BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Guru melaksanakan pembelajaran supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Berdasarkan hasil survey pra penelitian yang dilakukan, hasil belajar siswa SD N 2 Kedondong yang memperoleh nilai sebesar 65 pada mata pelajaran IPA masih sangat sulit di capai.
No Nilai Keterangan Jumlah Siswa Presentasi
1 < 65 Belum tuntas 16 69,57%
2 ≥ 65 Tuntas 7 30,43%
Jumlah 23 siswa
Tabel 1. Daftar KKM siswa kelas V SD N 2 Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012
Berdasarkan tabel 1 siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran siswa kelas V (Lima) semester genap di SD Negeri 2 Kedondong masih menggunakan model pembelajaran yang menerangkan materi di depan kelas kemudian siswa mengerjakan latihan. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
Indikasi aktivitas belajar IPA di SD Negeri 2 Kedondong dari hasil wawancara dan data yang diperoleh ternyata sebagian siswa memiliki persepsi bahwa pelajaran IPA sebagai mata pelajaran sulit, tidak memperhatikan saat guru menerangkan, bermalas-malasan mengerjakan tugas, kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, kurang semangat mengerjakan soal dan siswa merasa bosan.
Adapun kegiatan pembelajaran tersebut tidak berjalan dengan aktif karena tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang berkemampuan rendah hanya mengandalkan siswa lain untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di kelas adalah rendahnya kemampuan IPA siswa, kemungkinan ini disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga perlu diteliti apakah terjadi peningkatan kemampuan IPA siswa bila model pembelajaran di ubah. Oleh karena itu diperlukan adanya terobosan baru dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Kedondong.
Agar pembelajaran ini dapat optimal diperlukan partisipasi siswa dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan.
Dalam pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), siswa secara tidak langsung dididik untuk berlatih berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide atau pendapat dengan pasangannya. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain. Selain itu, Think-Pair-Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah kemampuan Analisis IPA tentang daur air siswa SD Negeri 2 Kedondong meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan Analisis IPA siswa pada materi daur air kelas V (lima) SD Negeri 2 Kedondong melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
1.4 Manfaat PTK
Kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa
2. Bagi guru
Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru yaitu alternatif model pembelajaran TPS yang dapat digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas
3. Manfaat bagi sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah meningkatkan kepercayaan masyarakat karena meningkatnya hasil belajar siswa dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan aktivitas belajar siswa
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini memerlukan kejelasan sehingga diberikan beberapa batasan antara lain:
1. Materi yang diajarkan kepada siswa selama penelitian ini adalah materi pelajaran IPA mengenai daur air pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
2. Kemampuan IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis siswa yang dilihat dari hasil tes setiap akhir siklus
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli
Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses
untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan
tingkah laku yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar.
Menurut Hamalik (2005 : 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku
tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan, Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan
suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori dan ditambah dengan aktivitas siswa
baik secara fisik maupun secara mental aktif.”
2.1.2 Pengertian Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang
menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Aktivitas
belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru
dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
2.1.3 Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan susunannya. Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari tipe pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada
seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara
kreatif. Untuk membuat item tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan
berbagai kecakapan yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:
1. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas
2. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu
ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya
3. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan
kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan
4. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang
dihadapinya, Sudjana (2002:27).
Analisis juga dapat diartikan usaha memilah suatau integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan
analisis diharapkan seeorang mempuyai pemahaman yang komprehensif, dapat
memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami
Beberapa indikator yang termasuk klasifikasi analisis, yaitu:
a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan kriteria analitik tertentu,
b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas,
c. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada
berdasarkan kriteria dan hubungan materinya
d. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan mengunakan kriteria
seperti relevansi, sebab akibat, atau peruntutan,
e. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang
dihadapinya, dan
f. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapi.
Menurut Anonymous (2009) tingkat analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap
komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta
didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari.
Contoh kegiatan belajar:
Mengidentifikasi faktor penyebab
Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
Membuat grafik
2.1.4 Pengertian Hasil Belajar Siswa
Setelah siswa menyelesaikan proses pembelajaran maka siswa akan
mengalami peningkatan kemampuan baik kemampuan penguasaan pengetahuan
maupun keterampilan. Hasil belajar merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2002 : 39) menyatakan bahwa hasil belajar
siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi
oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang
paling dominan berupa kualitas pembelajaran.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu agar siswa dapat memahami
konsep-konsep materi pelajaran dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan
dalam bekerja sama.
Pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang
menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, prilaku
kooperatif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya (Ibrahim,
Ciri-ciri model pembelajaran koopertif antara lain:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. (Ibrahim, dkk., 2002:6-7).
2.1.6 Model Pembelajaran TPS
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) tergolong tipe
koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan
kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan
sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali
dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) relatif rendah dan struktur pembelajaran
kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar
kolaboratif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).
diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
kooperatif. Namun, tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
Menurut Lie (2004), keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) adalah:
1. Meningkatkan kemandirian siswa
2. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya.
3. Membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat
4. Melatih kecepatan berpikir siswa dan keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk., (2002:6)
diantaranya:
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran
TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas
atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga
diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru
menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan
selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga
dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.
Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa
merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan
3. melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode
pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode
4. Penerimaan terhadap individu lebih besar.
5. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang
diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa
dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil
yang diperoleh siswa dapat lebih optimal
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Keuntungan lain dari
teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Menurut pendapat Lie (2004:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah
pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan
bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk
membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang
lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.”
Tahapan-tahapan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) diantaranya:
a. Tahap 1. Thinking (berpikir)
Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri
untuk beberapa saat.
b. Tahap 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap 1. Pada tahap ini diharapkan
digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5
c. Tahap 3. Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan
demi pasangan. (Ibrahim.2002:26-27). Tabel 3. Aktivitas dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think- pair-share (TPS) dapat dilihat
pada tabel 2.
Langkah-langkah Aktivitas guru Aktivitas siswa
Langkah 1 Think (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atas masalah. Apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara formal guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Melakukan diskusi dengan pasangannya yang telah ditentukan sebelumnya.
Langkah 3 Sharing (berbagi)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Pasangan-pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas tentang jawaban atas permasalahan yang diajukan oleh guru.
2.2Penelitian Terdahulu yang Relevan
Novita, Tika Wulan (2009) menyebutkan bahwa proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi siswa kelas X SMA Kertanegara
Malang. Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa, dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini
ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu
mengajari temannya yang kurang mampu.
Hasil penelitian tersebut disimpulkan oleh Novita, Tika Wulan yaitu: Rerata
motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 55,40% meningkat pada siklus II menjadi
70,33%. Prestasi belajar pada siklus I sebesar 64,70% meningkat pada siklus II menjadi
80%. Dari penelitin yang dilakukan oleh Novita, Tika Wulan (2009) terlihat bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat
ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti di masa yang akan datang secara maksimal agar hasilnya dapat tercapai lebih baik lagi.
2.3 Kerangka Pikir
Melalui model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diberi
kesempatan untuk berfikir secara individu untuk memecahkan masalah atau soal yang
diberikan (Think), siswa melakukan diskusi dengan pasangan tentang solusi dari soal
yang diberikan oleh guru (Pair), Kemudian siswa berbagi dengan pasangan atau
mempersentasikan hasil di depan kelas (Share).
Pada model pembelajaran tipe think-pair-share (TPS) siswa diminta untuk
itu beberapa siswa diminta untuk menyajikan hasil diskusi mereka untuk menyampaikan
ide-ide mereka di depan kelas.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) berperan penting
dalam menentukan keberhasilan siswa, siswa yang aktif dalam pembelajaran
diharapakan memiliki pengalaman yang lebih luas, dapat memungkinkan siswa untuk
karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,
serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan, siswa akan
terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya
untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, siswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. sehingga hasil belajar
yang diperoleh semakin meningkat.
Selain itu guru memberikan kebebasan untuk mengembangkan daya pikir
siswa, sehingga siswa aktif dalam menjawab soal yang diberikan guru, merangkum
materi, mengeluarkan pernyataan, dan memberi pendapat. Dan memungkinkan guru
untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) akan
berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan kerangka pikir
yang telah dikemukakan, maka dapat dituliskan kerangka berfikir sebagai berikut:
Keterangan : Dalam pembelajaran apabila menggunakan model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share (TPS) akan membantu meningkatkan aktivitas belajar dan setelah
beraktivitas maka akan memperoleh hasil belajar.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan analisis IPA pada materi daur
air siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Kedondong semester genap tahun pelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kedondong
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada semester genap mulai bulan Maret
sampai dengan Mei Tahun Pelajaran 2011/2012
3.3 Subyek Peneitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V (Lima)
siswa laki-laki 8 orang dan siswa perempuan 15 orang dan jumlah
keseluruhan adalah 23 siswa dan di dukung guru mitra.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti, peneliti
menggunakan alat pengukur pengukur data sebagai berikut:
a. Tes sebelum dilakukan tindakan.
Sebelum melakukan proses pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dilakukan tes awal.
Fungsi dari tes awal adalah untuk memperoleh gambaran hasil belajar
sebelum tindakan dan setelah tindakan apakah ada peningkatan atau tidak
dalam hal belajar siswa. Bentuk soal tes awal adalah uraian berjumlah 10
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif,
mengenai hal-hal yang terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Catatan lapangan berisi permasalahan yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi pelaksanaan pembelajaran berikutnya ataupun
masukan terhadap keberhasilan yang sudah dicapai
c. Tes
Evaluasi dilakukan dengan tes uraian yang diadakan setiap akhir siklus
untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah
dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Tes yang diberikan siswa dalam
bentuk uraian. Sebelum tes siklus diujikan kepada siswa, tes terlebih
dahulu diperiksa oleh guru mitra. Setelah guru mitra mengetahui tingkat
validitasnya, baru soal dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan isi
kurikulum dan materi pembelajaran. Dimana isinya berguna untuk
mengetahui kemampuan IPA siswa setelah diberikan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
d. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi aktivitas siswa fungsinya untuk mengetahui aktivitas
(positif) belajar siswa seperti: mengerjakan soal, bekerjasama dengan
pasangan, berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab atau
e. Tes dilakukan setelah tindakan
Tes akhir fungsinya adalah untuk melihat skor perolehan belajar dalam
setiap siklus pembelajaran.Dengan mengetahui jumlah perolehan skor tes
awal dan skor tes akhir maka dapat diketahui penguasaan siswa terhadap
materi yang diberikan guru. Bentuk soal adalah uraian berjumlah 10 soal,
skor tiap butir soal 5.
3.5 Validitas Isi
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan
menggunakan validitas isi. Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur
tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas isi merupakan validitas
yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis
rasional.
Pada penelitian ini melibatkan dua ahli dibidangnya atau guru IPA
yang kompeten dan memiliki pengalaman untuk mengetahui kelayakan soal
yang akan diujikan. Yaitu Bapak Isnen Ngadino S.Pd dan Ibu Haliana, S.Pd.
Menurut Arikunto (2007:67) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam
kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan
3.6 Analisis Data
3.6.1 Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa (Format tabel ada dilampiran)
diperoleh dalam bentuk presentasi dengan rumus hasil belajar:
C = x 100%
Keterangan:
C = Persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65
=
jumlah siswa yang mendapat nilai≥ 65=
jumlah seluruh siswa (Arikunto, Suharsimi 2007). .
Aktivitas belajar siswa
Data diperoleh dari proses pembelajaran berupa aktivitas
belajar siswa selama tindakan pembelajaran (Format tabel dan target
ada di lampiran). Dan aktivitas tersebut digambarkan secara
deskriptif yang datanya diolah dalam bentuk persentase dengan
rumus:
р =
×
100 %Keterangan :
P = Angket persentase F = Frekuensi aktivitas
N = Jumlah individu (Arikunto,Suharsimi 2007)
3.6. 3 Data Aktivitas Guru
Lembar pengamatan aktivitas guru ada 22 yang diamati. Tiap
indikator diadopsi dari IPKG pelaksanaan program PKM SI dalam
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan proses pembelajaran dalam penelitian ini
adalah siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 70,0 mencapai
75% pada akhir siklus.
3.8 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari siklus per siklus.
Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini menggunakan model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Sudjarwo, 2005:48). Setiap
siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu:
1. tahap perencanaan
2. tahap pelaksanaan
3. tahap pengamatan
4. tahap refleksi
3.9 Langkah-langkah Penelitian (1)Perencanaan
Kegiatan dalam perencanaan meliputi:
(i) Membagi siswa dalam pasangan-pasangan
(ii) Mendiskusikan dan menetapkan rencana pembelajaran yang
diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus dengan guru
mitra
(iii) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran TPS yang sesuai dengan materi yang diberikan
(iv) Membuat soal uraian
Siklus I
Siklus II
Gambar 1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi Hopkins, 1993:48)
(2)Pelaksanaan
Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang
telah di susun dalam perencanaan sesuai dengan rencana pembelajaran
dengan urutan kegiatan secara garis besar sebagai berikut:
(i) Penyajian materi
Penyajian materi dilakukan secara klasikal dalam waktu
sekitar 10 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi
meliputi pokok-pokok materi secara garis besar
(ii) Memecahkan masalah secara mandiri
Setelah penyajian materi dilakukan, siswa akan diberi
lembaran soal uraian dan diberi waktu untuk memecahkannya
secara mandiri. Soal uraian diberikan secara bertahap sesuai
dengan materi yang diberikan. Guru memandu siswa dalam
Identifikasi masalah
Tindakan
Perencanaan ulang Refleksi Perencanaan
Tindakan
Observasi
memecahkan masalah secara mandiri dengan mengawasi dan
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa
(iii) Berdiskusi dengan pasangan
Setelah siswa memecahkan masalahnya secara mandiri,
siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan hasil
pemikirannya
(iv) Menyajikan hasil diskusi
Setelah semua siswa menyelesaikan diskusinya,
pasangan yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya kedepan
kelas
(v) Membahas hasil diskusi lapangan
Seluruh siswa diminta menanggapi hasil diskusi
pasangan yang menyajikan tadi dan menanyakan pada guru
jika terdapat hal-hal yang kurang jelas
(3)Pengamatan
Pengamatan adalah kegiatan yang mendokumentasikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan yang dilakukan dengan
menggunakan lembar yang telah disediakan
(4)Refleksi
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat hasil siklus
sebelumnya dan melakukan perbaikan atau evaluasi terhadap
kekurangan yang ada. Dari hasil observasi dan tes kemudian dilakukan
analisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan sementara tentang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan
aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran
2011/2012. Setelah dilakukan tindakan, semua indikator aktivitas belajar siswa
seperti : mengerjakan soal dengan benar, bekerjasama dengan pasangan,
berpasangan dan berbagi, bertanya, menjawab dan menanggapi telah mencapai
target yang diinginkan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kedondong tahun pelajaran 2011/2012.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA siswa pada pra PTK adalah
30,43% menjadi 82,61% pada akhir siklus II.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar dapat memperkaya
variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh
siswa dan selalu memantau perkembangan peserta didik terutama dari perilaku,
2. Kepada guru di SD Negeri 2 Kedondong, diharapkan dapat mencoba model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) sebagai salah satu metode
alternatif pembelajaran IPA
3. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi profesional serta membekali diri
dengan pengetahuan yang luas karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki