• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pola Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) Pada Pelajar Di SMA Swasta Cahaya MedanTahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pola Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) Pada Pelajar Di SMA Swasta Cahaya MedanTahun 2012"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI MODERN (FAST FOOD) PADA

PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI MODERN (FAST FOOD) PADA

PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000192

NENI MAYNITA SIHALOHO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI MODERN (FAST FOOD) PADA

PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NENI MAYNITA SIHALOHO NIM. 081000192

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juli 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Linda T. Maas, MPH

NIP. 19521022 198003 2 002 NIP. 19590713 198703 1 001 Drs. Eddy Syahrial, MS

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes Drs. Alam Bakti Keloko, MKes NIP.19700212 199501 2 001 NIP.19620604 199203 1 001

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Makanan siap saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul. Kelebihan tersebut yang menjadi alasan bagi remaja untuk mengonsumsinya. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan kebiasaan makan fast food. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memperhatikan bagaimana pemilihan makanan oleh remaja terhadap fast food.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food) pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012. Faktor-faktor yang diteliti tersebut meliputi karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), sumber informasi, pengetahuan, dukungan sosial (keluarga dan teman sebaya), sikap, kondisi dan situasi yang memungkinkan (akses sarana dan uang saku), niat, dan tindakan pemilihan makanan siap saji modern

(fast food). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah pelajar SMA Swasta Cahaya Medan tahun 2012 kecuali kelas XII yang sudah lulus. Tekhnik pengambilan sampel adalah dengan metode Accidental Sampling dengan jumlah 69 orang. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan untuk uji data dengan menggunakan uji Chi Square.

Faktor-faktor dimana karakteristik responden, pengetahuan, akses sarana, uang saku, sikap, dan niat tidak memiliki hubungan dengan tindakan pemilihan makanan siap saji modern (fast food) dengan nilai p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan sumber informasi terhadap pengetahuan dengan nilai p value = 0,02 dan ada hubungan niat dengan tindakan pemilihan makanan siap saji modern

(fast food) dengan nilai p value = 0,004 dimana p<0,05.

Bagi pelajar disarankan supaya mengurangi frekuensi konsumsi per bulan terhadap makanan siap saji modern (fast food) dengan megonsumsi makanan yang lebih bergizi sesuai yang diperlukan oleh tubuh.

(5)

ABSTRACT

Modern fast food is a type of food serving with easily, practical and generally produced by the food processing industry with the high technology. Fast food has several advantages such as the presentation of the fast so do not spend a long time and it was considered a prestigious food and the food slang. These advantages are the reason for teens to eat. Excessive fondness for certain foods causes nutritional needs are’nt to met this condition to related by eating fast food. It is therefore important to consider how the selection the fast food by teenegers.

This study aims to determine the factors including to the pattern of modern selection by fast food in the Senior High School of Swasta Cahaya Medan on 2012. The factors examined including the individual characteristics (age and sex), source of information, knowledge, social support (family and peers), attitudes, conditions and circumstances allow (access facilities and pocket money), intention, and the action of selection by modern fast food. This research types are descriptive quantitative research. The population in this study is the whole of Swasta Cahaya Medan students on 2012, except the XII class. The techniques to take a sampling is Accidental Sampling method with 69 students. Data obtained through interviews using a questionnaire and to test the data using the Chi Square test.

The factors which individu characteristics, knowledge, access to facilities, allowances, attitudes and behavioral intention have’ nt connecting with the action selection of modern fast food with p values> 0.05. Based on the results obtained has a source of information for knowledge with the p value = 0.02 and no association with the intention of the action selection of modern fast food with a value of p value = 0.004 where p <0.05.

The advising for the students are to reduce the frequency of consumption per month for the modern fast food by eating a need for adequate nutrition to the healthy.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Neni Maynita Sihaloho

Tempat/ Tanggal Lahir : Sosornapitu, 13 Mei 1989

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua : Adin Sihaloho

Anak ke : 10 (sepuluh) dari 10 (sepuluh) orang bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Saudara Gang pantai 2 No.18 Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 - 2001 : SD Inpres 175832 Buhit, Pangururan Tahun 2002 - 2004 : SLTP Negeri 2 Pangururan, Samosir Tahun 2005 - 2007 : SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir

Tahun 2008 - 2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Organisasi

Tahun 2008 - 2009 : Seksi Konsumsi Panitia Perayaan Paskah OIKUMENE FKM USU

Tahun 2008 - 2011 : Anggota KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Santo Lukas USU

Tahun 2008 - 2012 : POMK (Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen) USU sebagai AKK

Tahun 2009 - 2010 : Koordinator Humas (Hubungan Masyarakat) KMK Santo Lukas

Tahun 2010 - 2011 : Seksi Acara Panitia Perayaan Natal OIKUMENE FKM USU

Tahun 2010 - 2011 : Seksi Buletin KMK Santo Lukas 2010-2011

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pola Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) Pada Pelajar Di SMA Swasta Cahaya MedanTahun 2012”.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, nasehat dan arahan kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji I yang sangat membantu dalam memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis.

7. Suster Kepala Sekolah SMA Swasta Cahaya Medan Suster Ludovika

Situmorang, S.Psi., yang telah memberikan ijin penelitian bagi penulis.

(8)

9. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan Dosen PKIP Khususnya yaitu Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes., Drs. Syarifah, MS., Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD., serta pegawai di Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10.Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi masukan, saran, dan dukungan selama penulis kuliah di FKM USU.

11.Teristimewa kepada orangtua penulis, Ayah yang sangat saya cintai Adin Sihaloho dan Ibu yang luar biasa sabar dan baik yang akan selalu saya kenang

Aminna br Simbolon (Almarhum), keluarga saudara/I ku TOP 10 (Binsar Sihaloho, SH/Br. Sitanggang, Jhonni Sihaloho/Br. Simbolon, SE, Nina Sihaloho/Lubis, Henry Sihaloho/Br. Simanjorang, Lamhot Sihaloho/Br. Sitanggang, Robertson Sihaloho/Br.Lumban Gaol, Murni Sihaloho, Amd/Simamora, Demak Sihaloho/Pardosi dan Tumpal Sihaloho (Abang Pudan) serta keponakanku terima kasih atas dukungan serta kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

12.Seluruh Keluarga Besar Penulis khususnya Keluarga Uda Alex Sihaloho/Br. Naibaho yang telah memberi dukungan dan kasih sayang serta selalu menjaga penulis selama berada di Medan.

13.Seluruh Keluarga Besar BeasiswaYayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memberikan kesempatan bagi penulis sebagai penerima beasiswa yang banyak membantu dalam penyelesaian studi penulis.

14.Seluruh Keluarga Besar PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang telah memberikan kesempatan bagi penulis sebagai penerima Beasiswa BISMA Batch 4 untuk mendapat pengalaman pelatihan kepemimpinan dan pengembangan soft skill yang menjadi motivasi bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

16.Sahabatku Nadia P. Girsang yang telah menjadi partner terbaik penulis selama penyelesaian skripsi ini, Mei, Putri, Vero, Lenni, Evi, Asty, Jelen dan KK Theofania Kak Sairama, Evia, Jojo, Myke, Vina yang telah banyak memberikan dukungan serta semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

17.Teman-teman di PKIP dan FKM, Helda, Hilma, Titan, Dani, Vita, Fitri, Novi, Iin, Happy, Nur, Doan, Okto, Capryn, Dayat, Bg Riska dan teman seperjuangan bimbingan skripsi yang memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

18.Seluruh Keluarga Besar Paguyuban KSE USU dan penerima BISMA seluruh Indonesia yang memberikan pengalaman dan motivasi kepada penulis.

19.Terkhusus Buat “Seseorang” yang telah banyak memberikan dukungan, mengingatkan, semangat, waktu, serta kasih sayang kepada penulis.

20.Teman-teman di FKM USU, khususnya Departemen PKIP dan juga temen-teman stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

21.Semua pihak yang telah membantu, baik bantuan dukungan, saran, doa, kerjasama dan masukan-masukan yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu disini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik itu dalam penulisan kata, penyusunan kalimat dan juga tidak menutup kemungkinan dalam penyajian data. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2012

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Umum ... 8

1.3.2. Tujuan Khusus... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Makan Remaja ... 10

2.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Makan Remaja ... 12

2.3. Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 14

2.3.1. Jenis Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 14

2.3.2. Bahaya Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 16

2.3.3. Upaya Mengurangi Dampak Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 19

2.4. Batasan Perilaku ... 20

2.4.1. Pengetahuan ... 20

2.4.2. Sikap ... 24

2.4.3. Tindakan ... 26

2.5. Teori Snehandu B. Karr ... 28

2.6. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA) 29 2.7. Remaja ... 31

2.7.1. Masa Remaja ... 31

2.7.2. Karakteristik Masa Remaja ... 33

2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 35

2.9. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

(11)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data... 39

3.4.1. Data Primer ... 39

3.4.2. Data Sekunder ... 39

3.5. Definisi Operasional ... 40

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 41

3.6.1. Instrumen Penelitian ... 41

3.6.2. Aspek Pengukuran ... 41

3.7. Metode dan Pengolahan dan Analisa Data ... 50

3.7.1. Pengolahan data ... 50

3.7.2. Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

4.2. Karakteristik Responden ... 54

4.3. Pengetahuan Tentang Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 55

4.4. Sikap Responden Terhadap Makanan Siap Saji Modern ( Fast Food) ... 57

4.5. Dukungan Sosial Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 60

4.6. Sumber Informasi Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 64

4.7. Akses Sarana Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 67

4.8. Uang Saku Bulanan Responden ... 69

4.9. Niat Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 69

4.10. Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 74

4.11. Tabulasi Hubungan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Responden Terhadap Pola Pemilihan Makanan Siap Saji Modern ... 78

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden dan Sumber Informasi ... 85

5.2. Pengetahuan Responden ... 87

5.3. Sikap Responden ... 88

5.4. Dukungan Sosial Responden... 89

5.5. Akses Sarana Responden ... 91

(12)

5.7. Niat Responden ... 93 5.8. Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji

Modern (Fast Food) ... 94 5.9. Hubungan Karakteristik Responden dan Sumber Informasi

Terhadap Pengetahuan Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 96

5.9.1. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Pengetahuan Mengenai Makanan Siap Saji Modern

(Fast Food) ... 96 5.9.2. Hubungan Sumber Informasi Terhadap Pengetahuan

Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 97 5.10. Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Sikap Mengenai

Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 97 5.11. Hubungan Kondisi dan Situasi Terhadap Niat Mengenai

Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 99 5.12. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Niat Terhadap

Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern

(Fast Food).. ... 100 5.12.1. Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Pemilihan

Konsumsi Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 100 5.12.2. Hubungan Antara Sikap Terhadap

Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 100 5.12.3. Hubungan Antara Sikap Terhadap Niat ... 101 5.12.4. Hubungan Antara Niat Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) ... 102

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 103 6.2. Saran ... 104

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 54

Tabel 4.2. Distribusii Responden Berdasarkan Umur 54

Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Makanan Siap

Saji Modern (Fast Food) 55

Tabel 4.4. Kategori Pengetahuan Responden Tentang Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 57

Tabel 4.5. Distribusi Sikap Responden Terhadap Makanan Siap Saji

Modern ( Fast Food) 58

Tabel 4.6. Kategori Sikap Responden Tentang Makanan Siap Saji

Modern (Fast Food) 60

Tabel 4.7. Distribusi Dukungan Sosial Terhadap Responden 61

Tabel 4.8. Kategori Dukungan Sosial Terhadap Pemilihan Makanan Siap

Saji Modern (Fast Food) 63

Tabel 4.9. Distribusi Sumber Informasi Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 64

Tabel 4.10. Ketertarikan Untuk Membeli Makanan Siap Saji Modern

(Fast Food) Setelah Melihat Iklan 65 Tabel 4.11. Bagian dari Iklan Yang Paling Menarik Perhatian Responden 66 Tabel 4.12. Informasi Mengenai Makanan Siap Saji Modern

(Fast Food) dari Media Massa 66

Tabel 4.13. Kategori Sumber Informasi Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 67

Tabel 4.14. Akses Sarana Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 68

(14)

Tabel 4.16. Kategori Akses Sarana Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 70

Tabel 4.17. Uang Saku Bulanan Responden 70

Tabel 4.18. Distibusi Niat Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 71

Tabel 4.19. Alasan Responden Ingin Mengonsumsi Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 73

Tabel 4.20. Kategori Niat Terhadap Pemilihan Makanan

Siap Saji Modern (Fast Food) 73

Tabel 4.21. Distribusi Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern 74 Tabel 4.22. Frekuensi Konsumsi Fast Food dan Ajakan Responden 77 Tabel 4.23. Kategori Pemilihan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern

(Fast Food) 78

Tabel 4.24. Tabulasi Hubungan Karakteristik Responden Terhadap

Pengetahuan Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 79 Tabel 4.25. Tabulasi Hubungan Sumber Informasi Terhadap Pengetahuan

Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 80 Tabel 4.26. Tabulasi Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Sikap

Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 80 Tabel 4.27. Tabulasi Hubungan Akses Sarana dan Uang Saku

Terhadap Niat Mengenai Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 81 Tabel 4.28. Tabulasi Hubungan Antara Pengetahuan

Terhadap Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 82 Tabel 4.29. Tabulasi Hubungan Antara Sikap Terhadap Pemilihan

Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 82

Tabel 4.30. Tabulasi Hubungan Antara Sikap Terhadap Niat dalam

Pemilihan Makanan Siap Saji Modern (Fast Food) 83 Tabel 4.31. Tabulasi Hubungan Antara Niat Terhadap

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master data SPSS Lampiran 3 Output SPSS

Lampiran 4 Surat ijin Penelitian dari FKM USU

(17)

ABSTRAK

Makanan siap saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul. Kelebihan tersebut yang menjadi alasan bagi remaja untuk mengonsumsinya. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan kebiasaan makan fast food. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memperhatikan bagaimana pemilihan makanan oleh remaja terhadap fast food.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food) pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012. Faktor-faktor yang diteliti tersebut meliputi karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), sumber informasi, pengetahuan, dukungan sosial (keluarga dan teman sebaya), sikap, kondisi dan situasi yang memungkinkan (akses sarana dan uang saku), niat, dan tindakan pemilihan makanan siap saji modern

(fast food). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah pelajar SMA Swasta Cahaya Medan tahun 2012 kecuali kelas XII yang sudah lulus. Tekhnik pengambilan sampel adalah dengan metode Accidental Sampling dengan jumlah 69 orang. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan untuk uji data dengan menggunakan uji Chi Square.

Faktor-faktor dimana karakteristik responden, pengetahuan, akses sarana, uang saku, sikap, dan niat tidak memiliki hubungan dengan tindakan pemilihan makanan siap saji modern (fast food) dengan nilai p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan sumber informasi terhadap pengetahuan dengan nilai p value = 0,02 dan ada hubungan niat dengan tindakan pemilihan makanan siap saji modern

(fast food) dengan nilai p value = 0,004 dimana p<0,05.

Bagi pelajar disarankan supaya mengurangi frekuensi konsumsi per bulan terhadap makanan siap saji modern (fast food) dengan megonsumsi makanan yang lebih bergizi sesuai yang diperlukan oleh tubuh.

(18)

ABSTRACT

Modern fast food is a type of food serving with easily, practical and generally produced by the food processing industry with the high technology. Fast food has several advantages such as the presentation of the fast so do not spend a long time and it was considered a prestigious food and the food slang. These advantages are the reason for teens to eat. Excessive fondness for certain foods causes nutritional needs are’nt to met this condition to related by eating fast food. It is therefore important to consider how the selection the fast food by teenegers.

This study aims to determine the factors including to the pattern of modern selection by fast food in the Senior High School of Swasta Cahaya Medan on 2012. The factors examined including the individual characteristics (age and sex), source of information, knowledge, social support (family and peers), attitudes, conditions and circumstances allow (access facilities and pocket money), intention, and the action of selection by modern fast food. This research types are descriptive quantitative research. The population in this study is the whole of Swasta Cahaya Medan students on 2012, except the XII class. The techniques to take a sampling is Accidental Sampling method with 69 students. Data obtained through interviews using a questionnaire and to test the data using the Chi Square test.

The factors which individu characteristics, knowledge, access to facilities, allowances, attitudes and behavioral intention have’ nt connecting with the action selection of modern fast food with p values> 0.05. Based on the results obtained has a source of information for knowledge with the p value = 0.02 and no association with the intention of the action selection of modern fast food with a value of p value = 0.004 where p <0.05.

The advising for the students are to reduce the frequency of consumption per month for the modern fast food by eating a need for adequate nutrition to the healthy.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul (Irianto, 2007). Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah kehidupan yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota-kota besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes mellitus (Khasanah, 2012).

Dengan adanya transisi ekonomi, juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi mulai terjadi di kota-kota besar, yaitu dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral bergeser ke pola makanan berat yang cenderung banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam serta miskin serat, vitamin dan mineral sehingga mudah merangsang terjadinya penyakit-penyakit gangguan saluran pencernaan, penyakit jantung, obesitas dan kanker ( Elnovriza, 2008).

(20)

yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% untuk makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan selingan dan 2% memilih untuk memilih untuk makan pagi (Nilsen, 2008). Hal tersebut diperkirakan akan semakin berkembang sesuai dengan meningkatnya tingkat konsumsi makanan fast food di Indonesia.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority

(21)

pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan kesehatan (BAPPENAS, 2010).

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian aspek sosial dan psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja ketika menginjak tahap independensi. Remaja bisa memilih makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekadar bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan, 2004).

(22)

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan yang tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi keadaan ini berkaitan dengan “mode” yang tengah marak di kalangan remaja seperti kebiasaan makan fast food dan makanan siap saji. Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah terpengaruh oleh siapa saja teman pergaulan dan media masa terutama iklan yang menarik perhatian remaja tentang makanan yang baru dan harga yang terjangkau (Elnovriza, 2008).

Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Mitayani, 2010). Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya memengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat (Sediaoetama dalam Kristianti, 2009).

(23)

Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% dari 471 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi hotdog, pizza dan spaghetti. Bila makanan tersebut dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, bahwa prevalensi gizi lebih pada anak sekolah dan remaja umur 15-17 tahun sebesar 8% (Depkes RI, 2004). Sedangkan menurut Virgianto dan Purwaningsih dalam Heryanti (2009), penelitiannya mengenai konsumsi fast food sebagai faktor resiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun di SMUN 3 Semarang, menunjukkan siswa dengan 6% energinya berasal dari makanan siap saji (fast food). Semakin tinggi konsumsi makanan siap saji pada total energinya maka semakin tinggi terjadinya obesitas. Sari dalam Heryanti (2009) meneliti 176 siswa Sekolah Menengah Atas di Bogor didapatkan prevalensi obesitas sebesar 34,7% dan overweight sebesar 23,82%.

(24)

yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat (Sediaoetama, 2000).

Banyak faktor yang membuat para remaja lebih memilih mengkonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga remaja lebih memilih membeli makanan diluar (fast food), lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang mendukung dalam hal besarnya uang saku remaja. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai selera dan seringnya mengkonsumsi

fast food dapat menaikkan status sosial remaja, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Kristianti, 2009). Hasil penelitian di SMU Cendrawasih Makassar menunjukkan sebanyak 18,4% rata-rata remaja di sekolah tersebut memilih mengonsumsi energi yang berlebihan yaitu mencapai 2200 kkal/hari yang bersumber dari makanan fast food. Banyaknya konsumsi energi lebih tersebut menyebabkan remaja beresiko untuk mengalami obesitas (Misnadiarly, 2007).

Berdasarkan data dari Riskesdas 2007 diketahui sekitar 35,7% orang Indonesia memiliki masalah hipertensi. Pada tahun 2011 hipertensi menjadi penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah stroke dan tuberculosis yang dipicu oleh pola makan yang berlebihan terhadap makanan siap saji modern (fast food)

(25)

1,7%. Disini jelas bahwa remaja yang memiliki status gizi lebih, sering mengonsumsi

fast food (Asmawati, 2005).

SMA Swasta Cahaya Medan adalah salah satu sekolah swasta yang ada di Kota Medan. SMA ini letaknya sangat strategis dimana dekat dengan pusat perbelanjaan beberapa mall yang di dalamnya terdapat restoran-restoran fast food. Hal ini dikhawatirkan akan banyaknya siswa yang cenderung memilih fast food. Kecenderungan dalam mengonsumsi fast food yang terlalu sering dapat menimbulkan ketidakseimbangan gizi dalam hal ini status gizi lebih karena pada umumnya fast food miskin sayuran yang merupakan sumber serat dan terlalu tinggi protein untuk tiap porsinya (Siswono dalam Kristianti, 2009).

Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 11 orang siswa dan siswi SMA Swasta Cahaya Medan, 8 orang menyatakan alasan memilih makanan fast food

karena lebih praktis, malas membawa bekal makanan, aksesnya dekat dari sekolah dan biasanya frekuensinya 2-3 kali dalam seminggu. Sedangkan 2 orang menyatakan dengan alasan karena selera dan rasanya sangat enak dan ketika siap les bimbingan langsung ke tempat restoran fast food dan 1 orang lagi menyatakan memilih fast food

(26)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan penelitian adalah faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food) pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food) pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik individu, sumber informasi, dukungan sosial, kondisi dan situasi, pengetahuan, sikap, niat, dan pemilihan konsumsi makanan siap saji modern (fast food).

2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan sumber informasi terhadap pengetahuan mengenai makanan siap saji modern (fast food).

3. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap sikap mengenai makanan siap saji modern (fast food).

4. Untuk mengetahui hubungan kondisi dan situasi terhadap niat mengenai makanan siap saji modern (fast food).

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :

1. Bagi Institusi

Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan dan pihak sekolah tentang permasalahan pola konsumsi makanan siap saji modern pada remaja.

2. Bagi Pelajar

Memberikan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar tentang bahaya kebiasaan konsumsi makanan siap saji modern (fast food) bagi kesehatan. 3. Bagi Peneliti

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Makan Remaja

Menurut Tan dalam Fradjia (2008) berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan. Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan remaja adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh remaja dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalamdirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi kebutuhan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain (Fradjia, 2008).

Menurut Arnelia (2005), perilaku makan remaja yang sangat khas dan berbeda dibandingkan usia lainnya, yaitu :

1. Tidak makan terutama makan pagi atau sarapan.

2. Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrinks. Snacks (makanan kecil) umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari setelah pulang dari sekolah. 3. Makanan cepat saji sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau makanan yang

(29)

(gaya hidup). Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein.

4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink).

Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Mereka sering menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.

Berdasarkan hasil penelitian Djoyonegoro (1995) dalam Khomsan (2003), bahwa ada sekitar 60% anak Indonesia tidak sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.

Selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan siap saji (fast food). Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkanbahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk fast food) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan (Asdie, 2005).

2.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Makan Remaja

Menurut Winarno dalam Fradjia (2008) faktor-faktor yang memengaruhi perilaku makan pada remaja antara lain :

(30)

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang pesat mempengaruhi jumlahdan jenis pangan, sehingga remaja dihadapkan beberapa alternatif pemilihan makanan yang tentunya akan mempengaruhi perilaku makannya.

b. Faktor sosial dan ekonomi

Fungsi makanan bukanlah sekedar kumpulan-kumpulan zat-zat, tetapi makanan memiliki fungsi sosial. Perkembangan sosial ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan dan pergeseran pola makan yang merefleksikan pola hidup dan gaya hidup.

c. Penampilan makanan

Sebelum pemilihan berdasarkan gizi, remaja lebih tertarik pada warna, rasa, tekstur, serta tidak lepas dari hedonisme atau mendapatkan kenikmatan semata-mata. Perilaku makan sudah lebih rumit lagi, tidak hanya mengutamakan kesegaran dan kelezatan, tetapi juga cara penampilan, penyajian, dan keeksotisan tanpa mempertimbangkan nilai gizinya.

Sedangkan menurut Khomsan dalam Fradjia (2008) mengungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku makan remaja antara lain :

a. Pengaruh teman sebaya

Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu sering dipengaruhi teman sebayanya.

b. Tingkat ekonomi

(31)

sebaik-baiknya oleh pemasang iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik.

c. Suasana dalam keluarga

Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan. Hal ini mungkin dilandasi oleh ada atau tidak adanya kebiasaan makan bersama. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena tiadanya waktu saling berkumpul, apalagi makan bersama.

d. Kemajuan industri makanan

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia memeengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah keatas,

restaurant fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan yang ditawarkan pun relatif dengan harga yang terjangkau kantong mereka,servisnya cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera.

2.3. Makanan Siap Saji Modern (Fast Food)

Makanan siap saji modern (fast food) adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Anonim, 2012).

(32)

2.3.1. Jenis Makanan Siap Saji Modern (Fast Food)

Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling populer di seluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Hamburger

Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger) adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty

yang biasanya diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti

sosis. 2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali populer di negara Italia.

3. French fries (kentang goreng)

French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.

(33)

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang umum dijual di restoran makanan siap saji. Fried chicken umumnya memiliki protein, kolesterol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam airmendidih dengan tambahan daging diatasnya.

6. Fish and Chips

Fish and chips adalah sebuah nama makanan Barat yang terdiri dari kombinasi antara ikan dan kentang goreng. Rakyat Inggris dan Irlandia menyebutnya dengan istilah ‘chippies’ atau ‘chipper’, dan merupakan menu makan siang murah meriah di kalangan pekerja.

7. Sushi

Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Sushi juga sudah populer di masyarakat Indonesia.

8. Croissant

(34)

9. Hot Dog

Hot dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam roti.

Mustard, saus tomat, bawang dan mayonaise dapat melengkapi isiannya.

Masih banyak yang termasuk jenis makanan siap saji (fast food) modern diantaranya menurut Peter dalam Ade (2011), yaitu the torpedo roll, the pizza pie, chili con carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato sanwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich.

2.3.2. Bahaya Makanan Siap Saji Modern (Fast Food)

Makanan siap saji modern (fast food) menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai penyakit seperti: penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan obesitas. Lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat dalam makanan siap saji diketahui memperbesar resiko seseorang untuk terkena penyakit tersebut (Khasanah, 2012).

World HealthOrganization (WHO) and FoodAgricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 kategori yaitu :

1. Aspek Toksikologis

Berupa residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh.

2. Aspek Mikrobiologis

Berupa mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan

3. Aspek Imunopatologis

(35)

Penggunaan zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa, dan memantapkan kesegaran produk makanan (Boenga, 2011). Misalnya bahan penyedap rasa MSG (Monosodium glutamat) terdapat dalam french fries jika dikonsumsi terlalu sering akan mengendap dalam tubuh dan memicu resiko kanker (Anonim, 2012). Zat aditif yang lain yaitu berupa bahan pemanis yang terdapat dalam fast food yaitu sakarin yang terdapat dalam bumbu salad dan bahan siklamat yang merupakan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti sukrosa.

Secara lebih rinci dampak makanan siap saji modern (fast food) dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit (Anonim, 2012) diantaranya:

a. Makanan siap saji memicu diabetes

Beberapa menu dalam restaurant fast food juga mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari. Dengan hanya menikmati masakan cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu mengakibatkan kenaikan lemak dalam darah.

(36)

The American Heart Association menganjurkan agar mengonsumsi daging tanpa lemak dan sayuran juga menghindari makanan berlemak jenuh tinggi dan trans fat, sodium dan kolesterol seperti burger keju dan makanan yang digoreng. Menurut

The National Institutes of Health lemak jenuh dan kolesterol di makanan tersebut dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan kemungkinan dengan permasalahan pada jantung.

c. Makanan siap saji memicu hipertensi

Sodium yang banyak terdapat dalam makanan cepat saji tidak boleh terlalu banyak dalam tubuh. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 miligram, hal tersebut sama dengan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat di fast food, dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi.

d. Makanan siap saji memicu obesitas

Selain karena faktor genetik, obesitas juga bisa dipicu dari pola makan yang tidak sesuai dengan kesehatan. Pemilihan makanan karena pertimbangan selera dan

prestise dibandingkan dengan gizinya. Akibatnya, jenis makanan yang banyak dipilih adalah makanan siap saji. Frekuensi yang rutin dalam mengonsumsi makanan siap saji akan memicu obesitas. Makanan siap saji lebih banyak mengandung lemak, kalori, zat pengawet, dan gula dibandingkan serat dan vitamin yang lebih dibutuhkan oleh tubuh.

d. Makanan siap saji memicu gagal ginjal

(37)

kadar garamnya mencapai dua kali lipat dari batas normal yang dianjurkan yaitu sebesar < 2,4 gram. Garam tinggi berpengaruh pada orang dengan kondisi ginjal terganggu, dapat menjadi penyebab gagal ginjal. Selain itu kadar protein yang tinggi akan semakin merusak ginjal.

2.3.3. Upaya Mengurangi Dampak Makanan Siap Saji Modern (Fast Food)

Untuk mengurangi dampak makanan siap saji dapat diupayakan dengan menerapkan upaya pencegahan dengan konsumsi pangan agar terhindar dari resiko berbagai penyakit menurut Guidelines dalam Muchtadi (2001) yaitu :

1. Variasikan konsumsi pangan 2. Mempertahankan berat badan ideal

3. Mengurangi konsumsi lemak total, lemak jenuh dan kolesterol 4. Konsumsi makanan yang cukup mengandung pati dan serat 5. Hindari konsumsi gula yang berlebihan

6. Hindari konsumsi natrium yang berlebihan

Selain cara-cara tersebut di atas, upaya terbaik untuk mengurangi dampak negatif makanan cepat saji adalah dengan berupaya tidak megonsumsinya secara berlebihan.

2.4. Batasan Perilaku

(38)

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran (sebagian besar diperoleh dari indra mata dan telinga) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan dominan yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa saja yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

(39)

Memahami diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan atau materi suatu objek terhadap komponen-komponennya tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation)

(40)

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).

Faktor –faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

(41)

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar,

Kebudayaan lingkungan sekitar diartikan sebagai kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. g. Informasi

Informasi merupakan kemudahan untuk memperoleh suati informasi sehingga dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.4.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2005) dalam bukunya membagi sikap menjadi empat tingkatan, yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

(42)

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab diartikan berkaitan atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah:

1. Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan ( Personal references) merupakan faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.

(43)

Menurut Ahmadi dalam Notoadmodjo (2007), fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu:

1. Sebagai alat menyesuaikan diri

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang tersebut.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman di beri nilai lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi objek tersebut.

2.4.3. Tindakan

(44)

dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Di mana tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

a. Persepsi (perception)

Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adaptasi (adaptacion)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tinndakannya tersebut.

(45)

2.5. Teori Snehandu B. Karr

Karr seorang staff pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasikan adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

a. Adanya niat (intention) : niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk melakukan tindakan tersebut.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support)

Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.

c. Terjangkaunya informasi (accessbility of information)

Terjangkaunya informasi adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal otonomy)

Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal otonomy) dalam mengambil suatu keputusan untuk bertindak.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation)

(46)

serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.

2.6. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA)

Theory Of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan oleh Fishbein (1967) berkaitan dengan hubungan antara keyakinan, sikap, niat dan perillaku (Glanz, dkk 2002). Kemudian TRA berkembang oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007) dimana teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif /subjective norm.

(47)
[image:47.612.102.534.140.512.2]

Gambar

2.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA)

Keterangan Gambar 2.1 adalah :

Behavioral beliefs/keyakinan merupakan keyakinan yang dirasakan oleh subjek terhadap suatu unsur dan valuations of behavioral outcomes yaitu hasil yang telah diperoleh dari perilaku yang akan mempengaruhi attitude toward behavior/ adalah sikap terhadap perilaku yang akan dilakukan. Kemudian untuk melakukan suatu perilaku pada situasi dan kondisi tertentu dipengaruhi oleh normative beliefs/

Behavioral beliefs/keyakinan

Attitude toward behavior/ Sikap terhadap perilaku

Subjective norm/ Norma

subjektif

Evaluations of behavioral outcomes/evaluasi dari hasil perilaku

Motivation to comply/pemenuhan

motivasi

Normative beliefs

/Keyakinan Normatif

Behavioral intention/

niat

(48)

keyakinan normatif yaitu keyakinan tentang apakah menyetujui perilaku atau tidak dan motivation to comply/pemenuhan motivasi merupakan hal yang mendorong untuk melakukan perilaku. Setelah sikap individu baik dan didukung oleh norma subjektif pada situasi dan kondisi yang mendukung maka akan mempengaruhi niat seseorang untuk bertindak atau tidak.

2.7. Remaja 2.7.1. Masa Remaja

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun (Dariyo, 2004). Yulia dan Singgih D. Gunarsa dalam bukunya Dariyo (2004) akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Santrock (2003), mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Walaupun remaja mempunyai ciri unik, yang terjadi padamasa remaja akan saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalamanpada masa anak-anak dan dewasa.

Sedangkan menurut WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batas usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap mendefinisikan sebagai berikut:

(49)

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.

Menurut Widyastuti, dkk (2009), berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Remaja awal (10-12 tahun)

Pada tahap remaja awal ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan dengan teman sebaya. b). Tampak dan merasa ingin bebas.

c). Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Pada tahap remaja tengah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Pada tahap remaja akhir ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

(50)

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak

2.7.2. Karateristik Masa Remaja

Karateristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara lainmenilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :

a. Menilai rasa identitas pribadi

b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

c. Menggabungkan perubahan seks sekunder dalam citra tubuh d. Memulai perumusan tujuan okupasional

e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

Hurlock (1990) mengemukakan berbagai ciri dari remaja diantaranya adalah : a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan sari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukanlah seorang dewasa. Di mana remaja diberi waktu untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan mereka.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

(51)

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini karena remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan oranglain sehingga terkadang penyelesaian masalah tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran mereka di tengah masyarakat.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung perilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihatdirinya maupun oranglain.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

(52)

/TRA atau Teori Tindakan Beralasan sehingga diperoleh kerangka konsep sebagai berikut:

[image:52.612.75.567.158.439.2]

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa:

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dirinya dan juga faktor diluar dirinya seperti pengaruh dari orang-orang terdekat dan lingkungannya. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, kemudian pengetahuan yang akan memengaruhi sikapnya. Sikap tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial dari keluarga dan teman sebayanya. Pada

Karakteristik Responden:

-Umur -Jenis Kelamin

Sumber Informasi:

-Media massa dan elektronik seperti

televisi, koran, majallah

Pengetahuan Pemilihan

konsumsi

fast food

Sikap Niat

Dukungan Sosial

-Keluarga -Teman Sebaya

Kondisi dan situasi yang memungkinkan

(53)

umumnya terdapat ada 3 tahap dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan, namun setelah sikap ada tahap yang dilalui terlebih dahulu yaitu niat seperti yang terdapat dalam Theory of Reasoned Action (TRA). Niat ini akan didorong oleh kondisi dan situasi yang memungkinkan yaitu berupa akses dan uang saku responden sehingga melakukan tindakan untuk mengonsumsi fast food.

2.9. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan beberapa faktor dalam penelitian ini yang akan dirangkum dalam beberapa pernyataan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara karakteristik responden terhadap pengetahuan mengenai makanan siap saji modern (fast food).

2. Ada hubungan antara sumber informasi terhadap pengetahuan mengenai makanan siap saji modern (fast food).

3. Ada hubungan antara dukungan sosial terhadap sikap mengenai pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food).

4. Ada hubungan antara kondisi dan situasi terhadap niat mengenai pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food).

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pola pemilihan makanan siap saji modern (fast food) pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Swasta Cahaya Medan dari bulan April sampai Juli 2012. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena :

Berdasarkan survei pendahuluan terhadap 11 orang siswa dan siswi SMA Swasta Cahaya Medan, 8 orang menyatakan alasan memilih makanan fast food karena lebih praktis, malas membawa bekal makanan, aksesnya dekat dari sekolah dan biasanya frekuensinya 2-3 kali dalam seminggu. Sedangkan 2 orang menyatakan dengan alasan karena selera dan rasanya sangat enak dan ketika siap les bimbingan langsung ke tempat restoran fast food dan 1 orang lagi menyatakan memilih fast food karena malas makan di rumah dan juga sering mengonsumsi fast food bersama keluarga.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2012 sampai dengan bulan Juli tahun 2012 .

(55)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 571 pelajar SMA Swasta Cahaya Medan yang terdiri dari 300 siswa kelas X dan 271 siswa kelas XI yang terdiri dari 149 kelas XI IPA dan 122 siswa kelas XI IPS. Kelas XII tidak diikutkan dalam pemilihan responden karena telah mengikuti Ujian Nasional.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus penelitian non-eksperimental dengan N sebagai jumlah populasi yang diketahui sesuai dengan rumus Issac dan Michael dalam Arikunto (2006) yaitu:

n =

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat pendugaan (0,05) X2 = Chi-Kuadrat (95%= 0,95) P = Proporsi populasi (=0,5) Maka :

n =

=

= 68,53 = 69 Orang

(56)

Kelas X : x 69 = 36,26  36 Orang

Kelas XI IPA : x 69 = 18,01  18 Orang

Kelas XI IPS : x 69 = 14,74  15 Orang

Maka total sampel seluruhnya adalah 69 orang, kecuali siswa kelas XII karena telah mengikut i Ujian Akhir Nasional.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi karakteristik pelajar, sumber informasi, dukungan sosial, pengetahuan, sikap, niat, dan pemilihan konsumsi fast food. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah yang diperoleh dari dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian.

3.5. Definisi Operasional

1) Karakteristik responden adalah ciri-ciri dari responden yang meliputi jenis kelamin dan umur responden.

2) Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahun terakhir

3) Sumber informasi yaitu berupa informasi yang diperoleh responden mengenai makanan fast food misalnya melalui media massa dan elektronik seperti

(57)

4) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang makanan

fast food.

5) Sikap adalah respon/ penilaian pelajar terhadap makanan fast food.

6) Dukungan sosial adalah pihak yang mendukung dan memengaruhi responden dalam mengonsumsi fast food, yaitu :

a. Keluarga merupakan anggota yang terdiri dari orangtua, kakak, adik, atau saudara lain yang tinggal dalam satu rumah dan mempunyai ikatan keturunan yang memungkinkan memberikan pengaruh kepada responden dalam mengonsumsi fast food.

b. Teman adalah orang-orang diluar keluarga yang berinteraksi dan berkomunikasi yng memberikan informasi dan mengajak responden dalam mengonsumsi fast food.

7) Niat adalah dorongan responden untuk bertindak memilih konsumsi makanan

fast food.

8) Kondisi dan situasi adalah keadaan yang mendukung responden untuk mengonsumsi fast food, diantaranya :

a. Akses sarana adalah keterjangkauan responden dalam memperoleh makanan

fast food misalnya lokasi fast food yang mudah dijangkau.

b. Uang saku adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi kebutuhannya per bulan.

(58)

Gambar

Gambar  2.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas

FAKTOR RISIKO FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP KEJADIAN KEGEMUKAN (OVERWEIGHT).. PADA REMAJA DI SMA BATIK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan siap saji (fast food) pada anak sekolah dasar yang mengalami overweight dan obesitas di sd muhammadiyah 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi (fast food) makanan cepat saji, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di SMA Negeri

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern ( Fast Food ), Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja SMA Islam PB.Soedirman di Jakarta

Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji ( Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Remaja di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan..

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui angka kejadian dan hubungan konsumsi makanan cepat saji (Fast Food) tersebut dengan kejadian obesitas, agar kiranya kelak para

Ada hubungan antara sikap dengan frekuensi konsumsi fast food (p = 0,05) sedangkan untuk variabel penelitian faktor perilaku lain (faktor predisposing (pengetahuan), pemungkin