• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009-Desember 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009-Desember 2009"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE

JANUARI 2009-DESEMBER 2009

Oleh :

Hairil Azhar Bin Mohamad Nordin

070100444

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE

JANUARI 2009-DESEMBER 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Hairil Azhar Bin Mohamad Nordin

NIM : 070100444

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009-Desember 2009

Nama : Hairil Azhar Bin Mohamad Nordin NIM : 070100444

Pembimbing Penguji

... ... (dr. Juliandi Harahap, M.A) (dr. Yahwardiah Siregar, PhD) NIP. 19700702 199802 1 001 NIP. 19550807 198523 2 001

... (dr. Almaycano Ginting, M.Kes) NIP. 19750524 200312 1 005

DEKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSTIAS SUMATERA UTARA

... (Prof. Gontar A.Siregar, Sp.PD, KGEH) NIP. 140105365

(4)

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus flavivirus dan ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Diperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar

penduduk dunia beresiko menderita DBD. Untuk memantau perkembangan penyakit ini, maka dilakukan penelitian untuk melihat prevalensi terbaru penyakit DBD.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Periode Januari 2009-Desember 2009.

Penelitian deskriptif ini bersifat potong lintang dan dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik. Sampel dalam penelitian ini adalah seramai 68 orang. Data diambil dengan melihat rekam medik pasien DBD. Perhitungan prevalensi juga turut dilakukan.

Hasil menunjukkan bahwa 33 orang (48.5%) pasien DBD adalah laki-laki. Pasien perempuan pula adalah sebanyak 35 orang (51.5%). Kelompok umur yang terbanyak menderita DBD adalah kelompok 11-20 tahun yaitu sebanyak 29 orang (42.6%). Bulan terbanyak pasien adalah bulan Desember yaitu sebanyak 17 orang (25%). Pada derajat penyakit pula, derajat penyakit yang tertinggi jumlah pasien DBD adalah Derajat 1 yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) dan ditemukan pada derajat demam, Demam Tinggi mempunyai jumlah pasien terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (51.5%). Pada penelitian ini banyak pasien DBD mempunyai kadar trombosit kategori Rendah yaitu sebanyak 55 orang (80.9%). Prevalensi kasus pasti DBD terhadap total kasus DBD adalah sebanyak 17.6%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kasus pasti DBD terhadap kasus diagnosis awal DBD adalah rendah.

(5)

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by flavivirus and transmission to human is facilitated by Aedes aegypti and Aedes

albopictus. It is estimated that 2.5 to 3 million of world population is at risk of

DHF. To observe the progression of this disease, therefore a research was conducted to observe the latest prevalence of DHF.

The purpose of this research is to find out the prevalence of DHF at Haji Adam Malik General Hospital, Medan in January 2009-December 2009

This is a descriptive, cross sectional study and was conducted at Haji Adam Malik General Hospital. Total sample in this research is 68 people. Data was taken by observing medical record of DHF patient and prevalence count was made.

Results show that 33 of the DHF patients are males (48.5%). 35 patients are females. 29 of DHF patients are at group 11-20 years old. December has the most number of DHF patients which is at 17 people (25%). 33 people, out of the total sample in this research belong to Grade 1 of DHF. High fever documented the most number of DHF patients which is at 35 people (51.5%) Platelet count in 55 DHF patients are low. The prevalence of conformed DHF case to the early diagnosis of DHF case is 17.6%.

Conclusion from this research is prevalence of confirmed DHF case to the early diagnosis of DHF case is low.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayahnya, dapat saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009”

Dalam kesempatan ini, ingin saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ke berbagai pihak yang memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penulisan KTI sampai selesai. Setinggi-tinggi penhargaan kepada :

1. dr. Juliandi Harahap, M.A selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan tunjuk ajar dan ilmu yang berharga dalam proses penulisan KTI ini.

2. Kepala dan petugas Instalasi Litbang RSUP. Haji Adam Malik, Medan yang telah memberi bantuan untuk melakukan penelitian. 3. Kepala dan petugas Instalasi Rekam Medis RSUP. Haji Adam

Malik, Medan yang telah member bantuan untuk melakukan penelitian.

4. dr. Isti Ismiati Fujiati, MSc.CM-FM, MPd.Ked., dr. Rina Amelia, MARS, dan dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes., staf dari Departement Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas yang banyak memberikan materi yang membantu dalam penyiapan KTI.

5. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas dukungan, kasih sayang dan doanya.

(7)

Saya menyedari bahwa penyusunan KTI ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan KTI ini.

Penang, 20 Nopember 2010, Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 5

2.1.1. Definisi DBD ... 5

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

(9)

3.2. Definisi Operasional ... 12

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Karakteristik Individu... 19

5.1.3. Distribusi DBD Berdasarkan Jenis Kelamin... 20

5.1.4. Distribusi DBD Berdasarkan Umur... 21

5.1.5. Distribusi DBD Pada Tahun 2009... 21

5.1.6. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Penyakit... 22

5.1.7. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam... 23

5.1.8. Distribusi DBD Berdasarkan Kadar Trombosit... 23

5.1.9. Perhitungan Prevalensi Kasus Pasti DBD Terhadap Kasus Diagnosis Awal DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009 s/d Desember 2009... 24

5.2. Pembahasan... 25

(10)

5.2.2. Distribusi DBD Berdasarkan Umur... 25

5.2.3. Distribusi DBD Pada Tahun 2009... 26

5.2.4. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Penyakit... 27

5.2.5. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam... 27

5.2.6. Distribusi DBD Berdasarkan Kadar Trombosit... 28

5.2.7. Prevalensi DBD Di RSUP. Haji Adam Malik, Medan... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 30

6.1. Kesimpulan... 30

6.2. Saran... 30

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 12

Gambar 5.1. Alur Perhitungan Sampel 20

Gambar 5.2. Distribusi DBD Berdasarkan Jenis Kelamin 20

Gambar 5.3. Distribusi DBD Berdasarkan Berdasarkan Umur 21

Gambar 5.4. Distribusi DBD Pada Tahun 2009 22

Gambar 5.5. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam 23

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(14)

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus flavivirus dan ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Diperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar

penduduk dunia beresiko menderita DBD. Untuk memantau perkembangan penyakit ini, maka dilakukan penelitian untuk melihat prevalensi terbaru penyakit DBD.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Periode Januari 2009-Desember 2009.

Penelitian deskriptif ini bersifat potong lintang dan dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik. Sampel dalam penelitian ini adalah seramai 68 orang. Data diambil dengan melihat rekam medik pasien DBD. Perhitungan prevalensi juga turut dilakukan.

Hasil menunjukkan bahwa 33 orang (48.5%) pasien DBD adalah laki-laki. Pasien perempuan pula adalah sebanyak 35 orang (51.5%). Kelompok umur yang terbanyak menderita DBD adalah kelompok 11-20 tahun yaitu sebanyak 29 orang (42.6%). Bulan terbanyak pasien adalah bulan Desember yaitu sebanyak 17 orang (25%). Pada derajat penyakit pula, derajat penyakit yang tertinggi jumlah pasien DBD adalah Derajat 1 yaitu sebanyak 33 orang (48.5%) dan ditemukan pada derajat demam, Demam Tinggi mempunyai jumlah pasien terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (51.5%). Pada penelitian ini banyak pasien DBD mempunyai kadar trombosit kategori Rendah yaitu sebanyak 55 orang (80.9%). Prevalensi kasus pasti DBD terhadap total kasus DBD adalah sebanyak 17.6%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kasus pasti DBD terhadap kasus diagnosis awal DBD adalah rendah.

(15)

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by flavivirus and transmission to human is facilitated by Aedes aegypti and Aedes

albopictus. It is estimated that 2.5 to 3 million of world population is at risk of

DHF. To observe the progression of this disease, therefore a research was conducted to observe the latest prevalence of DHF.

The purpose of this research is to find out the prevalence of DHF at Haji Adam Malik General Hospital, Medan in January 2009-December 2009

This is a descriptive, cross sectional study and was conducted at Haji Adam Malik General Hospital. Total sample in this research is 68 people. Data was taken by observing medical record of DHF patient and prevalence count was made.

Results show that 33 of the DHF patients are males (48.5%). 35 patients are females. 29 of DHF patients are at group 11-20 years old. December has the most number of DHF patients which is at 17 people (25%). 33 people, out of the total sample in this research belong to Grade 1 of DHF. High fever documented the most number of DHF patients which is at 35 people (51.5%) Platelet count in 55 DHF patients are low. The prevalence of conformed DHF case to the early diagnosis of DHF case is 17.6%.

Conclusion from this research is prevalence of confirmed DHF case to the early diagnosis of DHF case is low.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti (vektor primer), Aedes albopictus (vektor sekunder), dan

Aedes scutellaris (Indonesia Timur). Vektor primer dan sekunder ini

terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Supartha, 2008).

World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 2.5 miliar orang mempunyai resiko terinfeksi dengue, dengan estimasi sebanyak 50 juta kasus infeksi dengue di seluruh dunia tiap tahun. Dengue ini endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.

Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Penyebaran penyakit ini ke seluruh wilayah Indonesia terjadi pada tahun 1997 dengan insidens rate mencapai 13.45% per 100,000 penduduk (Kusriantuti, dkk, 2004).

(17)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kasus DBD yaitu perubahan iklim dan kelembaban udara, lingkungan fisik dan biologik, dan perilaku penduduk (Roose, 2008). Menurut data dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, curah hujan bulanan di Medan pada tahun 2009 agak tinggi, terutama pada bulan Januari, Maret, Mei, September, Oktober, Nopember dan Desember. Berdasarkan pengamatan terhadap pola penularan DBD di Indonesia, umumnya musim penularan DBD berlaku pada musim hujan (Soeroso, 2000 dalam Roose, 2008).

Tempat perindukan nyamuk vektor dilaporkan semakin banyak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi pada tahun 2004, perilaku penduduk yang selalu menampung air karena takut tidak tersedianya air menyebabkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti cenderung menjadi banyak sehingga memperluas peluang terjadinya transmisi DBD.

Pengaruh lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap transmisi DBD. Roose dalam penelitiannya pada tahun 2008 ada menyatakan bahwa penduduk di perumahan yang padat lebih cenderung terserang DBD.

DBD dapat menyebabkan terjadinya gagal hati dan dehidrasi berat sebagai komplikasi (Shepard, 2010). DBD juga dapat menyebabkan kematian kepada penderitanya, terutama pada anak jika tidak mendapat rawatan yang baik. Dilaporkan bahwa setiap tahun, sebanyak 21.000 anak meninggal dunia karena DBD (WHO, 2006).

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009 - Desember 2009 ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Januari 2009 - Desember 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan:

1. Jenis kelamin. 2. Umur.

3. Bulan.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:

1. Bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengevaluasi keberhasihan program pencegahan DBD, seterusnya untuk perencanaan pemberanterasan DBD secara optimal.

2. Bahan masukan bagi tenaga kesehatan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan terutama kepada dokter yang bertugas mengenai karakteristik klinis pasien DBD di rumah sakit tersebut untuk perencanaan penatalaksanaan yang terbaik dan optimal untuk pasien-pasien DBD.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Definisi DBD

DBD merupakan satu penyakit demam akut yang disertai dengan pendarahan dan dapat menimbulkan syok dan menyebabkan kematian (Goering, et al, 2008). Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak, namun orang dewasa juga dapat diserang oleh penyakit ini. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai dengan (s/d) 7 hari tanpa penyebab jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, pendarahan di kulit (petechiae), lebam (ecchymosis), ruam, mimisan, berak darah dan kesadaran menurun. Biasanya pada DBD, hanya beberapa simptom yang disebutkan muncul pada pasien. Kadang-kadang DBD dapat berlanjutan sehingga menimbulkan syok (Halstead, 2007).

2.1.2. Diagnosis Klinik

Pada pemeriksaan klinik, ditemukan demam dengan suhu tubuh sekitar 38oC-40oC yang berlangsung selama 2 s/d 7 hari, nyeri kepala, nyeri hebat pada otot dan persendian, bintik-bintik merah pada kulit, pembesaran hati, pendarahan pada hidung dan gusi, mudah memar pada kulit, syok yang ditandai dengan rasa nyeri pada perut, mual, muntah, tekanan darah menurun, dan pucat (Witayathawornwong, 2005; Halstead, 2007; Peters, 2008) Menurut WHO, diagnosis DBD ditegakkan jika semua kriteria dibawah ini dijumpai pada pasien. Kriteria yang dimaksudkan adalah :

(21)

b) Tanda-tanda hemoragik seperti: - tes tourniquet positif atau;

- petechiae, ecchymosis atau purpura, atau;

- pendarahan dari mukosa, traktus gastrointestinalis, atau dari bagian tubuh yang lain, atau;

- hematomesis atau melena.

c) Trombositopenia (100 000 sel/mm3 atau kurang) d) Plasma leakage, yang ditandai dengan:

- peningkatan kadar hematokrit sebanyak 20% atau lebih dari kadar normal menurut usia, jantina dan populasi, atau; - penurunan kadar hematokrit setelah volume-replacement therapy, sebanyak 20% atau lebih, dari kadar batas

baseline, atau;

- dijumpai efusi pleura, asites dan hipoproteinemia.

DBD dibagikan atas 4 derajat keparahan, dimana derajat III & IV dapat dianggap sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS) (WHO, 2006).

Derajat I : Demam disertai dengan gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet positif. Derajat II : Derajat I ditambah dengan pendarahan spontan, biasanya

dikulit atau pendarahan lain.

Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, terdapat kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.

(22)

2.1.3. Vektor Penular

Penyakit DBD umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Nyamuk-nyamuk ini aktif menggigit pada musim hujan

(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL), 2004). Aedes aegypti biasanya berada di dalam rumah penduduk semantara Aedes albopictus berada di luar rumah terutama di pohon, kebun atau pinggir hutan. Tempat pembiakan kedua nyamuk ini juga berbeda dimana Aedes aegypti membiak di tempat lembab dan genangan air sementara Aedes albopictus membiak di lubang-lubang pohon, dalam lipatan daun dan genangan air yang lainnya (Supartha, 2008).

Secara morfologi, kedua nyamuk ini walaupun samgat mirip, namun dapat dibedakan dengan strip putih yang terdapat pada bagian skotumnya. Skotum

Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal

tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Skotum aedes

albopictus pula berwarna hitam yang terdapat hanya satu garis putih tebal di

bagian dorsal (Kowalski, 2007; Nene et.al, 2007).

Larva nyamuk Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pectin yang tumbuh tidak sempurna. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan telur kira-kira sebanyak seratus butir telur setiap kali bertelur. Pertumbuhan nyamuk ini dari telur sehingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu sebanyak 9 hari (Soegeng, 2004; Soegijanto, 2004).

Nyamuk ini berkembangbiak pada genangan air, namun tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah (Ditjen PP & PL, 2004). Tempat pembiakannya dapat dibagikan atas beberapa kelompok yaitu:

(23)

b) TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, botol, kaleng, plastik, dan lain-lain) c) TPA alamiah seperti lubang pada pohon, lubang pada batu,

lipatan daun, bambu yang dipotong dan lain lain. 2.1.4. Penularan DBD

DBD ditularkan oleh nyamuk yang pada saat itu sudah mengandung virus dalam darahnya. Virus ini memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, kemudian melakukan replikasi dengan cepat dalam tubuh manusia. Periode replikasi ini memerlukan waktu selama lebih kurang empat hari. Apabila jumlah virus sudah mencukupi, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (Peters, 2008). Pada saat ini, manusia akan mengalami gejala panas. Disini, terjadi reaksi tubuh terhadap virus ini dimana reaksi dapat berbeda untuk setiap individu.

Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap virus adalah seperti berikut:

a) Reaksi pertama

Terjadi neutralisasi virus, dan seterusnya terjadi pengendapan bentuk neutralisasi pada pembuluh darah. Gejala yang timbul adalah ruam.

b) Reaksi kedua

(24)

c) Reaksi ketiga

Terjadi kebocoran pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma darah ke rongga tubuh. Manifestasi dapat berupa asites dan efusi pleura.

Apabila terjadi reaksi pertama dan kedua, maka orang tersebut menderita demam dengue. Jika sudah muncul reaksi ketiga, orang tersebut menderita DBD (Ditjen PP & PL, 2004).

2.2. Segitiga Epidemiologi

Teori segitiga epidemiologi mejelaskan bahwa terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, agen, penjamu (host), dan lingkungan. Ketiga faktor ini dihubungkan dengan satu segitiga. Dalam hal ini, perubahan dari satu faktor akan mempengaruhi faktor yang lainnya. Untuk memprediksi pola penyakit, perlu pemahaman dan analisis masing-masing komponen (Timmereck, 2001). Pada kasus DBD, komponen yang terkait adalah:

a) Agen

Agen penyakit DBD adalah virus dengue yang tergolong dalam genus Flavivirus, famili Flaviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor penular (Goering, et.al, 2008).

b) Penjamu

(25)

c) Lingkungan

Lingkungan adalah kondisi luar manusia yang dapat mempengaruhi pola penularan penyakit. Faktor-faktor lingkungan dapat mencakup aspek fisik lingkungan, aspek sosial dan aspek budaya.

Ketiga komponen ini dihubungkan oleh satu lagi komponen yaitu waktu. Waktu dapat mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup penjamu atau agen dan perjalanan penyakit (Timmereck, 2001).

2.3. Prevalensi

Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Prevalensi sepadan dengan insidensi dan tanpa insidensi penyakit maka tidak akan ada prevalensi penyakit. Insidensi merupakan jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam satu periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode tertentu. Insidensi memberitahukan tentang kejadian kasus baru. Prevalensi memberitahukan tentang derajat penyakit yang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu (Timmereck, 2001). Dalam hal ini prevalensi setara dengan insidensi dikalikan dengan rata-rata durasi kasus (Lilienfeld dan Lilienfeld, 2001 dalam Timmereck, 2001).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a) Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat.

(26)

c) Intervensi dan perlakuan yang mempunyai efek pada prevalensi.

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional

• Prevalensi adalah jumlah kasus penyakit pada suatu tempoh tertentu dihubungkan dengan besar populasi. Perhitungan prevalensi di sini adalah jumlah kasus pasti DBD dibandingkan dengan jumlah kasus diagnosis awal DBD. Dengan melihat data rekam medis, dikatakan pasien menderita DBD jika dijumpai kesemua empat kriteria yang ditetapkan WHO yaitu demam selama 2 s/d 7 hari, manifestasi

(28)

pendarahan, trombositopenia dan tanda-tanda plasma leakage, sesuai dengan kriteria diagnosis WHO.

• Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien DBD pada saat penelitian dilaksanakan. Cara pengukuran adalah dengan cara observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah:

a) Pria b) Wanita skala : nominal

• Umur adalah umur pasien DBD pada saat penelitian dilaksanakan dan umur dinyatakan dalam tahun. Cara ukur adalah dengan cara observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah :

a) ≤ 10 tahun b) 11 – 20 tahun c) 21 – 30 tahun d) ≥ 30 tahun skala ukur : ordinal

• Bulan adalah waktu dimana pasien dinyatakan tersangka menderita DBD dan dinyatakan dalam bulan. Cara ukur yang digunakan adalah observasi. Alat ukur yang digunakan pula adalah rekam medis. Hasil ukur adalah :

(29)

Skala : nominal

• Derajat penyakit adalah derajat DBD pada pasien DBD pada saat penelitian dilakukan. Derajat DBD ditentukan dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh WHO. Derajat DBD dibagikan atas empat derajat yaitu derajat I,II,III dan IV. Cara ukur yang digunakan adalah observasi. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil pengukuran adalah :

a) Derajat I ; ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas. Satu-satunya tanda pendarahan adalah uji tourniquet positif. b) Derajat II ; ditandai dengan kombinasi derajat I dan

pendarahan spontan, biasanya dikulit atau pendarahan lain. c) Derajat III ; terjadinya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat

dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.

d) Derajat IV ; terdapat syok berat dengan nadi yang tidak teraba serta tekanan darah yang tidak dapat diukur.

Skala : ordinal

• Kadar trombosit adalah jumlah trombosit pasien DBD pada saat penelitian dilakukan. Trombosit adalah salah satu dari komponen yang terlibat dengan proses pembekuan darah. Kadar trombosit yang rendah sangat berhubungan DBD yaitu dibawah 100.000/mm3(WHO, 2006). Cara ukur adalah dengan cara observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil pengukuran adalah (WHO, 2006; Pagana, 2006) :

(30)

b) Gawat ; yaitu kadar trombosit < 50.000/mm3. Skala : ordinal

• Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas kadar normal. Suhu tubuh normal adalah 36,5oC s/d 37,5oC. Pada DBD, suhu tubuh biasanya pada 38oC-40oC yang berlangsung selama 2 s/d 7 hari. Derajat atau beratnya demam tergantung pada suhu tubuh pasien dan derajat demam dinyatakan dalam Celsius (oC). Cara ukur yang digunakan adalah observasi. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah ;

a) Subfebfil : 37.5 oC s/d 37.8 oC b) Febril : 37.9 oC s/d 38.4 oC c) Demam tinggi : 38.4 oC s/d 40 oC d) Hiperpireksia : >40 oC

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross

sectional) yaitu penelitian mendeskripsikan prevalensi DBD di RSUP.

Haji Adam Malik, Medan. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2010 s/d Juni 2010. 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah Medan masih merupakan daerah endemis DBD dan alasan dipilih tempat tersebut adalah rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan propinsi Sumatera Utara yang sentiasa mendapat pasien dari seluruh propinsi ini.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(32)

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien RSUP. Haji Adam Malik dari Januari 2009 s/d Desember 2009 yang didiagnosis awal menderita DBD. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Untuk melakukan jumlah (besar sampel) digunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2002) :

n= N 1 + N(d)2

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang digunakan (0,1)

n = 386 1 + 386(0,1)2 n = 80 orang

Besar populasi, N = 386 orang. Besar sampel, n = 80 orang. Tingkat kepercayaan, d = 0,1

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sampel haruslah menepati kesemua empat kriteria yang telah ditetapkan yaitu:

(33)

b) Tanda-tanda hemoragik seperti: - tes tourniquet positif atau;

- petechiae, ecchymosis atau purpura, atau;

- pendarahan dari mukosa, traktus gastrointestinalis, atau dari bagian tubuh yang lain, atau;

- hematomesis atau melena.

c) Trombositopenia (100 000 sel/mm3 atau kurang) d) Plasma leakage, yang ditandai dengan:

- peningkatan kadar hematokrit sebanyak 20% atau lebih dari kadar normal menurut usia, jantina dan populasi, atau; - penurunan kadar hematokrit setelah volume-replacement therapy, sebanyak 20% atau lebih, dari kadar batas

baseline, atau;

- dijumpai efusi pleura, asites dan hipoproteinemia.

Jika sampel tidak menepati kriteria diatas, maka sampel tidak dilanjutkan ke penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana semua data yang diperlukan diperoleh dari rekam medis pasien DBD.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperlukan dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien DBD. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program

Stastistical Product and Service Solution (SPSS). Dalam penelitian ini, data

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP. Haji Adam Malik terletak di Kecamatan Medan Sunggal. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan untuk propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan. Dalam hal ini telah dilakukan penelitian potong lintang (cross sectional) terhadap 80 sampel yang didiagnosis awal menderita DBD. Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang tersimpan di Instalasi Rekam Medis RSUP. Haji Adam Malik, Medan.

5.1.2 Karakteristik Individu

(35)

Gambar 5.1. Alur perhitungan sampel. 5.1.3 Distribusi DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, karakteristik pasien DBD berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan pada tabel berikut:

Gambar 5.2. Distribusi DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.2. menunjukkan bahwa 33 orang (48.5%) pasien DBD adalah laki-laki. Pasien perempuan pula adalah sebanyak 35 orang (51.5%). Dalam

Laki-Laki Memenuhi Kriteria = Pasti

(36)

hal ini, tidak ada perbedaan mencolok antara jumlah pasien laki-laki dan perempuan dalam penyakit DBD, walaupun pasien perempuan 2 orang lebih banyka dari pasien laki-laki.

5.1.4 Distribusi DBD Berdasarkan Umur

Pada penelitian ini, telah dilakukan perhitungan terhadap umur pasien DBD dan hasil yang didapatkan ditampilkan pada tabel berikut:

Gambar 5.3. Distribusi DBD Berdasarkan Umur

Kelompok umur yang terbanyak menderita DBD adalah kelompok 11-20 tahun yaitu sebanyak 29 orang (42.6%). Sementara kelompok umur yang paling rendah jumlah penderita DBD adalah kelompok 31 tahun ke atas yaitu sebanyak 6 orang (8.8%).

5.1.5. Distribusi DBD Pada Tahun 2009

Salah satu komponen yang diteliti dalam penelitian ini adalah distribusi pasien DBD pada tahun 2009. Ternyata dalam penelitian ini terlihat bahwa bulan terbanyak pasien DBD adalah bulan Desember yaitu sebanyak 17

(37)

orang (25%). Bulan April, Juni dan Juli pula tidak terdapat kasus DBD. Gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.4. Distribusi Penderita DBD Pada Tahun 2009 5.1.6. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Penyakit

Penelitian ini juga turut memfokuskan kepada derajat penyakit DBD. Yang diteliti adalah frekuensi pasien DBD pada derajat penyakit DBD. Tabel berikut menunjukkan hasil yang didapatkan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Derajat Penyakit

(38)

Didapatkan bahwa derajat penyakit yang tertinggi jumlah pasien DBD adalah Derajat 1 yaitu sebanyak 33 orang (48.5%). Tabel juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien DBD pada Derajat 4.

5.1.7. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam

Demam merupakan indikator pertama dan antara yang terpenting dalam mementukan apakah seorang pasien itu menderita DBD. Dalam hal ini demam tidak terlepas dari fokus penelitian kali ini. Hasil yang ditemukan di presentasikan pada gambar berikut:

Gambar 5.5. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam

Ditemukan Demam Tinggi mempunyai jumlah pasien terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (51.5%) dan Hiperpireksia mempunyai jumlah pasien yang paling rendah yaitu sebanyak 1 orang (1.5%).

5.1.8. Distribusi DBD Berdasarkan Kadar Trombosit

Reaksi yang sering terjadi pada pasien DBD adalah penurunan kadar trombosit sehingga kadar trombosit menjadi parameter penting dalam

(39)

penentuan DBD. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kadar trombosit pasien DBD dan hasil yang didapatkan adalah seperti berikut:

Gambar 5.6. Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Kadar Trombosit Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien DBD mempunyai kadar trombosit kategori Rendah yaitu sebanyak 55 orang (80.9%). Pasien DBD dengan kadar trombosit Gawat pula berjumlah 13 orang (19.1%). Jumlah trombosit yang terendah pada subjek penelitian adalah 5000 sel/mm3 dan yang paling tinggi adalah 99000 sel/mm3.

5.1.9.Perhitungan Prevalensi Kasus Pasti DBD Terhadap Kasus Diagnosis Awal DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009 s/d Desember 2009.

Dari hasil penelitian dapat dilakukan perhitungan prevalensi berdasarkan rumus berikut (Timmereck, 2001):

Prevalensi = x x 100% y

= 68 x 100%

0 10 20 30 40 50 60

Gawat Rendah

13

55

Frekuensi

Gawat

(40)

386 = 17.6%

Keterangan :

x = jumlah pasien yang didiagnosis pasti menderita DBD. y = jumlah pasien yang didiagnosis awal menderita DBD.

Sesuai dengan perhitungan diatas, maka prevalensi kasus pasti DBD terhadap kasus diagnosis awal DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009 s/d Desember 2009 adalah 17.6%.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Distribusi DBD Berdasarkan Jenis Kelamin.

Dari hasil penelitian ini, pasien laki-laki DBD berjumlah 33 orang, perempuan pula berjumlah 35 orang. Dapat dikatakan disini bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara jumlah pasien DBD yang jenis kelaminnya laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini, hasil juga menunjukkan bahwa resiko menderita DBD adalah sama bagi laki-laki maupun perempuan. Dalam teori dan penelitian sebelummya, juga terbukti tidak ada hubungan antara resiko menderita DBD dengan jenis kelamin. Malah disimpulkan juga resiko transmisi DBD adalah sama antara laki-laki maupun perempuan (Halstead, 2007; Peters, 2008; Nimmanitya, 2009). Disini, hasil penelitian adalah sama seperti teori yang ada sebelumnya.

5.2.2. Distribusi DBD Berdasarkan Umur

(41)

sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian lebih mengarah ke transmisi DBD lebih banyak terjadi pada anak. Anak didefinisikan sebagai manusia yang berumur dari hari pertama kelahiran s/d 20 tahun. Dibagikan lagi atas beberapa kelompok yaitu neonatus (bawah 1 bulan), postneonatus (1 bulan s/d 11 bulan), anak bawah lima tahun ( 1 tahun s/d 5 tahun), middle

childhood (6 tahun s/d 11 tahun), dan remaja yang berumur 12 tahun s/d 20

tahun (Behrman, 2007; Stanton, 2007).

Teori penyakit menyebutkan bahwa anak merupakan kelompok yang paling mudah menderita penyakit ini adalah anak karena sistem imun mereka belum cukup matang dan kuat untuk melawan penyakit ini (Halstead, 2007). Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga ada menyebutkan pada hasil penelitian tersebut, anak merupakan kelompok umur terbanyak menderita DBD, terutama anak berumur 2 tahun s/d 18 tahun (Witayathawornwong, 2005; Nimmanitya, 2009). Walaupun begitu, orang dewasa juga dapat menderita penyakit ini, walaupun jumlahnya jauh lebih kecil berbanding anak (Peters, 2008).

5.2.3. Distribusi DBD Pada Tahun 2009

(42)

untuk kembangbiak nyamuk Aedes. (Kowalski, 2007; Nene, 2007; Roose, 2008).

Ternyata dalam penelitian ini terlihat bahwa jumlah pasien DBD sangat banyak pada bulan yang curah hujannya tinggi seperti Desember, Januari, September, dan Oktober. Bulan-bulan ini bukan sahaja banyak curah hujannya malah dilaporkan kelembaban udara dilaporkan lembab. Kondisi ini merupakan kondisi optimum untuk Aedes berkembangbiak. Hasil penelitian ini nampaknya sesuai seperti teori-teori yang di atas.

5.2.4. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Penyakit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak pasien DBD berada pada derajat 1 dan derajat 2, masing-masing sebanyak 33 dan 31 orang. Hal ini merupakan sesuatu yang normal karena pada saat pasien datang meminta pertolongan di rumah sakit, perkembangan penyakit DBD banyak berada pada derajat 1 dan derajat 2 (Nimmanitya, 2009). Derajat 3 dan 4 (Dengue

Shock Syndrome) pula merupakan komplikasi dari DBD dan selalunya

terjadi setelah pasien dirawat inap di rumah sakit. Derajat 3 dan 4 merupakan suatu komplikasi yang jarang namun bisa terjadi akibat dari pasien gagal respon pada terapi yang diberikan oleh dokter (Peters, 2008). Derajat 1 ditandai dengan demam yang berlangsung 2-7 hari dan tanda pendarahan yang ada hanyalah uji tornikuet positif. Derajat 2 ditandai dengan derajat 1 ditambah dengan pendarahan spontan (WHO, 2006). Kedua derajat ini mudah dideteksi oleh masyarakat umum dan apabila terjadinya gejala seperti derajat 1 dan 2, masyarakat cepat mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan sehingga pasien dapat dirawat dengan baik sehingga sembuh (Roose, 2008).

5.2.5. Distribusi DBD Berdasarkan Derajat Demam

(43)

demam dengan suhu tubuh pada 38oC s/d 40oC (demam tinggi), mendadak, lama demam biasanya bervariasi antar individu, sekitar 2 s/d 7 hari (WHO, 2006). Setelah itu suhu tubuh cenderung turun sehingga tahap subfebrile, namun dapat naik kembali setelah beberapa hari, sehingga demam pada DBD dikatakan bersifat bifasik (Peters, 2008).

Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan adalah pasien DBD banyak berada pada derajat demam tinggi yaitu seramai 35 orang. Dalam hal ini, mungkin pasien sudah mendapatkan pengetahuan yang baik tentang bahaya demam sehingga mereka cepat ke pelayanan kesehatan bila tubuh teraba panas. (Soegijanto, 2004; Witayathawornwong, 2005) Namun ada juga pasien DBD dengan derajat febrile dan subfebrile, masing-masing seramai 20 dan 12 orang. Hal ini terjadi mungkin saja pada saat pasien dibawa ke rumah sakit, sudah terjadi penurunan suhu tubuh sehingga pada saat pengukuran dengan termometer, suhu tubuh pasien tidak lagi pada derajat demam tinggi.

5.2.6. Distribusi DBD Berdasarkan Kadar Trombosit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DBD banyak yang kadar trombositnya berada pada kelompok rendah, yaitu seramai 55 orang. 13 orang pasien DBD mempunyai kadar trombosit gawat. Pada penelitian ini juga terdapat pasien dengan jumlah trombosit sebanyak 5000 sel/mm3. Berdasarkan data rekam medis, pasien akhirnya sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit. Walaupun kondisi pasien sudah mencapai kegawatdaruratan medis, dengan pertolongan yang tepat dari tim yang bertugas, maka pasien sembuh walaupun prognosis penyakitnya dijangkakan buruk.

(44)

ini menyebabkan terjadinya kebocoran plasma ke ruang interstitial, dimana dapat juga terjadi trombosit terlepas masuk ke ruang interstitial bersama-sama cairan plasma darah (Nimmanitya, 2009). Penurunan kadar trombosit berjalan secara progresif, seiring dengan lama penyakit berlangsung. Bila kadar trombosit turun sampai ke tahap gawat, sudah terjadi kebocoran plasma yang kronik sehingga dapat mengakibatkan syok pada DBD, yang terjadi pada derajat 3 dan 4 (Dengue Shock Syndrome) (Peters, 2008). Oleh karena derajat 3 dan 4 jarang terjadi pada pasien DBD, maka wajar pada penelitian ini jumlah pasien dengan kadar trombosit kelompok gawat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan kelompok kadar trombosit rendah. 5.2.7.Prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang prevalensi DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi Kasus Pasti DBD Terhadap Kasus Diagnosis Awal DBD di RSUP. Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2009-Desember 2009 umumnya rendah yaitu sebanyak 17.6%.

2. Distribusi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin umumnya tidak ada perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan.

3. Distribusi DBD berdasarkan umur banyak pada kelompok 11-20 tahun yaitu sebanyak 29 orang.

4. Pada tahun 2009, bulan yang paling banyak kasus DBD adalah pada bulan Desember yaitu sebanyak 17 orang.

5. Berdasarkan derajat penyakit, distribusi DBD paling banyak adalah pada Derajat 1 yaitu sebanyak 33 orang.

6. Distribusi DBD berdasarkan derajat demam ditemukan pada kasus DBD paling banyak pada kelompok Demam Tinggi yaitu sebanyak 35 orang.

7. Berdasarkan kadar trombosit, distribusi DBD paling banyak ditemukan pada kelompok Rendah yaitu sebanyak 55 orang.

6.2 Saran

(46)

2. Kendala dalam penelitian ini adalah peneliti sukar untuk mendapatkan data dari rekam medis di RSUP. Haji Adam Malik, Medan karena pencatatan rekam medis sangat tidak kemas, tidak teratur, dan tulisan dalam rekam medis sangat sukar dibaca selain dari data yang tidak lengkap yang menjadi kendala terbesar dalam penelitian ini. Oleh itu, diharapkan untuk masa ke depan, pencatatan rekam medis di RSUP. Haji Adam Malik, Medan dapat dilakukan dengan tulisan yang kemas, mudah dibaca, lengkap, teratur dan konsisten.

3. Masyarakat diharapkan supaya memperhatikan status kesehatan mereka dan segera mendapatkan pertolongan di Puskesmas, praktik dokter ataupun rumah sakit jika mereka mendapatkan tanda-tanda DBD pada tubuh mereka.

4. Masyarakat juga diharapkan supaya lebih berpartisipasi dalam usaha pencegahan penularan DBD dengan harapan pencegahan yang lebih baik dapat menurunkan insidensi dan prevalensi penyakit DBD. 5. Petugas kesehatan diharapkan meningkatkan lagi usaha penyuluhan

supaya masyarakat lebih peduli terhadap kepentingan mendeteksi dini penyakit DBD dan seterusnya dapat mengurangkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit ini.

(47)

Kusriantuti, R., Suroso, T., Nalim, S., and Kusumadi, W., 2004. “Together Picket”: Community Activities in Dengue Source Reduction in Purwokerta City, Central Java, Indonesia. Dalam: Dengue Bulletin. Vol. 28: 35-38

Kowalski, H., 2007. Draft Genome Sequence from Aedes aegypti, Mosquito

Responsible for Yellow Fever, Dengue Fever. J. Craig Venter Institute.

Nene, V., 2007, Genome Sequence of Aedes aegypti, a major arbovirus. Dalam:

Science, Vol. 316: 1718-1723.

Nimmannitya, S., 2007. Dengue & Dengue Hemorhagic Fever. In: Cook, G.C., Zumila, A.I., ed., 2007. Manson’s Tropical Disease, 22nd ed. USA: Elsevier. Notoatmodjo, S., 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. P.T

Rineka Cipta, Jakarta.

Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2006. Mosby’s Manual of Diagnostic & Laboratory

Tests, 3rd ed. USA: Elsevier

Peters, C.J., 2008. Infections Caused by Arthropod-and-Rodent-Borne Viruses. In: Fauci, A.S., 2008. Harrison’s Priciples of Internal Medicine, Volume 1. 17th ed. USA: McGraw-Hill: 1226-1239.

Roose, A., 2008. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian

Demam Dengue Berdarah (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota PekanBaru

Tahun 2008. USU Repository, Medan.

Sastroasmoro, S., Ismael, I., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Republik Indonesia: CV Sagung Seto.

Shepard, S.M., 2010. Dengue Fever. Available from: 2010].

Soegeng, S., 2004. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan & Temuan Baru di

(48)

Soegijanto, S., 2004, Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press, Surabaya.

Supartha, I.W., 2008. Pengendalian terpadu Vektor Virus Demam Berdarah

Dengue, Aedes aegypti (Linn.) & Aedes Albopictus (skuse)(Diptera:

Culicidae). Universitas Udayana, Denpasar.

Timmereck, T.C., 2001. Epidemiologi, Suatu Pengantar. Edisi Terjemahan. Republik Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

WHO Regional Publication, SEARNO, 1996. Situation of Dengue Hemorrhagic

Fever in The South-East Asia Region.

WHO Regional Publication, SEARNO, 2006. Situation of Dengue/Dengue

Hemorrhagic Fever in Indonesia.

Witayathawornwong, P., 2005. DHF in Infants, Late Infants & Older Children: A Comparative Study. Dalam: The Southeast Asian Journal of Tropical

Medicine & Public Health. Vol. 36 No.4.

World Health Organization, 2006, Dengue Hemorrhagic Fever, Diagnosis,

(49)

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hairil Azhar Bin Mohamad Nordin Tempat/ Tanggal Lahir : Hospital Universiti, 1/11/1988 Agama : Islam

Riwayat Pendidikan :1. Sek. Keb. Sungei Wei.

2. Sek. Men. Keb. Bandar Sunway. 3. Allianze College Of Medical Sciences. 4. Universitas Sumatera Utara (USU) Riwayat Pelatihan :1. English Cornucopia 2005, Sunway

University College-Oxford University, UK Riwayat Organisasi :1. Editor Bahasa Melayu, Majalah Mentari

SMKBS Periode 2005

(50)
(51)

Lampiran 3 : Data Induk Frequency Table

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(52)

DerajatDemam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Demam Tinggi 35 51.5 51.5 51.5

Febrile 20 29.4 29.4 80.9

HIperpireksia 1 1.5 1.5 82.4

Subfebrile 12 17.6 17.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Agustus 3 4.4 4.4 4.4

Desember 17 25.0 25.0 29.4

Febuari 4 5.9 5.9 35.3

Januari 12 17.6 17.6 52.9

Maret 3 4.4 4.4 57.4

Mei 2 2.9 2.9 60.3

Nopember 10 14.7 14.7 75.0

Oktober 9 13.2 13.2 88.2

September 8 11.8 11.8 100.0

(53)

KelTrombosit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Gawat 13 19.1 19.1 19.1

Rendah 55 80.9 80.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

Statistics

Trombosit

N Valid 68

Missing 0

Mean 69335.29

Std. Deviation 24450.448

Minimum 5000

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 5.1. Alur perhitungan sampel.
Gambar 5.3. Distribusi DBD Berdasarkan Umur
Tabel 5.1. Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Derajat Penyakit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

tabaci yang tumbuh di area pertanaman cabai merah menunjukkan bahwa terdapat 27 spesies tanaman inang yang terdiri dari 22 genus dari 13 famili yang meliputi tanaman budidaya

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeteksi cacat bantalan bola lintasan luar pada fan industri berbasis classifier SVM menggunakan input parameter statistik

Den- gan keparahan kemiskinan rata-rata 44,3 persen dalam tiga tahun tersebut, tampak bahwa tingkat kesulitan warga miskin, baik di perdesaan maupun di perkotaan Sultra,

Selain biaya dan resikonya terlalu besar, merger bank BUMN juga akan melanggar ketentuan PP tentang Pembelian Saham Bank Umum, dimana ada batasan bahwa merger maksimal tidak

Sebuah anugerah dan bukti kasih-NYA, sehingga skripsi yang berjudul Peran Modal Sosial dalam Pencapaian Keberhasilan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) (Studi Kasus

Maka, perlu dirancang Propeler Turbin Angin yang optimal yang dapat menjawab kebutuhan energi di daerah perkotaan khususnya pada Gedung Hemat Energi yang sengaja dirancang khusus