SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
SANTI
NIM: 106011000171
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Santi
NIM : 106011000171
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Efektivitas Strategi Pembelajaran Kooperatif pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran)
Dosen Pembimbing : Yudhi Munadi, M.Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian
Munaqasah.
Jakarta, 21 April 2011
Yang Menyatakan
SANTI
i
NIM : 106011000171
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran)
Pelajaran Agama Islam di sekolah-sekolah umum dan madrasah sudah ada sejak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Berbagai metode yang sering digunakan pada tiap pembelajaran seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain, akan tetapi tujuan pendidikan yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Siswa-siswi kurang berminat pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Padahal mata pelajaran agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib tiap jenjang pendidikan. Untuk mengubah keadaan tersebut perlu perencanaan yang matang dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif membawa siswa kepada pembelajaran yang aktif sehingga mampu mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah atas materi yang diberikan guru secara bekerja sama. Guru tidak lagi sebagai pusat belajar, akan tetapi siswa lah yang menjadi pusat belajar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
ii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan seluruh alam yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia yang tak terhingga kepada hambanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
di Sekolah (Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran)”. Salawat dan
salam semoga tetap tercurahkan ke hadirat Rasulullah Muhammad saw, beserta
keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dan berjasa dalam pembuatan skripsi ini sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis persembahkan
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang dibuat selalu mengarah pada
kemajuan yang signifikan.
3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yudhi Munadi, M.Ag, Dosen pembimbing. Terima kasih tak terkira atas
kesediaannya berbagi ilmu serta meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberi saran dan nasihat demi keberhasilan penulis dalam
iii
6. Kepala Sekolah dan segenap dewan guru di SMP Islam Al-Azhar 4
Kemandoran, khususnya kepada Bapak Khozin, S.Ag (Guru PAI) yang
telah meluangkan waktu dan bantuannya selama proses penelitian.
7. Orang tua tercinta Bapak Sarmubi dan Ibu Hamnah beserta keluarga, yang
selalu setia memberikan dukungan kepada penulis. Dengan segala
perhatian, doa, dorongan, dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan
mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi dengan baik dan penuh pengorbanan.
8. Aa Tyo yang selalu memberikan perhatian, motivasi, doa, dan bantuannya
kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku BGP Girl’s (Rara, Isma, Dlah, Nadya, Pitty, Vda,
Ndah, Farah, dan Yayah) untuk kebersamaan, doa dan support kepada
penulis. Anak-anak Adem Ayem (Irma, Zee, Ma’a, dan Uphi) semoga
ukhuwah kita selalu terjaga.
10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa FITK angkatan 2006 (Fathia,
Ning, Ana, Emi, Wati, Yuli, dll) semoga komunikasi kita tetap terjaga.
Penulis berdoa semoga segala bantuan yang telah mereka berikan menjadi
amal ibadah yang mendapat balasan dari Allah swt. Setelah penulis berusaha dan
berdoa, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna bagi orang
lain. ”Khoirunnas anfa’uhum linnas”.
Jakarta, April 2011
iv
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK………..i
KATA PENGANTAR………...ii
DAFTAR ISI………..iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……1
B. Identifikasi Masalah……….…...6
C. Pembatasan Masalah……….……...………7
D. Perumusan Masalah.………7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………....7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif………....9
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif……….……...9
2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif……….12
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif……….13
4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif………...15
B. Pendidikan Agama Islam………..17
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam………...17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam……….23
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam………...25
v
C. Metode Penelitian……….29
D. Teknik Pengumpulan Data……….29
E. Instrumen Penelitian………..30
F. Teknik Analisis Data……….….30
G. Triangulasi Data……….31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran………....32
B. Deskripsi Data………34
1. Hasil Observasi Perencanaan Tertulis (RPP)………..35
2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Kooperatif…………...40
3. Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam………..49
C. Interpretasi Data………...52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………56
B. Saran………..…58
DAFTAR PUSTAKA………59
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses yang amat penting di dalam kehidupan
individu dan masyarakat. Pemahaman terhadap hakikatnya memerlukan
pemahaman terhadap segala dimensinya. Sebagian ahli pendidikan berpendapat
bahwa sekolah merupakan satu-satunya pusat pendidikan, karena sekolah
merupakan lembaga yang diperuntukkan secara khusus bagi pendidikan. Pada
kenyataannya, terdapat banyak pusat pendidikan, seperti keluarga, tetangga,
kampung halaman, lingkungan, dan sekolah. Di samping masjid, tempat-tempat
pertemuan, media massa (seperti surat kabar, radio, dan televisi), dan lain-lain
yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pendidikan
dan pembentukan kepribadian individu.1
Untuk mengembangkan kompetensi pendidikan yang mampu menjawab
tantangan dunia global, maka pemerintah harus melakukan berbagai kebijakan,
dan selama ini kita selalu mencontoh kepada kebijakan pendidikan dunia maju.
Satu hal yang perlu kita lakukan segera mungkin adalah mengangkat mutu sumber
daya lulusan pendidikan.2 Tidak hanya itu, kreativitas dan kompetensi para guru di lembaga pendidikan juga harus ditingkatkan. Karena peran guru di sekolah
sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan siswa.
1
Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2008), h.197
2
Dalam membangun dan membentuk generasi yang berkualitas, diperlukan
adanya semangat dan motivasi yang kuat dalam diri manusia itu sendiri agar
terciptanya suatu tujuan yang diinginkan. Karena menuntut ilmu merupakan
kewajiban setiap Muslim. Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah bersabda:
ملْسم ِّك ىلع ةضْيرف مْلعلْا بلط َّ إف نْيِّلاب ْ ل مْلعلْا ا بلْطا
.
ةكء امْلا َّا
بلْطي امب ءاضر مْلعلْا بل اطل ا تح ْجا عضت
(
ربلا دبع نبا ا ر
)
“Carilah pengetahuan itu, biarpun sampai ke negeri Cina, karena mencari
pengetahuan itu adalah kewajiban setiap Muslim. Sesungguhnya malaikat
mengembangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, merasa senang kepada ilmu
yang dituntutnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barri).3
Pada hadits di atas sangat jelas sekali dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw
untuk menuntut ilmu. Baik itu melalui pendidikan formal maupun nonformal,
yang manfaatnya untuk diri sendiri dan juga orang lain apabila diamalkan secara
baik dan penuh keikhlasan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) hingga saat ini masih berhadapan dengan
kritik-kritik internal. Dikatakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial
budaya, dan bersifat statis akontekstual, dan lepas dari sejarah, sehingga peserta
didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam
keseharian.4
Hal tersebut sangat disayangkan, karena Pendidikan Agama Islam merupakan
salah satu mata pelajaran yang penting untuk membangun moral dan akhlak para
siswa guna meningkatkan keimanan kepada Allah swt dan meneladani sifat Nabi
Muhammad saw serta menjadi bekal hidup di kehidupan sehari-hari. Akan tetapi
apabila sejak usia remaja saja para siswa/ pelajar kurang berminat dalam pelajaran
PAI di sekolah, maka dampak negatif yang terjadi sudah sering ditemukan dan
kita ketahui bersama, diantaranya; maraknya kenakalan-kenakalan remaja
3
Fachruddin HS & Irfan Fachruddin, Pilihan Sabda Rasul, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. I, h. 67
4
sekarang ini seperti tawuran, pergaulan bebas/ penyimpangan seksual,
minim-minuman keras, merokok, bahkan sampai terjerumus pada narkoba. Kasus-kasus
tersebut sudah banyak dialami oleh para pelajar usia remaja sampai saat ini.
Belum lagi masalah-masalah yang terjadi di lingkunag keluarga, seperti
membantah dan melawan orang tua, komunikasi yang kurang baik antara anak
dan orang tua dan masih banyak lagi. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus,
mau jadi apa generasi penerus bangsa ini? Oleh karena itu, perlu adanya tindakan
dan jalan keluar yang baik yang harus segera dilakukan oleh berbagai pihak baik
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, agar hal-hal negatif tersebut
tidak dibiarkan berlarut-larut.
Seorang guru hendaknya mampu menguasai dan memahami keadaan
siswa-siswanya dalam belajar agar siswa tidak merasa bosan karena penyampaian materi
yang bersifat monoton. Oleh karena itu, untuk mengajar dengan baik diperlukan
keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang murid. Oleh sebab itu sekolah
modern dengan sengaja mengumpulkan keterangan-keterangan itu sejak anak itu
masuk sekolah. Keterangan itu senantiasa dilengkapi selama anak itu belajar di
sekolah dan agar dapat sedalam-dalamnya mengenal latar belakang murid.5 Dengan hal seperti itu, seorang guru dapat mengetahui kondisi para siswanya
dengan baik, serta dapat pula disesuaikan gaya belajar yang seperti apa yang akan
diterapkan oleh seorang guru. Sebab masing-masing siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda seperti visual, audio, dan audiovisual.
Memang disayangkan para siswa saat ini kurang menghayati pada pelajaran
PAI yang manfaatnya itu sangat penting bagi setiap individu dalam menjalani
kehidupannya. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya atas kenakalan-kenakalan
serta kurangnya motivasi belajar para siswa tersebut, sebab pelajaran PAI menjadi
tidak menarik bisa disebabkan karena penggunaan metode atau strategi yang
kurang tepat dalam pembelajaran. Karena pemakaian metode yang kurang tepat
sangat membawa pengaruh bagi kelangsungan proses belajar mengajar, dan hal itu
akan berdampak bagi pemahaman siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.
Oleh karena itu, menjadi tugas besar bagi para guru untuk meningkatkan strategi
5
dan penggunaan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi para siswa
agar bisa mencerna dan memahami pelajaran yang telah diberikan secara optimal.
Oleh karena itu, perlu adanya konsep dalam merencanakan serta menerapkan
metode dan strategi apa saja yang harus diterapkan agar suasana kelas menjadi
fokus dan menarik bagi para peserta didik. Dengan harapan bahwa tidak hanya
pembelajaran PAI tersebut dapat dipahami siswa di sekolah, tetapi agar dapat
diterapkan pula dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak dahulu sampai sekarang metode yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran adalah metode ceramah, karena metode ceramah memang mesti
digunakan sebagai pengantar dalam suatu pembelajaran. Untuk menciptakan
suasana yang dinamis di dalam kelas, penggunaan metode ceramah harus
dikombinasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain agar proses
pembelajaran menjadi lebih .
Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2003 telah dijelaskan tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.6
Perumusan Undang-undang tentang pendidikan yang telah dipaparkan di atas,
menjadi pemicu bagi guru dan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia untuk
lebih memperhatikan mutu pendidikan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Oleh
karena itu, salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran di
sekolah tergantung pada penggunaan strategi yang diterapkan oleh guru.
Hampir tidak mungkin menggunakan satu strategi mengajar dalam satu
pelajaran. Bahan pelajaran bahkan sering memasukkan beberapa pertanyaan.
Diskusi-diskusi dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan. Ketika para siswa
bekerja bersama dalam kelompok-kelompok, mereka saling berbagi informasi,
6
bartanya dan menjalankan diskusi.7 Strategi pembelajaran yang tepat akan membina peserta didik untuk berpikir mandiri, kreatif, dan sekaligus adaptif
terhadap berbagai situasi yang terjadi dan yang mungkin terjadi. Penerapan
strategi yang tidak tepat dapat berakibat fatal.8
Begitu pentingnya suatu penggunaan strategi dan metode dalam proses
pembelajaran, maka sebagai guru harus benar-benar memikirkan suatu strategi
pembelajaran yang tepat agar esensi dari materi ajar dapat dimengerti dan
dipahami oleh seluruh siswa. Dengan begitu, indikator-indikator pembelajaran
yang diinginkan dapat tercapai.
Salah satu strategi pembelajaran yang efektif digunakan dalam suatu
pembelajaran yaitu strategi pembelajaran kooperatif. Di antara metode-metode
pembelajaran kooperatif antara lain; jigsaw, Student Teams Achievement Division
(STAD), Numbered Head Together (NHT), Teams Games Tournaments (TGT),
Think Pair Share (TPS) dan lain-lain. Dengan pembelajaran kooperatif akan
memaksimalkan waktu belajar siswa secara tepat guna. Sebab dalam
pembelajaran kooperatif itu sangat diutamakan kerja sama dalam kelompok
belajar di kelas, sehingga masalah-masalah yang dihadapi dapat dipecahkan
bersama oleh anggota kelompoknya sehingga akan menimbulkan sikap saling
membantu dan saling memberikan motivasi sehingga terjadi interaksi yang baik
sesama anggota kelompok.
Belajar dengan cara berkelompok akan memudahkan siswa dalam memahami
suatu pelajaran dibandingkan dengan belajar secara individu. Peran guru di kelas
hanya sebagai fasilitator dan mengawasi proses pembelajaran antar kelompok.
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa agar belajar mandiri dalam
mengungkapkan ide-ide serta mnyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru
secara berkelompok dan bertanggung jawab.
Untuk membangun semangat siswa dalam mempelajari Pendidikan Agama
Islam agar tidak menjadi mata pelajaran yang membosankan maka hal itu sangat
dipengaruhi oleh pemakaian strategi pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu
7
Gene E. Hall, dkk., Mengajar dengan Senang, (PT Indeks, 2008), cet. II, h.382
8
penulis ingin mengadakan penelitian mengenai penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di.sekolah. karena
pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, mamfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya.9
Berdasarkan permasalahan di atas, mendorong penulis untuk mengkaji dan
meneliti lebih lanjut mengenai penerapan strategi pembelajaran kooperatif pada
mata pelajaran PAI, apakah efektif diterapkan di SMP Islam Al-Azhar 4
Kemandoran.
Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi
dengan judul:
“IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH”
(Studi Kasus di SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Sekolah masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat
tradisional.
2. Kurangnya kesadaran anak didik dalam mempelajari Pendidikan Agama
Islam.
3. Tujuan pembelajaran yang diinginkan belum tercapai secara maksimal.
4. Pentingnya kemampuan dalam merencanakan suatu strategi pembelajaran
5. Pentingnya implementasi strategi pembelajaran pada Pendidikan Agama
Islam
9
C. Pembatasan Masalah
Untuk dapat memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan
skripsi ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PAI di
sekolah tersebut, dibatasi pada materi yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif yang digunakan.
2. Metode pembelajaran kooperatif yang digunakan yaitu jigsaw, pada materi
infaq.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang dituangkan dalam Major
Research Question sebagai berikut: “Bagaimanakah implementasi strategi
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Islam Al-Azhar 4 Kemandoran?”.
Untuk memudahkan dalam menjawab pertanyaan major tersebut di bawah ini
dibuat Minor Research Questions sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran?
2. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di
sekolah?
3. Bagaimana hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk memperoleh informasi mengenai perencanaan, proses
pembelajaran, dan hasil akhir dari penerapan strategi pembelajaran
kooperatif di SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran.
b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran PAI di SMP Islam Al-Azhar 4
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Siswa
Memperkenalkan metode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
kepada siswa dalam proses pembelajaran dan sebagai pengalaman belajar
yang berkesan bagi siswa.
b. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam
suatu pembelajaran oleh guru-guru dalam berbagai bidang ilmu.
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif.
c. Penulis
Menambah wawasan kependidikan serta sebagai bekal pengetahuan
mengenai strategi pembelajaran kooperatif sebagai metode yang tepat
dalam meningkatkan pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
d. Pembaca
Memberikan gambaran pentingnya penerapan suatu strategi yang tepat
dalam proses pembelajaran agar suasana belajar menjadi efektif dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memegahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.1
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai
suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota
kelompok.2
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
1
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 41
2
Etin Solihatin & Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membentuk
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.3
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa,
sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga
sesama siswa.4
Menurut Effandi Zakaria (2001), pembelajaran kooperatif dirangka bagi
tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi
perbincangan dengan rekan-rekan dalam kumpulan kecil. Ia memerlukan pelajar
berkongsi pendapat, memberi maklum balas serta mewujudkan dan membina
proses penyelesaian kepada seluruh masalah. Kajian eksperimental dan deskriptif
yang dijalankan menyokong pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif
boleh memberikan hasil yang positif kepada pelajar-pelajar.5
Slavin (1995) menyebutkan cooperative learning merupakan model
pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru
mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam
melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya
pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar-mengajar sesama mereka.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara bersama-sama atau kelompok, antara siswa denga siswa
lainnya saling membantu dalam memecahkan suatu permasalahan atas materi
3
Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.1, h. 54-55
4
Martinis Yamin & Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet. 1, h. 74
5
Isjoni dkk., Pembelajaran Visioner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 30
6
yang telah disajikan oleh guru agar mencapai ketuntasan dalam memahami
pelajaran.
Adapun tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil:
a. Penghargaan kelompok. Kelompok dalam kooperatif dapat memperoleh
penghargaan apabila mereka mencapai atau di atas kriteria yang
ditetapkan. Kelompok tersebut tidak dalam berkompetisi untuk
mendapatkan penghargaaan. Penghargaan ditujukan bila mereka dapat
mencapai kriteria yang ditetapkan dalam suatu minggu tertentu.
b. Tanggung jawab individu. Keberhasilan kelompok bergantung dari
pembelajaran individu dari seluruh anggota kelompok. Hal ini mendorong
anggota kelompok untuk saling membantu satu sama lain dan memastikan
setiap anggota kelompok siap untuk menghadapi tes dan tugas lainnya.
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil. Setiap siswa menyumbang kepada
kelompok mereka dengan perbaikan di atas kinerja mereka yang lalu.
Dengan metode setiap siswa baik berprestasi rendah, sedang atau tinggi
memperoleh kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.7
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah
3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras,
budaya, dan jenis kelamin yang berbeda
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada individual.8
7
Mohamad Nur, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: LPMP, 2005), h. 5
8
2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran
kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap
muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan
antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”
(Abdurrahman & Bintoro, 2000: 78-79).
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan
guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendomonasi orang lain, mandiri
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar
pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara
sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi
tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.9
9
Unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
seperti mereka sendiri
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompok memiliki
tujuan yang sama
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya
5. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompoknya
6. Siswa dapat berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi
yang ditangani dalam kelompok cooperative.10
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal. Lima
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
a. Saling Ketergantungan Positif
b. Tanggung Jawab Perseorangan
c. Tatap Muka
d. Komunikasi Antar Anggota
e. Evaluasi Proses Kelompok.11
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama (Eggen and Kauchak, 1996:279). Pembelajan kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
10
Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA Press, 2001), h. 6
11
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya, jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan berkerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan keterampilan hubungan dengan sesama manusia yang akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.12
Pentingnya tujuan kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam
memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan
untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal (Slavin, 1993).
Jika nilai siswa cukup baik sebagai kelompok, dan kelompok hanya akan berhasil
dengan memastikan bahwa semua anggotanya telah mempelajari materinya, maka
anggota kelompok akan termotivasi untuk saling mengajar.13
Pembelajaran kooperatif dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif
akan tetapi jika metode ini tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan
efek “free rider”. Efek free rider yaitu suatu kondisi di mana beberapa anggota kelompok mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam pembelajaran
sedangkan yang lainnya jalan terus, tidak melakukan aktifitas.14 Artinya aktifitas belajar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja. Kondisi ini dapat
mengurangi hasil maksimal dari pembelajaran kooperatif. Akan tetapi, kondisi
tersebut dapat diminimalisir jika guru dapat meyakinkan siswa bahwa mereka
yang telah dikelompokkan itu memiliki tanggung jawab individu selama
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada penghargaan
kelompok, tanggung jawab individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Pembelajaran kooperatif juga dapat membawa siswa agar saling ketergantungan
12
Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 42
13
Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 81-82
14
positif serta interaksi tatap muka terhadap teman kelompoknya, sehingga suasana
pembelajaran di kelas menjadi efektif dan menyenangkan.
4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang
seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok
(Teams games Tournaments atau TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi
Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).15
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.16
Dalam STAD, pelajar-pelajar ditugaskan untuk bekerja dalam satu
kumpulan kecil yang terdiri dari empat orang yang mempunyai latar belakang
dan tahap pencapaian yang berbeza. Pada peringkat permulaan, guru akan
menyampaikan bahan pengajaran. Ini diikuti dengan setiap pelajar yang
berkumpul dalam kumpulan masing-masing dan melaksanakan tugas
sebagaimana yang dipertanggungjawabkan.17
b. Jigsaw
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik
yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan
dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan
sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui
mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk
15
Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 49
16
Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 52
17
mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap
menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.18
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi
yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini
adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain.19 Lebih jelasnya, para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan
“lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah
semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda mempunyai
fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan
topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali
kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya
mengenai topik mereka. Yang terakhir adalah, para siswa menerima penilaian
yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim, seperti
dalam STAD.20
c. Teams games Tournaments/TGT (Investigasi Kelompok)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan
pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan
dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan
jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan
bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma
dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat
pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan
komunikasi dan proses kelompok yang baik.21
18
Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.1, h. 89
19
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 124
20
Robert E. Slavin, Cooperative Learning…, h. 237
21
d. Think Pair Share (TPS)
Strategi thing-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini berkembang
dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland
sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.22
e. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Haed Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.23
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan secara umum dapat diartikan dari dua segi yaitu segi bahasa dan
istilah. Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan
22
Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 61
23
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.24 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan.25
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering digunakan
pada beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib. Namun
demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada
pengertian pendidikan.
Kata ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran
yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan
keterampilan. Penunjukkan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai
dengan firman Allah SWT.26
Artinya:Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"27
Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh,
mendidik, dan memelihara.28 Seperti yang terdapat dalam al-Qur’an:
24Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. III, h. 10
25
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I, h. 204
26
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 85-86
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandunag: PT Syaamil Cipta
Media), h. 6
28
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".29
Sedangkan kata al-ta’dib, merupakan masdar dari kata addaba, yang dapat
diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.30
Mengenai pengertian pendidikan menurut istilah, disampaikan oleh beberapa
tokoh, antara lain sebagai berikut.
Anton Moeliono, et-al, mendefinisikan pendidikan sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan,
dan cara-cara mendidik. Ali Ashraf, melihat pendidikan merupakan sebuah
aktivitas sistematis yang memiliki maksud tertentu. Di arahkan untuk
mengembangkan daya kreativitas individu (anak didik) secara menyeluruh.31 William Mc Gucken, S.J. seorang tokoh pendidikan Katolik berpendapat,
bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan
kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual,
maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan
individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu
dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnya.32
Dari beberapa pengertian di atas, walaupun terdapat berbedaan dalam redaksi
namun dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas yang teratur,
sistematis yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa dan bertanggung jawab
untuk meningkatkan kemampuan dan kepribadian anak dengan jalan pembinaan
potensi-petensi pribadi yang dimilikinya baik jasmani maupun rohani.
Setelah menguraikan pengertian pendidikan secara umum, penulis
selanjutnya membahas tentang pengertian pendidikan Islam dan pendidikan
agama Islam.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h. 284
30
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar…, h. 90
31
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar…, h. 92
32
Menurut Muzayin Arifin, hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang
dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui
ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Ahmad D. Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
program bimbingan subyek pendidikan (guru, pendidik) kepada objek pendidikan
(murid) dengan bahan materi tertentu, dalam jangka waktu tertentu, dengan
metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya
pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Menurut Yusuf Qardhawi,
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.33
Pendidikan agama adalah salah satu dari tiga mata pelajaran yang wajib
diberikan pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan (Pendidikan Pancasila,
pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan) (UU Nomor 2 Tahun 1989
Pasal 39 ayat (2)). Dalam pasal penjelasan diterangkan pula bahwa pendidikan
agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional, dan merupakan salah satu hak peserta didik dan
mendapat pendidikan agama, sesuai pasal 12 Bab V UU No. 20 Tahun 2003.
“Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan sesuai oleh
pendidik yang beragama”.34
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran
agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3: 2002).
33
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS, 2005), cet. I, h. 20
34
Menurut Zakiah Daradjat (1987: 87) pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf (1986: 35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada
Allah swt. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.35
a. Pendidikan Agama pada Sekolah Umum
Setelah anak melalui masa pertumbuhannya yang pertama dalam keluarga,
di mana telah didapatnya berbagai pengalaman, yang akan menjadi bagian
dari pribadinya yang mulai bertumbuh itu. Maka guru agama di sekolah
umum mempunyai tugas yang tidak ringan, karena ia harus menghadapi
keanekaragaman pribadi dan pengalaman agama, yang dibawa oleh
anak-anak dari rumahnya masing-masing. Ada anak-anak yang mempunyai sikap positif
terhadap agama karena orang tuanya tekun beragama, sering mengajaknya
serta dalam ibadah dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.
Sudah barang tentu di dalam pribadinya telah banyak terdapat unsur-unsur
keagamaan di samping pengalaman beragama juga telah cukup untuk ukuran
umurnya. Maka dia mengharapkan agar guru agama dapat segera menambah
pengalamannya dalam agama.
Di lain pihak akan ada pula anak yang belum pernah mendapat
pengalaman agama di rumahnya, karena orang tuanya tidak pernah
menjalankan agama dalam hidup mereka, sikap mereka acuh tak acuh dan
agama tidak pernah mereka sebut-sebut dalam kehidupan sehari-hari. Maka
anak itu, juga akan mempunyai sikap acuh tak acuh terhadap agama, dia akan
menghadapi pelajaran agama dengan sikap yang netral, bukan positif dan
35
bukan pula negatif. Apakah nanti dia akan tertarik kepada agama atau tidak,
tergantung pada guru agama dan situasi sekolah pada umumnya. Jika guru
agama mempunyai kepribadian yang menarik, serta mampu membawakan
pendidikan agama sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak
dan dapat pula menyajikan pelajaran agama sedemikan rupa sehingga
menarik minat anak, maka si anak tadi akan tertarik kepada agama. Dan
demikianlah sebaliknya dengan guru yang tidak memenuhi syarat.36
Dalam operasionalnya pendidikan agama di sekolah-sekolah umum diatur
oleh Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan (sekarang
bernama Menteri Pendidikan Nasional). Di sekolah-sekolah negeri sejak dari
pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, pendidikan agama
dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya.37
b. Pendidikan Agama di Madrasah
Suatu ciri pendidikan madrasah yang terpenting adalah pembinaan jiwa
agama dan akhlak anak didik. Pembinaan jiwa agama dilakukan melalui
berbagai segi kehidupan anak, mulai dari tata krama, sopan santun, cara
bergaul, cara berpakaian dan cara bermain yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam; di samping pelaksanaan ibadah yang ketat, serta pembinaan
hidup yang cocok dengan ajaran Islam atau dengan kata lain bahwa
pendidikan ibadah, akhlak dan kepribadian sangat menjadi perhatian
madrasah. Oleh karena pendidikan di madrasah itu mempunyai identitas
sendiri. Yaitu penghayatan, ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, maka
seharusnya setiap guru, apapun macam pelajaran yang diberikannya dapat
memenuhi persyaratan kepribadian muslim dan keyakinan agama. Karena
setiap gerak, sikap, kata dan cara hidup guru-guru madrasah itu akan
mempengaruhi jiwa anak didik.38
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pengajaran
dalam madrasah itu harus diarahkan kepada pembinaan keyakinan beragama,
36
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet. III, h. 97-98
37
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam,…, h. 38
38
sehingga hidupnya akan selalu berpedoman kepada ajaran Islam. Di samping
itu kita semua hendaknya dapat menyadari bahwa tujuan hidup seorang
muslim adalah bahagia dunia, bahagia akhirat nanti dan terhindar dari segala
dosa yang akan membawa kepada kemurkaan Allah swt.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan artinya sesuatu yang dutuju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu
kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah tercapai.
Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai
untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.39 Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau
dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah
kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik
menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa
umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.40
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim,
yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang
yang berkepribadian muslim dalam al-Qur’an disebut “Muttaqin”. Karena itu
pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai
benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan
nasional yang akan membentuk manusia Pancasilais yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.41
Di setiap lembaga pendidikan (umum dan keagamaan), pendidikan agama
merupakan bagian dari bidang studi yang disajikan kepada peserta didik. Di dalam
39
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. I, h. 72
40
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 18-19
41
pendidikan agama sendiri diajarkan berbagai macam materi yang kesemuanya
dilandaskan kepada ajaran agama.
Khusus di lembaga pendidikan umum, pendidikan agama disajikan pada
dataran memperkenalkan ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia. Namun
ketika ada hal-hal yang dipandang dapat menyentuh permasalahan aqidah
(keyakinan) maka diambil kebijaksanaan dengan menyajikan hal tersebut secara
terpisah sesuai dengan kondisi peserta didik dilihat dari keyakinannya
masing-masing.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah, pendidikan agama yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan
kepada peserta didik sesuai dengan konsep kebaikan agama masing-masing. Lebih
jauh lagi diharapkan dengan mengikuti program pendidikan agama di sekolah,
peserta didik mampu menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan
sehari-hari.42
Dalam rangka menanamkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik di
lembaga pendidikan formal, maka program pendidikan agama memiliki peranan
puncak, bahkan boleh dikatakan sebagai penentu dari perubahan, khususnya
perubahan sikap.
Nilai-nilai Islam yang ingin ditanamkan kepada peserta didik tidak hanya
dibatasi kepada nilai ibadah dan moral saja. Namun perlu diingat bahwa Islam
memiliki ajaran terpenting, walaupun keberadaannya harus diimbangi dengan dua
hal di atas.
Ajaran yang dimaksudkan adalah “tradisi intelektual” dengan landasan
semangat pembuktian akan kebenaran Allah, hal ini terbukti dengan pernyataan
Allah yang begitu memberikan penghargaan terhadap mereka yang berilmu
pengetahuan (al-Qur’an 58: 11). Bahkan Allah secara tegas menyatakan bahwa
hanya orang-orang yang berilmu sajalah yang memiliki tingkat pengabdian
kepada-Nya yang paling tinggi QS. 35: 28.43
42
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS, 2005), cet. I, h. 80-81
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
untuk:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.44
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan Islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan
yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat
pendidikan Islam yang ada baik yang ada di masa sekarang maupun di masa yang
akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan
yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk dirinya
sesuai dengan ajaran Islam. Artinya, ruang lingkup pendidikan Islam telah
mengalami perubahan sesuai tuntutan waktu yang berbeda-beda karena sesuai
dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi.45
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
1. Al-Qur’an dan Hadits
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqih
44
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP), PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006
45
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya.46
C. Kerangka Berpikir
Pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum dan madrasah sudah ada
sejak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Berbagai metode
yang sering digunakan pada tiap pembelajaran seperti metode ceramah, diskusi,
tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain akan tetapi tujuan pendidikan yang
diinginkan belum tercapai secara maksimal. Pada umumnya guru hanya
mentransfer ilmunya kepada anak didik dan guru lah yang menjadi pusat belajar
siswa sehingga siswa bersifat pasif dan tidak dapat mengembangkan diri serta
kemampuannya secara optimal.
Diakui bahwa terdapat beberapa kesulitan dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam, baik yang bersifat internal maupun eksternal, berasal dari sifat
bidang studi PAI itu sendiri yang banyak menyentuh aspek-aspek metafisika dan
bersifat abstrak, atau menyangkut hal-hal yang bersifat supra rasional. Sedangkan
kesulitan eksternal berasal dari luar bidang studi PAI itu sendiri, antara lain
menyangkut dedikasi guru PAI mulai menurun, lebih bersifat transaksional dalam
bekerja, orang tua di rumah kurang memperhatikan pendidikan agama anaknya,
orientasi tindakan semakin materialis, orang semakin bersifat rasional, orang
semakin bersifat individualis, kontrol sosial semakin melemah, dan lain-lain.
Kesulitan eksternal tersebut pada dasarnya bersumber pada watak budaya Barat
yang sudah betul-betul mengglobal.47
Untuk mengubah keadaan tersebut perlu perencanaan yang matang untuk
menentukan metode-metode pembelajaran yang efektif diberbagai bidang ilmu,
46
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP), PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006
47
khususnya pada mata pelajaran PAI. Guru pun dituntut lebih kreatif dan inovatif
dalam menyusun strategi dan rencana pembelajaran di kelas.
Salah satu metode yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa di kelas
yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif membawa
siswa kepada pembelajaran yang aktif sehingga mampu mengembangkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah atas materi yang diberikan guru
secara bekerja sama. Guru tidak lagi sebagai pusat belajar, akan tetapi siswa lah
yang menjadi pusat belajar sehingga masing-masing siswa dapat mengerti dan
memahami materi pelajaran secara utuh sehingga diingat dalam jangka waktu
yang lama dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Begitu pentingnya suatu penggunaan strategi dalam proses pembelajaran,
maka sebagai guru harus benar-benar memikirkan suatu strategi pembelajaran
yang tepat agar esensi dari materi ajar dapat dimengerti dan dipahami oleh seluruh
siswa. Dengan begitu, indikator-indikator pembelajaran yang diinginkan dapat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran.
Beralamat di jalan Kemandoran 1 No. 41, Palmerah Barat kelurahan Grogol Utara
Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta-Selatan. Waktu penelitian berlangsung pada
bulan Januari - Februari 2011.
B. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa SMP
Islam Al-Azhar 4. Adapun populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VIII
yang berjumlah 120 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu kelas
VIII-B sebanyak 31 orang dan sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling
yaitu metode penetapan sampel dengan didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat, atau
kriteria-kriteria tertentu untuk memberi informasi secara maksimal tentang suatu
masalah.1 Alasan pengambilan sampel ini karena kelas VIII-B merupakan kelas bilingual atau bisa dikatakan sebagai kelas unggulan guna mempermudah dalam
proses penelitian.
1
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu metode survei.
Penelitian survei ini meneliti tentang kelompok besar melalui penelitian langsung
dari subjek. Metode survei ini melibatkan pengukuran banyak orang dan biasanya
menggunakan angket dan wawancara, biasanya meneliti tentang sikap.2 Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Poerwandari menyatakan
bahwa dalam penelitian kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi justru
dipilih mengikuti kriteria tertentu.3
Bogdan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman
penulisan karya ilmiah yang diterbitkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu
penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Oleh karena itu
pengumpulan data mutlak diperlukan dalam suatu penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mengamati
keadaan pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas terkait dengan
pengamatan pembelajaran kooperatif.
2
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri & lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. I, h. 37
3
Poerwandari, E.K., Penelitian Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005), h. 102
4
2. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pada penelitian ini penulis mengadakan wawancara dengan guru
dan empat orang siswa guna mendapatkan informasi secara langsung.
3. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam atau sosial yang diamati. Adapun instrumen penelitian yang akan
digunakan untuk memperoleh data mengenai implementasi strategi pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran pendidikan agama Islam kali ini dibuat dalam
bentuk form penelitian dan wawancara. Form penelitian diisi oleh penulis untuk
mengamati segala aspek dalam kegiatan pembelajaran guna menjawab pertanyaan
penelitian.
Kemudian instrumen non test dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada
guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan beberapa siswa, yang juga
dipergunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung mengenai
implementasi strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Penulis melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskripkan. Kemudian,
transkrip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan disederhanakan
dengan menggunakan kategorisasi atau pengkodingan agar mempermudah proses
pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan,
diterjemahkan dan dianalisa untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan
penelitian. Terakhir, berdasarkan hasil analisis data maka dirumuskan bahwa
strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
G. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.5 Pada penelitian ini, penulis membandingkan data yang diperoleh dari observasi dengan hasil wawancara
beberapa siswa dan guru dalam rangka membantu peneliti dalam meningkatkan
derajat kepercayaan data yang diperoleh. Melalui pengecekan tersebut ternyata
data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan pernyataan
beberapa sumber yang diwawancarai.
5
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran 1. Sejarah Berdirinya SMP Islam Al-Azhar 4
SMP Islam al-azhar beralamat di jalan Kemandoran 1 No. 41, Palmerah Barat
kelurahan Grogol Utara Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta-Selatan. Status
sekolah, swasta dengan jenjang akreditasi (disamakan/ A). Nama yayasan atau
pengelola SMP Islam Al-Azhar 4 ini yaitu Yayasan Ar-Ridho. Di lokasi sekolah
ini juga terdapat TK/ SD/ SMP yang dikelola oleh Yayasan Ar-Ridho.
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
(1) Kokoh dalam Aqidah Islam
1.1.Menjunjung kejujuran
1.2.Melaksanakan ibad