• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER

DI PABRIK KARET PT.BRIDGESTONE

SUMATRA RUBBER ESTATE

SKRIPSI

Oleh:

MAYA SARI 060308007

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010

(2)

KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER

DI PABRIK KARET PT.BRIDGESTONE

SUMATRA RUBBER ESTATE

SKRIPSI

Oleh: Maya Sari

060308007/Teknik Pertanian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRACT

Maya Sari : The analysis of Quality Consistency of Crumb Rubber at the Rubber

Factory of PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Under the supervision of SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Natural rubber is one of the agricultural commodities which support the economics of Indonesia. One of the natural rubber production is crumb rubber. Nowadays the improvement of rubber consumption just depend on the high consistency and uniformity of the product. Therefore, to know and to control the consistency of crumb rubber at PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, a quality consistency analysis of the crumb rubber produced is needed. The analysis that had been done in this study was statistical control technique using controller map and cause-effect diagram. Data of Original Plasticity (Po) and Plasticity Retention Index (PRI) in March 2006, January 2007, January 2008, June 2009 and January 2010 were used.

The study indicated that Po of the crumb rubber production on March 2006 and January 2008 were not undercontrol with the average of 32.9psi and 32.613psi, while on January 2007, June 2009 and January 2010 were undercontrol with the average of 32.55psi, 33.613psi, and 33.225psi. respectively. The PRI of the crumb rubber on March 2006, January 2007, January 2008, June 2009 and January 2010 were undercontrol and stable with the average of 77.975, 78.638, 78.413, 79.463, and 80.15. respectively.

Keyword: Crumb rubber, Po, PRI, statistical quality control, cause-effect diagram.

ABSTRAK

Maya Sari : Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet

PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AHCWIL PUTRA MUNIR

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang menunjang perekonomian Indonesia. Salah satu hasil produksi dari karet alam adalah crumb

rubber. Dewasa ini peningkatan konsumsi karet alam hanya bergantung pada hasil

produksi dengan konsistensi dan keseragaman yang tinggi. Oleh karena itu untuk mengetahui dan menjaga konsistensi mutu crumb rubber di PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate maka diperlukan suatu analisis konsistensi mutu karet yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik kendali mutu secara statistik dengan menggunakan peta pengendali dan diagram sebab-akibat berdasarkan parameter Po dan PRI pada periode Maret 2006, Januari 2007, Januari 2008, Juni 2009 dan Januari 2010.

Secara statistik, hasil penelitian menunjukkan Po bulan Maret 2006 dan Januari 2008 tidak terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 32,9psi dan 32,613psi, sedangkan untuk periode Januari 2007, Juni 2009 dan Januari 2010 terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 32,55psi, 33,613psi dan 33,225psi. Sedangkan PRI bulan Maret 2006, Januari 2007, Januari 2008, Juni 2009 dan Januari 2010 terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 77.975, 78.638, 78.413, 79.463, 80.15.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 9 Maret 1989 dari ayahanda

tercinta Syafruddin Tanjung dan ibunda tersayang Hadrah. Penulis merupakan

anak kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Negeri 8, Medan dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Teknik

Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA), sebagai asisten praktikum di

Laboratorium Teknik Pertanian dan sebagai anggota organisasi Agriculture

Technology Moslem.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.Bridgestone

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,

memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Bapak Achwil Putra Munir, STP,

M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari

mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi

Pertanian, serta teman-teman semua yang tidak dapat disebutkan satu per satu

disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2010

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

Batasan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Karet ... 6

Sistem Kendali Mutu ... 13

Peta Pengendali ... 16

Diagram Sebab-Akibat ... 20

Control Chart Xbar-R untuk Plastisitas Awal (Po) ... 31

Control Chart Xbar-R untuk PRI (plasticity retention index) ... 37

Penyusunan Diagram Sebab Akibat Mutu Crumb Rubber ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(7)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering ... 8

2. Pengaruh penyimpanan lump mangkuk terhadap nilai Po dan PRI... 10

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Control chart ... 19

2. Kerangka diagram sebab akibat ... 21

3. Control chart Xbar-R Po bulan Maret 2006 ... 31

4. Control chart Xbar-R Po bulan Januari 2007 ... 32

5. Control chart Xbar-R Po bulan Januari 2008 ... 33

6. Control chart Xbar-R Po bulan Juni 2009 ... 34

7. Control chart Xbar-R Po bulan Januari 2010 ... 35

8. Control chart Xbar-R PRI bulan Maret 2006 ... 37

9. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2007... 38

10. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2008... 39

11. Control chart Xbar-R PRI bulan Juni 2009 ... 40

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flowchart penelitian ... 51

2. Standar mutu SIR (Standar Indonesian Rubber) ... 52

3. Skema persyaratan mutu SIR 20 ... 53

4. Perhitungan data dengan peta kontrol Xbar-R ... 54

5. Daftar nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas peta kontrol Xbar dan R serta indeks kapabilitas proses ... 64

6. Diagram sebab akibat Po rendah ... 65

7. Diagram sebab akibat PRI rendah ... 66

8. Data curah hujan ... 67

(10)

ABSTRACT

Maya Sari : The analysis of Quality Consistency of Crumb Rubber at the Rubber

Factory of PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Under the supervision of SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Natural rubber is one of the agricultural commodities which support the economics of Indonesia. One of the natural rubber production is crumb rubber. Nowadays the improvement of rubber consumption just depend on the high consistency and uniformity of the product. Therefore, to know and to control the consistency of crumb rubber at PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, a quality consistency analysis of the crumb rubber produced is needed. The analysis that had been done in this study was statistical control technique using controller map and cause-effect diagram. Data of Original Plasticity (Po) and Plasticity Retention Index (PRI) in March 2006, January 2007, January 2008, June 2009 and January 2010 were used.

The study indicated that Po of the crumb rubber production on March 2006 and January 2008 were not undercontrol with the average of 32.9psi and 32.613psi, while on January 2007, June 2009 and January 2010 were undercontrol with the average of 32.55psi, 33.613psi, and 33.225psi. respectively. The PRI of the crumb rubber on March 2006, January 2007, January 2008, June 2009 and January 2010 were undercontrol and stable with the average of 77.975, 78.638, 78.413, 79.463, and 80.15. respectively.

Keyword: Crumb rubber, Po, PRI, statistical quality control, cause-effect diagram.

ABSTRAK

Maya Sari : Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet

PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AHCWIL PUTRA MUNIR

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang menunjang perekonomian Indonesia. Salah satu hasil produksi dari karet alam adalah crumb

rubber. Dewasa ini peningkatan konsumsi karet alam hanya bergantung pada hasil

produksi dengan konsistensi dan keseragaman yang tinggi. Oleh karena itu untuk mengetahui dan menjaga konsistensi mutu crumb rubber di PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate maka diperlukan suatu analisis konsistensi mutu karet yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik kendali mutu secara statistik dengan menggunakan peta pengendali dan diagram sebab-akibat berdasarkan parameter Po dan PRI pada periode Maret 2006, Januari 2007, Januari 2008, Juni 2009 dan Januari 2010.

Secara statistik, hasil penelitian menunjukkan Po bulan Maret 2006 dan Januari 2008 tidak terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 32,9psi dan 32,613psi, sedangkan untuk periode Januari 2007, Juni 2009 dan Januari 2010 terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 32,55psi, 33,613psi dan 33,225psi. Sedangkan PRI bulan Maret 2006, Januari 2007, Januari 2008, Juni 2009 dan Januari 2010 terkendali secara statistik dengan rata-rata sebesar 77.975, 78.638, 78.413, 79.463, 80.15.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20

tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun

1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005.

Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai

US$ 2.0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2006 akan

mencapai US $ 4,2 milyar.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh

rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat

masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan

negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan

pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas

areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu

hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada

sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik

pengolahan karet sudah cukup, namun selama 5 tahun mendatang diperkirakan

akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk

menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena

produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai

potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum

optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.

Sejarah mengenai karet alam bermula ketika Christoper Columbus

menemukannya pada tahun 1943. Kegunaannya mulai dikenal manusia ketika

(12)

lebih dari 2000 species tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung

poliisoprena, tetapi hanya Hevea brassiliensis saja yang bernilai kormesil. Hevea

brassiliensis berasal dari Lembah Amazone di Amerika Selatan, lalu

diperkenalkan ke Asia Tenggara pada tahun 1877. Kebutuhan karet meningkat

sejak tahun 1900-an karena penggunaan ban pneumatik pada kendaraan bermotor

(Surya, 2006).

Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3-3,5 juta hektar. Ini

merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Sementara luas lahan karet Thailand

sekitar 2 juta hektar, dan Malaysia sekitar 1,3 juta hektar. Sayangnya, perkebunan

karet yang luas ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang baik. Produktivitas

lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan juga

kurang memuaskan. Bahkan, di pasaran internasional karet Indonesia terkenal

sebagai karet bermutu rendah. Sebaliknya, Malaysia dan Thailand memiliki

produktivitas karet yang baik dengan mutu yang terjaga, terutama karet produksi

Thailand. Hal ini mengakibatkan Malaysia dan Thailand menguasai pasaran karet

internasional sementara Indonesia hanya menjadi bayang-bayang keduanya

(Tim Penulis PS, 2008).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk

pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan

perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%

perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005

mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan

melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani

serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet

(13)

Terdapat 3 jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia, yaitu

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar

Swasta (PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi dari luas

lahan yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan perkebunan

karet. Dengan sedemikian luasnya perkebunan karet yang dikelola rakyat,

keterkaitan penyerapan tenaga kerja dan sebagai sumber pendapatan rakyat

diharapkan dapat ditingkatkan dengan pengelolaan yang terpadu. Perkebunan

besar diharapkan dapat menjalin program kemitraan dengan petani agar nilai

tambah dari pengelolaan perkebunan rakyat dapat optimal diantaranya dengan

kemitraan di bidang pemasaran, pembinaan produksi hingga pembiayaan yang

berkesinambungan.

Daerah Sumatera memiliki area perkebunan terbesar yang mencapai

70% dari total area di Indonesia. Iklim yang ideal dan tersedianya sarana yang

memadai menjadi pertimbangan dalam pengembangan karet di wilayah tersebut.

Pengembangan karet di wilayah tersebut mencapai 1,56 juta hektar baik yang

berupa intensifikasi/rehabilitasi, peremajaan maupun perluasan lahan.

Plastisitas awal (Po) adalah salah satu parameter mutu yang paling

sering diminta oleh hampir semua konsumen dengan batasan-batasan yang sempit.

Parameter lainnya adalah viskositas Mooney (VR), indeks ketahanan plastisitas

(PRI) dan kadar kotoran. Parameter-parameter diatas disamping berpengaruh

terhadap kemudahan proses pengolahan di pabrik juga akan berpengaruh terhadap

mutu barang jadi, khususnya sifat jenis dan dinamis dari ban kendaraan yang

dihasilkan.

Untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut, beberapa tahun

terakhir ini telah dilakukan berbagai upaya, mulai dari perbaikan mutu bahan olah

(14)

pabrik. Perbaikan mutu bahan olah karet ditingkat petani tidak hanya melalui

slogan atau himbauan saja, tetapi juga melalui tindakan nyata, yakni antara lain

penyediaan sarana atau fasilitas dan bahan yang diperlukan untuk membuat bahan

olah bermutu baik. Sedang ditingkat pabrik difokuskan pada seleksi dengan karet

bahan olah karet rakyat yang dibeli oleh pabrik. Kegiatan ini telah dilakukan oleh

berbagai instansi pemerintah serta gabungan perusahaan karet Indonesia dalam

program yang terencana dengan baik.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu crumb rubber (Po dan PRI) dalam

beberapa periode yang berbeda (bulan Maret 2006, bulan Januari 2007,

bulan Januari 2008, bulan Juni 2009, bulan Januari 2010) di Pabrik Karet

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Dolok Merangir.

2. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu

crumb rubber yang terjadi selama periode tersebut.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Teknik

Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen pabrik

sebagai informasi lebih lanjut dalam pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengolahan produksi

crumb rubber di Pabrik Karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate,

Dolok Merangir

(15)

Batasan

Penelitian dibatasi untuk menganalisa konsistensi mutu SIR yang

dihasilkan berdasarkan parameter Po dan PRI selama periode lima tahun terakhir

(bulan Maret 2006, bulan Januari 2007, bulan Januari 2008, bulan Juni 2009,

bulan Januari 2010) dalam ruang lingkup Pabrik Karet PT. Bridgestone Sumatra

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Karet

Karet (Hevea brasiliensis.) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut

dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet adalah

polimer yang terbentuk dari emulsi kesusuan yang (dikenal sebagai lateks),

dimana diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi

dapat juga diproduksi secara sintetis.

Orang–orang yang diketahui pertama kali memanfaatkan karet dalam

kehidupan sehari–hari adalah bangsa Amerika asli. Mereka mengambil getah dari

sejenis pohon penghasil getah yang tumbuh liar di hutan sekitar tempat tinggalnya

dengan cara menebangnya. Pada tahun 1860 dimulailah pengembangan karet di

daratan Asia. Pada tahun tersebut Markham diutus oleh The Royal Botanic

Garden, London, pergi ke Amerika Selatan untuk mengumpulkan biji–biji karet

yang akan dikembangkan di Asia. Selain Markham, lembaga tersebut juga

mengutus H.A. Wickham untuk mengumpulkan biji-biji karet dari Brasil

(Setiawan dan Andoko, 2008).

Biji-biji karet yang dikumpulkan oleh kedua orang tersebut selanjutnya

disemaikan di India dan Sri Lanka. Dalam perkembangannya, biji-biji karet juga

disemaikan di Malaysia, Singapura dan Indonesia yang ketika itu masih bernama

Hindia Belanda. Setelah biji-biji itu tumbuh besar dan berproduksi, dimulailah

(17)

Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

(Setyamidjaja,1993).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini

mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari

tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm.

Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.

Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun

berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul

biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga

kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.

Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai

dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini

mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar

(18)

Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang

disebut “lateks”. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan

putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang

menghasilkan karet.

Tabel 1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering yaitu:

Komponen Komponen dalam lateks segar (%)

Sumber: Dipetik dan dikompilasi dari Morton, M. Rubber Technology. Edisi ke 3. New York: Van Nostrand Reinhold, 1987.

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan

bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga

karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis – jenis

karet alam yaitu bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump

segar), karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes, dan pale crepe,

estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket crepe ambers, flat bark crepe), lateks pekat, karet bongkah (Tim Penulis PS, 2008).

Penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang

telah disepakati secara Internasional. Penyadapan pada batang utama (atau cabang

untuk tanaman menjelang ditumbang) bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan

pembuluh lateks di kulit pohon. Pembuluh lateks yang putus atau luka kelak akan

pulih kembali sehingga bila dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya luka

tersebut akan pulih dan lateks akan mengalir lagi dengan baik. Kulit pohon yang

(19)

baru pertama kali disadap lazim disebut kulit perawan (virgin bark)

(Siregar, 1995).

Pada dasarnya prinsip pengolahan karet remah SIR 20 adalah meremahkan

dan mengeringkan karet. Dalam rangkaian proses peremahan karet diperlukan air

untuk pencucian kotoran yang terdapat dalam bahan baku, alat peremah dan

pengering yang digunakan biasanya bermacam-macam. Bahan baku untuk

pengolahan SIR dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa lateks dan koagulum.

Bahan baku lateks dapat diolah menjadi SIR 5CV, SIR 5L dan SIR 5, sedangkan

koagulum hanya dapat diolah menjadi SIR 10, SIR 20 dan SIR 50. Bahan baku

lateks umumnya berasal dari kebun PN/PT perkebunan dan swasta besar,

sedangkan koagulum sebagian besar berasal dari karet rakyat dengan jenis mutu

(KKK) yang sangat bervariasi sehingga hal ini pula yang menyebabkan

bervariasinya sifat teknis dari karet yang dihasilkan (Anwar dan Anas, 1987).

Bahan baku crumb rubber (karet remah) yaitu lump segar. Lump segar

adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang

terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lump segar yang baik harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak terlihat adanya kotoran.

b. Selama penyimpanan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari

langsung.

c. Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2

mempunyai kadar karet kering 50%.

d. Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan tingkat ketebalan kedua 60 mm

(20)

Tabel 2: Pengaruh penyimpanan lump mangkuk terhadap nilai Po dan PRI

Umur Asal PIR Asal kebun PTP

Po PRI Po PRI

1 44 89 53 75

2 52 73

3 37 77 53 73

4 38 58 53 70

5 - - 47 61

6 - - 45 51

Pada tahun 1965 telah ditetapkan adanya tiga jenis mutu SMR (Standar

Malaysian Rubber), dan masing – masing jenis itu telah dibedakan menurut

besarnya kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, kadar Cu, kadar Mn, dan

kadar N. Pada tahun 1966 kadar Cu dan kadar Mn telah dihapuskan dari

spesifikasi SMR dan diganti oleh PRI (plasticity retention index) yang oleh

Malaysia dianggap cukup dapat menggambarkan besarnya kadar Cu dan kadar

Mn dalam karet alam mentah. Selain dianggap sebagai petunjuk mengenai

besarnya ketahanan karet alam mentah terhadap pengusangan panas (heat aging),

PRI juga dianggap sebagai petunjuk mengenai sifat–sifat pengolahannya dan

dipakai untuk Po (viskositas awal) karet alam mentah yang dipakai sebagai

petunjuk mengenai besarnya viskositas mooney kompon (Kartowardoyo, 1980).

Suatu bahan yang plastisitasnya tinggi mudah sekali berubah bentuk atau

dengan kata lain mudah sekali mengalir, sehingga telah didefenisikan, bahwa

plastisitas adalah kepekaan terhadap deformasi (deformation), pengertian ini

merupakan kebalikan daripada pengertian viskositas efektif, sedangkan viskositas

efektif didefenisikan sebagai ketahanan terhadap deformasi. Metode pengujian

viskositas umumnya bersifat mengukur konsistensi ketahanan terhadap deformasi

(Sumarsono, 2004).

Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah produk karet alam yang baik

prosesing ataupun penentuan kualitasnya dilakukan secara spesifikasi teknis.

(21)

(PRI)-nya dan digolongkan dengan menggunakan simbol huruf H, M dan S. H

menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI antara 60-79; dan S

untuk nilai PRI antara 30-59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak

boleh dimasukkan ke dalam golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan

usangnya karet dan juga sebagai petunjuk mudah tidaknya karet tersebut

dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI, makin tinggi pula

kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut

Wallace Plastemeter (Setyamidjaja,1993).

Plasticity retention index (PRI) adalah ukuran dari besarnya sifat

plastisitas (keliatan/kekenyalan) karet mentah yang masih tersimpan bila karet

tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140oC. Pengujian PRI dilakukan

untuk mengukur degradasi (penurunan) ketahanan karet mentah terhadap oksidasi

pada suhu tinggi (lebih dari 80%) menunjukkan bahwa ketahanan karet mentah

terhadap oksidasi adalah besar. Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan

rangkap molekul karet yang berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap

karbon-karbon, sehingga panjang rantai polimer pada karet mengakibatkan sifat PRI

menjadi rendah. Dengan mengetahui nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya

karet menjadi lunak dan lengket-lengket jika lama disimpan atau dipanaskan, hal

ini penting hubungannya dengan proses vulkanisasi karet pada pembuatan barang

jadi, agar diperoleh sifat karet yang lebih kuat dan teguh. Tinggi rendahnya nilai

PRI dipengaruhi bahan baku lateks, serum yang digunakan dan proses lamanya

pengeringan. Terdapatnya karet mentah dengan nilai PRI yang rendah penyebab

utamanya adalah:

a. Pengeringan terlalu lama dan temperature pengeringan tinggi atau

pengeringan yang berulang-ulang.

b. Mutu bahan baku kurang baik.

(22)

Oksidasi pada karet alam merupakan proses yang kompleks, melibatkan banyak

reaksi dimana dipengaruhi oleh kondisi pemrosesan, katalis logam, pemanasan

dan penyusunan (Kroschwitz, 1998).

Penguraian molekul karet oleh reaksi oksidasi dapat pula terjadi bila karet

dikeringkan terlalu lama dan temperature pengeringan yang terlalu tinggi.

Temperature pengeringan yang biasa dipakai adalah 100oC-120oC dengan waktu

pengeringan berkisar antara 4-5 jam sesuai dengan alat jenis pengeringnya. Tidak

dibenarkan bahwa untuk memperlambat pengeringan karet dengan cara

menurunkan temperature sampai dibawah 90oC karena perlakuan semacam ini

akan mengakibatkan karet terlalu lama tertahan dalam keadaan kering dan hal ini

akan memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi oksidasi pada karet. Sebaliknya

usaha untuk menaikkan temperature diatas 120oC dengan tujuan mempercepat

proses pengeringan karet adalah sangat berbahaya karena reaksi oksidasi akan

lebih cepat pada suhu yang tinggi yang akan mengakibatkan nilai PRI rendah.

Nilai dari PRI karet juga akan turun bila terjadi ikatan silang didalam lateks kebun

dan diantara butiran-butiran karet hasil pengeringan. Ikatan silang terjadi dengan

pembentukan gel secara perlahan-lahan sehingga butiran karet menjadi berlendir

dan lengket-lengket. Ikatan silang ini akan mengakibatkan plastisitas karet

sebelum pengusangan (Po) akan naik, selama karet tersebut dalam penyimpanan

atau pengapalan. Dengan naiknya nilai Po karet maka nilai PRI akan turun. Karet

yang berasal dari sadapan tanaman yang masih muda biasanya akan mengalami

ikatan silang (Subihat, 2001).

Sistem Kendali Mutu

Setelah Perang Dunia Kedua, industri pabrikasi mulai mengembangkan

arti khusus bagi mutu. Terdorong oleh tuntutan untuk memenuhi permintaan

(23)

mulai berarti desain dan pembuatan sebuah produk yang memenuhi identifikasi

dan harapan pelanggan. Industri pabrikasi mengambil istilah mutu untuk

mengartikan ”penyesuaian terhadap permintaan produk”, apakah permintaan itu

berdasarkan spesifikasi yang dinyatakan atau kebutuhan pelanggan yang dapat

dipuaskan. Untuk mencapai penyesuaian produk, perusahaan-perusahaan

menerapkan konsep tentang jaminan mutu dan kendali mutu. Jaminan mutu

adalah suatu sistem manajemen yang dirancang untuk mengawasi

kegiatan-kegiatan pada seluruh tahap (desain produk; produksi; penyerahan produk serta

layanan), guna mencegah adanya masalah-masalah mutu dan memastikan bahwa

hanya produk yang memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan. Kendali

mutu adalah sebuah sistem kegiatan yang dirancang untuk menilai mutu produk

atau jasa yang dipasok kepada pelanggan (Munro-Faure, 1992).

Fungsi kendali mutu ialah agar suatu perusahaan dapat menghasilkan

komoditi yang memuaskan kebutuhan para pelanggan. Fungsi ini dapat

dilaksanakan dengan efisien dengan membuat tiap unit dalam perusahaan itu

mengerti kendali mutu dan dengan membagi fungsi itu diantara berbagai sektor

dan tingkat (Ishikawa, 1970).

Prioritas utama yang harus dilakukan dalam manajemen mutu karet, yaitu :

Bebas Kontaminan : produk yang akan kita hasilkan harus benar-benar bebas

kontaminan. Makanya sejak proses penerimaan harus melakukan proses sortasi

serta grading untuk klasifikasi mutu bahan karet.

Konsisten : Proses produksi harus dapat menjamin konsistensi mutu produk yang

dihasilkan, maka diperlukan proses kontrol dari awal proses hingga akhir proses.

Spesifikasi : Spesifikasi produk mesti sesuai dengan permintaan pasar, baik Po

dan PRI nya.

(24)

Dalam

kualitas melibatkan pengembangan

dan

dari

bisnis atau rekayasa lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas

fungsional.

yang digunakan untuk pengendalian mutu

(Wikipedia, 2010).

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu

Persyaratan

*) Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian yang kredibel.

Total quality control (pengendalian mutu terpadu) diprakarsai oleh

Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. Deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaoru

Ishikawa dengan menerapkan quality control circle (QCC) atau gugus kendali

(25)

produktivitas kerja industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu faktor keberhasilan

industrialisasi di Jepang adalah penerapan GKM secara efektif. Karena

keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan sedang berkembang termasuk

Indonesia, menerapkan GKM di perusahaan-perusahaan industri guna

meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing. Tujuan GKM ini adalah untuk

mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber

daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas

(Departemen Perindustrian, 2007).

Peta Pengendali

Peta pengendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew

Shewhart dari Amerika Serikat tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan

variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab

khusus (special/assignable causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh

penyebab umum (common causes variation). Peta pengendali merupakan salah

satu perangkat yang digunakan untuk pengendalian proses statistik yang dapat

membantu dalam menetapkan kemampuan proses dengan melakukan pengukuran

terhadap variasi produk yang dihasilkan atau kualitas pelayanan sepanjang waktu.

Secara grafis pengendalian proses statistik menyajikan variasi yang terjadi yang

memungkinkan untuk menetapkan apakah sebuah proses di dalam kontrol (in

control) atau berada di luar kontrol (out control). Batas kontrol/garis pusat

(control limit/CL) yang meliputi batas atas (upper control limit/UCL) dan batas

bawah (lower control limit/LCL) dapat membantu kita untuk menggambarkan

performansi yang diharapkan dari suatu proses yang menunjukkan bahwa proses

tersebut berada dalam pengendalian (Indranata, 2008).

Control chart adalah suatu graph dengan batasan atas (upper) dan bawah

(26)

sangat bermanfaat untuk deteksi situasi abnormal di luar standar yang ditentukan

dalam proses manufaktur. Dalam control chart diplot variabel waktu (kiri ke

kanan) dan grafik output sekitar garis tengah (mean) sehingga dapat dilihat apakah

output masih berada dalam batasan atau sudah melampaui batas atas atau bawah,

dan kapan hal ini terjadi, apakah secara teratur atau jarang (Ibrahim, 2000).

Data variable (variables data) merupakan data kuantitatif yang diukur

untuk keperluan analisis. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter,

volume biasanya merupakan data variable. Peta-peta control yang umum

digunakan untuk data variable adalah peta Xbar-R dan peta X-MR (Gaspersz,

2001).

Pengendalian proses statistik menggunakan alat yang disebut peta

pengendali (control chart) yang merupakan gambar sederhana dengan tiga garis,

di mana garis tengah yang disebut garis pusat (center line) merupakan target nilai

pada beberapa kasus, dan kedua garis lainnya merupakan batas pengendali atau

dan batas pengendali bawah. Peta pengendali (control chart) tersebut memisahkan

penyebab penyimpangan menjadi penyebab umum dan penyebab khusus melalui

batas pengendalian. Bila penyimpangan atau kesalahan melebihi batas

pengendalian, menunjukkan bahwa penyebab khusus telah masuk ke dalam proses

dan proses harus diperiksa untuk mengidentifikasi penyebab dari penyimpangan

atau kesalahan yang berlebihan tersebut (Ariani, 2005).

Grafik pengendali adalah alat untuk menggambarkan dengan cara yang

tepat apa yang dimaksudkan dengan pengendali statistik, di mana bentuk-bentuk

grafik ini sangat sederhana yang terdiri atas tiga buah garis mendatar dan sejajar.

Grafik pengendali sumbu datar melukiskan nomor sampel yang diteliti mulai dari

(27)

sedang diteliti, misalnya rata-rata, persentase dan sebagainya. Memuat tiga buah

garis mendatar yang sejajar yaitu sebagai berikut:

1. Garis tengah (GT)

Melukiskan ”nilai baku” yang menjadi pangkal perhitungan terjadinya

penyimpangan hasil-hasil pengamatan untuk tiap sampel.

2. Batas kontrol bawah (BKB)

Garis yang menyatakan penyimpangan paling bawah dari “nilai baku” terdapat

sejajar di bawah atau sentral.

3. Batas kontrol atas (BKA)

Garis yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari “nilai baku” terdapat

sejajar di atas atau sentral.

Harga-harga statistik yang diperoleh tiap sampel setelah dihitung,

digambarkan dalam diagram yang biasanya berupa titik-titik. Jika titik-titik itu ada

di dalam daerah yang dibatasi oleh BKA dan BKB dikatakan bahwa proses dalam

kontrol. Dalam hal ini, proses dibiarkan berlangsung terus. Sekali terdapat titik

yang jatuh di bawah BKB atau di atas BKA, maka proses berada di luar kontrol.

Ini menandakan bahwa penyebab terduga telah terjadi yang mempengaruhi proses

tersebut. Dengan demikian perlu dicari dan dihilangkan agar proses berada dalam

kontrol kembali (Nugraheni, 2007).

Garis sentral merupakan nilai baku yang menjadi dasar perhitungan

terjadinya penyimpangan hasil-hasil pengamatan untuk tiap sampel. BKA atau

batas kontrol atas adalah garis yang menunjukkan penyimpangan paling tinggi

dari nilai baku. BKB atau batas kontrol bawah adalah batas penyimpangan yang

(28)

Karakteristik barang yang diperiksa

BKA

Garis sentral

BKB

Nomor sampel barang yang diperiksa

Gambar 1. Diagram Kontrol (Control Chart)

Nilai tiap sampel berdasarkan statistik dihitung dan kemudian

digambarkan dengan titik-titik dan dihubungkan dengan garis untuk dianalisis.

Apabila titik-titik berada dalam daerah yang dibatasi oleh BKA dan BKB, maka

proses produksi berada dalam kontrol sehingga penyimpangan kualitas masih

dapat ditolerir. Sebaliknya, bila titik-titik berada di luar batas BKA dan BKB,

maka proses produksi berada di luar kontrol. Dalam keadaan demikian,

perusahaan harus mencari hal-hal yang menyebabkan banyaknya barang yang

kualitasnya menyimpang dari kualitas standar, kemudian dibetulkan agar proses

produksi kembali dalam kontrol (Nasution, 2005).

Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang

digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data

adalah bagan pengendalian (control chart). Bagan pengendalian ini memberikan

gambaran mengenai gejala stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik

dilakukan atas dasar matematik untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari

suatu proses produksi adalah membuat barang atau suku cadang yang sesuai

dengan spesifikasi yang tertulis. Bilamana diketahui bahwa proses produksi

(29)

semaksimal mungkin dari proses dengan menjalankannya penampilan yang

ditujukan dengan baik dan secara seragam. Yang kami maksudkan dengan istilah

in-control yaitu bahwa proses tersebut sesuai dengan spesifikasi tertentu yang

telah ditetapkan sepanjang tidak adanya penyebab assignable yang mendorong

proses keluar dari batas pengendalian proses (control limits). Yang kami maksud

dengan penyebab yang assignable adalah sesuatu yang terjadi secara khusus atau

yang diketahui dan dapat ditemukan dengan tepat. Matematika yang diterapkan

pada bagan pengendalian menggunakan kurang lebih tiga standar deviasi sambil

mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah (Ingle, 1989).

Diagram Sebab-Akibat

Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan

antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,

diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab

(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor

penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini juga sering disebut sebagai diagram tulang

ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram

Ishikawa (Ishikawa’s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh

Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943 (Gaspersz, 2001).

Diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan digunakan untuk

memecahkan suatu masalah, sangat penting untuk mengetahui penyebab dan

hubungan intra-penyebab masalah tersebut. Dengan analisa data dapat diketahui

akar penyebab terbesar untuk pemecahan masalah. Sebelah ujung kanan

digambarkan efek dan penyebab terbesar-efek digambarkan sebelah kiri-atas dan

bawah garis tengah horizontal disebut efek. Penyebab-penyebab utama ini

(30)

terendah atau terkecil. Diagram ini bukan alat statistik (membaca frekuensi

kejadian) tetapi menunjukkan variasi-variasi penyebab (Ibrahim, 2000).

Diagram sebab-akibat merupakan diagram yang digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai kemungkinan penyebab suatu permasalahan. Penyebab

permasalahan ini bisa diidentifikasi melalui proses sesi brainstorming (curah

pendapat). Secara umum penyebab utama permasalahan adalah metode kerja,

mesin (peralatan), orang, material, alat pengukuran, dan lingkungan. Berdasarkan

penyebab utama tersebut kemudian bisa dikembangkan penyebab-penyebab lain

yang lebih spesifik melalui curah pendapat (Purnama, 2006).

Gambar 2: Kerangka Diagram Sebab Akibat

Sebab-sebab atau faktor-faktor yang menimbulkan akibat atau effect yang

mempengaruhi karakteristik kualitas itu antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut :

• Manpower (men)

(31)

Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-akibat yaitu:

1. Mendefinisikan masalah.

2. Memilih masalah yang utama. Kemudian masalah utama diletakkan pada fish

head (kepala ikan).

3. Menspesifikasikan kategori utama penyebab sumber-sumber masalah.

Faktor-faktor penyebab atau kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi

ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manpower (men), machines,

matherials, methods dan others.

4. Mengidentifikasikan kemungkinan sebab masalah ini, yaitu dengan membuat

penyebab sekunder sebagai tulang yang berukuran sedang dan penyebab

tersier/yang lebih kecil sebagai tulang yang berukuran kecil.

5. Mengambil tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk mengatasi

penyebab-penyebab utama tersebut.

Pada dasarnya fishbone diagram/diagram sebab-akibat berfungsi untuk:

• Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.

• Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

(32)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Karet PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate (BSRE). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010.

Alat dan Bahan Penelitian Alat

Alat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu alat tulis, software

Minitab 14 dan komputer.

Bahan

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data informasi

harian kualitas mutu selama lima tahun terakhir (bulan Maret 2006, bulan Januari

2007, bulan Januari 2008, bulan Juni 2009, bulan Januari 2010) dan data lainnya

yang diperlukan selama penelitian.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis

yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan

juga dari para stakeholders. Disamping itu penelitian yang dilakukan bersifat

deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap

suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini

(33)

1.Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu

data Po dan PRI. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode-metode sebagai berikut:

a. Literatur

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang

berhubungan dengan karet, khususnya mengenai aspek mutu serta

teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas statistik.

b. Pengamatan (observasi)

Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan

data sebagai objek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data Po dan

PRI.

c. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab

dengan stakeholders yang terkait. Stakeholders disini meliputi baik dari

tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi

ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses

produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung akurasi data.

2.Analisa data

Penyusunan control chart dari masing-masing data yang diamati dengan

menggunakan software statistik Minitab 14. Selanjutnya data dianalisa dengan

menggunakan control chart tersebut untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan (variasi) mutu dari setiap periode dan kemudian dibandingkan

dengan standar nasional ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen SIR).

Apabila data berada di luar batas pengendalian statistik maka selanjutnya diteliti

faktor-faktor penyebab yang berpengaruh terhadap penyimpangan mutu tersebut

(34)

dan juga melalui wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak yang

bersangkutan (stakeholders). Selanjutnya akan diperoleh informasi yakni berupa

frekuensi dan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari

masalah yang ada dan diinterprestasikan ke dalam model diagram sebab-akibat,

untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu tersebut.

Prosedur Penelitian

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan

yang relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis data mutu yang diperoleh menggunakan control chart untuk

mengetahui apakah karakteristik mutu berada dalam batas pengendalian

statistik atau tidak (konsisten atau tidak) dari periode tahun 2006 sampai

2010.

3. Menentukan hubungan antara karakteristik mutu terhadap standar nasional

ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen SIR).

4. Melakukan evaluasi terhadap data mutu yang berada di luar batas

pengendalian statistik.

5. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang

menyebabkan penyimpangan tersebut dan menentukan ruang lingkup

permasalahan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan

pihak-pihak terkait (stakeholders), khususnya pihak-pihak yang berperan

langsung dalam sistem manajemen mutu produksi.

6. Menentukan frekuensi dan urutan pentingnya masalah-masalah atau

penyebab-penyebab dari masalah yang ada.

7. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh

(35)

Parameter

Parameter yang diamati :

Karakteristik mutu Crumb Rubber, yaitu:

- Po

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) adalah suatu perusahaan

perkebunan yang terlibat langsung dalam penanaman, pemeliharaan dan

eksploitasi pohon karet (rambung) dan pengolahan karet untuk menghasilkan

karet remah.

Perusahaan di Dolok Merangir, Kab.Simalungun, Sumatera Utara dibeli

oleh Perusahaan Goodyear pada tahun 1916 dari Vrenide Indice

Coltounderneeming (VICO) yaitu salah satu perusahaan Belanda yang dipimpin

oleh J.J. Blandeing. Pada tahun 1917 didirikan factory dan kemudian tahun 1927

didirikan Planing Research dan Chemical Research.

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate berada di Kabupaten Simalungun

dengan lokasi pabrik terletak di daerah Pos Serbalawan Dolok Merangir.

Latar belakang berdirinya PT. BSRE adalah :

a. Tahun 1917, didirikan Pabrik Dolok Merangir yang merupakan anak

perusahaan dari Goodyear yang bergerak di bidang perkebunan karet.

b. Tahun 1977, Goodyear kembali mengembangkan usahanya dengan

membeli sebuah kebun milik Inggris yang berada di Aek Tarum.

c. Tahun 1988, Goodyear berubah nama menjadi PT. Goodyear Sumatra

Plantation (GSP).

d. Tahun 1996, PT Goodyear memberikan sahamnya sebanyak 5%

kepada PT. Berdikari untuk memperoleh Hak Guna Usaha (HGU).

e. Pada Agustus 2005, PT. Goodyear Sumatra Plantation (GSP) telah

dijual kepada Bridgestone dan mengganti namanya menjadi

(37)

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) berada di Kabupaten

Simalungun dengan lokasi pabrik terletak di daerah Dolok Merangir. Adapun

pabrik yang dimiliki PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) meliputi:

a. Pabrik Crumb Rubber (DM), dengan kapasitas ± 96 ton/hari

b. Pabrik FOMM, dengan kapasitas ± 48 ton/hari

c. Pabrik DX, dengan kapasitas ± 48 ton/hari

d. Pabrik NB2, dengan kapasitas ± 48 ton/hari

e. Pabrik NB1, dengan kapasitas ± 12 ton/hari

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT. BSRE) berada pada 2

kabupaten dengan luas areal masing-masing sebagai berikut,

1. Kabupaten Simalungun sebanyak 13.873,11 Ha

2. Kabupaten Asahan sebanyak 4.129,75 Ha

Sehingga luas total areal sebanyak 18.002,86 Ha

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu

untuk mengevaluasi konsistensi mutu crumb rubber dalam beberapa periode yang

berbeda (bulan Maret 2006, bulan Januari 2007, bulan Januari 2008, bulan Juni

2009, dan bulan Januari 2010) serta menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penyimpangan mutu crumb rubber di Pabrik Karet

PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, maka penguraian tentang hasil dan

pembahasan ini difokuskan pada analisis data yang diperoleh di lapangan dengan

menggunakan control chart kemudian dirangkaikan dengan formulasi

problematika penyimpangan mutu crumb rubber untuk selanjutnya

(38)

Analisis Data Mutu Crumb Rubber di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT.BSRE)

Dari pengamatan yang dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber

Estate (BSRE), data yang diperoleh (data variabel) yakni berupa data Po

(plastisitas awal) dan PRI (plasticity retention index) dalam beberapa periode

yang berbeda (bulan Maret 2006, bulan Januari 2007, bulan Januari 2008, bulan

Juni 2009 dan bulan Januari 2010) yang selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan control chart. Grafik pengendali yang digunakan dalam penelitian

ini adalah grafik pengendali rata-rata ( X ) dan grafik pengendali range (R). Hal

ini sesuai dengan pernyataan Gaspersz (2001) yang menyatakan bahwa peta-peta

kontrol yang umum dipergunakan untuk data variable adalah peta Xbar-R dan

peta X-MR. Pengendalian mean proses biasanya dikendalikan dengan grafik

pengendali X. Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan dengan

bagan pengendali rentang atau grafik pengendali R.

Untuk pengontrolan kualitas mengenai dispersi atau variasi biasanya

digunakan diagram kontrol rentang R, meskipun diagram kontrol simpangan baku

dapat pula digunakan. Penggunaan diagram kontrol X dan diagram kontrol R

sekaligus dalam suatu proses dimaksudkan untuk melakukan pengontrolan

kualitas mengenai rata-rata dan dispersi proses. Peta kendali X dan R digunakan

untuk mengendalikan proses yang dilihat dari rata-rata dan variabilitas proses.

Peta X digunakan untuk membuat plot rata-rata suatu karakteristik kualitas

tertentu, sedangkan peta kendali R menggambarkan variabilitas karakteristik

kualitas tertentu. Dalam hal ini, rentang didefinisikan sebagai nilai pengamatan

tertinggi dikurangi nilai pengamatan terendah dalam suatu sampel. Diagram

kontrol X - R Chart digunakan apabila tipe data yang diamati adalah variabel

(39)

rata-rata kualitas melalui X chart sedangkan pemantauan variabilitas kualitas dapat

menggunakan pengukuran range (rentang) melalui R chart.

Harga-harga statistik yang diperoleh tiap sampel setelah dihitung,

digambarkan dalam diagram yang biasanya berupa titik-titik. Jika titik-titik itu ada

di dalam daerah yang dibatasi oleh BPA dan BPB dikatakan bahwa proses dalam

kontrol. Dalam hal ini, proses dibiarkan berlangsung terus. Sekali terdapat titik

yang jatuh di bawah BPB atau di atas BPA, maka proses berada di luar kontrol.

Ini menandakan bahwa penyebab terduga telah terjadi yang mempengaruhi proses

tersebut. Dengan demikian perlu dicari dan dihilangkan agar proses berada dalam

kontrol kembali.

Control Chart Xbar-R untuk Plastisitas Awal (Po)

Plastisitas Awal (Po) untuk bulan Maret 2006

Sa m ple

Gambar 3. Control chart Xbar-R Po bulan Maret 2006

Dari gambar diatas terlihat bahwa control chart I untuk bulan Maret 2006

menunjukkan batas pengendalian atas (BPA) sebesar 34.23, batas pengendalian

bawah (BPB) sebesar 31.56 dan rata-rata (X) untuk sample Po sebesar 32.9.

(40)

4.17, batas pengendalian bawah sebesar 0, dan rata-ratanya (R) sebesar 1.83. Dari

control chart Xbar-R di atas terlihat bahwa pada jenis sample ke-20 berada di luar

batas pengendalian atas (X=34.8) sedangkan untuk peta R seluruh data sample Po

berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control) dengan batas

pengendalian atas (BPA) 4.17, untuk batas pengendalian bawah yaitu 0 dan

rata-rata (R) adalah 1.83. Ini berarti data Po untuk bulan Maret tahun 2006 tidak

terkendali secara statistik karena 5% data Po berada di luar batas pengendalian

atas (BPA) yaitu pada proses ke-20 dengan nilai Po sebesar 34.8 tetapi

variabilitasnya terkendali.

Rata-rata Po pada bulan Maret 2006 adalah 32.9. Bila dibandingkan

dengan standar mutu Po di pabrik (< 30), pada bulan ini terdapat 100% data Po

memenuhi spesifikasi pabrik. Rata-rata Po pada bulan ini masih berada di atas

standar mutu Po di pabrik.

Plastisitas Awal (Po) untuk bulan Januari 2007

Sa m ple

(41)

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa pada control chart I batas

pengendalian atas (BPA) adalah 34.16 sedangkan batas pengendalian bawah 30.39

dan rata-rata (X) adalah 32.55. Untuk control chart R batas pengendalian atas

(BPA) sebesar 5.05, batas pengendalian bawah (BPB) yaitu 0 dan rata-rata nilai

range-nya yaitu 2.21. Dari control chart diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

seluruh data sampel mutu Po berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti

mutu Po selama bulan Januari 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan

kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata Po pada bulan Januari 2007 adalah 32,55. Bila dibandingkan

dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 30), pada bulan ini terdapat 100%

data Po yang memenuhi standar mutu. Rata-rata Po pada bulan ini berada di atas

standar mutu Po di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi

konsumen (< 30), 100% data Po pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi

konsumen.

Plastisitas Awal (Po) untuk bulan Januari 2008

Sa m ple

(42)

Dari gambar diatas terlihat bahwa control chart I untuk bulan Januari 2008

menunjukkan batas pengendalian atas (BPA) sebesar 34.01, batas pengendalian

bawah (BPB) sebesar 31.20 dan rata-rata (Xbar) untuk sample Po sebesar 32.61.

Sedangkan pada control chart R menunjukkan batas pengendalian atas sebesar

4.4, batas pengendalian bawah sebesar 0, dan rata-ratanya (R) sebesar 1.92. Dari

control chart Xbar-R di atas terlihat bahwa pada jenis sample ke-3 dan 7 berada di

luar batas pengendalian atas (31.0), dan untuk sampel ke-17 berada di luar batas

pengendalian atas (36.0) sedangkan untuk peta R terlihat sampel ke-19 berada di

luar batas pengendalian atas (5.0). Ini berarti data Po untuk bulan Januari 2008

tidak terkendali secara statistik dan variabilitasnya juga tidak terkendali.

Rata-rata Po pada bulan Januari 2008 adalah 32,61. Bila dibandingkan

dengan standar mutu Po di pabrik (< 30), pada bulan ini terdapat 100% data Po

yang memenuhi standar mutu. Rata-rata Po pada bulan ini masih berada di atas

standar mutu Po di pabrik.

Plastisitas Awal (Po) untuk bulan Juni 2009

Sa m ple

(43)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa control chart I untuk bulan Juni

2009 menunjukkan bahwa batas pengendalian atas (BPA) sebesar 35.09, batas

pengendalian bawah (BPB) sebesar 32.12 dan rata-rata (Xbar) untuk sample Po

sebesar 33.61. Dari control chart Xbar-R di atas terlihat bahwa pada jenis sample

ke-19 dan 20 berada di luar batas pengendalian atas (36.0 dan 36.3), sedangkan

untuk peta R terlihat seluruh data sampel Po berada dalam batas pengendalian

statistik (in statistical control) dengan batas pengendalian atas (BPA) sebesar

4.64, batas pengendalian bawah (BPB) yaitu 0 dan rata-rata (R) adalah 2.03. Ini

berarti data Po untuk bulan Januari 2008 tidak terkendali secara statistik, tetapi

variabilitasnya terkendali.

Rata-rata Po pada bulan Juni 2009 adalah 33,61. Bila dibandingkan

dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 30), pada bulan ini terdapat 100%

data Po yang memenuhi standar mutu. Rata-rata Po pada bulan ini masih berada di

atas standar mutu Po di pabrik.

Plastisitas Awal (Po) untuk bulan Januari 2010

Sa m ple

(44)

Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 7.

menunjukkan batas pengendalian atas (BPA) sebesar 34.76, batas pengendalian

bawah (BPB) sebesar 31.68, dan rata-rata ( ) sampel kadar ALB sebesar 33.22.

Sedangkan pada control chart R menunjukkan batas pengendalian atas sebesar

4.81, batas pengendalian bawah sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 2.11. Dari

control chart Xbar-R di atas terlihat bahwa seluruh data sampel Po berada dalam

batas pengendalian statistik (in statistical control). Ini berarti Po selama bulan

Januari 2010 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang

stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Apabila dilihat secara keseluruhan, Po pada bulan Januari 2010 terkendali

secara statistik. Rata-rata Po pada bulan Januari 2010 adalah 33.22. Bila

dibandingkan dengan standar mutu Po di pabrik (< 30), keseluruhan data Po pada

bulan ini telah berada di atas standar. Dan bila dibandingkan dengan standar

spesifikasi konsumen (< 30), 100% data Po pada bulan Januari 2010 mampu

(45)

Control Chart Xbar-R untuk PRI (plasticity retention index)

PRI untuk bulan Maret 2006

Sa m ple

Gambar 8. Control chart Xbar-R PRI bulan Maret 2006

Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 8.

menunjukkan batas pengendalian atas (BPA) sebesar 80.13, batas pengendalian

bawah (BPB) sebesar 75.81, dan rata-rata ( ) sampel PRI sebesar 77.97.

Sedangkan pada control chart R menunjukkan batas pengendalian atas sebesar

6.76, batas pengendalian bawah sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 2.96. Dari

control chart Xbar-R di atas terlihat bahwa seluruh data sampel PRI berada dalam

batas pengendalian statistik (in statistical control). Ini berarti PRI selama bulan

Maret 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil

atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Apabila dilihat secara keseluruhan, PRI pada bulan Maret 2010 terkendali

secara statistik. Rata-rata PRI pada bulan Maret 2006 adalah 77.97. Bila

dibandingkan dengan standar mutu PRI di pabrik (< 50), keseluruhan data PRI

(46)

spesifikasi konsumen (< 50), 100% data PRI pada bulan Maret 2006 mampu

memenuhi spesifikasi konsumen.

PRI untuk bulan Januari 2007

Sa m ple

Gambar 9. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2007

Dari control chart Xbar di atas terlihat bahwa seluruh data sampel PRI

berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control) dengan batas

pengendalian atas (BPA) 80.53, batas pengendalian bawah (BPB) 76.74 dan

rata-rata (R) yaitu 78.63. Ini berarti PRI selama bulan Januari 2007 terkendali secara

statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten. Pada control

chart R terlihat bahwa batas pengendalian atas (BPA) 5.94, untuk batas

pengendalian bawah (BPB) 0 dan rata-rata (R) sebesar 2.6. Ini menunjukkan

variabilitasnya masih dapat terkendali.

Apabila dilihat berdasarkan control chart, PRI pada bulan Januari 2007

terkendali secara statistik. Rata-rata PRI pada bulan Januari 2007 adalah 78.63.

Bila dibandingkan dengan standar mutu PRI di pabrik (< 50), keseluruhan data

(47)

spesifikasi konsumen (< 50), 100% data PRI pada bulan Januari 2007 mampu

memenuhi spesifikasi konsumen.

PRI untuk bulan Januari 2008

Sa m ple

Gambar 10. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2007

Dari control chart Xbar di atas menunjukkan batas pengendalian atas

(BPA) 80.18, batas pengendalian bawah (BPB) 76.63 dan rata-rata (X) sebesar

78.41. Ini berarti seluruh data sampel PRI berada dalam batas pengendalian

statistik (in statistical control) dan menunjukkan proses terkendali secara statistik

dan kondisi sistem yang stabil atau konsisten. Sedangkan untuk control chart R,

batas pengendalian atas (BPA) 5.55, batas pengendalian bawah (BPB) 0 sedang

rata-rata (R) yaitu 2.43. Ini berarti PRI selama bulan Januari 2008 berada dalam

kontrol dan menunjukkan sistem dengan variabilitas yang masih terkendali.

Apabila dilihat berdasarkan control chart, PRI pada bulan Januari 2008

terkendali secara statistik. Rata-rata PRI pada bulan Januari 2008 adalah 78.41.

Bila dibandingkan dengan standar mutu PRI di pabrik (< 50), keseluruhan data

(48)

spesifikasi konsumen (< 50), 100% data PRI pada bulan Januari 2008 mampu

memenuhi spesifikasi konsumen.

PRI untuk bulan Juni 2009

Sa m ple

Gambar 11. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2007

Dari control chart Xbar di atas terlihat bahwa batas pengendalian atas

(BPA) 81.67, batas pengendalian bawah (BPB) 77.24 dan rata-rata (X) yaitu

79.46. Ini berarti seluruh data sampel PRI berada dalam batas pengendalian

statistik (in statistical control) dan menunjukkan proses sistem yang terkendali

secara statistik dan stabil. Untuk control chart R, batas pengendalian atas (BPA)

6.93, batas pengendalian bawah (BPB) 0 dan rata-rata 3.04. Ini berarti data PRI

untuk bulan Juni 2009 menunjukkan variabilitas yang masih terkendali.

Apabila dilihat berdasarkan control chart, PRI pada bulan Juni 2009

terkendali secara statistik. Rata-rata PRI pada bulan Juni 2009 adalah 79.46. Bila

dibandingkan dengan standar mutu PRI di pabrik (< 50), keseluruhan data PRI

(49)

spesifikasi konsumen (< 50), 100% data PRI pada bulan Juni 2009 mampu

memenuhi spesifikasi konsumen.

PRI untuk bulan Januari 2010

Sa m ple

Gambar 12. Control chart Xbar-R PRI bulan Januari 2007

Dari control chart Xbar di atas dapat diketahui batas pengendalian atas

(BPA) 82.92, batas pengendalian bawah 77.37 dan rata-rata (X) 80.15, sedang

pada control chart R menunjukkan batas pengendalian atas (BPA) 8.68, batas

pengendalian bawah 0 dan rata-rata R sebesar 3.8. Ini berarti bahwa seluruh data

sampel PRI berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control) dan

data PRI selama bulan Januari 2010 terkendali secara statistik, menunjukkan

kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Apabila dilihat berdasarkan control chart, PRI pada bulan Januari 2010

terkendali secara statistik. Rata-rata PRI pada bulan Januari 2008 adalah 80.15.

Bila dibandingkan dengan standar mutu PRI di pabrik (< 50), keseluruhan data

(50)

spesifikasi konsumen (< 50), 100% data PRI pada bulan Januari 2010 mampu

memenuhi spesifikasi konsumen.

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu Crumb Rubber Plastisitas Awal (Po)

Suatu bahan yang plastisitasnya tinggi mudah sekali berubah bentuk atau

dengan kata lain mudah sekali mengalir, sehingga didefenisikan bahwa plastisitas

adalah kepekaan terhadap deformasi (deformation).

Plastisitas awal (Po) merupakan kemampuan bahan karet mentah untuk

kembali ke bentuk semulanya setelah diberikan tekanan tertentu. Po (plasticity

original) adalah nilai plastisitas/kelenturan dari produk.

Crumb rubber dengan mutu Po (plastisitas awal) yang rendah disebabkan

karena mutu bahan baku lateks yang tidak baik, jenis bahan kaogulum yang

digunakan, proses pengeringan lambat dan tidak sempurna. Kurangnya

pengawasan/kontrol baik pada pencampuran bahan baku, dan proses pengolahan

juga dapat menyebabkan nilai Po menjadi rendah.

Bahan baku lateks yang tidak baik disebabkan karena adanya komposisi

proporsi yang tidak sesuai antara bahan baku lateks yang bersih (mengandung

kadar kotoran 0.1%) biasa disebut C1 dengan bahan baku lateks yang mengandung

kadar kotoran lebih banyak (C2). Jika komposisi bahan baku C2 lebih banyak

daripada C1 maka plastisitas karet akan rendah. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi banyaknya jumlah kotoran pada bahan baku lateks, diantaranya

kebersihan lingkungan tidak dijaga, jadwal penderesan tidak teratur,

pengangkutan lateks yang terlalu jauh, dan sebagainya.

Selain bahan baku, proses pengeringan juga mempengaruhi nilai Po dan

PRI. Proses pengeringan yang lama, temperature pengeringan yang terlalu rendah

(51)

Temperature pengeringan yang biasa digunakan berkisar antara 90oC – 120oC

dengan waktu pengeringan selama 4-5 jam sesuai dengan jenis alat pengeringnya.

Sedangkan pada proses pengolahan, faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi nilai Po dan PRI yaitu proses penyimpanan bahan baku terlalu

lama sehingga dapat meningkatkan kadar kotoran lateks, intensitas penggilingan

tinggi, proses pengeringan tidak sempurna, dan sebagainya. Selain proses,

alat-alat yang digunakan baik pada saat penderesan maupun saat pengolahan juga

dapat mempengaruhi nilai Po dan PRI.

Produk dengan nilai Po<30 akan dinyatakan sebagai out specification

product. Produk ini akan ditahan selama satu minggu dan dianalisa kembali nilai

Po produk tersebut. Jika nilai Po produk > 30, maka produk akan didistribusikan,

sebaliknya jika produk belum mencapai nilai Po yang telah ditentukan, maka akan

ditahan selama 1 minggu berikutnya dan dianalisa kembali nilai Po produk

tersebut. Sebaliknya jika nilai Po produk < 30, produk akan diproses kembali di

precleaning.

Plasticity Retention Index (PRI)

Plasticity retention index (PRI) adalah cara pengujian sederhana dan cepat

untuk mengukur ketahanan karet mentah terhadap degradasi oleh oksidasi pada

suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap

degradasi oleh oksidasi.

Pengujian PRI dilakukan untuk mengukur degradasi (penurunan)

ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi. Dengan mengetahui

nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya karet menjadi lunak dan lengket jika

lama disimpan atau dipanaskan, hal ini penting hubungannya dengan proses

vulkanisasi karet pada pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat karet yang

Gambar

Tabel 1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering yaitu:
Tabel 2: Pengaruh penyimpanan lump mangkuk terhadap nilai Po dan PRI
Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu
Gambar 1. Diagram Kontrol (Control Chart)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebutan “karet spesifikasi”, karena penentuan kualitas atau

Freddy Wahyudi : Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT.. Bridgestone Sumatera

Karet skim yang mengandung bahan – bahan bukan karet lebih banyak dari pada karet lainnya, mempunyai kadar nitrogen yang tinggi dan tidak boleh dicampur dengan karet jenis

kualitas crumb rubber di antara batch (kelompok produk /.. palet) dan di dalam batch selama satu bulan

Hasil uji regresi linier berganda antara motivasi dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja seluruh karyawan Pabrik Karet Crumb Rubber (PKCR) Sukamaju

Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap nilai PRI (Plasticity Retentuin Index) pada mutu Crumb Rubber.. Universitas

chart di atas dapat dilihat bahwa tingkat homogenitas CPO dalam kaitannya dengan rendemen produksi pada periode April 2009 ini masih rendah, yang. tampak pada control chart