MENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simbol komponen elektronika dalam
skema (gambar) rangkaian.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi wujud komponen elektronika yang
umum digunakan dalam rangkaian elektronika
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi nilai komponen.
4. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan fungsi dan karakteristik
komponen-komponen elektronika yang umum digunakan pada rangkaian
elektronika
Resistor tetap (fixed resistor)
Resistor adalah komponen yang berfungsi menahan arus ataupun membagi
tegangan, mengapa arus listrik perlu ditahan ? bahwa setiap komponen, elemen,
rangkaian elektronik membutuhkan catu arus atau tegangan yang tidak sama,
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh katena itu catu arus dan tegangan
harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Untuk keperluan tersebut
dapat digunakan resistor, sebagai penahan arus, pembagi arus, dan pembagi
tegangan
Kemampuan resistor dalam menahan arus listrik disebut resistansi, dengan satuan
ohm (Ω).
Simbol-simbol resistor tetap dalam gambar rangkaian elektronika dan wujud
Gambar 1 : Simbol-simbol Resistor tetap.
Gambar 2 : Wujud fisik resistor.
Untuk mempermudah penentuan resistansi suatu resistor produksi pabrik.
dalam praktek dilapangan sering digunakan metode kode warna (colour codes
methode). Suatu resistor biasanya memiliki empat atau lima gelang warna pada badannya, gelang-gelang warna tersebut merupakan kode-kode untuk mengetahui
nilai resistansi resistor tersebut
Maka nilai resistansi dasar resistor tersebut adalah :
10 x 102 = 1000 = 1K.
Jika diperhitungkan nilai toleransinya maka range resistansi yang mungkin terjadi
adalah :
1K - (5% x 1K) sampai 1K + (5% x 1K)
1K - 50 s/d 1K + 50
950 s/d 1050
Untuk perhitungan nilai resistansi dari resistor yang memiliki lima gelang warna
dapat berpedoman pada tabel kode warna berikut :
Tanpa
Warna - - - 20 %
Contoh perhitungan ;
Gelang 1 (G1) : warna coklat : nilai 1
Gelang 2 (G2) : warna merah ; nilai 2
Gelang 3 (G3) : warna hitam : nilai 0
Gelang 4 (G4) : warna orange : nilai 103
Gelang 5 (G5) : warna coklat : nilai 1%
Maka nilai resistansi dasar resistor tersebut adalah :
120 x 103 = 120000 = 120K.
Jika diperhitungkan nilai toleransinya maka range resistansi yang mungkin terjadi
adalah :
120K - (1% x 120K) s/d 120K + (1% x 120K)
120K - 1.2K s/d 120K + 1.2K
118.8 s/d 121.2
Selain mengetahui besar resistansi, harga rating daya resistor juga sangat
perlu untuk diketahui, sebab rating daya menunjukan daya maksimum yang dapat
Daya pada resistor sebesar :
P = I2 R
Dimana :
P = Besar daya yang diberikan (Watt).
I = Arus yang mengalir (Ampere).
R = Resistansi (Ohm).
Hubungan seri, paralel, dan campuran resistor
Sejumlah resistor dapat dihubung secara seri, paralel ataupun campuran
dengan tujuan untuk mendapatkan suatu nilai resistansi tertentu.
Secara simbolik Hubungan dua resistor secara seri ditunjukan pada gambar 4
berikut;
B
A
R1
2k
R2
3k
Resistor R1 dengan nilai resistansi 2 kilo ohm dihubung seri dengan Resistor R2
dengan nilai resistansi 3 kilo ohm, maka akan terbentuk nilai reistansi dari
terminal A sampai terminal B atau RA-B sebesar ;
RA-B = R1 +R2
RA-B = 2k + 3k
RA-B = 5 kilo ohm.
Rs = R1 + R2 + R3 +…+ Rn
Dua resistor terhubung secara paralel ditunjukan pada gambar berikut ;
Variabel Resistor
Variabel resistor adalah resistor dengan nilai resistansi yang dapat
diubah-ubah secara manual dengan memutar ataupun menggeser tuas yang tersedia. Ada
dua jenis variabel resistor yang umum digunakan, yaitu potensiometer dan
trimmer potensiometer (Trimpot). Nilai resistansi potensiometer diubah-ubah
dengan cara memutar atau menggeser dengan jari secara langsung, sedangkan
pada trimpot harus menggunakan obeng atau sejenisnya. Potensiometer umumnya
digunakan untuk pengaturan nilai resistansi dengan rutinitas yang tinggi seperti
pada volume peralatan audio. Sedangkan trimpot digunakan untuk mensetting
besaran-besaran tertentu. Sehingga pengaturan resistansinya pada waktu-waktu
tertentu saja.
Simbol dan bentuk fisik variabel resistor (potensiometer) ditunjukan pada
gambar berikut :
Gambar 4: bentuk fisik variabel resistor (potensiometer)
Gambar 5 : berbagai model trimpot
Pada dasarnya potensiometer memiliki tiga kaki (pin). Seolah-olah
membentuk dua resistor. Yaitu resistor dari pin1 ke pin2 dan resistor dari pin2 ke
pin3. Pada badan potensiometer biasanya tertera nilai resistansinya, misalnya 20
kilo ohm, ini adalah nilai resistansi yang dibentuk dari pin 1 sam pai pin3. Jika
tuas diputar ke kiri, berlawanan dengan arah jarum jam maka resistansi antara
pin1 dengan pin2 akan membesar, sedangkan resistansi antara pin2 dengan pin3
akan mengecil. Dan sebaliknya jika tuas diputar ke kanan searah jarum jam maka
reisitansi antara pin1 dengan pin2 akan mengecil, sedangkan resistansi antara pin2
dengan pin3 akan membesar.
Dalam teknik audio potensiometer dengan tiga kaki disebut potensimeter
yaitu gabungan dari dua potensiometer mono yang dapat diatur secara bersamaan
menggunakan satu tuas. Dan ada pula potensiometer yang dilengkapi pin CT
(cabang tengah, center tap), yaitu sebuah terminal yang membagi dua resistor
potensiometer dengan nilai resistansi sama besar.
Dalam teknik audio, potensiometer biasanya digunakan sebagai pengatur
nada (tone control), bass treble, volume, dan balance.
Resistor non linier
Resistor non linier adalah resistor dengan nilai resistansi yang dapat berubah –
ubah, (seperti resistor variabel) namun perubahan nilai resistansinya dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sekitarnya, seperti kuat cahaya dan temperatur (suhu).
Resistor non linier banyak diterapkan pada peralatan-peralatan otomatis sebagai
komponen pengindera (sensor).
Light dependent resistor (LDR),
Kondensator (Kapasitor)
Kondensator atau kapasitor merupakan komponen elektronika yang
terbentuk dari dua plat penghantar sejajar yang dipisahkan oleh dielektrik isolasi.
Isolasi tersebut berupa cairan elektrolit, kertas, maupun udara.
Kapasitor memiliki fungsi dasar menyimpan muatan listrik, yang disebut
kapasitansi dengan satuan farad (F), dalam ilmu elektronika banyak dipakai satuan
micro farad ( F), nano farad dan piko farad.
Berdasarkan fungsi dasarnya menyimpan muatan, maka kapasitor dapat
diapikasikan sebagai perata arus/tegangan searah pada rangkaian penyearah,
Simbol-simbol kapasitor dapat dilihat pada gambar :
+
a. Kapasitor Non Polar. b. Kapasitor Bipolar. c. Kapasitor Variabel.
Gambar 6 : Simbol-simbol kapasitor.
Kapasitor non polar adalah kapasitor tanpa polaritas kaki, artinya tidak ada
istilah kaki positif atau negatif, dengan demikian dalam penggunaannya boleh
dipasang terbalik..
Gambar 7 : berbagai bentuk kapasitor non polar
Kapasitas kapasitor non polar dapat dihitung dengan kode angka yang
tertulis pada badan kapasitor itu sendiri.
Misal pada kapasitor tertulis 104 (3 digit) maka berarti :
Kapasitasnya = 100.000 pF
contoh lainnya adalah sebagai berikut :
Jika tertulis 472 , maka nilai kapasitasnya = 4700 pF
Jika tertulis 20 , maka nilai kapasitasnya = 20 pF
Jika tertulis .02 dengan titik di depan angka, maka nilai kapasitasnya adalah 0,02 F
Kapasitor bipolar adalah kapasitor yang memiliki polaritas kaki positif dan
negatif, sehingga dalam pemasangannya pada rangkaian harus sesuai dengan
gambar rangkaian, tidak boleh terbalik. Kaki yang terdekat dengan Tanda garis
(negatif) pada badan kapasitor adalah kaki negatif. Kapasitor bipolar disebut juga
ELCO (electrolit condensator), yaitu kapasitor dengan bahan isolasi cairan
elektrolit.
Gambar 8 : bentuk kapasitor elco
Dalam teknik elektronika telekomunikasi akan sering ditemui komponen
varco. Varco adalah variabel condensator, atau kapasitor variabel, yaitu kapasitor
dengan nilai resistansi dapat diubah-ubah. Salah satu penggunaan varco adalah
Gambar 9 : bentuk varco
Transformator
Transformator (trafo) adalah piranti untuk memindahkan
(mentransformasikan) daya listrik dari suatu rangkaian kerangkaian yang lain
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Dengan memperhatikan simbol
transformator akan lebih mudah dipahami prinsip kerjanya.
S
P
Gambar 10 : Simbol transtormator.
Aliran arus bolak balik dalam lilitan primer membangkitkan medan
magnet atau fluksi dalam inti. Fluksi tersebut akan mengalir kelilitan sekunder.
Adanya fluksi pada lilitan sekunder, membangkitkan tegangan pada lilitan
sekunder (prinsip induksi).
Perbandingan tegangan antar sisi adalah :
Ep/Es = Np/ Ns = Is/Ip = K
Bila K > 1, maka transformator adalah step down.
Bila K< 1, maka transformator adalah step up.
Gambar 11 : bentuk transformator
Sesuai dengan persamaan diatas, ada dua jenis trafo berdasarkan
perbandingan tegangan yang dihasilkan, yaitu trafo step up (penaik tegangan) dan
step down (penurun tegangan). Dalam elektronika audio, penggunaan trafo step
down lebih dominan dobanding step up. Salah satunya adalah menurunkan
tegangan dari sumber 220 Vac menjadi tegangan yang lebih rendah, misalnya 12
Vac. Dan selanjutnya tegangan tersebut disearahkan.
Dioda
Dioda adalah komponen elektronika yang bersifat setengah penghantar
(semi konduktor), artinya dioda hanya dapat mengalirkan arus listrik dari satu
arah saja dan menghentikan arus listrik dari arah yang berlawanan.
Gambar 12: Simbol dan bentuk fisik dioda
Dioda memiliki dua kaki (elektroda) yaitu anoda atau positif dan katoda atau
negatif. Jika ditinjau secara fisik, kaki katoda (negatif) adalah kaki yang dekat
dengan tanda garis putih.
Dioda tersusun dari bahan tipe P, yang mengandung atom positif,
teminalnya biasa disebut anoda dan bahan tipe N yang mengandung atom negatif.,
terminalnya biasa disebut katoda. Antara kedua bahan terdapat daerah pertemuan
atau batas (junction).
Dalam pengoperasiannya dioda diberi tegangan atau bias maju (forward
bias) dan tegangan atau bias mundur (reverse bias). Seperti yang ditunjukkan pada gambar 13, dasar dari sistem pengoperasian dioda adalah bahwa atom
bermuatan sejenis bila didekatkan akan saling tolak menolak dan atom berlainan
SR
a. Bias maju b. Bias mundur
Gambar 13: Pembiasan pada dioda.
Suatu dioda akan menghantar (konduksi) apabila ia diberi tegangan maju
minimal 0,7 Volt untuk dioda silikon dan 0,2 Volt untuk dioda germanium. Pada
saat saklar SF ditutup (Gbr 13.a), maka akan mengalir arus positif dari sumber
tegangan menuju bahan P. Karena bahan p ini mengandung atom-atom bermuatan
positif, maka atom tersebut akan terdorong ke daerah junction oleh
atom-atom dari sumber tegangan yang juga bermuatan positif. Karena atom-atom-atom-atom
bermuatan negatif dari bahan N juga terdorong ke daerah junction, maka akan A K
terjadi gaya tarik menarik antara atom positif dan atom negatif, sehingga daerah
junction dapat ditembus oleh arus istrik dan dioda berkonduksi.
Apabila dioda diberi teganga mundur (reverse bias), maka dioda akan
menyumbat (tidak konduksi), seperti ditunjukkan pada gambar 13.b. Apabila
saklar SR ditutup maka akan mengalir arus positif dari sumber menuju bahan tipe
N yang mengandung atom-atom negatif. Karena atom dari sumber dan atom
bahan N berlainan jenis, maka atom-atom ini cenderung tarik-menarik dan
meninggalkan junction. Demikian juga atom dari bahan P. Kondisi ini
menyebabkan daerah junction tidak dapat ditembus, dan dioda tidak berkonduksi.
Salah satu fungsi dioda adalah sebagai penyearah, dapat dibedakan atas
penyearah setengah gelombang (Half Wave Rectifier) dan penyearah gelombang
penuh (Full Wave Rectifier), seperti ditunjukkan pada gambar 14 dan 15.
DC
Output
ac
Input
step down trafo DIODE
a. Rangkaian dasar
0 t 0
t
V - V –
b. Grafik sinyal input ac c. Grafik sinyal output DC
Gambar 14 : Rangkaian penyearah setengah gelombang.
Dikatakan penyearah setengah gelombang karena dioda hanya akan
melewatkan setengah siklus saja, yaitu siklus positif.
Sedangkan penyearah gelombang penuh adalah pada gambar berikut :
Output
DC
Input
ac
D4
D3
D2
D1
BRIDGE
a. Rangkaian dasar
V + V +
0 t 0 t
-b. Grafik input ac c. Grafik output DC
Gambar 15 : Rangkaian penyearah gelombang penuh.
Dikatakan penyearah gelombang penuh karena keempat dioda
mengalirkan kedua siklus positif dan negatif. Selama setengah siklus (positif) dari
0 - , dioda D1 dan dioda D3 mendapat forward bias sehingga berkonduksi.
Sedangkan dioda D2 dan dioda D4 mendapat reverse bias sehingga tidak
konduksi. Selanjutnya setengah siklus (negatif), dari - 2 , dioda D2 dan D4
mendapat forward bias sehingga berkonduksi, sedangkan dioda D1dan D3
mendapat reverse bias dan tidak konduksi.
Penyearah gelombang penuh juga dapat dirangkai dengan dua buah dioda,
tetapi input sinyal ac terdiri dari dua phasa dengan beda phasa 180 0 dapat
digunakan trafo step down CT (Centre Tap). Rangkaian dasarnya seperti pada
b. Grafik phasa pada sisi sekunder trafo c. Grafik output DC
Gambar 16 : Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan trafo CT.
Pada setengah siklus pertama phasa 1 adalah positif, dioda D1 forward
bias, dioda D1 berkonduksi. Pada saat yang bersamaan phasa 2 adalah negatif,
dioda D2 reverse bias, dioda D2 tak berkonduksi . Pada siklus berikutnya phasa 1
adalah negatif, dioda D1 reverse bias, dioda D1 tak berkonduksi. Pada saat yang
bersamaan phasa 2 adalah positif, dioda D2 forward bias, dioda D2 berkonduksi.
Dengan demikian terminal output DC senantiasa mendapat tegangan positif dari
phasa 1 dan phasa 2 secara bergantian setiap setengah siklus.
Dalam dunia elektronika dikenal dioda yang dapat memancarkan cahaya,
yang biasa disebut LED (light emitting diode), digunakan sebagai indikator atau
penanda. Dioda ini akan memancarkan cahaya bila diberi bias maju yang cukup.
Simboldan bentuk fisik LED, ditunjukan pada gambar berikut ;
Gambar 17 : simbol dioda LED
LED juga memiliki polaritas kaki, seperti ditunjukan pada gambar diatas,
elektroda yang kecil adalah positif, sedangkan elektroda yang lebar adalah negatif,
ini adalh kondisi pada umumnya.kadangkala ditemui LED dengan polaritas kaki
yang terbalik.
Selain dioda penyearah dan dioda LED, ada jenis dioda lainnya yaitu dioda
zener, yang biasanya difungsikan sebagai penstabil tegangan.
Gambar 19 : bentuk fisik dan simbol dioda zener.
Transistor
Transistor adalah piranti elektronik pengembangan dari dioda. Pada
rangkaian elektronika transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik,
penguat sinyal, dan penstabil tegangan.
Berdasarkan konstruksi persambungannya transistor identik dengan dua buah
dioda yang disambung anti seri. Cara persambungan anti seri ini membedakan dua
A K
Katod a
Transistor memiliki dua junction dan tiga elektroda (kaki), yaitu kaki Basis
(B), Colector (C), dan Emitor (E).seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
B
Gambar 20 : Konstruksi dan simbol transistor.
Gambar 21 : contoh bentuk fisik taransistor
Transistor dalam bahasan diatas adalah jenis transistor bipolar (dua polaritas),
selain itu ada jenis transistor lainnya, antara lain: Uni Junction Transistor (UJT),
Field Effect Transistor (FET). Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor
Gambar 22 : simbol dan bentuk fisik UJT
Gambar 23 : simbol dan bentuk fisik FET
Drain
Gambar 24 : simbol dan bentuk fisik MOSFET
Integrated Circuit (IC)
Integrated circuit adalah rangkaian terpadu, yang didalamnya telah
terintegrasi berbagai sifat dan fungsi komponen lainnya seperti transistor, dioda
resistor dan lainnya. Dengan adanya rangkaian terpadu ini maka dimensi, ukuran
komponen menjadi lebih simpel. Dalam penerapannya IC banyak digunakan
sebagai penguat, pengendali, penyimpan program, dan lainnya. Setiap IC
memiliki kode atau nomor tertentu dengan fungsi yang tertentu pula. Misalnya, IC
LA 4440 merupakan IC penguat denngan daya 18 watt. IC 7812 merupakan IC
penstabil tegangan dengan keluaran 12 volt DC. Dan lainnya.
Dalam sistem penguat IC penguat biasanya disimbolkan seperto gambar ;
U1
Gambar 25 : simbol IC penguat
IC Stabilisator Tegangan DC (78 xx)
Tegangan DC yang dihasikan suatu rangakaian penyearah relatif belum
sempurna. Besar tegangan kadangkala naik (membesar) dan dapat membahayakan
rangkaian yang dicatunya, membuat tidak stabilnya kinerja rangkaian ataupun
merusak komponen – komponen yang ada pada rangkaian.
Untuk menstabilkan tegangan DC dapat digunakan rangkaian transistor
didalamnya telah terintegrasi sejumlah komponen untuk melakukan suatu fungsi
tertentu.
Salah satu IC stabilisator tegangan DC positif adalah IC LM 78 xx. Angka
78 didepan bermakna bahwa IC tersebut berfungsi untuk menstabilkan tegangan
positif. Variabel xx bermakna besar tegangan stabil maksimum yang dihasikan,
misal :
7805 = menghasilkan tegangan positif stabil maksimum 5 volt.
7812 = menghasilakan tegangan positif stabil maksimum 12 volt.
a.Simbol b. Wujud fisik
Gambar 26 : IC Stabilisator 78 xx .
Aplikasi dalam rangkaian catu daya DC sebagai berikut :
output DC
PENGGUNAAN MULTIMETER
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi avometer
2. Mahasiswa mampu menggunakan avo meter secara baik dan benar
Mengenal multimeter
Multimeter sering disebut AVOmeter atau multitester, alat ini biasa dipakai untuk
mengukur harga resistansi (tahanan), tegangan AC (Alternating Current),
tegangan DC (Direct Current), dan arus DC. Bagian-bagian multimeter seperti
ditunjukkan gambar di bawah
Gambar 28. Multimeter / AVOmeter
Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi
untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya :
saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan
ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke
kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 .
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat
posisi pengukuran, yaitu :
a. Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang
terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili
amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
4. Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test
lead kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih
polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen
multimeter.
8. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk
besaran yang diukur.
9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
Menggunakan Multimeter
Pertama-tama jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada
angka 0 pada skala DCmA , DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri (lihat
gambar 2 a), dan untuk skala ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan (lihat
gambar 2 b). Jika belum tepat harus diatur dengan memutar sekrup pengatur
kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke kanan dengan menggunakan
obeng pipih (-) kecil.
DC
(a) (b)
Gambar 29. Kedudukan Normal Jarum Penunjuk Meter
Untuk mengukur resistansi suatu resistor, posisi saklar pemilih multimeter
diatur pada kedudukan dengan batas ukur x 1. Test lead merah dan test
lead hitam saling dihubungkan dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan
mengatur tombol pengatur kedudukan jarum pada posisi nol pada skala .
Jika jarum penunjuk meter tidak dapat diatur pada posisi nol, berarti
baterainya sudah lemah dan harus diganti dengan baterai yang baru. Langkah
selanjutnya kedua ujung test lead dihubungkan pada ujung-ujung resistor
yang akan diukur resistansinya. Cara membaca penunjukan jarum meter
sedemikian rupa sehingga mata kita tegak lurus dengan jarum meter dan tidak
terlihat garis bayangan jarum meter. Supaya ketelitian tinggi kedudukan
jarum penunjuk meter berada pada bagian tengah daerah tahanan. Jika jarum
penunjuk meter berada pada bagian kiri (mendekati maksimum), maka batas
ukurnya di ubah dengan memutar saklar pemilih pada posisi x 10.
Selanjutnya dilakukan lagi pengaturan jarum penunjuk meter pada kedudukan
nol, kemudian dilakukan lagi pengukuran terhadap resistor tersebut dan hasil
pengukurannya adalah penunjukan jarum meter dikalikan 10 . Apabila
dengan batas ukur x 10 jarum penunjuk meter masih berada di bagian kiri
daerah tahanan, maka batas ukurnya diubah lagi menjadi K dan dilakukan
proses yang sama seperti waktu mengganti batas ukur x 10. Pembacaan
hasilnya pada skala K, yaitu angka penunjukan jarum meter dikalikan
dengan 1 K .
Untuk mengukur tegangan DC (misal dari baterai atau power supply DC),
saklar pemilih multimeter diatur pada kedudukan DCV dengan batas ukur
yang lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Test lead merah pada kutub
(+) multimeter dihubungkan ke kutub positip sumber tegangan DC yang akan
diukur, dan test lead hitam pada kutub (-) multimeter dihubungkan ke kutub
negatip (-) dari sumber tegangan yang akan diukur. Hubungan semacam ini
disebut hubungan paralel. Untuk mendapatkan ketelitian yang paling tinggi,
usahakan jarum penunjuk meter berada pada kedudukan paling maksimum,
caranya dengan memperkecil batas ukurnya secara bertahap dari 1000 V ke
500 V; 250 V dan seterusnya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
bila jarum sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas
ukurnya diperkecil lagi, karena dapat merusakkan multimeter.
c. Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan AC
Untuk mengukur tegangan AC dari suatu sumber listrik AC, saklar
pemilih multimeter diputar pada kedudukan ACV dengan batas ukur yang
paling besar misal 1000 V. Kedua test lead multimeter dihubungkan ke kedua
kutub sumber listrik AC tanpa memandang kutub positif atau negatif.
Selanjutnya caranya sama dengan cara mengukur tegangan DC di atas.
d. Multimeter digunakan untuk mengukur arus DC
Untuk mengukur arus DC dari suatu sumber arus DC, saklar
pemilih pada multimeter diputar ke posisi DCmA dengan batas ukur 500
mA. Kedua test lead multimeter dihubungkan secara seri pada rangkaian
Gambar 30. Multimeter untuk Mengukur Arus DC
Ketelitian paling tinggi akan didapatkan bila jarum penunjuk multimeter
pada kedudukan maksimum. Untuk mendapatkan kedudukan maksimum,
saklar pilih diputar setahap demi setahap untuk mengubah batas ukurnya dari
500 mA; 250 mA; dan 0, 25 mA. Yang perlu diperhatikan adalah bila jarum
sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya
diperkecil lagi, karena dapat merusakkan multimeter.
Pemeriksaan komponen
1. Menguji Resistor
Resistor merupakan komponen yang jarang rusak, kalaupun rusak dapat
dilihat langsung dari fisiknya yaitu terbakar atau harga resistansinya naik.
Pengujian resistor biasanya dilakukan untuk melihat nilai resistansinya.
Pembacaan nilai resistansi dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan
kode-kode warna yang terdapat pada resistor atau dapat juga dengan
menggunakan Multimeter. Caranya yaitu dengan meletakkan saklar jangkah
2. Menguji Dioda
Pengujian dioda dilakukan dengan menguji nilai resistansi maju dan resistansi
mundur .Jika nilai resistansi maju kecil dan nilai resistansi mundur besar
berarti dioda masih baik. Pengujian dilakukan dengan mempergunakan
multimeter. Letakkan saklar jangkah pada posisi ohmmeter dengan kedudukan
R x 1. Pasangkan test lead hitam multimeter dengan kaki Anoda dan test lead
merah dengan kaki Katoda, jika jarum meter bergerak berarti resistansi
majunya kecil. Sekarang baliklah test lead merah mendapat Anoda dan test
lead hitam mendapat katoda, jika jarum tidak bergerak berarti resistansi mundurnya besar. Dari kedua pengamatan tersebut dapat disimpulkan dioda
baik.
3. Menguji Kondensator
Kondensator tipe elektrolit dapat diuji dengan mempergunakan
multimeter dengan meletakkan selektor pada posisi ohmmeter. Pasangkan test
lead merah dan hitam pada kaki kondensator, jika jarum bergerak ke kanan dan kemudian kembali ke kiri berarti kondensator masih baik.
4. Menguji Transistor
Transistor pada prinsipnya adalah dua dioda yang saling dipertemukan,
yaitu dioda basis-emitor dan dioda basis-kolektor. Karenanya cara-cara
menguji transistor adalah hampir sama dengan menguji dioda, yaitu dilakukan
dengan menguji resistansi maju dan resistansi mundur dioda-dioda
basis-emitor dan basis-kolektor.
a. Transistor NPN
Cara menentukan kerusakan pada transistor NPN adalah sebagai berikut:
1) Selektor alat ukur diletakkan pada posisi R x 100 atau R x 1K
2) Hubungkan test lead hitam pada basis dan test lead merah pada emitor.
Hasilnya :
Jarum alat ukur menyimpang menunjukkan harga R, hal ini menunjukkan kondisi transistor dalam keadaan baik, karena yang
diukur resistansi maju dioda basis – emitor.
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, berarti dioda basis – emitor putus.
3) Test lead hitam tetap pada basis, test lead merah dipindahkan ke kolektor.
Hasilnya :
Jarum alat ukur menyimpang menunjukkan harga R, berarti
transistor dalam kondisi baik, karena yang diukur resistansi maju
dioda basis – kolektor.
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, berarti dioda basis –
kolektor putus.
Cara menentukan kondisi transistor dengan multimeter ditunjukkan pada
Gambar 31. Menguji Transistor NPN
4) Hubungkan test lead merah pada basis dan test lead hitam pada emitor
Hasilnya :
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, atau bergerak sedikit,
maka berarti kondisi transistor baik.
Jarum alat ukur menyimpang jauh ke kanan, berarti dioda basis – emitor hubung singkat ( bocor ).
5) Test lead merah tetap pada basis, test lead hitam dipindahkan ke kolektor. Hasilnya :
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali atau bergerak sedikit,
maka berarti kondisi transistor baik .
Uraian cara Pemeriksaan transistor NPN diatas dapat disederhanakan
dalam tabel berikut, yang menunjukan kondisi ideal transistor:
koneksi elektroda transistor dengan lead tester defleksi jarum
kolektor basis emitor
polaritas test lead merupakan kebalikannya.seperti ditunjukan tabel berikut ;
koneksi elektroda transistor dengan lead tester defleksi jarum
kolektor basis emitor
Cara menetukan jenis Transistor adalah dengan menghubungkan test
lead hitam pada basis dan test lead merah pada emitor atau kolektor., jika jarum menyimpang ke kanan maka berarti jenis transistor adalah NPN,
sedangkan jika jarum tidak menyimpang sama sekali atau menyimpang
kondidi induktor dapat ditentukan dengan menggunakan ohmmeter, sedangkan
nilai induktansinya tidak dapat diukur dengan alat ukur Ohm.
Caranya adalah sebagai berikut :
a. Letakkan selektor multimeter pada posisi ohmmeter dengan kedudukan R x 1
atau R x 10 ( atau R x 100 ).
b. Ukurlah nilai resistansi kumparan dengan menghubungkan kaki kumparan
pada test lead multimeter.
Hasilnya :
Jarum alat ukur menyimpang menunjukkan harga R, berarti kondisi kumparan baik
Jarum alat ukur menyimpang menunjuk angka nol ohm,
kemungkinan ada hubung singkat pada kumparan
Jarum alat ukur tidak menyimpang sama sekali, berarti kumparan putus.
6. Uji Transformator
Menguji transformator dapat dilakukan dengan multimeter, caranya adalah
sebagai berikut :
a. Selektor diletakkan pada posisi ohm terendah misal R x 1 atau R x 10,
kemudian ukur nilai resistansi pada gulungan primer.
Hasilnya :
jarum bergerak menunjukkan nol ohm, kemungkinan ada hubung singkat pada gulungan primer.
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, maka berarti gulungan primer
putus.
b. Dengan cara dan hasil yang sama seperti pada langkah 1, ukurlah nilai
resistansi pada gulungan sekunder.
c. Selektor diletakkan pada posisi tertinggi misal R x 1K atau R x 10 k,
kemudian ukur resistansi antara gulungan primer dengan inti.
Hasilnya :
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, maka kondisinya baik
Jarum alat ukur bergerak, berarti ada hubung singkat antara primer dengan
inti
d. Dengan cara dan hasil yang sama pada langkah 3, ukurlah resistansi antara
sekunder dengan inti.
e. Dengan meletakan selektor masih pada posisi tertinggi, ukurlah resistansi
antara gulungan primer dengan sekunder.
Hasilnya :
Jarum alat ukur tidak bergerak sama sekali, berarti kondisinya baik.