PRA RANCANGAN PABRIK
CRUMB RUBBER (KARET REMAH)
KAPASITAS 1000 KG/JAM
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Syarat Ujian Sarjana Sains Terapan
Disusun Oleh :
ANDY NIM : 005201003
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI D-IV
FAKULTAS TEKNIK
PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) DENGAN KAPASITAS 1000 KG/JAM
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Wisuda Sarjana Program Diploma IV
Disusun Oleh :
NIM : 005201003 A N D Y
Telah Diperiksa/Disetujui
Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III
Dr. Ir. Fatimah, MT Ir. Merek Sembiring
NIP : 132 095 301 NIP : 130 353 118 NIP : 132 163 646
Ir. Renita Manurung, MT
Diketahui Oleh Koordinator Karya Akhir
NIP : 132 126 842 Dr. Eng. Ir. Irvan, MSi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis diberikan petunjuk dan jalan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan baik.
Adapun judul dari tugas akhir adalah “Pra Rancangan Pabrik Crumb
Rubber (Karet Remah) dengan kapasitas 1000 kg/jam.
Pra rancangan pabrik ini disusun untuk melengkapi tugas dan syarat dalam
menempuh uiian Sarjana pada program studi Teknologi Kimia Industri D-IV,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Terucap salam dan terima kasih tak terhingga kepada orang tua tercinta,
Ayahanda Kusnan dan Ibunda Iliana, yang terus mengasuh, membimbing, dan
membiayai sekolah penulis hingga tingkat Universitas.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan salam dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun
tak langsung selama penulis menyelesaikan perkuliahan :
1 Bapak Ir.Indra Surya, MSc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia
Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
2 Ibu Maya Sarah ST, MT, selaku sekretaris Program Studi Teknologi Kimia
Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
3 Dr.Ir.Fatimah, MT, selaku Dosen Pembimbing I Karya Akhir.
4 Erni Misran, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II Karya Akhir.
5 Dr.Ir.Irvan, M.Si, selaku Koordinator Karya Akhir Program Studi Teknologi
Kimia Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
6 Seluruh Staff Pengajar Program Studi Teknologi Kimia Industri D-IV,
8 Guru-guru sekolah penulis baik formal maupun informal, antara lain di SD,
SMP, dan SMU.
9 Buat abang, kakak, dan adik tercinta yang telah banyak memberi bantuan
kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
10 Buat teman-teman yang ada di jurusan Teknologi Kimia Industri, terima
kasih atas segala bantuan yang selama ini diberikan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Dan banyak pihak yang tidak mungkin disebutkan seluruhnya atas
dukungan, bantuan dan kebaikan kepada penulis. Hanya kepada Tuhan sajalah
penulis tumpukan balasan atas segala hal, karena Ia maha adil dan bijaksana
dalam memberikan balasan.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna karena
hakikat ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun, guna meningkatkan mutu Karya
Akhir dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Medan, Juni 2008
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGATAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
INTISARI ... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-3
1.3. Tujuan Perancangan Pabrik... I-3
1.4. Manfaat Rancangan ... I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Karet ... II-1
2.2. Lateks ... II-3
2.2.1. Komposisi Kimia Lateks ... II-3
2.2.2. Prakoagulasi pada Lateks ... II-6
2.2.3. Upaya untuk Mencegah/Mengurangi Prakoagulasi ... II-7
2.3. Crumb Rubber ... II-8
2.3.1. Pengolahan Crumb Rubber ... II-8
2.3.2. Penentuan Kualitas Crumb Rubber ... II-8
2.4. Deskripsi ... II-10
BAB III NERACA MASSA
3.1. Dryer ... II-1
3.2. Mesin Penyambung ... III-1
3.3. Bak Pencucian Ketiga ... III-2
3.4. Unit Pemecah Kedua ... III-2
3.5. Bak Pencucian Kedua ... III-3
BAB IV NERACA PANAS
4.1. Panas Masuk pada Dryer ... IV-1
4.2. Panas Keluar dari Dryer ... IV-1
4.3. Panas Keluar dari Mesin Pendingin ... IV-2
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN
5.1. Timbangan... V-1
5.2. Box Pengangkut Karet Remah 1 ... V-1
5.3. Ruang Penimbunan ... V-1
5.4. Box Pengangkut Karet Remah 2 ... V-2
5.5. Bak Pencucian 1 ... V-2
5.6. Belt Vonveyor 1 ... V-3
5.7. Pemecah Bahan Baku 1 ... V-3
5.8. Belt Vonveyor 2 ... V-3
5.9. Bak Pencucian 2 ... V-4
5.10. Belt Vonveyor 3 ... V-4
5.11. Pemecah Bahan Baku 2 ... V-4
5.12. Belt Vonveyor 4 ... V-5
5.13. Bak Pencucian 3 ... V-5
5.14. Belt Vonveyor 5 ... V-5
5.15. Crepper ... V-6
5.16. Box Pengangkut Karet Remah 3 ... V-6
5.17. Bucket Elevtor ... V-6
5.18. Dryer ... V-7
5.19. Box Pengangkut Karet Remah 4 ... V-8
5.20. Ruangan Pendingin ... V-8
5.21. Box Pengangkut Karet Remah 5 ... V-8
5.22. Filter Press ... V-9
5.23. Box Pengangkut Karet Remah 6 ... V-9
6.2. Keselamatan Kerja Secara Umum ... VI-3
6.3. Keselamatan Kerja pada Pabrik Crumb Rubber ... VI-4
BAB VII UTILITAS
7.1. Kebutuhan Air ... VII-1
7.1.1. Unit Pengolahan Air ... VII-2
7.1.1.1. Pengendapan ... VII-2
7.1.1.2. Filtrasi ... VII-2
7.2. Kebutuhan Listrik ... VII-3
7.3. Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-3
7.4. Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-4
7.4.1. Pompa I ... VII-4
7.4.2. Bak Pengendapan ... VII-4
7.4.3. Pompa II ... VII-5
7.4.4. Sand Filter ... VII-5
7.4.5. Pompa III ... V-6
7.4.6. Menara Air ... VII-6
Kompressor ... VII-7
BAB VIII DATA DAN TATA LETAK PABRIK
8.1. Lokasi ... VIII-1
8.2. Tata Letak Pabrik ... VIII-4
8.3. Perincian Lokasi Pabrik ... VIII-5
8.4. Perluasan Lokasi Pabrik ... VIII-5
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
9.1. Organisasi ... IX-1
9.2. Struktur Organisasi ... IX-2
9.3. Manajemen Perusahaan ... IX-3
9.4. Bentuk Badan Perusahaan ... IX-3
9.5. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-4
9.5.1. Rapat Umum Pemegang Saham ... IX-4
9.5.4. Staf Ahli ... IX-6
9.5.5. Sekretaris ... IX-6
9.5.6. Manajer Teknik dan Produksi ... IX-6
9.5.6.1. Kepala Bagian dan Produksi ... IX-7
9.5.6.2. Kepala Bagian Teknik ... IX-7
9.5.7. Manajer Umum dan Personalia ... IX-8
9.5.7.1. Kepala Bagian Keuangan ... IX-9
9.5.7.2. Kepala Bagian Umum dan Personalia ... IX-9
9.5.8. Dokter ... IX-10
9.5.9. Perawat ... IX-10
9.5.10. Karyawan ... IX-10
9.6. Sistem Kerja ... IX-11
9.6.1. Cuti Tahunan ... IX-12
9.6.2. Hari Libur Nasional ... IX-12
9.7. Jumlah Karyawan ... IX-12
9.8. Kesejahteraan Karyawan ... IX-14
BAB X ANALISIS EKONOMI
10.1. Modal Investasi ... X-1
10.1.1. Modal Investasi Tetap ... X-2
10.1.2. Modal Kerja ... X-3
10.2. Biaya Total Produksi ... X-5
10.2.1. Biaya Tetap ... X-5
10.2.2. Biaya Variabel ... X-5
10.3. Total Penjualan ... X-6
10.4. Perkiraan Rugi/Laba Usaha... X-6
10.5. Analisa Aspek Ekonomi ... X-6
10.5.1. Profit Margin ... X-6
10.5.2. Break Even Point... X-7
10.5.6. Internet Rate of Return ... X-9
BAB XI KESIMPULAN... XI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A ... LA-1
LAMPIRAN B ... LB-1
LAMPIRAN C ... LC-1
LAMPIRAN D ... LD-1
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Jumlah Industri, Hasil Produksi Karet Remah, Permintaan,
Dan Kebutuhan Dalam Negeri ... I-2
Tabel 1.2. Jumlah Bahan Baku Yang Tersedia ... I.2
Tabel 2.1. Komposisi Lateks ... II-4
Tabel 2.2. Spesifikasi karet SIR ... II-8
Tabel 3.1. Neraca Massa Pada Dryer ... III-1
Tabel 3.2. Neraca Massa Pada Mesin Penyambung ... III-1
Tabel 3.3. Neraca Massa Pada Bak Pencucian Ketiga ... III-2
Tabel 3.4. Neraca Massa Pada Unit Pemecah Kedua ... III-2
Tabel 3.5. Neraca Massa Bak Pencucian Kedua ... III-2
Tabel 3.6. Neraca Massa Pada Unit Pemecah Pertama ... III-3
Tabel 3.7. Neraca Massa Pada Bak Pencucian Pertama ... III-3
Tabel 4.1. Neraca Panas Masuk Pada Dryer ... IV-1
Tabel 4.2. Neraca Panas Keluar Dari Dryer ... IV-1
Tabel 4.3. Neraca Panas Masuk Pada Ruang Pendingin ... IV-1
Tabel 4.4. Neraca Panas Keluar Dari Ruang Pendingin ... IV-2
Tabel 7.1 Kebutuhan Air Proses ... VII-1
Tabel 7.2. Kebutuhan Uap ... VII-3
Tabel 8.1. Perincian Luas Tanah ... VIII-6
Tabel 9.1. Shift Kerja Karyawan... IX-11
Tabel 9..2. Jam Kerja Karyawan Non-Shift ... IX-12
Tabel 9.3. Jumlah Staf dan Karyawan Pabrik ... IX-13
Tabel LA-3 Neraca Massa Pada Bak Pencucian Ketiga ... LA-7
Tabel LA-4 Neraca Massa Pada Unit Pemecah Kedua ... LA-9
Tabel LA-5 Neraca Massa Pada Bak Pencucian Kedua ... LA-12
Tabel LA-6 Neraca Massa Pada Unit Pemecah Pertama ... LA-14
Tabel LA-7 Neraca Massa Pada Bak Pencucian Pertama ... LA-17
Tabel LB-1 Neraca Panas Masuk Pada Dryer... LB-2
Tabel LB-2 Neraca Panas Keluar Dari Dryer ... LB-2
Tabel LB-3 Neraca Panas Masuk Pada Ruang Pendingin ... LB-5
Tabel LB-4 Neraca Panas Keluar Dari Ruang Pendingin ... LB-5
Tabel LE-1 Perincian Harga Bangunan ... LE-2
Tabel LE-2 Perkiraan Harga Peralatan Proses ... LE-3
Tabel LE-3 Perkiraan Harga Peralatan Utilitas ... LE-3
Tabel LE-4 Perkiraan Biaya Sarana Transportasi ... LE-6
Tabel LE-5 Perincian Gaji Pegawai Untuk 1 Bulan ... LE-8
Tabel LE-6 Perkiraan Depresiasi ... LE-12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rumus Molekul Poliisoprena ... I-4
Gambar 2.2 Struktur Protein Dalam Berbagai Tingkat Keasaman ... II-5
Gambar 6.1 Alat Pengukur Tekanan dan Temperatur ... VI-2
Gambar 6.2 Alat Pengatur Laju Alir ... VI-3
Gambar 8.1 Tata Letak Pabrik ... VIII-7
INTISARI
Pra Rancangan Pabrik Crumb Rubber (Karet Remah) dari karet ala ini
direncanakan berproduksi 1000 kg/jam. Pabrik beroperasi 24 jam sehari dengan
hari kerja 30 hari/tahun. Produksi yang diperoleh adalah Crumb rubber (karet
remah).
Pabrik ini direncanakan di daerah Serdang Bedagai, Sumatera Utara
dengan luas areal 30.250 m2
Hasil analisa ekonomi Pra Rancangan Pabrik Crumb Rubber (Karet
Remah) ini adalah sebagai berikut :
. Tenaga kerja yang dibutuhkan 123 orang dengan
bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) dibawah pimpinan seorang Direktur.
Modal Investasi : Rp.66.110.793.302,-
Biaya Produksi : Rp.29.773.716.957,-
Hasil Penjualan : Rp.49.104.000.000,-
Laba Bersih : Rp.30.735.098.130,-
Profit Margin : 59,58 %
Break Event Point : 32,35 %
Return On Investment : 46,39 %
Pay Out Time : 2,16 tahun
Return On Network : 46,39 %
Internal Rate of Return : 44,76 %
Dari hasil analisis aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pra
INTISARI
Pra Rancangan Pabrik Crumb Rubber (Karet Remah) dari karet ala ini
direncanakan berproduksi 1000 kg/jam. Pabrik beroperasi 24 jam sehari dengan
hari kerja 30 hari/tahun. Produksi yang diperoleh adalah Crumb rubber (karet
remah).
Pabrik ini direncanakan di daerah Serdang Bedagai, Sumatera Utara
dengan luas areal 30.250 m2
Hasil analisa ekonomi Pra Rancangan Pabrik Crumb Rubber (Karet
Remah) ini adalah sebagai berikut :
. Tenaga kerja yang dibutuhkan 123 orang dengan
bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) dibawah pimpinan seorang Direktur.
Modal Investasi : Rp.66.110.793.302,-
Biaya Produksi : Rp.29.773.716.957,-
Hasil Penjualan : Rp.49.104.000.000,-
Laba Bersih : Rp.30.735.098.130,-
Profit Margin : 59,58 %
Break Event Point : 32,35 %
Return On Investment : 46,39 %
Pay Out Time : 2,16 tahun
Return On Network : 46,39 %
Internal Rate of Return : 44,76 %
Dari hasil analisis aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Karet (rubber) merupakan sumber devisa Negara non migas yang sangat
potensial, sehingga penanamannya semakin giat dilaksanakan yaitu dengan cara
membuka areal-areal baru. Getah (lateks) yang dihasilkan dari pohon karet dapat
diubah menjadi bentuk baru yang lebih bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan jadi karet dalam dunia perindustrian semakin besar permintaannya.
Bahkan jadi karet diolah dari getah karet dan getah karet diperoleh dengan cara
mengorek (menderes) kulit batang karet sehingga getah karet dapat keluar secara
perlahan-lahan dan dikumpulkan dalam suatu wadah. Kemudian getah karet dari
kebun ini dicampur dengan bahan kimia yang berfungsi sebagai pengawet atau
langsung digumpalkan dengan zat asam menjadi bahan baku untuk pembuatan
bahan jadi pada suatu pabrik pengolahan karet.
Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri, umumnya
alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat penting bagi kehidupan sehari-hari
maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Crumb rubber
(karet remah) merupakan karet yang berasal dari karet alam dan banyak
diantaranya adalah kopolimer, yaitu polimer yang mengadung lebih dari satu
monomer. Crumb rubber adalah bahan yang 100 % dibuat dari nabati alami,
dimana dalam pengolahannya digunakan dua golongan bahan baku, yaitu lateks
tersebut antara lain ban (untuk sepeda, sepeda motor, dan mobil), sepatu karet,
karpet berlapis karet, pembungkus logam, dan lain-lain.
Dewasa ini persaingan di sektor industri karet sudah sangat pesat. Industri
karet di Indonesia memiliki prospek yang sangat menjanjikan, sehingga untuk itu
kualitas produknya perlu dijaga agar tidak kalah bersaing di pasaran dunia.
Perkembangan industri karet dari segi jumlah industri dan produksinya dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Jumlah industri dan hasil produksi karet remah dan permintaan,
dan kebutuhan dalam negeri
Tahun Jumlah
Industri Karet
Produksi (ton) Permintaan
Bahan baku (ton)
Kebutuhan dalam
Negeri (ton)
1999 92 1.204.573 1.214.446 786.546
2000 96 1.206.462 1.208.342 743.908
2001 97 1.234.258 1.307.257 894.567
2002 99 1.260.478 1.265.010 721.065
2003 100 1.475.258 1.487.261 906.564
2004 103 1.712.135 1.716.171 890.850
Karena industri karet di Indonesia mempunyai prospek menjanjikan itu pula jadi
tidak heran kalau banyak pengusaha maupun investor asing menanamkan
modalnya pada industri-industri nasional khususnya industri karet. Bahkan
melimpah di Indonesia. Bahan baku pembuatan crumb rubber selain murah juga
sangat mudah untuk didapat, baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah
kecil. Jumlah bahan baku untuk pembuatan crumb rubber ditampilkan pada tabel
1.2.
Tabel 1.2 Jumlah bahan baku yang tersedia
Tahun Bahan baku yang tersedia (ton)
1999 1.421.223
2000 1.395.405
2001 1.495.123
2002 1.445.425
2003 1.685.475
2004 1.895.246
Sumber : BPS (2005)
1.2 Perumusan Masalah
Crumb Rubber (karet remah) merupakan produk yang sangat penting.
Permintaan bahan dari tahun ke tahun meningkat sesuai dengan data yang
dilaporkan BPS (Biro Pusat Statistik), seperti yang telah ditampilkan pada Tabel
1.1.
Sementara itu kebutuhan dalam negeri cukup terpenuhi (seperti yang
ditampilkan pada tabel 1.1), untuk itu pendirian pabrik crumb rubber ini ditujukan
untuk kebutuhan ekspor, sehingga dapat meningkatkan devisa Negara dan
1.3. Tujuan Perancangan Pabrik
Tujuan Pra Rancangan Pabrik ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu
teknologi kimia industri yang meliputi neraca massa, neraca energi, operasi teknik
kimia, utilitas dan bagian ilmu teknologi kimia industri lainnya yang penyajiannya
disajikan pada Pra Rancangan Pabrik Crumb Rubber.
1.4. Manfaat Percobaan
Pendirian pabrik proses pembuatan crumb rubber (karet remah) diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan industri yang menggunakan bahan baku karet remah
dunia. Dari sisi sosial ekonomi, adanya pabrik proses pembuatan crumb rubber ini
diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan secara tidak langsung dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Karet
Karet alam adalah suatu senyawa hidrokarbon (C dan H) yang merupakan
makromolekul isoprena yang bergabung membentuk poliisoprena. Tanaman karet
(Havea Brasiliensis) yang asalnya dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara
liar di lembah-lembah Amazon (Setyamijaja, 1993).
Pada tahun 1493, Michele De Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke
Benua Amerika yang dulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini
ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon ini hidup secara
liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli
mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang
didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantulkan. Penduduk Indian
Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut dengan cara
yang sangat sederhana (Setyamidjaja, 1993).
Sejak saat itu, karet mulai menarik perhatian ahli untuk diteliti. Para
ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam karet tersebut agar
dapat digunakan untuk membuat alat yang berguna untuk kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya ditemukan cara baru untuk
mengambil getah karet tanpa harus menebangnya, tetapi dengan melukai kulit
Orang-orang di Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk
aneka barang keperluan sehari-hari seperti pakaian tahan air, alas penutup barang
agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, dan barang lainnya.
Kemudian Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet dengan
mencampur karet dengan belerang, lalu dipanaskan pada suhu 120-130 0
Tanaman karet dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda
dimana tanaman karet yang pertama kali ditanam di kebun percobaan pertanian
Kebun Raya Bogor. Ternyata pertumbuhan tanaman karet ini sangat memuaskan
sehingga mulai dibudidayakan di perkebunan-perkebunan. Dan sejak saat itu
tanaman karet ditanam secara besar-besaran dan mengalami perluasan yang sangat
cepat.
C,
dimana dengan cara ini semakin banyak sifat karet yang diketahui untuk dapat
dimanfaatkan. Berawal dari sini, karet mulai banyak dicari orang untuk aneka
barang keperluan dan juga memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi
ban (Setyamidjaja, 1993).
Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai peranan
penting dalam lingkup kehidupan perekonomian nasional dan internasional.
Banyak masyarakat yang hanya hidup dengan mengandalkan komoditi karet, karet
tidak hanya tidak hanya dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar milik
Negara tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Hasil devisa Negara yang
diperoleh dari tanaman karet cukup besar. Bahkan sejak perang Dunia II hingga
Getah yang dihasilkan tanaman karet atau disebut dengan lateks dapat
diolah menjadi bahan baku karet alam seperti crepe, sheet, crumb rubber, lateks
pekat dan lain-lain dan masih diusahakan secara sederhana sehingga mutu karet
sangat memprihatinkan. Akibatnya yang lebih buruk, harga jual karet menjadi
rendah dan tingkat kepercayaan konsumen menurun.
Industri karet dunia menilai berkembang pada abad XIX, dengan dorongan
utama berasal dari pembaharuan teknologi. Pertumbuhan industri karet alam pada
permulaan abad XX dibantu oleh munculnya produksi karet rakyat yang mampu
memberikan penawaran yang berjalan sejajar dengan permintaan. Hal ini karena
dorongan pada akhir tahun 1920-an dan permulaan tahun 1930-an, ekonomi dunia
secara drastis mengurangi permintaan karet untuk industri motor dan akibatnya
terjadilah kelebihan kapasitas.
2.2. Lateks
Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan
yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit
tanaman karet. Latek banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang
yang berasal dari karet.
Bahan kimia yang umum digunakan untuk pengawetan lateks kebun
adalah larutan amoniak karena harganya cukup murah dan cukup efektif. Dosis
pemberian amoniak dalam lateks kebun harus disesuaikan dengan lamanya waktu
Lateks kebun dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) harus diangkut
segera kepabrik walaupun telah diberi bahan pengawet kimia. Mikroba
mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan lateks yang
mengandung bahan pengawet, sehingga mutu lateks akan menurun bila terlalu
lama di TPH.
2.2.1. Komposisi Kimia Lateks
Komponen lateks terdiri dispersi pertikel-partikel karet dan bukan karet
dalam cairan yang disebut serum.
Adapun komposisi lateks adalah seperti yang dipaparkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Lateks
No. Fraksi Lateks Zat yang Terkandung 1 Fraksi Karet (37 %) - Karet
- Protein - Lipida - Ion Logam 2 Fraksi Frey Wyssling (1-3 %) - Karotenoida
- Lipida - Air
- Karbohidrat dan inositol - Protein dan turunannya 3 Fraksi Serum (48 %) - Senyawa nitrogen
- Asam nukleat dan nukleosida - Senyawa organik
- Ion anorganik dan logam 4 Fraksi Dasar (14 %) - Air
- Protein dan senyawa nitrogen - Karet dan karotenoida
Partikel-partikel yang terkandung dalam karet murni (isoprena) tersuspensi
dalam serum lateks dan bergabung membentuk rantai panjang yang disebut
dengan poliisoprena (C5H8
Partikel karet dapat terdispersi dengan baik dalam suatu larutan, hal ini
disebabkan adanya gerakan zig-zag (gerakan Brown) dari pertikel. Besarnya
gerakan Brown dapat mengatasi gaya gravitasi dari partikel karet sehingga tidak
terjadi creaming maupun pengendapan. Di dalam lateks, isoprena ini diselaputi
oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik. Protein merupakan
gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar (dalam keadaan netral
mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter (dapat bereaksi dengan asam atau
basa) .
).
Lateks segar mempunyai pH = 6,9. Ion yang bermuatan negatif tersebut
diserap oleh permukaan partikel karet dengan membentuk lapisan yang disebut
lapisan sterin. Lapisan yang sama-sama bermuatan negatif tersebut menyebabkan
terjadinya gaya tolak menolak antara partikel, sehingga lateks tidak menggumpal.
Jadi selama lateks bermuatan negatif, lateks akan tetap dalam keadaan stabil. Pada
titik isoelektris, muatan listrik akan mencapai nol sehingga protein tidak stabil dan
akan menggumpal serta lapisan sterin akan hilang sehingga antar butir karet
terjadi kontak yang mengakibatkan lateks menggumpal.
Lump adalah lateks yang menggumpal atau telah terkoagulasi. Jika lateks
menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok penampung lateks disebut cup
mangkok diperoleh dari penderesan atau penyadapan yang mangkoknya dibiarkan
berada pada pohon atau tidak diangkat. Lump mangkok ini diambil pada pagi hari
bersamaan dengan dilakukannya penderesan dan dikumpulkan setelah penderesan
selesai. Sedang lump tanah yang diperoleh dari pohon karet yang mangkok
deresnya diambil atau diangkat dari pohon setelah penggumpalan lateks sehingga
lateks yang masih menetes jatuh ke tanah dan akhirnya menggumpal atau
terkoagulasi (Setyamidjaja, 1993).
Scrab atau bantalan adalah lateks susu yang digumpalkan di kebun atau
karet yang menggumpal dalam tangki. Berbentuk balok dan dicetak dengan
menggunakan cetakan dari seng. Scrab juga dapat dibuat dari busa karet yang
terbentuk dari lateks susu, yaitu yang terdapat pada sisa dari sari pengolahan sheet
pada saat pembekuan. Scrab dari busa lateks susu ini banyak mengandung air.
2.2.2. Prakoagulasi pada Lateks Kebun
Faktor-faktor penyebab prakoagulasi pada lateks adalah sebagai berikut :
a. Penambahan asam
Penambahan asam organic ataupun anorganik mengakibatkan turunnya pH
lateks sehingga mencapai titik isoelektris sehingga lateks kebun membeku.
b. Mikroorganisme
Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme
karena mengandung tiotic liquid. Dalam lateks vessels (lateks baru) belum
Lateks yang telah dicemari dengan bakteri selama 8 jam mengandung ± 108
c. Iklim
sel/bakteri/ml lateks. Mikroba ini menghasilkan asam-asam yang dapat
menurunkan pH mencapai titik isoelektris sehingga lateks membeku dan
menimbulkan bau karena terbentuknya asam-asam yang menguap (volatile
fatty acid). Amoniak dapat membunuh dan menahan pertumbuhan mikroba,
namun sifat bakterisida dan bakteriostatiknya masih terbatas, terutama
bergantung pada dosis yang diberikan dan kecepatan pemberiannya. Suhu
udara yang tinggi akan lebih mengaktifkan kegiatan bakteri, sehingga dalam
penyadapan ataupun pengangkutan diusahakan pada suhu rendah atau pada
pagi hari (Purkisss, 1997).
Air hujan akan membawa zat penyamak kotoran, dan garam yang larut dari
kulit batang. Zat-zat ini mengkatalisir terjadinya prakoagulasi. Penyadapan
yang dilakukan pada siang hari (pada suhu udara yang tinggi) akan mendorong
terjadinya penyerapan air dari lateks sehingga terjadi penggumpalan.
d. Pengangkutan
Pengangkutan yang terlambat, ataupun dalam keadaan suhu yang tinggi akan
mengganggu kestabilan lateks. Jalan yang kurang baik akan menimbulkan
goncangan pada lateks sehingga akan menyebabkan pecahnya lutoid (fraksi
dasar lateks).
e. Kotoran dari luar
2.2.3. Upaya Untuk Mencegah/Mengurangi Prakoagulasi
Upaya untuk mencegah/mengurangi prakoagulasi di lapangan dilakukan
dengan cara :
a. Cara penderesan dapat dilakukan menurut aturan dan pada keadaan suhu
rendah (pagi-pagi). Lateks segera diangkut ke pabrik tanpa banyak goncangan.
b. Alat-alat yang digunakan untuk penderesan dan pengangkutan harus bersih
dan tahan terhadap karat.
c. Pemberian bahan anti koagulasi (bahan pengawet) pada lateks.
Bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan anti koagulasi di lapangan
adalah amoniak yang bisa berfungsi mencegah koagulasi karena amoniak
mempunyai sifat :
a. Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri
b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH lateks kebun
c. Mengurangi konsentrasi logam
2.3. Crumb Rubber
Crumb Rubber adalah suatu politerpena yang mengadung molekul isoprena
yang terikat dalam rantai renggang terpuntir. Unit monomer sepanjang rantai
karbon berada dalam susun cis- dan konfigurasi inilah yang menyebabkan karet
2.3.1 Pengolahan Crumb Rubber
Dalam pengolahan Crumb Rubber digunakan dua golongan bahan baku yaitu
lateks dan Lump serta pengumpulan mutu rendah yang disebut kompo. Dari bahan
baku lateks diperoleh karet remah yang kualitasnya dikategorikan SIR 5 CV, SIR
5 LV, SIR 5 L, dan SIR 5. Sedangkan dari bahan baku lump diperoleh karet
remah kualitas SIR 10, SIR 20, dan SIR 50. dalam proses pengolahan karet remah
diperoleh beberapa keuntungan, yaitu proses pengolahannya lebih cepat dan
produk lebih bersih.
2.3.2. Penentuan Kualitas Crumb Rubber
Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan
penggolongan berdasarkan ciri-ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi
teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur tertentu yang terdapat dalam karet,
yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet.
Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah :
1 Kadar kotoran
Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriteria terpenting dalam
spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap
ketahanan dan kelenturan barang-barang dari karet.
2 Kadar abu
Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen
3 Kadar zat penguap
Penentuan kadar zat penguap ini dimaksudkan untuk menjamin
crumb rubber yang diproduksi cukup kering.
Ketentuan Standard Indonesian Rubber (SIR). Sesuai dengan tabel
2.2 sebagai berikut.
spesifikasi Standard Indonesian Rubber
5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50
Kadar kotoran (% maks)
Kadar abu (% maks)
Kadar zat menguap
PRI (min)
Sumber : Satyamidjaja, 1993.
2.4. Deskripsi Proses
Proses pengolahan kompo (gumpalan karet) di areal pabrik adalah sebagai
berikut :
A. Ruang penimbangan (PN-01)
Di dalam ruang penimbangan (PN-01), kompo yang dibawa dari kebun
ditimbang dan ditentukan berat basahnya, kompo disortasi untuk
dalam plastik untuk diolah pada alat pengolahan limbah. Kemudian kompo
diangkut dengan trolley (BO-01) menuju ruang penimbunan (PB-01).
B. Ruang penimbunan (PB-01)
Di dalam ruang penimbunan (PB-01) kompo dipisah sesuai umur, dimana
kompo harus terhindar dari sinar matahari secara langsung. Kompo dari
ruang penimbunan (PB-01) diangkut ke bak pencucian (BP-01)
menggunakan trolley (BO-02).
C. Bak pencucian (BP-01)
Pada bak pencucian (BP-01) kompo dicuci untuk menghilangkan kotoran.
Kemudian kompo diangkut dengan belt conveyor (BC-01) menuju unit
pemecah (PM-01) sambil disiram secara manual. Kemudian bekas air
pencucian diolah pada alat pengolahan limbah.
Unit Pemecah (PM-01)
Kompo pada unit ini dipecah menjadi ukuran kecil (5 x 5 x 5 mm). Selama
proses pemecahan kompo disiram dengan air. Kemudian kompo yang
sudah dipecah diangkut dengan belt conveyor (BC-02) menuju bak
D. Bak pencucian kedua (BP-02)
Kompo yang sudah dipecah tadi dicuci lagi di dalam bak pencucian kedua
(BP-02) untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa. Kemudian
dengan belt conveyor (BC-03) bahan diangkut lagi menuju unit pemecah
kedua (PM-02) sambil disirami, dan air yang dibak pencucian (BP-02)
dibuang untuk diolah pada pengolahan limbah.
E. Unit pemecah kedua (PM-02)
Pada unit ini bahan yang telah dicuci dipecah lagi menjadi ukuran yang
lebih kecil (3 x 3 x 3 mm). Kemudian diangkut lagi menuju bak pencucian
ketiga (BP-03) dengan belt convenyor (BC-04) sambil disirami juga.
F. Bak pencucian ketiga
Pada bak ini bahan telah dipecah pada unit pemecah kedua (PM-02) lagi
untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa. Kemudian bahan yang
telah dicuci diangkut dengan belt conveyor (BC-05) sambil disirami
menuju mesin penyambung (P-01), dan air pada bak tersebut diolah pada
alat pengolahan limbah.
G. Mesin penyambung (P-01)
Pada mesin penyambung (P-01) ini bahan yang dipecah tadi disambung
berbentuk lembaran tersebut di angkut dengan trolley (BP-03) menuju
bucket elevator (BE-01) untuk diumpankan ke unit pengering (D-01).
H. Unit pengering (D-01)
Pada unit ini bahan dikeringkan dengan suhu 70-100 0C selama kurang
lebih dua hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15%. Kemudian
karet dua hari sudah dikeringkan diangkut dengan trolley (BO-04) menuju
unit pendingin (PD-01).
I. Unit Pendingin (PD-01)
Proses pendinginan pada unit ini terjadi secara ilmiah, dengan
menggunakan udara sekitar. Kemudian karet yang telah di dinginkan di
angkut lagi menuju filter press (Fp-01) dengan menggunakan trolley
(BO-05)
J. Filter Presses ( FP-010
Karet sudah didinginkan selanjutnya di –press sehingga berbentuk bale,
berat tiap bale terdiri dari 35 kg dan kemdudian bale tersebtu dibungkus
dengan plastic. Kemudian bale yang sudah dibungkus plastic diangkut
menuju dudang (R-01) dengan menggunakan trolley (Bo-06).
10
DIGAMBAR OLEH : TANGGAL TANDA TANGAN
KODE BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH 01 DRYER
BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH 02 RUANG PENYORTIRAN/PENGEPAKAN BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH 03
04 05 06 HEATER 01
BLOWER BAK PENERIMAAN PENCUCIAN 01 BAK PENERIMAAN PENCUCIAN 02 BAK PENERIMAAN PENCUCIAN 03 PEMECAHAN BAHAN BAKU (
PENGGILINGAN/PENGHALUS
BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH BOX PENGANGKUTAN KARET REMAH
TEMPERATUR CONTROL
PN-01 BO-01 PB-01 BO-02
BAB III
NERACA MASSA
Basis Perhitungan : 1 Jam Operasi
Satuan operasi : kg/jam
Kapasitas : 1000 kg/Jam
Setelah dilakukan perhitungan pada lampiran A, maka diperoleh neraca
massa untuk setiap peralatan sebagai berikut :
3.1 Dryer (D-01)
Tabel 3.1 Neraca Massa pada Dryer (D-01)
Komponen Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
39 41 42
A 845,80 - 845,80
B 612,48 458,28 154,20
SUB TOTAL 1.458,28 458,28 1000
3.2 Mesin Penyambung (P-01)
Tabel 3.2 Neraca Massa Pada Mesin Penyambung (P-01)
Komponen Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
35 36 37
A 845,80 - 845,80
B 612,48 - 458,28
C 29,76 29,76 -
SUB TOTAL 1.488,08 29,76 1.458,28
TOTAL 1.488,08 1.488,08
3.3 Bak Pencucian Ketiga (BP-03)
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Bak Pencucian ketiga (BP-03)
Komponen
Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
29 30 31 32
A 845,80 - - 845,80
B 612,48 2.232,07 2.232,07 612,48
C 59,52 - 29,76 29,76
SUB TOTAL 1.517,80 2.232,07 2.261,83 1.488,04
Unit Pemecah Kedua (PM-02)
Tabel 3.4 Neraca Massa pada Unit Pemecah Kedua (PM-02)
Komponen
Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
23 24 25 26
A 845,80 - 845,80
B 612,48 2.276,7 2.276,7 612,48
C 97,07 - 47,32 59,52
SUB TOTAL 1.555,35 2.276,7 2.324,02 1.517,80
TOTAL 3.826,05 3.826,05
3.5 Bak Pencucian Kedua (BP-02)
Tabel 3.5 Neraca Massa pada Bak Pencucian Kedua (BP-02)
Komponen
Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
17 18 19 20
A 845,80 - - 845,80
B 612,48 2.324,02 2.324,02 612,48
C 123,95 - - 91,07
SUB TOTAL 1.582,23 2.324,02 2.324,02 1.549,35
TOTAL 3.906,05 3.906,05
3.6 Unit Pemecah Pertama (PM-01)
Tabel 3.6 Neraca Massa pada Unit Pemecah Pertama (PM-01)
Komponen
Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
11 12 13 14
A 845,80 - - 845,80
B 612,48 2.373,35 2.373,35 612,48
C 158,22 - 34,27 123,95
SUB TOTAL 1.616,5 2.373,85 3.407,62 1.582,23
3.7 Bak Pencucian Pertama (BP-01)
Tabel 3.7 Neraca Massa pada Bak Pencucian Pertama (BP-01)
Komponen
Masuk (Kg/jam) Keluar (kg/jam)
5 6 7 8
A 845,80 - 845,80
B 612,48 2.424,75 2.424,75 612,48
C 193,98 - 35,76 158,22
SUB TOTAL 1.652,26 2.424,75 2.460,51 1.616,5
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam Operasi
Satuan operasi : Kkal/jam
Kapasitas : 1000 kg/jam
Setelah dilakukan perhitungan pada lampiran B, maka diperoleh neraca
panas sebagai berikut ;
4.1 Panas Masuk pada Dryer (D-01)
Tabel 4.1 Neraca panas masuk pada Dryer (D-01)
Komponen Panas Masuk (kj/jam)
Karet 504,1
Air 10,65
TOTAL 514,75
4.2 Panas Keluar dari Dryer (D-01)
Tabel 4.2 Neraca keluar dari Dryer (D-01)
Komponen Panas Masuk (kj/jam)
Karet 12.751,57
Air 47,7
4.3 Panas masuk pada Ruang Pendinginan (PD-01)
Tabel 4.3 Neraca panas masuk pada ruang pendinginan (PD-01)
Komponen Panas Masuk (kj/jam)
Karet 12.751,57
Air 13,4
TOTAL 12,764,97
4.4 Panas keluar dari Ruang Pendinginan (PD-01)
Tabel 4.4 Neraca panas Keluar dari Ruang Pendingin (PD-01)
Komponen Panas Masuk (kj/jam)
Karet 504,1
Air 10,65
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1 Timbangan (PN-01)
Fungsi : Menimbang bahan baku karet remah sebelum diproses.
Bentuk : Segi Empat dengan roda 4 buah
Merk : DJI AKAI
Bahan konstruksi : Besi
Jumlah (n) : 1 Unit
Kapasitas Timbangan : 500 kg
Laju alir massa (m) : 1.652,26 kg/jam
Densitas kompo (p) : 1.150 kg/33... (Perry, 1997)
5.2 Box Pengangkutan Karet Remah i /Trolley (BO-01)
Fungsi : Mengangkut kompo karet remah yang telah ditimbang ke
ruang penimbun
Tipe : Bak Berbentuk persegi panjang
Bahan kostruksi : Baja (Stainless steel)
Kapasitas : 1.982,712 kg/jam
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
5.3 Ruang Penimbunan (PB-01)
Fungsi : Menimbun bahan baku karet sebelum diproses
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Jumlah : 1 unit
Data kondisi operasi :
Temperatur : 300
Tekanan : 1 atm C
Direncanakan gudang tempat penyimpanan kompon dengan spesifikasi :
Waktu operasi (Ө) = 30 hari = 720 jam
Tinggi : 8 cm
Panjang : 24,92 m = 25 m
Lebar : 6,23 m = 6 m
5.4 Box Pengangkutan Karet Remah 2/Trolley (BO-02)
Fungsi : Mengangkut kompo karet remah yang telah ditimbun di ruang
penimbunan ke bak pencucian 1 (BP-01)
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Bahan konstruksi : Baja (Stainless Steel)
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
Tinggi : 1 meter
5.5 Bak Penenrimaan /Pencucian 1 (BP-01)
Fungsi : Mencuci kompo karet remah dan menghilangkan kotoran yang
terdapat pada kompo
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Laju air massa (m) : 1.652,26 kg/jam
Kapasitas untuk 24 jam (Ө) : 24 jam
Jumlah bak (n) : 1 buah
Bahan konstruksi : Beton
Panjang bak (p) = 4,53 m = 5 m
Lebar bak (i) = 4,53 m = 5 m
Tinggi bak (t) = 3,02 m = 3 meter
C.6 Belt Conveyor 1 (BC-01)
Fungsi : Mengangkut kompo ke unit pemecah / Hammer Mill (PM-01)
Jumlah : 1 unit
Jenis : Flat Belt Coveyor
Bahan konstruksi : Carnon Steel
Kapasitas Belt Conveyor = 1.9393,8 kg/jam
- Lebar = 14 in
- Kecepatan Belt = 200 rpm
- Tebal Belt = 30 in
5.7 Pemecah Bahan Baku 1 (PM-01)
Fungsi : Memecah kompo karet menjadi ukuran kecil (5 x 5 x 5 mm)
Tipe : Merk Mess
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1.939,8 kg/jam
Menggunaklan: Elektro motor 60 Hp, 1450 rpm
Frekuensi : 50 Hz
Daya Motor : 60 Hp
Kuat arus : 84 A
Tegangan : 220 Volt
5.8 Belt Compeyor 2 (BC-02)
Fungsi : Mengangkut kompo menuju bak pencuci 2
Bahan konstruksi : Carnon Steel
Jumlah : 1 buah
Laju air : 1.582,23 kg/jam
Kapasitas Belt Conveyor = 1.898,676 kg/jam
- Lebar = 14 in
- Kecepatan Belt = 200 rpm
- Tebal Belt = 30 in
- Panjang Belt = 40 m = 131,232 ft
5.9 Bak Pencuci Kedua (BP-02)
Fungsi : Menghilangkan kotoran yang masih tersisa pada kompo
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Kapasitas : 1.582,23 kg/jam
Kapasitas untuk 24 jam (Ө) : 24 jam
Jumlah bak (n) : 1 buah
Bahan konstruksi : Beton
Panjang bak = 4,35 m = 4 m
Lebar bak = 4,35 m = 4 m
Tinggi bak = 2,9 m = 3 m
5.10 Belt Convetor 3 (BC-03)
Fungsi : Mengangkut kompo menuju bak pemecah bahan baku 2
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 Buah
Kapasitas Belt Conveyor = 1.898,676 kg/jam
- Lebar = 14 in
- Kecepatan Belt = 200 rpm
- Tebal Belt = 30 in
- Panjang Belt = 40 m = 131,232 ft
5.11 Mesin Pemecah 2 (PM-02)
Fungsi : Memecah kompi karet menjadi ukuran kecil (3 x 3 x 3 mm)
Tipe : Merk Mess
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : Baja (Stainless Steel)
Kapasitas = 1.859,22 kg/jam
Menggunakan : Elektro motor 60 Hp, 1450 rpm
Frekuensi : 50 Hz
Daya motor : 60 Hp
Kuat arus : 84 A
Tegangan : 220 Volt
5.12 Belt Conveyor 4 (BC-04)
Fungsi : Mengangkut kompo menuju bak pencucian 3
Bahan konstruksi : Karet
Jumlah : 1 Buah
Kapasitas belt conveyor = 1.821,36 kg/jam
- Lebar = 14 in
- Kecepatan Belt = 200 rpm
- Tebal Belt = 30 in
- Panjang Belt = 40 m = 131,232 ft
5.13 Bak Pencucian 3 (BP-03)
Fungsi : Menghilangkan kotoran yang masih tersisa pada kompo
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Kapasitas : 1.517,8 kg/jam
Kapasitas untuk 24 jam (Ө) : 24 jam
Jumlah : 1 buah
Bahan konstruksi : Beton
Panjang bak = 4,41 m = 5 m
Lebar bak = 4,41 m = 5 m
Tinggi bak = 2,94 m = 3 m
5.14 Belt Conveyor 5 (BC-05)
Fungsi : Mengngkut kompo menuju crepper (penggilingan atau penghalus)
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 buah
Kapasitas belt conveyor: 1.821, 36 kg/jam
- Lebar : 14 in
- Kecepatan belt : 200 rpm
- Tebal belt : 30 in
- Panjang belt : 40 m = 131,232 ft
5.15 Crepper (P-01)
Fungsi : Menggiling getah karet menjadi bentuk blanket (selendang)
Tipe : Gilingan berbentuk 2 tabung terlentang
Kapasitas : 1.785,684 kg/jam
Frekuensi : 50 Hz
Daya motor : 75 Hp
Kuat arus : 105 A
Tegangan : 220 V
Power : 57 Kw
Jumlah : 1 Unit
5.16 Box Pengangkutan Karet Remah 3 Trolley 03 (BO-03)
Fungsi : Mengangkut kompo karet yang telah tersambung
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Bahan konstruksi : Baja (Stainless Steel)
Kapasitas Tolley : 1.982,712 kg/jam
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
Tinggi : 1 meter
5.17 Bucket Elevator 01 (BE-01)
Fungsi : Mengangkut kompo karet ke Dryer
Bahan konstruksi : Besi
Kapasitas = 1.749,936 kg/jam
Ukuran bucket = (6 x 4 x 4 1/2 ) in
Jarak tiap bucket = 12 in
Elevsator center = 25 ft
Kecepatan putar = 43 rpm
Kecepatan bucket = 225 ft/men
Daya head shaft = 1 Hp
Diameter tail shaft = in
16 11 1
Diameter head shaft = in
16 15 1
Pully Head = 20 in
Pully tail = 20 in
Lebar head = 7 in
Effisiensi motor (Em) = 80%
Daya tambahan = 0,2 Hp/ft
Daya P = (Elevator x Daya tambahan) + daya Head shaft …..(Perry, 1997)
5.18 Dryer (D-01)
Fungsi : Mengeringkan crumb Rubber yang telah dicuci dan yang
diumpankan dari Bucket Elevator
Tipe ; Merk TECO
Bentuk : Empat persegi panjang
Bahan : Carbon Steel
Jumlah : 1 unit
Data operasi :
Temperature : 700 C – 1000
Tekanan : 1 atm C
Laju air massa (m) : 1.458,28 kg/jam
Volume oven : 73,04 m
Tinggi oven (T) : 3,32 m 3
Panjang oven (P) : 6,64 m
Lebar oven (L) : 3,32 m
5.19 Box Pengangkutan Karet Remah 04 (BO-04)
Fungsi : Mengangkut kompo karet yang berbentuk selendang ke Bucket Elevator
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Kapasitas : 1.000 kg/jam
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
5.20 Ruang Pendinginan (PD-01)
Fungsi : Mendinginkan kompo karet yang telag dikeringkan
Tipe : Berbentuk persegi panjang tanpa atap
Kapasitas : 1.000 kg/jam
Jumlah : 1 buah
Bahan konstruksi ; Papan
Panjang bak = 3,84 m = 4 m
Lebar bak = 3,84 m = 4 m
Tinggi bak (t) = 2,56 m = 3 m
5.21 Box Pengangkuta Karet Remah 05 (BO-05)
Fungsi : Mengangkut kompo karet yang berbentuk selendang ke Filter Press
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Kapasitas : 1.000 kg/jam
Kapasitas : Baja (Stainless Steel)
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
Tinggi ; 1 meter
5.22 Filter Presses (FP-01)
Fungsi : Menekan Crumb Rubber yang telah diolah, sebelum dimasukkan
ke dalam kemasan.
Tipe : Merk GUNTHRIE
Kapasitas : 1000 kg/jam
Lama pengepresan : 15-20 detik
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : Baja (Stainless Steel)
Menggunakan pompa hidrolik dengan motor 20 Hp, 30 A, 30 Volt
5.23 Box Pengangkutan Karet Remah / Trolley 06 (BO-06)
Fungsi : Mengangkut kompo karet yang berbentuk selendang ke ruang produksi
Tipe : Bak berbentuk persegi panjang
Kapasitas : 1000 kg /jam
Panjang : 1 meter
Lebar : 1 meter
Tinggi : 1 meter
Jumlah : 1 buah
5.24 Gudang Produksi (R-01)
Fungsi : Menyimpan karet yang telah dikemas sebelum dipasarkan
Jumlah (n) : 1 unit
Kapasitas : 1.000 kg/jam
Data kondisi operasi :
Temperatur : 300
Tekanan : 1 atm C
Tinggi : 8 m
Panjang : 17 m
BAB VI
INSTRUMEN DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui dan
mengendalikan besar variabel yang ada sehingga dapat diperoleh suatu harga yang
diinginkan baik jumlah maupun mutu. Dengan adanya pemakaian instrumentasi
akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Penghematan atas proses perbaikan variabel-variabel akibat terjadinya
kesalahan karena akan lebih cepat diketahui dan lebih teliti.
2. Proses dapat berjalan lebih stabil.
3. Penghematan tenaga kerja.
Instrumentasi pada dasarnya dibagi atas :
1. Elemen Pengukur (Measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya
perubahan terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, dan laju alir
fluida. Perubahan ini merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh
elemen pengukur ke elemen pengontrol.
2. Elemen pengendali (Controling Element)
Elemen pengendali yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur
sumber agar perubahan-perubahan proses tersebut sesuai dengan nilai set
B. Alat Pengatur Kecepatan cairan
Pada pabrik Crumb Rubber, instrumentasikan yang digunakan adalah ;
1. Pengontrolan temperatur, digunakan pada peralatan Dryer.
2. Pengontrolan laju air, digunakan pada pompa
3. Pengontrolan tinggi fluida, digunakan bak pengendapan
4. Hydrant fire, digunakan untuk pemadam kebakaran
6.2 Keselamatan Kerja Secara Umum
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,
kerena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan dan setelah pabrik
beroperasi. Sebagai pedoman pokok dalam usaha penggulanggulangan usaha
keselamatan kerja, Pemerintah RI telah mengeluarkan Undang-undang
Keselamatan Kerja Tanggal 12 Januari 1970 dengan Lembaga Negara RI Nomor
1 Tahun 1970.
Untuk menjamin adanya keselamatan kerja maka dalam perancangan
pabrik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
1. Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik.
2. Penangan dan pengangkatan bahan harus sebaik mungkin.
3. Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin.
4. Jarak antara mesin-mesin dan peralatan lain harus luas.
5. Setiap mesin dan peralatan lainya harus dilengkapi alat pencegah
Keselamatan Kerja Pada Pabrik Crumb Rubber
Pada pabrik pembuatan Crumb Rubber, usaha-usaha pencegahan tehadap
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai berikut ;
1. Keselamatan kerja terhadap kebakaran dan peledakan
Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar dan plastik harus
disimpan di tempat yang aman dan dikontrol secara teratur.
Mobil pemadam kebakaran ditempatkan di Fire station dan setiap saat
dalam keadaan siaga.
Fire station disediakan pada bangunan pabrik untuk memadamkan api
yang relatif kecil.
Fire Hidrant ditempakan pada jarak sekitar 10 m didaerah ruang
proses dan perkantoran.
2. Peralatan perlindungan diri.
Di dalam lokasi pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, yaitu ;
Pemakaian dan perlengkapan perlindungan kepala
Sepatu pengaman
Masker udara
Pelindung mata
Sarung tangan
3. Keselamatan kerja terhadap listrik
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap kerja terhadap bahaya
Setiap instalasi dan alat-alat listrik diamankan dengan pemakaian
sekering atau pemutus arus listrik otomatis lainya.
Sistem perkabelan listrik harus direncanakan secara terpadu dengan
tata letak pabrik untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika
letak pabrik harus dilakukan perbaikan.
Setiap peralatan atau bangunan yang tinggi harus dilengkapi
dengan penangkal petir yang dibumikan.
4. Pencegah terhadap gangguan kesehatan.
Untuk mencegah bahaya terhadap gangguan kesehatan yang perlu
diperhatikan adalah ;
Setiap karyawan diwajibkan memakai pekaian kerja dan pelindung
kepala selama berada di lokai pabrik.
Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya, karyawan
diharuskan memakai sarung tangan serta penutup hidung dan
mulut.
5. Pencegahan terhadap bahaya mekanis.
Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup berat, untuk
mencegah kemungkinan jatuh atau terguling.
Pada peralatan berbahaya diberi pagar penanganan.
Sistem ruang gerak karyawan dibuatcukup lebar dan tidak
menghambat pergerakan.
Setiap karyawan bertugas sesuai pedoman-pedoman yang
diberikan.
Setiap kecelakaan atau kejadian harus segera dilaporkan kepada
atasan.
Peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja harus digunakan bila
diperlukan.
Setiap karyawan harus saling menginginkan akan perbuatan yang
dapat menimbulkan bahaya.
Setiap peraturan dan ketentuan harus dipatuhi.
Apabila terjadi kecelakaan kerja seperti terjadinya kebakaran pada pabrik,
maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut ;
Mematikan seluruh kegiatan pabrik, baik mesin maupun listrik.
Mengaktifkan alat pemadam kebakaran. Dalam hal ini alat
pemadam kebakaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis
BAB VII
UTILITAS
Utilitas adalah sarana penunjang utama dalam melancarkan proses operasi.
Mengingat pentingnya utilitas ini maka segala sarana dan prasaranya harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin berlangsunya operasi
pabtik. Berdasarkan kebutuhannya utilitas dalam pabrik Crumb Rubber ini
meliputi ;
1. Kebutuhan air
2. Kebutuhan listrik
3. Kebuthan bahan bakar.
7.1 Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk pabrik ini adalah ;
Air Proses
Tabel 7.1. Kebutuhan Air Proses
Kode alat Jumlah Kebutuhan Air (Kg/Jam) BP-01 (Bak Pengendapan 01)
PM-01 (Pemecah 01)
BP-02 (Bak Pengendapan 02)
PM-02 (Pemecah 02)
BP-03 (Bak Pengendapan)
1
1
1
1
1
2.424,75
2.373,35
2.324,02
2.276,70
2.232,07
7.1.1 Unit Pengolahan Air
Kebutuhan air diperoleh dari sumur bor. Untuk menjamin kelangsungan
penyediaan air maka dibangun fasilitas air. Pengolahan air meliputi penyaringan
sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Kekeruhanya yaitu 0,3 NTU.
7.1.1.1 Pengendapan
Air dari penampung air (Water Intake) dialirkan kedalam bak
pengendapan dimana partikel-partikel padat yang berdiameter besar akan
mengendap secara gravitasi tanpa bantuan bahan kimia. Ukuran yang mengendap
ini berkisar antara 10-4 hingga 10-2 meter.
7.1.2 Filtrasi
Filtrasi (penyaringan) adalah proses pemisahan flok-flok dan kotoran yang
masih terikat bersama air dengan melewatkan air pada media penyaringan pasir
(Sand filter) yang terdiri dari dua lapisan yaitu :
a. Lapisan I, terdiri dari pasir setinggi : 0,4 – 0,8 m
b. Lapisan II, terdiri dari batu grafit setinggi : 0,3 – 0,6 m
Selama pemakaian, daya saring penyaring pasir akan menurun sehingga
Pada bagian Sand Filter dilengkapi dengan strainer agar air menembus
celah-celah pasir merata. Daya saring Sand akan berkurang sehingga diperlukan
pencucian secara belaka (Sugiharto, 1987). Dari penyaring ini, air dipompakan
kemana air sebelum didistribusikan ke berbagai pemakaian air.
7.2 Kebutuhan Listrik
Perincian kebutuhan diperkirakan sebagai berikut:
1. Pada unit proses : 221,5 Hp
2. Pada unit utilitas : 7 Hp
3. Pada ruang laboratorium : 15 Hp
4. Bengkel : 25 Hp
5. Penerangan dan Perumahan : 300 Hp
6. Kantor : 40 Hp
Total Kebutuhan listrik : 609,5 Hp
Diambil faktor keamanan 10%, sehingga total kebutuhan listrik adalah :
= 1,1 x 609,5 Hp
= 670,45 = 499,955 Kw
7.3 Kebutuhan Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit tenaga (Generator) adalah
minyak solar, karena minyak solar mempunyai nilai bahan bakar yang tinggi.
Nilai bahan solar = 1.020 kkal/I (Laban, 1971)
7.4 Spesifikasi Peralatan Unitilitas
7.4.1 Pompa I (L-01)
Fungsi : Mengalirkan air dari sumur pompa ke tangki pengendapan
Jenis : Pompa Sentrifugal
Jumlah : 1 Buah
Kapasitas : 0,3528 ft3
Daya motor : 2 Hp /s
7.4.2 Bak Pengendapan (X-01)
Fungsi : Pengendapan lumpur yang terikut dengan air
Bentuk : Beton kedap air
Kondisi operasi : Temperatur = 300
Tenakan = 1 atm C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1.038,04 m
7.4.3 Pompa II (L-02)
Fungsi : Mengalirkan air dari bak pengendapan ke dalam Sand Filter
Jenis : Pompa Sentrifugal
Kapasitas : 0,3528 ft3
Daya motor : 2 Hp /s
7.4.4 Sand Filter (SF-01)
Fungsi : Menyaring partikel-partikel yang masih dalam air yang keluar
dari bak pengendapan
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup segmen bola dan alas datar
Bahan konstruksi : Karbon steel grade B
Kapasitas : 33.605,185 ft
Diameter Sand Filter : 8,46 m 3
Tinggi Sand Filter : 16,92 m
Tebal Sand Filter : 1,5 in
7.4.5 Pompa III (L-03)
Fungsi : Mengalirkan air dari Sand Filter kedalam menara air
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 0,3528 ft3
7.4.6 Menara Air (MA-01)
Fungsi : Menampung air yang akan didistribusikan sebagai air domestik
Jumlah : 1 buah
Bentuk : Silinder tegak dengan tutp segmen bola
Bahan konstruksi : Filter Glass
Kondisi operasi : Temperatur = 300
Tekanan = 1 atm C
Kapasitas : 952,237 m
Diameter : 9,32 m 3
Tinggi : 13,98 m
Tebal dinding : 1,5 in
7.4.7 Kompressor (G-01)
Fungsi : Mengalirkan udara kedalam dryer dan ruang pendingin
Jumlah : 1 buah
Jenis : kompressor sentrifugal
Bahan kontruksi : Commerial steel
Udara Penger ing Pengontrol Tekanan 01 Pengontrol Tekanan 02 ERNI MISRAN, ST, MT 132 258 002
TANPA SKALA
PRA RAN CANGAN PABR IK CRU MB RUBBER ( KARET R EMAH) DENGAN KAPASITAS 1.000 KG/JAM
D IAGRAM ALIR PROSES
D EPAR TEM EN TEKN IK KIMIA FAK ULTAS TEK NIK UN IVE RSITA S SUMATER A UTAR A
BAB VIII
LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
8.1 Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting karena akan
mempunyai efek samping bagi sukses atau gagalnya operasi pabrik, serta dapat
juga mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan, pemiliham lokasi
pabrik haruslah memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Utama
a. Bahan baku
Suatu pabrik hendaknya didirikan di daerah yang dekat dengan bahan
baku, dismaping itujuga haus diperhatikan jarak pabrik tersebut denan
daerah pemasaran sehingga pengadaan transportasi mudah diatasi.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai bahan baku antara lain :
- Lokasi sumber bahan baku.
- Besarnya kapasitas sumber bahan baku dan berapa lama dapat diandalkan
keberadaanya.
- Cara mendapatkan bahan baku tersebut dan cara transportasinya.
- Harga bahan baku dan biaya pengangkutannya.
b. Tenaga Listrik dan Bahan Bakar
Dalam mendirikan suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar adalah
faktor penunjang yang sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan tenaga listrik dan bahan bakar adalah ;
- Kemungkinan pengadaan tenaga listrik dan bahan bakar di lokasi pabrik
untuk saat sekarang dan masa yang akan datang.
- Harga bahan bakar tersebut.
c. Sumber air
Air merupakan kebutuhan vital bagi indusri baik untuk keperluan proses
maupun keperluan lainnya. Kebutuhan air dapat diperoleh daridua sumber
yaitu air sungani dan air tanah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air antara lain :
- Kapasitas sumber air.
- Jarak sumber air dari lokasi pabrik.
- Kualitas sumber air.
- Pengaruh musim terhadap kemampuan penyediaan air sungai sesuai
dengan kebutuhan pabrik.
d. Daerah Pemasaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasaran antara lain :
- Daerah pemasaran produk.
- Pengaruh saingan yang ada.
- Kemampuan daya serap pasar.
- Prospek pemasaran di masa mendatang.
2. Faktor Khusus
a. Transportasi
Fasilitas-fasilitas yang perlu diperhatikan antara lain :
- Jalan raya yang dapat dilalui oleh kenderaan pribadi maupun angkutan
berat lainnya.
- Sungai yang dapat dilalui perahu atau rakit.
b. Tenaga kerja
Masalah tenaga kerja yang sangat berpengaruh dalam kelangsungan suatu
pabrik atau perusahaan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain ;
- Kemungkinan untuk mendapatkan tenaga kerja yang diinginkan.
- Pendidikan/keahlian tenaga kerja yang tersedia.
- Tingkat penghasilan tenaga kerja disekitar lokasi.
- Adanya ikatan perburuhan (peraturan perburuhan0.
c. Limbah buangan
Buangan pabrik masyarakat disekitar lokasi pabrik.
- Cara menangani agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan.
- Biaya yang diperlukan untuk menangani maslaah polusi bagi
lingkungan.
d. Undang-undang dan peraturan pemerintah
Undang-undang dan peraturan pemerintah yang menentukan dalam
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan pemerintah maka
kelangsungan pabrrik akan terancam.
e. Perpajakan dan asuransi
Hal ini perlu diperhatikan agar jangan sampai pajak yang ada akan
memberi beban yang berat bagi perusahaan. Demikian juga untuk
menjaga agar tidak terjadi kerugian akibat kecelakaan terhadap pabrik
seperti kebakaran, maka perusahaan sebaiknya diasuransikan.
8.2 Tata Letak Pabrik
Tat letak pabrik adalah suatu perencanaan dan pegintegrasian aliran dari
komponen-komponne produksi suatu pabrik sehingga diperoleh suatu hubungan
yang efisien anar operator peralatan dan gerakan material dari bahan baku hingga
menjadi produk. Lokasi pabrik ini diambil di daerah Gunung Para, Kabupaten
Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Disain yang rasional harus
memasukkan susunan areal proses dalam posisi efisien serta memperhatikan
faktor-faktor berikut :
- Urutan proses produksi.
- Pemanfaatan areal tanah.
- Pengembangan lokai bauratua perluasan lokasi yang belum dikembangkan
pada masa mendatang.
- Distribusi ekonomis pada pengadaan air, tenaga listrik dan bahan baku.
- Bangunan, menyangkut luas bangunan, kondisi bangunan, dan
konstruksinya yang memenuhi syarat.
- Masalah pembuangan sampah.
- Service area, seperti kantin, tempat parkir, ruang ibadah, dan sebagainya
diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh dari tempat bekerja.
Jadi tata letak peralatan proses, tata letak bangunan, dan lain sebagainya akan
berpengaruh secara langsung pada modal industri, biaya produksi, efisiensi
kerja dan keselaman kerja. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila
dapat dilakukan pengaturan tata letak pabrik yang baik adalah :
• Mengurangi jarak transportasi bahan baku dan produk sehingga akan
mengurangi material handling.
• Memberikan ruang gerak yang lebih nyaman dan leluasa sehingga akan
mempermudah dalam memperbaiki peralatan.
• Mengurangi ongkos produksi, meningkatkan keselamatan kerja.
• Meningkatkan pengawasan operasi dan proses agar lebih baik.
8.3 Perincian Luas Tanah
Pabrik Crumb Rubber didirikan di atas tanah seluas 30.250 m2. Perincian
pemanfaatan tanah ditampilkan pada Tabel 8.1. Tata letak pabrik ditampilkan
8.4 Perluasan Lokasi Pabrik
Karana pabrik diusahakan berkembang dikemudian hari, maka areal untuk
pabrik harus disediakan. Areal perluasan ini merupakan tanah kosong atau yang
dipakai sementara menunggu perluasan pabrik tidak mengakibatkan banyak
perubahan yang lama serta tidak bersifat merugikan.
Tabel 8.1. Perincian luas tanah
No Nama Bangunan Luas (m2
Ruang Penimubuanan Bahan Baku Bengkel
Gudagn Peralatan Gudang Produk Pengolahan Air Ruang Proses
Lokasi Pengembangan Pabrik Jalan
Luas areal antara bangunann (tanah kosong0 didirikan 10% dari luas bangunan
BAB IX
ORGANISASI MANAJEMEN PERUSAHAAN
9.1 Organisasi
Organisasi dalam Bahasa Latin disebut organum yang berarti alat/bagian/
anggota badan. Organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
perusahaan. Secara umum pengertian organisasi adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
fasilitas sedemikin rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan.
Sehingga dalam hal organisasi juga menyangkut efektivitas serta peningkatan
kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan mendistribusikan produk yang
dihasilkan.
Ada tiga cirri organisasi, yaitu :
1. Adanya sekelompok orang.
2. Adanya hubungan dan pembagian kerja antara orang-orang..
3. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
Secara garis besar organisasi itu adalah :
a. Organisasi dalam arti badan, yaitu sekelompok orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Organisasi dalam bentuk bagan, yaitu gambaran skematik yang
hubungan kerjasama antara orang-orang yang terdapat dalam suatu
9.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan pola hubungan kerja, wewenang, dan tanggung jawab, maka
struktur organisasi dapat dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
2. Organisasi Fungsional
3. Organisasi Garis dan Staf
4. Organisasi Fungsional dan Staf
Struktur organisasi yang direncanakna adalah bentuk organisasi gari dan
staf. Pemilihan bentuk organisasi ini didasarkan pada kelebihan-kelebiahn
yang dimiliki oleh garsi dan staf yaitu :
1. Dapat digunakan untuk setiap organisasi yang besar dan kompleks
susunan organisasinya.
2. Pengambilan keputusan yang sehat akna lebih mudah dilakukan.
3. Adanya tanggung jawab yang terbatas dari pemegang saham, sehingga
pemegang saham hanya mungkin menderita kerugian sebesar jumlah
saham yang dimilikinya.
4. Prinsip penempatan orang yang tepat dengan adanya keahlian
masing-masing dapat lebih mudah dilakukan.
5. Instruksi berjalan dengan baik dan lancar dari atas ke bawah, sedangkan