• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN ANAK AUTIS DALAM

MENCAPAI KEMANDIRIAN DI YAYASAN ANANDA KARSA

MANDIRI (YAKARI) MEDAN

Diajukan Oleh :

SITI RAHMA

100902082

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Siti Rahma 100902082

ABSTRAK

Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan

(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 103 halaman, 43 tabel, 3 lampiran, 20 daftar pustaka)

Diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan maupun terapi untuk anak autis secara umum. Peningkatan pelayanan itu diharapkan dapat menampung anak autis lebih banyak serta meminimalkan problem belajar maupun komunikasi terutama pada anak-anak autis. Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak autis diperlukan suatu implementasi sistem pelayanan secara terpadu.

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), yang bertempat di Jl. Seibatu Rata No. 14 Medan. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan populasi 12 orang, sehingga semua populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi tempat penelitian, menyebarkan angket dan wawancara. Kemudian data yang diperoleh dianalisis melalui metode pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa sistem pelayanan yang diberikan yayasan kepada anak autis untuk mencapai kemandirian, yaitu metode Lovas/ABA yaitu melalui pendekatan perilaku. Terapi okupasi, yaitu berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari anak autis. Terapi dengan menggunakan simbol atau gambar yang berfungsi untuk mengembalikan komunikasi spontanitas anak. Pemberian obat-obatan ataupun vitamin sesuai dosis dan gangguan yang terjadi. Membantu anak dengan kebutuhan khusus agar dapat mandiri, Membantu orangtua yang memiliki anak autis untuk memahami kebutuhan anak tersebut. Selain itu metode pembelajaran yang diberikan oleh yayasan berupa sistem pelayanan yang diberikan kepada anak berupa program individual class dimana anak diterapi dengan teknik online atau secara langsung. Oleh karena itu, yayasan tetap harus memperhatikan pelayanan dan dapat mengetahui hal apa yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat menunjang spontanitasnya dan melihat sejauh mana proses terapi yang diberikan memperoleh hasil yang baik bagi perkembangan anak dan juga yayasan.

(3)

SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

 

Siti Rahma 100902082

ABSTRACT

Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan

(This thesis consists of 6 chapters, 103 pages, 43 tables, 3 attachments, 20 bibliography)

Necessary efforts to improve education and therapy services for children with autism in general. Improved service is expected to accommodate more children with autism as well as minimizing the learning and communication problems, especially in children with autism. One of the efforts to improve the quality and quantity of services required of a child with autism in an integrated service system implementation.

This research was conducted Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), which is located on Jl. Seibatu Rata No. 14 Medan. This study includes a descriptive study, with a population of 12 people, so that all the population sampled. Data was collected by observation study sites, distributing questionnaires and interviews. Then the data were analyzed through a quantitative approach.

The results of the field study showed that there are some system services provided the foundation for autistic children to achieve independence, which is the method Lovaas / ABA that is through a behavioral approach. Occupational therapy, which is focused to for daily living abilities of autistic children. Therapy using a symbol or image that serves to restore the spontaneity of children's communication. Providing drugs or vitamins as prescribed and disturbance. Helping children with special needs to be self-sufficient, Helping parents of children with autism to understand the needs of the child. Besides learning methods provided by the foundation in the form of a system of care provided to children in the form of a class of individual programs where children are treated with the technique online or in person. Therefore, the foundation still must pay attention to the service and can find out what is needed by the child to be able to support spontaneity and see to what extent a given therapeutic process to obtain good results for children's development as well as foundations.

(4)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah SWT

yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Implementasi Sistem Pelayanan Anak

Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI)

Medan”. Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) adalah salah satu yayasan yang

bergerak dalam bidang sekolah dan klinik khusus anak autis ataupun bagi anak yang

berkebutuhan khusus lainnya.

Dalam penulisan skripsi ini begitu banyak pihak-pihak yang membantu

penulis baik dalam hal materi, moral, maupun moril sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

FISIP USU.

3. Bapak Agus Suriadi M. Si yang merupakan Dosen Pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, bimbingan serta waktunya untuk membimbing

(5)

4. Seluruh Dosen FISIP USU terkhusus dosen-dosen Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis

dari awal semester perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Kedua orangtua penulis yang sangat penulis sayangi dan hormati, yang selalu

memberikan dukungan baik materi, moral maupun moril selama perkuliahan.

Skripsi ini ku persembahkan buat Ayah dan Ibu Ku tercinta semoga panjang

umur sehat selalu dan murah rezeki.

6. Adek-adek Ku yang tercinta Fahri, Ashar, Alfi. Terima kasih buat kalian

semua, semoga kita semua menjadi orang sukses yang tak lupa daratan.

7. Teman-teman yang ku sayangi TwOG, Kos Hijau, teman seperjuangan semua,

good luck for us.

8. Untuk teman-teman satu stambuk Kessos 2010, terima kasih buat semua

dukungan dan kebersamaannya di Kessos 2010, sukses buat kita semua,

salam Kessos.

9. Pimpinan Yayasan Ananda Karsa Mandiri Ny. Rusly, semua staf Yayasan

terima kasih saya ucapkan atas bantuannya sehingga saya bisa melalukan

praktikum dan penelitian di YAKARI.

10.Seluruh rekan-rekan dan semua pihak yang mendukung ku yang tak bisa ku

sebutkan namanya satu persatu, semoga kita semua sehat selalu dan diberikan

(6)

Besar harapan penulis skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang

membacanya. Dengan penuh kerendahan hati, penulis juga menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengucapkan minta maaf

apabila ada salah kata dalam penulisan, dan sangat mengharapkan saran dan kritik

dari pembaca yang bersifat membangun ke depannya.

Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(Siti Rahma)

   

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTARISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi ... 10

2.1.1 Pengertian Implementasi ... 10

2.2 Pelayanan ... 11

2.2.1 Pengertian Pelayanan ... 11

2.2.2 Sistem Pelayanan Sosial ... 12

2.2.3. Fungsi sistem Pelayanan Sosial ... 13

2.3 Autis ... 15

(8)

2.3.2 Gejala Autis ... 17

2.3.3 Penyebab Autis ... 19

2.3.4 Hambatan-hambatan Anak Autis ... 20

2.3.5 Macam-macam Terapi Penunjang Bagi Anak Autis ... 21

2.3.6 Penanganan/Penatalaksanaan Terpadu ... 24

2.4 Pendidikan dan Pemberdayaan Anak Autis ... 24

2.4.1 Bentuk Pelayanan Pendidikan Bagi Anak autis ... 24

2.4.2 Pemberdayaan Anak Autis ... 25

2.5 Kemandirian ... 26

2.5.1 Kemandirian Anak autis ... 26

2.5.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kemandirian Anak Autis ……….27

2.6 Kerangka Pemikiran ... 28

2.7 Defenisi Konsep dan Operasional ... 31

2.7.1 Defenisi Konsep ... 31

2.7.2 Defenisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 36

3.2 Lokasi penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan data ... 37

3.5 Teknik analisis Data ... 38

(9)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Yayasan atau Lembaga ... 39

4.2 Landasan Hukum Yayasan ... 44

4.3 Letak dan Kedudukan Lembaga... 44

4.4 Tujuan dan Program Lembaga ... 45

4.4.1 Tujuan Lembaga... 45

4.4.2 Program Lembaga ... 45

4.4.3 Visi dan Misi Lembaga ... 46

4.5 Struktur Lembaga ... 46

BAB VANALISIS HASILPENELITIAN 5.1 Analisis Identitas Responden ... 50

5.2 Analisis Data Penelitian ... 55

BAB VIPENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 93

6.2 Saran ... 96

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 52

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 53

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Anak ... 54

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Lama Anak Menjadi Murid di Yayasan Ananda Karsa Mandiri ... 55

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Fasilitas atau Sarana dan Prasarana di YAKARI... 56

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Anak Mendapatkan Pendidikan Yang Baik Selama Menjadi Murid di YAKARI ... 57

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Fasilitas Pendidikan yang Diberikan oleh YAKARI... 58

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah YAKARI Menyediakan Pendidikan Keterampilan ... 59

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Terapi yang Diberikan YAKARI ... 60

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Sistem Pelayanan yang Diberikan YAKARI ... 61

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Para Terapis di YAKARI ... 62

(11)

Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Apasajakah Kegiatan YAKARI Untuk

Mendukung Kemandirian Anak ... 64

Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Sekolah di YAKARI ... 65

Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Anak Mengalami Kemajuan

Setelah Menjadi Anak Didik di YAKARI ... 66

Tabel 18. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Anak Diberikan Pendidikan

yang Lain Selain di Sekolah Khusus Anak Autis ... 67

Tabel 19. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Terapis Sering Memberikan

Arahan ataupun Informasi Tentang Perkembangan Anak ... 68

Tabel 20. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Diawasi Dengan Baik oleh

YAKARI Ketika Berada di Sekolah ... 69

Tabel 21. Distribusi Responden Tentang Apakah Terapis Memberikan Hukuman Jika

Anak Melanggar Disiplin ... 70

Tabel 22. Distribusi Responden Tentang Apakah YAKARI Mengalami Keterbatasan

Tenaga Didik ... 71

Tabel 23. Distribusi Responden Tentang Pemberian Motivasi Untuk Perkembangan

Anak ... 72

Tabel 24. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Lebih sering Bermain Sendiri

Setiap Hari ... 73

Tabel 25. Distribusi Responden Tentang apakah Anak Selalu Diberikan Obat Khusus

Untuk Menunjang Perkembangan ... 74

Tabel 26. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Sering Mengamuk Tanpa

Sebab ... 75

(12)

Sesama Anak Berkebutuhan Khusus ... 76

Tabel 28. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Mampu Merawat Diri Sendiri

... 77

Tabel 29. Distribusi Responden Tentang Sejak Kapan Orangtua Mengetahui Anak

Termasuk Autis ... 78

Tabel 30. Distribusi Responden Tentang Apakah Orangtua Mengetahui Program

Apasaja Untuk Mendukung Perkembangan Anak ... 79

Tabel 31. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Mampu Bersosialisasi dengan

Adanya Treatment Pendekatan Perilaku (Lovas/ABA) ... 80

Tabel 32. Distribusi Responden Tentang Apakah anak Mampu Mengendalikan Emosi

Setelah Mendapatkan Terapi Pendekatan Perilaku ... 81

Tabel 33. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Mampu Mandiri Setelah

Mendapatkan Terapi Okupasi ... 82

Tabel 34. Distribusi Responden Tentang Apakah anak Mampu Melakukan Kegiatan

dengan Baik Ketika Sedang Bersama Komunitasnya di Sekolah ... 83

Tabel 35. Distribusi Responden Tentang Bagaimana Sikap Anak Selama Berada di

Lingkungan Sekolah ... 84

Tabel 36. Distribusi Responden Tentang Program Individual Class ... 85

Tabel 37. Distribusi Responden Tentang Apakah Anak Mampu Berkomunikasi

dengan Terapi Gambar atau PECS (Picture Exchange Communication System) ... 86

Tabel 38. Distribusi Responden Tentang Apakah dengan Terapi Wicara Dapat

Membuat Anak Merespon Ritme atau Bunyi... 87

Tabel 39. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Anak Sering Mengalami Alergi

Terhadap Makanan tertentu... 88

Tabel 40. Distribusi Responden Tentang Apakah Yayasan Ananda Karsa Mandiri

(13)

Tabel 41. Distribusi Responden Tentang Apakah Pemberian Obat-obatan Berada di

Bawah Pengawasan Dokter Ahli ... 90

Tabel 42. Distribusi Responden Tentang Bagaimana Respon Anak Terhadap Semua

Terapi yang Diberikan ... 91

Tabel 43. Distribusi Responden Tentang Spontanitas Anak Setelah Mendapatkan

Terapi ... 92  

 

(14)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Siti Rahma 100902082

ABSTRAK

Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan

(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 103 halaman, 43 tabel, 3 lampiran, 20 daftar pustaka)

Diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan maupun terapi untuk anak autis secara umum. Peningkatan pelayanan itu diharapkan dapat menampung anak autis lebih banyak serta meminimalkan problem belajar maupun komunikasi terutama pada anak-anak autis. Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak autis diperlukan suatu implementasi sistem pelayanan secara terpadu.

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), yang bertempat di Jl. Seibatu Rata No. 14 Medan. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan populasi 12 orang, sehingga semua populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi tempat penelitian, menyebarkan angket dan wawancara. Kemudian data yang diperoleh dianalisis melalui metode pendekatan kuantitatif.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa sistem pelayanan yang diberikan yayasan kepada anak autis untuk mencapai kemandirian, yaitu metode Lovas/ABA yaitu melalui pendekatan perilaku. Terapi okupasi, yaitu berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari anak autis. Terapi dengan menggunakan simbol atau gambar yang berfungsi untuk mengembalikan komunikasi spontanitas anak. Pemberian obat-obatan ataupun vitamin sesuai dosis dan gangguan yang terjadi. Membantu anak dengan kebutuhan khusus agar dapat mandiri, Membantu orangtua yang memiliki anak autis untuk memahami kebutuhan anak tersebut. Selain itu metode pembelajaran yang diberikan oleh yayasan berupa sistem pelayanan yang diberikan kepada anak berupa program individual class dimana anak diterapi dengan teknik online atau secara langsung. Oleh karena itu, yayasan tetap harus memperhatikan pelayanan dan dapat mengetahui hal apa yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat menunjang spontanitasnya dan melihat sejauh mana proses terapi yang diberikan memperoleh hasil yang baik bagi perkembangan anak dan juga yayasan.

(15)

SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

 

Siti Rahma 100902082

ABSTRACT

Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan

(This thesis consists of 6 chapters, 103 pages, 43 tables, 3 attachments, 20 bibliography)

Necessary efforts to improve education and therapy services for children with autism in general. Improved service is expected to accommodate more children with autism as well as minimizing the learning and communication problems, especially in children with autism. One of the efforts to improve the quality and quantity of services required of a child with autism in an integrated service system implementation.

This research was conducted Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), which is located on Jl. Seibatu Rata No. 14 Medan. This study includes a descriptive study, with a population of 12 people, so that all the population sampled. Data was collected by observation study sites, distributing questionnaires and interviews. Then the data were analyzed through a quantitative approach.

The results of the field study showed that there are some system services provided the foundation for autistic children to achieve independence, which is the method Lovaas / ABA that is through a behavioral approach. Occupational therapy, which is focused to for daily living abilities of autistic children. Therapy using a symbol or image that serves to restore the spontaneity of children's communication. Providing drugs or vitamins as prescribed and disturbance. Helping children with special needs to be self-sufficient, Helping parents of children with autism to understand the needs of the child. Besides learning methods provided by the foundation in the form of a system of care provided to children in the form of a class of individual programs where children are treated with the technique online or in person. Therefore, the foundation still must pay attention to the service and can find out what is needed by the child to be able to support spontaneity and see to what extent a given therapeutic process to obtain good results for children's development as well as foundations.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, peningkatan jumlah anak

berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar dan komunikasi, terutama

penyandang autis semakin banyak. Maka diperlukan upaya untuk meningkatkan

pelayanan pendidikan maupun terapi untuk anak autis secara umum. Peningkatan

pelayanan itu diharapkan dapat menampung anak autis lebih banyak serta

meminimalkan problem belajar maupun komunikasi terutama pada anak-anak autis.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak autis

diperlukan suatu sistem pelayanan yang terpadu dan implementasinya dalam bentuk

group/kelas (sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui

modifikasi perilaku.

Di Indonesia, masalah tentang autis sudah sering dibicarakan baik di media

cetak (seperti: koran, majalah dan jurnal) maupun di media elektronika (seperti:

televisi, radio, dan internet). Tak jarang diadakan dialog dan seminar yang

mengangkat tema gangguan perkembangan pervasif ini. Tempat-tempat terapi pun

sudah banyak kita jumpai di berbagai kota di Indonesia, tentu saja dengan jenis terapi

yang berbeda-beda.

Terdapat 4-5 kasus autisme pada setiap sepuluh ribu anak. Kasus ini akan

bertambah hingga 20%, jika anak yang menderita gangguan retardasi mental berat

(17)

diungkapkan oleh Budhiman (1998) perihal angka perkembangan autisme ini. Ia

mengatakan bahwa sekitar 15-20 tahun yang lalu hanya terdapat 2-4 kasus autisme

dari 10.000 anak. Namun saat ini kasus autisme diperkirakan meningkat hingga 20%,

diseluruh dunia (Kaplan-1997 dalam skripsi Fitriyanti tentang Efektivitas Terapi

Wicara Pada Anak Autis Dengan Gangguan Perkembangan Bahasa Di Pusat Terapi

Anak Dengan Kebutuhan Khusus A plus).

Autis dijelaskan adanya kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang

yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita. Karakteristik yang menonjol pada

seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial,

berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain.

Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian

dari kelainan spektrum autis atau autism spectrum disorders (ASD) dan juga

merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung gangguan

perkembangan pervasif atau pervasive development disorder (PDD). Autisme

bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi

pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak

normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme

(http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret

2014, pukul 23:48 WIB).

Gangguan tumbuh kembang anak juga dapat dilihat secara komplek yang

gejalanya tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Gangguan autisme pada awalnya

apabila seorang anak memiliki kelemahan ditiga domain tertentu,

(18)

diungkapkan gangguan pertumbuhan anak penyandang autis dianggap berasal dari

faktor psikologis, yaitu karena kurangnya komunikasi dan kasih sayang dari orang tua

terutama ibu atapun keluarga yang tidak berfungsi secara baik dan tidak mendukung

perkembangan anak.

Autis sebagai gangguan perkembangan pervasif yang ciri utamanya adalah

gangguan kualitatif pada perkembangan komunikasi baik secara verbal (berbicara dan

menulis) dan non verbal (kurang bisa mengekspresikan perasaan dan kadang

menunjukan ekspresi yang kurang tepat) (Peeters, 2004).

Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu

sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan

perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan

apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para

ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada

hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis,

misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif

umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational

Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi

perilaku.

Saat ini dijelaskan bahwa penyebab dasar faktor seorang anak itu mengalami

gangguan tumbuh kembang seperti autis salah satunya karena faktor genetik, namun

meskipun anak membawa predisposisi genetic, bila tidak ada faktor pencetus dari luar

(19)

ibu, seperti keracunan logam berat, infeksi virus rubella, toksoplasma, jamur atau ibu

memakan obat-obatan keras terutama pada trimester pertama serta ibu pada saat

hamil mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan berbagai alergi pada

makanan sehingga mengakibatkan gangguan kekebalan tubuh. Hal inilah yang dapat

memicu anak sempat berkembang normal kemudian terjadi kemunduran disertai

dengan adanya gejala autistik.

Beberapa pelayanan treatment yang diterapkan terhadap anak autis antara lain,

pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal

sebagai Floortime. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related

Communication – Handicapped Children). Biological Treatment, meliputi tetapi tidak

terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi

perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb). Speech –

Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha

penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.

Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange

Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam

berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya

(http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret

2014, pukul 23:48 WIB).

Pelayanan autisme intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu

yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial

lainnya. Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada

(20)

Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior

Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas

sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku

Intensif.

Data menunjukkan bahwa jumlah penyandang autisme semakin hari semakin

banyak. Dari berbagai kepustakaan, dulu diperkirakan “hanya” 4-5 per 10.000

kelahiran, kemudian meningkat pada tahun 1990-an awal menjadi 15-20 per 10.000

kelahiran. Pada tahun 2000 (ASA Confrence), meningkat lagi mencapiai 60 per

10.000 kelahiran,atau 1:250 anak. Di Amerika autisme telah dinyatakan sebagai

national alarming (Purboyo, 2007).

Hasil penelitian terbaru menunjukkan satu dari 150 balita di Indonesia kini

menderita autisme. Laporan terakhir badan kesehatan dunia (WHO) yang di kutip

oleh Sinung (2008) tahun 2005 juga memperlihatkan hal serupa, yang mana

perbandingan anak autisme dengan anak normal di seluruh dunia, termasuk Indonesia

telah mencapai 1:100.

Oleh karena itu, salah satu yayasan yang menyediakan sistem pelayanan

terhadap anak yang berkebutuhan khusus seperti autis di kota Medan adalah Yayasan

Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), serta latar belakang pemilik yayasan dan sekolah

anak berkebutuhan khusus yang memiliki riwayat anak penyandang autis, mendirikan

pusat sekolah sekaligus terapi untuk anak autis. Didirikannya sekolah yakari untuk

menyelenggarakan pendidikan kepada anak autistik dalam bentuk layanan individual

classroom dengan individual education program sesuai kebutuhan individu anak

(21)

okupasi, sensori integrasi yang dilakukan dengan berbagai metode antara lain

COMPIC (Visual Support), floor time, classical dan games dibawah bimbingan guru

dan terapis yang berpengalaman, ramah, sabar dan bersahabat.

Di samping itu, klinik YAKARI berfungsi untuk melakukan pemeriksaan dan

konsultasi medis, meliputi assessment awal dan penegakan diagnosa serta konsultasi

rutin secara individual yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. Kj

(K). Hal tersebut sangat membantu para orangtua untuk mendapatkan informasi

tentang autistik, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan

terarah untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap anak yang berkebutuhan

khusus seperti anak autis dalam mencapai kemandirian anak.

Kemandirian yang dimaksud yaitu agar anak mampu untuk membantu dirinya

dalam kehidupan rutin setiap hari, seperti makan, minum, mandi, ke wc, memakai

dan melepas baju, memakai dan melepas kaos kaki, dan lain-lain

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merasa

tertarik untuk mengkaji sistem pelayanan tersebut yang dituangkan dalam penelitian

yang berjudul “ Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian Di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan arah

penelitan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah

(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana penerapan sistem pelayanan anak autis dalam mencapai kemandirian di

Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan informasi serta

untuk mengembangkan konsep-konsep ataupun teori-teori ilmu kesejahteraan sosial

untuk meningkatkan sistem pelayanan khususnya terhadap anak penyandang autis

dalam mencapai kemandirian.

2. Secara Praktis

Bagi orangtua ataupun anak penyandang autisme akan memberikan suatu

alternatif terapi yang lebih aman dan terarah serta diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada pihak-pihak yang telibat dalam upaya penyelenggaraan sistem

(23)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam VI bab dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teori yang berkaitan

dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan

defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metodologi penellitian yang terdiri

dari tipe penelitiaan, lokasi penelitian, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian

dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

(24)

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian penulis sehubungan dengan penelitian yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi

2.1.1 Pengertian Implementai

Pengertian implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan atau penerapan. Dalam hal ini, implementasi diartikan sebagai sebuah

pelaksanaan atau penerapan suatu program ataupun kebijakan yang telah dirancang

atau didesain dan dijalankan secara keseluruhan.

Secara singkat, implementasi dapat diartikan sebagai penerapan, pelaksanaan,

perwujudan dalam tindak nyata. Van Master dan Van Horn (dalam Wahab 2002),

merumuskan proses implementsi atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tunuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan implementasi dalam

pengertian luas adalah pelaksanaan dan melakukan suatu program kebijaksanaan.

Dan dijelaskan bahwa suatu proses interaksi diantara merancang dan menentukan

sasaran yang diinginkan.

Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses

kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan

tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang

terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya

(26)

dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana

telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran

atau tujuan kebijakan yang diinginkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama

yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang

implementasi, karena dalam program tesebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan yang inigin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan

itu.

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

2.2 Pelayanan

2.2.1 Pengertian Pelayanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah sebagai usaha

melayani kebutuhan orang lain. Selain itu, pengertian pelayanan menurut Kotler

dalam Laksana (2008) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yanga dapat

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Sementara itu, menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono (2005)

(27)

dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasai

jasa; dan (2) penyampaian jasa.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan

merupakan suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu diberikan kepada orang

lain.

2.2.2 Sistem Pelayanan Sosial

Sistem pelayanan sosial merupakan suatu usaha yang dilakukan kelompok atau

seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada klien

dalam mencapai tujuan tertentu. Pelayanan sosial adalah salah satu bentuk kebijakan

sosial yang ditujukan untuk mempromosikan kesejahteraan. Namun demikian,

pemberian pelayanan sosial bukan merupakan satu-satunya strategi untuk

meningkatkan kesejahteraan seseorang atau masayarakat, Ia hanyalah salah satu

strategi kebijakan sosial dalam mencapai tujuannya.

Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana

pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu di dalamnya. Perlu dibedakan dua

macam pengertian pelayanan sosial, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup

fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan,

kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan

sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan

yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga

(28)

Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanan sosial sebagaimana

dikemukakan Romanyshyn 1971, bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha

memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu

dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya

kolektifitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta masyarakat.

2.2.3 Fungsi Sistem Pelayanan Sosial

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial

sebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat.

2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat, untuk tujuan

pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar

pelayanan-pelayanan yang terorganisir dapat berfungsi.

Sementara Ricart M. Titmus dalam Muhidin (1992: 43) mengemukakan fungsi

pelayanan sosial di tinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut :

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk

lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk

masa sekarang dan masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai

suatu investasi yang di perlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial (suatu

(29)

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk

melindungi masyarakat.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai

program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial

(misalnya kompensasi kecelakaan industri dan lainya).

Sedangkan Alfred J. Khan dalam Muhidin (1992: 43) menyatakan bahwa fungsi

utama pelayanan sosial adalah:

1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan.

2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi.

3. Pelayanan akses.

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk

mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui

program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal), dan pengembangan. Tujuannya

untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian

anak.

Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi mempunyai

tujuan untuk melaksanakan pertolongan pada seseorang, baik secara individual

maupun di dalam kelompok atau keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi

masalah-masalahnya.

Adanya berbagai kesenjangan dalam pelayanan sosial akses, maka pelayanan

sosial mempunyai fungsi sebagai ”akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan

yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat

(30)

2.3 Autis

2.3.1 Pengertian Autis

Pengertian autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah

autis berasal dari kata autos yaitu diri dan isme yang berarti paham/aliran. Autis dari

kata auto (sendiri), secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki

gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.

Mujahidin (2012), menjelaskan autis merupakan gangguan perkembangan yang

mempengaruhi proses akuasi keterampilan individu manusia dalam area interaksi

sosial, komunikasi dan imajinasi.

Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan

perkembangan, diantaranya adalah:

1. Autism (autisme) yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial,

perilaku pada anak.

2. Autist (autis) yaitu, anak yang mengalami ganguan autisme.

3. Autistic child (anak autistik) merupakan keadaan anak yang mengalami

gangguan autis (Kanner & Asperger, 1943).

Pengertian autis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive

Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan

ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah

istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan

(31)

1. Autistic Disorder (Autism) : muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan

adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain

secara imaginatif serta adanya perilaku stereotipe pada minat dan aktivitas.

2. Asperger’s Syndrome : hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya

minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan

keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata

hingga di atas rata-rata.

3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) :

merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila

seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu

(Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).

4. Rett’s Syndrome : lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi

pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian

terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya, kehilangan

kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakan-gerakan

tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1-4 tahun.

5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) : menunjukkan perkembangan

yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba

kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa anak autis

yaitu anak-anak yang mengalami kesulitan perkembangan otak yang kompleks yang

mempengaruhi banyak fungsi-fungsi, seperti persepsi (perceiving), intending,,

(32)

dengan dicirikan oleh adanya hambatan kualitatif dalam interaksi sosial komunikasi

dan terobsesi pada satu kegiatan atau objek yang mana mereka memerlukan layanan

pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya.

Leo Kanner (Handojo, 2003) autis merupakan suatu jenis gangguan

perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.

Chaplin (2000) mengatakan anak autis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri.

2. menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri.

3. Keyakinan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.

2.3.2 Gejala Autis

Anak dengan autis dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua

dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan

kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta

berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat

sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima

panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan).

Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan

badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi

agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar

kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi

gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan

hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para

(33)

yang mereka terima, misalnya suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari

suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan

mereka.

1. Gangguan Komunikasi a. Terlambat bicara

b. Meracau, bicara tidak jelas atau tidak dimengerti

c. Tidak mengerti maksud pembicaraannya sendiri

d. Meniru atau membeo dengan suara monoton

e. Berbicara tetapi tidak untuk komunikasi

f. Tidak memahami pembicaraan orang lain dan tidak mampu berkomunikasi

2. Gangguan Interaksi Sosial a. Tidak ada kontak mata

b. Tidak mempunyai rasa empati

c. Tidak tertarik dengan orang lain

3. Gangguan Emosi

a. Anak biasa secara mendadak tertawa/menangis/marah tanpa sebab yang jelas

b. Sulit mengendalikan emosi

c. Seringkali ada ketakutan yang tidak wajar

4. Gangguan Perilaku

a. Bersikap tidak acuh, tidak mau diatur dan asyik dengan dunianya sendiri

b. Hyperactive sehingga selalu mondar-mandir, berlari-lari, lompat-lompat tak

(34)

namun ada juga yang hypoactive sehingga seringkali duduk bengong dan

melamun atau terpukau benda tertentu

c. Perilaku yang kaku, berulang, monoton dan merasa terganggu terhadap

perubahan

5. Gangguan Persepsi Sensoris

a. Gangguan persepsi taktil sehingga sebagian anak tidak merasakan rasa sakit

berlebihan, sebagian merasa terganggu menggunakan pakaian berbahan kasar

b. Gangguan persepsi pengecapan

c. Gangguan persepsi auditor

2.3.3 Penyebab Autis

a. Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella,

toxoplasma, herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan.

b. Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem

limbic).

c. Faktor sensory interpretation errors.

Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal

timbulnya gangguan autis. Namun demikian ada beberapa faktor yang dimungkinkan

dapat menjadi penyebab timbulnya autism, sebagai berikut :

1. Menurut Teori Psikososial

Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autis dianggap sebagai akibat

hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian

juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak

(35)

2. Teori Biologis

a. Faktor genetik, yaitu keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko

lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal.

b. Pranatal, natal dan post natal, yaitu pendarahan pada kehamilan awal,

obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.

c. Neuro anatomi, yaitu gangguan atau disfungsi pada sel-sel otak selama dalam

kandungan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi,

pendarahan, atau infeksi.

d. Struktur dan biokimiawi, yaitu kelainan pada cerebellum dengan sel-sel

purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai

kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya

kandungan dapomin atau opioid dalam darah.

3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat

tambang batu bara, dll.

4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada

60 % anak autis mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan

kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam

pendengaran dan penglihatan.

2.3.4 Hambatan-hambatan Anak Autis

Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu : anak autis

memiliki hambatan kualitatif dalam interakasi social, artinya bahwa anak auitistik

(36)

lingkungannya, seperti sering terlihat menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang

bermain sendiri, menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada kontak mata

dengan orang lain, dan bagi mereka yang keterlekatannya dengan orang tua tinggi,

anak akan cemas apabila ditinggalkan olh orang tuanya.

Sekitar 50 persen anak autis yang mengalami keterlambatan dalam berbicara dan

berbahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami pembicaraan orang lain

yang dilakukan pada mereka, kesulitan dalam memahami arti kata-kata dan apabila

berbicara tidak pada konteks yang tepat. Sering mengulang kata-kata tanpa

bermaksud untuk berkomunikasi, dan sering salah dalam menggunakan kata ganti

orang, contohnya menggunakan kata saya untuk orang lain dan kata kamu untuk diri

sendiri.

Mereka tidak mengkompensasikan ketidakmampuannya dalam berbicara dengan

bahasa yang lain, sehingga apabila mereka menginginkan sesuatu tidak meminta

dengan bahasa lisan atau menunjuk dengan tubuh, tetapi menarik tangan orang tuanya

untuk mengambil objek yang diinginkannya. Mereka juga sukar mengatur volume

suaranya, kurang dapat menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi seperti :

menggeleng, mengangguk, melambaikan tangan, dan lain sebagainya. Anak autis

memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung menyenangi lingkungan yang rutin

dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas artinya apabila mereka

menyukai suatu perbuatan maka akan terus – menerus mengulangi perbuatan itu.

(37)

2.3.5 Macam-Macam Terapi Penunjang Bagi Anak Atis

Anak autis dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak

antara lain:

1. Metode Lovas atau ABA

Metode Lovas atau ABA merupakan bentuk dari applied behaviourial analisys

(ABA). Di mana dasar metode ini adalah dengan menggunakan pendekatan perilaku

(behavioural) yang pada setiap tahap intervensi dini anak pada autis ditekankan pada

kepatuhan, keterampilan dalam meniru dan membangun kontak mata.

2. Metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Communication Handicapped Children)

TEACCH dilakukan dan ditujukan untuk anak-anak autis secara terstruktur dan

bersifat rutin dalam kehidupan sehari-hari anak. Inti dari program ini adalah agar

anak-anak dapat bekerja dengan tujuan yang jelas dalam komunitasnya. Dengan cara

membuat lingkungan teratur dan terstruktur, jadwal kerja yang jelas, membuat sistem

kerja yang dibantu melalui instruksi-instruksi berbentuk gambar atau simbol.

3. Terapi Okupasi

Terapi okupasi berfokus unuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari.

Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara

memanipulasi, memfasilitasi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan

dan pemeliharaan kemampuan anak. Metode pendekatan terapi okupasi ini

menggunakan beberapa kerangka acuan yang terstandarisasi oleh WFOT (World

(38)

a. Kerangka Acuan Psikososial:

1. Behavior/perilaku

2. Object relation

3. Cognitive behavior

b. Kerangka Acuan Sensorimotorik-Multisensoris:

1. NDT (Neuro Development treatment)

2. Sensori integrasi (Sensory Treatment)

3. Movement therapy

Terapi tersebut sangat dibutuhkan seorang anak autis untuk dapat berinteraksi

secara aktif dengan lingkungannya seperti di sekolah, di rumah maupun dengan

masyarakat.

5. Terapi PECS (Picture Exchange Communicaton System)

PECS dirancang untuk mengajarkan anak autis dapat mengembalikan fungsi

komunikasinya dengan fokus awal pada spontanitas. PECS hanya menggunakan

simbol gambar sebagai modalitas.

6. Terapi Wicara

Terapi wicara dapat dilakukan, seperti bertepuk tangan dengan ritme yang

berbeda-beda, mengimitasi bunyi vocal, kata dan kalimat, belajar mengenal kata

benda dan sifat, merespon bunyi-bunyi dari lingkungan sekitar dan belajar

membedakannya, mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar berbagai

ekspresi yang mewakili perasaan (sedih, senang, cemas, sakit, dan marah). Berlatih

(39)

7. Terapi Diet atau Makanan

Melalui makanan, orangtua dapat melakukan terapi bagi anak-anak dengan gejala

autis. Makanan yang disajikan tentu terdiri atas bahan-bahan yang bebas dari zat-zat

pemicu autisme. Terapi diet dapat dilakukan dengan terapi biomedical yaitu berupa

pengaturan makanan karena anak dengan autisme umumnya alergi terhadap makanan.

8. Terapi Medikamentosa

Pemberian obat-obatan atau vitamin sesuai dengan pengawasan dokter yang

berwenang.

2.3.6 Penanganan/Penatalaksanaan Terpadu

Pada anak dengan gejala autistik, penanganan harus dilaksanakan secara terpadu,

menyeluruh dan sedini mungkin. Sehingga selain penanganan dari luar seperti terapi

perilaku, sensori atau okupasi juga dilakukan penanganan dari dalam dengan

pemeriksaan metabolisme yang mungkin menjadi faktor pencetus gejala autistik

melalui serangkaian pemeriksaan dan terapi biomedis.

2.4 Pendidikan dan Pemberdayaan Anak Autis

2.4.1 Bentuk Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autis

Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan.

Berbagai model antara lain:

1. Sekolah Khusus Autis

Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autis terutama yang tidak

memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini

(40)

Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat,

dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.

2. Individual Program

Sistem pelayanan yang diberikan kepada anak berupa individual program

dimana anak diterapi dengan teknik online, yaitu satu anak yang berkebutuhan khusus

diterapi oleh satu orang terapis. Proses terapi bisa berupa terapi dengan metode

Lovas atau ABA, metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and

Communication Handicapped Children), terapi okupasi, terapi PECS (Picture

Exchange Communication System), terapi wicara, terapi diet makanan ataupun terapi

medikamentosa.

2.4.2 Pemberdayaan Anak Autis

Jika dilihat lebih jauh pemberdayaan hampir sama dengan pendidikan yang

memiliki tujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak

beruntung. Jadi pemberdayaan dapat diartikan suatu proses atau serangkaian kegiatan

untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah atau anak dengan

autisme dalam masyarakat sehingga mereka dapat:

1. Memenuhi kebutuhan dasarnya agar dapat memiliki kebebasan dalam

mengemukakan pendapat, dan tidak hanya itu saja melainkan juga bebas dari

kesakitan.

2. Menyangkut sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

(41)

3. Dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan

yang dapat mempengaruhi mereka (Mujahiddin, 2012: 144).

Agar ketiga hal tersebut dapat terlaksana maka pendidikan bermodelkan

pemberdayaan perlu diberikan kepada anak autis. Seperti contoh dalam kasus

penderita autisme ditemukan suatu fakta tentang keinginan atau kesukaan anak

dengan autisme dalam bidang menggambar atau bermain music, berarti ada konten

kreatif mereka yang perlu dikembangkan dan diberdayakan. Kreatifitas-kreatifitas

inilah yang kemudian harus diberdayakan sehingga anak mampu mandiri dan

memenuhi kehidupannya kelak.

2.5 Kemandirian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mandiri adalah ”berdiri sendiri”.

Kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan mengenai kemandirian

tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu sendiri. Diri adalah inti dari

kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan

seluruh aspek kepribadian (Bahara, 2008). Kemandirian juga dapat diartikan sebagai

suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak

membutuhkan arahan secara penuh.

Menurut Masrun (1986: 8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan

seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak

original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai

(42)

2.5.1 Kemandirian Anak Autis

Untuk mengembangkan tingkat kemandirian dalam diri seorang anak autis

seharusnya dilatih sejak dini baik yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga

maupun guru di sekolah khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus seperti autis.

Ketergantungan anak autis kepada guru selama proses belajar mengajar ataupun

seorang terapis dengan anak autis sebagai kliennya sangatlah dominan maka sekolah

berkewajiban mengembangkan kemandirian dan kemampuan khususnya dalam

merawat diri, keterampilan diri yang dimiliki oleh anak melalui pemberian layanan

pendidikan maupun kesehatan.

2.5.2 Faktor Pendukung Dan Penghambat Pengembangan Kemandirian Anak Autis

Adapun faktor pendukung dan penghambat anak autis dalam proses pencapaian

dan pengembangan kemandirian adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1. Motivasi yang datang dari anak tersebut.

2. Kesamaan hak dengan anak normal dalam memperoleh pendidikan dan

informal.

3. Terapis atau guru pembimbing yang profesional dan berpengalaman.

4. Sarana dan prasarana yang mendukung.

5. Orangtua atau keluarga yang mendukung serta memberikan perhatian

pendidikan dan kesehatan kepada anaknya.

b. Faktor Penghambat

(43)

2. Keterbatasan tenaga pengajar dalam menghadapi anak.

3. Sarana dan prasana yang kurang memadai.

4. Lingkungan yang kurang mendukung anak untuk mandiri.

5. Keluarga yang tidak memperdulikan proses tumbuh kembang anak karena

dianggap tidak seperti anak normal.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya setiap anak memiliki hak yang sama dengan semua anak lainnya.

Anak-anak berhak atas kesejahteraan, perawatan asuhan dan bimbingan berdasarkan

kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh

dan berkembang dengan baik. Hal ini juga termasuk kepada anak autis yang

merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan

komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya tampak pada sebelum

usia 3 tahun

Berdasarkan hal tersebut, maka Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI)

dibentuk untuk mewadahi pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi anak-anak autis

di Kota Medan. Disamping itu, pendiri YAKARI memiliki anak yang berkebutuhan

khusus seperti autis. Hal ini juga yang mendorong pendiri yayasan untuk

mengembangkan sekolah khusus anak autis.

Tujuan berdirinya YAKARI berupaya secara maksimal mensosialisasikan serta

memberikan berbagai informasi kepada masyarakat. Sehingga cepat menangani anak

yang terkena autis. Ada beberapa tujuan di lembaga ini untuk meningkatkan program

(44)

1. Memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi anak dengan

berkebutuhan khusus (special needs).

2. Membantu anak dengan kebutuhan khusus agar dapat mandiri.

3. Membantu orangtua yang memiliki anak autis dengan kebutuhan khusus

untuk memahami kebutuhan anak tersebut.

Selain itu, Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian anak autis baik berupa cara berkomunikasi ataupun

mampu untuk membantu dirinya dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya sistem pelayanan yang menunjang untuk mencapai kemandirian

anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti anak-anak autis, diharapkan dapat membantu

perkembangan anak autis. Sistem pelayanan yang diterapkan dalam program kerja

untuk meningkatkan kemandirian, kesejahteraan serta pemberdayaan anak autis, yaitu

sebagai berikut:

1. Sistem pendidikan atau pembelajaran yang dilakukan oleh para terapis yang

terlatih.

2. Sistem treatment meliputi:

a. Metode Lovas atau ABA

b. Metode TEACCH (treatment and Education of Autistic and Communication

Handicapped Children

c. Terapi okupasi

e. Terapi PECS (Picture Exchange Communication System)

f. Terapi wicara

(45)
(46)

Bagan Alur Pikir

 

Yayasan Ananda Karsa

Mandiri (YAKARI)

Sistem Pelayanan:

1. Sistem pendidikan atau pembelajaran

2. Sistem treatment meliputi:

a. Metode Lovas atau ABA

b. Metode TEACCH (treatment and

Education of Autistic and

Communication Handicapped

Children

c. Terapi okupasi

d. Terapi PECS (Picture Exchange

Communication System)

e. Terapi wicara

f. Terapi diet atau makanan

(47)

2.7

Defenisi Konsep dan Operasional

2.7.1

Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Setidaknya ada dua

sifat konsep dalam ilmu-ilmu sosial. Konsep itu sangat luas cakupannya. Akibatnya,

kajian akan konsep itu dapat dilakukan secara multi dimensi atau dapat dikaji dari

berbagai aspek (Siagian, 2011:136).

Jika dikaitkan dengan realitas sosial, maka konsep-konsep yang ada dalam

ilmu-ilmu sosial dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Konsep-konsep yang secara eksplisit menunjukkan hubungannya dengan realitas

sosial yang diwakili dan dideskripsikan.

2. Konsep yang menunjukkan hubungannya secara implisit dengan realitas sosial.

Dengan demikian sifat hubungan itu kabur dan abstrak. Bahkan tidak mudah

mengetahui hubungan konsep-konsep tersebut dengan fenomena sosial yang diwakili

dan dideskripsikan.

Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang

dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi

makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan

makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep. Secara

(48)

Oleh karena itu, untuk menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah

pengertian atas konsep yang diteliti, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan

sebagai berikut:

a. Implementasi adalah sebagai penerapan, pelaksanaan, perwujudan dalam

tindak nyata suatu program ataupun kebijakan.

b. Sistem pelayanan adalah suatu satu kesatuan yang dibutuhkan dalam

terselenggaranya suatu pelayanan untuk mencapai tujuan.

c. Anak autis adalah anak-anak yang mengalami kesulitan perkembangan otak

yang kompleks yang mempengaruhi banyak fungsi-fungsi : persepsi

(perceiving), intending,, imajinasi (imagining), dan perasaan (feeling) yang

terjadi sebelum usia tiga tahun dengan dicirikan oleh adanya hambatan

kualitatif dalam interaksi sosial komunikasi dan terobsesi pada satu kegiatan

atau objek yang mana mereka memerlukan layanan pendidikan khusus untuk

mengembangkan potensinya.

d. Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk

bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

e. Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) adalah yayasan yang memberikan

pelayanan kepada anak autis maupun anak-anak yang berkebutuhan khusus

lainnya yang didirikan berupa klinik dan sekolah untuk anak autis.

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau

(49)

dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk

memudahkan penelitian di lapangan. Sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau

buruknya pengukuran dan mengetahui ukuran suatu variabel.

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan

bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan

defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai

keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa

maupun fenomena yang diteliti maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya

transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat

diobservasi (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dengan melihat berbagai indikator

yang akan diteliti dari keberhasilan program dan tujuan dari Yayasan Ananda Karsa

Mandiri, sebagai berikut:

1. Sistem pendidikan dan pembelajaran, yaitu Pendidikan untuk anak autis usia

sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:

a. Sekolah Khusus Autis

Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autis terutama yang tidak

memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini

sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka.

Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat,

dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.

(50)

Sistem pelayanan yang diberikan kepada anak berupa individual program

dimana anak diterapi dengan teknik online, yaitu satu anak yang berkebutuhan khusus

diterapi oleh satu orang terapis. Proses terapi bisa berupa terapi dengan metode

Lovas atau ABA, metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and

Communication Handicapped Children), terapi okupasi, terapi PECS (Picture

Exchange Communication System), terapi wicara, terapi diet makanan ataupun terapi

medikamentosa.

2. Sistem treatment meliputi:

a. Metode Lovas atau ABA, yaitu dasar metode ini adalah dengan menggunakan

pendekatan perilaku.

b. Metode TEACCH (treatment and Education of Autistic and Communication

Handicapped Children, yaitu anak-anak autis melakukan kegiatannya secara

terstruktur dan jelas dalam komunitasnya.

c. Terapi okupasi, yaitu berfokus untuk membentuk kemampuan hidup

sehari-hari.

d. Terapi PECS (Picture Exchange Communication System), yaitu dirancang

untuk mengajarkan anak autis dapat mengembalikan fungsi komunikasinya

dengan fokus awal pada spontanitas.

e. Terapi wicara, yaitu dapat dilakukan seperti bertepuk tangan dengan ritme

yang berbeda, merespon bunyi, dan lain-lain.

f. Terapi diet atau makanan dapat dilakukan dengan terapi biomedical, yaitu

berupa pengaturan makanan karena anak dengan autis umumnya alergi

(51)

g. Terapi medikamentosa, yaitu pemberian obat-obatan atau vitamin di bawah

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif, yaitu

bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek atau fenomena yang

diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel

penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksinya yang

berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah-masalah

yang terjadi pada saat penelitian dengan membuat gambaran secara menyeluruh

sejauh mana implementasi dan keefektifan penerapan dan pelaksanan program di

Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) yang

berkedudukan di jalan Iskandar Muda atau Sei Batu Rata No.14 Medan yang

merupakan pusat penanganan autistik terpadu berupa sekolah dan klinik khusus

autistik. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena merupakan salah satu

lembaga non-pemerintah (yayasan) yang memberikan penanganan terhadap

anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti autis yang berupaya secara maksimal

mensosialisasikan berbagai informasi terhadap masyarakat serta memberikan

(53)

3.3Populasi dan Sampel

Istilah populasi sangat popular dalam penelitian. Secara sederhana populasi dapat

diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan

dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa

mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian.

Dalam populasi penelitian terdapat serangkaian ukuran khusus yang berlaku bagi

seluruh unsur-unsur yang menjadi bagian dari populasi itu (Siagian, 2011:155).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah orangtua atau terapis dari anak penyandang autis yang mengikuti program

maupun sistem pelayanan di Yayasan Ananda Karsa Mandiri dimana anak-anak autis

diberdayakan melalui pembelajaran atau pun pendidikan untuk mencapai

kemandirian. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 12 orang. Untuk

penelitian ini, peneliti menggunakan sampel yang merupakan unit analisis berjumlah

12 orang.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data atau

informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari

naskah-naskah yang sudah diterbitkan berupa buku, surat kabar, jurnal, arsip-arsip

(54)

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti

untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

menyebar angket kepada masyarakat yang menjadi responden.

c. Wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden

yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik

deskriptif , yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak

digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Analisis deskriptif

sering juga disebut analisis statistik deskriptif. Dengan demikian kesimpulan pada

analisis data statistik deskriptif hanya berlaku bagi masing-masing tabel atau hanya

Gambar

Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

ASSETS ASSETS Debit for Increase Credit for Decrease LIABILITIES LIABILITIES Debit for Decrease Credit for Increase RETAINED RETAINED EARNINGS EARNINGS Debit for

No. a) Klaster pertama terdiri dari Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Way Kanan, Pringsewu, dan Pesisir Barat. b) Klaster kedua beranggotakan Kabupaten Lampung Selatan,

nyata calistung yang telah dicapai oleh warga belajar. Lakukan penilaian pada setiap akhir pembelajaran untuk. memastikan apakah yang dipelajari sudah bisa atau belurn.

Pembacaan dari beberapa sensor seperti sensor ultrasonic, sensor DHT11 meliputi data suhu dan kelembaban udara, sensor LDR untuk intensitas cahaya di dalam

(<50) Skor Korelasi materi Analisis korelasi materi logis, disajikan argumentatif, menunjukkan banyak korelasi, deskripsi sangat jelas Analisis korelasi materi logis,

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji, menganalisis, dan mengetahui apakah rasio lancar, rasio hutang atas modal, return on assets, return on equity, dan ukuran

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan mengajar guru dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD N 2 Bulung Kulon dengan