• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Mutu Kepegawaian Menggunakan Metode Pendekatan Topsis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Mutu Kepegawaian Menggunakan Metode Pendekatan Topsis"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

0

09PENGENALAN GARIS TELAPAK TANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR OPERASI BLOK NON-OVERLAPPING DAN

PENCOCOKAN NORMALIZED EUCLIDEAN DISTANCE

SKRIPSI

AHMAD YAZID

091402113

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN MUTU KEPEGAWAIAN

(2)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN MUTU KEPEGAWAIAN

MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN TOPSIS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah

Sarjana Teknologi Informasi

AHMAD YAZID

091402113

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PENILAIAN MUTU KEPEGAWAIAN MENGGUNAKAN METODE

PENDEKATAN TOPSIS

Kategori : SKRIPSI

Nama : AHMAD YAZID

Nomor Induk Mahasiswa : 091402113

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI

Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 13 Agustus 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dedi Arisandi, ST.,M.Kom NIP.19790831 200912 1 002

M Anggia Muchtar, ST.,MM.IT NIP. 19860303 201012 1 004

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,

(4)

PERNYATAAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN MUTU KEPEGAWAIAN MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN

TOPSIS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, 13 Agustus 2015

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi S1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Banyak pihak telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dengan kerjasama, dukungan dan doa yang telah diberikan. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya dan penghargaan kepada: 1. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Informasi yaitu Bapak Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, M.Sc dan Bapak Drs. Sawaluddin, M.Sc yang telah memberikan dukungan, arahan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak M Anggia Muchtar, ST.MM.IT dan Bapak Dedy Arisandi, ST.M.Kom sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memotivasi dan memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. Ibu Sarah Purnamawati, ST.M.Sc dan Bapak Baihaqi Siregar, S.Si, M.T yang telah bersedia menguji seminar hasil dan sidang sarjana penulis.

5. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara yang telah mengajarkan dan memberikan dukungan serta bantuannya dalam penyelesaian skripsi.

6. Kedua orangtua penulis, Ibunda Irma Fatmawai dan Ayahanda Akhmad Taufik yang selalu memberi doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini serta selalu sabar dalam membimbing dan mendidik penulis.

7. Adik Abdul Razak, Adik Ahmad Zulkifli, serta yang terkasih Melva Sari P yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

8. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan, seluruh teman-teman TA, Wawan, Buyung, Franz, Santana, Dimas, Sofyan, Arief, Salman, Yudhi serta teman-teman mahasiswa Teknologi Informasi lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(6)

ABSTRAK

Dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya alam manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat meningkatkan profit dan kinerja yang mencapai target dan tujuan organisasi. Salah satu SDM yang berpengaruh besar adalah pegawai. Oleh karenanya dibutuhkan suatu cara atau badan pengawasan untuk menilai kualitas pegawai didalam organisasi sekaligus mengurangi adanya penilaian kualitas kinerja pegawai yang bersifat subjektif. Penilaian kualitas pegawai tentunya memiliki banyak kriteria penilaian dengan prioritas yang berbeda – beda sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi SPK dan metode yang dapat memperhitungkan kriteria – kriteria tersebut. Salah satu metode pendekatan untuk memecahkan masalah multi-kriteria adalah

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). TOPSIS ialah sebuah cara pengambilan keputusan dengan mencari pilihan terbaik diantara alternatif – alternatif yang ada dengan menghitung kedekatan alternatif dengan nilai solusi ideal. Penelitian dilakukan dengan menghitung poin – poin kriteria dari tupoksi dan disiplin harian sehingga lebih mudah melakukan penilaian kualitas pegawai. Hasil akhir yang didapat berupa urutan nilai kedekatan alternatif dengan nilai solusi ideal. dari pengujian dapat disimpulkan bahwa didapatkan kemudahan mengambil keputusan yang lebih objektif.

(7)

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR EMPLOYEE QUALITY ASSESSMENT WITH TOPSIS

ABSTRACT

An Organization need to have a certain quality of human resources to improve profits and performance to achieve its goal and target. One of the vital human resources is employee. There is a necessity to have a methods or a supervisor to assess employee quality and to reduce the possibility of subjective evaluation. Employee quality assessment holds many attribute with different priority value, therefore it needs a decision support system with method capable to calculate multiple attribute. One of the method to solve multiple attribute is Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). This method is a system selection to find the best option by comparing available alternatives nearest to the ideal solution. The study uses the attributes of job description and attitude to assess employee quality. The final output is the rank of alternatives nearest to the ideal solution. The study concludes that the system helps decision makers to be more objectives.

(8)

DAFTAR ISI

1.4. Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Metodologi Penelitian 3

1.7. Sistematika Penulisan 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 5

2.1. Penilaian Kinerja 5

2.1.1. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai 7

2.1.2. Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) 8

2.1.3. Metode Penilaian Kinerja 8

2.1.4. Tupoksi dan Disiplin Harian 10

2.2. Sistem Pendukung Keputusan 10

2.2.1. Defenisi Sistem Pendukung Keputusan 11

2.2.2. Karakteristik dan Kemampuan SPK 11

2.2.3. Komponen SPK 14

2.2.4. Tahapan Pengambilan Keputusan 14

2.2.5. Proses Pengembangan SPK 16

2.3. Sumber Data 17

2.4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution 17

2.4.1. Langkah langkah TOPSIS 19

2.5. Penelitian Terdahulu 21

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 22

3.1. Data yang Digunakan 22

3.2. Komponen Sistem 22

3.2.1. DFD level 0 23

(9)

3.2.3. DFD level 2 24

3.3. Tahapan Implementasi TOPSIS 27

3.4. Perancangan Sistem (User Interface) 31

3.5. Perancangan Algoritma 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 44

4.1. Implementasi 44

4.2. Tampilan Implementasi Sistem 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 64

5.1. Kesimpulan 64

5.2. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Contoh penelitian terdahulu 21

Tabel 3.1 Contoh tabel bobot yang telah ditentukan 27

Tabel 3.2 Contoh tabel poin nilai Tupoksi 27

Tabel 3.3 Contoh perhitungan normalisasi poin A 28

Tabel 3.4 Contoh tabel matriks ternormalisasi 28

Tabel 3.5 Contoh pembobotan pegawai 28

Tabel 3.6 Contoh tabel matriks ternormalisasi terbobot 29

Tabel 3.7 Contoh tabel solusi ideal 29

Tabel 3.8 Contoh perhitungan nilai separasi positif 30

Tabel 3.9 Contoh tabel nilai separasi 30

Tabel 3.10 Contoh nilai C+ 30

Tabel 3.11 Contoh pengurutan nilai solusi ideal 31

Tabel 4.1 Method yang digunakan dalam program 45

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Contoh Graphic Rating Scale (Pierce J.L, 2002) 9 Gambar 2.2 Karakteristik dan Kemampuan SPK (Subakti, 2002) 12 Gambar 2.3 Tahapan Pengambilan Keputusan (Suryadi, 2002) 15

Gambar 2.4 Matriks Keputusan (Xij)mxn 19

Gambar 3.1 DFD Level 0 23

Gambar 3.2 DFD Level 1 23

Gambar 3.3 DFD Level 2 sistem login 24

Gambar 3.4 DFD Level 2 sistem data 25

Gambar 3.5 DFD Level 2 sistem input penilaian 26

Gambar 3.6 DFD Level 2 sistem TOPSIS 26

Gambar 3.7 Login 31

Gambar 3.8 Menu Utama 31

Gambar 3.9 Navigasi 32

Gambar 3.10 Tampilan data pegawai 32

Gambar 3.11 Tampilan tambah data baru dan ubah data 33

Gambar 3.12 Tampilan penilaian utama 33

Gambar 3.13 Tampilan penilaian Deisiplin harian 34

Gambar 3.14 Tampilan penilaian Tupoksi 34

Gambar 3.15 Tampilan data penilaian disiplin harian dan Tupoksi 35 Gambar 3.16 Tampilan TOPSIS disiplin harian dan Tupoksi 35 Gambar 3.17 Tampilan urutan TOPSIS disiplin harian dan Tupoksi 36

Gambar 3.18 Arsitektur Umum 37

Gambar 3.19 flowchart penentuan jumlah kriteria 37

Gambar 3.20 flowchart tabel normalisasi 38

Gambar 3.21 flowchart tabel normalisasi terbobot 39 Gambar 3.22 flowchart nilai solusi ideal positif 40 Gambar 3.23 flowchart nilai solusi ideal negatif 41

Gambar 3.24 flowchart nilai separasi positif 42

Gambar 3.25 flowchart nilai separasi negatif 42

Gambar 3.26 flowchart nilai kedekatan relatif 43

Gambar 4.1 Tampilan awal program 46

Gambar 4.2 Tampilan halaman utama 47

Gambar 4.3 Tampilan navigasi 47

Gambar 4.4 Tampilan data pegawai 48

Gambar 4.5 Tampilan tambah data pegawai 48

Gambar 4.6 Tampilan ubah data pegawai 48

Gambar 4.7 Tampilan data Tupoksi ketika akan memilih 49

Gambar 4.8 Tampilan data Tupoksi yang terpilih 50

Gambar 4.9 Tampilan edit data Tupoksi 51

Gambar 4.10 Tampilan tambah data Tupoksi 51

Gambar 4.11 Tampilan penilaian Tupoksi 52

Gambar 4.12 form penilaian Tupoksi 53

(12)

Gambar 4.14 Tampilan penilaian Disiplin harian 55 Gambar 4.15 Tampilan detail hasil penilaian Disiplin harian 56

Gambar 4.16 Tampilan awal TOPSIS Disiplin harian 57

Gambar 4.17 Tampilan tabel normalisasi 57

Gambar 4.18 Tampilan tabel normalisasi terbobot 58

Gambar 4.19 Tampilan tabel solusi ideal, separasi, dan kedekatan relatif 58 Gambar 4.20 Tampilan urutan nilai TOPSIS Disiplin harian 59

Gambar 4.21 Tampilan awal TOPSIS Tupoksi 60

Gambar 4.22 Tampilan Penilaian TOPSIS Tupoksi 61

Gambar 4.23 Tampilan tabel normalisasi TOPSIS Tupoksi 61 Gambar 4.24 Tampilan tabel normalisasi terbobot TOPSIS Tupoksi 62 Gambar 4.25 Tampilan tabel solusi ideal, separasi, dan kedekatan relatif Tupoksi 62

Gambar 4.26 Tampilan urutan nilai TOPSIS Tupoksi 63

(13)

ABSTRAK

Dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya alam manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat meningkatkan profit dan kinerja yang mencapai target dan tujuan organisasi. Salah satu SDM yang berpengaruh besar adalah pegawai. Oleh karenanya dibutuhkan suatu cara atau badan pengawasan untuk menilai kualitas pegawai didalam organisasi sekaligus mengurangi adanya penilaian kualitas kinerja pegawai yang bersifat subjektif. Penilaian kualitas pegawai tentunya memiliki banyak kriteria penilaian dengan prioritas yang berbeda – beda sehingga dibutuhkan sebuah aplikasi SPK dan metode yang dapat memperhitungkan kriteria – kriteria tersebut. Salah satu metode pendekatan untuk memecahkan masalah multi-kriteria adalah

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). TOPSIS ialah sebuah cara pengambilan keputusan dengan mencari pilihan terbaik diantara alternatif – alternatif yang ada dengan menghitung kedekatan alternatif dengan nilai solusi ideal. Penelitian dilakukan dengan menghitung poin – poin kriteria dari tupoksi dan disiplin harian sehingga lebih mudah melakukan penilaian kualitas pegawai. Hasil akhir yang didapat berupa urutan nilai kedekatan alternatif dengan nilai solusi ideal. dari pengujian dapat disimpulkan bahwa didapatkan kemudahan mengambil keputusan yang lebih objektif.

(14)

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR EMPLOYEE QUALITY ASSESSMENT WITH TOPSIS

ABSTRACT

An Organization need to have a certain quality of human resources to improve profits and performance to achieve its goal and target. One of the vital human resources is employee. There is a necessity to have a methods or a supervisor to assess employee quality and to reduce the possibility of subjective evaluation. Employee quality assessment holds many attribute with different priority value, therefore it needs a decision support system with method capable to calculate multiple attribute. One of the method to solve multiple attribute is Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). This method is a system selection to find the best option by comparing available alternatives nearest to the ideal solution. The study uses the attributes of job description and attitude to assess employee quality. The final output is the rank of alternatives nearest to the ideal solution. The study concludes that the system helps decision makers to be more objectives.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam suatu organisasi atau instansi dibutuhkan Sumber Daya Alam Manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat meningkatkan profit dan kinerja yang sesuai dengan target dan tujuan organisasi. Dapat dikatakan bahwa aset paling penting dalam sebuah organisasi adalah sumber daya manusia dikarenakan dapat menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi (Suparto, 2007). Oleh karena itu deperlukan sebuah badan pengawasan untuk menilai kualitas pegawai dalam organisasi tersebut untuk menetralisir ada dan terjadinya penilaian kinerja dan produktifitas pegawai yang bersifat subjektif dan berdasarkan perasaan seorang atasan secara heirarki sebagai jaminan mutu dalam penilaian kualitas pegawai.

Penilaian prestasi kerja adalah sistem manajemen formal yang disediakan untuk evaluasi kualitas prestasi kerja individu dalam sebuah organisasi (Grote, 2002). Oleh karena itu dalam penilaian kualitas SDM, tentunya seorang pakar dibutuhkan dalam proses penilaian tersebut. Namun, ketika sebuah organisasi tersebut memiliki jumlah SDM atau pegawai yang banyak, pekerjaan seorang pakar tersebut akan melambat dikarenakan keterbatasannya kemampuan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah alat atau aplikasi yang dapat mempermudah pekerjaan seorang pakar tersebut dalam membuat keputusan.

Untuk itu diperlukan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat memperhitungkan segala kriteria yang mendukung pengambilan keputusan guna membantu, mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan. (Suryadi, et al. 1998).

(16)

terbaik dari seluruh alternatif – alternatif fisibel yang memperhitungkan kedekatan alternatif dengan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dengan bobot – bobot yang telah di tentukan oleh pakar SDM untuk mendapatkan solusi yang optimal agar keputusan yang diambil tidak merugikan organisasi tersebut.

Pada Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dalam menggunakan TOPSIS adalah implementasi dalam pemilihan penerima beasiswa dengan Metode AHP dan TOPSIS (Manurung, 2010), dimana dapat ditemukan keputusan yang optimal walaupun terdapat 5 kriteria yang memiliki prioritas berbeda.

Diharapkannya penelitian ini dapat membantu penentuan keputusan nilai kualitas seorang pegawai dengan dasar penilaian yang berdasarkan pada Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dan Program Mandiri atau Disiplin Harian.

1.2. Rumusan Masalah

Metode penilaian yang bersifat manual dan susahnya pengambilan keputusan dikarenakan banyaknya kriteria dengan prioritas yang berbeda membuat pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan cenderung lambat, bersifat subjektif dan tidak efesien.

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

- Aplikasi SPK dibuat dengan menggunakan draft penilaian TUPOKSI dan Disiplin Harian dengan bobot 60% dan 40%.

1.4. Tujuan Penelitian

(17)

1.5. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri dan para pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan pengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah multi kriteria.

2. Penelitian dapat mengurangi waktu pengambilan keputusan dalam penilaian kinerja pegawai.

3. Penelitian dapat menjadi bahan rujukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Literatur

Pada tahap ini, peneliti mencari metode pengajaran yang berbeda dari sebelumnya. Mempelajari kembali apa yang kurang dipahami dengan referensi-referensi, buku-buku ataupun via internet dan konsultasi langsung maupun tidak langsung dengan orang yang memahami secara benar tentang SPK dan SDM.

2. Desain Sistem

Pada tahap ini peneliti membuat diagram alir data dari setiap proses yang dilakukan dalam penelitian ini.

3. Pembuatan Sistem

Pada tahap ini, peneliti mulai mengodekan sistem akan dibuat dengan bahasa pemrograman PHP dan MySql.

4. Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap aplikasi apakah telah memenuhi kriteria atau tidak.

5. Dokumentasi

(18)

1.7. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan

Pada bab pendahuluan berisi tentang hal-hal yang mendasari dilakukannya penelitian serta mengidentifikasi masalah penelitian. Bagian-bagian yang terdapat dalam bab pendahuluan ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pada bab tinjauan pustaka berisi landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis yang diperoleh dari acuan yang mendasari dalam melakukan penelitian ini. Bab 3 Metodologi

Pada bab metodologi berisi metodologi penelitian yang dilakukan dalam penerapan Sistem Pendukung Keputusan dengan metode TOPSIS yang menghitung multiple kriteria dengan bobot yang berbeda dalam mendukung pengambilan keputusan penilaian kinerja pegawai.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Pada bab hasil dan pembahasan berisi penjelasan hasil dari pengujian Sistem Pendukung Keputusan dengan metode TOPSIS yang telah memberi hasil alternatif ideal positif dan hasil alternatif ideal negatif sebagai pendekatan mendapatkan hasil penilaian kinerja pegawai yang ideal..

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Penilaian Kinerja

Siagian (1995) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan kegiatan penilaian prestasi kinerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai factor, yaitu:

1. Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.

2. Penilaian yang dilakukan dalam serangkaian pengukuran tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas kerja seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif.

3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan lima maksud:

- Apabila penilaian tersebut bersifat positif maka penilaian tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi di masa yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.

- Apabila penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang bersangkutan diharapkan mengetahui kelemahannya dan dengan mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.

- Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.

(20)

hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai yang bersangkutan.

- Hasil penilaian prestasi kinerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

Sedangkan Mejia et al. (2004) dalam Suwanto (2011) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:

1. Identifikasi, yaitu penentuan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa jabatan.

2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak manajemen atau penilai menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.

3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.

(21)

2.1.1. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja menurut Werther & Davis (1996) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:

1. Performance Improvement. Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pegawai. 2. Compensation adjustment. yaitu tindakan yang membantu para pengambil

keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.

3. Placement decision, yaitu menentukan promosi, transfer, dan demosi.

4. Training and development needs. yaitu tindakan yang mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal. 5. Carrer planning and development. yaitu tindakan perencanaan yang akan menjadi

panduan untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dan ingin dicapai.

6. Staffing process deficiencies. yaitu tindakan yang berpengaruh di dalam prosedur perekrutan pegawai.

7. Informational inaccuracies and job-design errors. Yaitu tindakan yang membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam kegiatan manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi analisa pekerjaan, job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.

8. Equal employment opportunity. yaitu tindakan yang menunjukkan bahwa keputusan dalam penempatan kerja dan penilaian kerja tidak diskriminatif atau subjektif.

(22)

10.Feedback. yaitu tindakan berupa umpan balik bagi manajemen sumber daya manusia ataupun segala urusan kepegawaian dan bagi pegawai itu sendiri.

2.1.2. Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian kinerja (rating) yang relevan. Pengukuran kinerja merupakan sebuah upaya untuk membandingkan dan menilai kualitas kinerja antara standar kualitas pegawai yang telah ditentukan dengan kinerja yang sebenarnya terjadi di lapangan.

2.1.3. Metode Penilaian Kinerja

Banyak metode dalam melakukan penilaian kinerja, namun secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu past-oriented appraisal methods dan future-oriented appraisal methods (Werther & Davis, 1996).

1. Past-oriented appraisal methods. Yaitu penilaian kinerja yang berorientasi pada kualitas kinerja seseorang pada pekerjaan yang telah dilakukannya di masa lalu. Secara kuantitatif, metode ini dangatlah jelas dan mudah diukur dikarenakan sudah adanya data sebelumnya. Namun dikarenakan kinerja yang terukur tidak dapat diubah, terkadang salah menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Metode ini cenderung subjektif dan banyak biasnya.

2. Future-oriented appraisal methods. yaitu penilaian kinerja yang berorientasi pada seberapa besar potensi yang dimiliki seseorang pada masa datang. Metode ini terkadang menggunakan data – data metode past-oriented methods sebagai acuan untuk menetapkan kinerja yang diharapkan. Namun dikarenakan tidak ada yang dapat memastikan secara 100% bagaimana kinerja seseorang pada masa datang, metode ini tidak terlalu akurat.

(23)

yang terbaik. Contohnya adalah dalam mengukur tingkat disiplin waktu masuk kerja pagi pegawai. Jika pegawai tersebut selalu masuk kerja tepat waktu atau sebelum waktu mulai kerja, maka ia bisa diberi nilai 5 oleh penilai kinerja. Sedangkan bila dia selalu terlambat melebihi batas waktu toleransi keterlambatan yang ditentukan oleh organisasi, maka ia bisa diberi nilai 1 yang menunjukkan bahwa dia sangatlah kurang dalam disiplin waktu masuk kerja.

Skala yang digunakan tidak harus selalu nilai 1 sampai dengan 5, skala dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan yang ditentukan oleh tim penilai kinerja atau tim manajemen sumber daya manusia organisasi tersebut. Contoh penilaian Graphic Rating Scales dapat dilihat pada gambar 2.1. Metode ini merupakan metode umum yang paling banyak digunakan oleh organisasi (Mulyana, 2011).

(24)

2.1.4. TUPOKSI dan disiplin harian

Tupoksi adalah istilah singkatan dari kata Tugas Pokok dan Fungsi. Tupoksi suatu unit kerja yang sama didalam suatu organisasi yang berbeda dapat memiliki poin – poin tugas pokok dan fungsi yang berbeda sesuai dengan yang ditentukan oleh pemegang keputusan didalam organisasi tersebut.

Tupoksi merupakan uraian atau penjelasan dari tugas pokok unit dan fungsi unit, sedangkan poin – poin didalam Tupoksi merupakan uraian tugas unit kerja tersebut, Tupoksi dapat berupa sebuah prosedur manual (manual procedure) unit kerja tersebut. Perosedur manual Tupoksi umumnya menjelaskan tentang :

1. Tujuan unit kerja 2. Referensi Tupoksi 3. Tujuan Tupoksi

4. Poin pelaksanaan atau poin tugas kerja

Disiplin harian atau disiplin pegawai merupakan suatu ketentuan organisasi tentang ketaatan dan perilaku pegawai dalam berkerja setiap harinya. Poin dan nilai disiplin harian ditentukan oleh pemegang keputusan didalam organisasi tersebut.

2.2. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi yang sedemikian rupa sehingga lebih interaktif dengan pemakainya. Dalam hal ini ditujukan agar dapat dengan lebih mudah memberikan keputusan yang lebih baik dengan menilai faktor – faktor yang berkaitan dan saling mempengaruhi.

SPK merupakan sebuah sistem untuk membantu menyelesaikan masalah yang bersifat manajerial dengan lebih cepat. Perlu dipahami bahwa SPK bukanlah untuk menggantikan tugas manajer atau Pengambil Keputusan, melainkan hanya sebagai bahan pertimbangan bagi Pengambil Keputusan untuk memutuskan sebuah keputusan akhir.

(25)

interaktif yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk menyelesaikan masalah – masalah yang tidak terstruktur. SPK dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.

2.2.1. Defenisi Sistem Pendukung Keputusan

Defenisi SPK secara sederhana ialah sebuah sistem yang digunakan sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam pengambilan keputusan (manajer) namun tidak menggantikan kapasitas manajer untuk memberikan pertimbangan dan keputusan akhir (Manurung, 2010)

Kemudian Little (1970) mendefenisikan SPK sebagai “sekumpulan prosedur basis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan”. Little juga menyatakan bahwa untuk sukses, sistem haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan hal – hal yang penting dan komunikatif.

Bonczek et al. (1980) mendefenisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi yaitu: Sistem Bahasa yang berarti mekanisme komunikasi antara pengguna dengan komponen SPK, Sistem Pengetahuan yang merupakan repositori pengetahuan domain masalah yang ada pada SPK baik berupa data atau prosedur, dan Sistem Pemrosesan Masalah dimana hubungan antar kedua komponen lainnya yang terdiri dari satu atau lebih kapasitas manipulasi masalah yang diperlukan untuk mengambil keputusan.

2.2.2. Karakteristik dan kemampuan SPK

(26)

Gambar 2.2 Karakteristik dan Kemampuan SPK(Subakti, 2002)

Karakteristik dan kemampuan tersebut adalah:

1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan (tidak dapat dipecahkan secara memuaska) oleh sistem terkomputerisasi lain dan tidak juga oleh metode atau tool kuantitatif standar.

2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.

3. Dukungan per-individu maupun per-kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari organisasi dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

(27)

5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pemilihan dan implementasi.

6. Dukungan dalam berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan yang sesuai dengan tiap – tiap pemakai yang memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. 7. Dapat beradaptasi sepanjang masa. Pengambilan keputusan seharusnya reaktif dan

cepat dalam menangani perubahan sehingga juga harus fleksibel bila dubutuhkan untuk menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah atau mengatur kembali elemen dasar pada situasi yang tidak diduga.

8. User-Friendly. Pengguna merasa nyaman dalam pemakaiannya. Menggunakan bahasa sehari – hari yang mudah dimengerti dan dipahami serta tampilan yang nyaman dipandang mata.

9. Lebih pentingnya efektifitas dalam pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas) ketimbang daripada tingkat efisiensi pengambilan keputusan (biaya pengambilan keputusan).

10.Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah sehingga tidak berarti menggantikan posisi pengambil keputusan melainkan hanya memberikan rekomendasi dalam pengambilan keputusan.

11.Pengguna akhir dapat menyusun sendiri sebuah sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar membutuhkan sedikit bantuan dari spesialis dibindang sistem informasi.

12.Menggunakan berbagai model dalam menganalisis pengambilan keputusan. Kemampuan memakai model yang berbeda memungkinkan adanya eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.

13.Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi-objek.

(28)

2.2.3. Komponen SPK

Sistem pendukung keputusan memiliki 4 komponen dasar yaitu: 1. Data Management

Database mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System (DBMS). DBMS haruslah cukup fleksibel yang memungkinkan penambahan dan pengurangan data secara cepat. Subsistem manajemen data terdiri dari elemen – elemen berikut:

- Database: kumpulan data yang saling terkait dan terorganisir dalam memenuhi kebutuhan data organisasi. Data berasal dari sumber internal maupun eksternal.

- Manajemen Database: database dapat dibuat, diakses dan diperbaharui.

- Direktori data: sebuah katalog dari semua data yang terdapat didalam database yang berisi definisi data yang memiliki fungsi utama dalam menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan data, sumber, dan makna eksak data.

- Fasilitas Query: menerima dan memenuhi permintaan data dari komponen SPK lainnya dan memformulasikan permintaan tersebut secara detail.

2. Model Management

Berbagai jenis model finansial, statistikal, manajerial atau model kuantitatif lainnya yang dapat memberikan sistem suatu kemampuan analitis dan mengatur software yang diperlukan.

3. Komunikasi (Dialog subsystem atau User-Interface)

Pengguna dapat berkomunikasi dan memberi perintah kepada sistem pendukung keputusan.

4. Manajemen Basis-Pengetahuan

Bekerja sebagai pendukung subsistem lainnya atau sebagai satu komponen yang independen.

2.2.4. Tahapan pengambilan keputusan

(29)

Gambar 2.3 Tahapan Pengambilan Keputusan (Suryadi, 2002)

1. Intelligence Phase

Suatu tahap proses seseorang dalam rangka pengambil keputusan untuk permasalahan yang dihadapi, terdiri dari aktivitas penelusuran, pengidentifikasian serta proses pengenalan masalah atau situasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

2. Design Phase

Tahap dimana dikembangkannya alternatif – alternatif penyelesaian masalah. Merupakan proses untuk mendalami masalah, mencari solusi dan tujuan yang ingin dicapai secara jelas.

3. Choice Phase

Tahap dimana dipilihnya alternatif – alternatif yang telah diuraikan dalam fase desain untuk diimplementasikan.

4. Implementation Phase

(30)

2.2.5. Proses pengembangan SPK

Subakti (2002) menjelaskan bahwa pengembangan SPK terkait dengan struktur permasalahan yang tidak terstruktur, semi terstrukstur maupun yang terstruktur. Fase pengembangan SPK seperti pada gambar 2.4. dimana fase – fase tersebut meliputi: 1. Perencanaan (Planing)

Tahap ini difokuskan pada perhitungan kebutuhan dan pengenalan masalah dengan mendefenisikan sasaran dan tujuan dari sistem pendukung keputusan. 2. Riset (Research)

Menentukan kebutuhan pengguna dan sumber daya apa sajakah yang tersedia dan dapat digunakan oleh sistem dalam melakukan dukungan keputusan.

3. Analisa (Analysis)

Penentuan pendekatan pengembangan yang terbaik untuk digunakan serta sumber daya apakah yang akan dibutuhkan sehingga dapat didefenisikan model normatif yang digunakan.

4. Desain

Tahapan dimana ditentukannya spesifikasi desain dan arsitektur yang terdiri dari: - Design User Inferface. Dimana ditentukan dan dibentuknya dialog dan pola

dialog baik secara grafis maupun bahasa antara user dengan sistem.

- Design Problem Processing System. Disini ditentukan pola model dasar dan manajemen masalah yang diproses oleh sistem.

- Design Database. Dibentuknya pola basis data dan manajemen basis data tersebut.

- Design Knowledge Component. Dibentuknya komponen basis pengetahuan 5. Konstruksi

Pembangunan, penyusunan dan penyatuan komponen – komponen yang telah didesain untuk kemudian dilakukan uji coba sistem.

6. Implementasi

Tahap ini terdiri dari percobaan dan evaluasi sistem, demonstrasi, orientasi penggunaan, pelatihan penggunaan sistem serta penerapan penggunaan sistem. 7. Perawatan dan Dokumentasi

(31)

8. Adaptasi

Tahap ini merupakan respon daripada feedback pengguna sistem.

2.3. Sumber Data

Subakti (2002) menjelaskan bahwa sumber data dibagi kedalam 3 kriteria yaitu: 1. Data Internal

Data internal merupakan data yang berasal dari dalam organisasi. Data internal diperoleh dari proses, anggota, produk dan servis di dalam organisasi seperti data karyawan dan tugasnya.

2. Data Eksternal

Berupa data – data yang berasal dari luar organisasi seperti data pasar, data industri, data sensus, data satelit dan sebagainya.

3. Data Personal

Data yagn didapat dari pendapat atau kontribusi para ahli .

2.4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution

Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya karena faktor ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab lainnya seperti faktor yang berpengaruh terhadap pilihan – pilihan yang ada, dengan beragamnya kriteria pemilihan dan juga nilai bobot dari masing-masing kriteria merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah yang sangat kompleks (Imbar & Setiadi, 2011).

(32)

TOPSIS diperkenalkan pertama kali oleh Yoon K. dan Hwang C.L. pada tahun 1981 untuk digunakan sebagai salah satu metode dalam memecahkan masalah multikriteria (Sachdeva, 2009). TOPSIS memberikan sebuah solusi dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan cara membandingkan setiap alternatif dengan alternatif terbaik dan alternatif terburuk yang ada diantara alternatif-alternatif masalah. Metode ini menggunakan jarak untuk melakukan perbandingan tersebut. TOPSIS telah digunakan dalam banyak aplikasi termasuk keputusan investasi keuangan, perbandingan performansi dari perusahaan, perbandingan performansi dalam suatu industri khusus, pemilihan sistem operasi, evaluasi pelanggan, dan perancangan robot (Hasibuan, 2011)

TOPSIS mengasumsikan bahwa setiap kriteria akan dimaksimalkan ataupun diminimalkan. Maka dari itu nilai solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dari setiap kriteria ditentukan, dan setiap alternatif dipertimbangkan dari informasi tersebut. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. Solusi ideal positif jarang dicapai ketika menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata karenanya asumsi dasar dari TOPSIS adalah ketika solusi ideal positif tidak dapat dicapai, pembuat keputusan akan mencari solusi yang sedekat mungkin dengan solusi ideal positif. TOPSIS memberikan solusi ideal positif yang relatif dan bukan solusi ideal positif yang absolut. Dalam metode TOPSIS klasik, nilai bobot dari setiap kriteria telah diketahui dengan jelas. Setiap bobot kriteria ditentukan berdasarkan tingkat kepentingannya menurut pengambil keputusan.

(33)

2.4.1. Langkah - langkah TOPSIS

1. Membuat matriks keputusan

TOPSIS dimulai dengan membangun sebuah matriks keputusan. Matriks keputusan X mengacu terhadap m alternatif yang akan dievaluasi berdasarkan n

kriteria. Matriks keputusan X dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Matriks keputusan (Xij)mxn

Dimana ( = 1, 2, 3, . . . , m ) adalah alternatif-alternatif yang mungkin sedangkan ( =1, 2, 3, . . . , n ) adalah atribut dimana performansi alternatif diukur sehingga adalah performansi alternatif dengan acuan atribut . 2. Membuat matriks keputusan ternormalisasi

Matriks X kemudian dinormalisasikan untuk membuat matriks ternormalisasi R

menggunakan persamaan (2.1):

3. Membuat matriks keputusan normalisasi terbobot

Setelah terbentuk matrik keputusan ternormalisasi R, kemudian dibuatlah matriks keputusan ternormalisasi V.

Matriks V dengan bobot (wi = w1,w2,w3, . . . ,wn) dimana wj adalah bobot dari

kriteria ke-j dan ∑ maka normalisasi bobot matriks V adalah seperti yang tertulis pada persamaan (2.2):

(34)

Dengan (i = 1,2,3, . . . ,m) dan (j = 1,2,3, . . . ,n) dimana vij adalah elemen dari

matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V, wj adalah dari kriteria ke-j, dan

rij adalah elemen dari matriks keputusan ternormalisasi R.

4. Menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif Solusi ideal positif dinotasikan dengan A+ sedangkan solusi ideal positif dinotasikan dengan A-sesuai dengan yang tertulis pada persamaan (2.3) dan persamaan (2.4):

{( | )( | ) } (2.3)

{( | )( | ) } (2.4)

Dimana (J = 1,2,3, . . . ,n) dan J merupakan himpunan kriteria positif (positive criteria) serta (J’ =1,2,3, . . . ,n) dengan J’ merupakan himpunan kriteria negatif (negative criteria).

Dimana vij adalah elemen dari matriks keputusan ternormalisasi terbobot V,

dengan vij ( j =1,2,3, . . . , n) adalah elemen matriks solusi ideal positif dan dengan

vij( j =1,2,3, . . . ,n) adalah elemen matriks solusi ideal negatif.

5. Menghitung separasi

Separasi merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Perhitungan secara matematis sesuai dengan yang tertulis pada persamaan (2.5) untuk solusi ideal positif dan persamaan (2.6) untuk solusi ideal negatif:

√∑ ( ) , dengan i =1,2,3, . . . ,m (2.5)

√∑ ( ) , dengan i =1,2,3, . . . ,m (2.6)

Dimana:

- adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif. - adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif.

- adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V. - adalah elemen matriks solusi ideal positif.

(35)

6. Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif

Kedekatan relatif dari setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7):

( ) (2.7) Dengan (i =1,2,3, . . . ,m) dimana adalah kedekatan relatif dari alternatif ke-i

terhadap solusi ideal positif. 7. Merangking alternatif

Alternatif diurutkan dari nilai terbesar sampai ke nilai terkecil dengan nilai terbesar merupakan solusi yang terbaik dikarenakan merupakan alternatif solusi ideal positif yang paling dekat dengan solusi ideal.

2.5. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan SPK maupun TOPSIS, beberapa diantaranya adalah

Tabel 2.1 Contoh Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Penelitian Kesimpulan

Manurung, P. Sistem Pendukung Keputusan Slekesi Penerima Beasiswa dengan Metode AHP dan TOPSIS

Metode AHP dan TOPSIS dapat digunakan untuk memecahkan masalah penyelesaian penyeleksian beasiswa

Andayati, D. Sistem Pendukung Keputusan Pra-Seleksi Penerimaan Siswa Baru On-line Yogyakarta

(36)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini membahas beberapa hal diantaranya seperti data yang digunakan, tahapan penilaian yang dilakukan, penerapan metode yang digunakan dan analisis perancangan sistem dalam mengimplementasikan metode TOPSIS pada penilaian disiplin harian dan Tupoksi pegawai. Pembahasan bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang spesifikasi dan kebutuhan dalam pengerjaan dan pengembangan aplikasi.

3.1. Data yang Digunakan

Data yang digunakan diambil berdasarkan kebutuhan input dari disiplin harian dan Tupoksi seperti identitas pegawai yang mencakup NIP, nama, dan unit kerja, Poin – poin penilaian Tupoksi, poin – poin penilaian disiplin harian, dan identitas penilai. Form penilaian Tupoksi dan disipin harian dapat dilhat lebih rinci pada lampiran.

3.2. Komponen Sistem

Dalam pengerjaannya, Sistem yang akan dibuat memiliki 3 komponen yaitu Manajemen Database (Database Management Sub-System), Basis Model (Model Base Sub-System), dan Tampilan antarmuka pengguna (User Interface).

(37)

3.2.1. DFD level 0

DFD Level 0 mencakup gambaran secara umum alur input dan output sistem dengan login menggunakan data dari table user seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1..

Gambar 3.1 DFD Level 0

3.2.2. DFD level 1

DFD Level 1 mencakup gambaran secara umum alur input dan output sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.

(38)

Secara garis besar, proses sistem terbagi menjadi empat fungi, yaitu system Login untuk masuk kedalam system, system input data sebagai awal masuknya data kedalam system, Sistem penilaian yang melaksanakan proses penilaian pegawai dan TOPSIS sebagai implementasi dalam mendapatkan rekomendasi dan ranking pegawai yang ideal. Data Tupoksi berupa identitas Tupoksi, nama Tupoksi, unit Tupoksi dan kriteria penilaian Tupoksi. Data pegawai berupa nama, NIP, jabatan, dan unit. Alur Data nilai berupa nilai dari kriteria didalam program mandiri atau Tupoksi.

3.2.3. DFD level 2

DFD Level 2 mencakup secara lebih mendetail alur Sistem login, Sistem input data, Penilaian dan TOPSIS. Alur sistem login akan dijelaskan dengan Gambar 3.3.

Gambar 3.3 DFD Level 2 sistem login

Input data dimulai dengan memasukkan data login berupa username dan password dari penilai. Verifikasi data login merupakan pencocokan data username dan password yang tersimpan pada tabel database penilai. Setelah berhasil melakukan login pengguna (penilai) akan dibawa ke tampilan menu utama dimana pengguna melakukan input data, input penilaian dan perhitungan TOPSIS.

Pada menu utama, pengguna diharuskan memilih dahulu sub-sistem yang mana yang akan digunakan terlebih dahulu. Pada awal pemakaian, pengguna diharuskan memasukkan data pegawai, data atasan dan data Tupoksi terlebih dahulu. Setelah data sudah tersimpan, maka menu pilihan penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan basis data dari data input. Proses TOPSIS menggunakan data dari

sub-Penilai 1.1

data login tidak ditemukan

penilai

(39)

sistem input data dan sub-sistem data penilaian. Alir sistem input data akan dijelaskan dengan Gambar 3.4.

Gambar 3.4 DFD Level 2 sistem data

Input data dibedakan menjadi 6 poin masukkan data yaitu Data Pegawai, Data Tupoksi, Data User, Data unit, Data Rekomendasi, dan Data Disiplin harian . Data pegawai dapat dimasukkan oleh pegawai dan juga penilai. Data pegawai akan disimpan pada tabel database pegawai dan data Tupoksi poin – poin kriteria Tupoksi sebanyak maksimal 21 poin penilaian. Data Unit berisi id, nama dan posisi unit. Data User berupa username, password dan nama pengguna. Data Rekomendasi berupa poin rekomendasi. Dan Data Disiplin harian berupa poin kriteria disiplin harian.

(40)

Gambar 3.5 DFD Level 2 sistem input penilaian

Seperti pada Gambar 3.5. input nilai dibedakan menjadi dua poin yaitu penilaian tupoksi dan penilaian disiplin harian pegawai beserta laporan nilai disiplin harian sebagai output.

Gambar 3.6 DFD Level 2 Sistem TOPSIS

Seperti pada Gambar 3.6. TOPSIS dibedakan menjadi tiga poin penghitungan yaitu penghitungan nilai menggunakan tupoksi sebagai bahan perhitungan, penghitungan nilai menggunakan disiplin sebagai bahan dasar perhitungan, dan penilaian akhir dari kedua hasil hitung. Hasil akhir penilaian didapat dari TOPSIS gabungan nilai Tupoksi dan disiplin harian.

Penilai

Id, nama, unit, kriteria Tupoksi

(41)

3.3. Tahapan implementasi TOPSIS

Seperti teori yang dijelaskan pada bab sebelumnya. implementasi metoda TOPSIS dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu:

1. Penentuan bobot

Tahap ini merupakan penentuan bobot nilai tiap – tiap poin penilaian yang ada didalam penilaian yang digunakan. Nilai bobot tiap poin ini ditentukan oleh pakar SDM atau oleh pengambil keputusan dengan skala prioritas. Contoh terdapat 3 poin penilaian dalam suatu Tupoksi seperti yang terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Contoh tabel bobot yang telah ditentukan

Bobot Penilaian

Total Poin penilaian Mendata dan

Menjaga alat

Tahap ini adalah dimana data nilai poin disiplin harian atau Tupoksi dari tiap pegawai yang dinilai dijadikan sebuah tabel matriks. Data nilai diambil dari tabel disiplin harian atau tabel nilai Tupoksi beserta nama pegawai dari tabel pegawai. Contoh terdapat 4 pegawai dengan 3 poin penilaian Tupoksi seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Contoh tabel poin nilai Tupoksi

(42)

Dari data Tabel 3.2. maka dibuatlah satu tabel matriks keputusan ternormalisasi dengan rumus yang telah dijelaskan di Bab 2 pada bagian metode TOPSIS yaitu seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Contoh perhitungan normalisasi poin A

No Nama Nilai ternormalisasi Mendata dan Menjaga alat

1 Ahmad Yazid

√ √

Dengan didapatnya nilai ternormalisasi, maka didapatlah sebuah tabel matriks keputusan normalisasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Contoh tabel matriks ternormalisasi

No Nama Mendata dan

1 Ahmad Yazid 0.4866642 0.5121475 0.3086066

2 Arpan 0.3244428 0.5121475 0.4629100

3 Soan 0.4866642 0.6401843 0.3086066

4 Budi P 0.6488856 0.2560737 0.7715167

3. Pembobotan matriks

Tahap ini adalah dimana matriks normalisasi dari data disiplin harian dan Tupoksi dikalikan dengan bobot tiap poin disiplin harian atau Tupoksi yang sebelumnya ditentukan dan mendapatkan matriks nilai terbobot. Contoh seperti yang terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Contoh pembobotan pegawai Ahmad Yazid

Poin Pegawai Ahmad Yazid

(43)

Dengan melakukan pembobotan tiap nilai didalam tabel sesuai dengan bobot nilai yang telah ditentukan, maka didapatlah tabel matriks ternormalisasi terbobot seperti yang terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Contoh tabel matriks ternormalisasi terbobot

No Nama Mendata dan

1 Ahmad Yazid 2.4333213 1.5364425 0.6172133

2 Arpan 1.6222142 1.5364425 0.9258200

3 Soan 2.4333213 1.9205531 0.6172133

4 Budi P 3.2444284 0.7682212 1.5430334

4. Penentuan solusi ideal

Dengan didapatnya tabel matriks terbobot, kemudian dicarilah nilai solusi ideal positif dan negatif. Nilai solusi ideal positif adalah nilai terbesar di poin kriteria positif dan nilai terkecil di poin kriteria negatif, sedangkan nilai solusi ideal negatif adalah nilai terkecil di poin kriteria positif dan nilai terbesar di poin kriteria negatif. Dengan contoh diatas, maka didapatlah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Contoh tabel solusi ideal

No Poin Mendata dan

(44)

Tabel 3.8 Contoh perhitungan nilai separasi positif Ahmad Yazid

No Nama Pegawai Ahmad Yazid

1 Separasi Positif (S+) √

2 Separasi Negatif (S-) √

1. 222142

0.7 82212

0. 172133

Dengan didapatnya nilai separasi positif dan negatif, maka tabel nilai separasi positif dan negatif setiap pegawai didapat dan dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Contoh tabel nilai separasi

No Nama S+ S

-1 Ahmad Yazid 1.2894101 1.1171654

2 Arpan 1.7776592 0.8278901

3 Soan 1.2308686 1.4091712

4 Budi P 1.1523319 1.8678120

6. Penghitungan kedekatan relatif

Pada tahap terakhir ini, dicari kedekatan relatif antara nilai pegawai dengan nilai solusi yang ideal dengan rumus seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Contoh nilai C+

No Nama Kedekatan relatif (C+)

1 Ahmad Yazid

Setelah nilai kedekatan relatif setiap pegawai dihitung, maka nilai kedekatan relatif pegawai dapat diurutkan untuk mendapatkan siapa pegawai yang memiliki nilai kedekatan relatif terdekat dengan nilai pegawai yang ideal seperti pada Tabel 3.11.

(45)

Tabel 3.11 Contoh pengurutan nilai solusi ideal

Nama C+

Budi P 0.6184513

Soan 0.5337689

Ahmad Yazid 0.4642137

Arpan 0.3177410

3.4. Perancangan sistem (user interface)

Tentunya sistem yang dirancang harus memiliki sebuah alat komunikasi dengan pengguna yang baik sehingga mudah digunakan dan efektif. Perancangan antarmuka untuk SPK implementasi TOPSIS pada bagian login dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Login

Pada tampilan login pada Gambar 3.7., bila pengguna memilih tombol pengguna, pengguna akan dibawa ke halaman tampilan pegawai. pengguna juga dapat ke halaman menu utama tampilan seperti pada Gambar 3.8. dengan melakukan login.

Gambar 3.8 Menu Utama SPK TOPSIS

Panel Navigasi

ISI HALAMAN

Log out

SPK TOPSIS

Username Password

login

(46)

Tampilan menu utama dengan panel navigasi dan option log out digunakan untuk setiap halaman utama sistem. Panel navigasi dibagi menjadi 3 opsi pilihan utama yaitu data, penilaian, dan topsis. Setiap pilihan utama memiliki tombol menuju subsistem masing - masing seperti yang terlihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Navigasi

Tombol pada menu navigasi akan membawa pengguna ke tiap – tiap halaman yang dituju dengan tampilan data pegawai dan data Tupoksi seperti yang terlihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Tampilan data pegawai

Dari halaman Data, pengguna dapat mengubah data yang sebelumnya telah diisi, menghapus data yang telah diisi dan mengubah data yang telah diisi. Tampilan tambah data dan ubah data terlihat seperti pada Gambar 3.11.

Data

- Pegawai - User - PM - Tupoksi - Unit - Rekomendasi Penilaian

- Tupoksi - Disiplin harian TOPSIS

- Disiplin harian - Tupoksi - Hasil Akhir

Informasi Data

Data yang telah diisi sebelumnya

Tambah Data

(47)

Gambar 3.11 Tampilan tambah data baru dan ubah data

Tampilan data Tupoksi, Data Disiplin harian, Data Unit, Data user, Data Rekomendasi memiliki format yang sama dengan tampilan data pegawai pada Gambar 3.10. yang oleh karenanya tidak dijelaskan secara lebih terperinci.

Tampilan penilaian pada menu navigasi akan membawa pengguna ke tampilan utama penilaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Tampilan penilaian utama

Form pengisian penilaian berupa poin yang dinilai dengan informasi penilaian tambahan lainnya. Form penilaian disiplin harian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.13. dan areal data pegawai berisi nama dan NIM pegawai yang telah dinilai sebelumnya.

Informasi Data Isi atau Edit Data

Submit Reset

Form Pengisian Penilaian

(48)

Gambar 3.13 Tampilan penilaian Disiplin harian

Tampilan penilaian Tupoksi tidak berbeda dengan tampilan penilaian Disiplin harian walaupun jumlah poin penilain Tupoksi yang berbeda - beda. Tampilan penilaian Tupoksi dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Tampilan penilaian Tupoksi

Tampilan penilaian Tupoksi memiliki informasi Tupoksi yang dipakai dikarenakan banyaknya bentuk Tupoksi yang ada. Penilaian pada disiplin harian menggunakan GRC dengan nilai berbeda tiap poinnya dan penilaian pada Tupoksi berupa pilihan frekuensi pengerjaan poin tiap – tiap Tupoksi menggunakan metode penilaian GRC dengan frekuensi pengerjaan terbanyak merupakan nilai yang terbaik (5)dan yang tidak pernah sebagai terburuk (1). Dalam halaman penilaian, pengguna dapat melihat data penilaian disiplin harian dan Tupoksi dengan tampilan seperti yang terlihat pada Gambar 3.15.

Poin 1 Poin 2

Poin N

Nilai Poin 1 Nilai Poin 2

Nilai Poin N Masukkan Nilai

Informasi Tupoksi Informasi Pegawai yang dinilai

Poin 1 Poin 2

Poin N

Nilai Poin 1 Nilai Poin 2

Nilai Poin N Masukkan Nilai

(49)

Gambar 3.15 Tampilan data penilaian disiplin harian dan Tupoksi

Informasi dan periode penilaian berupa informasi periode penilaian dan jenis penilaian yang ditampilkan. Info penilaian untuk disiplin harian berupa NIP pegawai yang dinilai dengan poin 1 sampai 9. Info penilaian untuk Tupoksi berupa identitas Tupoksi dan NIP pegawai yang sinilai dengan poin 1 sampai dengan N sesuai dengan banyaknya poin penilaian Tupoksi. Menu pilihan aksi berupa tombol untuk menghapus data pada informasi penilaian yang terpilih dengan tambahan pilihan laporan pada data penilaian Disiplin harian.

Tampilan implementasi TOPSIS dan disiplin harian menampilkan seluruh tabel proses penghitungan TOPSIS seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Tampilan TOPSIS disiplin harian dan Tupoksi

Form penentuan bobot memiliki poin sebanyak poin penilaian Disiplin harian atau Tupoksi yang dipilih, tabel nilai pegawai merupakan tabel data nilai pegawai disiplin harian atau nilai Tupoksi yang dipilih yang kemudian digunakan untuk

Info dan periode penilaian

Info Penilaian 1 Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin N

Tabel Solusi ideal positif dan negatif Tabel Separasi positif dan

negatif

Tabel Kedekatan relatif dengan solusi ideal

(50)

mendapatkan tabel normalisasi, tabel normalisasi terbobot, tabel solusi ideal positif dan negatif, tabel separasi positif dan negatif, dan tabel kedekatan relatif. Disamping tabel kedekatan relatif, pengguna dapat mengurutkan nilai kedekatan relatif pegawai secara berurut dari nilai paling tinggi ke nilai paling rendah secara spesifik disiplin harian atau Tupoksi dan secara keseluruhan dengan bobot Tupoksi 60% dan disiplin harian 40%. Format tampilan urutan nilai dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Tampilan urutan TOPSIS disiplin harian dan Tupoksi

3.5. Perancangan algoritma

Algoritma merupakan urutan dari baris – baris langkah atau intruksi dalam menyelesaikan suatu masalah. Algoritma haruslah mempunyai sebuah hasil keluaran yang efektif, jumlah langkah yang terhitung, memiliki struktur yang baik dan memiliki kondisi akhir kerja. Salah satu cara menyajikan algoritma adalah dengan menggunakan flowchart atau diagram alir yang berfungsi untuk menjelaskan arah alur program dalam menyelesaikan masalah.

Proses yang digunakan dalam implementasi TOPSIS tentunya adalah metode TOPSIS pada disiplin harian, Tupoksi dan hasil akhir dimana terdapat jumlah poin kriteria yang berbeda – beda. Arsitektur umum diagram alir metode TOPSIS adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.18.

Informasi Pegawai Nilai Rekomendasi

Pegawai 1 Nilai C+ tertinggi Rekomendasi

Pegawai 2 Nilai C+ Rekomendasi

Pegawai 3 Nilai C+ Rekomendasi

(51)

Gambar 3.18 Arsitektur umum

Perhitungan metode TOPSIS dimulai dengan memasukkan bobot nilai tiap kriteria. Diagram alir penentuan jumlah bobot yang digunakan pada TOPSIS dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 flowchart penentuan jumlah kriteria

(52)

database, kriteria tersebut dijadikan sebuah array yang kemudian dihitung jumlahnya dikarenakan jumlah kriteria = jumlah bobot nilai. Setelah jumlah kriteria dan jumlah bobot didapat, kemudian dibuat tabel normalisasi nilai dan tabel normalisasi terbobot. Diagram alir pembuatan tabel normalisasi dapat dilhat pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20 flowchart tabel normalisasi

Setelah tabel normalisasi terbentuk, kemudian dibentuk sebuah tabel normalisasi terbobot dengan melakukan perkalian tiap nilai bobot poin kriteria ke masing – masing nilai poin kriteria ternormalisasi yang berada didalamnya. Diagram alir pembuatan tabel normalisasi terbobot dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Mulai

Norm(i,j) = poin(i,j) / sqrt( total_poin i )

selesai

Nilai_pegawai j = poin(0.j) , poin (1.j), poin(2.j), .... , poin (i,j) Jumlah_kriteria = i

Jumlah_pegawai = j

(53)

Gambar 3.21 flowchart tabel normalisasi terbobot

Pada saat memasukkan nilai bobot, dilakukan pengecekan dimana bila terdapat satu bobot kriteria yang nilainya tidak di isi (NULL) maka pengguna diminta ulang untuk mengisi kembali nilai bobot kriteria.

Setelah didapat tabel normalisasi terbobot, maka dicarilah tabel nilai solusi ideal positif dan negatif. Nilai solusi ideal positif dan negatif didapat dengan melakukan perbantingan antara setiap nilai yang berada di kriteria yang sama. Nilai solusi ideal positif adalah nilai yang terbesar di kriteria tersebut dan nilai solusi ideal negatif adalah nilai yang terkecil di kriteria tersebut. Pencarian nilai solusi ideal positif dan negatif dilakukan secara berulang sampai kondisi dimana didapatnya nilai solusi ideal positif dan negatif tiap kriteria didapatkan. Diagram alir pencarian nilai solusi ideal positif dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Nilai_bobot i Mulai

Nilai_bobot i = NULL

yes

no

selesai Jumlah bobot = i jumlah pegawai = j

(54)

Gambar 3.22 flowchart nilai solusi ideal positif

Setelah didapat nilai solusi ideal positif satu kriteria yang merupakan nilai terbesar didalam kriteria tersebut sistem akan langsung melakukan pencarian nilai solusi ideal negatif.

Pada pencarian nilai solusi ideal negatif, aliran data pencarian nilai solusi ideal negatif memiliki kesamaan aliran data dengan aliran data pencarian nilai solusi ideal positif dimana perbedaan hanya terletak pada pencarian nilai yang paling kecil diantara nilai normalisasi terbobot didalam satu kriteria. Diagram alir pencarian nilai solusi negatif adalah seperti dengan yang ditunjukkan diagram alir flowchart nilai solusi ideal negatif pada Gambar 3.23.

Mulai i = 0 Nilai_max i = Terbobot(i,0)

i < jumlah_kriteria

j = 0

j < jumlah_pegawai

Nilai_max i = Nilai_max i Nilai_max i > Terbobot(i,j)

yes

yes

yes j = j + 1

no

i = i + 1

Solusi_positif i = Nilai_max(i,j)

selesai

no

(55)

Gambar 3.23 flowchart nilai solusi ideal negatif

Setelah didapat nilai solusi ideal positif dan negatif tiap kriteria, proses TOPSIS dilanjutkan dengan pencarian nilai separasi positif dan negatif. Diagram alir pencarian nilai separasi positif dapat dilihat pada Gambar 3.24.

Mulai i = 0 Nilai_min i = Terbobot(i,0)

i < jumlah_kriteria

j = 0

j < jumlah_pegawai

Nilai_min i = Nilai_min i Nilai_min i < Terbobot(i,j)

yes

yes

yes j = j + 1

no

i = i + 1

Solusi_negatif i = Nilai_min(i,j)

selesai

no

(56)

Gambar 3.24 flowchart nilai separasi positif

Diagram alir pencarian nilai separasi negatif adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 flowchart nilai separasi negatif

Dengan didapatnya nilai separasi positif dan negatif, nilai relatif atau nilai kedekatan dengan nilai solusi ideal pegawai dapat dicari. Diagram alir pencarian nilai relatif dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Mulai

j < jumlah_pegawai j = 0

positif j = sqrt(

(Terbobot(0,j)-Solusi_positif 1)2+

(Terbobot(1,j)-Solusi_positif 2)2+

... +

(Terbobot(0,j)-Solusi_negatif 1)2+

(Terbobot(1,j)-Solusi_negatif 2)2+

(57)

Gambar 3.26 flowchart nilai kedekatan relatif

Nilai kedekatan relatif merupakan nilai yang dicari oleh TOPSIS yang dimana nilai kedekatan relatif dengan nilai tertinggi merupakan nilai yang paling mendekati nilai sempurna.

Mulai

j < jumlah_pegawai j = 0

Relatif j = negatif j / (negatif j + positif j) j = j + 1

yes

no

(58)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil implementasi sistem pendukung keputusan penilaian mutu pegawai dengan metode TOPSIS dalam menilai hasil penilaian disiplin harian dan Tupoksi. Pembahasan ini berupa hasil penerapan pemrograman terhadap sistem yang dirancang.

4.1. Implementasi

Data dan analisis yang dilakukan dan diimplementasikan dalam bahasa pemrograman dengan tujuan agar dapat diproses dan mendapatkan hasil akhir implementasi dan penilaian menggunakan TOPSIS. Proses pemrograman menggunakan bahasa pemrograman HTML, PHP 5, AJAX, javascript, jQuery, CSS, SQL, dan bootstrap 3 sebagai basis framework. Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan selama pembangunan software adalah sebagai berikut:

1. Operating System Windows 7 Ultimate 32-bit.

2. Processor Intel ® Core(TM) i3-2120 CPU @3.30GHz.

3. Kapasitas hard disk 400 GB. 4. Memori RAM 4096 MB.

Pengerjaan program dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga modul utama yaitu: 1. Modul pengisian data

Modul ini berisi proses pengisian data pegawai, dan data Tupoksi. 2. Modul penilaian

(59)

3. Modul implementasi

Modul ini merupakan terapan metode TOPSIS dalam mencari nilai kedekatan relatif pegawai dan mengurutkan kedekatan nilai pegawai yang didapat terhadap nilai yang ideal.

Pengerjaan program suatu program dengan tujuan membentuk suatu aloritma logis dan mudah tentunya membutuhkan fungsi – fungsi bahasa pemrograman untuk mendapatkan sebuah alur yang baik. Beberapa fungsi bahasa pemrograman yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Method yang digunakan dalam program

Fungsi Keterangan

If() Fungsi pernyataan kondisi dimana aksi

yang dilakukan berbeda sesuai dengan perbedaan kondisi. (PHP)

toggle() Fungsi yang berguna untuk

menyembunyikan dan menampilkan sebuah elemen.

onchange=” “ Fungsi yang bekerja ketika ada perubahan nilai data dan memanggil fungsi lainnya. Contoh : onchange=”showUser()”

window. Fungsi yang mengecek apakah dalam

tampilan tersemut terdapat sebuah objek. Contoh : window.XMLHttpRequest onfocus=” “ Fungsi yang bekerja ketika sebuah objek

menjadi fokus kerja program.

Contoh: window.onfocus=function() {window.close();}

intval() Fungsi untuk menndapatkan sebuah nilai

yang berupa integer (angka) dari sebuah variabel.

count() Method yang digunakan untuk

menghitung banyaknya jumlah sebuah array.

(60)

4.2. Tampilan Implementasi Sistem

Tampilan hasil implementasi program dapat dilihat pada penjelasan berikut: 1. Tampilan login

Tampilan awal program saat pertama dijalankan adalah tampilan login untuk pengguna masuk kedalam sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tampilan awal program

Tampilan login akan meminta input berupa username dan password pengguna untuk dapat masuk kedalam sistem implementasi.

2. Tampilan utama

(61)

Gambar 4.2 Tampilan halaman utama

Melalui tampilan halaman utama ini pengguna dapat memilih langkah selanjutnya yaitu pemasukan data, penilaian ataupun perhitungan TOPSIS.

3. Tampilan navigation bar

Tampilan nevigation bar selalu ada di setiap halaman utama sistem maupun subsistem guna memberi keleluasaan pada pengguna untuk berpindah halaman. Tampilan navigasi dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Tampilan navigasi

4. Tampilan data pegawai

(62)

Gambar 4.4 Tampilan data pegawai

Pada bagian ujung bawah data pegawai juga terdapat form isi data pegawai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Tampilan tambah data pegawai

Ketika pengguna memilih untuk mengubah data pegawai yang sudah ada, maka pengguna akan dibawa menuju halaman ubah data pegawai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar

Gambar 3.1 DFD Level 0
Gambar 3.4 DFD Level 2 sistem data
Gambar 3.6 DFD Level 2 Sistem TOPSIS
Tabel 3.2 Contoh tabel poin nilai Tupoksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian secara normalitas dimana ternyata data yang digunakan terdistribusi normal maka hipotesi untuk menguji ada tidaknya perbedaan risiko dan return

Effective date Annual periods beginning on or after 1 January 2005, except the 2004 and 2005 revisions for the fair value option, cash flow hedge accounting of forecast

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, di mana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak

Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. Memperhatikan

Ekli je samo nešto promumlao kad mu je Stredleter rekao &#34;Kako si?&#34; Nije hteo da mu odgovori, ali nije imao petlje da ništa ne promumla.. Onako bez košulje

Lokasi Penelitian berada daerah tangkapan hujan ( Catchment Area ) Waduk Way Rarem dengan luas 32.864 ha (328,64 km 2 ) yang merupakan bagian dari DAS Way Tulang Bawang,

Hal yang penulis amati dan dapat dijadikan indikator dari dampak tayangan Karma adalah masyarakat desa Srikaton menjadi terdorong untuk melakukan sesuatu yang tidak

Penilaian Kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja karyawannya. Secara umum tujuan dari penelitian kinerja adalah memberikan timbal balik