DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Darmawi, Herman. 2010. ManajemenRisiko. Jakarta :BumiAksara
Dorfman, Mark S. 2007. Introduction to Risk Management and Insurance. Englewood Cliffs, NewJersey: Prentice Hall.Elizabeth Pate Cornell, Lea A
Davis, Gordon B. 1999.Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I:
Pengantar. Diterjemahkan oleh Andreas S. Adiwardana. Cetakan kesebelas. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi
Hopkin, Paul. 2010. Fundamentals Of Risk Management: Understanding,
Evaluating, And Implementing Effective Risk Management. London:
Kogan Page Limited
Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3
Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: Penerbit PPM
Moeleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Salim, Abbas. 2007. Asuransi&ManajemenRisiko. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada
Subarsono, AG, Drs, M.Si, MA. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tangkilisan, HeselNogi S. 2003.KebijakanPublik yang Membumi.Yogyakarta: Lukman Offset.
Usman, Husaini. 2009. MetodologiPenelitianSosial. Jakarta: BumiAksara.
Vassaroti, Colin. 1996. Risk Management: a Customs Perspective, Australian Customs Service.
Winarno, Budi. 2002. Teoridan Proses KebijakanPublik. Yogyakarta: Media Pressindo.
Miami, Any. 2008. Analisis Penetapan Tingkat Risiko (Risk Ranking) di Bidang
Impor. Depok: Universitas Indonesia Karya Akademis
Dlava, Deviyanto T. 2012. Implementasi Manajemen Risiko Dalam Bidang
Undang-Undang Republik Indonesia 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan
Perundang-Undangan
PeraturanMenteriKeuanganNomor191/PMK.09/2008
tentangPenerapanManajemenRisiko di KementerianKeuangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-97/BC/2003 tentangProfil Importir Dan Profil Komoditi Untuk Penetapan Jalur Dalam Pelayanan Impor
Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor P-08/BC/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai KEP-89/BC/2002 tentang pembentukan tim penyusunan Database Profil Importir
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan Terhadap Impor dan Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.04/2007 tentang Pengawasan Terhadap Impor atau Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan.
Sumber Lainnya
(diakses pada Sabtu 10 Oktober 2015 pukul 00.39 wib)
pukul 01.00 wib)
April 2016 pukul 21.32 wib)
BAB III
GAMBARAN UMUM DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN PENGAWASAN PABEAN
III.1 Latar Belakang/Sejarah Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C
(KPPBC TMPC) Teluk Nibung berlokasi di kota Tanjungbalai Asahan dengan
wilayah pengawasan meliputi Kota Tanjung Balai, Kabupaten Batu Bara,
Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penempeatan lokasi kantor di Kota
Tanjungbalai yang berdekatan dengan muara Sungai Asahan sangat strategis
dikarenakan kegiatan ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan ekspor, impor,
dan terminal, dan terminal penumpang internasional dilakukan melalui Sungai
Asahan. Dalam perkembangannya, KPPBC Tipe Madya C Teluk Nibung telah
mengalami beberapa kali transformasi. Dahulu berasma Kantor Inspeksi Bea dan
Cukai Teluk Nibung, kemudian berubah menjadi KPBC Tipe C Teluk Nibung,
selanjutnya menjadi KPPBC Tipe A3 Teluk Nibung, dan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 TANGGAL 18 Agustus 2011
Gambar 3.1 Wilayah Kerja KPPBC TMP C Teluk Nibung
III.2 Visi Misi Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai
Adapun visi dan misi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C, yaitu:
Visi :
“Menjadi administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar internasion al”.
Misi :
1. Mengamankan hak keuangan negara;
2. Memfasilitasi perdagangan;
4. Melindungi masyarakat.
III.3 Tugas dan Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
1. Tugas Pokok
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C
Teluk Nibung mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pelayanan di
bidang kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2. Fungsi Pokok
a. Industrial Assisstance; berupa :
1. Pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai;
2. Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian dokumen
kepabeanan dan cukai;
3. Pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan laporan
kepabeanan dan cukai
b. Community Protector; berupa :
1. Pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang
kepabeanan dan cukai;
2. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan
senjata api, dll.
c. Trade Facilitator; berupa :
1. Pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan
cukai;
2. Pelaksanaan administrasi kantor pengawasan dan pelayanan bea dan
cukai, dll.
d. Revenue Collector; berupa :
1. Pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, cukai, dan
pungutan negara lainnya.
III.4 Struktur Organisasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 131/KMK.01/2011
Tentang Susunan Organiasasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe Madya Pabean C dalam hal ini kantor yang berada di Teluk
Gambar 3.2 Struktur Organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung
Sumber : KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Adapun penjelasan gambar adalah sebagai berikut :
1. Subbagian Umum mempunyai tugas melaukan urusan tata usaha, kepegawaian,
keuangan dan rumah tangga Kantor Pengawasan dan Pelayanan, serta
penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas.
Dalam melaksanakan tugas, Subbagian Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, penyusunan rencana kerja dan
laporan akuntabilitas; dan
Kepala Kantor Seksi Penindakan dan Penyidikan Subseksi Intelijen Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan Seksi Perbendaharaan Subseksi Administrasi Manifest, Penerimaan, dan Jaminan Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan
Teknis
Subseksi Hanggar Pabean dan
Cukai Subseksi Pengolahan Data dan
Administrasi Dokumen Seksi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Subseksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Subbagian Umum Urusan Tata Usaha dan
b. pelaksanaan urusan keuangan, anggaran, kesejahteraan, serta rumah tangga dan
perlengkapan.
Subbagian Umum terdiri atas:
a. Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian memiliki tugas melakukan urusan tata
usaha dan kepegawaian, serta penyusunan rencana kerja dan laporan
akuntabilitas.
b. Urusan Keuangan dan Kepegawaian memiliki tugas melakukan urusan
keuangan, anggaran, dan kesejahteraan pegawai.
c. Urusan Rumah Tangga memiliki tugas melakukan urusan rumah tangga dan
perlengkapan.
2. Seksi Penindakan dan Penyidikan memiliki tugas melakukan intelijen, patroli,
dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai, penyidikan tindak pidana
kepabeanan dan cukai, serta pengelolaan dan pengadministrasian sarana
operasi, sarana komunikasi, dan senjata api.
Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Penindakan dan Penyidikan
menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan, pengolahan, penyajian, serta penyampaian informasi, dan hasil
intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;
c. pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran
peraturan perundangan-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;
d. penyidikan tindak pidana di bidang kepabenan dan cukai;
e. pemeriksaan sarana pengangkut;
f. pengawasan pembongkaran barang;
g. penghitungan bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, dan administrasi
terhadap kekurangan/kelebihan bongkar, serta denda administrasi atas
pelanggaran lainnya;
h. penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti;
i. pengumpulan data pelanggran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan
cukai;
j. pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan penyidikan di bidang
kepabeanan dan cukai; dan
k. pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan
senjata api Kantor Pengawasan dan Pelayanan.
Seksi Penindakan dan Penyidakan terdiri atas:
a. Subseksi Intelijen memiliki tugas melakukan pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan penyampaian informasi dan hasil intelijen, analisis laporan
barang, dan laporan pengawasan lainnya serta pengelolaan pangkalan data
intelijen.
b. Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi memiliki tugas melakukan pelayanan
pemeriksaan sarana pengangkut, patroli dan operasi pencegahan dan
penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan
dan cukai serta pengawasan pembongkaran barang, pengelolaan dan
pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor
Pengawasan dan Pelayanan.
c. Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan mempunyai tugas
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai,
penghitungan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan denda administrasi
terhadap kekurangan atau kelebihan bongkar dan denda administrasi atas
pelanggaran lainnya, pemantauan tindak pidana di bidang epabeanan dan
cukai, pengumpulan data pelanggaran peraturan perundang-undangan, serta
penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti.
Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan pemungutan dan
pengadministrasian bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya
yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, pelayanan kepabeanan atas sarana
Dalam melaksanakan tugas, Seksi Perbendaharaan menyelenggarakan
fungsi:
a. pengadministrasian penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, denda
administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara
lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal;
b. pengadministrasian jaminan serta pemroresan penyelesaian jaminan pengguhan
bea masuk, jaminan Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), jaminan
dalam rangka keberatan dan banding serta jaminan lainnya;
c. penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, pengurusan permintaan dan
pengembalian pita cukai;
d. penagihan dan pengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai,
denga administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, pungutan negara
lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, serta pengadministrasian dan
penyelesaian premi;
e. penerbitan dan pengadministrasian surat teguran atas kekurangan pembayaran
bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat
penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang telah jatuh tempo;
f. penerbitan dan pengadminitrasian surat paksa dan penyitaan, serta administrasi
pelelangan;
g. pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan
h. penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan
pungutan negara lainnya;
i. penerimaan dan penatausahaan rencana kedatangan sarana pengangkut dan
jadwal kedatangan sarana pengangkutan barang; dan
k. perhitungan denda adminstrasi terhadap keterlambatan penyerahan dokumen
sarana pengangkut.
Seksi Perbendaharaan terdiri atas:
a. Subseksi Administrasi Manifes, Penerimaan, dan Jaminan memilika tugas
melakukan palayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan, dan
pendistribusian rencana sarana pengangkutan, jadwal kedatangan sarana
pengangkut dan manifes, penyelesaian manifes kedatangan dan keberangkatan
sarana pengangkut, pelayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan,
pendistribusian, dan penyelesaian dokumen pemberitahuan pengangkut barang
serta penghitungan denda administrasi terhadap keterlambatan penyerahan
dokumen sarana pengangkutan, melakukan pengadministrasian penerimaan
bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat
penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal, penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, dan pengurusan
permintaan pita cukai, pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan
impor kendaraan bermotor, penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk,
bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya, pelayanan fasilitas
pengadministrasian jaminan dan pemroresan jaminan penangguhan bea masuk,
jaminan PPJK, jaminan dalam rangka kebertan dan banding serta jaminan
lainnya.
b. Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian.memilikitugas melakukan
penagihan kekurangan pembayran bea masuk, bea keluar, cukai, denda
administrasi, bunga, sewa Tempat Penimbunan Pabean dan punguatn negara
lainna yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, penerbitan dan
pengadministrasian surat teguran, surat paksa, penyitaan dan
pengadministrasian pelelangan, pengadministrasian dan penyelesaian premi,
serta pengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, denda
administrasi, bunga, sewa temoat penimbunan pabean, pita, denda, dan
pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal.
Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis mempunyai
tugas melakukan pelayanan teknis dan fasilitas serta dukungan teknis di bidang
kepabeanan dan cukai, melakukan pengoperasian komputer dan sarana
penunjangnya, pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan
dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data
kepabeanan dan cukai, penerimaan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan
Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan
Dukungan Teknis menyelenggarakan fungsi:
a. pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan dancukai;
b. penelitian pemberitahuan impor, ekspor, dokumen cukai;
c. pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan pengoperasian
sarana deteksi;
d. penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar,
nilai pabean dan fasilitas impor serta penelitian kebenaran penghitungan bea
masuk, bea keluar, cukai, pajak dalam rangka impor dan pungutan negara
lainnya;
e. penetapan klasifikasi barang , tarif bea masuk, tarif bea keluar dan nilai
pabean;
f. Pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
g. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbubab
Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean;
h. Pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang
ekspor ke sarana pengangkut ;
i. Pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai;
k. Pemeriksaan Pengusaha Barang Kena Cukai, buku daftar dan dokumen yang
berhubungan dengan barang kena cukai;
l. Pelaksanaan pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar barang
kena cukai;
m. Pengelolaan tempat penimbunan pabean;
n. Penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat
Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean;
o. Pelaksanaan urusan penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara;
p. Penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang
dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara;
q. Pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang
yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara atau busuk;
r. Pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik,
pengolahan data kapabean dan cukai, serta penyajian data dan file;
s. Pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik,
pengolahan data kapabean dan cukai, serta penyajian data kapabean dan cukai;
t. Melakukan penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian dokumen
Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis terdiri:
a. Subseksi Hanggar Pabean dan Cukai memiliki tugas melakukan pelayanan
fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan, penelitian pemberitahuan impor
dan ekspor, pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan
pengeperasian sarana deteksi, penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif
bea masuk, tarif bea keluar, cukai, dan pajak dalam rangka impor dan pungutan
negara lainnya, penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar
dan nilai pabean, pelayanan dan pengawasan pemasukan dan pengeluaran
barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean,
pelayanan dan pengawsan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang
ekspor ke saran pengaangkut, pengelolaan tempat penimbunan pabean,
penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat
Penimbunan Berikat, pelaksanaan urusan pennyelesaian barang yang
dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang
menjadi milik negara, penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak
dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara,
pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
barang yang dikuasai, dan barang yang menjadi milik negara dan atau busuk,
pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang cukai, penatausahaan dan penelitian
pemberitahuan dokumen cukai dan Pengusaha Barang Kena Cukai, penelitian
kebenaran penghitungan cukai dan pungutan negara lainnya, pelaksanaan
urusan pembukuan dokumen cukai, pelaksanaan urusan pemusnahan dan
dan dokumen yang berhubungan dengan barang kena cukai, serta pelaksanaan
pengawasan an pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai.
b. Subseksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen melakukan tugas
pengoperasian komputer dan saran penunjangnya, pengelolaan dan
penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis komunikasi data,
pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan dan cukai, serta
penyajian data kepabeanan dan cukai, melakukan pnerimaan, penelitian
kelengkapan data pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai.
Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengawasan
pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di lingkungan Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai dan bimbingan kepatuhan, konsultasi, dan layanan
informasi di bidang kepabeanan dan cukai.
Dalam melaksanakan tugas nya, Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan
menyelenggarakan fungsi:
a. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepebanan dan cukai;
b. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang administrasi;
c. pengawasan pelaksanaan tugas intelijen, penindakan dan penyidikan di bidang
kepabeanan dan cukai;
d. evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai;
f. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional dan pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat;
g. penyuluhan dan publikasi peraturan perundangan-undangan di bidang
kepabeanan dan cukai;
h. pelayanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai;
i. bimbingan kepatuhan pengguna jasa di bidang kepabeanan dan cukai; dan
j. konsultasi di bidang kepabeanan dan cukai.
Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan terdiri atas:
a. Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas memiliki tugas melakukan
pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja serta penyiapan bahan
rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan,
cukai, dan administrasi, bidang intelijen, penindakan, penyidikan tindak pidana
di bidang kepabenana dan cukai, serta pelaporan dan pemantauan tindak lanjut
hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.
b. Subseksi Penyuluhan dan Layanan Informasi mempunyai tugas melakukan
penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan dan cukai dan melakukan pelayanan informasi, bimbingan dan
III.4 Pengawasan Pabean
Pengawasan Pabean sebagai metode untuk mencegah dan mendeteksi
adanya pelanggaran kepabeanan.
A. Pengawasan Dalam Registrasi Importir
1. Registrasi Importir adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan oleh importir
ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untu mendapatkan Nomor Identitas
Kepabeanan (NIK).
2. NIK adalah nomor identitasi yang bersifat pribadi yang diberikan oleh DJBC
kepada importir yang telah melakukan registrasi yntyk mengakses atau
berhubungan dengan sistem kepabenan yang menggunakan teknologi
informasi maupun secara manual.
3. Surat Pemberitahuan Registrasi (SPR) adalah surat pemberitahuan telah
memenuhi syarat registrasi importir yang berisi NIK.
Tata Cara mendapat SPR :
1. Untuk melakukan registrasi importir, importir mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal dengan mengisi formulir isian yang meliputi data
tentang :
a. eksistensi
b. identitas pengurus dan penanggung jawab
d. kepastian penyelenggaraan pembukuan
2. Formulir isian disampaikan melalui situs resmi Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
3. Pejabat Bea dan Cukai melakukan penelitian formulir isian, meliputi
penelitian administrasi dan dapat dilakukan pemeriksaan lapangan.
4. Hasil registrasi importasi diberitahukan kepada importir paling lama 30 (tiga
puluh) hari diterimanya Formulir Isian secara lengkap dan benar.
5. Terhadap Importir yang tidak memenuhi ketentuan, diberikan pemberitahuan
disertai alasan yang jelas melalui situs resmi Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
Setiap perubahan data mengenai alamat dan/atau identitas pengeurus dan
penganggung jawab dan/atau jenis usaha dalam formulir isian (pada waktu
diajukan registrasi) wajib diberitahukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai u.p Direktur Audit.
B. Pengawasan Pabean Dalam Mekanisme Arus Pengeuaran Barang Impor
1. Pemberitahuan Pabean
a. Saat Kedatanan Sarana Pengangkut
Sarana Pengangkut dan muatannya yang memasuki daerah pabean
diwajibkan memberitahukan kedatangannya, yaitu dengan cara membuat
udara yaitu saat mendarat di landasan bandar udara. Pemberitahuan Pabean ini
dapat diartikan sebagai pelaporan yang dilakukan paling lambat delapan jam sejak
kedatangan sarana pengangkut melalui udara.
b. Tata Cara dan Dokumen
Sebelum sarana pengangkut tibda di pelabuhan tujuan, perusahaan
pengangkutan atau agennya berkewajiban untuk :
- Menyerahkan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut
(RKSP) secara tertullis dalam rangkap dua lembar atau melalui media
elektronik kepada Pejabat manifest di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
pelabuhan tujuan
Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut tersebut juga harus
dilengkapi dengan :
- Manifest yaitu semua barang/muatan yang diangkut didalam sarana pengangkut,
dapat diketahui secara rincimengenai jenis, jumlah, berat barang, nama
consignee,notify party, alamat, carrier, dan lainnya.
- Pelabuhan asal
- Pelabuhan tujuan
- Rencana tanggal kedatangan
- Daftar penumpang dan atau awak sarana pengangkut
Setelah penyerahan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut,
akan diberikan bukti penerimaan yang merupakan persetujuan pembongkaran
barang impor.
C. Pembongkaran
Pembongkaran adalah menurunkan muatan sarana pengangkut yang datang
dari luar daerah pabean untuk selanjutnya dibawa ke tempat penimbunan
sementara atau tempat penimbunan lainnya. Pembongkaran harus atas
permohonan pemilik barang/pengusaha/agen sarana pengangkut dan mendapatkan
izin dari kepala kantor pabean. Jangka waktu pelaksanaan pembongkaran adalah
paling lambat delapan jam sejak kedatangan sarana pengangkut melalui udara.
Jangka waktu pelaksanaan pembongkaran dibatasi dengan pertimbangan bahwa
kelancaran arus barang akan terhambat apabila kegiatan tersebut tidak segera
dilaksanakan.
D. Penimbunan
Penimbunan diartikan sebagai kegiatan menyimpan barang untuk sementara
waktu dengan tujuan untuk dipindahkan ke tempat lainnya. Barangbarang impor
yang datang dari luar daerah pabean dan setelah dibongkar, harus ditimbun di
tempat-tempat yang telah ditentukan. Adapun tempat-tempat penimbunan adalah
Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara, Gudang Berikat, Gudang
E. Pemeriksaan Pabean
Pemeriksaan pabean dimaksudkan sebagai pemeriksaan yang dilakukan
berkaitan dengan pemasukan barang/impor. Pemeriksaan Pabean mencakup :
1. Pemeriksaan Administrasi, yaitu penelitian yang berkisar atas kelengkapan
dokumen-dokumen induk dan pelengkap, cara pengisian pemberitahuan
kebenaran nilai pabean/tarif, biaya pengangkutan, asuransi dan lainnya.
2. Pemeriksaan fisik atas barang dilakukan untuk mengetahui kebenaran
pemberitahuan jenis, jumlah, tipe, bahan, dan sebagainya. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh Pejabat Pabean merupakan suatu sistem dan tata laksana dibidang
pabean. Pemberitahuan menganut prinsip selfassessment dan dikaji dalam sistem
pemeriksaan. Pemeriksaan administrasi dapat dilaksanakan melalui sistem EDI
(Electronic Data Interchange), atau dikenal dengan sistem pertukaran data
elektronik. Adapun prosedur dalam pemeriksaan administrasi yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pertama, memasukkan data-data importasi barang ke dalam disket, kemudian
menyerahkan kepada pabean beserta dokumen pelengkap dan bukti pembayaran
untuk diteliti.
b. Kedua, importir mempunyai hubungan langsung (on line) melalui komputer
dengan kantor Pelayanan Pabean di pelabuhan pembongkaran dan mentransfer
data-data ke dalam Pemberitahuan Impor Barang melalui program aplikasi PIB
dan mencetak (print
c. Ketiga, menggunakan jasa dari penyedia jasa EDI di tempat-tempat tertentu dan
mempunyai hubungan (link) ke sistem komputer di Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai.
Secara cepat data-data tersebut akan direspons, berupa penolakan atau reject
yang berarti bahwa PIB harus diperbaiki atau dilengkapi, perlu ditambah kalau
ada kekurangan dokumen yang diperlukan. Jika diterima atau accepted, PIB
tersebut akan diberikan nomor pendaftaran oleh Pejabat yang mengelola sistem
tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui jumlah dan jenis barang
impor yang diperiksa. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui Hi Co Scan
yaitu alat penerawang dengan teknologi tinggi, tanpa membuka peti kemas dan
cukup memasukkan truk pengangkut peti kemas yang berisi barang-barang impor
ke dalam ruang penerawang berdaya tinggi. Kegiatan ini merupakan kegiatan
untuk mencocokkan antara yang diberitahukan dengan kenyataan fisik yang
sebenarnya dan mencegah adanya :
a. Uraian barang yang tidak benar (misdiscription)
b. Barang yang tidak diberitahukan (unreported)
c. Kesalahan pemberitahuan negara asal
e. Barang yang termasuk dilarang/dibatasi
f. Pemberitahuan klasifikasi barang dan nilai pabean yang tidak benar
Pemeriksaan fisik atas barang impor yang dikemas dalam kemasan
a. Dalam hal jumlah petikemas 5(lima) atau kurang, pemeriksaan fisik sebesar 10
% (sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah kemasan
yang diberitahukan, dengan jumlah minimal dua kemasan.
b. Dalam hal jumlah kemasan lebih dari 5(lima), pemeriksaan fisik dilakukan
sebesar 10% (sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah
petikemas yang diberitahukan, dengan jumlah minimal 1(satu) peti kemas.
Pemeriksaan fisik 10%(sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) ditingkatkan
menjadi 100% (seratus persen) dalam hal :
1. Jumlah atau jenis barang di packing list tidak jelas
2. Barang impor tidak dikemas dalam kemasan yang bernomor
3. Jumlah dan/atau nomor kemasan tidak sesuai dengan packing list
4. Jumlah dan/atau jenis barang yang diperiksa kedapatan tidak sesuai dengan
packing list.
Pemeriksaan fisik 100% (seratus persen) dilakukan terhadap :
a. Pemeriksaan fisik karena jabatan
b. Terhadap barang impor terkena Nota Hasil Intelijen
c. Barang impor dalam bentuk curah
F. Pengeluaran Barang dari Kawasan Pabean
Pengeluaran barang dimaksudkan sebagi pengeluaran dari Tempat
Penimbunan Sementara atau tempat-tempat lainnya, dengan tujuan untuk
ditimbun, disimpan atau dikeluarkan ke peredaran bebas. Pengeluaran dari
• Pengeluaran barang dilakukan setelah importir menyerahkan pemberitahuan
pabean
• Pengisian pemberitahuan diterapkan azas self assessment yaitu menghitung,
melaporkan, dan membayar sendiri bea masuk serta pungutan dalam rangka
impor yang harus dilunasi.
Pelaksanaan asas self assessment ini bertujuan untuk mempermudah
importir dalam mengurus barang-barangnya, menyederhanakan prosedur
penelitian administrasi dan kelancaran arus barang.
-BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi manajemen risiko
di bidang impor di KPPBC Teluk Nibung Tanjungbalai dari berbagai informan,
baik informan kunci, informan utama, maupun informan tambahan yakni beberapa
pegawai di Teluk Nibung Tanjungbalai selaku pihak yang mengimplementasikan
manajemen risiko dalam memfasilitasi kegiatan impor, maka dalam bab ini
penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian
di lapangan untuk selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah
dipaparkan di bab sebelumnya.
Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses
wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan
secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Irawan
selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I.
Informan utama terdiri dari empat orang yaitu Bapak Aulia Arif Nasution
selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan,Bapak Andi Suhendri selaku Kasubsi
Perbendaharaan, Bapak Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa, Bapak
Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara
merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun
oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaan-pertanyaan yang
ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut berkembang sesuai
Inti usaha Bea dan Cukai dalam hal pengawasan dan pelayanan sangat
terkait dengan manajemen risiko. Fungsi pengawasan dan pelayanan yang
dilakukan oleh Bea dan cukai bisa dikatakan saling kontradikftif. Pengawasan
berhubungan dengan tugas untuk memastikan pergerakan arus barang dan
dokumen sesuai dengan hukum yang berlaku, pengomptimalan penerimaan
negara, sedangkan pelayanan berhubungan dengan kelancaran arus barang.
Sehingga dibutuhkan sebuah terobosan untuk menjalankan kedua fungsi tersebut
secara berdampingan. Penetapan jalur merah, kuning, hijau, dan sebagainya
merupakan bagian dari implementasi manajemen risiko. Manajemen risiko telah
lama dilaksanakan sejak berlakunya Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan dalam pelayanan kepada pihak yang menggunakan jasa kepabeanan.
Implementasi manajemen risiko ini banyak kebijakan, peraturan hingga
undang-undang yang mengatur Bea dan Cukai.
IV.1 Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Sebagai perpanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pusat
yang berlokasi di Jakarta, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan merupakan dasar hukum Bea Cukai melaksanakan tugas dan
fungsinya. Untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko di Kantor
Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung
berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti. Mengenai prinsip “patuh terhadap
peraturan perundang-undangan”, berikut pernyataan dari informan Bapak Irawan
selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai:
“Manajemen risiko ini merupakan pendekatan yang efektif dan efisien dalam hal pengawasan barang impor. Manajemen risiko memiliki output penjaluran yaitu hijau, kuning, merah untuk di KPPBC TMP C Teluk Nibung. Pengawasan ini sudah diatur dalam peraturan kementerian keuangan dan peraturan direktorat jenderal bea dan cukai.”
Bea dan Cukai dalam pelaksanaan tugasnya berdasarkan kepada
peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan undang-undang tentang segala kegiatan
impor, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh importir tentunya begitu akan
diterapkan sanksi pidana maupun sanksi administrasi kepada setiap pelanggar.
Dalam pengendalian risiko juga Bea dan Cukai menggunakan INSW untuk
pengawasan terhadap impor barang larangan dan/atau pembatasan. Dalam
kecepatan pemeriksaan Bea dan Cukai mengacu kepada peraturan tentang
manajemen risiko yang telah diputuskan dalam beberapa jalur.
Prinsip manajemen risiko yang kedua adalah “memiliki orientasi jangka
panjang”. Berikut pernyataan Bapak Irawan Bapak Irawan selaku Kasubsi
Hanggar Pabean dan Cukai:
dievaluasi secara terus menerus sehingga mempengaruhi track record importir itu sendiri. Dari track record itu maka akan diputuskan ke jalur apa kegiatan impor itu harus diletakkan. Jadi, kegiatan impor selalu diupdate dari track record importir tersebut.
Bea dan Cukai menerapkan manajemen risiko untuk orientasi waktu yang
panjang. Dengan manajemen risiko maka setiap pelanggaran dalam kegiatan
impor akan berdampak dalam track record profil importir tersebut. Track Record
profil imporir tersebut akan dianalisa untuk diletakkan ke jalur importir yang baik
atau buruk. Pengendalian risiko ini tentunya sangat bepengaruh akan kekuatan
wilayah Indonesia untuk meblokir barang-barang ilegal, hak-hak negara yang
didapat dari importir akan maksimal sehingga akan berdampak pada pendapatan
negara yang lebih optimal.
Prinsip yang ketiga adalah manajemen risiko itu “berimbang”. Berikut
pernyataan dari Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai:
barang-barang importir tersebut. Importir juga diwajibkan membuat dan mengisi atau mentransfer data pemberitahuan pabean secara manual maupun elektronik sebelum mengeluarkan barang-barang impornya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemberitahuan ini yang disebut dengan Pemberitahuan Impor Barang dan Pemberitahuan Ekspor Barang. Dalam pemeriksaan barang yang dilakukan dalam rangka pengendalian risiko, jalur hijau, kuning, dan merah yang telah ditetapkan akan membuat tugas pejabat bea cukai menjadi efektif dan efisien yang berarti pejabat bea cukai tidak perlu memeriksa semua barang yang telah sampai di pelabuhan karena akan menimbulkan banyak kerugian seperti penimbunan barang karena ruang yang terbatas, kekurangan petugas untuk memeriksa, dan memperlambat ketersediaan barang di pasar. Dengan penerapan jalur tersebut maka barang-barang impor akan cepat untuk diperiksa tanpa menimbulkan kongesti (penumpukan barang akibat pemeriksaan yang lambat).”
Prinsip ini memiliki arti bahwa setiap pelayanan untuk kegiatan impor
diberikan secara adil dan tidak mendahulukan kepentingan-kepentingan tertentu.
Para pengguna jasa (importir) diwajibkan melakukan self assesment yaitu
menghitung, menetapkan dan membayar sendiri pungutan yang harus dibayarkan
kepada bea dan cukai. Jika importir tidak bisa melakukan kewajiban itu, maka
boleh diberikan kepada PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk
menghitung bea atas barang-barang importir tersebut. Importir juga diwajibkan
elektronik kepada bea cukai sesuai peraturan yang berlaku. Pemberitahuan ini
akan ditindaklanjuti bea dan cukai untuk dilakukan pemeriksaan terhadap
barang-barang tersebut sebelum dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan manajemen risiko sesuai dengan outputnya
jalur hijau, kuning, dan merah untuk menciptakan kondisi pekerjaan yang efektif
dan efisien. Untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan barang akibat petugas
bea cukai yang sedikit dibandingkan jumlah barang, kelambatan pemeriksaan, dan
kerugian-kerugian lainnya.
IV.2 Implementasi Manajemen Risiko Bidang Impor di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Dalam pengimplementasian kebijakan maka peneliti menggunakan teori
dari George Edward III untuk menganalisis manajemen risiko ini. Ada empat
variabel yang digunakan dalam teori ini, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi,
dan struktur birokrasi. Dengan menggunakan empat variabel ini, akan dihasilkan
penjelasan tentang penerapan manajemen risiko di bidang impor yang telah di
laksanakan oleh KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai.
A. Komunikasi
Komunikasi yang efektif antara pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan,
dan kelompok sasaran akan mempermudah pencapaaian tujuan dari implementasi
kebijakan. Komunikasi meliputi transmisi, kejelasan informasi, dan konsistensi
informasi. Untuk mengetahui keberhasilan komunikasi dalam proses
terjadi antara pembuat kebijakan kepada implementor kebijakan. Kejelasan
informasi yang disampaikan kepada pelaksana mutlak harus dipahami agar
kebijakan yang telah dibuat dapat dijalankan dengan baik. Kemudian, konsistensi
informasi yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan harus benar dan akurat
agar tidak terjadi keraguan yang dapat merugikan sebuah organisasi pemerintah
dikarenakan ketidaktegasan dalam mengambil keputusan yang baik dan benar.
Berdasarkan data hasil wawancara dengan Bapak Irawan selaku Kasubsi
Hanggar Pabean dan Cukai I mengenai proses komunikasi yang terjadi dalam
pengawasan dan pelayanan di bidang impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung
Tanjungbalai terjalin dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan beliau :
“Komunikasi yang baik antara petugas dalam setiap seksi dari pelayanan dan pengawasan di bidang impor. Koordinasi tiap seksi untuk kegiatan impor telah berjalan sesuai SOP yang telah ada. Tidak terdapat kendala karena semuanya telah terukur dari pihak KPPBC, hanya melaksanakannya. Jadi, setiap tugas yang telah diembankan bisa kami laksanakan secara individu maupun berkerjasama antar seksi”
Dari pengamatan peneliti di lokasi, terlihat kesibukan para pegawai dengan
perangkat bantu tugasnya masing-masing seperti meja kerja, komputer, alat tulis,
pedoman-pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Tidak seperti para pegawai
negeri sipil yang biasa terlihat di kantor Pemda yang terkesan berleha-leha di
ruang berkumpul yang pernah peneliti amati.
Di KPPBC TMP C Teluk Nibung ini terlihat para pegawai mengerjakan
tugas dan fungsi mereka sesuai dengan jabatannya. Dari pengamatan yang telah
memegang berkas-berkas yang perlu ditangani dan memberikan perhatian hingga
pengarahan kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Dalam pelaksanaan pengawasan dan penelitian kegiatan impor, KPPBC
TMP C mendapatkan Pemberitahuan Impor Barang untuk dilakukan pengawasan
dan penelitian terhadap barang dan dokumen untuk mengantisipasi risiko yang
tidak dapat dilakukan oleh DJBC Pusat. Dikarenakan pihak KPPBC TMP C lebih
mendalami permasalahan yang ada di lapangan sehingga dituntut untuk
memberikan laporan kepada DJBC Pusat atas permasalahan-permasalahan yang
terjadi untuk di evaluasi risikonya. Instruksi yang jelas diberikan dalam
pemeriksaan risiko atas barang-barang impor kepada pelaksana pemeriksa. Ketika
Pemberitahuan Impor Barang datang, maka pelaksana pemeriksa akan melakukan
pengawasan dan penelitian atas risiko barang-barang yang telah sampai di
pelabuhan dan telah di timbun di gudang penyimpanan sementara. Hal tersebut
dikatakan oleh Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa :
“Instruksi pemeriksaan barang impor diberikan saat saat kapal datang setelah bongkar dari kapal dan dimasukkan ke gudang/tempat penimbunan sementara, sesuai dengan manifes tadi barang baru diperiksa.”
Terkait dengan koordinasi dengan lembaga lain mengenai risiko yang ada di
dalam kegiatan impor, Bea Cukai bekerjasama dengan pihak aparat lainnya dan
mengumpulkan berbagai informasi intelijen agar dapat melakukan penindakan
atas pelanggaran oleh importir. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan
penerapan manajemen risiko sehingga mampu memberikan efek jera kepada
importir yang kurang baik track recordnya. Hal ini disebutkan oleh Bapak Aulia
“Pihak kami bekerja sama dengan instansi lain dalam melakukan penindakan hukum atas pelanggaran yang terjadi. Terkait dengan penerimaan negara maupun penegakan hukum serta pengawasan, kita berkoordinasi dengan pihak aparat lainnya dan menggalang informasi intelijen agar dapat melakukan penindakan atas pelanggatan yang terjadi.”
Komunikasi yang jelas dan konsisten yang berada di internal KPPBC TMP
C Teluk Nibung Tanjungbalai terjalin dengan baik sehingga para pelaksa mampu
mengerti instruksi pengawasan dan penelitian kegiatan impor, begitu juga dengan
koordinasi dengan instansi pemerintah yang lain terjalin dengan baik sehingga
mampu menindak dan menyidik risiko-risiko yang dapat merugikan dan juga
memberikan efek jera bagi importir yang nakal.
B. Sumber Daya
Kelancaran dalam pengimplementasian kebijakan membutuhkan dukungan
sumber daya manusia yang berkompetensi dan sumberdaya finansial yang
dianggarkan dengan tepat. Tanpa sumberdaya yang mencukupi, maka kebijakan
akan sulit untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien. Meskipun isi kebijakan
telah dikomunikasikan secara jelas dan tepat, tetapi jika implementor masih
memiliki kekurangan dari segi sumber daya, maka kebijakan tidak akan berjalan
dengan baik. Sumber daya ini meliuti jumlah staf, keahlian dari para pelaksana,
informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan, dan
pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya
kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana
yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai
Berdasarkan data sekunder yang peneliti dapatkan mengenai para pegawai
di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai, para pegawai didominasi oleh
lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) jurusan Bea dan Cukai yang
menjabat sebagai Pelaksana Pemeriksa, Kasubsi, Kasi, Kaur, Kasubag, Hingga
Kepala Kantor. Kemudian, pegawai lainnya merupakan lulusan dari Sekolah
Tinggi Lanjutan Atas (SLTA) yang pada umumnya menjadi Pelaksana Pemeriksa
di seksi berbagai seksi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat berada di
dalam ruangan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis, peneliti melihat dan
mendengar saat pejabat bea cukai berbicara dengan seseorang yang mengurus
biaya pabean, mereka membicarakan biaya pembayaran yang harus disetorkan
kepada bea can cukai, peneliti mengamati pejabat tersebut sangat cepat
menghitung biaya yang harus dibayarkan tersebut. Begitu juga saat peneliti
mengamati seorang pegawai yang bernama Nukman Manalu mengambil lembaran
pedoman Kurs yang berubah-ubah setiap saat untuk dipakai saat dilapangan untuk
menghitung biaya-biaya yang harus didapatkan dan disetor ke pabean.
Ada permasalahan yang peneliti dapatkan melalui informan bernama Aulia
Nasution selaku Aulia Arif Nasution Kasubsi Penindakan dan Penyidikan
mengenai jumlah personil yang kurang mencukupi untuk Seksi yang dijabatinya,
dikarenakan terlalu banyak tugas yang diemban seksi tersebut, dari tugas di
dalam kantor hingga tugas patroli di laut dalam rangka mengawasi
penyelundupan.
Kecukupan jumlah pegawai dalam melaksanakan beban kerja perlu
disesuaikan agar tidak terjadi kelebihan beban kerja maupun kelebihan jumlah
pegawai untuk beban kerja yang sedikit. Jumlah pegawai yang sesuai dengan
beban kerja akan mempengaruhi kinerja sebuah organisasi.
Selain sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga menentukan dalam
keberhasilan implementasi sebuah kebijakan. Keberhasilan sumberdaya manusia
dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh keberadaan sarana dan prasarana.
Banyak Sarana dan prasarana yang dimiliki KPPBC TMP C Teluk Nibung
Tanjungbalai dalam pencapaian visi misnya. Sarana seperti kapal patroli,
kendaraan dinas, komputer, meja kerja, dan sebagainya. Prasarana seperti gedung
kantor, gedung penimbunan, ruangan kerja, aula, X-Ray, dan sebagainya. Terkait
dengan penerapan manajemen risiko saat pemeriksaan barang impor. Sarana dan
prasarana digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas pemeriksaan seperti
yang disebutkan oleh Bapak Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa :
“Untuk mendukung tugas pemeriksaan yang akan dilakukan di sini ada sumberdaya manusia ditambah peralatan pemeriksaan contohnya fourclift, tenaga orang untuk memindahkan barang biar bisa diperiksa, baru alat-alat untuk menunjang pemeriksaan barang. Jika ada barang mencurigakan di gudang penyimpanan sementara baru kadang dipakai anjing pelacak.”
Untuk meningkatkan kehandalan para pegawai, maka kegiatan
pelatihan/diklat perlu dilaksanakan. Seperti yang disebutkan oleh Bapak Aulia
“Diklat dalam kegiatan intelijen analis maupun taktis dapat memilah profil pengguna jasa yang juga sebagai bagian dari manajemen risiko.”
Berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh KPPBC TMP C Teluk Nibung
Tanjungbalai masih memiliki kekurangan untuk pelaksanaan tugasnya. Terlebih
pada formasi di Seksi Penindakan dan Penyidikan yang terasa kekurangan jumlah
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
C. Disposisi
Kebijakan yang berjalan dengan efektif membutuhkan hubungan yang
saling mendukung antara pembuat kebijakan dengan para pelaksana kebijakan
(implementor). Disposisi ini menyangkut karakter yang dimiliki oleh implementor
yaitu dari segi komitmen dan kejujuran saat mengimplementasikan suatu
kebijakan.
Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan setiap informan
menunjukkan sikap yang baik dengan tidak ada penolakan dari para pegawai
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pengawasan dan pelayanan bidang
impor. Karena semuanya sudah diatur dalam SOP sehingga tugas-tugas yang
diemban wajib dilaksanakan dengan baik. Hal itu terbukti dengan pernyataan dari
Bapak Irawan selaku informan kunci bahwa hampir tidak ada kendala dalam
pelaksanaan tugas-tugas yang diemban dalam pengawasan dan pelayanan di
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh saat di lokasi penelitian, setiap
pegawai di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai Asahan melaksanakan
tugas-tugasnya secara maksimal. Hal itu dapat dilihat dari kesibukan-kesibukan
diantara pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
D. Struktur Birokrasi
Variabel terkahir dalam proses implementasi adalah struktur birokrasi.
Birokrasi merupakan alat yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan
pelayananan publik dan perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan. Struktur
birokrasi yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan (implementor) mempengaruhi
lancar tidaknya sebuah implementasi. Pada umumnya birokrasi yang panjang dan
berbelit akan menciptakan kualitas pelayanan publik yang tidak baik. Sehingga
dalam pelayanan publik diperlukan struktur birokrasi yang efektif dan efisien.
Aparat birokrasi yang ideal adalah aparat birokrasi yang tidak dibebani oleh
tugas-tugas kantor lain diluar tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, aparat
yang ideal seharusnya juga tidak memiliki pekerjaan atau kegiatan lain, seperti
pekerjaan sambilan di luar pekerjaan kantor yang dapat mengganggu kewajiban
tugas-tugas penyelenggaraan pelayanan. Kinerja pelayanan aparat birokrasi akan
dapat maksimal apabila semua waktu dan konsentrasi untuk melayani masyarakat.
Dalam hal ini, Bea dan Cukai yang berada di bawah naungan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia sebagai alat yang digunakan pemerintah untuk
memungut hak-hak negara dari berbagai pajak dan sebagai pintu masuk dan
memiliki struktur organisasi yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 131/PMK.01/2011 tentang organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu Sub Bagian Umum, Seksi Penindakan
dan Penyidikan, Seksi Perbendaharaan Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
dan Dukungan Teknis, Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan, Kelompok Jabatan
Fungsional. Dalam Menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayanan
ekspor dan impor KPPBC TMP C Teluk Nibung berupaya untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Struktur organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai yang relatif
pendek mendukung proses implementasi manajemen risiko dalam kegiatan impor.
Karena dengan struktur yang jelas tugas dan fungsinya dan relatif pendek
memberikan kemudahan bagi Kepala Kantor maupun Kasi atau Kasub untuk
mengkoordinir dan mengawasi bawahnya.
IV.2.1 Manajemen Risiko di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Manajemen risiko yang berkembang sejak tahun 1970 di negara-negara
maju dan baru diterapkan di Indonesia pada akhir tahun 2005, telah dikenal dalam
lingkungan DJBC sejak tahun delapan puluhan. Risiko dapat diperkirakan dan
dihitung melalui analisis resiko berdasarkan teori probabilitas. Manajemen risiko
merupakan penerapan prosedur manajemen secara sistematik untuk
mengidentifikasikan, menganalisis, menghitung/memperkirakan, serta mengambil
diterapkan untuk mempermudah tugas inti Bea Cukai yaitu memeriksa barang
yang masuk daerah pelabuhan agar risiko-risiko pelanggaran bisa diperkecil dan
juga tidak menghambat proses perdagangan internasional dikarenakan
pemeriksaan yang lambat. Seperti wawancara peneliti kepada Bapak Irawan
selaku Kasubsi Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I :
“Ini kan wilayah pabean kita, jadi barang-barang yang masuk ke sini sudah dianggap barang impor, wajib bayar kalau barang akan dipakai. Karena Bea Cukai tugas intinya memeriksa barang agar tidak ada pelanggaran dan tugas inti ini gak boleh menghambat perdagangan internasional maka diperlukan penjaluran impor barang sesuai manajemen risiko yang telah ditentukan Bea Cukai pusat yang di Jakarta. Kalau udah dikasih jalur kan meriksa nya lebih cepat. Ada jalur hijau, kuning, merah. Sekali Pemberitahuan Impor Barang masuk ke kantor itu kan ratusan box yang sampai dipelabuhan, kan gak mungkin diperiksa satu-persatu dengan jumlah petugas yang terbatas. Kalau importir mangeluarkan barangnya dari pelabuhan harus ada izin dari Bea Cukai dulu. Di semua negara juga begitu, gak diperiksa semua barang yang masuk.
Berikut adalah sistem manajemen risiko :
1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, identifikasi risiko apa saja yang akan dihadapi. Adapun
Pihak berkepentingan ini adalah pengirim barang, penerima barang, sarana
pengangkut, pelabuhan tujuan, pemerintah, dan manajemen itu sendiri.
2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, kuantitas risiko dan kualitas
risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang
rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemngkinan suatu risiko
muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula
risikonya. Penetapan tingkat risiko ini dilakukan dengan membagi risiko ke dalam
tiga tingkatan, yaitu Hi-risk, Medium-risk, dan Low-risk.
3. Solusi Manajemen Risiko
Ada beberapa model yang bisa diterpkan dalam mengelola risiko. Ada yang
pengelolaan risiko secara teknikal, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan.
4. Evaluasi dan Audit
Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana. Selain itujuga, risiko itu sendiri berkembang
monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap
5. Pengukuran Kinerja
Model yang diterapkan sesuai dengan tujuan pengelolaan risiko. Perubahan
ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas
risiko.
6. Tinjauan
Dapat diartikan sebagai penilaian kembali atas objek, sistem, dan solusi
yang diberikan oleh manajemen. Dalam tinjauan ini juga dapat dipertimbangkan
dalam hal penerapan sistem yang belum tepat serta peningkatan solusi dalam
manajemen risiko. Skema manajemen risiko ini sebagai suatu rangkaian yang
[image:43.595.171.424.429.685.2]berulang.
Gambar 4.1 Skema Manajemen Risiko Sumber: DJBC 1. Identifikasi
Risiko
2. Pengukuran
Risiko
3. Solusi Manajemen
Risiko
4. Evaluasi dan Audit 5.
Adapun informasi yang didapat dari informan tentu terkait dengan
penerapan manajemen risiko di bidang impor di KPPBC Teluk Nibung
Tanjungbalai. Dalam perdagangan internasional, dalam hal ini kegiatan impor
sangat berkaitan dengan peran dan fungsi Bea dan Cukai sebagai “pintu utama”
masuk ke wilayah Indonesia. Tentunya kegiatan impor memiliki berbagai
ancaman yang dapat mengganggu hingga membahayakan wilayah Indonesia
seperti berlebihnya jumlah komoditas di pasar yang dapat mengganggu kestabilan
pasar, terjadi penyelundupan yang termasuk ke dalam kegiatan impor ilegal,
penerimaan pajak atas impor yang tidak sesuai yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya hak-hak negara secara maksimal, dan sebagainya. Untuk itu
diperlukan sebuah terobosan untuk menghadapinya.
Bea dan Cukai sebagai “ujung tombak” yang terbiasa menghadapi berbagai
risiko ini memerlukan suatu praktik ilmu yang jitu untuk diterapkan. Manajemen
risiko merupakan suatu praktik ilmu yang jitu dalam usaha mencegah dan
menangangi risiko. Penerapan manajemen risiko di bidang impor mampu
memperkecil/mehilangkan risiko pelanggaran yang akan masuk ke dalam wilayah
pabean Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan
selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:
Dengan mengimplementasikan manajemen risiko, Bea dan cukai mampu
mengantisipasi dan menangani risiko dalam kegiatan impor secara efektif dan
efisien. Tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan dokumen
hingga komoditi impor secara efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas
yang dimiliki Bea dan Cukai. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak
Aulia Nasution sebagai Kasubsi Penindakan dan Penyidikan:
“Tujuan penerapan manajemen risiko adalah agar pelaksanaan pekerjaan pengawasan dalam kegiatan impor dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas.”
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku
Pelaksana Pemeriksa:
“Tujuan untuk mengantisipasi dan menangani risiko adanya kesalahan dalam hal impor secara efektif dan efisien, mampu untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko dalam kegiatan impor, mampu mengintegrasikan proses manajemen risiko ke dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kerja untuk mengurangi risiko pelanggaran dalam impor.”
Risiko adalah suatu ketidakpastian yang dapat merugikan sebuah organisasi
dalam menyukseskan visi dan misinya. Pencegahan dan penanggulangan/mitigasi
yang matang diperlukan untuk menghadapi setiap risiko pelanggaran dalam
kegiatan impor. Beberapa risiko-risiko pelanggaran yang biasa dihadapi oleh Bea
dan Cukai adalah importir salah menentukan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka
Impor (PDRI), pencantuman jumlah, jenis, klasifikasi yang tidak sesuai antara
dokumen dengan barang yang diimpor, tidak memenuhi aturan larangan
pembatasan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang atau kemasan
ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar
Pabean dan Cukai I:
“Risiko yang biasa kita hadapin dari kegiatan impor ini seperti terjadinya praktek manipulasi jumlah, jenis, klasifikasi, dan harga barang impor sehingga tidak terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya. Ada juga kecurangan yang sengaja dilakukan dengan maksud memperkecil bea masuk padahal nilai impornya itu besar, karena pada dasarnya gak ada orang yang mau bayar pajak tinggi. Kalau sudah terdeteksi pelanggaran begini maka importir bisa kena sanksi dan kena tambah bayar. Track recordnya juga berpengaruh misalnya biasa dia masuk medium-risk jadi ke high-risk.”
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku
Pelaksana Pemeriksa:
“Risiko pelanggaran yang biasa terjadi adalah importir yang salah menentukan tarif Bea Masuk dan PDRI, barang yang diangkut tidak sesuai dengan yang diberitahukan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang yang sebenarnya dan atau kerusakan kemasan barang.
IV.2.2 Risiko Pelanggaran di Bidang Impor
Ada banyak risiko/pelanggaran yang harus mampu dicegah dan dimitigasi
oleh Bea Cukai. Setiap risiko memiliki dampaknya tersendiri, dari risiko kecil
hingga besar yang berdampak pada eksistensi institusi Bea dan Cukai hingga
membahayakan negara. Berikut adalah jenis-jenis pelanggaran dalam bidang
1. Penyelundupan
Penyelundupan adalah barangsiapa yang melakukan kegiatan mengimpor
atau mengekspor barang tanpa mengindahkan atau sama sekali tidak
memenuhi ketentuan atau prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Undang-undang No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.
2. Uraian barang tidak benar
Uraian Barang Tidak Benar dilakukan untuk memperoleh keuntungan
dari bea masuk yang rendah atau menghindari peraturan larangan dan
pembatasan
3. Pelanggaran nilai barang
Dapat terjadi nilai barang sengaja dibuat lebih rendah untuk menghindari
bea masuk atau sengaja dibuat lebih tinggi untuk memperoleh restitusi
(draw-back) yang lebih besar.
4. Pelanggaran negara asal barang
Memberitahukan negara asal barang dengan tidak benar misalkan negara
asal Jepang diberitahukan Thailand dengan maksud memperoleh preferensi
tarif di negara tujuan. Pelanggaran Fasilitas Keringanan Bea Masuk Atas
Barang Yang Diolah. Yaitu tidak mengekspor barang yang diolah dari bahan
5. Pelanggaran impor sementara
Tidak mengekspor barang seperti dalam keadaan semula.
6. Pelanggaran perizinan impor
Misalnya memperoleh izin mengimpor bibit bawang putih ternyata dijual
ke pasaran bebas sabagai barang komnsumsi.
7. Pelanggaran transit barang
Barang yang diberitahukan transit ternyata di impor untuk menghindari
bea.
8. Pemberitahuan jumlah muatan barang tidak benar
Tujuannya agar dapat membayar bea masuk lebih rendah atau untuk
menghindari kuota.
9. Pelanggaran tujuan pemakaian
Misalnya memperoleh pembebasan bea masuk dalam rangka Penanaman
Modal Asing (PMA) tetapi dijual untuk pihak lain.
10. Pelanggaran spesifikasi barang dan perlindungan konsumen
Pemberitahuan barang yang menyesatkan untuk menghindari persyaratan
11. Barang melanggar hak atas kekayaan intelektual
Yaitu barang palsu atau bajakan yang diimpor disuatu negara atau
diekspor dari suatu negara.
12. Transaksi gelap
Transaksi yang tidak dicatat dalam pembukuan perusahaan untuk
menyembunyikan kegiatan ilegal. Pelanggaran ini dapat diketahui dengan
mengadakan audit ke perusahaan yang bersangkutan.
13. Pelanggaran pengembalian bea
Klaim palsu untuk memperoleh pengembalian bea/pajak dengan
mengajukan dokumen ekspor yang tidak benar.
14. Usaha fiktif
Usaha fiktif diciptakan untuk mendapatkan keringanan pajak secara tidak
sah. Contohnya adalah perusahaan yang melakukan ekspor fiktif yang
ternyata tidak mempunyai pabrik dan alamat kantornya tidak dapat
ditemukan.
15. Likuidasi palsu
Perusahaan beroperasi dalam periode singkat untuk meningkatkan
pendapatan dengan cara tidak membayar pajak. Kalau pajak terhutang sudah
menumpuk kemudian menyatakan bangkrut untuk menghindari pembayaran.
dipakai oleh Importir yang sudah sering dikenakan tambah bayar supaya bisa
memperoleh jalur hijau maka ia mendirikan perusahaan baru.
Sistem self-assesment memberikan kepercayaan yang besar kepada para
pengguna jasa kepabeanan. Namun, kepercayaan tersebut harus diimbangi dengan
tanggung jawab, kejujuran, dan kepatuhan dalam pemenuhan ketentuan
undang-undang yang berlaku. Dalam hal pengguna jasa kepabeanan melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang kepabeanan, maka
penanganan atas pelanggaran ketentuan kepabeanan lebih dititikberatkan pada
penyelesaian secara fiskal yaitu berupa pembayaran sejumlah uang kepada negara
dalam bentuk denda. Sanksi administrasi selain ditujukan untuk memulihkan
hak-hak negara juga dimaksudkan untuk menjamin ditaatinya aturan yang secara tegas
[image:50.595.51.564.502.755.2]telah diatur dalam perundang-undangan.
Tabel 4.1 Data Pelanggaran Impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung
Tahun Jenis Pelanggaran Detil Barang Lokasi
2013 1.Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
3. Barang tersebut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
5. Barang tersebut diangkut tanpa di
1. a. Kursi Santai b. Roti Jagung
c. Kursi Mobil d. Ban kereta e. Milo f. Tilam g. Ban Dalam h. Shampo Summer 2. Bawang Merah 3. Bawang Merah 4. Bawang Merah 5. a. Bawang Merah b. Bawang Bombay 6. Bawang Merah
1. Gudang Pelindo 2. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung
3. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung
4. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung
5. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung
cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
6. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
2014 1. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
3. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
1. a. Bawang merah b. Ban Bekas
c. Kasur Bekas
2. Plastik Toys
3. Plastik Toys
4. Plastik Toys
1. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung
2. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung
3. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung
4. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung
2015 1. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar Wijaya
3. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
5. Barang tersebut diangkut dengan tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar
6. Barang tersebut diangkut dengan tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan
1. Bawang Merah 2. Stationery (alat tulis) 3. Stationery (alat tulis) 4. Stationery (alat tulis) 5.a. Mata ikan merek
sago produk thailand b. Wafer coklat merek
Vfood produk thailand c. Biskuit merek
Majestik produk
Malaysia d. Karpet tanpa merek
warna ungu dalam
keadaan bekas e. lingkar sepeda motor
tanpa merek dalam
keadaan bekas f. Ban luar merek
Bridgestone made ini Indonesia dan merek goodyear made in malaysia dalam keadaan bekas
1. Kanwil Sumut 2. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 3. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 4. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 5. Pelabuhan Teluk Nibung
6. Pelabuhan Teluk Nibung
secara tidak benar
7. a. Diduga terkena aturan lartas b. Terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang
c. Kekurangan pembayaran
g. Ban Dalam mobil dalam keadaan bekas 6. Jaring Ikan
7. Sparepart of water pump, Motorcycle part, Bicycle, Esppreso Maker Dll
2016 1. Tidak Tercantum dalam manifes 2. Tidak Tercantum dalam manifes 3. Tidak Tercantum dalam manifes 4. Tidak Tercantum dalam manifes 5. Tidak Tercantum dalam manifes
1. Roti
2. Pakaian bekas 3. Pakaian bekas 4. Pakaian bekas
5. Minuman mengandung Etil Alkohol
1. Pelabuhan Pelindo Teluk Nibung
2. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 3. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 4. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 5. KPPBC TMP C Teluk Nibung
Sumber : KPPBC TMP C Teluk Nibung
Dari tabel pelanggaran impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung diatas, kerap
terjadi jenis pelanggaran yang impor sama di sepanjang tahun 2013 hingga 2016.
Undang-undang kepabeanan pada dasarnya menganut asas menghitung dan
menyetor sendiri bea masuk atau bea keluar yang terhutang oleh importir atau
eksportir (self-assesment). Berikut uraian tentang pelanggaran impor yang pernah
terjadi di KKPBC TMP C Teluk Nibung :
1. barang yang diimpor tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifes
(daftar barang) dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar yang
diangkut ke pelabuhantujuannya agar dapat membayar bea masuk lebih rendah
atau untuk menghindari kuota.
2. barang yang diangkut terkena aturan lartas (larangan pembatasan), berarti
tersebut adalah barang yang dilarang dan/atau dibatasi impornya sehingga
negara ini. Tidak sembarangan. Harus ada izin dan/atau rekomendasi dari
instansi yang berwenang.
3. terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang, berarti uraian pelanggaran ini
dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari bea masuk yang
rendah/tindakaningin membayar pajak lebih besar ke Bea & Cukai atas barang
yang diangkut.
4. dan kekurangan pembayaran, berarti importir tidak membayar penuh
kewajibannya atas barang yang sudah diangkut, sehingga menyebabkan tidak
terpenuhinya hak negara atas pajak barang yang diimpor tersebut.
Pelanggaran-pelanggaran dalam kegiatan impor di atas merupakan
risiko-risiko yang diantisipasi oleh Bea Cukai untuk bisa diatasi se