LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gahyaatri Devwi A/P Sabapathy Tempat/Tanggal Lahir : Negeri Sembilan/23 JUNI 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 120100524
Alamat : Jln Dr Mansur, Gang Sehat, No.12A Medan Email : kalaisaba2001@yahoo.com
Warganegara : Malaysia
Status Pendidikan : 1. Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil Tun Sambanthan
2. Sekolah Menengah Kebangsaan Dato Kelana Putra
3. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing : dr. Nino Nasution,Sp.OT(K)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Saya, Gahyaatri Devwi Sabapathy, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara(USU) angkatan 2012. Saat ini, saya sedang
menjalankan penelitian dengan judul “Pola Asupan Kalsium Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asupan kalsium pada mahasiswaa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan adik untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner ini. Jika adik bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawan adik.
Identitas pribadi adik sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, adik dapat bertanya langsung pada saya. Atas perhatian dan kesediaan adik menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya Gahyaatri Devwi Sabapathy, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya bermaksud untuk mengadakan penelitian
mengenai “Pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’’. Oleh karena itu saya memohon kesediaan adik mengisi kuesioner ini. Kejujuran adik dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban akan saya rahasiakan.
Apakah adik bersedia? a. Ya
b. Tidak
Jika adik bersedia mohon adik menandatangani pernyataan di bawah ini:
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan ini.
Medan,………..
Tertanda,
(………)
LAMPIRAN 4
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama : ……….
A2 Angkatan : ……….
A3 TTL : ……….
A4 Umur : ……….
A5 No Telp/HP : ……….
B. PENGETAHUAN GIZI MAHASISWA (Pilih salah satu jawaban) B1 Zatgiziadalah....
a. Makananyangmahalharganya
b. Zatyangterdapatdalammakananyangdiperlukanolehtubuh untukmelakukanfungsinya.
c. Zatyangterdapatdalammakanandapatmengenyangkanperut.
d. Zatyangterdapatdalammakanandandiperlukanolehorangsakitsaja. B2 Zatgizidiperlukanoleh....
a. Semuaorang b. Orangtuasaja c. Anakkecilsaja d. Orangsakitsaja B3 Zat gizidiperolehdari....
a. Dalamtubuhmanusia b. Makanansehari-hari c. Tumbuhansaja d. Hewanisaja
B4 Kalsiummerupakanzatgiziyangtermasukdalamgolongan.... a. Vitamin
B5 Kalsium dalam tubuh manusia banyak tersimpan di .... a. Saraf
b. Kulit
c. Tulang dan gigi d. Rambut
B6 Bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium adalah .... a. Telur
b. Daging Sapi c. Susu
d. Ikan Teri
B7 Bahanmakananyangbukansumberkalsiumadalah.... a. Susu
b. Ayam c. Softdrink d. Sarden
B8 Fungsi utama kalsium adalah ....
a. Untuk pembentukan tulang dan gigi b. Untuk pembentukan tulang saja c. Untuk mencegah anemia/kurang darah
d. Untuk mencegah dehidrasi/ kekurangan cairan
B9 Kekurangan kalsium dalam waktu yang lama akan menyebabkan ... a. Anemia
b. Penyakit jantung
c. Osteoporosis/pengeroposan tulang d. Dehidrasi/ kurang cairan
B10 Pembantu penyerapan kalsium adalah .... a. Iodium
B11 Dalam kehidupan sehari-hari vitamin D diperoleh dari .... a. Mentega
b. Susu
c. Sinar matahari
d. Semua jawaban benar
B12 Kalsiumlebihbanyakdibutuhkanpadamasaapa? a. Lanjut Usia
b. Remaja c. Bayi
d. Semuabenar
B13 Dibawahinimerupakan makanan/minuman penghambat penyerapan
kalsium yangpalingbenaradalah....
a. Susu,teh,minumanbersoda/softdrink b. Kopi,teh,minumanbersoda
c. Kopi,yogurt,teh,susu
d. IceCreame,kopi,yogurt,susu
B14 Vitaminyangberfungsiuntukkesehatantulangdangigiyaitu.... a. Lemak
b. VitaminD c. VitaminA d. Protein
B15 Akibatkelebihankalsiumadalah....
a. Menyebabkanosteoporosis/keropostulang b. Menyebabkankegemukan/obesitas
C. KETERPAPARAN MEDIA/INFORMASIKALSIUM (Pilih boleh lebih lebih dari satu)
C1 Apakahadikpernahmendengarinformasimengenaikalsium? a. Yapernah(lanjutkankepertanyaanD2)
b. Tidakpernah(lanjutkankepertanyaanbagianE)
C2 Berapakaliadikmendengarinformasitersebutdalamsatuminggu terakhir?
a. Tidakpernah b. 1-2x
c. Lebihdari3x
C3 Darimanaadikmendapatkaninformasimengenai kalsium? a. Televisi
b. Radio c. Koran d. Majalah e. Internet f. Orangtua g. Guru h. Teman
D. PENGARUH TEMAN (Pilih salah satu jawaban) D1 Apakahsetiapkalijajanadikselalubersamateman?
a. Ya b. Tidak
D2 Apakahmakanan yangadikbelisamasepertiyangdibelioleh temanadik?
a. Yaselalusama b. Kadang-kadang c. Tidaksama
D3 Siapakah yang mengusulkan jenis jajanan ketika adik dan teman adik jajan?
a. Saya b. Teman
D4 Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli maka makanan sumberkalsium seperti susu, es krim, yogurt, biskuit? a. Ya pernah
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
D5 Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli minuman bersoda (softdrink), teh atau kopi?
E. KEBIASAAN JAJANAN
No. Makanan Jajanan
kali per minggu
Tidak pernah Skor
1. Batagor 2. Gorengan 3. Mie Bakso 4. Mie Ayam 5. Empek-empek 6. Bakso Tusuk 7. Es Cendol 8. Yogurt 9. Petis/Asinan
10. Soft Drink(Coca cola,fanta, sprite) 11. Biskuit,merk
FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN
No JenisMakanan per hari per
minggu
per
bulan Tidakpernah
1. SusuBubuk 2. SusuCair
3. SusuKentalManis 4. SusuSapiSegar 5. Keju
6. SusuKedelai 7. IkanTeriKering 8. IkanTeriSegar 9. Sarden
10. Rebonsegar 11. RebonKering 12. UdangSegar 13. UdangKering 14. IkanMujairgoreng 15. TelurAyam
LAMPIRAN 6
No. Nama Pengetahuan Media Teman Jajanan Angka Kecukukupan Gizi
LAMPIRAN 7
PengetahuanKategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang 15 21.4 21.4 21.4
Baik 55 78.6 78.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
MediaKategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Jarang 29 41.4 41.4 41.4
Sering 41 58.6 58.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
TemanKategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak Berpengaruh 56 80.0 80.0 80.0
Berpengaruh 14 20.0 20.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
JajananKategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Jarang 30 42.9 42.9 42.9
Sering 40 57.1 57.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
PolaAsupKategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Gizi 43 61.4 61.4 61.4
Cukup Gizi 27 38.6 38.6 100.0
PengetahuanKategorik * PolaAsupKategorik
Crosstab
PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi
PengetahuanKategorik
Kurang
Count 3 12 15
Expected Count 9.2 5.8 15.0
% within
PengetahuanKategorik
20.0% 80.0% 100.0%
Baik
Count 40 15 55
Expected Count 33.8 21.2 55.0
% within
PengetahuanKategorik
72.7% 27.3% 100.0%
Total
Count 43 27 70
Expected Count 43.0 27.0 70.0
% within
PengetahuanKategorik
61.4% 38.6% 100.0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.829a 1 .000
Continuity Correctionb 11.693 1 .001
Likelihood Ratio 13.884 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association
13.631 1 .000
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.79. b. Computed only for a 2x2 table
MediaKategorik * PolaAsupKategorik
MediaKategorik * PolaAsupKategorik Crosstabulation
PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi
MediaKategorik
Jarang
Count 29 0 29
Expected Count 17.8 11.2 29.0
% within MediaKategorik 100.0% 0.0% 100.0%
Sering
Count 14 27 41
Expected Count 25.2 15.8 41.0
% within MediaKategorik 34.1% 65.9% 100.0%
Total
Count 43 27 70
Expected Count 43.0 27.0 70.0
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 31.089a 1 .000
Continuity Correctionb 28.372 1 .000
Likelihood Ratio 40.707 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
30.645 1 .000
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.19. b. Computed only for a 2x2 table
TemanKategorik * PolaAsupKategorik
Crosstab
PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi
TemanKategorik
Tidak Berpengaruh
Count 34 22 56
Expected Count 34.4 21.6 56.0
% within TemanKategorik 60.7% 39.3% 100.0%
Berpengaruh
Count 9 5 14
Expected Count 8.6 5.4 14.0
% within TemanKategorik 64.3% 35.7% 100.0%
Total
Count 43 27 70
Expected Count 43.0 27.0 70.0
% within TemanKategorik 61.4% 38.6% 100.0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .060a 1 .806
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .061 1 .805
Fisher's Exact Test 1.000 .530
Linear-by-Linear Association
.059 1 .807
N of Valid Cases 70
JajananKategorik * PolaAsupKategorik
JajananKategorik * PolaAsupKategorik Crosstabulation
PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi
JajananKategorik
Jarang
Count 20 10 30
Expected Count 18.4 11.6 30.0
% within JajananKategorik 66.7% 33.3% 100.0%
Sering
Count 23 17 40
Expected Count 24.6 15.4 40.0
% within JajananKategorik 57.5% 42.5% 100.0%
Total
Count 43 27 70
Expected Count 43.0 27.0 70.0
% within JajananKategorik 61.4% 38.6% 100.0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .608a 1 .436
Continuity Correctionb .283 1 .595
Likelihood Ratio .612 1 .434
Fisher's Exact Test .468 .298
Linear-by-Linear Association
.599 1 .439
N of Valid Cases 70
39
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, R., 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium Pada siswi di SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23 90/1/RENI%20 agustiani-FKIK.pdf [Accessed : 16 April 2015] Dewi, R., Rohsiswatmo, R., 2012. Faktor yang mempengaruhi angka kejadian
Hipokalsemia di ruang rawat neonatal. J Indon Med Assoc,volum: 62, nomor: 10.Available from:http://indonesia.digitaljournals.org/index. php/idnmed/article/viewFile/1268/1244 [Accessed : 10 Mei 2015]
Fikawati, S., Syafiq, A., Puspasari, P., 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.Available from: www.univmed.org/wp-content/uploads/.../fIKA.pdf [Accessed : 15 April 2015]
Handayati, 2006. Konversi satuan rumah tangga ke dalam satuan berat (gram) pada beberapa jenis pangan. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Available from :
download.portalgaruda.org/article.php?article=5358&val=199 [Accessed : 30 Oktober 2015]
Hardinsyah, Damayanthi, E., Zulianti, W., 2008. Hubungan konsumsi susu dan kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Available from:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=5331&val=199 [Accessed : 10 Mei 2015]
Lestari, D., 2010. Hubungan asupan kalsium, magnesium, dan natrium, indeks massa tubuh, serta aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 30-40 tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/24915/2/313_Dian_LestariG2C006017.pdf. [Accessed : 12 Mei 2015]
40
Muliani, 2012. Olahraga meningkatkan mekanisme absorpsi kalsium. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bandung. Available from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/download/5059/3845 [Accessed : 15 April 2015]
Mulyani, E., 2009. Konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. Available from: lib.ui.ac.id/file?file=digital/126116-S-5733- Konsumsi%20kalsium-Literatur.pdf tinjauan pustaka konsumsi kalsium ending mulyani [Accessed : 16 April 2015]
Nugroho, A.S., 2010. Gambaran kalsium darah pada peminum suplemen minuman berenergi di Daerah Muktiharjo Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang, Jawa Tengah. Available from: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-anditasamo-5699-2-babiik-a.pdf [Accessed : 12 Mei 2015]
Rachmiaty, R., 2009. Gambaran asupan makanan sumber kalsium dan faktor- faktor yang berhubungan pada atlet remaja cabang olahraga renang di Klub Renang Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. Available from :http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=4&ved=0CCwQFjAD&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffi le% 3Ffile%3D digital %2F124544-S-5745- Gambaran %2520 asupan-Literatur.pdf&ei=IJNoVdL3OpOJuASot4O4CQ&usg=AFQjCNFG4B795 hHLak033 2HynrUrnuz5Q[Accessed: 15 April 2015]
Setyorini, A., Suandi, I., Sidiartha, I., Suryawan, W., 2009. Pencegahan osteoporosis dengan suplementasi kalsium dan vitamin d pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Sari Pediatri, Volum: 11, nomor: 1. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-6.pdf [Accessed : 10 Mei 2015]
Sudargo, T., 2013. Kebutuhan gizi (kalsium) untuk ibu hamil dan menyusui. Happy Land Medical Centre. Available from: www.rshappyland.com/index.php/artikelkesehatan/476-kebutuhan-gizi- kalsium-untuk-ibu-hamil-dan-menyusui [Accessed : 12 Mei 2015]
41
Yuniarti, F., 2014. Hubungan asupan bahan makanan sumber kalsium dan kalsium dengan tekanan darah pada pasien hypertensi rawat inap di rumah sakit umum Daerah Tugurejo Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang, Jawa Tengah. Available from :
19
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan gizi
Keterpaparan
informasi/mediamassa mengenai kalsium kalsium
Pengaruh Teman
Kebiasaanjajan
20
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No NamaVariabel DefinisiOperasional CaraUkur AlatUkur HasilUkur Skala
1. Tingkat Konsumsi Kalsium
Jumlah asupan kalsium yang Wawancara FFQ semi 1. Kurang: < 100% AKG Ordinal
dikonsumsi dalam kuantitatif 2. Cukup: ≥100% AKG
sehari. (WKNPGVIII,2004)
2. Kebiasaanjajan Frekuensimakananatau
minumanjajananyangdibeli dan Dimakan di fakultasmaupundiluar fakultas.
Wawancara Kuesioner 1.Jarang:Skor<mean(<25) Ordinal 2.Sering:Skor ≥ mean (≥25)
3. Pengetahuan Kemampuan dalam
menjawabpertanyaantentang gizi dankalsium.
Wawancara Kuesioner 1.Kurang:<median(<8) Ordinal
gizimahasiswa 2.Baik: ≥ median (≥8).
4. Keterpaparan media/informasi mengenai kalsium
Pernyataan mengenai sering ataujarang mendapatkaninformasi mengenaikalsiumbaik melalui mediakomunikasi massa(TV,koran, radio,poster)maupunmedia
komunikasipersonal (guru, orangtua,petugas kesehatan, tokohmasyarakat) dalam
satuminggu.
Wawancara Kuesioner 1.Jarang:jika<3 Ordinal kali/minggu
2.Sering:jika ≥3 kali/minggu
5. Pengaruhteman Pengakuanmengenai adaatau tidaknyapengaruh temanterhadap pemilihanmakananjajanan sumber
kalsium,baikdi lingkungan fakultasmaupun dirumah dalamsatubulan terakhir.
Wawancara Kuesioner 1.Tidakadapengaruh:Jika Ordinal skor<median(<8)
2.Adapengaruh:JikaSkor ≥ median (≥8)
21
3.3. Hipotesis
1. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Adanya hubungan antara keterpaparan media/informasi mengenai kalsium dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Adanya hubungan antara pengaruh teman dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
22
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian menggunakan rancangan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikiuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengumpulan data terhadap variabel dependen dan independen.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur No.5 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan lokasi yang terjangkau sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data dan terdiri dari berbagai bidang keilmuan.
1.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Oktober 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014.
4.3.2. Sampel Penelitian
23
sampel di luar kriteria tersebut maka tidak dapat dijadikan sampel dan akan diganti dengan mahasiswa lain yang memenuhi kriteria sampel. Jumlah sampel diambil dengan cara sampling, dan dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi.
Rumus : Uji Hipotesis Beda Proporsi 2 sisi
� ={� − √ � − � + � − � − �√� − � + � − � }
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Z1- α /2 = Nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% (Z1-α /2 =1,96).
Z1-β = Nilai z pada kekuatan uji(power test) 1- β yaitu sebesar 99% (Z1-β = 2,33).
P = P1 + P2 / 2
P1 = Proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang baik yaitu 34,8% P2Proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang kurang yaitu 6,3%
Dengan demikian besar sampel yang diharapkan dapat dihitung sebagai berikut :
� ={ , √ × , − , + , √ ,, − , − , + , − , }
n = 69,14 ≈ siswa
24
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh mahasiswa.
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu:
1. Responden yang terpilih diminta kesediannya untuk mengisi kusioner yang meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi kalsium, dan pengaruh teman. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa untuk menjaga agar mahasiswa tidak saling melihat jawaban temannya.
a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan mahasiswa menjawab kuesioner bagian E.
b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan mahasiswa menjawab gizi didapatkan 15 pertanyaan berkaitan dengan gizi dan kalsium. Semua pertanyaan bersifat tertutup.
c. Variabel keterpaparan informasi kalsium didapatkan dari kemampuan mahasiswa menjawab pertanyaan bagian C.
d. Variabel pengaruh teman didapatkan dari kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan bagi D.
2. Setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara oleh peneliti.
Pertanyaan yang diajukan adalah untuk mengisi variabel konsumsi kalsium mahasiswa.
3. Sebelum kuesioner dikenalkan pada responden, instrumen tersebut
25
4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pola konsumsi kalsium responden diperoleh dari formulir food frequency questionare (FFQ) yang dikonversikan kedalam kalsium per 100 gram dan dibandingkan dengan tingkat kecukupan kalsium yang dianjurkan untuk orang Indonesia, selanjutnya dikategorikan sesuai kategori yang telah ditentukan. Sebagai contoh, si A biasa mengkonsumsi susu bubuk empat kali dalam seminggu dan satu kali minum susu diperlukan 42 g susu bubuk. Perhitungan susu bubuk yang dikonsumsi per hari adalah 42g x 4 = 168g, lalu 168g/7 hari = 24g. Sehingga didapat hasil bahwa mahasiswa mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 24 g per hari. Selanjutnya diketahui bahwa kandungan kalsium dalam susu bubuk sebesar 1300 mg/100 g. Sehingga dapat diketahui kalsium yang mahasiswa peroleh dari susu bubuk dalam sehari adalah : (24/100) x 1300 = 312 mg.
Pengolahan data untuk variabel kebiasaan jajan, pengetahuan gizi mahsiswa, keterpaparan informasi kalsium dan pengaruh teman dilakukan dengan menggunakan program soft ware komputer.
Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut :
1. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya.
2. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer.
a. Konsumsi kalsium, diberikan kode 1 untuk mahasiswa yang mengkonsumsi kalsium kurang dari 100% AKG, dan diberi kode 2 untuk
mahasiswa yang mengkonsumsi kalsium cukup ( ≥100% AKG).
26
per minggu, kode 5 jika mahasiswa jajan 5 kali per minggu, kode 6 jika mahasiswa jajan 6 kali per minggu, kode 7 jika mahasiswa jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika mahasiswa jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden.
c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika mahasiswa menjawab salah dan kode 1 jika mahasiswa menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban.
d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika mahasiswa terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan
kode 2 jika mahasiswa terpapar informasi ≥ 3 kali dalam satu minggu
terakhir.
e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3, memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3. Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5.
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu membuat template sesuai dengan format kuesioner yang digunakan.
4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam template yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode
dimasukkan ke dalam software komputer.
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
4.5.2. Analisis Data
27
4.5.2.1. Analisa Data Univariat
Analisa data univariat dilakukan pada setiap variabel, baik variabel dependen yaitu tingkat konsumsi kalsium maupun variabel independen (kebiasaan jajan, pengetahuan gizi mahasiswa, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium dan pengaruh teman). Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti.
4.5.2.2. Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-square ( Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat dapat menggunakan rumus :
= ∑ −
DF = (k-1)(b-1)
Keterangan:
= Chi square O = Nilai observasi E = Nilai Ekspektasi k = Jumlah kolom b = Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara dua
28
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No.5 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Universitas ini telah berdiri sejak tanggal 20 November 1957.
5.1.2. Analisis Univariat
[image:30.595.111.512.362.419.2]5.1.2.1. Tingkat Konsumsi Kalsium
Tabel 5.1. Distribusi tingkat konsumsi kalsium
Angka Kecukupan Gizi Jumlah Persentase
Kurang Cukup
43 27
61,4 38,6
Dari 70 responden didapatkan 43 orang (61,4%) mempunyai kurang angka kecukupan gizi, sedangkan 27 orang (38,6%) mempunyai cukup angka kecukupan gizi.
[image:30.595.111.510.543.599.2]5.1.2.2. Pengetahuan Gizi
Tabel 5.2. Distribusi pengetahuan gizi
Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase
Baik Kurang
55 15
78,6 21,4
29
5.1.2.3. Keterpaparan Informasi / Media Massa Mengenai Kalsium Tabel 5.3. Distribusi keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium
Informasi/ Media Massa Jumlah Persentase
Sering Jarang
41 29
58,6 41,4
Hasil kuesioner keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium didapati bahwa 41 orang (58,6) sering mendapatkan informasi mengenai kalsium, sedangkan 29 orang (41,4%) jarang mendapatkan informasi mengenai kalsium.
[image:31.595.115.502.326.380.2]5.1.2.4. Pengaruh Teman
Tabel 5.4. Distribusi pengaruh teman
Pengaruh Jumlah Persentase
Tidak Berpengaruh Berpengaruh
56 14
80 20
Dari 70 responden didapatkan 56 orang (80%) tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium, sedangkan sisanya yaitu 14 orang (20%) mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium.
5.1.2.5. Kebiasaan Jajan
Tabel 5.5. Distribusi kebiasaan jajan
Kebiasaan Jajan Jumlah Persentase
Sering Jarang
40 30
57,1 42,9
[image:31.595.112.511.526.581.2]30
5.1.3. Analisis Bivariat
[image:32.595.113.518.136.248.2]5.1.3.1. Faktor Pengetahuan Gizi Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.6. Faktor pengetahuan gizi terhadap tingkat konsumsi kalsium
Variabel Angka Kecukupan Gizi P
Kurang Cukup
n % n %
Pengetahuan Gizi 0,001
Baik 40 57,1 15 21,4
Kurang 3 4,3 12 17,1
Berdasarkan Table 5.6. mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi baik dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 40 orang (57,1%), sedangkan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi baik dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 15 orang (21,4%). Selain itu, mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi kurang dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 3 orang (4,3%), sedangkan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 12 orang (17,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
[image:32.595.111.518.584.672.2]5.1.3.2. Faktor Keterpaparan Informasi / Media Massa Mengenai Kalsium Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium
Tabel 5.7. Faktor keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium terhadap tingkat konsumsi kalsium
Variabel Angka Kecukupan Gizi P
Kurang Cukup
N % n %
Informasi / Media Massa 0.001
Sering 14 20 27 38,6
Jarang 29 41,4 0 0
31
media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 27 orang (38,6%). Di samping itu, mahasiswa yang jarang terpapar informasi / media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah 29 orang (41,4%), sedangkan mahasiswa yang jarang terpapar informasi / media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah 0 orang (0%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai p = 0.001 sehingga disimpulkan bahwa keterpaparan informasi/ media massa mengenai kalsium berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium.
[image:33.595.115.513.297.420.2]5.1.3.3. Faktor Pengaruh Teman Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.8. Faktor pengaruh teman terhadap tingkat konsumsi kalsium
Variabel Angka Kecukupan Gizi P
Kurang Cukup
N % n %
Pengaruh Teman 0.806
Tidak Berpengaruh 34 48,6 22 31,4
Berpengaruh 9 12,9 5 7,1
32
[image:34.595.114.517.116.235.2]5.1.3.4. Faktor Kebiasaan Jajan Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.9. Faktor kebiasaan jajan terhadap tingkat konsumsi kalsium
Variabel Angka Kecukupan Gizi P
Kurang Cukup
n % n %
Kebiasaan Jajan 0.436
Sering 23 32,9 17 24,3
Jarang 20 28,6 10 14,3
Berdasarkan Tabel 5.9. mahasiswa yang sering berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang kurang sebanyak 23 orang (32,9%), sedangkan mahasiswa yang sering berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang cukup sejumlah 17 orang (24,3%). Di samping itu, mahasiswa yang jarang berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang kurang sebanyak 20 orang (28,6%), sedangkan mahasiswa yang jarang berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang cukup sejumlah 10 orang (14,3%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai p = 0,436 sehingga disimpulkan bahwa kebiasaan jajan makanan tidak berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Analisis Univariat
5.2.1.1. Tingkat Konsumsi Kalsium
33
5.2.1.2. Pengetahuan Gizi
Pada penelitian ini didapatkan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mempuyai pengetahuan gizi yang baik adalah lebih tinggi daripada jumlah mahasiwa yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Keadaan ini yang hampir sama pada penelitian yang dilakukan pada remaja di Rhode Island bahwa remaja yang mengetahui tentang kecukupan kalsium, manfaat kalsium bagi tulang dan masa remaja merupakan masa yang penting untuk meningkatkan massa tulang, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak mengetahui informasi ini. Selain itu, hasil analisis univariat penelitian yang dilakukan oleh Reni Agustiani juga menunjukkan bahwa sebaagian besar siswi SMPN 1 Mande Cianjur memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu sebesar 60,7% (Agustiani, 2010).
5.2.1.3. Keterpaparan Informasi/Media Massa Mengenai Kalsium
Pada penelitian ini jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Uatara yang sering terpapar informasi mengenai kalsium lebih banyak yaitu 58,6% daripada mahasiswa yang jarang terpapar informasi mengenai kalsium. Selain itu, penelitian oleh Reni Agustiani dimana 75 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur sering terpapar informasi mengenai kalsium, sedangkan 19 siswi jarang terpapar informasi mengenai kalsium (Agustiani, 2010).
5.2.1.4. Pengaruh Teman
34
responden lebih banyak (85,1%) daripada pengaruh teman kuat (14,9%) (Mulyani, 2009).
5.2.1.5. Kebiasaan Jajan
Pada penelitian ini jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sering jajan makanan lebih banyak yaitu 57,1% daripada mahasiswa yang jarang jajan makanan. Jajan dan melewatkan waktu makan merupakan kebiasaan yang terjadi pada remaja karena remaja pada umumnya banyak menghabiskan waktu di sekolah dan semakin jarang dengan keluarga. Di samping itu, penelitian Endang Mulyani juga menunjukkan bahwa kebiasaan jajan terbanyak adalah sering (51%) (Mulyani,2009).
5.2.2. Analisis Bivariat
35
menyebutkan, tetapi belum sampai pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut (Agustiani, 2010).
5.2.2.2. Hubungan antara Keterpaparan Informasi/Media Massa Mengenai Kalsium dan Tingkat Konsumsi Kalsium
Pada penelitian ini terdapat hubungan antara keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo bahwa paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Pusat Teknologi dan Komunikasi Universitas Indonesia menyebutkan bahwa dari penelitian, perubahan perilaku seseorang cenderung terjadi setelah seseorang memperoleh informasi sebanyak tiga kali, karena suatu informasi yang sama, senada dan berulang di dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh kuat terhadap perubahan perilaku dibanding apabila informasi tersebut hanya sekali diterima. Penelitian oleh Reni Agustiani juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan tingkat konsumsi kalsium dimana hasil uji statistic diperoleh nilai P value sebesar 0,042 (Agustiani, 2010).
36
37
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang angka kecukupan gizi yang kurang adalah lebih tinggi daripada mahasiswa yang angka kecukupan gizi yang cukup.
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mempuyai pengetahuan gizi yang baik adalah lebih tinggi daripada jumlah mahasiwa yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang.
3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sering terpapar informasi mengenai kalsium lebih banyak daripada mahasiswa yang jarang terpapar informasi mengenai kalsium.
4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber
kalsium adalah sangat tinggi dibandingkan jumlah mahasiswa yang mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium.
5. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sering jajan makanan lebih banyak daripada mahasiswa yang jarang jajan
makanan.
6. Pengetahuan gizi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi kalsium pada
38
8. Pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium tidak mempengaruhi tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
9. Kebiasaan jajan makanan tidak mempengaruhi tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Institusi Pendidikan
Perlu dilakukan sosialisasi terkait kebutuhan tubuh akan kalsium yang diperlukan tubuh sehari-hari kepada mahasiswa terutama masih berada di tahun pertama.
2. Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak sekali mahasiswa yang belum memahami kebutuhan tubuh akan asupan kalsium. Sebagai salah satu dari pemberi layanan kesehatan terhadap masyarakat, perawat sebaiknya melaksana acara promosi kesehatan seperti seminar atau symposium untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait asupan kalsium harian dan memberikan motivasi untuk mengaplikasikannya. 3. Peneliti lain
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalsium
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg (Rachmiatry, 2009). Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat (Dewi & Rohsiswatmo, 2012). Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi (Rachmiaty, 2009).
2.2. Fungsi Kalsium
Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,berp eran dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan.
Fungsi kalsium diantaranya adalah:
1. Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya patah tulang terutama tulang panggul, vertebrae, dan deformitas(perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi badan kurang (Rachmiaty, 2009).
5
sekresi hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis (Setyorini, 2009).
3. Kalsium berperan dalam proses pembentukan hormon, enzim yang mengatur pencernaan dan metabolisme.
4. Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya plak atau endapan yang menempel pada pembuluh darah.
5. Kalsium dapat dapat mengurangi risiko kanker usus besar dengan cara menekan efek iritasi pada usus yang disebabkan asam empedu (Rachmiaty, 2009).
6. Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh darah (Lestari, 2010). Asupan kalsium yang meningkat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hypertensi (Yuniarti, 2014).
7. Asupan kalsium oleh ibu hamil membantu pembentukan tulang janin, gigi janin, mencegah pengeroposan tulang, mencegah hipertensi kehamilan, dan mencegah sesak nafas/ asma (alergi) (Sudargo, 2013).
2.3.Sumber Kalsium
6
sumber kalsium dari kacang-kacangan dan olahan seperti tahu dan tempe, meskipun kandungan kalsiumnya lebih rendah daripada pangan hewani bukan susu tapi lebih sering dikonsumsi. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya inhibitor seperti oksalat pada bayam dan fitat pada serealia sehingga ketersediaan biologis kalsium dari pangan nabati umumnya lebih rendah dibandingkan pangan hewani (Hardinsyah, 2008). Ikan dan sumber makanan laut mengandung kalsium lebih banyak dibanding daging sapi maupun maupun ayam (Rachmiaty, 2009).
[image:43.595.114.512.304.732.2]Adapun kandungan kalsium beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1. Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (Mg/100g)
Jenis Pangan Mg
Tepung susu Skim 1300
Susu Skim 123
Tepung Susu 904
Keju 777
Susu Sapi Segar 143
Yogurt 120
Susu Kental Manis 275
Susu Kental Tak Manis 243
Susu Kerbau 206
Es Krim 123
Mentega 15
Susu Kambing 98
Sarden Kaleng 354
Tempe Kedelai 129
Tahu 124
Oncom 96
Udang Kering 1209
Udang Segar 136
Teri Kering tawar 2381
Bayam 267
Kacang Ijo 125
Kacang Panjang 163
Mujair Goreng 346
Mujair Segar 96
Telur Ayam 54
Telur Asin 120
Empal Goreng 151
Sawi 220
Daun Singkong 165
Kangkung 73
Kacang Merah 80
Kacang Tanah 58
7
2.4. Metabolisme Kalsium
Kalsium sangat penting karena merupakan mineral terbanyak dalam tubuh dan diperlukan pada sebagian besar proses biologis. Kurang lebih 99% terdapat pada tulang rangka dan gigi dalam bentuk kristal hydroxyapatite. Sisanya (1%) dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat dengan protein dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat dan bikarbonat. Konsentrasi normal total kalsium dalam plasma adalah 2,4-2,5 mM sedangkan konsentrasi ion kalsium bebas berkisar antara 1.25-1.3 mM. Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis, termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal signalling transduction dan fungsi neuromuscular.
Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang, dan ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari asupan, usia manusia, hormone vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH rendah). Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg/hari. Manusia dewasa mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari. Absorpsi kalsium ervariasi, antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175 mg/hari. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu menyerap 500-600 mg kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan jarak 5-6 jam. Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic harmones (1,25-dihydroxycholecalciferol vitamin D3 (1,25- (OH) 2D3) dan parathyroid harmone (PTH)).
8
sekitar 200 mg/hari untuk mempertahankan kadar normal dalam tubuh. Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi. Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang akan melepaskan kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali normal (Muliani, 2012).
2.5. Mekanisme Absorpsi Kalsium
Transpor kalsium dalam usus halus dimediasi oleh proses transpor yang tersusun kompleks dan diregulasi oleh calcitropic harmones, yaitu : 1,25-(OH)2D3 and PTH. Hormon-hormon lain, seperti glukokortikoid, prolaktin dan estrogen berperan sebagai regulator absorpsi kalsium di usus halus. Absorpsi kalsium di usus halus dapat melalui 2 mekanisme, yaitu aktif dan pasif. Transpor kalsium aktif terjadi terutama di duodenum dan proximal jejenum, sementara transpor pasif terjadi pada seluruh usus halus. Usus besar juga mampu mengabsorpsi kalsium namun hal tersebut masih kontroversial. Duodenum adalah tempat absorpsi kalsium yang paling efisien karena dapat mengambil kalsium bahkan pada keadaan diet sangat rendah kalsium melalui mekanisme aktif, juga memiliki seluruh komponen bagi transpor kalsium melalui jalur transcellular, dan paracellular. Mekanisme transport kalsium dalam duodenum, meliputi :
1. Transcellular Calcium Transport
9
dengan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur transcellular digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting ketika terjadi peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika hamil dan menyusui. Jalur ini distimulasi langsung oleh 1,25-(OH)2D3.
2. Paracellular Calcium Ransport
Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular energy dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada paracellular calcium transport, yaitu: passive paracellular, solvent-drag induced, dan voltage-dependent transport. Energi untuk paracellular transport pasif ini berasal dari energi bebas yang dihasilkan oleh transepithelial calcium gradient (5 mM pada luminal side dan 1.25 mM pada plasma side).
Transport ini penting terutama ketika terdapat konsentrasi kalsium luminal yang tinggi akibat asupan kalsium yang tinggi. Solvent-drag induced dan voltage-dependent transport merupakan proses aktif yang tergantung dari aktivitas Na+/K+-ATPase yang terjadi akibat lingkungan paracellular yang hiperosmotik bagi solvent drag dan perbedaan potensial di transepithelial. Lingkungan hiperosmotik akan menginduksi aliran air yang membawa ion kalsium melewati paracellular space. Solvent drag-induced paracellular calcium transport merupakan 80% dari total transport kalsium aktif.
10
cytoplasma, sebagian besar dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9K, menuju basolateral membrane dan akhirnya dikeluarkan dari sel oleh Na+/K+- ATPase dan Na+/Ca2+ exchanger (NCX1). Beberapa peneliti menyatakan bahwa paracellular transport diregulasi oleh tight junction proteins dari claudin family. Claudins memiliki charged amino acids pada extracellular loops yang mengontrol pergerakan ion paracellular dalam channellike manner. Claudin-16 (paracellin-1) pada loop Henle bagian ascending meregulasi reabsorpsi kalsium dan magnesium tubular. Claudin-3, tergantung pada 1,25-(OH)2DClaudin-3, dan ekspresi beberapa claudin dihubungkan dengan peningkatan absorpsi kalsium di usus halus. Claudin-2,-3, dan -12 akan mengalami polimerisasi untuk membentuk ion- selective paracellular channels, dapat meregulasi transepithelial calcium transport. Protein transmembran lain dari tight junction, yaitu occludin, juga penting untuk mempertahankan integritas epitel. Sejumlah cytoplasmic tight junction proteins, misalnya protein zonula occludens (ZO) -1, -2, -3 dan cingulin, juga dapat meregulasi ekspresi, distribusi, dan fungsi claudins (Muliani, 2012).
2.6. Faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan absorpsi, yaitu : 1. Vitamin D
Vitamin D diubah menjadi bentuk aktif 1,25 dihidroksi vitamin D secara langsung mempengaruhi kemampuan sel usus untuk mengabsorpsi kalsium. Vitamin D mengatur pembentukan kalsium terikat protein yang merupakan pembawa kalsium masuk dalam usus dan melepaskannya ke dalam darah. Adanya vitamin D bentuk aktif dapat meningkatkan absorpsi kalsium sebanyak 10-30%.
2. Laktosa
11
meningkatkan proporsi absorpsi kalsium sebanyak 34%-48%. 3. Kebutuhan Kalsium
Kebutuhan kalsium yang tinggi seperti pada masa kehamilan, laktasi, remaja, akan meningkatkan absorpsi kalsium sampai 50%. Bila asupan kalsium rendah, tubuh akan beradaptasi dengan mengabsorpsi kalsium dalam jumlah besar dan mengekresi lebih sedikit.
4. Potassium
Potassium bekerja berlawanan dengan sodium. Potassium membantu absopsi kalsium dalam tubuh yaitu dengan mengurangi kalsium lewat urin (Mulyani, 2009).
2.7. Faktor yang Menurunkan Absorpsi Kalsium
Beberapa faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, yaitu: 1. Protein dan Sodium
Protein terutama protein hewani dan sodium dapat menurunkan absorpsi kalsium melalui urin. Setiap penambahan 43 mmol (1g) sodium akan menyebabkan penambahan kehilangan 0.66 mmol (26,3 mg) kalsium dan setiap penambahan 1g protein menyebabkan kehilangan 0,044 mmol (1,75 mg) kalsium.
2. Fosfor
Asupan tinggi fosfor mengurangi kehilangan kalsium lewat urin, akan tetapi meningkatkan kehilangan kalsium lewat feses pada waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.
3. Asam Oksalat
12
Kurang lebih 55% asam oksalat bebas pada bayam terdapat dalam bentuk bebas dan mudah larut.
4. Asam Fitat
Asam Fitat juga membentuk ikatan garam dengan kalsium yang tidak dapat dipisahkan dalam usus dan terlalu besar untuk diabsorpsi secara utuh oleh rute paraseluler. Asam fitat terutama terdapat pada sekam padi/gandum. Asam fitat tidak terlalu merusak jika roti diragi dan ikatan fitat dihidrolisasi oleh enzim ragi selama proses fermentasi.
5. Ketidakstabilan Emosi
Efisiensi absorpsi kalsium dapat dipengaruhui oleh stabilitas emosional individu. Stress, tegang, cemas, sedih, bosan dapat mengganggu absorpsi kalsium. 6. Kurang Olah Raga
Orang yang tidak melakukan olahraga ketahanan tubuh seperti berjalan, berlari, bed rest sehingga cenderung tidak aktif, dapat kehilangan 0,5% kalsium tulang per bulan dan sulit untuk mengganti kalsium tersebut. Beberapa bukti menemukan bahwa kehilangan kalsium lebih disebabkan oleh kurangnya berat tulang bukan ketidak aktifan bergerak. Orang yang berolahraga renang memiliki kepadatan tulang lebih rendah daripada mereka yang berolahraga ketahanan tubuh seperti lari atau jalan.
7. Serat
Serat dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal, mengikat mineral dalam struktur serat. Serat dalam sayuran hijau tidak memiliki efek terhadap absorpsi kalsium, namun serat dalam gandum dapat mengurangi absorpsi kalsium.
8. Kafein
Konsumsi tinggi kafein meningkatkan kalsium melalui urin dan merangsang sekresi urin ke dalam gastrointestinal. Secangkir kopi dapat mengurangi absorpsi kalsium kurang lebih 3 mg.
9. Obat
13
2.8. Ekskresi Kalsium
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Ekskresi kalsium juga terjadi melalui kulit, rambut, dan kuku (Mulyani, 2009).
2.9. Akibat Kekurangan Kalsium
Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium diantaranya adalah :
1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. 2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau
kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium:fosfor rendah.
3. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya di dalam tubuh.
4. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan. Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam hari, dan hiperaaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.
5. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.
14
7. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidak seimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor (Nugroho, 2010).
8. Kekurangan kalsium pada ibu hamil menyebabkan nyeri pada tulang saat kehamilan, pengeroposan tulang (osteoporosis), dan hipertensi kehamilan (Sudargo, 2013).
2.10. Akibat Kelebihan Kalsium
Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium (Agustiani, 2010).
2.11. Konsumsi Kalsium Remaja
15
kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang (Agustiani, 2010).
2.12. Angka Kecukupan Kalsium Remaja
Kebutuhan kalsium pada remaja adalah 1000mg per hari. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi dengan mengonsumsi kalsium seperti susu, dan produk susu 2-3 porsi ditambah sayuran 3-5 porsi setiap hari (Mulyani, 2009).
[image:52.595.121.507.318.568.2]Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase: Tabel 2.2. Kebutuhan Kalsium pada Setiap Fase-fase Kebutuhan Kalsium
(mg/hari)
Fase-Fase Kebutuhan mg/hari Anak-Anak
0-6 bulan 200
7-12 bulan 400
1-3 tahun 500
4-6 tahun 500
7-9 tahun 600
Remaja (Usia 10-18 Tahun)
Laki-laki 1000
Perempuan 1000
Dewasa (Usia 19-49 Tahun)
Laki-laki 800
Perempuan 800
Lansia (≥ 50 Tahun)
Laki-laki 800
Perempuan 800
Ibu Hamil +150
Ibu Menyusui +150
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dalam Skripsi Agustiani (2010)
2.13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kalsium pada Remaja 1. Teman Sebaya (Peer Group)
16
penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makan makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya. Terdapat rasa kekamian yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya atau aturan-aturan dalam peer group tersebut. Pengaruh peer group terhadap konsumsi terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar aturan peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat berpengaruh terhadap konsumsi jajanan. Remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium. Teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan (Agustiani, 2010).
2. Informasi / Media Massa
17
koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang. Remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder. Rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi penggemar “berat”, apakah minuman itu bergizi atau tidak. Makanan yang diiklankan melalui TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Iklan di TV sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung makanan gizi seimbang. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Akan tetapi, iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu (Agustiani, 2010). 3. Pengetahuan Gizi
18
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian (Mulyani, 2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P = 0, 035) dengan nilai odds rasio sebesar 2, 597 yang artinya remaja yang pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 58,6%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi kalsiumnya baik 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar 35,3%. Pengetahuan kalsium terutama yang berasal dari makanan dan sumber-sumber yang merupakan langkah awal untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber kalsium (Agustiani, 2010).
4. Kebiasaan Jajan
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kalsium merupakan mineral dengan jumlah terbesar yang terdapat dalam tubuh. Kebutuhan kalsium pada masa remaja sangat tinggi oleh karena masa pembentukan tulang terbesar terjadi pada masa ini. Karena kebutuhannya yang sangat tinggi, efisiensi penyerapan dan deposit kalsium meningkat hingga 2 kali lebih besar dari masa-masa sebelum ataupun sesudahnya. Sehingga suplai kalsium yang adekuat dari makanan menjadi sangat penting untuk memaksimalkan Peak Bone Mass dan menjaga keseimbangan kalsium tubuh yang optimal. Peranan kalsium pada masa pertumbuhan remaja sangat penting maka rekomendasi kecukupan kalsium per hari juga tinggi (Fikawati, Syafiq & Puspasari, 2005).
Di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar 1200-1500 mg/hr. Di Indonesia, hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 menetapkan angka kecukupan gizi (AKG) untuk kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13-19 tahun sebesar 1000 mg/hr tidak jauh berbeda dengan angka kecukupan di negara-negara maju. Baik di negara maju maupun di negara berkembang asupan kalsium pada remaja umumnya masih sangat kurang. Hasil survei NHANES di Amerika Serikat (AS) memperlihatkan bahwa rata-rata asupan kalsium remaja usia 12-15 tahun menurun dari 854 mg/hr pada tahun1976-1980 menjadi 796 mg/hr pada tahun 1988-1991. Data lainnya dari USDA Nationwide Food Consumption Survey di 48 negara bagian AS tahun 1977-1978 menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium pada remaja awal (10-15 tahun) berkisar antara 70-79% recommended dietary allowance (RDA) dan kemudian menurun menjadi kurang dari 70% RDA pada
2
mempunyai risiko yang paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan asupan tersebut semakin menurun pada usia 10-17 tahun. Asupan kalsium yang tidak adekuat pada remaja putri merupakan masalah potensial karena akan menyebabkan berkurangnya cadangan kalsium dalam tulang. Di Indonesia, penelitian terhadap murid Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium berasal dari susu dan hasil olahnya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hr atau 52,7% AKG. Data hasil penelitian tentang asupan kalsium khususnya pada remaja masih sangat terbatas, padahal usia tersebut merupakan usia yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan kalsium (Fikawati, Syafiq & Puspasari, 2005).
Beberapa dampak dari kekurangan kalsium, antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh, osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur, mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf pesan ke otak.
Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan. Sedangkan dampak jangka panjang dari kekurangan kalsium adalah menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut.
3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat konsumsi kalsium, pengetahuan gizi, keterpaparan media/ informasi kalsium, pengaruh teman dan kebiasaan jajan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi, keterpaparan media/informasi kalsium, pengaruh teman,kebiasaan jajanan dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi gambaran sekaligus masukan pengetahuan baik untuk saat ini maupun menjadi acuan ataupun perbandingan terhadap penelitian dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
ii
ABSTRAK
Latar belakang : Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan massa tulang.
Tujuan :Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola asupan kalsium mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Hasil :Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara rendah yaitu sejumlah 43 orang (61,4%). Kebanyakkan mahasiswa mempunyai pengetahuan gizi yang baik yaitu 78,6%. Selain itu, mahasiswa sering terpapar informasi/ media massa mengenai kalsium adalah sebanyak 41 orang(58,6%). Jumlah mahasiswa yang sering jajan adalah sebanyak 40 orang(57,1%) dan mahasiswa yang tidak mempunyai pengaruh teman adalah sebanyak 56 orang(80%). Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa pengetahuan gizi dan keterpaparan informasi / media massa memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana nilai p sebesar 0,001 sementara pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium dimana nilai p adalah 0,806 dan 0,436.
Kesimpulan : Kebanyakkan mahsiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mempunyai tingkat konsumsi kalsium yang rendah, pengetahuan gizi yang baik, sering terpapar informasi / massa, sering berjajan dan tidak mempunyai pengaruh teman. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan keterpaparan media / massa dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
iii
ABSTRACT
Background: Calcium is a micro nutrient which is needed by body and is the highest amount of mineral in the body. In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any other phase in life because it occurs during peak bone mass growth.
Objective: This research was conducted to determine the student an overview of calcium intake in Faculty of Medicine University Sumatera Utara.
<