• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Guru melaksanakan pembelajaran supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

(2)

Berdasarkan hasil survey pra penelitian yang dilakukan, hasil belajar siswa SD N 2 Kedondong yang memperoleh nilai sebesar 65 pada mata pelajaran IPA masih sangat sulit di capai.

No Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentasi

1 < 65 Belum tuntas 16 69,57%

2 ≥ 65 Tuntas 7 30,43%

Jumlah 23 siswa

Tabel 1. Daftar KKM siswa kelas V SD N 2 Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012

Berdasarkan tabel 1 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran siswa kelas V (Lima) semester genap di SD Negeri 2 Kedondong masih menggunakan model pembelajaran yang menerangkan materi di depan kelas kemudian siswa mengerjakan latihan. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik.

Indikasi aktivitas belajar IPA di SD Negeri 2 Kedondong dari hasil wawancara dan data yang diperoleh ternyata sebagian siswa memiliki persepsi bahwa pelajaran IPA sebagai mata pelajaran sulit, tidak memperhatikan saat guru menerangkan, bermalas-malasan mengerjakan tugas, kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, kurang semangat mengerjakan soal dan siswa merasa bosan.

(3)

Adapun kegiatan pembelajaran tersebut tidak berjalan dengan aktif karena tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang berkemampuan rendah hanya mengandalkan siswa lain untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di kelas adalah rendahnya kemampuan IPA siswa, kemungkinan ini disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga perlu diteliti apakah terjadi peningkatan kemampuan IPA siswa bila model pembelajaran di ubah. Oleh karena itu diperlukan adanya terobosan baru dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Kedondong.

Agar pembelajaran ini dapat optimal diperlukan partisipasi siswa dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.

(4)

Dalam pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), siswa secara tidak langsung dididik untuk berlatih berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide atau pendapat dengan pasangannya. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain. Selain itu, Think-Pair-Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah kemampuan Analisis IPA tentang daur air siswa SD Negeri 2 Kedondong meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan Analisis IPA siswa pada materi daur air kelas V (lima) SD Negeri 2 Kedondong melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

1.4 Manfaat PTK

Kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa

(5)

2. Bagi guru

Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru yaitu alternatif model pembelajaran TPS yang dapat digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas

3. Manfaat bagi sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah meningkatkan kepercayaan masyarakat karena meningkatnya hasil belajar siswa dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan aktivitas belajar siswa

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memerlukan kejelasan sehingga diberikan beberapa batasan antara lain:

1. Materi yang diajarkan kepada siswa selama penelitian ini adalah materi pelajaran IPA mengenai daur air pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

2. Kemampuan IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis siswa yang dilihat dari hasil tes setiap akhir siklus

(6)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli

Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses

untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan

tingkah laku yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk

belajar.

Menurut Hamalik (2005 : 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku

tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,

emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sedangkan, Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan

suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin

berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori dan ditambah dengan aktivitas siswa

baik secara fisik maupun secara mental aktif.”

2.1.2 Pengertian Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang

menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

kecakapan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

(7)

memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya

kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu

menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Aktivitas

belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru

dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

2.1.3 Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan susunannya. Analisis merupakan

kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari tipe pengetahuan,

pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada

seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara

kreatif. Untuk membuat item tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan

berbagai kecakapan yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:

1. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas

2. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu

ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya

3. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan

kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan

4. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang

dihadapinya, Sudjana (2002:27).

Analisis juga dapat diartikan usaha memilah suatau integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan

analisis diharapkan seeorang mempuyai pemahaman yang komprehensif, dapat

memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami

(8)

Beberapa indikator yang termasuk klasifikasi analisis, yaitu:

a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan

menggunakan kriteria analitik tertentu,

b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas,

c. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada

berdasarkan kriteria dan hubungan materinya

d. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan mengunakan kriteria

seperti relevansi, sebab akibat, atau peruntutan,

e. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang

dihadapinya, dan

f. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapi.

Menurut Anonymous (2009) tingkat analisis merupakan kemampuan

mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu

fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap

komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta

didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara

membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah

dipelajari.

Contoh kegiatan belajar:

 Mengidentifikasi faktor penyebab

 Merumuskan masalah

 Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi

 Membuat grafik

(9)

2.1.4 Pengertian Hasil Belajar Siswa

Setelah siswa menyelesaikan proses pembelajaran maka siswa akan

mengalami peningkatan kemampuan baik kemampuan penguasaan pengetahuan

maupun keterampilan. Hasil belajar merupakan salah satu indikator yang

menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil

belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri

siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud

adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti

yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2002 : 39) menyatakan bahwa hasil belajar

siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi

oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang

paling dominan berupa kualitas pembelajaran.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu agar siswa dapat memahami

konsep-konsep materi pelajaran dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan

dalam bekerja sama.

Pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang

menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, prilaku

kooperatif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya (Ibrahim,

(10)

Ciri-ciri model pembelajaran koopertif antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. (Ibrahim, dkk., 2002:6-7).

2.1.6 Model Pembelajaran TPS

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) tergolong tipe

koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan

kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan

sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor

perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali

dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) relatif rendah dan struktur pembelajaran

kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar

kolaboratif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).

diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab

dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu

dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

(11)

kooperatif. Namun, tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.

Menurut Lie (2004), keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) adalah:

1. Meningkatkan kemandirian siswa

2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.

3. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat

4. Melatih kecepatan berpikir siswa dan keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik

Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk., (2002:6)

diantaranya:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran

TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas

atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga

diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru

menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan

selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga

dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.

Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa

merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang

disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan

3. melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode

pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode

(12)

4. Penerimaan terhadap individu lebih besar.

5. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang

diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa

dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil

yang diperoleh siswa dapat lebih optimal

6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Keuntungan lain dari

teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut pendapat Lie (2004:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah

pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan

bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk

membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang

lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.”

Tahapan-tahapan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) diantaranya:

a. Tahap 1. Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri

untuk beberapa saat.

b. Tahap 2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap 1. Pada tahap ini diharapkan

digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5

(13)

c. Tahap 3. Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan

demi pasangan. (Ibrahim.2002:26-27). Tabel 3. Aktivitas dalam proses pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think- pair-share (TPS) dapat dilihat

pada tabel 2.

Langkah-langkah Aktivitas guru Aktivitas siswa

Langkah 1 Think (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atas masalah. Apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara formal guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Melakukan diskusi dengan pasangannya yang telah ditentukan sebelumnya.

Langkah 3 Sharing (berbagi)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas tentang jawaban atas permasalahan yang diajukan oleh guru.

(14)

2.2Penelitian Terdahulu yang Relevan

Novita, Tika Wulan (2009) menyebutkan bahwa proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi siswa kelas X SMA Kertanegara

Malang. Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa, dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini

ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu

mengajari temannya yang kurang mampu.

Hasil penelitian tersebut disimpulkan oleh Novita, Tika Wulan yaitu: Rerata

motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 55,40% meningkat pada siklus II menjadi

70,33%. Prestasi belajar pada siklus I sebesar 64,70% meningkat pada siklus II menjadi

80%. Dari penelitin yang dilakukan oleh Novita, Tika Wulan (2009) terlihat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat

ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti di masa yang akan datang secara maksimal agar hasilnya dapat tercapai lebih baik lagi.

2.3 Kerangka Pikir

Melalui model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diberi

kesempatan untuk berfikir secara individu untuk memecahkan masalah atau soal yang

diberikan (Think), siswa melakukan diskusi dengan pasangan tentang solusi dari soal

yang diberikan oleh guru (Pair), Kemudian siswa berbagi dengan pasangan atau

mempersentasikan hasil di depan kelas (Share).

Pada model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diminta untuk

(15)

itu beberapa siswa diminta untuk menyajikan hasil diskusi mereka untuk menyampaikan

ide-ide mereka di depan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berperan penting

dalam menentukan keberhasilan siswa, siswa yang aktif dalam pembelajaran

diharapakan memiliki pengalaman yang lebih luas, dapat memungkinkan siswa untuk

karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,

serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan, siswa akan

terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya

untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, siswa lebih aktif dalam

pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. sehingga hasil belajar

yang diperoleh semakin meningkat.

Selain itu guru memberikan kebebasan untuk mengembangkan daya pikir

siswa, sehingga siswa aktif dalam menjawab soal yang diberikan guru, merangkum

materi, mengeluarkan pernyataan, dan memberi pendapat. Dan memungkinkan guru

untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) akan

berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan kerangka pikir

yang telah dikemukakan, maka dapat dituliskan kerangka berfikir sebagai berikut:

Keterangan : Dalam pembelajaran apabila menggunakan model pembelajaran tipe

Think-Pair-Share (TPS) akan membantu meningkatkan aktivitas belajar dan setelah

beraktivitas maka akan memperoleh hasil belajar.

(16)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan analisis IPA pada materi daur

air siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Kedondong semester genap tahun pelajaran

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedondong

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap mulai bulan Maret

sampai dengan Mei Tahun Pelajaran 2011/2012

3.3 Subyek Peneitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V (Lima)

siswa laki-laki 8 orang dan siswa perempuan 15 orang dan jumlah

keseluruhan adalah 23 siswa dan di dukung guru mitra.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti

menggunakan alat pengukur pengukur data sebagai berikut:

a. Tes sebelum dilakukan tindakan.

Sebelum melakukan proses pembelajaran dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dilakukan tes awal.

Fungsi dari tes awal adalah untuk memperoleh gambaran hasil belajar

sebelum tindakan dan setelah tindakan apakah ada peningkatan atau tidak

dalam hal belajar siswa. Bentuk soal tes awal adalah uraian berjumlah 10

(18)

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif,

mengenai hal-hal yang terjadi pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Catatan lapangan berisi permasalahan yang dapat dijadikan

pertimbangan bagi pelaksanaan pembelajaran berikutnya ataupun

masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai

c. Tes

Evaluasi dilakukan dengan tes uraian yang diadakan setiap akhir siklus

untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah

dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Tes yang diberikan siswa dalam

bentuk uraian. Sebelum tes siklus diujikan kepada siswa, tes terlebih

dahulu diperiksa oleh guru mitra. Setelah guru mitra mengetahui tingkat

validitasnya, baru soal dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan isi

kurikulum dan materi pembelajaran. Dimana isinya berguna untuk

mengetahui kemampuan IPA siswa setelah diberikan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).

d. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa fungsinya untuk mengetahui aktivitas

(positif) belajar siswa seperti: mengerjakan soal, bekerjasama dengan

pasangan, berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab atau

(19)

e. Tes dilakukan setelah tindakan

Tes akhir fungsinya adalah untuk melihat skor perolehan belajar dalam

setiap siklus pembelajaran.Dengan mengetahui jumlah perolehan skor tes

awal dan skor tes akhir maka dapat diketahui penguasaan siswa terhadap

materi yang diberikan guru. Bentuk soal adalah uraian berjumlah 10 soal,

skor tiap butir soal 5.

3.5 Validitas Isi

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan

menggunakan validitas isi. Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur

tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas isi merupakan validitas

yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis

rasional.

Pada penelitian ini melibatkan dua ahli dibidangnya atau guru IPA

yang kompeten dan memiliki pengalaman untuk mengetahui kelayakan soal

yang akan diujikan. Yaitu Bapak Isnen Ngadino S.Pd dan Ibu Haliana, S.Pd.

Menurut Arikunto (2007:67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi

apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam

kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan

(20)

3.6 Analisis Data

3.6.1 Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa (Format tabel ada dilampiran)

diperoleh dalam bentuk presentasi dengan rumus hasil belajar:

C = x 100%

Keterangan:

C = Persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65

=

jumlah siswa yang mendapat nilai≥ 65

=

jumlah seluruh siswa (Arikunto, Suharsimi 2007)

. .

Aktivitas belajar siswa

Data diperoleh dari proses pembelajaran berupa aktivitas

belajar siswa selama tindakan pembelajaran (Format tabel dan target

ada di lampiran). Dan aktivitas tersebut digambarkan secara

deskriptif yang datanya diolah dalam bentuk persentase dengan

rumus:

р =

×

100 %

Keterangan :

P = Angket persentase F = Frekuensi aktivitas

N = Jumlah individu (Arikunto,Suharsimi 2007)

3.6. 3 Data Aktivitas Guru

Lembar pengamatan aktivitas guru ada 22 yang diamati. Tiap

indikator diadopsi dari IPKG pelaksanaan program PKM SI dalam

(21)

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan proses pembelajaran dalam penelitian ini

adalah siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70,0 mencapai

75% pada akhir siklus.

3.8 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari siklus per siklus.

Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini menggunakan model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Sudjarwo, 2005:48). Setiap

siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu:

1. tahap perencanaan

2. tahap pelaksanaan

3. tahap pengamatan

4. tahap refleksi

3.9 Langkah-langkah Penelitian (1)Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi:

(i) Membagi siswa dalam pasangan-pasangan

(ii) Mendiskusikan dan menetapkan rencana pembelajaran yang

diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus dengan guru

mitra

(iii) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran TPS yang sesuai dengan materi yang diberikan

(iv) Membuat soal uraian

(22)

Siklus I

Siklus II

Gambar 1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi Hopkins, 1993:48)

(2)Pelaksanaan

Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang

telah di susun dalam perencanaan sesuai dengan rencana pembelajaran

dengan urutan kegiatan secara garis besar sebagai berikut:

(i) Penyajian materi

Penyajian materi dilakukan secara klasikal dalam waktu

sekitar 10 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi

meliputi pokok-pokok materi secara garis besar

(ii) Memecahkan masalah secara mandiri

Setelah penyajian materi dilakukan, siswa akan diberi

lembaran soal uraian dan diberi waktu untuk memecahkannya

secara mandiri. Soal uraian diberikan secara bertahap sesuai

dengan materi yang diberikan. Guru memandu siswa dalam

Identifikasi masalah

Tindakan

Perencanaan ulang Refleksi Perencanaan

Tindakan

Observasi

(23)

memecahkan masalah secara mandiri dengan mengawasi dan

menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa

(iii) Berdiskusi dengan pasangan

Setelah siswa memecahkan masalahnya secara mandiri,

siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil

pemikirannya

(iv) Menyajikan hasil diskusi

Setelah semua siswa menyelesaikan diskusinya,

pasangan yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya kedepan

kelas

(v) Membahas hasil diskusi lapangan

Seluruh siswa diminta menanggapi hasil diskusi

pasangan yang menyajikan tadi dan menanyakan pada guru

jika terdapat hal-hal yang kurang jelas

(3)Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan yang mendokumentasikan segala

sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan yang dilakukan dengan

menggunakan lembar yang telah disediakan

(4)Refleksi

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat hasil siklus

sebelumnya dan melakukan perbaikan atau evaluasi terhadap

kekurangan yang ada. Dari hasil observasi dan tes kemudian dilakukan

analisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan sementara tentang

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran

2011/2012. Setelah dilakukan tindakan, semua indikator aktivitas belajar siswa

seperti : mengerjakan soal dengan benar, bekerjasama dengan pasangan,

berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab dan menanggapi telah mencapai

target yang diinginkan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012.

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA siswa pada pra PTK adalah

30,43% menjadi 82,61% pada akhir siklus II.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar dapat memperkaya

variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh

siswa dan selalu memantau perkembangan peserta didik terutama dari perilaku,

(25)

2. Kepada guru di SD Negeri 2 Kedondong, diharapkan dapat mencoba model

pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) sebagai salah satu metode

alternatif pembelajaran IPA

3. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi profesional serta membekali diri

dengan pengetahuan yang luas karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki

Gambar

Tabel 2. Aktivitas dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya

Penelitian tersebut untuk menguji secara empiris pengaruh suasana layanan dengan melakukan pengembangan interaksi antar pelanggan untuk menciptakan kepuasan

[r]

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji lebih banyak mengenai komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan ekstrak daun lindur berdasarkan pelarut yang digunakan pada

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan antara lain: Wawancara; yaitu merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap

3 Frequency of affiliation and agonistic of six classes macaques in Telaga Warna Nature Reserve and Recreational Park 4 4 Percentage of Macaque-Human interaction

average-based fuzzy time series models , hasil yang di dapat dari penelitian tersebut adalah dilihat dari nilai AFER menunjukkan bahwa metode ini mendekati nilai

Pada dasarnya proses seleksi dan rekrutmen serta penempatan karyawan sesuai dengan kemampuan dirinya yang dilakukan pada satu perusahaan sangat besar manfaatnya dalam