• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil (TPT) Intra-ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis aliran perdagangan tekstil dan produk tekstil (TPT) Intra-ASEAN"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

MARLINA TOTA JULIANI SIAHAAN. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang berbentuk kerjasama regional. Untuk meningkatkan kerjasama regional ASEAN dibentuklah AFTA yang bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN. Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN maka semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan luar ASEAN dimana menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun 1999-2005. Salah satu sektor yang berperan penting dalam AFTA adalah sektor industri. Sektor industri mempunyai peluang dalam peningkatan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar bersama ASEAN. Dengan didukung pengurangan tarif menjadi 0-5 % untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada subsektor tersebut. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga memiliki kualitas dan fleksibilitas dalam pesanan bagi ASEAN sehingga setiap negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ekspor maupun impor TPT-nya.

Pada tahun 2002-2006, perkembangan ekspor maupun impor TPT negara-negara ASEAN mengalami fluktuatif khususnya negara-negara-negara-negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Indonesia. Untuk negara Singapura memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006 dikarenakan posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan (total trade) TPT negara-negara ASEAN tersebut mengalami fluktuatif. Kelima negara tersebut merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan suatu negara adalah GDP. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

(3)

Penelitian ini berupaya mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan metode kualitatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series 2002-2006 dan cross section kelima negara ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand). Pengolahan data menggunakan software Eviews 4.1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model gravity yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN. Variabel dependen yang digunakan adalah total trade TPT, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah GDP, populasi, jarak ekonomi, nilai tukar, tarif dan dummy kesamaan bahasa.

Hasil yang diperoleh dari pengumpulan informasi adalah kondisi dan kegiatan pengolahan TPT dimasing-masing negara ASEAN berbeda-beda untuk mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Pengolahan TPT negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil yang melibatkan masyarakat setempat. Industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dimana keduanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara Malaysia mengembangkan industri TPT-nya dengan mengadakan kegiatan memintal, menenun dan menyiapkan TPT untuk diekspor. Negara Thailand mengembangkan TPT melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya berbasis pedesaan. Sedangkan negara Singapura mengembangkan TPT-nya dengan mengimpor bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dilabeling dengan brand TPT Singapura yang terkenal.

Analisis gravity model menggunakan metode pooled least square dengan estimasi GLS dimana R2 yang diperoleh 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model tersebut terjadi autokorelasi dimana nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 0,336 (DW<1,1). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data terhadap gravity model dengan Generalized Difference Equation. Dari hasil estimasi model yang telah ditransformasi dengan menggunakan metode pooled least square diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen dengan nilai Durbin-Watson 1,622 (1,55<DW<2,46) dimana tidak terdapat autokorelasi. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen yaitu GDP negara asal, populasi negara asal, jarak ekonomi, dan tarif.

(4)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

Nama : Marlina Tota Juliani Siahaan

Nrp : A14304004

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP 131847871

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Juni 2008

Marlina Tota Juliani Siahaan

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 11 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak St. J. Siahaan dan Ibu L. Sipayung.

Penulis mengawali pendidikan belajar akademis di Taman Kanak-Kanak Santa Maria Sidikalang pada tahun 1990. Penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Santo Yosef Sidikalang pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1998. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sidikalang. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Sidikalang.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Namun penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Kepada Yesus Kristus yang Maha Kasih, Maha Penyayang dan Sahabat yang selalu ada setiap saat.

2. Kepada keluarga Bapak, Mama, adik-adikku Boy, Iwan dan Shinta yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habisnya serta selalu mendukung dalam doa dan semangat setiap waktu. You’re my best family in my life

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih untuk pengertian, dorongan semangat dan bimbingan yang diberikan.

4. Kepada Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, sebagai pembimbing akademik. 5. Kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama.

6. Kepada Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil Departemen. 7.Kepada Bapak Ahmad Syaukat sebagai Technical Officer di ASEAN

Secretariat. Terimakasih atas bantuan data yang diberikan.

8. Kepada sahabat-sahabatku Rolas Silalahi, Merika Sinaga, Yanti Sianturi, Lenny Sinaga, Jimmy Siahaan dan Natalia. Terima kasih atas waktu, kebersamaan, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan. Persahabatan melebihi segalanya.

(10)

10.Kepada Griya Ananta Crew : Kak Uchi, Tuti, Kak Jani, Jesika, Kak Anin, Tina, Uchank, Etax dan Kak Chenty, yang memberikan dorongan semangat dan doa.

11. Kepada Kak Elpita yang selalu memberikan semangat dan doa kapanpun dan apapun yang terjadi saat menjalani penelitian dan penulisan skripsi sehingga semangat baru selalu ada dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Bang Vico, Mas Bangkit, Kak Riska dan Kak Intan. Terima kasih buat semangat, dukungan dan doa yang kalian berikan.

13. Kepada rekan-rekan EPS’41 Mayang, Vidya, Nia, Cita, Rocky, Agis, Sari, Zainul, Wulan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang selalu ada selama perkuliahan dan penelitian.

14. Kepada partner asisten agama Yohanes Zega dan adik-adik asistensi Citra, Afryan, Riska, Rissar, Merry, Esti, Christoper, Motto, Rano, Putra. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.

(11)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

MARLINA TOTA JULIANI SIAHAAN. Analisis Aliran Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang berbentuk kerjasama regional. Untuk meningkatkan kerjasama regional ASEAN dibentuklah AFTA yang bertujuan meningkatkan daya saing ekonomi intra-ASEAN. Menurut Anisa (2004) semakin lama tingkat kerjasama ASEAN maka semakin meningkat dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor impor ASEAN baik dengan intra-ASEAN maupun dengan luar ASEAN dimana menunjukkan tren yang semakin meningkat sepanjang tahun 1999-2005. Salah satu sektor yang berperan penting dalam AFTA adalah sektor industri. Sektor industri mempunyai peluang dalam peningkatan share dan nilai volume perdagangan negara-negara ASEAN.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor industri yang memiliki prospek yang menjanjikan di pasar bersama ASEAN. Dengan didukung pengurangan tarif menjadi 0-5 % untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada subsektor tersebut. Selain itu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga memiliki kualitas dan fleksibilitas dalam pesanan bagi ASEAN sehingga setiap negara ASEAN berusaha untuk meningkatkan ekspor maupun impor TPT-nya.

Pada tahun 2002-2006, perkembangan ekspor maupun impor TPT negara-negara ASEAN mengalami fluktuatif khususnya negara-negara-negara-negara ASEAN yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Indonesia. Untuk negara Singapura memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006 dikarenakan posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan (total trade) TPT negara-negara ASEAN tersebut mengalami fluktuatif. Kelima negara tersebut merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perdagangan suatu negara adalah GDP. Peningkatan GDP Brunei Darussalam pada tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa aliran perdagangan Brunei Darussalam ke negara-negara ASEAN lainnya semakin meningkat baik itu dari sisi impor maupun ekspornya. Demikian halnya, negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia yang memperlihatkan bahwa GDP menjadi faktor yang berperan penting bagi perdagangan masing-masing negara tersebut. Peningkatan GDP negara Singapura sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

(13)

Penelitian ini berupaya mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan metode kualitatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series 2002-2006 dan cross section kelima negara ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand). Pengolahan data menggunakan software Eviews 4.1. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model gravity yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN. Variabel dependen yang digunakan adalah total trade TPT, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah GDP, populasi, jarak ekonomi, nilai tukar, tarif dan dummy kesamaan bahasa.

Hasil yang diperoleh dari pengumpulan informasi adalah kondisi dan kegiatan pengolahan TPT dimasing-masing negara ASEAN berbeda-beda untuk mencapai nilai ekspor dan trade yang maksimal. Pengolahan TPT negara Brunei Darussalam dilakukan dengan upaya usaha kecil yang melibatkan masyarakat setempat. Industri TPT Indonesia memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir dimana keduanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu industri dengan industri yang lainnya. Negara Malaysia mengembangkan industri TPT-nya dengan mengadakan kegiatan memintal, menenun dan menyiapkan TPT untuk diekspor. Negara Thailand mengembangkan TPT melalui pelaksanaan UKM (Usaha Kecil Menengah) khususnya berbasis pedesaan. Sedangkan negara Singapura mengembangkan TPT-nya dengan mengimpor bahan baku industri mode dan garmen yang kemudian dilabeling dengan brand TPT Singapura yang terkenal.

Analisis gravity model menggunakan metode pooled least square dengan estimasi GLS dimana R2 yang diperoleh 99,06 persen. Namun, pada pengolahan gravity model tersebut terjadi autokorelasi dimana nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah 0,336 (DW<1,1). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan transformasi data terhadap gravity model dengan Generalized Difference Equation. Dari hasil estimasi model yang telah ditransformasi dengan menggunakan metode pooled least square diperoleh nilai R2 sebesar 99,28 persen dengan nilai Durbin-Watson 1,622 (1,55<DW<2,46) dimana tidak terdapat autokorelasi. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen yaitu GDP negara asal, populasi negara asal, jarak ekonomi, dan tarif.

(14)

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN

PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN

Oleh:

Marlina Tota Juliani Siahaan A14304004

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul Skripsi : Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

Nama : Marlina Tota Juliani Siahaan

Nrp : A14304004

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP 131847871

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131124019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INTRA-ASEAN” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Juni 2008

Marlina Tota Juliani Siahaan

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 11 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara keluarga Bapak St. J. Siahaan dan Ibu L. Sipayung.

Penulis mengawali pendidikan belajar akademis di Taman Kanak-Kanak Santa Maria Sidikalang pada tahun 1990. Penulis melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Santo Yosef Sidikalang pada tahun 1992 dan diselesaikan pada tahun 1998. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sidikalang. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Sidikalang.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan TPT intra-ASEAN. Namun penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Kepada Yesus Kristus yang Maha Kasih, Maha Penyayang dan Sahabat yang selalu ada setiap saat.

2. Kepada keluarga Bapak, Mama, adik-adikku Boy, Iwan dan Shinta yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah habisnya serta selalu mendukung dalam doa dan semangat setiap waktu. You’re my best family in my life

3. Kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih untuk pengertian, dorongan semangat dan bimbingan yang diberikan.

4. Kepada Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, sebagai pembimbing akademik. 5. Kepada Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama.

6. Kepada Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil Departemen. 7.Kepada Bapak Ahmad Syaukat sebagai Technical Officer di ASEAN

Secretariat. Terimakasih atas bantuan data yang diberikan.

8. Kepada sahabat-sahabatku Rolas Silalahi, Merika Sinaga, Yanti Sianturi, Lenny Sinaga, Jimmy Siahaan dan Natalia. Terima kasih atas waktu, kebersamaan, dukungan, semangat dan doa yang kalian berikan. Persahabatan melebihi segalanya.

(20)

10.Kepada Griya Ananta Crew : Kak Uchi, Tuti, Kak Jani, Jesika, Kak Anin, Tina, Uchank, Etax dan Kak Chenty, yang memberikan dorongan semangat dan doa.

11. Kepada Kak Elpita yang selalu memberikan semangat dan doa kapanpun dan apapun yang terjadi saat menjalani penelitian dan penulisan skripsi sehingga semangat baru selalu ada dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Bang Vico, Mas Bangkit, Kak Riska dan Kak Intan. Terima kasih buat semangat, dukungan dan doa yang kalian berikan.

13. Kepada rekan-rekan EPS’41 Mayang, Vidya, Nia, Cita, Rocky, Agis, Sari, Zainul, Wulan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan semangat yang selalu ada selama perkuliahan dan penelitian.

14. Kepada partner asisten agama Yohanes Zega dan adik-adik asistensi Citra, Afryan, Riska, Rissar, Merry, Esti, Christoper, Motto, Rano, Putra. Terimakasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.

(21)

DAFTAR ISI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 The Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN) ... 14

2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN ... 17

2.3 Gravity Model ... 18

2.4.2 Penelitian Mengenai Perdagangan Intra-ASEAN ... 25

2.4.3 Penelitian Mengenai Gravity Model ... 26

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1 Perdagangan Internasional ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 42

3.3 Hipotesis ... 44

4.6.2 Uji Statistik untuk Masing-Masing Variabel (Uji-t) ... 54

(22)

4.7 Masalah Pengujian Model Regresi ... 56 4.7.1 Heteroskedastisitas ... 56 4.7.2 Multikolinearitas ... 57 4.7.3 Autokorelasi ... 58

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ... 59 5.1.1 Brunei Darussalam ... 59 5.1.2 Indonesia ... 60 5.1.3 Malaysia ... 62 5.1.4 Singapura ... 65 5.1.5 Thailand ... 66

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN ... 68 5.2.1 Hasil Estimasi Model ... 68 5.2.2 Interpretasi Model ... 72 5.2.3 Aliran Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Intra-ASEAN ... 75 5.3 Implikasi Kebijakan ... 77 VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 80 6.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan

ke Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD)... 3 2 Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan

dari Negara Lainnya Tahun 1999-2005 (Juta USD) ... ... 4 3 Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP

Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 (%) ... 5 4 ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS

Code in 2004 . ... 6 5 Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara

ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ... 7 6 Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara

ASEAN Tahun 2002-2006 (Juta USD) ... 9 7 Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk

Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006

(Juta USD) ... 10 8 GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006

(Milyar USD) ... 11 9 Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 47 10 Hasil Regresi Gravity Model Aliran Perdagangan TPT

Intra-ASEAN dengan Data Panel menggunakan Pooled

Least Square ... 69 11 Hasil Regresi Model Generalized Difference Equation

Aliran Perdagangan TPT Intra-ASEAN menggunakan

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Analisis Keseimbangan Parsial Aliran Perdagangan ... 31 2 Dampak Peningkatan GDP Negara Pengekspor terhadap

Keseimbangan Perdagangan Internasional ... 34 3 Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap

Keseimbangan Perdagangan Internasional ... 35 4 Analisis Parsial atas Biaya Transportasi ... 37 5 Dampak Depresiasi Mata Uang Negara Eksportir

terhadap USD pada Keseimbangan Perdagangan

Internasional... 39 6 Dampak-dampak Keseimbangan Parsial Akibat

Pemberlakuan Tarif... 41 7 Skema Kerangka Pemikiran... 45 8 Perkembangan Ekspor dan Impor TPT Negara Brunei

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Jarak Geografis antar Ibukota Negara-Negara ASEAN ... 85

2 Populasi Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (ribu jiwa) ... 85 3 Tarif CEPT-AFTA untuk Komoditi TPT HS 61 Tahun

2002-2006 (%) ... 85 4 Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data Panel ... 86 5 Transformasi Data Mentah Olahan untuk Estimasi Data

Panel... 90 6 Hasil Pengolahan Gravity Model Aliran Perdagangan

TPT Intra-ASEAN dengan Metode Pooled Least Square... 93 7 Hasil Pengolahan Transformasi Data Panel dari Model

Generalized Difference Equation Aliran Perdagangan

TPT Intra-ASEAN menggunakan Pooled Least Square... 94 8 Economic Distance Negara Brunei Darussalam ... 95 9 Economic Distance Negara Malaysia ... 95 10 Economic Distance Negara Indonesia ... 95 11 Economic Distance Negara Singapura... 95 12 Economic Distance Negara Thailand... 95 13 Nilai Tukar (Exchange Rate) USD 1 in national

currency, end of period Negara-Negara ASEAN Tahun

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lebih dikenal dengan sebutan ASEAN (Association of South East Asian Nations) merupakan kerjasama regional yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh lima wakil negara yaitu oleh Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Awalnya, tujuan didirikannya kerjasama regional ini yaitu untuk menyatukan negara-negara anggota dalam memajukan kerjasama ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara. Namun, saat ini pengaturan ekonomi dengan adanya integrasi dalam bidang ekonomi ASEAN lebih difokuskan pada peningkatan daya saing, perbaikan iklim investasi, dan memperkecil kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN.

(27)
(28)

Tabel 1. Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD)

Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

ASEAN 74.903,5 93.380,0 82.680,7 86.706,6 115.601,0 141.116,3 163.862,5

Korea Selatan

10.890,8 14.454,2 14.734,3 15.702,5 16.941,8 19.810,9 24.362,3

China 9.590,8 14.178,9 14.516,0 19.547,5 29.059,9 41.351,8 52.257,5

India 5.760,4 6.446,8 6.211,0 8.418,2 8.452,6 10.939,4 15.048,3

Jepang 37.687,1 50.559,9 48.250,0 44.503,4 53.198,0 67.227,6 72.756,4

EU 5.730,4 62.904,4 56.690,2 54.386,3 58.174,0 73.395,5 78.238,5

Taiwan 8.932,5 10.299,1 8.698,5 18.560,3 15.404,2 17.540,2 8.267,7

USA 70.081,1 73.769,6 62.741,4 61.557,0 69.674,2 80.157,9 92.941,9

Australia 7.863,8 8.893,5 8.511,8 9.583,7 11.962,1 16.197,2 19.645,7

Hongkong 16.885,3 22.067,5 20.329,3 22.360,4 29.007,5 30.268,7 13.868,6

Total 248.325,7 356.953,9 323.363,2 341.325,9 407.475,3 498.005,5 541.249,4

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)

(29)

Tabel 2. Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari Negara Lainnya, Tahun 1999-2005 (Juta USD)

Negara 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

ASEAN 57.771,0 73.466,0 67.639,6 73.202,2 91.130,6 119.581,2 141.030,7

Korea

Selatan 12.277,9 15.381,1 13.457,5 14.830,7 16.606,3 20.732,9 23.609,5

China 12.331,7 18.137,0 17.399,2 23.212,2 30.517,0 47.714,2 61.136,0

India 2.193,9 3.209,6 3.672,1 3.696,4 4.069,8 6.729,8 7.952,3

Jepang 51.466,0 65.630,8 53.258,5 53.083,7 60.202,6 76.035,4 81.077,9

EU 34.711,9 39.093,2 39.681,6 40.041,8 40.155,1 54.149,2 58.221,4

Taiwan 7.429,3 8.660,6 6.905,9 12.683,7 13.567,4 19.759,0 11.532,9

USA 45.990,9 48.448,0 45.618,8 43.397,4 48.211,5 55.706,9 60.976,4

Australia 6.093,4 8.695,4 9.500,2 7.234,7 7.235,2 9.148,5 11.593,0

Hongkong 7.082,8 8.419,3 7.258,7 8.236,9 8.482,3 9.007,2 5.590,3

Total 237.348,8 289.141 264.392,1 279.619, 320.177,8 418.564,3 462.720,4

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun (diolah)

(30)

Tabel 3. Share Sektor Ekonomi Utama terhadap GDP Negara-Negara ASEAN Tahun 2005 (%)

2005 Negara

Agriculture Industry Services

Brunei Darussalam 0,9 71,6 27,5

Kamboja 33,1 30,6 36,5

Indonesia 14,5 44,0 41,5

Laos 45,0 29,5 25,5

Malaysia 7,7 42,0 50,3

Myanmar 0 0 0

Filipina 18,9 33,2 47,9

Singapura 0,1 32,9 67,0

Thailand 8,9 47,0 44,1

Vietnam 19,6 40,2 40,3

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook

Negara-negara ASEAN dalam memproduksi dan mengkonsumsi produk-produk sektor industri berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari jumlah produk-produksi, jumlah konsumsi, kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi dan kemampuan daya saing masing-masing negara yang berbeda-beda. Ada negara yang mampu menguasai pangsa pasar industri sehingga dalam menyuplai produk industri relatif cepat dan ada pula negara yang tidak mampu untuk mengikuti persaingan dipasar global.

(31)

Produk Tekstil (TPT) mampu memberikan value sebesar 9.462,1 juta USD dengan share 1,7 persen.

Tabel 4. ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004

HS Komoditi Value Share

85 Barang-barang elektronik, peralatan dan perlengkapan sound dan televisi

170.001,9 29,9

84 Reaksi nuklir, mesin dan bagian-bagian didalamnya.

93.832,0 18,5

27 Mineral fuels and mineral oils 66.335,4 11,7

29 Kimia organik 17.892,4 3,1

39 Bahan-bahan plastik 15.283,7 2,7

40 Kayu dan bagian-bagiannya 13.128,0 2,3 15 Minyak ikan dan sayuran 12.117,8 2,1 90 Lensa, fotograpy dan cinematography 11.682,5 2,1 87 Vehicles, parts and acessories 11.640,8 2,0 61 Tekstil dan Produk Tekstil 9.462,1 1,7

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook,

Value dalam Million USD, Share dalam persen

Dengan adanya pengurangan tarif menjadi 0-5% untuk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebagai akibat pemberlakuan kerjasama regional AFTA, maka perhatian negara-negara ASEAN berfokus pada sub sektor industri tersebut. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan semakin besarnya ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pada masing-masing negara sehingga menjamin peningkatan investasi masing-masing negara ASEAN.

(32)

khususnya dalam perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Hal ini tergantung dari kemampuan negara tersebut untuk memperbaiki kualitas faktor-faktor produksinya dan daya saing tekstil di pasar perdagangan yang menjadi dasar kepercayaan negara lain untuk turut dalam perdagangan ASEAN.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar bersama ASEAN merupakan fokus dalam melaksanakan kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN dalam rangka pencapaian perdagangan yang efektif dan efisien di dalam negeri. Beberapa negara ASEAN yang menjadi negara eksportir dan importir terbesar TPT berupaya meningkatkan jumlah ekspor dan impornya dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei

Darussalam 22,177 35,954 52,777 33,323 32,150

Malaysia 37,548 46,641 40,471 39,902 43,078

Indonesia 35,939 44,871 50,066 56,553 51,694

Kamboja 1,319 2,399 1,249 1,261 1,777

Vietnam 0 0 7,681 9,931 9,391

Myanmar 0 0 0 0 0

Filipina 3,685 2,165 3,308 2,848 2,455

Thailand 24,473 28,707 34,645 35,439 31,898

Singapura 32,643 44,753 50,526 142,967 156,324

Laos 0 0 0,067 0,043 0,007

Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

(33)

sebagai salah satu negara industri yang berkembang memiliki ekspor yang semakin meningkat sepanjang tahun 2002-2006. Ekspor terbesar selama selang waktu tersebut berada pada tahun 2006, hal ini menunjukkan bahwa posisi strategis pelabuhan laut dan brand TPT Singapura yang cukup terkenal menjadi faktor pendukung perdagangan TPT negara tersebut. Sementara itu, negara Brunei Darussalam, Malaysia, Indonesia, Thailand memiliki ekspor yang fluktuatif dengan jumlah yang masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Ekspor terbesar sepanjang tahun 2002-2006 berada pada tahun 2004 untuk negara Brunei Darussalam yaitu sebesar 52,777 juta USD, tahun 2003 untuk Malaysia sebesar 46,641 juta USD, tahun 2005 untuk Indonesia dan Thailand berturut-turut sebesar 56,553 juta USD dan 35,439 juta USD. Akan tetapi, negara Myanmar sepanjang tahun 2002-2006 tidak melakukan ekspor TPT yang disebabkan tidak terdapat kemampuan produksi TPT domestik.

(34)

negara-negara ASEAN. Untuk Indonesia dan Thailand, impor TPT berfluktuasi sepanjang periode 2002-2005.

Tabel 6. Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam 10,4457 9,9069 9,9966 10,2151 10,7539

Malaysia 9,4128 12,8886 13,9945 12,4387 11,2922

Indonesia 1,0277 2,7760 6,2075 3,9574 2,9027

Kamboja 0,2156 0,4476 0,3457 0,7087 0,1893

Vietnam 0 0 2,2157 2,4184 4,1053

Myanmar 1,2220 0,9469 0,3609 0,1836 0,0835

Filipina 1,7258 3,0637 3,9363 4,8764 4,8139

Thailand 2,4456 3,4574 5,3918 6,7792 9,3566

Singapura 690,8025 594,3988 583,9496 647,1218 674,6957

Laos 0 0 0,7260 0,3138 0,2775

Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

(35)

berfluktuasi sepanjang tahun 2002-2006. Sementara itu, negara Singapura memiliki total perdagangan (total trade) yang semakin meningkat sepanjang tahun 2003-2006 yaitu sebesar 639,1520 juta USD untuk tahun 2003 meningkat menjadi 831,0202 juta USD pada tahun 2006.

Tabel 7. Total Perdagangan (Total Trade) Tekstil dan Produk Tekstil Negara-Negara ASEAN Tahun 2002-2006 (dalam juta USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam

32,6237 45,8611 62,7741 43,5390 42,9047

Malaysia 46,9612 59,5295 54,4658 52,3404 54,3705

Indonesia 36,9671 47,6472 56,2735 60,5106 54,5963

Thailand 26,9196 32,1651 40,0373 42,2187 41,2551

Singapura 723,4462 639,1520 634,4758 790,0889 831,0202

Sumber: ASEAN Secretariat (diolah)

(36)

sepanjang tahun 2002-2006 diikuti aliran perdagangan (baik ekspor dan impor TPT) Singapura yang semakin meningkat sepanjang tahun yang sama.

Tabel 8. GDP Negara-negara ASEAN Tahun 2002-2006 (Milyar USD)

Negara 2002 2003 2004 2005 2006

Brunei Darussalam 6,03 6,71 8,12 9,53 11,93

Kamboja 4,01 4,65 5,29 6,25 7,34

Indonesia 203,78 237,88 231,05 282,23 371,26

Laos 1,72 2,11 2,48 2,86 3,31

Malaysia 95,27 103,99 124,75 137,42 162,13

Myanmar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Filipina 74,58 77,68 86,58 102,47 122,47

Singapura 90,81 94,60 111,12 116,72 136,93

Thailand 126,31 149,46 166,15 172,74 216,88

Vietnam 34,80 39,30 45,45 52,78 60,52

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook beragam tahun

Kenaikan dan penurunan nilai tukar juga menjadi instrumen penting dalam menentukan aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Nilai tukar merepresentasikan harga domestik relatif terhadap harga dunia. Apresiasi dan depresiasi mata uang domestik terhadap USD mempengaruhi besar ekspor dan impor komoditi suatu negara. Bagi Tekstil dan Produk tekstil (TPT), nilai tukar memberikan dampak bagi ekspor dan impor bagi negara-negara ASEAN.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan

(37)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN,

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun pembaca dan pihak yang berkepentingan lainnya. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat menjadi wadah pengaplikasian ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

2. bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan dan informasi, literatur dan bahan penelitian selanjutnya.

1.5Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

(38)

yaitu GDP, populasi, jarak, exchange rate (nilai tukar), tarif dan dummy kesamaan bahasa (Languages) untuk dilihat pengaruhnya terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN baik dari ekspor maupun impor. Model yang disusun merupakan pengolahan data dari lima negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada tahun 2002-2006.

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa pustaka yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut yaitu teori perdagangan internasional dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Selain itu dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai organisasi ASEAN dan beberapa penelitian terdahulu tentang tekstil, perdagangan intra-ASEAN dan Gravity Model. Penelitian terdahulu tersebut dijadikan sebagai bahan referensi penyusunan karya ilmiah ini.

2.1 TheAssosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN)

Pada awalnya, ASEAN dibentuk dengan pendirian suatu organisasi yang dikenal dengan Persatuan Asia Tenggara (Association of Southeast Asia atau ASA) yang beranggotakan Filipina, Malaysia dan Thailand pada tahun 1961 dimana ASA merupakan asas dari pembentukan ASEAN saat ini. Pada tanggal 8 Agustus 1967, 5 (lima) wakil Negara Asia Tenggara yaitu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand ( Adam Malik, Narciso R. Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam, dan Thanat Khoman) duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand untuk menandatangani satu dokumen yang saat ini dikenal sebagai Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN.

(40)

kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, dua tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 30 April 1999.

Pembentukan ASEAN menempatkan beberapa prinsip yang menjadi landasan yaitu hormat terhadap kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional semua negara, hak untuk setiap negara dalam memimpin kepentingan nasional secara bebas daripada campur tangan luar, subversif atau koersion (coerion), adanya penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan aman, menolak pelaksanaan ketenteraan, dan kerjasama efektif antara anggota.

(41)

Agreement on ASEAN Preferential Trading Arrangement (PTA) merupakan landasan antar negara anggota ASEAN melakukan kerjasama ekonomi ASEAN. Selanjutnya, ASEAN mencari terobosan baru kerjasama ekonomi ASEAN yang paling cocok akibat lambatnya PTA. Pada tahun 1992, ASEAN menyepakati Kerangka Persetujuan Peningkatan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation) dan pada tahun yang sama juga dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA).

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya, AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun, kemudian pelaksanaannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan akhirnya dipercepat lagi menjadi tahun 2002.

(42)

(GE) dikeluarkan dari ketentuan CEPT-AFTA, sedangkan untuk barang dagangan yang berasal dari wilayah non ASEAN berlaku tarif normal (Most Favoured Nations –MFN).

2.2 Perkembangan Perubahan Kerjasama Ekonomi ASEAN

ASEAN (Association of Southeast Asia Nations) yang berdiri sejak tanggal 8 Agustus 1967, awalnya memiliki jumlah perdagangan yang sangat kecil. Negara-negara yang bergabung dalam kerjasama regional ini, akhirnya menyadari bahwa peningkatan perdagangan harus dimulai terlebih dahulu dari wilayah mereka sendiri. Pada tahun 1977, negara-negara anggota ASEAN menyepakati kerjasama ekonomi Preferential Trade Arrangement (PTA) yang memberikan preferensial tarif bagi ekonomi ASEAN.

PTA merupakan pengaturan perdagangan yang dibentuk oleh negara-negara yang sepakat dalam menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara negara-negara anggota ASEAN dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara lain yang bukan anggota. Pengaturan ini merupakan kerjasama ekonomi yang cukup longgar dalam rangka peningkatan volume perdagangan di ASEAN.

(43)

semua hambatan perdagangan tarif maupun non tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya. Pada tahun awal, pelaksanaan kerjasama AFTA tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. AFTA memberikan manfaat yang besar dalam perdagangan negara-negara ASEAN secara penuh. ASEAN mampu menurunkan hampir semua tarif di antara negara-negara anggotanya melalui kesepakatan CEPT-AFTA (Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ).

Keberhasilan dalam pelaksanaan AFTA dirasakan tidaklah cukup dalam meningkatkan integrasi ekonomi bagi negara-negara ASEAN. Pada tahun 2003, diadakan sidang ASEAN kesembilan di Bali dalam rangka memperluas kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN untuk membentuk Komuniti Ekonomi ASEAN (AEC) yang pelaksanaannya akan dilakukan pada tahun 2020.

2.3 Gravity Model

Model gravitasi adalah salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) untuk menjelaskan perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara (Jayangsari, 2006). Secara fisik, gravity model didasarkan pada peramalan potensi perdagangan melalui variabel jarak, GDP, dan populasi dari negara tersebut.

(44)

menemukan bahwa aliran perdagangan antar provinsi di Kanada jauh lebih besar daripada aliran perdagangan antar provinsi tersebut dengan Amerika Serikat, dimana jarak dan masa ekonomi menjadi bahan pertimbangan.

Pemikiran mendasar yang menjadi argumen yang melatarbelakangi pemakaian gravity model adalah bahwa negara yang lebih besar dan kaya akan lebih banyak melakukan perdagangan luar negeri bila dibandingkan dengan negara yang kecil dan miskin (Sinaga, 2007). Dengan adanya pengaruh dari jarak, namun bukan sebagai hambatan. Sesuai dengan perumusan Newton terhadap model gravitasi fisika yaitu “interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing”.

G x Mi x Mj Fij =

Dij

Dengan F adalah volume aliran perdagangan, M adalah ukuran ekonomi untuk kedua negara, D adalah jarak kedua negara dan G adalah konstanta. Menggunakan logaritma, persamaan di atas diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik menjadi :

Log (Aliran perdagangan bilateral) = α + β1 Log (GDP negara 1) + β2 Log (GDP negara 2) + β3 Log (Jarak) + ε

(dimana konstanta G menjadi bagian dari α)

Secara umum persamaan gravity model adalah sebagai berikut: Log Xij = b0 + b1 log Yj + b2 log Pj + b3 log Dij + eij

Dimana:

(45)

Pj = Jumlah populasi negara j

Dij = Economic Distance antar negara i dengan negara j

Pada penerapannya dalam perdagangan antar negara, bentuk model ini disusun oleh tiga jenis variabel utama, yang terdapat pada setiap gravity model untuk aliran perdagangan bilateral yaitu:

1. variabel-variabel yang memiliki total permintaan potensial negara pengimpor,

2. variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar

negara pengekspor dan negara pengimpor (Sinaga, 2007).

2.3.1 GDP (Gross Domestic Product)

Gross Domestic Product(GDP) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. GDP mengukur nilai produk yang dihasilkan di suatu wilayah suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi di wilayah negara lain (Napitupulu, 2007). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi. GDP juga diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian.

(46)

tersebut, dan bagi negara importir, semakin besar GDP, juga akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara eksportir maupun negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan (Napitupulu, 2007).

2.3.2 Populasi

Populasi merupakan jumlah penduduk yang terdapat di suatu wilayah. Jumlah penduduk yang dimiliki oleh suatu negara mempengaruhi besarnya kebutuhan negara tersebut terhadap komoditas perdagangan yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat permintaan suatu komoditi. Pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor akan menyebabkan peningkatan kebutuhan yang ditunjukkan dalam peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari pergeseran kurva permintaan negara tujuan ekspor sehingga terjadi excess demand di pasar internasional yang akan mendorong meningkatnya harga komoditi tersebut.

(47)

2.3.3 Jarak

Jarak merupakan faktor geografi yang menjadi variabel utama gravity model untuk aliran perdagangan. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi (Economic Distance), dimana jarak ekonomi ini dapat diartikan sebagai jarak geografis antar ibukota negara-negara ASEAN dikalikan dengan share GDP suatu negara (i) terhadap total GDP ASEAN. Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan bahwa jarak yang sama antar negara (contohnya antara negara C-D memiliki jarak yang sama dengan negara E-F) belum tentu memiliki aliran perdagangan yang sama. Selain itu, jarak geografis antara ibukota negara-negara ASEAN sepanjang tahun 2002-2006 tidak berubah atau konstan. Kondisi tersebut yang menyebabkan jarak geografis saja tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran perdagangan, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP-nya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

(48)

2.4 Penelitian Terdahulu

2.4.1 Penelitian mengenai Tekstil

Maryadi (2007) menganalisis pertumbuhan investasi sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan industri yang penting dalam mendorong sektor hulunya, hal tersebut dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke depan dan nilai kepekaan penyebarannya yang lebih dari satu. Disamping itu juga industri TPT tersebut mampu mendorong sektor-sektor lainnya dari penyediaan output, pendapatan dan tenaga kerja yang dilihat dari efek multiplier dan analisis investasi khususnya bagi industri TPT itu sendiri.

(49)

Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar, sedangkan peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

(50)

memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang besar sehingga lebih mampu mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja.

2.4.2 Penelitian mengenai Perdagangan Intra ASEAN

Napitupulu (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan beras Intra ASEAN. Hasil yang diperoleh dari usaha pengumpulan informasi secara deskriptif bahwa beras menjadi bahan pangan utama disetiap negara ASEAN dan pemerinntah setempat merumuskan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mencapai kondis ketahanan pangan. Swasembada beras dicapai Indonesia pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1987, Filipina pada tahun 1978, dan Kamboja pada tahun 1995. Thailand, Indonesia, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Filipina memiliki produksi beras yang lebih besar daripada konsumsi domestiknya. Sedangkan Brunei Darussalam dan Malasyia mengalami defisit. Dari hasil chow test, analisis gravity model menggunakan metode fixed effect dengan estimasi GLS. R2 yang diperoleh 49,57 persen. Faktor yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen yaitu GDP negara asal impor, populasi negara tujuan impor, konsumsi beras negara asal impor, konsumsi beras negara tujuan impor dan nilai tukar terhadap USD negara tujuan impor.

(51)

Chow test memberikan hasil bahwa pada periode sebelum dan sesudah krisis pengaruh faktor-faktor tersebut pada perdagangan bilateral intra-ASEAN berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing negara berbeda, secara simultan seluruh faktor-faktor tersebut berpengaruh pada perdagangan bilaterla intra-ASEAN masing-masing negara.

2.4.3. Penelitian mengenai Gravity Model

(52)

Yunita (2006) selanjutnya meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia dengan menggunakan gravity model dengan persamaan tunggal. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor biji kakao Indonesia menurut negara tujuan, sedangkan variabel independen meliputi GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga biji kakao Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan kualitas biji kakao Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh R-Sq (adj) sebesar 69,1 persen, yang berarti bahwa 69,1 persen perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia ke negara-negara tujuan.

(53)
(54)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang melandasi penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran teoritis dan alur pemikiran penulis mengenai topik penelitian ini dalam sub bab kerangka pemikiran operasional. Pada bab ini juga akan diulas mengenai hipotesis-hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, dimana hipotesis tersebut menjadi jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya akan diuji secara empiris.

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perdagangan Internasional

Perdagangan merupakan suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang melakukan pertukaran. Kesediaan kedua belah pihak untuk bertransaksi akan menimbulkan keinginan masing-masing pihak semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya agar dapat bersaing di pasar global. Selain itu, perdagangan internasional juga dapat digunakan untuk membantu dalam menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar dua atau lebih negara serta bagaimana dampaknya terhadap perekonomian negara tersebut.

(55)

mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing negara akan memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien, sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang diproduksinya (Lipsey, 1997). Adam smith dalam Hady (2004) menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak serta mengimpor barang yang tidak ada keunggulan mutlak di negara tersebut.

Gonarsyah dalam Sinaga (2007) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional yaitu:

1. Adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara.

2. Tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan. 3. Adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu.

Selanjutnya Salvatore (1997) mengemukakan bahwa pada dasarnya model perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama sebagai berikut:

1. Hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif.

2. Hubungan antara harga-harga relatif.

3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia.

(56)

Menurut Deliarnov (1995), keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas perdagangan internasional yaitu pertama, apa saja yang tidak bisa dihasilkan dalam negeri, sekarang bisa dinikmati dengan jalan mengimpornya dari negara lain. Kedua, perdagangan luar negeri memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga barang-barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena lebih cocok dengan kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan mentah maupun cara berproduksi. Ketiga, negara yang melakukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan pasar dalam negeri.

A

Gambar 1. Analisis Keseimbangan Parsial Aliran Perdagangan

X 0 X 0 X

(57)

Panel A pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan Negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi dititik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung di antara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar (kekuatan ekonominya). Apabila harga yang berlaku di atas P1, maka Negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik.

Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke Negara 2. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari Negara 1 (lihat panel C).

Keseimbangan perdagangan internasional tersebut dipengaruhi oleh GDP, populasi, jarak dan nilai tukar. Perubahan variabel-variabel tersebut dapat menyebabkan pergeseran kurva penawaran dan kurva permintaan di setiap negara dan di dunia. Oleh karena itu akan dipaparkan perubahan yang akan terjadi akibat beberapa perubahan dari faktor diatas baik di negara pengekspor maupun di negara pengimpor.

(58)
(59)

0

Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengekspor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional

Sumber : Salvatore dalam Napitupulu (2007)

(60)

B*-E*. Kondisi keseimbangan di atas terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP negara importir yaitu peningkatan aliran perdagangan TPT di pasar dunia.

0 Dx

Gambar 3. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional

Sumber : Salvatore dalam Napitupulu (2007)

(61)

berarti akan terjadi peningkatan demand TPT negara pengimpor. Kurva excess demand TPT dunia akan bergeser ke kanan menjadi Dx’ (Gambar 3). Selanjutnya, proses yang sama terjadi seperti pada peningkatan GDP negara pengimpor, maka keseimbangan berada pada harga yang lebih tinggi dari harga keseimbangan sebelumnya dengan jumlah ekspor dan impor yang meningkat.

Faktor jarak, dimana jarak antara dua negara berimplikasi pada munculnya biaya transportasi atau biaya pengangkutan dari titik produksi ke titik konsumsi. Biaya ini memiliki pengaruh langsung yang sangat besar terhadap perubahan harga maupun jumlah komoditi yang diperdagangkan, baik bagi negara pengekspor maupun bagi negara pengimpor. Semakin jauh jarak antara dua negara, maka semakin besar biaya transportasi yang dibutuhkan untuk memperdagangkan suatu komoditi tersebut. Sebaliknya, semakin dekat jarak antar negara semakin kecil pula biaya transportasinya.

(62)

memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut akan ditutupi dengan impor dari Negara 1. Sementara itu, pada tingkat harga relatif di atas P1 akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri di Negara 2 yang mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran. Selanjutnya, kelebihan penawaran inilah yang diekspor ke Negara 2. Sehingga terjadi keseimbangan yang baru bagi kedua negara setelah perdagangan, yang diperlihatkan oleh perpotongan fungsi permintaan D dan fungsi penawaran S dititik E*.

Dengan demikian, harga P2 merupakan harga relatif keseimbangan untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Akan tetapi, jarak yang memisahkan kedua negara mengindikasikan adanya biaya transportasi untuk membawa komoditi X dari Negara 1 ke Negara 2. Adanya biaya transportasi akan mempengaruhi penawaran ekspor dan secara langsung dinyatakan dalam fungsi penawaran yang bergeser ke kanan atas (dari S ke S’). Sehingga keseimbangan permintaan dan penawaran komoditi X pada perdagangan internasional dengan adanya biaya transportasi karena faktor jarak berada pada titik E’.

Gambar 4. Analisis Parsial atas Biaya Transportasi Sumber: Salvatore dalam Napitupulu (2007)

Px/Py komoditi X dengan adanya biaya transportasi

(63)

Nilai tukar perdagangan dari suatu negara merupakan rasio harga komoditi ekspornya terhadap harga komoditi impornya. Apabila kondisi penawaran dan permintaan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka kurva keseimbangan parsial aliran perdagangan akan mengalami pergeseran. Pergeseran kurva keseimbangan parsial akan menyebabkan volume dan nilai tukar perdagangan dari negara yang bersangkutan juga mengalami perubahan.

(64)

Kurs, e

Negara Pengekspor Perdagangan Internasional Negara Pengimpor

Gambar 5. Dampak depresiasi Mata uang Negara Eksportir terhadap USD pada Keseimbangan Perdagangan Internasional

(65)

perdagangan atau komersial dari masing-masing negara, maka hambatan-hambatan tersebut disebut sebagai kebijakan perdagangan.

Bentuk hambatan perdagangan yang paling penting dan yang paling menonjol adalah tarif (tariff). Tarif merupakan pajak yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas-batas teritorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan tradisional yang telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi ada dua macam tarif, yakni tarif impor (import tariff), yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain, dan tarif ekspor (export tariff) yang merupakan pajak untuk suatu komoditi yang diekspor.

Jika ditinjau dari mekanisme penghitungannya, tarif dapat dibedakan menjadi tarif ad valorem yaitu pajak yang nilainya dinyatakan dalam persentase dari nilai barang yang dikenakan pajak tersebut, tarif spesifik yaitu pajak yang nilainya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik dari barang (per unit), dan tarif gabungan yaitu pajak yang merupakan kombinasi antara spesifik dan ad valorem.

(66)

Sedangkan harga bagi konsumen dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk di negara pengimpor ini menurunkan konsumsinya menjadi 50X (GH) dimana 20X dipenuhi dari domestik dan 30X (JH) dari impor. Dari sini terlihat bahwa dengan adanya pemberlakuan tarif, mengakibatkan penurunan impor komoditi tersebut. Pada Gambar 6 juga memperlihatkan pengenaan tarif menyebabkan terjadinya increased production cost sebesar CMJ, government revenue sebesar MNHJ, consumption inefficiency sebesar NBH, surplus konsumen sebesar ABHG dan surplus produsen sebesar ACJG.

Px ($)

(67)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

ASEAN merupakan kerjasama ekonomi regional yang didirikan dalam rangka meningkatkan perekonomian negara-negara ASEAN dan daya saing anggota-anggotanya. Pada awalnya, negara-negara ASEAN menyepakati kerjasama Preferential Trading Arrangements (PTA), akan tetapi pelaksanaan kerjasama PTA tersebut menghadapi banyak kendala sehingga proses pelaksanaannya cukup lambat. Akhirnya, negara-negara ASEAN mencari terobosan baru untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara-negara ASEAN dengan menyepakati Common Effective Preferential Tarif-ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA). ASEAN dipandang sebagai pasar potensial dalam memproduksi dan menyediakan kebutuhan dalam negeri masing-masing negara. Perdagangan internasional negara-negara ASEAN terus meningkat, khususnya saat CEPT-AFTA mulai diberlakukan. Hal ini terlihat dari nilai ekspor dan impor yang semakin meningkat di negara-negara intra-ASEAN sepanjang tahun 1999-2005. Perdagangan tersebut tidak hanya meningkat di negara-negara ASEAN saja tetapi juga di luar negara ASEAN.

(68)

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sub sektor yang penting diperdagangkan dan sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian intra-ASEAN. Kondisi perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN dapat terlihat dari bagaimana masing-masing negara ASEAN tersebut akan melakukan kerjasama ekonomi melalui perdagangan TPT ke negara-negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah dan nilai yang berbeda untuk setiap negara. Kondisi ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara dan kebutuhan negara anggota lainnya terhadap industri TPT di negara-negara ASEAN. GDP merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perdagangan TPT. Peningkatan GDP mampu untuk meningkatkan ekspor dan impor suatu negara dan didukung dengan pengurangan hambatan perdagangan ke negara lain. Berdasarkan hal tersebut perlu dianalisis mengenai aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) intra-ASEAN.

(69)

kebijakan untuk meningkatkan kualitas TPT yang akan diekspor maupun di impor.

3.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang di bahas. Hipotesis tersebut antara lain:

1. GDP negara asal dan tujuan memiliki hubungan positif terhadap perdagangan Tekstil dan produk tekstil (TPT)

2. Populasi negara asal dan tujuan memiliki hubungan positif terhadap impor dan ekspor TPT.

3. Jarak ekonomi memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT, dimana dengan hubungan yang negatif tersebut jarak geografis yang berpengaruh terhadap perdagangan TPT.

4. Nilai tukar mata uang negara asal impor terhadap USD memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT.

5. Nilai tukar mata uang negara tujuan impor terhadap USD memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT.

6. Tarif CEPT-AFTA memiliki hubungan yang negatif terhadap perdagangan TPT intra-ASEAN.

(70)

Kerjasama Ekonomi ASEAN

Persetujuan CEPT-AFTA sebgai wujud kerjasama ASEAN

Sektor industri menjadi sektor unggulan perdagangan AFTA intra-ASEAN

Keragaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

- Populasi - Nilai Tukar -Languages - Jarak

Ekonomi - GDP - Tarif

Trade TPT untuk lima negara di

intra-ASEAN Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Tekstil

dan Produk Tekstil (TPT) Intra-ASEAN

Gravity model

Ordinary least Square (OLS)

(71)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi perumusan masalah, pengumpulan data, pengumpulan data dari berbagai instansi yang terkait, pengolahan data, interpretasi olahan data, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan selama tiga bulan yaitu sejak Februari-Mei 2008. Waktu khusus untuk pengumpulan data dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari-Maret 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yang berasal dari penelusuran internet seperti ASEAN Secretary, Wikipedia, COMTRADE Database. Selain melalui penelusuran intenet, data statistik juga diperoleh melalui instansi terkait yaitu ASEAN Secretaries.

(72)

Tabel 9. Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian

No Data yang digunakan Sumber Instansi

1. Ekspor dan Impor Tekstil antar negara

ASEAN (Indonesia, Thailand, Singapura, Malasyia, dan Brunei Darussalam)

ASEAN Secretaries ASEAN

Secretaries

2. GDP (Gross Domestic Product)

negara-negara ASEAN

Asean Statistical Yearbook

ASEAN

Secretaries

3. Populasi penduduk negara-negara ASEAN ASEAN Statistical

Yearbook

ASEAN

Secretaries

4. Jarak antar negara ASEAN www.geobytes.com

5. Tarif TPT ASEAN

Secretaries

6. Bahasa masing-masing negara anggota ASEAN

ASEAN Statistical

Yearbook

ASEAN

Secretaries

7. Nilai Tukar mata uang negara-negara ASEAN terhadap USD

ASEAN Statistical

Yearbook

ASEAN Secretaries

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keragaan perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang terjadi di negara-negara ASEAN. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aliran perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) negara-negara ASEAN dengan menggunakan analisis regresi gravity model. Dalam model ini, data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari data time series dan cross section. Selanjutnya data ini akan diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS). OLS merupakan metode penduga ekonometrika yang paling sesuai untuk model regresi liniear berganda, konsisten dan sederhana dengan gangguan populasi didistribusikan secara normal (Gujarati, 1978).

(73)

4.3.1 Panel Data

Dalam suatu penelitian, terkadang seorang peneliti tidak dapat melakukan analisis hanya dengan menggunakan data time series saja atau data cross section saja. Terkadang ditemukan bentuk data dalam series yang pendek dan juga bentuk data dengan jumlah unit cross section yang terbatas pula. Dalam teori ekonometrika, kedua kondisi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan panel data (pooled data) agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien). Dengan menggunakan panel data, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak, hal ini dapat memberikan keuntungan tetapi model yang menggunakan data ini menjadi lebih kompleks (banyak parameter). Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan panel data adalah sebagai berikut:

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.

2. Mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degress of freedom, lebih bervariasi, dan lebih efisien.

3. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

4. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang kompleks.

(74)

dianalisis sehingga penelitian ini tidak memungkinkan jika menggunakan Fixed effect maupun random effect. Selain itu, metode Pooled Least Square tidak mampu untuk menganalisis keheterogenitas variabel.

4.3.1.1 Model Pooled

Ketika data digabungkan menjadi pooled data, yang tujuannya untuk membuat regresi maka hasilnya cenderung akan lebih baik dibanding regresi yang hanya menggunakan data cross section atau time series saja. Model pooled yaitu model yang diperoleh dengan mengkombinasikan semua data cross section dan time series, model data ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) yaitu:

Yit = α + Xit βj + εit

Untuk i = 1,2, ..., N dan t = 1, 2, ..., T dimana:

N = Jumlah unit cross section T = Jumlah periode waktunya

4.4 Perumusan Model

(75)

Darussalam, dan Malasyia. Adapun model persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ln(Tradeijt)= β0 + β1 ln(GDPit)+ β2 ln(GDPjt)+ β3 ln(POPit) + β4 ln(POPjt) + β5 ln(Jarakijt) + β6 ln(EXCit) + β7 ln(EXCjt) + β8 Tarif + β9 D1Languages + εij

dimana:

Tradejt = Perdagangan negara i ke negara j pada tahun tertentu GDPit = GDP negara asal i pada tahun t (Milyar USD)

GDPjt = GDP negara tujuan j pada tahun t (Milyar USD) POPit = Populasi negara asal i pada tahun t (1000 jiwa) POP jt = Populasi negara tujuan j pada tahun t (1000 jiwa)

Jarakijt = jarak ekonomi dimana jarak geografis dikalikan dengan share GDP negara pengimpor terhadap total GDP ASEAN

EXC it = nilai tukar (exchange rate) mata uang negara i pada tahun t terhadap USD

EXC jt = Nilai tukar mata (exchange rate) uang negara j pada tahun t terhadap USD

Tarif = Tarif negara i pada tahun tertentu (%)

D = Dummy dari kesamaan bahasa (1= bahasa yang relatif sama, 0= bahasa yang tidak sama)

εij = Error

β0, β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9 = Konstanta regresi

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Ekspor ASEAN ke Negara ASEAN dan ke Negara
Tabel 2. Perkembangan Impor ASEAN dari Negara ASEAN dan dari
Tabel 4. ASEAN Top Ten Export Commodities By 2 Digits HS Code in 2004
Tabel 6. Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Negara-negara ASEAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura

Negara-negara yang berada di wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Timor

Negara-negara yang berada di wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Timor

Penelitian ini mencoba melihat pengaruh pasar modal Amerika terhadap pasar modal 5 lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) pada kondisi

Dalam pertemuan penandatanganan itu Cina menilai ASEAN adalah suatu kawasan yang sangat potensial, sehingga upaya peningkatan kerjasama dengan seluruh negara anggota

Sengketa laut china selatan ini telah lama melibatkan banyak negara- negara kawasan seperti (RRC, Vietnam, Thailand, Fhilipina, Malaysia, Brunei Darussalam,

Kemudian Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina merupakan satu kategori yaitu tergolong pada kategori negara maritim dan tergabung dalam

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil estimasi bersama kelima negara ASEAN, perdagangan bilateral antar negara anggota ASEAN untuk