• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Job Stressor terhadap Stres Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Job Stressor terhadap Stres Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 :

KUESIONER PENELITIAN Responden yang terhormat

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi daftar kuisioner yang diberikan. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya semata-mata untuk data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul "Analisis Pengaruh Job Sressor Terhadap Stres Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun"

Informasi yang Bapak/Ibu berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini. Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

1. Identitas Responden Nama :

Usia :

Lama Bekerja : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir :

2. Cara Pengisian Kuesioner

a. Mohon memberi tanda checklist ( √ ) pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan skala berikut ini : Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

(2)

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

b. Apabila ada kekeliruan dalam memilih alternatif jawaban berikan tanda silang (X) pada jawaban yang telah dibuat, kemudian tanda checklist (√ )

c. Setiap pertanyaan hanya mewakili 1 (satu) jawaban saja.

d. Setelah melakuan pengisian, mohon Bapak/Ibu mengembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan.

No Pernyataan Job Stressor SS S KS TS STS

X1 Stressor Organisasi

1 Tuntutan tugas yang diberikan membuat saya frustasi.

2 Saya sesekali terbebani dengan tuntutan kerja yang cepat dan tepat.

3 Saya mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu hari.

4 Atasan saya tidak memberikan instruksi yang cukup jelas.

5 Saya mempunyai wewenang yang tidak cukup untuk menjalankan tanggung jawab pekerjaan saya.

X2 Stressor Lingkungan

1 Kurangnya kelengkapan peralatan kantor seperti komputer, laptop, LCD, projector, whiteboard menyulitkan pekerjaan.

2 Ruang kerja tidak dilengkapi fasilitas kantor

yang memadai seperti meja, kursi, filling cabinet, telepon, dan komputer sehingga saya merasa kurang nyaman dalam melakukan pekerjaan.

3 Saya sulit mendapatkan peralatan kantor seperti komputer, meja kerja, alat tulis kantor, telepon kantor dan lain sebagainya.

4 Saya mendapatkan ruang kerjaan yang kurang nyaman untuk melakukan pekerjaan

X3 Stressor Individu

1 Masalah dalam keluarga membuat saya tidak semangat dalam pekerjaan.

2 Ketika ada kemalangan yang menimpa anggota keluarga saya, saya cenderung tidak fokus dalam melakukan pekerjaan.

3 Saya sering merasa cemas ketika melakukan pekerjaan.

(3)

keluarga sangat menghambat saya dalam menjalankan pekerjaan.

No Pernyataan Stres Kerja SS S KS TS STS

1 Selama bekerja di kantor ini, saya pernah mengalami gangguan kesehatan.

2 Saya sering merasa letih setelah pulang bekerja.

3 Ketika saya menerima beban tugas di luar kemampuan, saya sering mengalami sakit kepala.

4 Saya sering mengalami susah tidur jika pekerjaan yang dilakukan oleh saya bermasalah.

5 Dalam menyelesaikan pekerjaan kantor, saya sering merasa cepat marah apabila tidak sesuai dengan keinginan atasan.

6 Saya merasa kesal/jengkel jika atasan saya menegur kesalahan saya.

7 Saya merasa gelisah jika pekerjaan tersebut tidak saya mengerti.

8 Saya selalu merasa gelisah apabila atasan saya menyuruh melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar kantor.

9 Saya selalu pulang melebih dari jam kerja yang telah ditentukan.

No Pernyataan Kinerja SS S KS TS STS

1 Pekerjaan atau tugas saya kerjakan sesuai dengan proses kerja dan kondisi pekerjaan.

2 Pekerjaan dapat saya selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3 Jumlah pekerjaan reguler yang dapat saya selesaikan setiap hari sudah sesuai dengan target unit kerja.

4 Pekerjaan yang saya laksanakan sesuai dengan prosedur yang ada.

5 Saya sering membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

6 Dalam bekerja saya mampu menganalisis data/informasi, dan menggunakan peralatan yang dapat mempermudah saya dalam bekerja.

7 Saya sanggup memberikan pelayanan lebih dalam bekerja agar tercapai tujuan pekerjaan.

8 Saya dan rekan kerja saya bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapat kinerja yang baik.

(4)

Lampiran 2 :

Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Organisasional

Item-Total Statistics

Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Lingkungan

(5)

Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Individu

Uji Validitas dan Reliabilitas Stres Kerja

(6)

Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor Organisasional

(7)

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Stres Kerja

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kinerja

Keterangan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.09509537

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .073

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .634

(8)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.09509537

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .073

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .634

(9)

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), faktor individu, faktor lingkungan , faktor organisasional b. Dependent Variable: stres kerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 707.054 3 235.685 22.886 .000a

Residual 411.923 40 10.298

Total 1118.977 43

a. Predictors: (Constant), faktor individu, faktor lingkungan , faktor organisasional b. Dependent Variable: stres kerja

(10)

Coefficientsa

a. Dependent Variable: absolut_residual_Glejser

Model Summary

a. Predictors: (Constant), stres kerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 62.769 1 62.769 4.723 .035a

Residual 558.208 42 13.291

Total 620.977 43

a. Predictors: (Constant), stres kerja b. Dependent Variable: kinerja

Coefficientsa

a. Dependent Variable: kinerja

Tabel Distribusi F

Tingkat

Signifikansi df1 df2 F Tabel

0.05 3 40 2.838745

(11)
(12)

0.05 2 83 3.106507

Bebas Tingkat Signifikansi T Tabel

39 0.05 2.022691

40 0.05 2.021075

41 0.05 2.019541

42 0.05 2.018082

(13)
(14)
(15)

126 0.05 1.978971

127 0.05 1.97882

128 0.05 1.978671

129 0.05 1.978524

130 0.05 1.97838

131 0.05 1.978239

132 0.05 1.978099

133 0.05 1.977961

134 0.05 1.977826

135 0.05 1.977692

136 0.05 1.977561

137 0.05 1.977431

138 0.05 1.977304

139 0.05 1.977178

140 0.05 1.977054

141 0.05 1.976931

142 0.05 1.976811

143 0.05 1.976692

144 0.05 1.976575

(16)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Sunarto. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Yogyakarta: Amus. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda.

Mangkunegara, Anwar Prabu.2005. Perilaku Budaya Organisasi.Bandung: PT.Refika Aditama

T.Hani. Handoko. 2009. Manajemen ,Edisi 2 .Yogyakarta : BPFE

Handoko, T. Hani. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Edwin B. Flippo, (2002). Personel Management (Manajemen Personalia), Edisi VII Jilid II, Terjemahan Alponso S, Erlangga, Jakarta.

Veithzal, Rivai. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Greenberg, J. (2004). Comprehensive Stress Management (8th edition). New York: McGraw-Hill.

Gatchel, R. J., Baum, A., & Krantz, D. S. (1989). An Introduction to Health Psychology (2nd edition). New York: McGraw-Hill

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi, 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_________________, 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers, Jakarta.

Ivancevich, John M, dkk. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.

(17)

Wijono. 2006. Jam Kerja Pekerja Industri. Seri Pengetahuan Mahasiswa. Bandung :Penerbit Alfabeta.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Robbins, Stephen, P. 2008. Organizational Behavior. 11th edition. Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta. : PT Bumi Aksara.

Schuller, Rendall, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad Ke-21, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Gitosudarmo. 2000. Perilaku Keorganisasian, Jilid II, Raja Grafindo, Jakarta. Kusnadi, Bambang Wahyudi. 2001. Teori dan Manajemen Konflik. Malang:

Caroda.

Antonius, dkk, 2002. Empowerment, Stress dan Konflik. Jakarta: Ghalian Indonesia.

Wahjono, Sentot Imam. edisi 1 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Morris, Charles G. (2003), Understanding Psychology. Michigan: Prentice Hall. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001, Total Quality Management, Yogyakarta, Andi Ofset

Ranupandojo, H., dan Suad Husnan, 1984, Manajemen Personalia, Edisi III, Yogyakarta: BPFE

Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua, Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.

Kuncoro, M. (2009), Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Edisi 3, Erlangga, Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D.

(18)

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis: Penerbit CV. Alfabeta: Bandung

Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan ProgramSPSS”.Semarang : Badan Penerbit Undip.

JURNAL/KARYA ILMIAH/PUBLIKASI LAINNYA

Bunyamin Maftuh. (2005). Implementasi Model Pembelajaran Resolusi Konflik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas. Disertasi (tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Simona G., Arie S., Yitzhak F. dan Cary C. 2008. A Meta-Analysis of Work Demand Stressors and Job Performance : Examining Main and Moderating Effects. Personnel Psychology. Durham. Volume 61, Iss. 2; pp. 227-271.

Gilboa, S. A Shirom, Y Fried, CL Cooper. A Meta-Analysis Of Work Demand Stressors And Job Performance: Examining Main And Moderating Effects. Personnel Psychology, 2008. Volume: 61, Issue: 2, Publisher: Wiley Online Library

Silaban, Bernard dan Novrisca. 2012. Pengaruh Konflik terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus PT RSP. Vol. 15 No. 1, Jakarta.

Ahirudin. (2011). Pengaruh Konflik Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Bina Cipta. Nusa Perkasa Bandar Lampung. Jurnal Organisasi dan Manajemen. Vol.I,No:1.

Hutabarat, Zivo. 2011, Analisis Pengaruh Job Stressor dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kabupaten Batubara. Tesis, Universitas Sumatera Utara, tidak dipublikasikan.

Ria P, Sari. 2010. Pengaruh Stress Kerja dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel Yogyakarta. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, tidak dipublikasikan.

Diansyah, Deny Nur. 2010. Pengaruh Job Stressor Dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta, Tesis, Universitas Negeri Surakarta, tidak dipublikasikan.

(19)

Jesayas Budiman. 2010. Analisis Pengaruh Konflik dan Stress Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada PT. Bank Sumut Cabang Sidikalang, Tesis, Universitas Sumatera Utara, tidak dipublikasikan.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:8) Penelitian kuantitatif adalahmetode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun yang berada di Jalan Asahan No.39 Pematangsiantar. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016.

3.3 Batasan Operasional

(21)

Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan terbatas pada pengaruh job stressor terhadap stres kerja dan dampaknya terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun.

2. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini adalah Job Stressor (X), yang terdiri dari: Faktor Organisasional (X1), Faktor Lingkungan (X2) dan Faktor Individu(X3)

3. Variabel Intervening atau variabel penyela merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel intervening adalah Stress Kerja (Y1), yang ketika dihadapkan pada Kinerja Pegawai menjadi variabel X.

4. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Pegawai (Y2).

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Untuk menjelaskan variabel penelitian dan pengukurannya maka perlu dibuat definisi operasional variabel penelitian seperti berikut ini:

(22)

2. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang mungkin dialami manusia pada umumnya dan pegawai pada khususnya di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, dan diukur dengan skala Likert.

3. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, di mana ukuran kesuksesan yang dicapainya tidak disamakan dengan kesuksesan pegawai lain, dan diukur dengan skala Likert.

Seluruh variabel penelitian di identifikasikan dan definisikan operasionalnya pada Tabel 3.1. berikut ini.

Tabel 3.1

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator Skala Job kerja pada pegawai, yang disebabkan oleh 1. Beban kerja yang berlebihan

2.Tekanan atau desakan waktu

(23)

Sumber : Robbins (2001), Robbins (2008), Mangkunegara (2005), data diolah

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, daan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kemudian indikator tersebut sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (sugiyono, 2008:86)

sebuah organisasi atau perusahaan.

3.Penundaan pekerjaan 3. Perilaku 1. Kehadiran

2. Kegelisahan

1. Kuantitatif 1.Pekerjaan diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan 2. Jumlah pekerjaan diselesaikan sesuai dengan target unit kerja

Skala Likert

2. Kualitatif 1. Ketepatan kerja

2.Tingkat kemampuan

3. Kerjasama 1.Kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja 2.Kemampuan

(24)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Skala Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber : Sugiyono (2008)

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah PNS Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun yang berjumlah 44 pegawai.

3.6.2 Sampel

(25)

Tabel 3.3

Jumlah Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Tahun 2016

Sumber : Data Pegawai Kantor Pertanahan Kab. Simalungun 2016

3.7 Jenis dan Sumber Data 3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer biasanya diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data ordinal (Sugiyono, 2004). Data primer dalam penelitian ini berupa hasil pengisian kuesioner dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti sebagai data pendukung.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

No Bagian/ Seksi Jumlah

1 Bagian Tata Usaha 9

2 Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan 12 3 Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah 8 4 Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan 7

5 Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan 4

6 Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan 4

(26)

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2004). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal, skripsi, buku-buku referensi, struktur organisasi, data pegawai dan berkas kinerja pegawai yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara

Pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini tujuannya dilakukannya wawancara adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai produktivitas pegawai.

b. Observasi

Observasi merupakan sebuah proses mengamati, memahami pola, norma dan makna perilaku dari suatu obyek tertentu.

c. Studi Literatur

Mempelajari teori-teori dari buku, jurnal, skripsi, dan studi terhadap literatur-literatur pendukung lainnya, serta dari instansi terkait.

d. Kuesioner

(27)

3.9 Uji Validitas Dan Relibilitas 3.9.1 Uji Validitas

Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah semestinya rangkaian penelitian harus dilakukan dengan baik. Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Bila koefisien korelasi (r) lebih besar dari r table (0,361), maka pertanyaan tersebut dikatakan valid. (Sugiyono, 2005:109). Noor (2011:130) menyarankan sebaiknya jumlah responden untuk uji coba kuesioner paling sedikit 30 orang. Dalam penelitian ini, uji coba kuesioner melibatkan 30 responden. Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner kepada 30 orang responden yang diambil dari instansi sejenis yaitu pegawai Kantor Pertanahan Kota Pematangsiantar dikarenakan sampel yang peneliti gunakan adalah keseluruhan dari jumlah populasi. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

(28)

Tabel 3.4

Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor organisasional (�)

Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor lingkungan (�)

(29)

Tabel 3.7

Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Stres kerja (�)

Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kinerja (�)

Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 (Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70). Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 3.4 hingga 3.8, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid. Alternatif ketentuan validitas suatu pertanyaan pada kuesioner juga dapat dibandingkan dengan nilai

������. Untuk menentukan nilai ������, terlebih dahulu dihitung nilai derajat bebas

(30)

responden untuk uji validitas. Diketahui jumlah responden yang dilibatkan untuk uji validitas kuesioner sebanyak �= 30, sehingga derajat bebas bernilai � −2 = 30−2 = 28. Nilai ������ dengan derajat bebas 28 adalah ������ = 0,361. Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi (Corrected Item-Total Correlation) yang mendapat nilai lebih besar dari ��� �� = 0,361. Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.5, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan (kuesioner) menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2005:116). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r alpha positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel Jika r alpha negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliable Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid.

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas pada Variabel Faktor Organisasional, Faktor Lingkungan, Faktor Individu, Stres kerja, dan Kinerja

Variabel Nilai Alpha Cronbach

Faktor organisasional Faktor lingkungan

Faktor individu Stres kerja

Kinerja

(31)

Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel (Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165). Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliabel, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.

3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data, sehingga dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang sedang diteliti.

3.10.2 Analisis Statistik

3.10.2.1 Analisis Regresi Berganda dan Analisis Regresi Sederhana a. Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi Berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas Job stressor(X) yang terdiri dari faktor organisasional(X1), faktor lingkungan(X2) dan faktor individu(X3) terhadap variabel terikat (Y1) yaitu Stres Kerja.

Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi berganda, dengan formulasi sebagai berikut:

Y = b

(32)

Y = Stres Kerja X

1= Faktor Organisasional X

2= Faktor Lingkungan X3= Faktor Individu b

0= konstanta b

1, b2= koefisien regresi variabel independen e = error term

b. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel terikat (Y2) yaitu Kinerja Pegawai

Adapun persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: Y = b

0 + bX+e Di mana :

Y = Kinerja Pegawai X = Stres Kerja b

0= konstanta

b = koefisien regresi variabel independen e = error term

3.11 Uji Asumsi Klasik

(33)

3.11.1 Uji Normalitas

Menurut Santoso (2002), Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Pada penelitian ini, untuk menganalisis apakah residual berdistribusi normal atau tidak, digunakan uji Kolmogorov Smirnov.

3.11.2 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual, yang disebut dengan heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan homokedastisitas.

(34)

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut UT (Abs Ut), maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.11.3 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2002), multikolinearitas adalah keadaan di mana variabel- variabel independen dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi satu sama lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 5 berarti tidak terdapat multikolinieritas.

3.12 Uji Hipotesis 3.12.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Bentuk pengujiannya yaitu:

H0 : bi = 0 (variabel independent secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent).

Ha : bi ≠ 0 (variabel idependent secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent).

(35)

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5% Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.12.2 Uji Kelayakan (Uji F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 = b1=b2=0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel-bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1≠b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel-variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.12.3 Uji Koefisien Determinasi (R²)

(36)

Tidak ada ukuran yang pasti berapa besarnya Koefisien determinasi (R2 ) untuk mengatakan bahwa suatu pilihan variabel sudah tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka model makin tepat. Untuk data survai yang berarti bersifat cross section data yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama, maka nilai R2= 0,2 atau 0,3 sudah cukup baik.

Semakin besar n (ukuran sampel) maka nilai R2 cenderung makin kecil. Sebaliknya dalam data runtun waktu (time series) di mana peneliti mengamati hubungan dari beberapa variabel pada satu unit analisis pada beberapa tahun maka R2 akan cenderung besar. Hal ini disebabkan variasi data yang relatif kecil pada data runtun waktu yang terdiri dari satu unit analisis saja.

Rumus r-square adalah sebagai berikut:

R

2

=

��� ���

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun

Kantor pertanahan adalah instansi vertikal Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kota yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor wilayah BPN. Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun memiliki 44 jumlah pegawai. Kondisi bangunan saat ini masih baik dan sangat layak sebagai Kantor Pelayanan, namun dibeberapa tempat masih memerlukan perawatan secara rutin.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dalam menyelenggarakan tugas Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun mempunyai fungsi :

1. Penyususnan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan.

2. Pelayanan, perizinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan.

3. Pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survei potensi tanah.

4. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu. 5. Pengusulan dan pelaksanaan penetaan hak tanah, pendaftaran hak tanah,

(38)

6. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat. 7. Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan.

8. Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah.

9. Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS). 10. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat,

pemerintah dan swasta.

11. Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan.

12. Pengkoordinasian pengembangan sumber daya manusia pertanahan.

13. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan.

4.1.1.2 Visi Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

4.1.1.3 Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun

Mengembangkan dan menyelenggarakan politikdan kebijakan pertanahan untuk:

(39)

2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan diseluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa konflik dan perkara di kemudian hari

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

(40)

4.1.1.5 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Tabel 4.1

Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun

4.1.1.6 Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Sesuai dengan ketentuan pasal 32 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006, Kantor PertanahanKota Pekanbaru dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai kedudukan sebagai pejabat struktural eselon III A, dengan susunan organisasi sebagai berikut:

Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian

(41)

1. Sub Bagian Tata Usaha

2. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan 3. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah 4. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan 5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan 6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Tugas dan Fungsi Masing-masing Unit Kerja

1. Sub Bagian Tata Usaha, terdiri atas: a. Urusan Perencanaan dan Keuangan b. Urusan Umum dan Kepegawaian.

Mempunyai tugas dan fungsi:

1. Pengelolaan data dan informasi

2. Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah

3. Pelaksanaan urusan kepegawaian

4. Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran

5. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana 6. Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program 7. Koordinasi pelayanan pertanahan

2. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan, terdiri atas: a. Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan

(42)

1. Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan surveyor berliensi

2. Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan/wilayah

3. Pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan;

4. Survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan potensi tanah

5. Pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berliensi dan pejabat penilai tanah

6. Pemeliharaan peralatan teknis.

3. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran tanah, terdiri atas: a. Sub Seksi Penetapan Hak Tanah

b. Sub Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah c. Sub Seksi Pendaftaran tanah

d. Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Mempunyai tugas dan fungsi:

1. Pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah

(43)

perijinan, saran dan pertimbangan usulan penetapan hak pengelolaan tanah

3. Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan ataupendaftaran hak

4. Pengadministrasian atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara,daerah bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah badan hukum pemerintah

5. Pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak

6. Pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan;

7. Pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak

8. Pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT.

4. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan, terdiri atas: a. Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu; b. Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah.

Mempunyai tugas dan fungsi:

(44)

penyesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah, penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah,penataan tanah bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta pemukiman kembali

2. Penyusunan rencana persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota dan kawasan lainnya

3. Pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten/kota dan kawasan

4. Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan/zoning dan redistribusi tanah, pelaksanaan konsolidasi tanah pemberian tanah obyek landreform dan pemanfaatan tanah bersama serta penertiban administrasi landreform

5. Pengusulan penetapan/ penegasan tanah menjadi obyek landreform; 6. Pengambilan dan/atau penerimaan penyerahan tanah-tanah yang

terkena ketentuan landreform

7. Penguasaan tanah-tanah obyek landreform

8. Pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin redistribusi tanah dengan luasan tertentu

(45)

10. Penyiapan usulan ganti kerugian tanah obyek landreform dan penegasan obyek konsolidasi tanah

11. Penyediaan tanah untuk pembangunan

12. Pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan

13. Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform.

5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan, terdiri atas: a. Sub Seksi Pengendalian Pertanahan

b. Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat. Mempunyai tugas dan fungsi:

1. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat 2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pemenuhan hak dan

kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan dan evaluasi penerapan kebijakan dan program pertanahan dan program sektoral, pengelolaan tanah negara, terlantar dan tanah kritis

3. Pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganantanah terlantar dan tanah kritis

(46)

pengelolaan tanah negara serta penanganan tanah terlantar dan tanah kritis

5. Inventarisasi potensi masyarakat marjinan, asistensi dan pembentukan kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan akses ke sumber produktif

6. Peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat

7. Pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk pembangunan

8. Pengelolaan basis data hak atas tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat

9. Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum atas tanah terlantar.

6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara, terdiri atas: a. Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan b. Sub Seksi Perkara Pertanahan

Mempunyai tugas dan fungsi:

1. Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan 2. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan

(47)

pertanahan melalui bentuk bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah

4. Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan

5. Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan.

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif

4.1.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Responden Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(48)

1. Pada bagian karakteristik umur menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebanyak 14 orang (31,8 %) berusia 20-30 tahun, 6 orang (13,7 %) berusia 31-40 tahun, 13 orang (29,5 %) berusia 41-50 tahun, 11 orang (25 %) berusia diatas 51 tahun. Mayoritas responden yang diteliti berusia 20-30 tahun. Dari data tersebut dapat dikatakan hanya sebesar 31,8 % pegawai yang bekerja di Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun berada pada rentang usia matang yaitu antara usia 20 – 30 tahun. Pada rentang usia ini karyawan sudah memiliki kemampuan mengendalikan stress yang lebih baik, selebihnya dapat dikatakan sudah memiliki tingkat stress yang tinggi.

2. Pada bagian karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebanyak 30 orang (68,2 %) berjenis kelamin laki-laki, 14 orang (31,8 %) berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden yang diteliti berjenis kelamin laki-laki

(49)

4. Pada bagian karakteristik lama bekerja menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebanyak 7 orang (15,9 %) dengan lama bekerja 1-5 tahun, sebanyak 14 orang (31,8 %) dengan lama kerja 6-10 tahun, dan sebanyak 23 orang (52,3 %) dengan lama kerja diatas 10 tahun. Pada bagian ini menunjukkan sebagian besar pegawai memiliki pengalaman kerja yang cukup, kemampuan inovasi dan kreativitas dalam melaksanakan tugas.

4.1.2.2 Statistik Deskriptif Variabel

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor Organisasional

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Pada pernyataan 1 mengenai tuntutan tugas yang diberikan mengakibatkan frustasi, sebanyak 2 orang (4,6%) menyatakan sangat tidak setuju, 16 orang (36,4%) menyatakan tidak setuju , 22 orang (50%) menyatakan kurang setuju, 4 orang (9%) menyatakan setuju dan tidak ada yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban tidak setuju dan kurang setuju menunjukkan bahwa tuntutan tugas yang diberikan kepada pegawai tidak sampai menyebabkan frustasi yang berlebihan.

Keterangan P1 P2 P3 P4 P5

F % F % F % F % F %

(50)

Pada pernyataan 2 mengenai terbebani dengan tuntutan kerja yang cepat dan tepat, sebanyak 1 orang (2,3%) menyatakan sangat tidak setuju, 6 orang (13,6%) menyatakan tidak setuju, 11 orang (25%) menyatakan kurang setuju, 21 orang (47,7%) menyatakan setuju, dan 5 orang (11,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa pegawai merasa terbebani akan tuntutan kerja yang cepat dan tepat. Beban dalam tuntutan pekerjaan merupakan pemicu terjadinya stres kerja.

Pada pernyataan 3 mengenai banyak perkerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu satu hari, tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju, 9 orang menyatakan (20,5%) menyatakan tidak setuju, 13 orang (29,5%) menyatakan kurang setuju, 20 orang (45,4%) menyatakan setuju, dan 2 orang (4,6%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa pekerjaan yang harus dikerjakan pegawai tergolong banyak dalam waktu 1 hari. Ini berarti pekerjaan yang diketahui harus dilakukan oleh pegawai dengan tepat waktu yaitu harus selesai dalam satu hari kerja apabila tidak dilakukan dengan tepat waktu dapat menyebabkan pemicu stress bagi pegawai.

(51)

menunjukkan bahwa atasan telah memberikan instruksi yang cukup jelas dan bagi sebagian pegawai bahwa atasan kurang memberikan instruksi yang cukup jelas. Instruksi yang jelas juga merupakan pemicu terjadinya stres kerja.

Pada pernyataan 5 mengenai wewenang yang dipunyai tidak mencukupi untu menjalankan tanggung jawab pekerjaan, sebanyak 2 orang (4,6%) menyatakan sangat tidak setuju, 16 orang (36,3%) menyatakan tidak setuju, 10 orang (22,7%) menyatakan kurang setuju, 16 orang (36,3%) menyatakan setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi jawaban tidak setuju dan setuju menunjukkan ada sebagian pegawai yang memiliki wewenang cukup dan ada sebagian pegawai yang tidak memiliki wewenang yang cukup. Hal ini membuktikan untuk penyelesaian pekerjaan yang tidak disertai wewenang yang cukup akan menyebabkan stres bagi pegawai yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor Lingkungan

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Pada pernyataan 1 mengenai Peralatan kantor yang disediakan seperti komputer, laptop, LCD, projector, whiteboard menunjang dan memudahkan pekerjaan, tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju, 2 orang (4,6%)

Keterangan P1 P2 P3 P4

F % F % F % F %

STS 0 0 0 0 0 0 0 0

TS 2 4,6 2 4,6 5 11,4 0 0 KS 6 13,6 9 20,4 10 22,8 11 25

(52)

menyatakan tidak setuju , 6 orang (13,6%) menyatakan kurang setuju, 21 orang (47,7%) menyatakan setuju, dan 15 orang (34,1%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju menunjukkan bahwa peralatan kantor dapat menunjang dan memudahkan pekerjaan untuk menghindari terjadinya stres kerja.

Pada pernyataan 2 mengenai ruang kerja dilengkapi fasilitas kantor yang memadai seperti meja, kursi, filling cabinet, telepon, dan komputer sehingga merasa nyaman dalam melakukan pekerjaann, tidak ada menyatakan sangat tidak setuju, 2 orang (4,6%) menyatakan tidak setuju, 9 orang (20,4%) menyatakan kurang setuju, 27 orang (61,4%) menyatakan setuju, dan 6 orang (13,6%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa ruang kerja pegawai telah dilengkapi fasilitas kantor sehingga nyaman dalam melakukan pekerjaan dan bagi sebagian pegawai ruang kerjanya kurang dilengkapi fasilitas kantor. Ruang kerja yang tidak dilengkapi fasilitas kantor merupakan pemicu terjadinya stres kerja.

(53)

mendapatkannya. Kelengkapan kantor yang didapatkan di dapatkan akan memicu terjadinya stres kerja.

Pada pernyataan 4 mengenai ruangan kerja yang nyaman dalam melakukan pekerjaan, tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 11 orang (25%) menyatakan kurang setuju, 29 orang (65,9%) menyatakan setuju, dan 4 orang (9,1%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian kurang setuju menunjukkan bahwa pegawai telah memiliki ruangan kerja yang nyaman dalam melakukan pekerjaanya dan sebagian lagi pegawai merasa tidak memiliki ruangan yang nyaman. Kenyamanan ruangan kerja merupakan pemicu terjadinya stres kerja, dilihat apakah ruang kerja tersebut nyaman atau tidak.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Faktor Individu

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Pada pernyataan 1 mengenai masalah dalam keluarga membuat tidak semangat dalam pekerjaan, sebanyak 2 orang (4,6%) menyatakan sangat tidak setuju, 9 orang (20,4%) menyatakan tidak setuju , 15 orang (34,1%) menyatakan kurang setuju, 13 orang 29,5%) menyatakan setuju dan 5 orang (11,4%) yang menyatakan tidak setuju dan . Hasil yang didominasi oleh jawaban kurang setuju

Keterangan P1 P2 P3 P4

F % F % F % F %

STS 2 4,6 2 4,6 2 4,6 0 0 TS 9 20,4 3 6,8 10 22,7 0 0 KS 15 34,1 10 22,7 12 27,3 6 13,6

(54)

dan sebagian menjawab setuju menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai merasakan bahwa ketika terdapat masalah dalam keluarga tidak mempengaruhi akan semangat kerja dan sebagian lagi berdampak pada semangat kerja.

Pada pernyataan 2 mengenai kemalangan yang menimpa anggota keluarga cenderung tidak fokus dalam melakukan pekerjaan, sebanyak 2 orang (4,6%) menyatakan sangat tidak setuju, 3 orang (6,8%) menyatakan tidak setuju, 10 orang (22,7%) menyatakan kurang setuju, 18 orang (40,9%) menyatakan setuju, dan 11 orang (25,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa kemalangan yang menimpa anggota keluarga membuat pegawai tidak semangat dalam pekerjaan, hal ini yang akan memicu terjadi nya stres kerja.

Pada pernyataan 3 mengenai seringnya merasa cemas ketika melakukan pekerjaan, sebanyak 2 orang, (4,6%) menyatakan sangat tidak setuju, 10 orang (22,7%) menyatakan tidak setuju, 12 orang (27,3%) menyatakan kurang setuju, 14 orang (31,8%) menyatakan setuju, dan 6 orang (13,6%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa pegawai sering merasa cemas ketika melakukan pekerjaan dan sebagian pegawai tidak sering merasa cemas. Cemas ketika melakukan pekerjaan merupakan pemicu terjadinya stres kerja.

(55)

yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju menunjukkan bahwa keakraban dan dukungan dalam keluarga yang kurang maka berdampak pada terhambatnya dalam melakukan pekerjaan. Ketika tidak ada nya keakraban dan dukungan dari keluarga dalam melakukan pekerjaan maka cenderung meicu terjadinya stres kerja.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Stres Kerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Pada pernyataan 1 mengenai selama bekerja pernah mengalami gangguan kesehatan, sebanyak 4 orang (9,1%) menyatakan sangat tidak setuju, 5 orang (11,4%) menyatakan tidak setuju , 6 orang (13,6%) menyatakan kurang setuju, 23 orang (52,3%) menyatakan setuju dan 6 orang (13,6%) orang yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa selama bekerja pegawai pernah mengalami gangguan kesehatan.

Pada pernyataan 2 mengenai sering merasa letih setelah pulang bekerja, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju, 4 orang (9,1%) menyatakan

Keterangan STS TS KS S SS Total

F % F % F % F % F % F %

(56)

tidak setuju, 6 orang (13,6%) menyatakan kurang setuju, 27 orang (61,4%) menyatakan setuju, dan 7 orang (15,9%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju menunjukkan bahwa pegawai sering merasa letih setelah pulang bekerja.

Pada pernyataan 3 mengenai ketika menerima beban tugas di luar kemampuan, sering mengalami sakit kepala, 1 orang (2,3%) yang menyatakan sangat tidak setuju, 4 orang (9,1%) menyatakan tidak setuju, 13 orang (29,5%) menyatakan kurang setuju, 22 orang (50%) menyatakan setuju, dan 4 orang (9,1%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa ketika menerima beban tugas di luar kemampuan, mayoritas pegawai sering mengalami sakit kepala dan sebagian lagi tidak sering mengalami sakit kepala.

Pada pernyataan 4 sering mengalami susah tidur jika pekerjaan yang dilakukan bermasalah, sebanyak 1 orang (2,3%) menyatakan sangat tidak setuju, 4 orang (9,1%) menyatakan tidak setuju, 8 orang (18,2%) menyatakan kurang setuju, 21 orang (47,7%) menyatakan setuju, dan 10 orang (22,7%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju menunjukkan bahwa mayoritas mengalami susah tidur jika pekerjaan yang dilakukan nya bermasalah.

(57)

menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban kurang setuju dan sebagian menjawab setuju menunjukkan bahwa pegawai tidak merasa cepat marah apabila pekerjaan yang telah dikerjakannya tidak sesuai dengan keinginan atasan, dan ada sebagian pegawai yang merasa cepat marah.

Pada pernyataan 6 mengenai merasa kesal/jengkel jika atasan menegur kesalahan, sebanyak 4 orang (9,1%) menyatakan sangat tidak setuju, 6 orang (13,6%) menyatakan tidak setuju , 13 orang (29,5%) menyatakan kurang setuju, 16 orang (36,4%) menyatakan setuju dan 5 orang (11,4%) orang yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sebagian menjawab kurang setuju menunjukkan bahwa selama bekerja pegawai merasa kesal/jengkel jika atasan menegur kesalahan.

Pada pernyataan 7 mengenai merasa gelisah jika pekerjaan tersebut tidak dimengerti, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju, 4 orang (9,1%) menyatakan tidak setuju, 9 orang (20,5%) menyatakan kurang setuju, 26 orang (59,1%) menyatakan setuju, dan 5 orang (11,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa pegawai merasa gelisah jika pekerjaan yang dikerjakan tidak dimengerti.

(58)

pegawai merasa gelisah apabila atasan menyuruh melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar kantor, dan sebagian pegawai merasa tidak gelisah.

Pada pernyataan 9 mengenai selalu pulang melebih dari jam kerja yang telah ditentukan, sebanyak tidak ada orang menyatakan sangat tidak setuju, 5 orang (11,4%) menyatakan tidak setuju, 13 orang (29,5%) menyatakan kurang setuju, 23 orang (52,3%) menyatakan setuju, dan 3 orang (6,8%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan kurang setuju menunjukkan bahwa mayoritas pegawai selalu pulang melebih dari jam kerja yang telah ditentukan dan sebagian pegawai lainnya tidak.

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi untuk Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel Kinerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Pada pernyataan 1 mengenai pekerjaan atau tugas yang dikerjakan sesuai dengan proses kerja dan kondisi pekerjaan, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju, 4 orang (9,1%) menyatakan tidak setuju, 1 orang (2,3%) menyatakan kurang setuju, 33 orang (75%) menyatakan setuju dan 6 orang (13,6%) orang yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh

Keterangan STS TS KS S SS Total

F % F % F % F % F % F %

(59)

jawaban setuju menunjukkan pernyataan kesesuaian tugas dengan proses dan kondisi pekerjaan dapat meningkatkan kinerja

Pada pernyataan 2 mengenai pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 13 orang (29,5%) menyatakan kurang setuju, 24 orang (54,5%) menyatakan setuju, dan 7 orang (15,9%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dapat meningkatkan kinerja.

Pada pernyataan 3 mengenai jumlah pekerjaan reguler yang dapat diselesaikan setiap hari sudah sesuai dengan target unit kerja, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 11 orang (25%) menyatakan kurang setuju, 28 orang (63,6%) menyatakan setuju, dan 5 orang (11,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan reguler setiap hari dapat diselesaikan setiap hari sesuai dengan terget unit kerja akan dapat meningkatkan kinerja

Pada pernyataan 4 pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 6 orang (13,6%) menyatakan kurang setuju, 33 orang (75%) menyatakan setuju, dan 5 orang (11,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pekerjaan yang ada akan meningkatkan kinerja

(60)

ada orang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 9 orang (20,4%) menyatakan kurang setuju, 27 orang (61,4%) menyatakan setuju, dan 8 orang (18,2%) yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban kurang setuju menunjukkan bahwa pegawai sering membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga meningkatkan kinerja.

Pada pernyataan 6 mengenai dalam bekerja pegawai mampu menganalisis data/informasi, dan menggunakan peralatan yang dapat mempermudah dalam bekerja, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 9 orang (20,4%) menyatakan kurang setuju, 27 orang (61,4%) menyatakan setuju dan 8 orang (18,2%) orang yang menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan pegawai mampu menganalisis data/informasi, dan menggunakan peralatan yang dapat mempermudah dalam bekerja dan meningkatkan kinerja.

Pada pernyataan 7 mengenai kesanggupan memberikan pelayanan lebih dalam bekerja agar tercapai tujuan pekerjaan, tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju, 11 orang (25%) menyatakan kurang setuju, 23 orang (52,3%) menyatakan setuju, dan 10 orang (22,7%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa pegawai sanggup memberikan pelayanan lebih dalam bekerja agar tercapai tujuan pekerjaan.

(61)

(15,9%) menyatakan kurang setuju, 28 orang (63,6%) menyatakan setuju, dan 9 orang (20,4%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju menunjukkan bahwa mayoritas pegawai dan sesama rekan kerjanya bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapa kinerja yang baik.

Pada pernyataan 9 mengenai atasan mampu berkomunikasi dengan baik dengan bawahan begitu pula sebaliknya, sebanyak 1 orang (2,3%) menyatakan sangat tidak setuju, tidak ada orang yang menyatakan kurang setuju, 9 orang (20,4%) menyatakan setuju, 26 orang (59,1%) menyatakan setuju dan 8 orang (18,2%) menyatakan sangat setuju. Hasil yang didominasi oleh jawaban setuju menunjukkan bahwa atasan mampu berkomunikasi dengan baik dengan bawahannya begitu pula sebaliknya sehingga dapat meningkatkan kinerja.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik 4.1.3.1 Uji Asumsi Normalitas

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov-Smirnov

1. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan

�= 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �,

(62)

Jika nilai probabilitas �≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Tabel 4.8 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.09509537

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .073

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .634

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,634. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,634, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.

(63)

disimpulkan bahwa asumsi normalitas error dipenuhi. Di samping itu pada normal probability plot (Gambar 4.2), titik-titik menyebar cukup dekat pada garis diagonal, maka disimpulkan bahwa asumsi normalitas dipenuhi.

2. Pendekatan Grafik

Gambar 4.1

Uji Normalitas dengan Pendekatan Histogram

Berdasarkan gambar 4.1, menunjukkan bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Gambar 4.2

(64)

Berdasarkan Gambar 4.3, menunjukkan bahwa data-data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, Hal ini berarti data berdistribusi normal.

4.1.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:

1. Metode Grafik

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2006:139).

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

(65)

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.3, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Glejser

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser (Gujarati, 2003, Gio dan Elly, 2015:182-183). Berikut hasil uji Glejser.

Tabel 4.9

Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.577 2.485 3.049 .004

faktor organisasional -.135 .127 -.223 -1.068 .292

faktor lingkungan -.182 .125 -.225 -1.460 .152

faktor individu -.009 .123 -.016 -.077 .939

a. Dependent Variable: absolut_residual_Glejser

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

(66)

4.1.3.3 Uji Multikolinearitas

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

faktor

organisasional

.518 1.931 faktor lingkungan .951 1.052 faktor individu .519 1.929

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.10, nilai VIF dari variabel faktor organisasional (1) adalah 1,931, nilai VIF dari variabel faktor lingkungan (�2) adalah 1,052, dan nilai VIF dari variabel faktor individu (�3) adalah 1,929. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.

4.1.4 Teknik Analisis Statistik

4.1.4.1 Teknik Analisis Regresi Berganda

(67)

Tabel 4.11

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji )

Coefficientsa a. Dependent Variable: stres kerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut berikut.

Y = b

0 + b1 X1 + b2 X2+ b3 X3 +e

StresKerja = 6,148 + 0,772FaktorOrganisasional + 0,256FaktorLingkungan + 0,714FaktorIndividu + e

Berdasarkan Tabel 4.11, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.12).

Tabel 4.12

Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya

Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi Faktor Organisasional

0,772 (bernilai positif), berarti memiliki pengaruh positif terhadap stress kerja. Faktor organisasi yang

semakin tinggi cenderung menaikkan stress kerja.

Faktor Lingkungan

0,256 (bernilai positif), berarti memiliki pengaruh positif terhadap stress kerja. Faktor lingkungan yang

semakin tinggi cenderung menaikkan tingkat stres kerja.

Faktor Individu

0,714 (bernilai positif), berarti memiliki pengaruh positif terhadap stress kerja. Faktor individu yang semakin tinggi cenderung menaikkan tingkat stres

kerja.

(68)

4.1.4.2 Teknik Analisis Regresi Sederhana Tabel 4.13

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji ) untuk Pengaruh Kinerja

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 43.226 3.587 12.051 .000

stres kerja -.237 .109 -.318 -2.173 .035

a. Dependent Variable: kinerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Berdasarkan table 4.13, terlihat nilai signifikan adalah 0.035 (lebih kecil dari 0,05) berarti stres kerja berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja. Berarti �0 ditolak �1 diterima. Untuk melihat diterima atau ditolaknya

sebuah hipotesis juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t table. Jika t hitung > t table, maka hipotesis diterima.

Persamaan regresinya adalah :

Y = b

(69)

4.1.5 Uji Hipotesis

4.1.5.2 Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.14

Koefisien Determinasi Faktor Individu, Faktor Lingkungan, dan Faktor Organisasional terhadap Stres Kerja

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), faktor individu, faktor lingkungan , faktor organisasional b. Dependent Variable: stres kerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 4.14, R= 0,795 berarti hubungan antara variabel job stressor yang terdiri dari faktor organisasional, faktor lingkungan dan faktor individu terhadap stres kerja sebesar 79,5% artinya hubungannya erat, nilai koefisien determinasi �2 terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar �2 = 0,632. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel stress kerja sebesar 63,2%, sisanya sebesar 36,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Tabel 4.15

Koefisien Determinasi Stres Kerja terhadap Kinerja

Model Summary

a. Predictors: (Constant), stres kerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

(70)

berpengaruh terhadap kinerja sebesar 10,1%, sisanya sebesar 89,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.1.5.3 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas.

Tabel 4.16

Uji Pengaruh Simultan dengan Uji

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 707.054 3 235.685 22.886 .000a

Residual 411.923 40 10.298

Total 1118.977 43

a. Predictors: (Constant), faktor individu, faktor lingkungan , faktor organisasional b. Dependent Variable: stres kerja

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Diketahui nilai F tabel adalah 2,838 (nilai F tabel tersaji di lampiran). Berdasarkan Tabel 4.16, diketahui nilai F hitung adalah 22,886. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung (22,886) ≥ F tabel (2,838), maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas positif dan signifikan secara statistika terhadap stres kerja.

4.1.5.4 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Tabel 4.17

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai T Variabel terhadap stres (T Hitung > T

(71)

Faktor

Lingkungan 1,113 2,021

Pengaruh faktor lingkungan signifikan terhadap stres (T

Hitung > T Tabel)

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Berikut aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis berdasarkan uji � (Gio, 2015).

������ℎ������ ≤|������|,�����0������������1�������.

������ℎ������> |������|,�����0�����������1��������.

Atau dapat digambarkan sebagai berikut.

−������/������ +������/������

Gambar 4.4

Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji Tabel 4.18

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.)

Variabel signifikan terhadap stres kerja

(Sig < 0,05)

signifikan) Daerah penerimaan �1,

(72)

Faktor

Lingkungan 0,272 � = 0,05

Pengaruh faktor lingkungan tidak signifikan terhadap stres

kerja (Sig > 0,05) Faktor Individu 0,003 � = 0,05

Pengaruh faktor Individu signifikan terhadap stres kerja

(Sig. < 0,05)

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah 2016)

Tabel 4.18 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial terhadap kinerja

4.2 Pembahasan

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh job stressor terhadap stres kerja dan dampaknya terhadap kinerja pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik analisis statistik nya menggunakan teknik analisis regresi berganda dan sederhana. Pada metode analisis deskriptif diperoleh informasi responden melalui kuesioner yang berisikan tentang karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan jawaban responden atas pernyataan dalam kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun yang berjumlah 44 orang responden. Sedangkan pada metode analisis regresi dengan pengujian hipotesis yaitu melakukan uji signifikan simultan (uji-F), uji signifikan parsial (uji-t) dan koefisien determinasi (R2).

4.2.1 Pengaruh Job Stressor Terhadap Stres Kerja

Gambar

Tabel Distribusi F
Tabel Distribusi T
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun
Tabel 3.4 Uji Validitas Pertanyaan-Pertanyaan pada Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk variabel komitmen berada pada kategori tinggi, namun dalam indikator bekerja extra masih kurang, mengingat variabel kepuasan kerja masih kurang terutama dalam

Tuntutan dalam pekerjaan yang melampaui kemampuan individu, tekanan atau desakan waktu dan lingkungan kerja yang kurang menyenangkan, hal-hal tersebut terkadang

1) Tekanan Ekstra-Organisasi: mencakup hal seperti per- ubahan sosial/teknologi, globalisasi, keluarga, relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta

Hasil pembahasan mengenai stres kerja terhadap kinerja pegawai pada PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul Medan, yaitu Pada indikator tuntutan tugas dengan sub indikator

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah konflik peran, job insecurity, burnout, role ambiguity berpengaruh positif dan kepuasan kerja, komitmen

ada pernyataan kedua kuesioner indikator tuntutan tugas dengan sub indikator beban kerja menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,8 yang mana dikategorikan setuju

Pada indikator kuantitas kerja, terdiri dari 3 (tiga) sub indikator, yaitu (1) memiliki hasil kerja yang meningkat dari waktu kewaktu (2) diberi beban kerja sesuai dengan

2021 Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Loyalitas Pegawai Pada Pt Perintis Perkasa Medan, Medan : Literasi Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Onsardi 2018,