.5 Penilaian Beban (Load) ... III-11 3.6 Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-11 3.7 Skor Lengan Bawah ... III-12 3.8 Skor Pergelangan Tangan ... III-12 3.9 Coupling ... III-13 3.10 Skor Aktivitas ... III-13 3.11. Lokasi Pusat Massa dari Tiap Segmen Tubuh (Coffin &

(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.7. Data Hasil Kuesioner Tertutup untuk Kinerja Atribut ... V-12 5.8. Data Hasil Kuesioner Tertutup untuk Harapan Atribut ... V-12 5.9. Persentase Keluhan Operator ... V-15 5.10. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja ... V-26 5.11. Hasil Rekapitulasi MPL untuk Mengangkat Buah Kopi... V-42 5.12. Hasil Rekapitulasi MPL untuk Menggiling Buah Kopi ... V-60 5.13. Data Dimensi Tubuh Operator ... V-61 5.14. Hasil Pengukuran dengan

X

,

σ, Xmin dan Xmaks ... V-65 5.15. Uji Keseragaman Data ... V-67 5.16. Uji Keseragaman Data Setelah Beberapa Kali Dilakukan Revisi

Pada Masing-Masing Elemen Pengukuran ... V-70 5.17. Data Dimensi Tubuh Operator Setelah Revisi ... V-70 5.18. Uji Kecukupan Data ... V-73 5.19. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov ... V-74 5.20. Perhitungan Persentil 5, 50, dan 95 untuk Seluruh Dimensi

Antropometri ... V-76 5.21. Uji Validitas Kinerja untuk Produk Penggiling Buah Kopi ... V-77 5.22. Uji Validitas Harapan untuk Produk Penggiling Buah Kopi ... V-77 5.23. Rekapitulasi Uji Validitas pada Kinerja untuk Semua Atribut

(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.24. Rekapitulasi Uji Validitas pada Harapan untuk Semua Atribut

Penggiling Buah Kopi ... V-79 5.25. Pengelompokan Data Berdasarkan Ganjil dan Genap ... V-81 5.26. Daftar Tujuan Perancangan Penggiling Buah Kopi ... V-83 5.27. Spesifikasi Produk Penggiling Buah Kopi ... V-93 5.28. Evaluasi Harapan Konsumen Produk Penggiling Buah Kopi ... V-96 5.29. Matriks antara Atribut Produk dan Karakteristik Teknik ... V-97 5.30. Matriks Derajat Hubungan antara Produk Penggiling Buah

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi UKM Tani Bersama ... II-2 3.1. Peta Tubuh ... III-7 3.2. Postur Batang Tubuh (Trunk) ... III-9 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... III-10 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... III-10 3.5. Ukuran Beban (Load) ... III-11 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... III-11 3.7. Postur Lengan Bawah ... III-12 3.8. Postur Pergelangan Tangan ... III-12 3.9 Input, Elemen, dan Area Kajian dari Biomekanika ... III-14 3.10. Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95 ... III-28 3.11. Langkah-langkah Perancangan Produk ... III-41 3.12. Diagram Pohon Tujuan ... III-51 3.13. Black Box ... III-52 3.14. House of Quality ... III-59 4.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.2. Blok Diagram Penelitian ... IV-3 4.3. Tahapan Pengolahan Data ... IV-7 4.4. Blok Diagram Penentuan Modus Keluhan Berdasarkan

(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

4..5. Blok Diagram Penilaian Level Resiko Kerja dengan

Menggunakan Metode REBA ... IV-8 4.6. Blok Diagram Pengolahan Biomekanika ... IV-9 4.7. Blok Diagram Pengolahan Data Antropometri ... IV-10 4.8. Blok Diagram Menentukan Alternatif dengan QFD ... IV-12 5.1. Kegiatan Penggilingan Buah Kopi ... V-2 5.2. Operator Menggiling Buah Kopi ... V-3 5.3. Kegiatan Pengangkatan Buah Kopi ... V-3 5.4. Kegiatan Penuangan Buah Kopi ... V-4 5.5. Data Keluhan Musculuskeletal Operator I ... V-14 5.6. Persentasi Keluhan MSDs Operator Bagian Penggilingan ... V-16 5.7. Penialain Postur Tubuh (Kanan) Operator Mengangkat Buah

Kopi ... V-19 5.8. Penialain Postur Tubuh (Kiri) Operator Menuangkan Buah

Kopi ... V-21 5.9. Penialain Postur Tubuh (Kanan) Operator Menggiling Buah

Kopi ... V-23 5.10. Penialain Postur Tubuh (Kiri) Operator Menggiling Buah

(20)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.11. Sudut Tubuh Sebelum Melakukan Pengangkatan (Origin) ... V-27 5.12. Free Body Diagram Segmen Tubuh Telapak Tangan pada

Situasi Origin ... V-27 5.13 Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Bawah pada

Situasi Origin ... V-29 5.14. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Atas pada Situasi

Origin ... V-30 5.15. Free Body Diagram Segmen Tubuh Bagian Punggung pada

Situasi Origin ... V-31 5.16. Sudut Tubuh Sesudah Melakukan Pengangkatan (Destination) . V-34 5.17. Free Body Diagram Segmen Tubuh Telapak Tangan pada

Destination ... V-34 5.18. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Bawah pada

Situasi Destination ... V-36 5.19. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Atas pada Situasi

Destination ... V-37 5.20. Free Body Diagram Segmen Tubuh Bagian Punggung pada

(21)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.22. Free Body Diagram Segmen Tubuh Telapak Tangan pada

Situasi Origin ... V-45 5.23. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Bawah pada

Situasi Origin ... V-46 5.24. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Atas pada Situasi

Origin ... V-48 5.25. Free Body Diagram Segmen Tubuh Bagian Punggung pada

Situasi Origin ... V-49 5.26. Sudut Tubuh Sesudah Melakukan Pengangkatan (Destination) . V-52 5.27. Free Body Diagram Segmen Tubuh Telapak Tangan pada

Destination ... V-52 5.28. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Bawah pada

Situasi Destination ... V-54 5.29. Free Body Diagram Segmen Tubuh Lengan Atas pada Situasi

Destination ... V-55 5.30. Free Body Diagram Segmen Tubuh Bagian Punggung pada

(22)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.34. Pohon Tujuan Atribut Bahan ... V-84 5.35. Pohon Tujuan Desain ... V-84 5.36. Pohon Tujuan Dimensi ... V-85 5.37. Pohon Tujuan Fungsi ... V-85 5.38 Pohon Tujuan Atribut Tambahan ... V-85 5.39. Pohon Tujuan Penggiling Buah Kopi ... V-86 5.40. Sistem Input Output Produk Penggiling Buah Kopi Otomatis ... V-88 5.41. Hubungan Antara Sesama Karakteristik Teknis Penggiling

Buah Kopi ... V-98 5.42. Quality Function Deployment (QFD) Produk Penggiling Buah

(23)

ABSTRAK

UKM Tani Bersama adalah usaha kecil menegah yang mengolah buah kopi menjadi biji kopi dan kulit kopi dengan beberapa tahapan proses operasi. Aktifitas manual pada perusahaan dilakukan pada bagian penggilingan buah kopi, kegiatan yang dilakukan operator adalah mengangkat buah kopi dan melakukan proses penggilingan buah kopi. Pekerjaan ini digolongkan pekerjaan berat yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan hasil kuisioner Standard Nordic Questionnaire (SNQ) identifikasi dari kuesioner SNQ menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan operator bagian penggilingan buah kopi sakit pada bahu kanan (11,67%), Sakit pada lengan atas kanan (11,25%), sakit pada lengan bawah kanan ( 10,83%), sakit pada pergelangan tangan kanan (7,92%), sakit pada tangan kanan (7,50%), sakit pada pinggang (7,50%), sakit kaku di bagian bawah (6,25%), sakit pada tangan kiri (5,00%) dengan kategori sangat sakit. Hasil Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode

rapid entire body assesment (REBA) menunjukan level risiko tinggi bernilai 5-11 artinya pekerja memerlukan perbaikan sekarang juga. Penilaian beban kerja dengan metode MPL berada dalam kategori berbahaya. Hasil pengumpulan data antropometri operator pada bagian penggiling buah kopi dilakukan uji keseragaman, kecukupan, dan kenormalan serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mewakili data yang diukur. Usulan rancangan fasilitas kerja berdasarkan prinsip antropometri yaitu tinggi tempat bahan baku 43,8 cm. Penilaian karakteristik berdasarkan QFD memiliki tingkat kesulitan karakteristik teknik adalah mutlak sangat sulit, tingkat kepentingan adalah penting dan perkiraan biaya adalah murah.

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di iklim tropis. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang hasil budidaya kopi tidak hanya untuk diekspor, tetapi juga untuk diolah di industri-industri yang berada di Indonesia. Budidaya tanaman kopi relatif mudah untuk dilakukan yaitu dengan cara memenuhi syarat tumbuh tanaman kopi yang baik sesuai dengan jenis kopi yang akan ditanam. Buah kopi biasanya akan bisa di panen dalam waktu selama kurang lebih 9 bulan. Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah kopi dan dibawa ke bagian penggilingan buah kopi. Pada umumnya, proses penggilingan buah kopi menjadi biji kopi menggunakan penggiling yang digerakkan secara manual. Waktu tunggu menggunakan penggiling buah kopi secara manual cukup lama sehingga mempengaruhi kualitas buah kopi yang akan digiling. Alat penggiling buah kopi secara manual mempunyai silinder yang terbuat dari kayu, bentuk silinder akan berubah karena terkena air pada saat menggiling buah kopi sehingga penggilingan buah kopi tidak baik antara kulit kopi yang tercampur dengan biji kopi sebanyak 15% dan biji kopi yang pecah sebesar 5% dari 200 kg penggilingan buah kopi.

(25)

sebanyak 200 kg/hari. Proses produksi UKM Tani Bersama masih dilakukan secara manual. Operator menggiling buah kopi dengan cara memutar pedal mesin penggiling. Postur kerja membungkuk dan tangan yang terus memutar selama proses penggilingan buah kopi sehingga mengalami kesemutan, pegal-pegal dan cepat merasa lelah. Ember berisi kopi seberat 50 kg harus diangkut operator dan dimasukkan ke tempat penampungan buah kopi yang tingginya 120 cm. Wawancara awal yang dilakukan dengan operator penggiling buah kopi diketahui bahwa keluhan rasa sakit yang dialami sakit kaku di leher bagian bawah, sakit di bahu kanan, sakit di punggung, sakit lengan atas kanan, sakit pada pinggang, sakit pada lengan bawah kanan, sakit pada pergelangan tangan kanan, sakit pada tangan kiri, sakit pada tangan kanan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka diusulkan perancangan penggiling buah kopi yang ergonomis. Penggiling buah kopi tersebut dirancang berdasarkan pengukuran dan prinsip-prinsip antropometri operator sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau mereduksi keluhan yang dialami operator saat bekerja dan dapat meningkatkan produktivitas.

1.2. Perumusan Masalah

(26)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan penggiling buah kopi ergonomis untuk meningkatkan produktivitas.

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi keluhan rasa sakit pekerja dengan menggunakan Standard Nordic Questionnaire (SNQ).

2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA(Rapid Entire Body Assesment).

3. Mengidentifikasi beban kerja dengan perhitunganbiomekanika.

4. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan fasilitas kerja.

5. Mengidentifikasi karakteristik atau atribut-atribut fasilitas yang akan dirancang.

6. Merancang penggiling buah kopi dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).

7. Mendapatkan tingkat produktivitas sebelum dan setelah penggunaan penggiling buah kopi

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah : a. Bagi Mahasiswa

(27)

Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, khususnya dalam penilaian beban serta postur kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan prissip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaiakan suatu permasalahan-permasalahan praktis.

b. Bagi perusahaan

Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan muskoloskeletal.

c. Bagi Departemen Teknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.5. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan di stasiun penggiling buah kopi.

2. Pengukuran hanya dilakukan pada operator yang bertugas menggiling buah kopi.

3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).

(28)

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan dengan gerakan normal dan tidak berada dalam keadaan tekanan.

2. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang sehat, baik jasmani maupun rohani.

3. Operator leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak menjadi penghambat.

4. Operator tidak mengalami pergantian selama bekerja.

5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan sesuai standar.

6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitan berlangsung.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(29)

operator, asumsi dan batasan masalah penelitian serta manfaat penelitian untuk UKM Tani Bersama.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab operator UKM Tani Bersama, jumlah operator dan jam kerja perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Landasan Teori menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian yang berisi teori-teori antropometri, metode REBA, defenisi beban kerja fisik, biomekanika dan QFD.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab pengumpulan dan pengolahan data berisi tentang pengumpulan data, yaitu data keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ, data penilaian elemen gerakan kerja dengan menggunakan metode REBA, dimensi antropometri, data korelasi antar variabel, data atribut produk penggiling buah kopi dari hasil kuesioner terbuka dan data derajat kepentingan dari hasil kuesioner tertutup. Sedangkan pengolahan data yang dilakukan adalah identifikasi keluhan

(30)

kerja, perhitungan validitas dan reabilitas dan penentuan karakteristik dengan quality function deployment (QFD).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja, biomekanika, antropometri, korelasi dari penelitian sehingga memperjelas hasil pengolahan data dan karakteristik perancangan penggiling buah kopi dengan QFD. Selain itu juga diuraikan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu berupa perancangan alat bantu untuk mereduksi risiko MSDs.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam penelitian dan menjawab tujuan tentang risiko MSDs. Sedangkan saran yang diberikan berisi tentang usulan metode kerja baru serta rancangan alat penggiling buah kopi pada operator di UKM Tani Bersama untuk mengurangi MSDs.

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

UKM Tani Bersama di bangun diatas lahan seluas 5 Ha pada tahun 2002 yang berlokasi di Jl. Sipahutar Desa Lobu Siregar I Kecamatan Siborong-siborong Kabupaten Tapanuli Utara – Sumatera Utara. UKM Tani bersama didirikan oleh bapak Silitonga sekaligus pemilik UKM tersebut.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

UKM Tani Bersama bergerak dalam bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. UKM Tani Bersama menjual produknya kepada pengepul biji kopi. Penjualan produk dilakukan sendiri oleh pemilik UKM Tani Bersama.

2.3 Lokasi Perusahaan

UKM Tani Bersama terletak di Jalan Sipahutar Desa Lobu Siregar I Kecamatan Siborong-siborong Kabupaten Tapanuli Utara – Sumatera Utara. Lokasi UKM Tani Bersama dari kota Medan memiliki jarak tempuh sekitar 228 Km.

2.4.1 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

(32)

dua pekerjaan yaitu 4 orang pekerja di bagian pemetikan dan 3 orang di bagian penggilingan.

Hari kerja di UKM Tani Bersama dimulai sejak hari Senin hingga hari Sabtu dengan jam kerja 8 jam perhari yaitu mulai dari pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB dengan waktu istirhat selama 2 jam yaitu pada pukul 12.00 WIB – 14.00 WIB.

2.4.2 Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Pengupahan karyawan dibayar dengan sistem mingguan berupa upah pokok. Jumlah upah yang diterima akan disesuaikan dengan jumlah output yang dikerjakan oleh pekerja.

2.4 Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

(33)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Postur Kerja1

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Grandjean (1993) berpendapat bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain:

1. Pembebanan pada kaki

2. Pemakaian energi dapat dikurangi

3. Keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi

Kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan dan kerugian, maka untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh, perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja sesuai diterapkan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk. Pekerjaan tersebut antara lain: 1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan 3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar

1

(34)

1. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi 6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama

7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000) bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya, berdiri lebih lelah daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subyektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri antara lain:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut

(35)

Clark (1996) mencoba mengambil keuntungan dari posisi kerja duduk dan berdiri kemudian mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri. Kemudian disimpulkan bahwa pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seperti pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda

Jenis Pekerjaan

Sikap Kerja yang Dipilih

Pilihan Pertama Pilihan Kedua Mengangkat beban > 5kg Berdiri Duduk – Berdiri Bekerja di bawah tinggi siku Berdiri Duduk – Berdiri Menjangkau horizontal di luar

daerah jangkauan optimum

Berdiri Duduk – Berdiri

Pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang

Duduk Duduk – Berdiri

Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk – Berdiri

Inspeksi dan monitoring Duduk Duduk – Berdiri

Sering berpindah-pindah Duduk – Berdiri Berdiri

Sumber: Helander (1995:60). A Guide to the Ergomic of Manufacturing.

3.2 Gangguan Musculoskeletal2

Gangguan musculoskeletal yang sering juga disebut Work-related Musculoskeletal Disorder (WMSD) adalah rasa sakit yang mempengaruhi tulang, otot, dan persendian tubuh yang diderita oleh seseorang. Gangguan

2

(36)

musculoskeletal pada umumnya disebabkan pemberian beban kerja yang melebihi kemampuan tubuh (overuse) untuk melakukan pemulihan, pada proses kerja yang berulang, dan dalam waktu yang lama.

3.2.1 Penyebab Gangguan Muskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal memiliki banyak penyebab, pekerjaan yang repetitive, yang paling sering menjadi penyebab gangguan ini, adalah salah satu faktor dari faktor risiko (risk factor) yang dimiliki oleh stasiun kerja. Faktor risiko dapat menjadi penyebab langsung dari masalah kesehatan, adanya faktor risiko bukan berarti merupakan salah satu faktor penyebab. Faktor risiko merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tingkat risiko yang dimiliki suatu pekerjaan terhadap masalah kesehatan yang mungkin muncul di stasiun kerja.

Faktor risiko yang dapat menjadi penyebab gangguan muskuloskeletal diantaranya:

1. Pekerjaan repetitif

Pekerjaan repetitif memberikan beban kerja pada bagian tubuh secara konstan. Apabila pekerjaan ini dilakukan dalam waktu yang lama dan melebihi kemampuan bagian tubuh untuk melakukan pemulihan, maka risiko terjadi gangguan muskuloskeletal sangat tinggi.

2. Postur tubuh

(37)

sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan menyebabkan rasa rasa sakit, seperti pada saat peregangan maksimum.Apabila postur tubuh yang tidak baik ini dibiarkan dan dilakukan dalam waktu yang lama, maka resiko terjadi gangguan muskuloskeletal sangat tinggi.

3. Tingkat kekuatan pekerjaan akan membutuhkan tingkat kekuatan (force) saat menggunakan peralatan atau saat mendorong dan menahan. Tingkat kekuatan akan memberikan beban kerja berlebih pada bagian tubuh. Kemampuan bagian tubuh untuk dapat menahan beban kerja dalam waktu tertentu sangat menentukan tingkat kekuatan yang dikeluarkan, risiko terjadi gangguan muskuloskeletal semakin tinggi.

4. Kerja otot statis

Kerja otot statis adalah pada saat otot berkontraksi tanpa adanya jeda/imtrupsi. Otot membutuhkan darah yang lebih banyak saat berkotraksi daripada saat relaksasi. Pada saat otot dalam kondisi kerja statis, otot memberikan tekanan yang konstan pada saluran darah sehingga darah yang dibutuhkan dalam jumlah besar terhambat, akibat otot cepat lelah dan akan merasakan rasa sakit. Apabila kerja otot statis ini dibiarkan dan dilakukan dalam waktu yang lama, maka risiko terjadi gangguan muskuloskeletal sangat tinggi.

5. Lingkungan kerja

(38)

memerlukan tingkat kekuatan yang lebih besar. Peralatan yang bergetar memerlukan tingkat kekuatan yang lebih besar untuk digunakan, getaran juga dapat mengganggu peredaran darah pada bagian otot.

3.3 Standard Nordic Questionnaire (SNQ)3

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 2.8. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya.

Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.

3

(39)

Gambar 3.1 Peta Tubuh Keterangan:

0. leher bagian atas 16. tangan kiri

1. leher bagian bawah 17. Tangan Kanan

2. bahu kiri 18. Paha Kiri

3. bahu kanan 19. Paha Kanan

4. lengan atas kiri 20. Lutut Kiri

5. punggung 21. Lutut Kiri

6. lengan atas kanan 22. Betis Kiri

7. pinggang 23. Betis Kanan

8. bokong 24. Pergelangan Kaki Kiri

9. pantat 25. Pergelangan Kaki Kanan

10.siku kiri 26. Kaki Kiri

11.siku kanan 27. Kaki Kanan

(40)

3.6 Antropometri4

3.7.3 Defenisi Antropometri

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropomeetri menurut Sevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

3.7.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri5

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:

1. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar,seiring dengan bertambahnya waktu, yaitu seejak awal kelahiranya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan olehA.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun;meskipun ada sekitar 10 % yang masih terus bertambahtinggi sampai usia23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita).

4

Eko Nurmianto.2008.Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Hal:54

5

(41)

Setelah itu, tidak akan terjadi pertumbuhan bahkan akan cendrung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. 2. Jenis kelamin (sex). Dimensi ukuran tubuh laki-laki umunya akan lebih besar

dibandingkan dengan wanita,terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku,bangsa ataupun kelompok etnik akan memilki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainya.

4. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Sepertinya misalnya: buruh dermaga/pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

5. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk perancaangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain).

6. Tebal/tipisnya pakain yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

(42)

3.7.5 Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini:

(43)

yang ada. Sebagai contoh penetapan jarak jangkauan dari suatu mekaanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancaangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.

Di sini rancaangan bisa dirubah-ubah ukuranya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancaangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandaranya pun bisaa berbah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacaam ini maka data antropoometri yang umum diaplikasikan adalah daalam rentang niali 5-th sampai dengan 95-th percentile.

3. Prinsip perancaangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yag dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memilki ukuran ekstrim akan dibuat rancangan tersendiri.

3.7.6 Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri

Berikut ini adalah beberapa dimensi tubuh yang umum diukur dalam antropometri:

(44)

2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3. Tinggi bahu posisi berdiri tegak

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam dalam posisi berdiri tegak

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari atas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala

7. Tinggi mata dalam posisi duduk 8. Tinggi bahu dalam posisi duduk

9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 10. Tebal atau lebar paha

11. Panjang paha yang diukur dari ujung pantat sampai dengan ujung lutut

12. Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut/betis

13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk

14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantaisampai dengan paha 15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)

16. Lebar pinggang/pantat

17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung 18. Lebar perut

19. Panjang siku yang diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi tegak

(45)

21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi tegak

22. Lebar telapak tangan

23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kana 24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai

dengan telapak tangan yang terjangkau harus keatas (vertikal)

25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti no.24 tetapi dalam posisi duduk

26. Jarak tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan

3.7.7 Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri Data anthropometri sangat diperlukan agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order).

Situasi menjadi berubah jika lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul adalah ukuran siapakah yang digunakan sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada. Karena pastinya ukuran setiap individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk yang akan dirancang.

(46)

dan adjustabel dengan suatu rentang ukuran tertentu. Gambar 3.9. menjelaskan dalam anthropometi, angka 95 th akan menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terbesar dan 5 th menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terkecil.

Gambar 3.10 Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th

Tabel 3.12 menunjukkan pemakaian nilai-nilai persentil yang diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri.

Tabel 3.12 Tabel Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan

1-st Χ- 2.325 σX 2.5-th Χ- 1.96 σX

5-th Χ- 1.645 σX

10-th Χ- 1.28 σX

50-th Χ

90-th Χ+ 1.28 σX

95-th Χ+ 1.645 σX 97.5-th Χ+ 1.96 σX

(47)
(48)

3.7.8 Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk

Antropometri menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota

tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat besar manfaatnya

pada saat tertentu dalam merancang suatu produk. Agar rancangan tersebut

nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia yang akan

mengoperasikan, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :

1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individual Dengan Ukuran Yang Ekstrim. Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu :

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari ada).

Agar bisa digunakan untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran tubuh yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

(49)

b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th atau 10-th percentile) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan untuk sebagai contoh dalam penerapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

Aplikasi data antropometri umumnya digunakan untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th percentile untuk dimensi minimumnya. 2. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di antara Rentang

Ukuran Tertentu.

Rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju atau mundur dan sudut sandarannya pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksible, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile.

3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-Rata.

(50)

yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja. Maka adapun beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah - langkah seperti berikut :

a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tububh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Tentukan dimensi tubuh mana yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension.

c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “Market Segmentation” seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll. d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

terebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksible (adjustabel) atau ukuran rata-rata.

e. Pilih presentase populasi yang harus diikuti: 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang lain yang dikehendaki.

(51)

bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain lain.

3.7.9 Uji Keseragaman Data6

Uji keseragaman data dimaksudkan untuk menentukan bahwa populasi data sampel yang digunakan memiliki penyeimbangan yang normal dari rata-ratanya pada tingkat kepercayaan/signifikansi tertentu. Pengujian terhadap keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh telah berada dalam keadaan yang terkendali atau belum. Suatu data yang berada di dalam batas kendali yaitu BKA (Batas Kendali Atas) dan BKB (Batas Kendali Bawah) dapat dikatakan dalam keadaan terkendali, sebaliknya jika suatu data berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut dikatakan berada dalam keadaan tidak terkendali.

Nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat dihitung apabila nilai standar deviasi telah diketahui. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung standar deviasi dari suatu kumpulan data.

σ=�∑(Xi-x)

2

N

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung BKA dan BKB dari suatu kumpulan data.

6

(52)

σ

Setelah nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah diketahui, maka data harus diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh nilai data berada di antara BKB dan BKA. Apabila terdapat data yang lebih kecil dari BKB ataupun data yang lebih besar dari BKA, maka data tersebut tidak boleh diikut sertakan dalam proses perhitungan (dieliminasi).

3.7.1 Proses-Proses dalam Perancangan Produk

Perancangan produk menurut Nigel Cross terbagi atas tujuh langkah yang masing-masing mempunyai metode tersendiri. Ketujuh langkah tersebut diuraikan pada sub bab berikutnya.

3.7.3.1 Klarifikasi Tujuan7

Klarifikasi tujuan (clarifying objectives) ini dilakukan untuk menentukan tujuan perancangan. Metode yang digunakan adalah pohon tujuan (objectives

7

(53)

Trees). Dengan pohon tujuan, kita akan dapat mengidentifikasikan tujuan dan sub tujuan dari perancangan suatu produk beserta hubungan antara keduanya yaitu dalam bentuk diagram yang menunjukkan hubungan yang hierarki antara tujuan dengan sub tujuannya. Percabangan pada pohon tujuan merupakan hubungan yang menunjukkan cara untuk mencapai tujuan tertentu.

Titik awal sebuah rancangan adalah sebuah masalah atau sesuatu yang masih kabur sangat jarang bagi perancang untuk memberikan pernyataan lengkap dan jelas tentang objek yang harus dipenuhi. Langkah pertama dalam perencanaan adalah mencoba mengklasifikasikan tujuan perencanaan. Dalam kenyataannya, akan sangat membantu pada semua tahap mencapai akhir yang diinginkan. Akhir ini adalah rangkaian tujuan dimana benda yang dirancang harus dapat dipenuhi.

Metode pohon tujuan memberikan format yang jelas dan bermanfaat bagi beberapa tujuan. Ini memperlihatkan tujuan dan cara umum untuk mencapainya dan masih harus dipertimbangkan. Ini akan memperlihatkan bentuk diagramatik dimana tujuan yang berbeda akan saling berhubungan satu sama lain, dan pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Prosedur untuk pencapaian pohon tujuan ini akan membantu memperjelas tujuan dan mencapai kesepakatan di antara klien, manajer, dan anggota tim desain.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap klarifikasi tujuan adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar tujuan perancangan.

(54)

3. Gambarkan sebuah diagram pohon tujuan, untuk menunjukkan hubungan-hubungan yang hierarki.

Metode pohon tujuan memberikan bentuk dan penjelasan dari pernyataan tujuan. Metode ini menunjukkan sasaran yang akan dicapai dengan berbagai pertimbangan.

1. Prosedur

Prosedur untuk menggunakan metode pohon tujuan membantu memperjelas tujuan dan mendapatkan persetujuan dari klien, manajer, dan anggota tim perancangan. Klien sangat peduli terhadap dengan apa yang diinginkan, atau mungkin klien berpendapat bahwa pengacara sangat memahami yang diinginkannya. Alternatif lain adalah berharap klien memberikan kebebasan. Hal ini kedengarannya seperti keuntungan tersendiri bagi perancang tetapi bisa juga menjadi bencana kalau klien memutuskan bahwa proposal rancangan akhir sama sekali tidak sesuai dengan keinginannya. Pada kasus lain perancang akan sangat membutuhkan pengembangan ide-ide awal menjadi pernyataan yang jelas tentang tujuan perancangan.

(55)

apa yang dimaksud dengan sasaran antara. Sebagai contoh, suatu tujuan untuk peralatan mesin adalah harus aman, hal ini dapat diperluas menjadi: a. Tidak mencederai operator.

b. Mengurangi tingkat kesalahan operator. c. Mengurangi kerusakan peralatan. d. Pengurangan beban yang berlebihan.

Daftar ini dapat disimpulkan dengan sederhana dan sembarang hal-hal apa saja yang dapat dianggap sebagai tujuan atau mendiskusikannya dengan anggota tim perancang lainnya. Dapat juga dilakukan dengan menanyakan pada klien secara lebih spesifik tentang tujuan termasuk dalam rancangan singkat.

Jenis pertanyaan yang dapat digunakan dalam memperluas dan memperjelas tujuan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana misalnya, “Kenapa”, “Bagaimana” atau “Apa”. Untuk singkatnya mengajukan pertanyaan apa yang ingin kita cari dari tujuan-tujuan ini.

(56)

sehingga tingkatan paling bawah terpisah dengan tingkatan tujuan yang lainnya, contohnya sebagai berikut:

a. Mesin yang dibuat harus aman, b. Mengurangi tingkat,

c. Mengurangi kesalahan kesalahan peralatan, d. Mengurangi beban berlebih.

Daftar kini tersusun menjadi 3 tingkatan hirarki. Terkadang sangat sulit untuk membedakan antar tingkatan tujuan atau orang lain dalam tim perancangan tidak setuju dengan tingkatan relatif beberapa tujuan.

Aspek untuk memilih tujuan menjadi beberapa tingkatan membantu perancang untuk berpikir lebih jelas tujan dan hubungan antar sasaran tujuan akhir. Gambarkan diagram pohon tujuan untuk menunjukkan hubungan hirarki dan hubungan diantaranya. Diagram ini menunjukkan hubungan hirarki diantara beberapa tujuan dan subtujuan; diagram ini merupakan awal suatu pohon yang menggambarkan pola hubungan diantara tujuan dan subtujuan.

(57)

perancangan harus dinyatakan secara jelas dan transparan dan memuat informasi yang dibutuhkan, dan pohon tujuan menyediakan kebutuhan ini. 2. Fungsi Perancangan

(58)

permasalahan diputuskan dengan mendirikan “Perbatasan” disektor peletakan pengganti yang saling berkaitan dari fungsi.

3. Metode Analisis Fungsi

Menunjukkan fungsi keseluruhan untuk rancangan masa proses perubahan dari pemasukan kepada pegeluaran. Titik pangkal untuk metode ini adalah memusatkan pada apa saja yang diperoleh dengan rancangan baru, dan tidak mementingkan bagaimana diperolehnya yang paling sederhana dan cara yang sangat mendasar dari penunjukan penggantian produk atau alat digambarkan secara sederhana sebagai kotak hitam yang mengubah bentuk khusus pemasukan kepada pengeluaran yang diinginkan. Kotak hitam meliputi keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mengubah bentuk permasalahan kepada pengeluaran.

4. Perincian fungsi-fungsi keseluruhan kedalam sekumpulan sub-sub fungsi penting.

(59)

hanya menjadi pernyataan dan sebuah keterangan kerja tanpa sebuah kata benda “menjelaskan sinyal” menghitung tujuan-tujuan. Setiap sub-sub fungsi mempunyai inputnya sendiri dan outputnya, dan kesesuain antara ini semuanya seharusnya diperiksa. Disana mungkin ada sub fungsi pembantu yang harus ditambahkan tapi yang tidak dikontribusikan langsung pada fungsi keseluruhan seperti perpindahan sisa-sisa.

5. Menggambar sebuah diagaram yang menunjukkan hubungan industri antara sub- sub fungsi.

Sebuah blok diagram terdiri dari semua sub-sub fungsi yang secara terpisah diidentifikasikan dengan melampirkan mereka dalam kotak-kotak dan berhubungan satu sama lain dengan imput-input dan output mereka sehingga memberi penjelasan fungsi dari produk atau perlengkapan yang sedang dirancang. Dengan kata lain, keaslian kotak blok dari keseluruhan fungsi digambar kembali menjadi sebuah kotak transparan yang dalam kepentingan sub-sub fungsi. Dalam penggambaran diagram ini kita akan dapat menemukan bagaimana bagian dalam input dan output-output dari sub-sub fungsi yang dikaitkan bersama sedemikian rupa untuk membuat kemudahan dalam bekerjanya suatu sistem.

6. Gambar sistem batas

(60)

Sepeda Mini

Rangka yang Ringan dan Kuat

Tempat duduk yang nyaman

Gambar 3.12 Diagram Pohon Tujuan Sepeda Mini

3.7.3.2 Penetapan Fungsi

Dari metode pohon tujuan kita melihat maksud permasalahan yang mempunyai banyak tingkatan perbedaan yang umum maupun secara rinci. Perancang selalu mungkin untuk menaikkan dan menurunkan tingkatan dalam permasalahan dan juga dapat menurunkan beberapa tingkatan.

(61)

Tujuan dari metode analisis fungsi adalah untuk menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas-batas sistem rancangan produk yang baru. Untuk itu dengan menggunakan Metode Analisis Fungsi (Analysis Function Method) maka kita dapat menggambarkan System input-output dari proses pembuatan produk.

Adapun metode analisa fungsi menawarkan sejumlah pertimbangan fungsi pokok dan level dimana sebuah masalah dialamatkan. Fungsi pokok adalah perlengkapan, produk atau sistem yang didesain harus memuaskan dan menjadi kompenen fisik dari produk yang akan digunakan. Level masalah ditentukan dengan menetapkan sub set fungsi yang secara logis.

Titik pangkal untuk metode ini adalah untuk rancangan masa proses memusatkan pada apa yang diperoleh perubahan dari pemasukan kepada rancangan baru dan tidak mementingkan bagaimana diperolehnya yang paling sederhana dan cara yang sangat mendasar dari perancangan produk, yang digambarkan secara sederhana dalam Gambar 3.13

Gambar 3.13 Black Box

Metode analisis fungsi bertujuan untuk menetapkan fungsi-fungsi yang diharapkan dan batas sistem dari rancangan baru. Prosedurnya berupa:

(62)

2. Membagi keseluruhan fungsi menjadi sekumpulan sub-sub fungsi. 3. Gambar blok diagram yang menunjukkan interaksi antar sub-sub fungsi. 4. Menggambarkan batas sistem.

5. Batas sistem menyatakan batas-batas fungsional untuk produk

6. Penyelidikan untuk komponen yang cocok untuk menunjukkan sub-sub fungsi

Berikut adalah prosedur dalam tahap penetapan fungsi:

1. Perincian fungsi-fungsi keseluruhan ke dalam sekumpulan sub-subfungsi. Cara yang dilakukan adalah: pemeriksaan kedalam sub-sub fungsi dapat bergantung pada faktor seperti jenis dari komponen, kepentingan alokasi dari fungsi mesin, pengalaman desainer dan lain-lain. Setiap sub fungsi mempunyai input sendiri dan kesesuaian antara input dan output harus diperiksa. Disana mungkin ada sub fungsi pembantu yang harus ditambahkan. 2. Menggambarkan sebuah diagram yang menunjukkan hubungan fungsi antara

sub-sub fungsi.

Sebuah blok diagram terdiri dari semua sub fungsi yang secara terpisah diidentifikasikan dengan melampirkan mereka dalam kotak-kotak dan berhubungan satu sama lain dengan input dan output.

3. Gambar sistem batas.

(63)

kemudian itu seharusnya dapat diidentifikasi kesesuaian komponen untuk setiap sub fungsinya.

Pengidentifikasian komponen akan bergantung pada kealamian dari produk. Metode fungsi analisa adalah bantuan yang sangat berguna dalam keadaan itu karena ia berfokus pada fungsi-fungsi dan meninggalkan peralatan-peralatan fisik dan pencapaian fungsi pada tingkat berikutnya dari proses perancangan

3.7.3.3 Penetapan Kebutuhan8

Setelah penetapan fungsi, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan spesifikasi kebutuhan. Langkah ini bertujuan untuk membuat spesifikasi pembuatan yang akurat bagi desain atau rancangan.

Dalam menetapkan batasan-batasan tentang apa yang harus dicapai seorang perancang, spesifikasi performansi membatasi luasnya solusi yang mungkin diterima. Karena itu, maka seorang perancang harus membuat batasan target yang akan dicapai, tetapi batasan tersebut sebaiknya tidak terlalu sempit. Di lain pihak, spesifikasi yang terlalu luas, dapat memberikan perancang sedikit ide yang sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi yang terlalu luas akan mengarah kepada solusi yang tidak tepat.

Performansi suatu metode spesifikasi dimaksudkan untuk membantu dalam mendefinisikan suatu masalah desain, meninggalkan kesesuaian sejumlah kebebasan sehingga perancang mempunyai ruang untuk mengarahkan melewati

8

(64)

jalan itu dan berarti pencapaian dari keberhasilan suatu solusi disain yang memuaskan. Spesifikasi berarti suatu performansi yang diperlukan, dan bukan produk yang diperlukan. Oleh karena itu, metode ini menekankan pencapaian performansi suatu solusi desain, dan bukan komponen fisik tertentu manapun dimana itu mungkin berarti menuju pencapaian keberhasilan itu.

Adapun prosedur dari penentuan performansi yang akurat dari suatu spesifikasi produk adalah:

1. Mempertimbangkan level berbeda yang sifatnya umum dari solusi tersebut yang mungkin dapat diusulkan. Mungkin bisa dipilih satu pilihan diantara level-level berikut yakni:

a) Atribut alternatif, b) Type jenis produk, c) Ciri- ciri produk.

2. Menentukan level yang sifatnya umum yang mana akan digunakan dalam operasi. Keputusan ini biasanya dibuat oleh pelanggan.

3. Mengidentifikasi atribut pembuatan yang perlu.

4. Menguraikan syarat-syarat pembuatan secara ringkas dan jelas untuk setiap atribut.

(65)

diharapkan oleh para pelanggan dalam pembayaran sebagai harga pembelian produk. Masalah umum lainnya adalah dapat diterimanya ukuran dan berat dari mesin. Beberapa masalah akan ditampilkan dalam persyaratan, seperti penilaian

power mesin uap, apakah mesin sesuai dengan UU resmi atau persyaratan keamanan lainnya.

Kumpulan persyaratan ini terdiri dari dari spesifikasi penampilan produk atau mesin. Persyaratan rancangan dari suatu objek atau fungsi kadang-kadang memperlihatkan spesifikasi performance tetapi ini belum tentu benar. Objective

dan function adalah persyaratan, apakah sebuah desain harus mencapai sukses atau tidak. Dalam kumpulan batasan bagaimana disain dapat mencapai sukses, spesifikasi performance karena itu dibatasi oleh masalah-masalah yang dapat direrima. Oleh karena itu dikumpulkan target perancangan produk, hal ini hampir tidak dapat dijelaskan, jika itu terjadi. Banyak solusi-solusi yang dapat diterima yang ternyata tidak dibutuhkan. Sebaliknya dengan pengkhususan ini terlalu umum atau sama-sama dapat berubah seorang designer dengan sedikit ide yang pantas untuk disyahkan. Bahan spesifikasi yang dikumpulkan terlalu luas dapat juga menjadi solusi yang tidak sah yang kemudian diubah atau dimodifikasi saat itu dilakukan benar-benar menjadi batasan yang dapat diterima.

Maka terdapatlah banyak alasan yang disertai usaha spesifikasi

performance yang akurat dalam desain proses, hal itu dapat dikumpulkan menjadi

solution pace dengan penyelidikan designer. Kemudian dalam proses

(66)

3.7.3.4 Penentuan Karakteristik dengan QFD9

QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang dan jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang dan jasa yang dihasilkan. Penyebaran fungsi mutu (Quality Function Deployment) adalah alat perencanaan yang dibutuhkan untuk membantu bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika menyusun spesifikasi desain dan fabrikasi. Manfaat-manfaat utama QFD sebagai berikut :

1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dan teknologi.

2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

3. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.

4. Dengan memfokuskan pada upaya perancangan, hal tersebut akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur ulang rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru.

5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perancangan.

9

(67)

6. Mendorong terselenggarakannya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rencana teknik, dan fabrikasi sejak awal proyek.

7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.

Penentuan karakteristik bertujuan untuk mengetahui selera konsumen terhadap produk. Hal ini dapat dilakukan dengan metode (Quality Function Deployment), yaitu menerjemahkan selera konsumen dalam bentuk atribut-atribut produk yang sesuai dengan karakteristik teknis. QFD adalah suatu matriks yang sistematis, menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk yang berkualitas. Dasar dari QFD adalah filosofi TQM (Total Quality Management). Dalam QFD menggunakan suatu matriks yang disebut sebagai

House of quality, dimana matriks ini dapat menerjemahkan keinginan konsumen ke dalam karakteriatik desain. Bentuk dan keterangan dari setiap bagian matriks

(68)

MODUS

Temperatur Penuangan Ketelitian Pengeboran Ketepatan Bentuk Mal Ketelitian Penggerindaan

v Fungsi tambahan gantungan pintu

pajangan natal tempat surat Lebar gantungan pintu pajangan

natal 10 cm Tebal gantungan pintu pajangan

natal 1 cm Warna dasar gantungan pintu

pajangan natal biru Warna tulisan gantungan pintu

pajangan natal merah Motif gantungan pintu pajangan

natal pohon natal Bahan tambahan gantungan pintu

pajangan natal tripleks Panjang gantungan pintu pajangan

natal 10 cm

Bentuk gantungan pintu pajangan natal bulat

Warna fungsi tambahan gantungan pintu pajangan natal hijau

Gambar 3.14 House Of Quality

Dalam menggunakan matriks House of quality harus melalui prosedur sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk.

(69)

yang terpenting dalam tahap ini adalah mengidentifikasi pernyataan konsumen dengan baik untuk menghindari kesalahan interpretasi.

2. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari atribut-atribut.

Penentuan peringkat atribut ini dapat dilakukan dengan memberikan bobot persentase pada masing-masing atribut dengan menggunakan skala prioritas. 3. Mengevaluasi atribut-atribut dari produk pesaing.

Performansi dari pesaing dianalisis, keterangan mengenai atribut diprioritaskan dan dikaji.

4. Membuat matriks perlawanan antara atribut produk dengan karakteristik. Atribut-atribut yang telah diterjemahkan ke dalam karakteristik teknis pada tahap di atas dimasukkan ke dalam suatu matriks, dimana atribut diletakkan horizontal ada tepi atas. Karakteristik yang dipilih harus nyata dan dapat diukur.

5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknis dan atribut produk. Untuk menyatakan hubungan yang terjadi antara karakteristik teknis dan atribut, biasanya menggunakan skor, dimana skor yang tertinggi menyatakan tingkat kemudahan yang tinggi bagi tim perancang untuk mengidentifikasi karakteristik teknis ynag paling berpengaruh pada kepuasan konsumen dan sebaliknya.

6. Mengidentifikasi interaksi yang relevan di antara karakteristik teknis

(70)
(71)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UKM Tani Bersama yang beralamat di Jalan Sipahutar, Desa Lobu Siregar I Kecamatan Siborong-siborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2015 sampai Agustus 2015.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah action research merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan solusi yang akan diaplikasikan pada badan usaha sebagai bentuk perbaikan dari system semula.

4.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja pada stasiun penggilingan buah kopi di UKM Tani Bersama dengan kegiatan mengangkat buah kopi dan menggiling buah kopi.

4.5 Metode dan Instrumen Penelitian

Metode dan instrument/alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Gambar

TABEL
TABEL
GAMBAR
Tabel 3.1 Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah operator mengeluhkan rasa sakit dan tidak nyaman selama menggunakan alat pemotong skim rubber karena tidak sesuai dengan dimensi

1) Desain pisau pemotong dibuat mudah diganti atau mudah dilepas untuk diasah. 2) Perubahan penutup tabung pencacah dari alat pencacah aktual yang diangkat menjadi

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah operator mengeluhkan rasa sakit dan tidak nyaman selama menggunakan alat pemotong skim rubber karena tidak sesuai dengan dimensi

Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Rancangan Alat Pencacah Pelepah Sawit Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Kualitas

Rancangan desain alat pencacah pelepah sawit dimaksudkan untuk mengurangi keluhan muscolusceletal operator dan hasil cacahan pelepah sawit yang dihasilkan lebih halus

yaitu bentuk struktur organisasi yang ditunjukkan dengan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas pada masing-masing bagian kerja.. Struktur organisasi Usaha Tani

2015 Perancangan Ulang Alat Perontok Padi yang Ergonomis untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Kebersihan Padi , Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan..

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa dimensi tubuh tinggi siku berdiri (TSB) masih mempunyai data yang out of control hal ini menunjukan bahwa data sudah belum seragam dan