• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terpaan Media dan Tingkat Kecemasan Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang Kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Terpaan Media dan Tingkat Kecemasan Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang Kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

TERPAAN MEDIA DAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT

( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang Kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat di Desa Helvetia

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

ROBERT.SIANTURI 040904082

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNKASI

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Robert. Sianturi

Nim : 040904082 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Terpaan Media dan Tingkat Kecemasan Masyarakat

( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara )

Medan, Februari 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Emilia. Ramadhani, S.Sos Drs. Amir Purba, MA

Nip : 19732006042002 Nip : 19510219197011001

Dekan Fisip

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Terpaan Media dan Tingkat Kecemasan Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang Kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh terpaan media khususnya media televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Untuk landasan berpikir dalam menyoroti masalah yang akan diteliti penulis menyusun sebuah kerangka teori yang terdiri dari teori Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Efek Komunikasi Massa, Kecemasan, Terpaan Media (Media Exposure), Berita, Teori Kultivasi (Cultivation Theory), dan Teori S-O-R (Stimulus Organism Response Theory).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana pengaruh terpaan media terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah

Accidental Sampling (Sampel Takterduga).

Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien

Korelasi Rank Order oleh Spearman sengan menggunakan rumus SPSS versi

15.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,495. Untuk melihat kuat

lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya adalah terdapat pengaruh terpaan media terhadap

tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Bapa di Surga yang selalu menyertai, membimbing dan memberkati penulis setiap saat selama proses penulisan skripsi ini. Sungguh besar dan tak terhingga kasih karunia dari Allah Bapa untuk setiap nafas dan kehidupan diberikanNya, sehingga penulis mampu melewati masa – masa sulit dan berjalan sejauh ini sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

Untaian terima kasih juga penulis persembahkan kepada keluarga tercinta terutama kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan sayangi yaitu ayah tercinta Bapak DJ. Sianturi yang selalu memberikan nasehat, doa, inspirasi dan teladan yang sungguh sangat berarti dalam kehidupan penulis selama ini, dan juga ibuku tersayang M.Simbolon yang selalu mengingatkan, mendoakan, dan memberi semangat di sepanjang perjalan hidup penulis. Terima kasih atas semua dukungan, doa, dan semua perhatian yang kalian berikan kepada saya. Bahkan kata – kata terima kasih pun tak mampu lagi melukiskan betapa besar kasih sayang yang penulis rasakan. Semoga kepada kedua orang tua penulis selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang serta semakin diberkati Bapa di Surga.

(5)

Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Emilia. Ramadhani, S.Sos selaku pembimbing peneliti yang selalu memberikan bimbingan dan pengajaran selama penyusunan skripsi ini. Merupakan suatu kesempatan yang baik dan berharga mempunyai Dosen Pembimbing seperti beliau. Terima kasih untuk kesabaran, waktu, dan semua pikiran dan masukan yang telah dibagikan beliau kepada peneliti. 5. Ibu Dra. Mazdalifah, Msi selaku Dosen Wali penulis yang banyak

memberikan masukan, nasehat, bimbingan, dan dorongan kepada penulis. 6. Semua Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan Dosen

FISIP USU pada umumnya, yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada peneliti selama perkuliahan.

(6)

8. Kepada adikku Dewi. Sianturi dan semua keluargaku serta adikku tersayang Putri Paramitha Manullang yang telah menemani dan membantu dan memberi semangat kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik

9. Kak Cut dan Kak Ros yang telah banyak membantu peneliti dalam segala urusan selama perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Bapak Petrus. Sinurat, SP selaku kepada Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan izin penelitiannya di Desa Helvetia dan pengurusan surat - surat selama penelitian.

11.Seluruh pegawai kantor di Kantor Kepala Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara. Terima kasih atas semua bantuannya, bimbingan dan dukungan kepada penulis.

12.Kepada sahabat – sabahat peneliti ; Ranto. Sitohang yang selalu membari dukungan dan masukan kepada peneliti semoga makin sukses kedepannya dan Saut M. Hutagalung yang juga memberi dukungan kepada penulis semoga cepat juga selesai dalam penulisan skripsinya.

13.Kepada adik sekaligus sebagai sahabatku Agnesi Tampubolon yang telah begitu banyak memberi waktu dan tenaga serta pikiran yang sangat berguna bagi penulis. Terima kasih buat bantuannya semoga Bapa di Sorga selalu memberkati di setiap langkah perjalanan hidupmu.

(7)

15.Kepada sobatku Anne Griselda dan Eka Sitepu, terima kasih atas bantuannya untuk mengajari dan dorongan semangat kepada penulis.

16. Kepada semua teman – teman Departemen Ilmu Komunikasi dan untuk stambuk 04 khususnya baik yang sudah tamat dan juga yang masih berjuang dalam menyelesaikan skripsinya, terima kasih untuk semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.

17.Semua pihak yang secara tidak sadar juga telah ikut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, saya ucapakan banyak terima kasih.

Peneliti menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Karena itu, dengan segala kerendah hatian penulis berharap para pembaca berkenan menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.

Medan, Februari 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 10

I.5.2. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 12

I.5.3. Efek Kominikasi Massa ... 13

I.5.4. Kecemasan ... 14

I.5.5. Terpaan Media (Media Exposure) ... 15

I.5.6. Berita ... 16

I.5.7. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) ... 17

I.5.8. Teori S-O-R (Stimulus Organism Response Theory) ... 19

I.6. Kerangka Konsep ... 20 II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 27

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 27

II.1.2. Komunikasi Massa ... 30

II.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 38

II.2.1. Pengertian Media Massa ... 38

II.2.2. Televisi ... 39

II.2.3. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 41

II.3. Efek Komunikasi Massa ... 44

II.4. Kecemasan ... 45

II.5. Terpaan Media (Media Exposure) ... 50

II.6. Berita (News) ... 52

II.6.1. Defenisi Berita (News) ... 52

II.6.2. Unsur Berita ... 55

(9)

II.6.4. Ragam Berita ... 57

II.6.5. Sifat Berita ... 58

II.6.6. Nilai Berita ... 60

II.7. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) ... 62

II.8. Teori S-O-R (Stimulus Organism Response) ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 74

III.1.1. Sejarah Berdirinya Desa Helvetia ... 74

III.1.2. Letak Geografis dan Keadaan Alam ... 75

III.2. Metode Penelitian ... 81

III.3. Populasi dan Sampel ... 82

III.3.1. Populasi (Population) ... 82

III.3.2. Sampel (Sample) ... 82

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 83

III.4.1. Purposive Sampling ... 83

III.4.2. Accindental Sampling ... 84

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 84

III.6. Teknik Analisis Data ... 85

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pelaksaan Pengumpulan Data ... 87

IV.1.1. Tahap Awal ... 87

IV.1.2. Pengumpulan Data ... 87

IV.2. Proses Pengolahan Data ... 88

IV.2.1. Penomoran Kuesioner ... 88

IV.2.2. Editing ... 88

IV.2.3. Coding ... 88

IV.2.4. Inventarisasi Variabel ... 88

IV.2.5. Tabulasi Data ... 88

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 89

IV.3.1. Karakteristik Responden ... 89

IV.3.2. Terpaan Media (Media Exposure) ... 93

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.6 : Ketertarikan menyakasikan tayangan berita ... 93

Tabel 4.7 : Ketertarikan menyakasikan tayangan film / sinetron ... 94

Tabel 4.8 : Ketertarikan menyakasikan tayangan infotaiment ... 95

Tabel 4.9 : Ketertarikan menyakasikan tayangan talk show ... 96

Tabel 4.10 : Ketertarikan menyakasikan tayangan kuis ... 97

Tabel 4.11 : Ketertarikan menyakasikan tayangan music ... 98

Tabel 4.12 : Frekuensi responden dalam menyaksikan tayangan berita di televisi ... 99

Tabel 4.13 : Frekuensi responden menyaksikan tayangan berita di televisi dalam sehari ... 100

Tabel 4.14 : Frekuensi responden menyaksikan tayangan berita kasus Flu H1N1 di televisi dalam 3 bulan terakhir ... 101

Tabel 4.15 : Lamanya dalam sehari menyaksikan tayangan berita kasus Flu H1N1 yang di tayangkan di televisi ... 102

Tabel 4.16 : Lamanya mengikuti berita tentang kasus Flu H1N1 di televisi ... 103

Tabel 4.17 : Tingkat keseringan dalam menyaksikan tayangan berita kasus Flu H1N1 ... 104

Tabel 4.18 : Tingkat keseriusan dalam menyaksikan tayangan berita kasus Flu H1N1 ... 105

Tabel 4.19 : Kelengkapan informasi kasus Flu H1N1 dari televisi ... 106

Tabel 4.20 : Kasus flu H1N1 adalah masalah yang serius ... 107

Tabel 4.21 : Tingkat kepercayaan terhadap isi berita ... 108

Tabel 4.22 : Penambahan tingkat pengetahuan responden terhadap Flu H1N1 ... 109

Tabel 4.23 : Ingatan mengerikan tentang kasus flu H1N1 ... 110

Tabel 4.24 : Tingkat kecurigaan terhadap orang yang sedang terkena influenza (Flu),menjadi suspect flu H1N1 ... 111

Tabel 4.25 : Kekhawatiran terhadap penyebaran virus flu H1N1 ... 112

Tabel 4.26 : Tingkat kekhawatiran tertular virus flu H1N1 ... 113

Tabel 4.27 : Tingkat kekhawatiran penularan virus flu H1N1 di keluarga ... 114

Tabel 4.28 : Kekhawatiran tinggal disekitar peternakan hewan penular virus H1N1 ... 115

Tabel 4.29 : Ketidaknyamanan responden dengan lingkungan tempat tinggal jika menjadi daerah pandemi Flu H1N1 ... 116

(11)

Tabel 4.31 : Kepanikan responden apakah langsung memeriksakan diri

ke dokter jika terkena penyakit Flu/Influenza ... 118 Tabel 4.32 : Kegelisahan responden jika tinggal serumah dengan orang yang

terkena penyakit Flu/Influenza ... 119 Tabel 4.33 : Rasa takut responden jika bertemu dengan orang yang

berpenyakit Flu/Influenza ... 120

Tabel 4.34 : Bayangan responden untuk pindah dari lingkungan tempat

tinggal mereka ... 121 Tabel 4.35 : Motivasi untuk menjaga kesehatan ... 122 Tabel 4.36 : Hubungan antara Keseringan menyaksikan berita kasus Flu

H1N1 di televisi dengan pikiran/ingatan mengerikan tentang

Flu H1N1 ... 123 Tabel 4.37 : Hubungan antara bertambahnya pengetahuan tentang Flu

H1N1 dengan tingkat kegelisahan jika sedang terkena flu ... 125 Tabel 4.38 : Hubungan antara kepercayaan isi pesan flu H1N1 di televisi

dengan adanya rasa takut jika tinggal dilingkungan

peternakan ... 127 Tabel 4.39 : Hubungan antara Flu H1N1 yang menjadi masalah serius

dengan meningkatnya motivasi untuk menjaga kesehatan ... 129 Tabel 4.40 : Hubungan antara lamanya mengikuti berita kasus flu

H1N1 di televisi dengan timbulnya rasa takut tertular

penyakit virus flu H1N1 ... 131 Tabel 4.41 : Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Terpaan Media dan Tingkat Kecemasan Masyarakat (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Terpaan Media Tentang Kasus “Flu H1N1” di Televisi Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh terpaan media khususnya media televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Untuk landasan berpikir dalam menyoroti masalah yang akan diteliti penulis menyusun sebuah kerangka teori yang terdiri dari teori Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Efek Komunikasi Massa, Kecemasan, Terpaan Media (Media Exposure), Berita, Teori Kultivasi (Cultivation Theory), dan Teori S-O-R (Stimulus Organism Response Theory).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana pengaruh terpaan media terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 99 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah

Accidental Sampling (Sampel Takterduga).

Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien

Korelasi Rank Order oleh Spearman sengan menggunakan rumus SPSS versi

15.0. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,495. Untuk melihat kuat

lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hasilnya adalah terdapat pengaruh terpaan media terhadap

tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi – informasi tentang peristiwa – peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Untuk menyebarkan informasi – informasi kepada khalayak yang bersifat massal diperlukan sebuah media. Media yang dapat mengakomodir semua itu adalah media massa. Menurut Effendy (1993 : 24) “media massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan (Simultanety) pada pihak khalayak dalam menerima pesan – pesan yang disebarkan”.

Media massa dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik (Pareno, 2002 : 32). Media penyampai pesan seperti televisi dan radio sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Terlebih media televisi yang menggabungkan antara audio dan visual sehingga para komunikan lebih mudah dan lengkap dalam menerima suatu pesan.

(15)

dikatakan Yuliandri (2000 : 18), salah satu efek dari penerimaan pesan (informasi) adalah perasaan cemas yang berkaitan dengan efek afektif. Disini peneliti ingin mengetahui efek pemberitaan televisi sebagai salah satu bentuk media massa terhadap kecemasan masyarakat setelah menyaksikan mengenai berbagai kejadian/fenomena tertentu. Salah satu fenomena pemberitaan yang menjadi objek penelitian adalah tentang kasus Flu H1N1 (Swine Flu).

Belum habis pembicaraan masyarakat tentang Flu Singapura, ancaman baru datang dari flu babi / H1N1 (Swine Flu). Mewabahnya flu babi (Swine Flu) ini berasal dari Meksiko sejak pertengahan April lalu, dan menjadi hottest issue di berbagai media massa saat ini. Pemerintah Kesehatan Meksiko melansir, menambah dua korban tewas flu A-H1N1 sehingga menjadi 121 orang. Jumlah kasus flu di negara itu menjadi 2.282, meningkat dari 2.059 kasus. Dan di Amerika Serikat (AS) sendiri telah melampaui Meksiko, dilaporkan sejumlah 3.009 orang yang dites positif tertular virus A-H1N1 di 45 dari 50 negara bagiannya, dengan jumlah 221 kasus kematian.

(16)

Sedangkan kasus penularan flu A-H1N1 di Inggris tergolong yang paling parah. Sebanyak 14 warga Inggris yang terinfeksi dilaporkan telah meninggal akibat virus ini. Departemen Kesehatan Inggris menyebutkan bahwa sekarang terdapat 9.718 kasus positif penularan A-H1N1 dan masih ada 335 penderita flu yang dirawat di rumah sakit di seluruh Inggr is. Dengan banyaknya jumlah kasus itu, Inggris kini berada di tempat ketiga kasus flu terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dan Meksiko. Menurut Direktur Jenderal di Departemen Kesehatan Inggris, meningkatnya penyebaran infeksi flu A-H1N1 dikhawatirkan mendekati tingkat epidemi. Selain di Inggris, jumlah kasus penularan flu A-H1N1 juga meningkat di Thailand. Jumlah kematian akibat flu itu di Thailand dilaporkan menjadi 14 orang dan 146 kasus baru sehingga total jumlah kasus A-H1N1 di Thailand mencapai 3.071 orang.

(http://www.tvone.co.id/berita/view/21957/2009/09/03/334_kasus_baru_flu_h1n1 _dikonfirmasi_di_eropa#)

(17)

Flu H1N1 (Swine Flu) ini salah satu turunan flu Spanyol yang menyebabkan pandemi pada manusia sangat efektif sekitar tahun 1918-1919, yang menyebabkan kematian hampir 100.000 orang lebih. Penyakit ini menunjukkan gejala-gejala, demam lebih dari 39 derajat Celcius, badan nyeri, batuk, sakit tenggorokan, pembengkakan (Congestion) jalan pernafasan, dan dalam beberapa kasus, muntah dan diare, dan akhirnya bisa menyebabkan kematian.

Virus H1N1 ini biasanya hanya terdapat dan menginfeksi babi dan meyebabkan penyakit pada binatang tersebut, namun sekarang dapat ditemukan pada manusia penderita penyakit influenza. Hal itu karena virus tersebut mengalami mutasi dan berubah strain genetiknya dan akhirnya dapat tumbuh dan hidup dalam tubuh manusia, serta menimbulkan penyakit baru, yang kemungkinan lebih ganas dari flu burung. Selanjutnya dapat menyebar baik dari babi ke manusia maupun antar manusia. Sehingga wabah flu babi berpotensi menjadi pandemi dan kecemasan dunia.

(http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/07/11/05402869/440.tewas.oleh.a-h1n1)

(18)

telah meninggal dunia. Dengan semakin meluasnya penyebaran flu baru H1N1 dituntut peningkatan kegiatan surveilans influenza dalam menghadapi virus flu baru A-H1N1 ini.

Untuk jumlah terduga penderita H1N1 di Sumatera Utara sendiri yakni daerah Medan dan sekitarnya sebanyak 21 orang dan salah satu diantaranya adalah warga dari desa Helvetia yang telah menjadi suspect flu H1N1 tersebut . Sebanyak 11 orang dirawat di ruang isolasi RSUP Adam Malik Medan. Dan sembilan orang dikarantina di rumah masing-masing sampai ada pemeriksaan lebih lanjut dari pihak rumah sakit atau departemen kesehatan Sumatera Utara. (

Hampir semua media massa dunia, termasuk Indonesia terus diwarnai oleh pemberitaan tentang kasus flu babi atau sekarang disebut Influenza A-H1N1. Banyak pemberitaan khususnya di televisi yang membahas seputar suspect flu A-H1N1 ini, terlebih semenjak penyakit tersebut telah masuk ke Indonesia dan menyerang beberapa warganya. Virus H1N1 ini sebelumnya hanya menjangkiti ternak babi, namun virus tersebut kemudian dapat ditularkan dari babi ke manusia.

http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/07/04/11082242/jumlah.terduga.flu. h1n1.menjadi.21.orang)

Media massa terus gencar melansir berita tentang isu – isu seputar flu H1N1 (Swine Flu) ini. Mulai dari pola penyebaran virus sampai tentang penderitanya seperti halnya kasus kalangan selebritis, saat kelompok musik dari

Elfa’s Music School yang terkena virus influenza A-H1N1 saat ikut festival

(19)

Dalam pemberitaannya, media massa seakan memiliki agenda untuk merekonstruksi pikiran dan perhatian khalayak kepada sebuah isu tertentu yang diinginkan. Tentu saja, dapat diketahui maksudnya agenda media ini adalah untuk meyakinkan semua orang bahwa flu babi (A-H1N1) itu nyata dan ada di sekitar kita. Satu yang diharapkan media adalah bagaimana sikap dan respons dari pemerintah terhadap penyebaran virus flu baru ini agar tidak semakin meluas di masyarakat dan masyarakat dapat lebih paham dan menghindar terhadap penularan flu H1N1 tersebut.

Pemerintah telah melakukan berbagai langkah antisipatif, salah satunya pengecekan ke maskapai – maskapai penerbangan, terutama yang berasal dari luar negeri seperti Meksiko, Amerika Serikat, dan negara-negara yang telah tertular flu babi. Selain itu diberitakan, untuk berjaga-jaga pemerintah juga memasang alat deteksi suhu tubuh (Thermal Scanner) di 10 bandar udara dan pelabuhan Indonesia. Alat yang bisa mendeteksi suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius itu, antara lain dipasang di Medan, Batam, Bali, Makassar, Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan Selatan. Seperti otoritas kesehatan pelabuhan Batam juga memasang

Body Clean Disinfection Health Quarantine, mesin pembersih virus yang melekat

di tubuh para pendatang.

(http://www.tvone.co.id/berita/view/17968/2009/07/13/korsel_evakuasi_83_wni_ peserta_paduan_suara/)

(20)

100 rumah sakit yang sebelumnya dijadikan rujukan penanganan kasus flu burung serta laboratorium – laboratorium pemeriksaan spesimen.

Untuk itu peran televisi dalam menyampaikan berita tentang kasus flu H1N1 ini sangatlah penting. Karena berita itu dapat mempengaruhi aktifitas masyarakat, seperti menimbulkan rasa cemas dan takut. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi menarik untuk diangkat dalam penelitian ini yaitu ketika realitas sosial yang disampaikan melalui media elektronik (televisi) dapat menyebabkan kecemasan masyarakat dalam melakukan aktifitas kesehariannya. Media televisi swasta ataupun nasional yang ada di Indonesia sangat banyak dan hampir semua selalu memberitakan tentang kasus flu babi (Swine Flu) ini. Sedangkan untuk pemilihan daerah lokasi penelitian di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang yaitu karena sebagian besar di daerah tersebut penduduknya memiliki peternakan hewan babi sebagai mata pencaharian mereka. Sehingga dengan kondisi seperti itu dapat menimbulkan kecemasan bagi masyarakat sekitar terutama bagi mereka yang tidak memiliki peternakan. Maka dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang Sumatera Utara.

(21)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Sejauh manakah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang ?“

I.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari atau menjelaskan pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.

b. Masalah yang diteliti adalah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu

H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa

Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.

c. Media komunikasi yang diteliti adalah media televisi swasta dan nasional. d. Batasan orang yang diteliti adalah masyarakat umum di Desa Helvetia

(22)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tentang kasus “Flu

H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia

Kecamatan Sunggal Deli Serdang.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1997 : 40).

(23)

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka teori peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni:

a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact, influence) (Effendy, 1992 : 10).

(24)

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim.

2. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum sering dijadualkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Beberapa ciri komunikasi massa menurut Effendy (2002 : 51) : 1. Sifat komunikatornya yang melembaga dan terorganisasi.

2. Sifat media massanya yang serempak cepat, maksudnya pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dilakukan dalam waktuyang cepat dan bersamaan.

3. Sifat pesannya yang umum (public), maksudnya pesan yangdisampaikan oleh media massa dapat diakses oleh siapapun.

4. Sifat komunikannya, ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen dan anonim.

(25)

I.5.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa.

Media massa merupakan saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media massa disini adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak yang keseluruhannya sering juga disebut pers.

Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh da “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 1994 : 192).

Sebagai media massa yang didukung oleh teknologi yang modern, televisi mempunyai banyak keunggulan yang diantaranya ialah siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat. Sedangkan kekurangan dari media massa elektronik ini adalah berbagai macam informasi yang disajikan hanya bersifat sekilas saja. Dalam arti bahwa yang muncul pada pesawat televisi tidak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesan-pesan media cetak.

(26)

Adapun ciri-ciri televisi antara lain adalah (Effendy, 1994 : 21) : 1. Berlansung satu arah.

2. Komunikasi melembaga. 3. Pesan bersifat umum.

4. Sasarannya menimbulkan keserempakan. 5. Komunikannya bersifat heterogen.

I.5.3. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa adalah bagaimana media massa dapat menambah pengetahuan, mengubah sikap dan menggerakkan perilaku khalayak” (Rakhmat, 2005 : 219). Ada tiga macam efek komunikasi massa, yaitu :

1. Efek Kognitif

Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami ataupun dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi. 2. Efek Afektif

Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi ataupun dibenci oleh khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap ataupun nilai.

3. Efek Behavorial

(27)

I.5.4. Kecemasan.

Atkinson dan Hilgrad dalam bukunya Introduction of Psychology, mendefinisikan “kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung” (Atkinson, 1993 : 403).

Permasalahan kecemasan adalah bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa. Kecemasan ini timbul lebih kuat, lebih sering atau lebih lama dan dapat menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan. Kecemasan yang terlalu kuat atau kronis dapat membuat orang menghantikan kegiatan sehari-hari yang biasa dijalani. Permasalahan kecemasan bukan hanya penyakit fisik tetapi masalah kesehatan yang berkembang apabila kecemasan berlangsung dalam waktu yang lama. Depresi semakin menjalar dan sistem kekebalan tubuh menjadi tidak bekerja untuk melawan penyakit. Dampak dari masalah kecemasan ini akan terlihat pada meningkatnya tekanan darah yang akan berakibat pada penyakit liver, masalah pencernaan yang dapat menyebabkan digestive disorders, kondisi kulit juga berhubungan dengan kecemasan, dan beberapa orang mengalami kerontokan rambut.

(28)

I.5.5. Terpaan Media ( Media Exposure )

Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004 : 66).

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau

longevity. Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang

berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan) serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan), dalam penelitian ini program yang diteliti merupakan program mingguan. Untuk pengukuran variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 164).

(29)

dapat diambil kesimpulan bahwa terpaan media dapat diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi. Berdasarkan pengertian terpaan media yang telah dijelaskan oleh Rosengren dalam Rakhmat (2001 : 66), maka cara mengukur terpaan media dari kasus flu virus H1N1 dengan melihat frekuensi, durasi dan atensi menonton/ menyaksikan seseorang terhadap tayangan berita kasus flu H1N1 di televisi.

I.5.6. Berita (News)

Menurut Maulsby ( dalam Pareno, 2002 : 6) mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Sedangkan Hepwood (dalam Pareno, 2002 : 7) memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara umum berita adalah laporan dari kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.

Unsur pokok berita dapat diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu 5W + 1H (What, Who, Why, Where, When + How) : apa, siapa, mengapa, di mana, bilamana, dan bagaimana. Itulah yang dimaksud unsur – unsur berita. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Apa merupakan pertanyaan yang akan menjawab apa yang terjadi.

b. Siapa merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kejadian.

(30)

d. Di mana menyangkut tempat kejadian. e. Bilamana menyangkut waktu kejadian.

f. Bagaimana akan memberikan fakta mengenai proses kejadian yang diberikan (Suranto, dan Lopulalan, 2000 : 7 – 9).

I.5.7. Teori Kultivasi ( Cultivation Theory )

Teori Kultivasi adalah salah satu teori komunikasi massa. Teori Kultivasi pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner pada pertengahan tahun 60-an. Media mempengaruhi penonton dan penonton meyakininya. Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi (heavy viewers) terkultivasi secara sama. Menurut teori ini televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Teori ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi pada perkembangannya, ia juga bisa digunakan di luar tema-tema kekerasan. (Nurudin, 2003 : 57).

Menurut Julia T. Wood (2004 : 244 – 245) menuliskan :

“Cultivation is thecumulative process by which television fosters beliefs about social reality. According to the theory, television portrays the world as more violent anddangerous than really is. Thus, goes the reasoning, watching television promotesdistorted views of life”.

(31)

Menurut teori kultivasi, media khususnya televisi merupakan salah satu sarana utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya (Nurudin, 2003:157). Melalui kontak dengan televisi (dan juga media lainnya) penonton dapat belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Menurut Hirsch (1980), beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang lainnya. Pengaruh ini bergantung bukan hanya pada seberapa banyak orang menonton televisi tetapi juga pada faktor pendidikan, penghasilan dan jenis kelamin pemirsa. Misalnya, pemirsa ringan berpenghasilan rendah melihat kejahatan sebagai masalah serius dibandingkan pemirsa ringan berpenghasilan tinggi (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 65).

Menurut Signorielli and Morgan (1990 : 25) :

“It represents a particular set of theoretical and methodological assumptions and procedures designed to assess the contributions of television viewing to people’s conceptions of social reality”

Cultivation Analysis mewakili satu set khusus asumsi dan prosedur teori dan metode yang didesain untuk menilai kontribusi menonton televisi terhadap konsep orang-orang terhadap realitas sosial.

“ There is general (though not universal) acceptance of the conclusion that there are statistical relationships between how much people watch television and what they think and do” .

Secara umum walaupun tidak secara universal menerima kesimpulan bahwa Cultivation Analyisis menjelaskan secara statistik ada hubungan antara seberapa banyak atau jumlah seseorang menonton televisi dengan apa yang mereka pikirkan dan lakukan.

(32)

Universitas yang pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun. Para pecandu ini ternyata lebih memungkinkan melakukan affairs atau menyeleweng, bercerai, atau menggugurkan kandungan daripada mereka yang bukan pecandu opera sabun (Nurudin, 2003 : 157). Maka dapat terlihat bahwa televisi memberikan dampak yang sangat kuat kepada pemirsanya.

I.5.8. Teori S-O-R ( Stimulus Organism Response Theory )

(33)

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur – unsur dalam model Stimulus Organism Response Theory ini adalah sebagai berikut :

a) Pesan (Stimulus, S).

b) Komunikan (Organism, O). c) Efek (Response, R).

I.6. Kerangka Konsep

Nawawi (1997 : 40) mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian.

Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu variabel – variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk memungkinkan dalil – dalil yang dapat diuji.

(34)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas atau Independent Variable (X).

Variabel Bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1997 :40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan terpaan media

tentang kasus “Flu H1N1” di televisi.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y).

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel Terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahului (Rakhmat, 1997 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan masyarakat.

3. Variabel Antara (Z).

(35)

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka model teoritisnya adalah sebagai berikut :

Gambar : Model Teoritis

I.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin 2. Umur

3. Agama 4. Pekerjaan.

Terpaan Media :

1. Frekuensi menonton. 2. Durasi.

3. Atensi.

Tingkat Kecemasan Masyarakat : 1. Khawatir.

2. Panik dan gelisah. 3. Rasa takut dan

menghindar Karakteristik

responden :

(36)

Tabel Variabel Operasional

I.9. Definisi Variabel Operasional

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memeritahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 : 46).

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Terpaan Media

1. Frekuensi menonton. 2. Durasi.

3. Atensi.

Variabel Terikat (Y)

Tingkat Kecemasan Masyarakat

1. Khawatir.

2. Panik dan gelisah.

3. Rasa takut dan menghindar.

Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin 2. Umur

(37)

Definisi Operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Terpaan Media), terdiri dari :

a) Frekuensi menonton.

Melalui frekuensi menonton tayangan berita tentang kasus Flu H1N1 di televisi, dapat diihat pengaruhnya terhadap tingkat kecemasan masyarakat

( public). Seberapa sering menonton tayangan berita tentang kasus Flu

H1N1 yang ditayangkan di televisi setiap harinya. b) Durasi.

Lama atau durasi menonton berita. Mengetahui seberapa lama komunikan menonton tayangan berita khusunya berita tentang kasus Flu H1N1 di televisi Apakah komunikan menonton beberapa program berita dengan durasi tertentu.

c) Atensi.

Perhatian atau atensi yang diberikan komunikan untuk menonton tayangan berita tentang kasus Flu H1N1 yang ditayangkan di televisi. Apakah komunikan melakukan kegiatan lain sambil menonton atau hanya menonton berita saja.

2. Variabel Terikat (Tingkat Kecemasan), terdiri dari :

a) Khawatir.

(38)

penonton khawatir dan menimbulkan ingatan tidak menyenangkan yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari.

b) Panik dan Gelisah.

Seberapa besar tayangan berita tentang kasus Flu H1N1 yang ditayangkan di televisi menimbulkan kegelisahan dan kepanikan dalam kehidupan sehari-hari komunikan atau pemirsanya.

c) Rasa Takut dan Menghindar.

Seberapa besar tayangan berita tentang kasus Flu H1N1di televisi membuat komunikan atau penontonnya takut dan menghindari keadaan sekitar atau lingkungannya. Misalnya semakin takut terhadap penularan penyakit Flu H1N1 sehingga takut dan menghindar dari lingkungan yang dekat dengan peternakan babi, atau mengkonsumsi daging babi bagi mereka yang mengkonsumsinya.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden), terdiri dari :

a) Usia, yaitu tingkatan umur responden.

b) Jenis Kelamin, yaitu kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel atau

responden.

c) Pekerjaan, yaitu pekerjaan yang menjadi sumber kehidupan responden.

(39)

I.10. Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995 : 43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1995 : 44). Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin

“communis” yang berarti “sama”, communico, communicato, atau communicare,

yang berarti ”membuat sama” (to make common). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan (komunikator) kepada si penerima pesan (komunikan).

Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: ”Who Says What

InWhich Channel To Whom With What Effect?” (Siapa mengatakan apa dengan

saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?).” (Mulyana, 2003 : 62). Berdasarkan definisi diatas, dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu dengan yang lain, yaitu : (Mulyana, 2003 : 141).

1. Sumber (source), sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi

(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau

originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

(41)

mewakili nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol, bentuk. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan maupun tulisan.

3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan ; apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak atau media elektronik (radio, televisi).

4. Penerima (Reciever), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak

(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang

menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang diterima menjadi gagasan yang dapat dipahami. Proses ini disebut dengan penyandian balik (decoding).

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,misalnya penambahan pengetahuan (dari yang tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari yang tidak setuju menjadi setuju), perubahankeyakinan, perubahan perilaku (dari yang tidak bersedia membeli menjadi bersedia).

(42)

belum ada definisi benar atau salah menyangkut definisi komunikasi. Komunikasi bisa diartikan secara luas yaitu interaksi antar dua makhluk hidup atau lebih, maupun definisi yang terlalu sempit yaitu komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik (Mulyana, 2007 : 142).

Sedangkan kata yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community). Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas (Mulyana, 2007 : 237). Arti yang lain menyebutkan komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna yang diberikan kepada suatu perilaku. Sedangkan makna adalah relatif bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah seorang manusia yang unik dengan suatu latar belakang dan pengalaman-pengalaman yang unik pula (Rakhmat, 2000 : 13).

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah

banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi ( Cangara, 2004 : 19).

Para pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena

stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi

(43)

Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin, 2003 : 26).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur Schramm ”Frame of Rreference“ atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan, yaitu paduan pengalaman dan pengertian (Collection of Experiences and

Meanings).

Schramm menyatakan bahwa Field of Experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendi, 2003 : 30-31).

II.1.2. Komunikasi Massa ( Mass Communication)

Istilah komunikasi massa merupakan sebuah istilah yang diadopsi dari bahasa Inggris yaitu Mass Communication. Istilah tersebut merupakan kependekan dari Mass Media Communication (komunikasi media massa) yang berarti komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi “Mass

Mediated”.

Adapun menurut Alexis Tan (dalam Rakhmat, 1999 : 189) :

(44)

(Komunikator adalah organisasi sosial yang mampu mereproduksi kembali pesan-pesan dan mengirimkannya secara simultan ke banyak orang yang berbeda tempat).

Lain lagi pendapat Werner I. Severin and James W. Tankard Jr, yang lebih memerinci tentang berlangsungnya komunikasi massa, seperti dinyatakan dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses, yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut :

“Mass Communication is part skill, part science. It is a skill in the sense thatit involves certain fundamental learnable techniques such as focusing atelevision camera, operating a tape recorder or taking notes during aninterview. It is an art in the sense that involves creative challenges such aswriting a script for a television program, developing an aesthetic lay out for amagazine and or coming up with a catchy lead for news story. It is a scienceinhow communication works that can be verivied an used to make things workbetter.”

Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik – teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni, dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan – tantangan kreatif, seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu, dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip – prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi, yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik” (Rakhmat,1987 : 177).

(45)

Menurut Mc.Quail (1994 : 33) komunikasi massa dapat juga dikenali dari karakter yang dimiliki yaitu :

1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal dan pengirim sering kali merupakan komunikator atau orang yang profesional.

2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan tersebut seringlaki diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan biasanya bersifat satu arah dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjual belikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu.

Wright (dalam Tubbs dan Moss, 2000:1999) berpendapat dalam proses komunikasi massa khalayak berjumlah relatif besar, heterogen, dan anonim bagi sumber. Pengalaman bersifat publik dan cepat. Sumber bekerja lewat suatu organisasi yang rumit, alih – alih dalam isolasi, dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( Mass Communication is Message

Communicated Through a Mass Medium to a Large Number of People) (Ardianto,

(46)

Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2003 : 189).

Dan menurut Oemi Abdurrachman, M.A. “komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, yaitu pers, radio, film dan televisi, dengan mana “message” dapat diterima oleh komunikan yang anonim dan heterogen secara “timely” (tepat), massaal dan simultane-ously (bersamaan)” (Abdurrachman, 1993 : 75).

Menurut Elizabeth – Noelle Neuman, komunikasi massa memiliki 4 karakteristik:

1. Bersifat tidak langsung, pesan yang akan disampaikan harus melalui media.

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi ( para komunikan).

3. Bersifat terbuka, ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.

(47)

Komunikasi massa menurut Charles R. Wright, memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Surveillance.

Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat.

2. Correlation.

Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda. 3. Transmission.

Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma- norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment.

Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. (Wiryanto, 2000 : 11-12).

(48)

1. Komunikator Terlambagakan.

Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.

2. Pesan bersifat umum.

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen.

(49)

4. Media massa menimbulkan keserampakan.

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubngan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuiakan dengan karakteristik media massa yang digunakan.

6. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah.

Secara singkat, komunikasi mssa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian komunikasi massa bersifat satu arah.

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas.

(50)

8. Umpan Balik Tertunda.

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan

feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi

apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balikda lam komunikasi massa tidak dapat secara langsung (direct feedback) karena komunikator tidak dapat melihat langsung reaksi atau tanggapan dari komunikan.

Penggunaan komunikasi dengan melalui melaui media massa ini kemudian banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti. Hal ini sejalan dengan semakin majunya teknologi di bidang media massa. Hasil penelitian para ahli selama beberapa lama itu kemudian menghasilkan beberapa model jarum hipodermik, model komuniksi satu tahap, model komunikasi dua tahap, dan model komunikasi tahap ganda (multi step flow model).

Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (dalam Nurudin, 2004) memberikan batasan komunikasi massa jika mencakup :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

(51)

3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikatornya tidak berasal dari seseorang atau lembaga.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi dan memperluas pesan yang disiarkan.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya dalam komunikasi antarpersonal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan atau tertunda (delayed).

(52)

II.2. TELEVISI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASSA

II.2.1. Pengertian Media Massa

Istilah media massa terbagi atas dua kata yaitu, media yang artinya alat teknis atau sarana untuk penyampaian suatu pesan, dan massa yang artinya sekumpulan orang banyak. Karena itu media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan/ informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang, yang jumlahnya relatif besar, tersebar, heterogen, dan perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, serta tidak dapat memberikan umpan balik secara langsung pada saat itu juga. “Media massa dibagi menjadi media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa, baik media cetak atau media elektronik harus diterbitkan secara periodik, atau siarannya secara periodik, isi pesan bersifat umum atau menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan disajikan secara berkesinambungan.” (Wahyudi, 1991:90).

Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untukmenyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertianmedia massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan darisumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasimekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2003 : 134).

Pada prinsipnya media massa merupakan suatu institusi yang melembaga dan bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar well

informed (tahu informasi). Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu

(53)

3) Saluran informasi (media). 4) Khalayak sasaran (masyarakat). 5) Umpan balik khalayak sasaran.

“Dari lima komponen di atas terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan.” (Kuswandi, 1996: 98).

II.2.2. Televisi

Menurut Effendy (1992 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jauh atau media komunikasi yang mentransmisikan gambar (visual) dan suara (audio).

Menurut Oemar Hamalik (1994 : 116), pengertian televisi dapat dirumuskan sebagai ;

”an electronic motion picture with conjoined or attendant sount; both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcastpoint”.

(54)

Beberapa defenisi lain dari televisi adalah sebagai berikut :

a. Medium televisi merupakan sarana komunikasi massa, yang lahir di dunia berkat perkembangan teknologi elektronika. (Wahyudi, 1994 : 1)

b. Televisi bersifat visual, dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan. (Jefkins, 1996 : 10)

c. Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata-kata,musik, dan sound effect, juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada penonton. ( Effendy, 2000 :177)

Menurut Defleur and Dennis :

“ Television 's sound is basically FM Radio. Sounds are picked up from amicrophone, turntable, or tape recorder. They are them mixed in an audioboard and sent to the transmitter, where the waves we described earlier inthe chapter are generated, modulated, and sent out the antenna to hereceived in the home. Off course, since not all television is live, the sounds(ard the pictures) may be stored on video tape and broadcast orrebroadcast” (1985 : 227).

Maksudnya adalah suara televisi pada dasarnya adalah radio FM. Suara yang diambil dan mikrophone, atau tape perekam. Semua ini kemudiandikombinasikan di papan audio dan dikirim ke transmitter, dimana gelombangditerjemahkan di awal bagian dan digeneralisasikan, dimodulasi dan dikirimkeluar ke antena dan diterima di rumah. Tentu saja, karena tidak sama siarantelevisi disiarkan langsung, suara (dan gambar) bisa dikirim di tape video dandisiarkan atau disiarkan ulang kemudian. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi televisi adalah gabungan danbentuk gambar dan suara atau visual dan audio visual meliputi segala sesuatuyang dapat kita lihat seperti gambar hidup, tulisan, logo televisi, jam penayangan,dan lain-lain.

(55)

yang relatif tidak terbatas dengan modal audiovisual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya.

Perkembangan teknologi pertelevisian sampai saat ini sudah berkembang sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak adalagi batasan antara satu negara dengan negara yang lainnya” (Iskandar Muda,2003 : 4). Televisi, disamping sebagai media yang amat menghibur, juga menjadi saluran komunikasi dua arah yang efektif. (Kuswandi, 1996 : 20). Penggunaan televisi sekarang tidak hanya dimiliki oleh masyarakat diperkotaan saja namun juga bisa dinikmati oleh masyarakat di pedesaan. Kelebihan yang dimiliki oleh televisi adalah mampu mentransformasikan gambar, suara, dan warna-warna yang sesuai dengan aslinya sehingga apabila ada acara yang ditayangkan di televisi dengan mengambil setting tempat tertentu maka pemirsa sudah dapat mengetahui tempat itu tanpa harus pergi ke sana. “Nilai-nilai lebih dari televisi tersebut membuat daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi” (Kuswandi, 1996 : 2).

II.2.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

(56)

Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. “Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual).” (Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, 1991).

Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki sifat-sifat, yaitu publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas dan kontinuitas. Dan karena sifat komunikasi massa media televisi itu “transitory”, maka :

a) Isi pesan yang akan disampaikan harus singkat dan jelas. b) Cara penyampaian per kata, harus benar.

c) Intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.

Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif, agar pemirsa dapat mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan yang sebenarnya (interpretasi berbeda). (Kuswandi, 1996: 18-19) Paradigma Harold D.Lasswell (1984) tentang proses komunikasi yang berbunyi

“Who says what, To whom,Iin which channel, and With what effect?”, secara

(57)

tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Kuswandi, 1996: 17) .

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangan cepat. Menurut Effendy, seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok yakni sebagai berikut :

1. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu :

a. Immediacy (Kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan.

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

(58)

penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah (Effendy, 1994 : 27-30).

II.3. EFEK KOMUNIKASI MASSA

Efek adalah semua jenis perubahan yang terjadi pada seseorang setelah menerima suatu pesan komunikasi dari suatu sumber (Wiryanto, 2000). Efek pesan media meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek behaviorial. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan. Efek afektif terjadi bila ada perubahan pada perasaan. Efek afektif berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral terjadi bila ada perubahan perilaku (Rakhmat, 2003 ).

Gambar

Gambar :  Model Teoritis
Tabel Variabel Operasional
Gambar 2.1 : S-O-R Theory (Stimulus Organism Response)
Gambar : Peta Wilayah Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memahami konsep bank dan lembaga keuangan lainnya, sejarah, tugas dan laporan usaha bank dan dasar-dasar serta konsep

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Pengawasan Pembangunan Gedung Siaga dan Shelter Kendaraan Kantor SAR Ambon Nomor : BA.06/PL.004-ULP/VI/SAR AMB-2016

Banyak perusahaan yang tidak menaruh perhatian pada benih krisis yang mulai muncul ini, benih krisis yang dibiarkan akan memberi dampak yang buruk pada perusahaan

2: Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan atau lumayan sering (3 - 4 hari dalam satu minggu)?. 3: Sangat sesuai dengan saya atau sangat sering (5 - 6

Hal tersebut membuat tertarik peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul ³Pola Praktek Kontrol Sosial Keluarga Terhadap Kehamilan Tidak Dikehendaki

Dikarenakan terdapat kayawan yang mutasi pada saat adanya perubahan PTKP, maka kantor pusat harus melakukan pembetulan perhitungan PPh 21 dari awal tahun terlebih

Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13t00 dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhanat Koefisien determinasi (R Square) adalah

Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), dan yang menjadi sampel adalah seluruh mahasiswa dari program studi