• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Shalat Tahajud Dalam Meghadapi Stres Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Shalat Tahajud Dalam Meghadapi Stres Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM MENGHADAPI STRES

PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA (USU)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

HARI KARNADO PUTRA 080100045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM MEGHADAPI STRES PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) Nama : Hari Karnado Putra

Nim : 080100045

Pembimbimng Penguji

(dr.Cut Aria Arina, Sp.S) (dr.Zulfikar Lubis, Sp.PK)

NIP: NIP:

Penguji

(dr.Rina Amelia, MARS) NIP:

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Pendahuluan: Hidup manusia di tandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material, maupun spiritual. Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan dalam hidup sering membawa manusia dalam keadaan stres. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan oleh segala lapisan umur termasuk mahasiswa. Bahkan mahasiswa merupakan individu yang rentan akan hal ini, berbagai cara di lakukan untuk menyelesaikan masalah ini namun tak jarang mahasiswa memilih jalan yang salah. Sebagai seorang individu yang beragama langkah spiritual merupakan salah satu cara positif yang dapat digunakan dalam mengatasinya.

Tujuan: mengidentifikasi peran shalat tahajud dalam menghadapi stres bagi mahasiswa.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

mixed methods design, dimana pendekatan kuantitatif digunakan unuk mengetahui

tingkat stres pada partisipan dan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui secara mendalam peranan shalat tahajud terhadap stres. Partisipan dalam penelitian adalah 20 orang mahasiswa USU yang sesuai dengan kriteria penelitian. Partisipan di minta untuk mengisi kuesioner stres dan kemudian penelititi melakukan wawancara. Dalam proses analisa data digunakan metode Miles dan Huberman.

(4)

ABSTRACT

Human life is marked by the efforts of needs of physical, mental, emotional, material, and spiritual. Pressures and difficulties in life often bring people in a state of stress. Stress can be experienced by anyone including students. Even students are individuals who are vulnerable to this. Various ways are done to solve this problem but frequently the students choose the wrong path. One positive way to cope is by spiritual approach.

The goal of this study is to identify the role of prayer tahajud in dealing with stress for students.

This research is a study that used a mixed methods design approach, where quantitative approaches are used to find out the stress levels in participants and qualitative approaches are used to know the role of prayer tahajud to stress. Participants in this study were 20 USU students who fit the study criteria.

Participants were asked to fill out questionnaires and then the researcher conducts stress interviews. To processi the data analysis, it is used Miles and Huberman method.

The results of this study is prayer tahajud which is done right has a role in dealing with the stress. Beside giving the peace, it also gives other benefits to students such as improving concentration. Then from the results of this study can also be seen that 12 people (60%) of 20 participants who do tahajud prayers do not experience stress

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, sumber segala hikmat yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih Karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas akhir yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dan juga salawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, serta para sahabat dan keluarganya.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Peranan Shalat Tahajjud dalam Menghadapi Stres pada Mahasiswa USU” penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun karena bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material, karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.Dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr.Cut Aria Arina, Sp.S, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar FK USU. 5. Seluruh staf MEU FK USU.

(6)

Atmiwati, Fetmawati,SH, Andam Sari, Nova Sari,SE, Fitri Ramadhan Nila,SHI dan Dahlia Alam Sari), Abang-abang terkasih (Ardison, Dorianto dan Yossudarso (Alm)) serta adik tercinta (Lisa Vanestha) tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa, terima kasih atas cinta dan ketulusannya.

7. Untuk saudara seperjuangan ku di PHBI FK USU, semoga ukhwah ini selalu terjaga dengan indah di jalan dakwah ini.

8. Buat Abang-abang dan kakak-kakak di Klinik BSMI Medan, terima kasih bimbingannya.

9. Untuk orang-orang yang terlibat dalam pembuatan KTI ini (bang Amin, bang Udin, kak Kiki, kak Sofi, kak Syifa dan kak Siti) terima kasih atas buku-buku dan saran-sarannya, serta yang lainnya yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu.

10.Untuk teman-teman satu bimbingan (cya, giska dan unnable) tetap kompak selalu.

11.Untuk teman-teman seperjuangan FK 2008, mari kita tancapkan jejak langkah kita di muka bumi Allah ini. ALLAHUAKHBAR……..

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah dan teknis penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini di masa yang akan datang.

Medan, 10 Desember 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ………ii

ABSTRACT ……….iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah ...2

1.3.Tujuan Penelitian ...2

1.4.Pertanyaan penelitia ………...3

1.5.Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Stres ...4

2.1.1. Defenisi Stres ...4

2.1.2. Faktor Penyebab Stres ...6

(8)

2.1.4. Reaksi Indivdu Terhadap Stres ...8

2.1.4.1. Reaksi fisiologis ...8

2.1.4.2. Reaksi Psikologis ...11

2.1.5. Stres pada Mahasiswa ...12

2.1.5.1. Pengertian Mahasiswa ...12

2.1.5.2 Sumber Stress pada Mahasiswa ...13

2.2. Shalat Tahajjud ...15

2.2.1 Niat Ikhlas dan Makna Khusyu’ dalam Shalat ...15

2.2.2 Defenisi Shalat Tahajjud ...17

2.2.3 Waktu Shalat Tahajjud ...17

2.2.4 Cara Melaksanakan Shalat Tahajjud ...18

2.2.5 Manfaat Shalat Bagi Kesehatan ...19

2.3. Peranan Shalat Tahajjud terhadap Stress ...23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...25

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional ...25

BAB 4 METODE PENELITIAN ...27

4.1. Rancangan Penelitian ...27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...27

(9)

4.5. Teknik Pengumpulan Data ...28

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ...29

4.7. Tingkat Keabsahan Data ………....30

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan………..31

5.1. Hasil Penelitian ………...31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ………..31

5.1.3. Adanya Stres ………37

5.1.4. Hasil Wawancara ……….38

5.2. Pembahasan ………51

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ………...55

6.1. Kesimpulan ……….55

6.2. saran ………55

DAFTAR PUSTAKA ...56

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Stress sebagai stimulus... 5

2.2. Stress sebagai respon ... 6

2.3. Kontrol sekresi kortisol ... 9

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1. Perubahan hormon utama selama respon stress...11

5.1. Distribusi partisipan berdasarkan usia ...38

5.2. Distribusi Partisipan Berdasarkan Fakultas ...38

5.3. Distribusi Partisipan Berdasarkan Adanya Stres pada mahasiswa ..39

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 panduan wawancara

Lampiran 3 Kuesioner Demografi

Lampiran 4 Kuesioner Stress

Lampiran 5 Lembar Penjelasan dan Lembar Persetujuan

Lampiran 6 Master Data Stres

(13)

ABSTRAK

Pendahuluan: Hidup manusia di tandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material, maupun spiritual. Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan dalam hidup sering membawa manusia dalam keadaan stres. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan oleh segala lapisan umur termasuk mahasiswa. Bahkan mahasiswa merupakan individu yang rentan akan hal ini, berbagai cara di lakukan untuk menyelesaikan masalah ini namun tak jarang mahasiswa memilih jalan yang salah. Sebagai seorang individu yang beragama langkah spiritual merupakan salah satu cara positif yang dapat digunakan dalam mengatasinya.

Tujuan: mengidentifikasi peran shalat tahajud dalam menghadapi stres bagi mahasiswa.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

mixed methods design, dimana pendekatan kuantitatif digunakan unuk mengetahui

tingkat stres pada partisipan dan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui secara mendalam peranan shalat tahajud terhadap stres. Partisipan dalam penelitian adalah 20 orang mahasiswa USU yang sesuai dengan kriteria penelitian. Partisipan di minta untuk mengisi kuesioner stres dan kemudian penelititi melakukan wawancara. Dalam proses analisa data digunakan metode Miles dan Huberman.

(14)

ABSTRACT

Human life is marked by the efforts of needs of physical, mental, emotional, material, and spiritual. Pressures and difficulties in life often bring people in a state of stress. Stress can be experienced by anyone including students. Even students are individuals who are vulnerable to this. Various ways are done to solve this problem but frequently the students choose the wrong path. One positive way to cope is by spiritual approach.

The goal of this study is to identify the role of prayer tahajud in dealing with stress for students.

This research is a study that used a mixed methods design approach, where quantitative approaches are used to find out the stress levels in participants and qualitative approaches are used to know the role of prayer tahajud to stress. Participants in this study were 20 USU students who fit the study criteria.

Participants were asked to fill out questionnaires and then the researcher conducts stress interviews. To processi the data analysis, it is used Miles and Huberman method.

The results of this study is prayer tahajud which is done right has a role in dealing with the stress. Beside giving the peace, it also gives other benefits to students such as improving concentration. Then from the results of this study can also be seen that 12 people (60%) of 20 participants who do tahajud prayers do not experience stress

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hidup manusia di tandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material, maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat di penuhi dengan baik berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya sering kali usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan. Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan dalam hidup sering membawa manusia dalam keadaan stres. Stres dapat dialami oleh segala lapisan umur. Stres dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis (Pranowo, 2004).

Stres merupakan reaksi fisiologis dan psikologis manusia terhadap situasi yang menekan (lahey, 2003). Stress menurut Selye (dalam Hardjana, 1994) adalah tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang atasnya. Tanggapan ini tidak hanya terbatas pada satu bagian tubuh, tetapi menyangkut seluruh bagian tubuh, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bila terkena stres, segala segi dari diri terkena. Stres tidak hanya menyangkut segi lahir, tetapi batin. Secara umum, wanita cenderung lebih sering mengalami stres (Sarafino, 2006). Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994).

Sholeh (dalam Ramadhani, 2007) menjelaskan bahawa shalat Tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinu, khusyuk, dan ikhlas mampu menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan memperbaiki suatu mekanisme tubuh dalam mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima.

(16)

(Sholeh,2007). Pada pagi hari di kala udara bersih akan memberi manfaat kesehatan yang nyata (Assegaf,2008).

Syaikhu (dalam Sholeh (2007) Menyatakan telaah medis menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok para pengamal Salat Tahajjud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan salat tahajjud. Dan Sampai saat ini, baik kalangan ilmuwan maupun kalangan agamawan masih menganut logika dikotomik, yaitu memisahkan antara nalar empiris sains dengan dalamnya kesadaran religius.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen yang tidak bisa dilupakan. Bahkan mahasiswa merupakan individu yang rentan akan hal ini, terutama bagi mahasiswa baru ini merupakan problem yang sering timbul dan untuk menyelesaikannya tak jarang mahasiswa memilih jalan yang salah. Sebagai seorang individu yang beragama seharusnya langkah yang diambil adalah semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. Dimana telah jelas dan terbukti bahwa mendekatkan diri kepada Allah SWT. merupakan terapi yang sangat efektif untuk menenangkan hati.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penting untuk diteliti tentang Peranan shalat Tahajjud dalam menghadapi stres.

1.2. Rumusan Masalah

Dan berdasarkan latar belakang diatas, maka di perlukan suatu penelitian fenomenologi dengan pendekatan penelitian mixed methods design terhadap bagaimana peranan shalat tahajud dan stres, dimana hal ini akan menjawab bagaimana peranan salat Tahajjud dalam menghadapi stres di lingkungan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

1.3. Tujuan penelitian

(17)

1.4. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana peranan shalat Tahajjud dalam menhadapi stres pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang di peroleh selama masa perkuliahan.

2. Memberikan informasi, bahwa adanya peran shalat tahajjud dalam meghadapi stres.

3. Memberikan informasi tentang tata cara melakukan shalat tahajjud yang baik dan benar serta manfaatnya.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres

Stres merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan seseorang. Stres dapat dialami oleh siapa saja baik yang masih muda maupun yang sudah tua dan ini merupakan sesuatu yang wajar (Atkinson, 2000).

2.1.1. Defenisi Stres

Sejak kelahiran ataupun sejak pembuahan, setiap makhluk sudah berada dalam situasi yang menggambarkan adanya 2 pihak yang saling bertentangan, yaitu kondisi pada makhluk itu sendiri dan lingkungan. Akibatnya dibutuhkan upaya untuk menyesuaikan diri untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Respon organisme untuk menyesuikan diri dengan tuntutan-tuntutan itu disebut sebagai stres (Wiramihardja,2005).

Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi internal seseorang yang dirasakan membahayakan, tidak terkontrol ataupun kejadian diluar batas kemampuan individu yang disebabkan oleh fisik atau lingkungan dan situasi sosial.

Selye (dalam Morgan, 1986) mengatakan bahwa rangkaian reaksi fisiologis terhadap stressor terdiri dari: reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti meningkatnya denyut jantung yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor

(resistance) dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu

merasa tidak mampu untuk terus bertahan.

(19)

untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan apabila individu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut maka individu akan kembali pada keadaan seimbang. Individu yang tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan akan mengalami stres.

Lazzarus (1999) dalam Lahey (2003) mengartikan stres sebagai keadaan atau kejadian yang tegang atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Menurut Atkinson (2000) bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi / peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan individu disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.

Maramis (2005) mendefenisikan stres sebagai segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu mengganggu keseimbangan kita. Bila kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badan taupun gangguan jiwa.

Sholeh (2007), menggambarkan pandangan terhadap stres. Dalam posisinya sebagai stimulus stres dalam di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Stres sebagai Stimulus Stress

stres Stres

stress R

(20)

Gambaran lainnya sebagai berikut:

Gambar 2.2 Stres sebagai Respon

Berdasarkan uraian-uraian diatas di simpulkan bahwa stress adalah perasaan terancam dan dapat membahayakan yang dirasakan oleh individu yang di sebabkan oleh adanya faktor-faktor pencetus baik yang berasal dari eksternal maupun internal sehingga individu tersebut akan merspon baik secara fisiologis maupun psikologis.

2.1.2. Faktor Penyebab Stres

Rice (1987) mengatakan bahwa penyebab stres atau yang sering disebut sebagai

stressor dapat berasal dari dalam diri individu (internal) dan dapat pula berasal dari

luar diri individu (eksternal).

1. Stressor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya harga diri, konsep diri.

2. Stressor eksternal adalahfaktor-faktor luar yang dapat menyebabkan individu

mengalami stres. Selanjutnya, Gunarsa (2002) mengatakan bahwa faktor penyebab stres yang sifatnya eksternal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

Environment Person

Stimulus Response

psycological

Stressor agent Tress respon psysiologica

(21)

a. Stressor fisik / lingkungan adalah faktor-faktor luar yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Stressor fisik / lingkungan meliputi obat-obatan, penyakit, kelelahan, polusi udara.

b. Stressor psikososial adalah setiap situasi sosial yang menyebabkan perubahan

dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut harus melakukan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Morgan (1986) mengemukakan bahwa perubahan dalam lingkungan, seperti kelahiran anak, kematian pasangan, pernikahan yang tidak bahagia, perceraian, hubungan interpersonal dengan orang-orang yang ada disekitar dapat menimbulkan stres.

Menurut lahey (2003) ada beberapa sumber utama stres psikologi:

- Peristiwa dalam hidup (life event), yaitu kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seorang seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/jabatan. Umumnya penyebab stres itu dapat berupa tindak kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan; kehilangan anggota keluarga; bencana alam; teror; masala-masalah sehari-hari (daily hasles).

- Frustration (frustasi), merupakan keadaan yang muncul sebagai hasil tidak

terpuaskannya suatu tujuan atau motif seorang.

- Conflict (konflik), merupakan keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif

yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain. - Tekanan (pressure), merupakan suatu keadaan yang menimbulkan konflik,

dimana individu merasa terpaksa atau dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang diinginkannya. Tekanan yang kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan dapat berasal dari luar diri maupun darai dalam diri sendiri.

(22)

2.1.3. Mekanisme Stres

Peneliti ilmu kedokteran Canada, Hans Selye dalam Lahey (2003), memberikan pengertian bahwa reaksi tubuh terhadap stres psikologi sama seperti reaksi infeksi atau luka. Secara kronologis menurut Selye (1946) dalam Sholeh (2007), mengemukakan tiga fase mekanisme terjadinya stres yang di kenal dengan istilah

GeneralAdaptation Syndrom (GAS),yaitu:

- Fase peringatan (alarm stage)

Pada fase ini, sistem syaraf pusat dibangkitkan dan pertahanan tubuh di mobilisasi. Stres terjadi katika si individu terus menerus mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan, misalnya lari atau bertempur.

- Fase perlawanan atau adaptasi (the stage of resistance or adaptation)

Tahap ini memobilisasi untuk menentukan lari atau bertempur.

- Tahap keletihan (stage of exhaustion)

Suatu tahap stres berkelanjutan yang menyebabkan tergantungnya homeostasis. Tahap ini di yakini menandai mulainya penyakit tertentu yang disebutkannya penyakit adaptasi.

2.1.4. Reaksi Individu terhadap Stres

Atkinson (2000) mengatakan bahwa saat individu dihadapkan pada situasi stres maka individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis.

2.1.4.1. Reaksi Fisiologis Terhadap Stres

(23)

saluran pencernaan dan ginjal, ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif dan mengalami vasodilatasi untuk mempersiapkan tubuh melalui respon fight or flight.

Selain epinefrin, sejumlah hormon terlibat dalam respon stres. Hormon predominan yaitu pengaktifan CRH (Cortico Releasing Hormon)-ACTH (Adeno Corticotropin Hormon)-kortisol oleh hipotalamus yang teraktivasi. Kortisol berperan dalam respon stres karena efek metaboliknya yang menguraikan simpanan lemak, glukosa dan protein untuk meningkatkan kadar glukosa darah, guna mempertahankan nutrisi otak dan sebagai zat pembangun bagi jaringan yang rusak (sherwood,2001).

Gambar 2.3 Kontrol Sekresi Kortisol

Sumber: sherwood, fisiologi manusia dari sel ke sistem, jakarta: EGC, 2001, h.654 Hypothalamus

stres Irama diural

Cortisol-relasing

rah (dengan meransang penguraian protein)

(24)

Tersedia bahan bakar Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama Selama Respon Stres

Hormon Perubahan Tujuan

Epinefrin Meningkat Memperkuat sistem saraf simpatis untuk

mempersiapkan tubuh ”fight-or-flight”

CRH-ACTH-kortisol

Meningkat Memobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak; meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah

Glukogon

Insulin

Meningkat Menurun

Bekerja bersama untuk meningkatkan glukosa darah dan asam lemak darah

Renin-

angiotensin-aldosteron

Meningkat Menahan garam dan H2O untuk

meningkatkan volume plasma; membantu mempertahankan tekanan darah jika terjadi pengeluaran akut plasma

Vasopresin Meningkat vasopresin dan angiotensin II

menyebabkann vasokontriksi arteriol utuk meningkatkan tekanan darah

vasopresin membantu proses belajar

(25)

2.1.4.2. Reaksi Psikologis Terhadap Stres

Situasi stres akan menghasilkan reaksi emosional tertentu pada individu. Reaksi tersebut dapat meliputi reaksi positif (jika stres dapat ditangani) dan reaksi negatif seperti kecemasan, kemarahan dan depresi. Reaksi negatif timbul jika stres yang dialami individu tidak dapat ditangani (Atkinson, 2000). Reaksi-reaksi emosi yang mungkin muncul saat menghadapi situasi stres adalah sebagai berikut:

a. Kecemasan

Kecemasan merupakan salah satu respon yang muncul ketika individu dihadapkan pada situasi stres. Kecemasan dalam bahasa sehari-harinya dapat didefinisikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan khawatir, perasaan tidak nyaman, tegang dan takut. Reaksi-reaksi ini umumnya dialami individu ketika mengalami stres tetapi dengan intensitas yang berbeda-beda. Pada keadaan tertentu, kecemasan dapat menjadi berat dan akhirnya membuat orang tersebut menarik diri dari lingkungan (Gunarsa, 2002).

b. Kemarahan dan Agresi

Reaksi umum lain yang timbul ketika individu dihadapkan pada situasi stres adalah kemarahan yang mungkin akan mengarah pada perilaku agresi (Atkinson, 2000). Perasaan marah yang dirasakan individu dapat membangkitkan perilaku agresi, seperti menendang, memukul Hal ini sejalan dengan hipotesa frustrasi-agresi (Dollard dalam Morgan, 1986) bahwa frustrasi yang timbul akibat kegagalan individu dalam mencapai tujuannya, dapat menyebabkan agresi. Orang dewasa umumnya mengekspresikan agresi mereka secara verbal daripada secara fisik, mereka lebih mungkin untuk melontarkan hinaan daripada pukulan (Atkinson, 2000).

c. Apati dan Depresi

(26)

tujuan menyebabkan individu bertindak apatis. Jika keadaan ini terus berkelanjutan dan individu tidak berhasil untuk mengatasinya maka apati dapat berkembang menjadi depresi (Atkinson, 2000).

d. Gangguan kognitif

Individu sering menunjukkan gangguan kognitif ketika berhadapan dengan situasi stres. Gangguan kognitif dapat berupa kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis sehingga performansi tidak dapat optimal. Gangguan kognitif yang terjadi selama periode stres ini sering menyebabkan seseorang mengikuti pola perilaku yang kaku karena mereka tidak dapat mempertimbangkan pola-pola alternatif (Atkinson, 2000).

2.1.5. Stres Pada Mahasiswa 2.1.5.1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi (Balai pustaka nasional, 2001). Menurut Dibyosuhardjo cit.

Moetrarsi et al, (1988), pada umumnya umur mahasiswa berkisar antara 18-30 tahun. Berdasarkan penggolongan perkembangan kepribadian manusia yang diklasifikasikan oleh Erikson cit. Siswowijoto (1990), maka mahasiswa termasuk dalam kategori remaja akhir dan dewasa muda. Dalam proses belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor yang bersifat akademik maupun non akademik, baik yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang bersangkutan maupun dari luar (Moetrarsi et al, 1988)

2.1.5.2. Sumber Stress Pada Mahasiswa Dalam bidang akademik :

(27)

Tugas merupakan suatu hal yang tidak mungkin di hindari oleh seorang mahasiswa, bahkan tugas bisa di golongkan agenda wajib bagi setiap mahasiswa. Dimana bentuk tugas bervariasi tergantung mata kuliah dan dosen yang mengajar mata kuliah tersebut, ada yang bersifat individu dan bersifat berkelompok, ada pula tugas yang mengharuskan mahasiswa terjun langsung ke lapangan untuk mencari data, mengambil sampel, meneliti dan lain sebagainya. Sehingga tak jarang hal-hal tersebut menimbulkan stres pada mahasiswa, puncaknya terutama pada saat satu hari menjelang deadline. Bagi mahasiswa yang belum menyelesaikan tugas maka akan mengerjakan semalaman suntuk sehingga waktu tidur pun akhirnya dikorbankan, yang kemudian akan memunculkan stress dalam bentuk lain (misalnya, setelah begadang merasa pusing, masuk angin, dsb)

2. Kuis

Kuis merupakan tes yang biasanya dilakukan sebelum atau sesudah perkuliahan, sehingga mahasiswa perlu melakukan persiapan untuk menerima pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul. Kadang banyaknya tugas akademis dan kegiatan kampus lainnya menyita waktu untuk belajar mahasiswa yang bersangkutan, sehingga menimbulkan stress tersendiri bagi mahasiswa tersebut.

3. Ujian

Ujian terbagi menjadi 2 (untuk yang menggunakan sistem semester), yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Yang disebut terakhir ini biasanya menimbulkan stres lebih besar. Karena bobot nilai dari ujian akhir biasanya juga mendominasi. Stres yang dirasakan mahasiswa dari jauh-jauh hari sebelum ujian karena ia belajar dengan menyicil tentu akan lebih kecil daripada stres yang dialami mahasiswa yang belajar 1 hari sebelum ujian. Materi ujian yang sulit dimengerti dan tidak memiliki bayangan soal ujian juga merupakan stressor mahasiswa.

4. Tidak lulus matakuliah

(28)

melebihi batas kesempatan absen). Apapun penyebabnya, tidak lulus matakuliah membuat mahasiswa menjadi stres karena mereka harus mengulang lagi matakuliah tersebut, meminta uang tambahan pada orang tua atau wali, dan mengulang matakuliah tersebut bersama dengan adik angkatan.

5. Sidang

Sidang adalah penentu kelulusan seorang mahasiswa. Ini adalah rintangan terakhir mahasiswa setelah menyelesaikan skripsi. Tentu saja tekanan yang ditimbulkan menjelang sidang lebih besar dibanding saat menghadapi ujian-ujian biasa, karena jika seorang mahasiswa tidak lolos dari sidang, berarti ia harus mengulang sidang itu lagi.

Dalam bidang non akademik : 1. Waktu perjalanan.

Tidak di sangkal banyak mahasiswa yang tempat tinggalnya sangat berjauhan dengan tempat kuliah dan membutuhkan waktu yang tidak singkat, belum lagi dengan kondisi kepadatan lalu lintas yang sering membuat macet, bangun kesiangan,dsb. Hal ini dapat menyebabkan stress bagi mahasiswa, bahkan saat tiba di kampus mahasiswa tersebut telah kelelahan menempuh perjalanan yang mengakibatkan sang mahasiswa tidak dapat mengikuti kuliah dengan baik.

2. Partisipasi dalam organisasi /kepanitiaan

(29)

3. Lingkungan pergaulan

Sering kita dengar bahwa lingkungan pergaulan seseorang dapat mempengaruhi karakter orang tersebut. Dalam lingkungan pergaulan yang namanya selisih paham pasti akan selalu ada dan tidak dapat dihindari dan hal ini bukan tidak mungkin menjadi stressor bagi seorang mahasiswa , sehingga tidak di pungkiri pula hal ini akan berimbas pada prestasi akademiknya.

2.2. Shalat Tahajjud

Rasulullah pernah bersabda bahwa: “salat sunah yang utama setelah salat

fardu adalah salat tahajjud” (HR. Abu Dawud)

Sabda Nabi: “salat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan,

dan menghindarkan diri dari penyakit” (HR,at-Tirmidzi)

2.2.1. Niat Ikhlas dan Makna Khusyuk dalam Shalat

Menurut jumhur ulama, niat itu wajib dalam ibadah. Niat merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Sedangkan, dalam masalah muamalah dan adat kebiasaan, jika bermaksud untuk memperoleh keridhoan Allah Swt. dan mendekatkan diri kepada Nya, diharuskan memakai niat. Sedangkan, untuk meninggalkan perbuatan maksiat, tidak dituntut adanya niat. Begitu juga dengan upaya menghilangkan najis (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1998).

Qardhawin (1998) dalam Sholeh (2007) mengutip defenisi niat dari berbagai pendapat ulama, sebagai berikut:

• Niat adalah kemauan yang kuat;

(30)

• Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan tujuan, baik berupa

rumusan yang mendatangkan manfaat atau menghindarkan diri dari mudarat, baik fisik-material maupun psikis-spiritual;

• Niat adalah tuntutan yang kuat;

• Hakikat niat adalah pengaitan tujuan dengan hal tertentu yang dituju; • Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaannya.

Dalam Al-Qur’an, niat diungkapkan dengan kata-kata ikhlas atau istilah lain yang berhubungan erat dengan niat ikhlas. Seperti yang terdapat dalam surah berikut:

“Sesungguhnya kamimenurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan

(membawa) kebeneran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragamaa

kepada-Nya (QS. Az-Zumar: 2)”Dan juga sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.:

“tiap pebuatan hanya sah dengan adanya niat, dan tiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan amalannya (HR. Bukhari dan Muslim).

Secara kebahasaan, kata khusyuk diartikan dengan tunduk, rendah hati, takluk, dan mendekat. Baik tunduk hati maupun badan. Khusyuk, jika dkaitkan dengan suara, berarti diam dan jika dihubungkan dengan pandangan mata, berarti rendah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1998). Al-Kahlani dalam kitab

subulus salam” dalam Sholeh (2007).

Menurut pengertian syari’at, tunduk itu ada kalanya dalam hati atau dengan badan, seperti diam, atau keduanya.

Secara sederhana Thalib (1998) membagi khusyuk dalam shalat menjadi 2, yaitu:

(31)

• Khusyuk batiniah, yaitu melakukan shalat dengan hati penuh rasa harap,

cemas, takut, merasa diawasi, dan suasana mendukung terciptanya pelaksanaan lahir batin dalam melakukan shalat khusyuk.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang meyakini bahwa

mereka akan kembali kepada-Nya (QS Al-Baqarah:45-46).

2.2.2. Defenisi Shalat Tahajjud

Shalat tahajjud adalah shalat sunat pada malam hari setelah tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tak terbatas. Waktunya mulai dari setelah mengerjakan salat isya’ sampai terbit fajar tapi di kerjakan tengah malam lebih utama, dan mengerjakan shalat tahajjud di rumah lebih utama dari pada di mesjid (Nawawi,2006).

2.2.3. Waktu Salat Tahajjud

Malam hari terbagi dalam tiga bagian. Pembagian ini terkait dengan al-Qur’an surat al-Muzzammil [73] ayat 3 dam 4, “separuh malam, kurang atau lebih.”

Merujuk pada penjelasan Departemen Agama RI dalam Ramadhani (2007), apabila di interpretasikan menurut waktu Indonesia, sepertiga malam pertama kira-kira pukul 22.00-23.00 WIB. Seperdua malam di perkirakan kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB. Sedangkan sepertiga malam terakhir adalah sekitar pikul 02.00 WIB, atau pukul 03.00 WIB, sampai sebelum fajar atau masuk waktu salat subuh. Di antara ketiga waktu ini, sebaik-baiknya adalah sepertiga malam terakhir (Ramadhani,2007).

Ammar Ibnu Abbas berkata: Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda: “sedekat-dekatnya hamba kepada Allah Swt., ialah ditengah malam yang akhir, maka jika

engkau masuk kedalam golongan orang-prang yang berdzikir kepada Allah Swt.

(32)

2.2.4. Cara Melaksanakan Shalat Tahajjud

Cara melaksanakan shalat tahajjud sama dengan cara melaksanakan shalat wajib tetapi niatnya berbeda. Cara melaksanakan shalat tahajjud:

• Niat shalat Tahajjud didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram. "Aku niat shalat sunah Tahajjud dua rakaat karena Allah".

• Membaca doa Iftitah. • Membaca surat al- Fatihah.

• Membaca salah satu surat didalam Al-Quran. Afdhalnya rokaat pertama

membaca surat al-Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat al-Ikhlas. • Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali.

• I'tidal sambil membaca bacaannya.

• Sujud pertama sambil membaca Tasbih tiga kali. • Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya.

• Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali. dengan Allah

sampaikan semua unek-unek yang ada dalam hati lalu ditutup dengan doa.

2.2.5. Manfaat Shalat Bagi Kesehatan

Shalat yang dilaksanakan dengan hudhur (konsentrasi) dan tuma’ninah (tenang) sudah terbukti memberi pengaruh kesehatan bagi manusia, baik fisik, jiwa, sosial,maupun spiritual (Assegaf,2008). Jadi, baik shalat wajib maupun shalatt-shalat sunat, termasuk disini shalatt-shalat tahajjud telah terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan.

(33)

dan menghipnosa mental yang gelisah dan bingung atau memasukkan (menenggelamkan) pikiran kedalam ketenangan yang luar biasa (Sangkan,2009).

dr. Azwar Bahar,Sp.B.Onk( dalam Ramadhani, 2007), menyatakan shalat adalah deteksi dini gratis. Bila banyak penyakit harus melalui pemeriksaan penunjang, shalat mengisyaratkan dengan nyeri atau pun tidak nyaman sewaktu melakukan rangkaian gerakkan teratur ini.

Dalam Ramadhani (2007). Faedah kesehatan dalam rangkain gerakkan salat apabila dikerjakan dengan benar:

Takbiratul Ihram, dan Berdiri

Rasulullah Saw. Melakukan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan

seraya membuka jari-jarinya lurus ke atas,tidak meregangkan dan tidak pula

menggenggam (HR.Abu Dawud) dan mengangkatnya sejajar bahu (HR. Bukhari),

meskipun terkadang sejajar (daun) telinga (HR. Bukhari).

Takbir merupakan latihan awal pernafasan, takbir berarti mengangkat lengan dan meregangkannya hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan, mengangkat tangan berarti meregangkan otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar. Secara umum, gerakkan ini juga melancarkan aliran getah bening dan berperan dalam kekuatan otot lengan. Dimana tugas utama dari cairan getah bening (limfe) ini adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah. Selain itu oto-otot yang kuat akan meringankan pekerjaan tulang belakang dibagian dada.

Sedangkan berdiri disertai bersedekap merupakan peregangan otot dada. Ia dilakukan Rasulullah Saw. dengan bersedekap, meletakkan tangan kanan diatas

tangan kirinya (HR. Muslim). Beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan

kanannya pada lengan kirinya (HR. an-Nasa’i).

(34)

menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas. Menurut Dr.A. Saboe, “Meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan, sebab sendi-sendi, otot-otot kdua tangan berada dalam posisi istirahat penuh. Sikap seperti ini akan memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik, sehingga gerakkan didalam persendian akan lebih lancar.”

Rukuk

Rasulullah Saw. melakukan gerakkan ini dengan meletakkan kedua tangan

pada kedua lutut, meregangkan jari-jari, kemudian tenang sampai ruas tulang

belakang mantap ditempatnya (HR. Ibnu Khuzaimah). Nabi Saw. juga meluruskan

dan meratakan punggungnya (HR. Baihaqi.) sehingga bila air dituangkan diatas

punggung beliau, air tersebut tidak bergerak (HR. at-Thabrani).

Rukuk adalah membengkokkan tulang belakang, dan meluruskannya pada posisi tersebut, meregangkan antara tulang dan otot punggung. Meletakkan tangan pada lutut seraya meluruskan tulang belakang dan menahannya juga memperlancar perdarahan dan aliran getah bening. Selain itu rukuk adalah latihan untuk mencegah keluhan prostat. Penekanan kandung kencing oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih.

Aliah BP. Hasan dalam bukunya, pengantar psikologi kesehatan islami,

(35)

Iktidal

Iktidal adalah masa istirahat dengan meluruskan punggung dan menegakkan

kepala sampai ruas tulang belakang mapan ke tempatnya (HR. Bukhari).

Ia adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerakkan berdiri-bungkuk, berdiri- sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan didalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar, postur tubuh kembali tegak, sehingga memberikan tekanan pada aliran darah untuk bergerak ke atas. Hal ini bisa membuat tubuh mengalami relaksasi, dan melepaskan ketegangan.

Sujud

Nabi Saw. melakukannya dengan menekankan wwajah an kedua tangan ke

tanah sehingga setiap ruas tulang kembali ketempatnya (HR.Ibnu Khuzaimah).

Nabi Saw. meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya (HR. Abu Dawud), atau

terkadang sejajar dengan kedua daun telinganya (HR. Abu Duwud), dengan

mengangkat kedua siku lengan hingga Nampak ketiaknya (HR. Muslim).

Sujud merupakan pijatan usus yang sudah dimulai sejak rukuk. Membantu persalinan, serta memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan. Sedangkan usus yang dipijat akan melancarkan peristaltik (gerak mencerna pada usus) dan memudahkan buang air besar. Dalam posisi sikap sujud dinding dari urat-urat nadi yang berada di otak dapat dilatih dengan membiasakan untuk menerima aliran darah yang lebih banyak dari biasanya, karna otak (kepala) pada waktu itu terlatak di bawaah. Hal ini akan mampu menghindarkan kita mati mendadak akibat tekanan darah yang memecahkan urat nadi bagian otakyang dikarenakan amarah, emosi yang berlebihan, terkejut dan sebagainya. Ditambah lagi aliran darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak pada posisi bersujud. Sujud dengan dengan gerakkan tergesa-gesa tidaklah bermanfaat.

(36)

Nabi Saw. melakukannya dengan duduk diatas betis atau telapk kaki kiri(HR.

Ahmad), atau menegakkan telapak dan tumit kedua kaki (HR. Muslim), atau diatas

telapak kaki kirinya dengan tegak sampai setiap ruas tulang belakangnya mapan

(HR. Bukhari), atau diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dan telapak kaki

kanan ditegakkan (HR. an-Nasa’i). setiap duduk dilakukan dengan tumakninah

sehingga ruas tulang belakangnya mapan (HR. Abu Dauwud).

Duduk antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga mampu mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik diatas pangkal kaki jadi tertekan hingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari ata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang . gerakkan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh.

Selain itu dalam salat ada dua macam duduk yang lain, yaitu iftirasy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki. Pada saat iftirasy, manfaatnya tubuh akan mengalami relaksasi dan merangsang otot-otot pangkal paha, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan sakit pada pangkal paha. Sedangkan pada duduk tawarruk, medis mencatat posisi ini sangat baik untuk pria, sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), prostat

(kelenjar kelamin pria) dan saluran vas deferens (saluran sperma). Jika dilakukan dengan benar, postur ini mampu mencegah impotensi.

Salam

(37)

2.3. Peranan Shalat Tahajjud Terhadap tingkat Stres

Stres merupakan hal yang sering terjadi didalam diri manusia, dimana stres dapat terjadi pada siapapun dan kalangan apapun termasuk juga mahasiswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi stres, diantaranya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan sosial dan lain sebagainya. Disini lebih di tekankan pada mahasiswa seperti: Tugas-tugas kuliah, ujian, test, hubungan dengan teman, pacar dan sebagainya. Dimana hal ini akan dapat menimbulkan stres yang akan berpengaruh pada aktivitas dan prestasi pada mahasiswa tersebut.

Banyak hal yang dilakukan oleh orang, khususnya mahasiswa dalam mengatasi keadaan ini. Mulai dari cara spiritual, mencari tempat pelarian sampai dengan penggunaan bahan kimia dan tidak dipungkiri ada yang memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi, dalam penelitian lebih difokuskan dengan cara spiritual khususnya hubungan antara shalat tahajjud dengan stres.

Hipotalamus menerima masukan mengenai stressor fisik dan emosi dari hampir semua daerah di otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon, hipotalamus akan mengaktifkan saraf simpatis, dan sekresi CRH-ACTH-kortisol serta vasopressin sebagai respon stres (Sherwood,2001).

Syaikhu (1997) dalam Sholeh (2007) mengemukakan bahwa telaah medis menunjukkan terdapat dua kelompok para pengamal shalat tahajjud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan shalat tahajjud, masing-masing: kelompok individu yang sehat dan kelompok individu yang sakit.

Arlson (1994) dalam Sholeh (2007) menyatakan, secara fisiologis, sebenarnya pola kehidupan manusia mempunyai irama sirkardian diural. Dan, jika siklus ini ditambah dengan melakukan salat tahajjud dimalam hari, ia akan berubah menjadi

nokturnal. Hal ini akan menyebabkan perubahan perilaku dari sistem saraf pusat yang

(38)

tahajjud secara terpaksa akan mengakibatkan kegagalan proses adaptasi terhadap perubahan irama sirkardian tersebut (Sholeh,2007).

Oleh sebab itu diperlukan sebuah keikhlasan dalam melakukan ibadah ini, dimana seseorang tersebut melakukan melakukannya atas keinginan sendiri tanpa ada rasa keterpaksaan dan merasa adanya beban dalam melakukan hal tersebut. Apabila melakukan shalat tahajjud dengan rasa adanya tekanan maka akan menimbulkan gannguan irama sikardian dan beban yang lain dari masalah yang ada. Bahkan Reichlin (1992) dalam Sholeh (2007) menyatakan bahwa gangguan irama sikardian akan mendatangkan stress.

Salah satu faktor yang terpenting dalam penjelasan gejala stres adalah penggunaan strategi penanggulangan adaptif (coping mechanism) respon individu terhadap stres. Penanggulangan adaptif yang positif dan efektif dapat menghilangkan atau meredakan stres (Folkman S., Lazarus,1988).

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini akan diuraikan berdasarkan tujuan penelitian dan variable-variabel shalat tahajjud dan stress.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. kerangka konsep peran shalat tahajjud dalam menghadapi stress pada mahasiswa

3.2. Variable dan Defenisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti adalah shalat tahajjud dan stress.

A. Shalat tahajjud

Shalat tahajjud adalah shalat sunat pada malam hari setelah tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tak terbatas. Waktunya mulai dari setelah mengerjakan salat isya’ sampai terbit fajar (Nawawi,2006).

Shalat Tahajjud

(40)

Shalat tahjjud adalah shalat sunat pada malam hari dengan sebelumnya melakukan tidur dan dilakukan dalam keadaan sadar dan niat ikhlas yang jumlah rakaatnya minimal dua rakaat.

B. Stres

Stres adala peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang (atkinson,2000). Aspek stres terdiri dari fisik, omosi dan perilaku sosial.

stress adalah perasaan terancam dan dapat membahayakan yang dirasakan oleh individu yang di sebabkan oleh adanya faktor-faktor pencetus baik yang berasal dari eksternal maupun internal sehingga individu tersebut akan merspon baik secara fisiologis maupun psikologis.

Tingkatan stres akan menunjukan seberapa berat atau ringannya seseorang menderita stres. Tingkatan stres diukur dengan menggunakan skala ordinal

Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995).

Psycometric Properties of The Depresion Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 3 skala dan masing-masing skala terdiri dari 14 pernyataan. Dalam penelitian ini, hanya digunakan skala stres yang mencakup kesulitan untuk tenang, timbulnya rasa cemas, mudah kecewa/ cemas, mudah tersinggung dan tidak sabar. Tingkatan strespada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Masing-masing dari 14 item diberi skor 0-3 berdasarkan frekwensinya, yaitu : • Skor 0 jika pernyataan tidak sesuai dengan diri subjek.

• Skor 1 jika pernyataan sesuai dengan diri subjek sebanyak 1x seminggu. • Skor 2 jika pernyataan sesuai dengan diri subjek dalam 2 x seminngu. • Skor 3 jika pernyataan sesuai dengan diri subjek dalam 3 x seminggu.

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan mixed methods design, yaitu menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualittif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat stres pada partisipan dan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui secara mendalam peranan Shalat Tahajjud terhadap stres.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Dan penelitian ini di lakukan pada bulan November sampai Desember 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa muslim di Universitas Sumatera Utara (USU) medan, yang berada diwilayah penelitian, yang terdiri dari fakultas Kedoktean, Hukum, Ekonomi, Sastra, Psikologi, MIPA, ISIPOL dan Teknik.

Sampel

Teknik pengambilan sampel yang di gunakan adalah proposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (masalah penelitian) sehingga sampel dapat mewakili karateristik populasi yang telah di tetapkan sebelumnya Nursalam (2003) (dalam Khairunnisa,2011).

(42)

temukan lagi data baru dari subjek peneliti (Moleong, 2005). Adapun kriteria partisipan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Laki-laki berusia 18-30 Tahun

2. Mahasiswa aktif Universitas Sumatera Utara 3. Malakukan shalat tahajjud

4. Mampu berbahasa Indonesia

5. Bersedia ikut serta dalam penelitian ini. 4.4. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu :

a. Kuesioner data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner).

b. Kuesiner stres skala DASS 42.

c. Panduan wawancara mendalam (depth interview) berupa pertanyaan seputar shalat Tahajjud

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data primer: yaitu data yang diperoleh dari pengumpulan sumber data dengan menggunakan perangkat kuesioner dan wawancara. Kuesioner diisi sendiri oleh mahasiswa yang terpilih sebagai sampel.

Data sekunder: yaitu data mengenai jumlah mahasiswa muslim Universitas sumatera Utara (USU) yang aktif dan data-data tentang shalat tahajjud yang relevan dari berbagai sumber yang sesuai (Ustad dan Ustdzah)

(43)

pendekatan dan memperkenalkan diri kepada informan dan menjelaskan hal-hal yang terkait serta tujuan dari penelitian ini. Wawancara dilakukan dalam waktuyang telahdisepakati oleh penelita dan informan.

Setelah itu informan terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner data demografi, lalu memulai wawancara dan atas kesediaan informan peneliti merekam wawancara dengan menggunakan tape recorder lebih kurang 20 menit pada setiap pertemuan. Setelah itu hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip dan dibaca ulang. Peneliti menganalisa data yang telah dilakukan dan mengelompokkan data lalu menguraikannya kedalam bentuk narasi. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Jika ada hal yang kurang jelas maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terhadap informan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Proses analisa data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing – masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan informan segera melakukan transkipsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Proses analisa data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan

data. Adapun tahap proses analisa data menggunakan metode miles dan huberman (1984) adalah sebagai berikut :

1. Membuat analisa data dari yang sudah ada dan sedang berlangsung, kemudian membaca hasil analisa dan memilih pertanyaan-pertanyaan penting yang diungkapkan oleh partisipan.

2. Mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa pertanyaan kelompok (reduksi data)

3. Membaca kembali pertanyaan-pertanyaan sejenis disetiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pertanyaan tersebut.

(44)

Tingkat Keabsahan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegangang kepada beberapa perinsip dan kriteria yaitu:

1. Credibility untuk memperoleh nilai kebenaran data informasi yang telah

terkumpul dengan cara memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement) menambah keakraban antara peneliti dan informan sehingga informan lebih terbuka lagi dan informasi tidak ada yang disembunyikan dan dengan mengadakan member

chek terhadap data yang diperoleh peneliti dari informan.

2. Confirmability, peneliti akan membicarakan hasil penelitian dengan

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “Peranan Shalat Tahajjud Dalam Menghadapi Stres pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)” , dilakukan dengan cara wawancara mendalam (depth interview) dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada 20 orang mahasiswa. Hasilnya dapat disajikan berikut ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang berada di Kampus USU yang berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Partisipan

Penelitian ini melibatkan 20 orang partisipan yang beragama islam. 20 informan ini adalah mahasiswa-mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang masih aktif kuliah dan berasal dari fakulatas yang berbeda dan melakukan ibadah shalat tahajud. Berikut ini paparan karakteristik dari masing-masing responden.

a. Partisipan 1

Informan 1 adalah seorang mahasiswa yang berusia 19 tahun yang berasal dari banda aceh. informan tamatan dari SMA dan sekarang berada di fakultas kedokteran dan masih di biayai orang tua, sekarang tinggal di medan di rumah sendiri. Partisipan termasuk jarang melakukan shalat tahajud.

b. Partisipan 2

(46)

c. Partisipan 3

Informan 3 adalah mahasiswa yang berusia 18 tahun berasal dari pekan baru. Informan tamatan dari SMA dan sekarang berada di fakulatas Ekonomi yang di biayai oleh orang tua, sekarang di medan tinggal di kos-kosan.

d. Partisipan 4

Informan 4 adalah mahasiswa yang berusia 18 tahun, berasal dari kota medan. Informan tamatan dari SMA dan sekarang berada di fakultas sastra dan dibiayai orang tua, selama kuliah tinggal bersama orang tua. Namun Partisipan sebelumnya sering melakukan shalat tahajud namun sekarang telah jarang di karenakan faktor aktivitas.

e. Partisipan 5

Informan 5 merupakan mahasiswa yang berusia 22 tahun, berasal dari padang lawas selatan. Informan tamatan dari SMA dann sekarang menimba ilmu di fakultas teknik dengan biaya dari orang tua, sekarang tinggal di wisma selama kuliah.partisipan tidak terlalu sering melakukan shalat tahajud namun teraturdan biasanya di lakukan pada jam-jam 4 sebelum subuh.

f. Partisipan 6

Informan 6 adalah mahasiswa yang berusia 22 tahun, berasal dari padang sidempuan. Informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakultas sosial dan ilmu politik yang di biayai oleh orang tua. Dan selama kuliah tinggal di rumah kontrkan bersama teman-temannya. Partisipan merasa belum terlalu intens namun telah teratur.

g. Partisipan 7

(47)

h. Partisipan 8

Informan delapan berusia 21tahun, berasal dari kota Bengkulu. Informan tamatan dari SMA dan sekarang kuliah di fakultas kedokteran yang di biayai orang tua, selama di medan tinggal di kos-kosan. Partisipan melakukan shalat tahajud penuh dalam seminggu, sangat jarang tertinggal.

i. Partisipan 9

Informan 9 adalah mahasiswa yang berusia 20 tahun, yang bersala dari padang lawas. Informan lulusan dari SMA yang sekarang kuliah di fakultas ekonomi dan di biayai oleh orang tua. Selama di medan tinggal di kos-kosan. Rutin melakukan shalat tahajud minimal 1 kali dalam seminggu.

j. Partisipan 10

Informan 10 adalah seorang mahasiswa yang berusia 20 tahun, berasal dari kota medan, informan merupakan lulusan dari SMA yang sekarang kuliah di fakultas kedokteran dan biaya sepenuhnya dari orang tua. Sekarang informan tinggal bersama orang tua. Partisipan orang yang rutin melakukan shalat tahajud dengan intensitas yang cukup baik.

k. Partisipan 11

Informan 11 berusia 19 tahun yang berasal dari kota jogja. Informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakulatas matemarika dan ilmu pengetahuan alam, biaya pendidikan berasal dari orang tua dan tinggal di kos-kosan slama di medan. Partisipan biasa melakukan jam stengah 5 sebelum subuh, partisipan sekarang sudah jarang namun ketika di daerah asal sering melakukan shalat tahajud.

l. Partisipan 12

(48)

m. Partisipan 13

Informan 13 merupakan mahasiswa yang berusia 18 tahun, yang berasal dari kota medan. Informan lulusan dari Sma dan sekarang kuliah di fakultas kedokteran, selama kuliah di biaya oleh orang tua dan tinggal bersama orang tua. Partisipan melakukan shalat tahajud namaun tidak intens.

n. Partisipan 14

Informan 14 berusia 19 tahun, berasal dari kota padang, sumatera barat. Informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakultas kedokteran, biaya berasal dari orang tua dan selam kuliah informan tinggal di kos-kosan. Partisipan mulai aktif shalat tahajud semenjak masuk kuliah kurang lebih 3-5 kali dalm seminggu dan biasanya dilakukan pada jam-jam 3-4 sebelum subuh. o. Partisipan 15

Informan 15 adalah mahasiswa yang berusia 20 tahun, berasal dari kota medan. Informan merupakan lulusan dari SMA yang sekarang kuliah di fakultas sikologi, selam kuliah tinggal bersama orang tua dan di bayai oleh orang tua. Partisipan orang yang teratur dan kontiniu dalam melakukan shalat tahajud.

p. Partisipan 16

Informan 16 merupakan mahasiswa yang berusia 20 tahun, berasal dari kota Palembang.informan tamatan dari SMA yang sekarang kuliah di fakultas hukum dan di biayai oleh orang tua, informan sekarang tinggal di kos-kosan. Partisipan jarang melakukan ibadah shalat tahajud dan biasakan melakukan shalat tahajud di jam-jam 4.

q. Partisipan 17

Informan 17 berusia 22 tahun, berasal dari kota medan. Informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakultas ilmu sosial dan politik, biaya kuliah berasal dari orang tua dan tinggal bersama orang tua. Partisipan teratur melakkan shalat tahajud minimal 1 kali seminggu.

(49)

Informan 18 berusia 23 tahun, yang berasal dari padang sidempuan, informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakultas teknik ragram studi teknik sipil, biaya kuliah bersal dari orang tua dan selama dimedan tinggal di koa-kosan. Partisipan dari kecil telah mengenal shalat tahajud, mulai intens melakukannya sejak mulai masuk kuliah dan teratur hingga sekarang.

s. Partisipan 19

Informan 19 mahasiswa yang berusia 19 tahun, berasal dari kota medan. Informan lulusan dari SMA dan skarang kuliah di fakultas hukum, biaya kuliah bersal dari orang tua dan tinggal bersama. Partisipan cukup rutin melakukannya di setiap minggunya walau kadang dalam 1 minggu tidak penuh namun teratur biasanya di lakukan [ada jam-jam 4 sebelum sbuh.

t. Partisipan 20

Informan terakhir ini adalah mahasiswa yang berusia 21 tahun yang berasal dari kota siantar. Informan lulusan dari SMA dan sekarang kuliah di fakltas teknik, biaya kuliah berasal dari orang tua dan sekaramg tinggal di kos-kosan. Partisipan orang yang teratur melakukan shalat tahajud namun tidak rutin setiap hari, biasanya shalat pada jam-jam 4 sebelum subuh.

(50)

Tabel 5.1

Distribusi Partisipan Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

17

Sedangkan dari tabel 5.2 dapat dilihat bahawa responden terbanyak berasal dari fakultas kedokteran, yaitu sebanyak 8 orang (40%) dan responden paling sedikit dari fakultas sastra. Fakultas psikologi dan fakultas mate-matika dan ilmu pengetahuan alam yang masing-masing berjulah 1 orang (5%).

Tabel 5.2

Distribusi Partisipan Berdasarkan Fakultas

Fakultas Jumlah Persentase (%)

(51)

Fakultas ISIPOL

Ada atau tidak adanya stres pada mahasiswa di nilai dari 14 pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.3. berdasarkan tabel dapat di ketahui bahwa mahasiswa yang mengalami stres sebanyak 8 orang (40%), sedangkan yang tidak mengalami stres sebanyak 12 orang (60%).

Tabel 5.3

Distribusi Partisipan Berdasarkan Adanya Stres pada Mahasiswa USU

Keterangan Jumlah Persentase (%)

Tidak stress

(52)

Tabel 5.4

Tabel Pengelompokkan tingkat Stres

Tingkat stres Jumlah Persentase (%)

Normal

Dari 20 orang partisipan, dalam pelaksanaan Shalat Tahajud mahasiswa memeliki beberapa pandangan yang meliputi:

a. Pemahaman tetantang dasar-dasar dalam melakukan shalat tahajud seperti rukun dan syarat.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi shalat tahajud dan pengaruhnya yang di timbulkan, terdiri dari, (1) Niat ikhlas dan motivasi (2) suasana dan waktu pelaksanaan (3) kebiasaan dan keteraturan

5.1.4.1. Pemahaman tentang dasar-dasar dalam melakukan shalat tahajud seperti rukun dan syarat

(53)

rakaat minimal dan semaksimal mungkin dan dengan jumlah genap yang dilakukan pada malam hari setelah bangun dari tidur dan apabila dilakukan sebelum tidur maka tidak bisa dikatakan shalat tahajud dan rukun dalam melakukan shalat tahjud sama dengan ibadah shalat lainnya yang di bedakan dari niat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari partisipan.

“ya… setahu saya shalat tahajud dilakukan di malam hari minimal 2 rakaat

lah…trus apa lagi ya… hhhmmm ya bangun tidur gitu deh bang…”.

( partisipan 1)

“ya… setau saya shalat tahajud itu ya shalat malam hari yang dilakukan setelah

tidur sebelumnya mas…jadi menurut saya ga’ afdal gitu kalo ga’ tidur…”.

(partisipan 4)

“hhhmmm… dia kan shalat sunat mu’kad tu…dan rukunnya ya… sama seperti shalat

lainnya, sunnahnya itu 2 rakaat dan boleh sebanyak-banyaknya terserah sanggupnya yang jelas dia tidak ganjil”.

(Partisipan 5)

“…dimana dilakukan 2/3 malam boleh dikatakan jam 12 malam, dengan catatan

harus dilakukan setelah tidur terlebih dahulu, jika dilakukan sebelum tidur itu bisa dikatakan shalat sunat witir atau shalat sunat mutlak…”.

(partisipan 15)

(54)

“… jumlah rakaatnya boleh 2, 4 ataupun bilangan ganjil”

(partisipan 3)

“… shalat malam itu ada yang mengatakan wajib tidur dulu dan ada juga yang di

bolehkan tidak tidur dulu…”.

(Partisipan 8)

5.1.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi shalat tahajud dan pengaruhnya

(1) Niat ikhlas dan motivasi

Menurut partisipan ketika keinginan melakukan shalat tahajud benar-benar timbul dari keinginan diri sendiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain akan menimbulkan suatu perasaan yang berbeda yang disebabkan oleh kualitas ibadah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang di paparkan oleh partisipan

“… ya… kalo saya benar-benar ingin melakukannya sama dengan yang di ajak

teman beda rasanya…”

“ ya beda aja… kalo saya benar-benar ingin tu rasanya lebih tenang apalagi kondisi

saya lagi sendiri rasanya damai gimana gitu…”

“ya… beda lah bang apalagi kalo lagi ngantuk berat jadi ga’ ikhlas gitu jadinya ya…

shalatnya pun cepet-cepetan aja… he…he…”.

( partisipan 1)

(55)

mata yang dpat mengurangi perasaan tertekan yang ditimbulkan oleh beban-beban tersebut. Seperti yang di katakan oleh beberapa partisipan.

“kalo saya pribadi ya bang, shalat tahajud merupakan salah satu cara saya untuk

melepaskan beban jadi ketika saya lagi banyak fikiran dan terbangun di tengah

malam saya akan memeilih untuk melakukan shalat tahajud”.

(partisipan 3)

“…ketika ada masalah berat pada saat itu, saye bisa lebih mudah menitikkan air

mata ketika saat itu sehingga beban saye tu serasa hilang walaupun masalahnya

belum lagi selesai tapi terasa hati saye lebih tenang”.

(partisipan 7)

“kalo saya biasanya sering dalam kondisi ketika banyak ujian dan biasanya saya

lebih intens melakukannya…”.

“…kondisi seperti ini membuat saya merasa lebih tertekan merasa deg-deg kan dan

ga’ nyaman…”.

“membuat saya lebih tenang”. “… disaat seperti itu saya dapat membangkitkan rasa percaya diri sehinnga saya merasa lebih mampu menghadapinya…”.

(partisipan 9)

“bisa…contohnya ketika saya ada masalah baik di kampus maupun di lingkungan

ataupun ketika saya rindu orang tua…yang saya rasakan ketika saya shalat malam

itu saya merasa bebas dan tanpa ragu untuk menangis dan bercurhat ria dengan Allah, saya curahkan semua isi hati saya”.

(56)

(2) Suasana dan Waktu Pelaksanaan

Berdasarkan dari hasil wawancara sebagian besar partisipan menyatakan bahwa ketenangan dan rasa damai yang dirasakan ketika melakukan shalat tahajud di pengaruhi oleh beberapa hal yang saling berhubungan, seperti suasana ketika melakukan shalat tahajud yang sunyi dan tenang membantu menciptakan suasana yang khusyuk dan mempermudah untuk berkonsentrasi serta memfokuskan diri ditambah dengan kondisi lingkungann alam yang medukung seperti udara yang terasa segar. Sesuai dengan cuplikan wawancara partisipan.

“ya…yang saya rasakan sendiri benar, karena kondisi yang tenang dapat

merilekskan diri kita,, kayak yoga juga…’.

(partisipan 5)

“saya rasa sangat luar biasa… saya merasakan dari segi kesehatan juga dapat

memberikan dampak yang cukup besar apalagi pada pagi hari udara kan fresh dan

fikiran dalam kondisi konsentrasi yang baik cenderung membrikan manfaat yang

besar dibandingkan dengan aktivitas yang bersinggungan dengan orang lain maka

cenderung terjadi kepentingan-kepentingan yang lain, tapi disini kita melakukan aktivitas yang fokus terhadapnya”.

(partisipan 6)

“… biasanya pada saat seperti tu Cuma kita sorang je … dan kalo berdo’a kite

sorang jadi tak de yang liat la, so kita jadi merasa leih tenang la… kalo hati saya dah tenang biasanya pikiran saye pon ikot nyaman”.

(partisipan 7)

(57)

(partisipan 9)

“… yang saya rasa setiap kali saya shalat malam saya selalu merasakan suasana

yang berbeda”.

(partisipan 14)

“ya… bedanya dengan shalat-shalat yang lain munngkin lebih merasa terburu-buru

misalnya ada jadwal kuliah ato yang lain jadi kita kurang menikmati shalat itu

sendiri,,, dan beda dengan shalat tahajud yang benaer-bener saya nikmatinya…”.

(partisipan 15)

“ya.. ketenangan ya yang gimana ya… mungkin lebih ketentraman hati, jadi ya

pengaruhnya Kediri saya ya…itu membuat saya lebih santai…”.

(partisipan 16)

“… munkin kita lihat dari segi waktunya yang ditengah malam, kondisi yang baik

menurut saya untuk melatih konsentrasi, karna saya pribadi orangnya ga suka

dengan suasana yang bising, menurut saya itu mengganggu… dan juga juga melatih

diri untuk mengendalikan diri”.

(partisipan 19)

(58)

“ya… biasanya ana melakukannya jam-jam 4, kan jam 5 gitu dah shalat subuh ya…

saya pikir tu sudah ideal”.

(partisipan 5)

“biasanya kecenderungan kita masih memikirkan aktifitas-aktifitas sebelumnya,

sebenarnya bisa-bisa aja tapi lebih efektifnya emang disana (di 1/3 malam

terakhir)”.

(partisipan 6)

“… kalo saye sering tido lebih awal… tapi kalo tidonya jam 2 dan shalatnya jam 3

ya… biasanya ngantuk la…”.

(partisipan 7)

“… biasanya saya mengatasinya dengan tidur lebih awal, jadi biasanya mengurangi

rasa ngantuk”.

(partisipan 9)

“kalo fikri jam-jam setengah 5 sih biasanya jadi emang udah jadwalnya bangun

juga…tapi kalo jam-jam 1-2 tu fikri merasa jam tidur menjadi terganggu dan jadi ga

konsentrasi juga…jadi kalo bangun jam setengah 5 gitu tingkat kesadarannya juga

udah bagus”.

(partisipan 11)

“ooo…ya…kalausayasih jika terbangunlah misalnya di jam-jamm 1 atau 2 gitu

kadang masih sangat ngantuk kalo shalat pun kadang ga’ khusyuk jadi pengen

ngulang tiur lagi… kalo di jam-jamm 4 gitu mah mungkin karna sudah terbiasa kali ya…trus kann udah mau dekat subuh dan tidurnyapun saya rasa dah cukup”.

Gambar

Gambar 2.1 Stres sebagai Stimulus
Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama Selama Respon Stres
Gambar 3.1. kerangka konsep peran shalat tahajjud dalam menghadapi stress pada
Tabel 5.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

penelitian yang berjudul “ Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 ”. Saya mengerti bahwa saya akan diminta

Berdasarkan penelitian tentang tingkat stres yang dilakukan oleh Abdulghani (2008) di Saudi Arabia terhadap 494 partisipan, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA STAF DAN PEGAWAI PADA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU).. TANGGAL: Maret 2011 KETUA

Sari Deni Batubara : Pemanfaatan Jurnal Online Proquest Medical Library Oleh Mahasiswa Kedokteran USU Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, 2006... Sari Deni Batubara

Judul : Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Acute Mountain Sickness (AMS) pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).. Nama : Adriani Sakina NIM

Penelitian ini di lakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menghadapi kegiatan akademik yang padat untuk mengetahui hubungan

Hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.. Olahraga adalah serangkaian gerak tubuh yang teratur dan

Semoga karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung tentang Acute Mountain Sickness (AMS) pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)”