• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA PENSIUNAN DENGAN

PROGRAM PENSIUN DINI ATAS PERMINTAAN SENDIRI

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

Menyetujui, 28 Mei 2007

Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(4)

Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) Dibawah Bimbingan Siti Rahmawati

PT Pertamina (Persero) Perkapalan merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang dibentuk sebagai shipping division pada tahun 1959. Sejak 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula monopoli PT Pertamina, kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM). Pada akhir tahun 2006, PT Pertamina (Persero) melaksanakan program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) yaitu pengajuan pensiun sebelum batas usia pekerja yang ditentukan (55 tahun). Program kemudahan pengakhiran hubungan kerja ini tenyata melebihi target yang telah ditetapkan perusahaan, semula 102 karyawan menjadi 122 karyawan. Hal ini mengindikasikan adanya kepuasan yang akan diteliti melalui sepuluh atribut : turn over, ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan, keamanan kerja, gaji dan pendapatan, perencanaan pengembangan karir, kesempatan promosi dan pengakuan manajemen dimana keseluruhan atribut tersebut dihubungkan dengan program pensiun dini APS.

Tujuan penelitian: (1) Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan, (2) Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini APS yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen perusahaan, (3) Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS dan (4) Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer (pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada 55 responden menggunakan Simple random sampling) dan data sekunder (buku-buku, jurnal, internet dan literatur-literatur yang relevan, serta data internal perusahaan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Rank Spearman dengan program SPSS 15.00 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS memiliki hubungan nyata, positif dan lemah (moderately low association) sebesar 0.364 dengan tingkat signifikansi 0.006 (p < 0.05). Maka meningkatnya kepuasan kerja karyawan berhubungan lemah dengan semakin meningkatnya keinginan mengajukan pensiun dini atas APS.

(5)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sugiharto dan Pipih Karfiah.

(6)

Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Judul skripsi ini adalah ”Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) ”. Penulis tertarik meneliti program pensiun dini APS karena merupakan studi kasus yang terjadi pada perusahaan pada saat penelitian dan merupakan program pemberhentian terbaik dilihat dari segi perusahaan dan karyawan yang mengajukan program tersebut. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Hj. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan motivasi yang tidak ternilai selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Heti Mulyati STP, MT, sebagai dosen penguji yang telah memberikan waktu dalam pengujian, memberi masukan dan kontribusi yang tak ternilai. 3. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut. MM, sebagai dosen penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam pengujian serta saran yang berharga. 4. Ratih Maria Dewi, SP, MM, dengan segala kelembutan dan curahan perhatian

telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis dalam pengarahan skripsi. 5. Manajer Layanan UmumPT Pertamina (Persero) Perkapalan, Bapak Bambang

S Noor, atas izin, informasi dan dukungannya selama penulis berada di PT Pertamina (Persero) Perkapalan.

6. Asisten Manajer Layanan Umum, Bapak Asep Aonuddien, atas kesediaan waktu dalam bimbingan dan informasi yang diberikan sehingga dapat dilakukannya penelitian.

(7)

9. Sekretaris Layanan Umum, Bapak Basuki, yang telah membantu penulis dalam hal perizinan dan surat menyurat serta dukungannya

10. Divisi Data Personalia, Bapak Melky dan Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam memberikan data, penjelasan, saran selama penulis melakukan penelitian serta kebaikan hati yang tidak ternilai.

11. Bapak Agus Hartoyo, yang dengan segala kebaikannya telah banyak membantu dalam memberikan penjelasan, saran , serta ide-ide kreatif selama penulis melakukan penelitian.

12. Responden Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) PT Pertamina (Persero) Perkapalan, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan memberi penjelasan dan dukungan yang sangat berarti. 13. Ibunda dan Ayahanda, adik-adikku (Yudo, Suryo, Tanto, Suhaila, Hera dan

Tama) yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus

14. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB

15. Sahabat-sahabat (Evi, Sekar, Vika, Eva, Andin, Desty dan Icha) yang selalu memberikan keceriaan setiap waktu dan memberikan kenangan indah.

16. Seluruh teman-teman Manajemen 40 (Imel, Tika, Henry, Elang, Mira, Ronny, Iman, Dedi, Sansa, Kurnia, Kania, Rae, Dewi, Melly, JW, Silva, Dian SMS, Hartati, Okty, Kiki, Gema, Made, Aldo)

17. Rommy Rasyad dan Firdaus yang banyak membantu dalam skripsi ini.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemashalatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien

(8)

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 6

2.1.1. Peranan dan Fungsi MSDM... 7

2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia... 9

2.2. Kepuasan Kerja ... 10

2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja ... 11

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 13

2.2.3. Teori-teori Kepuasan Kerja... 13

2.2.4. Survei Kepuasan Kerja ... 16

2.5. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran... 17

2.6. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)... 18

2.2. Pemberhentian... 19

2.3. Pemensiunan ... 20

2.3.1.Jendela Pensiun Dini... 21

2.3.2. Cara Pembiayaan Pensiun... 21

2.3.3. Pensiun dan Hukum ... 23

2.3.4. Perampingan Sumber Daya Manusia... 24

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 25

3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 25

3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

3.1.3. Tahapan Penelitian... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

(9)

3.4.2. Perhitungan Sampel ... 30

3.4.3. Teknik Sampling ... 31

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.5.1. Uji Validitas ... 32

3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.5.3. Korelasi Rank Spearman... 34

1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Perusahaan... 38

4.1.1. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan... 41

4.1.2. Struktur Organisasi ... 41

4.1.3. Profil Usaha ... 46

4.2. Sumber Daya Manusia ... 50

4.2.1. Komposisi Tenaga Kerja... 50

4.2.2. Hari dan Jam Kerja ... 53

4.2.3. Sistem Pensiun Perusahaan... 54

4.3. Karakteristik Responden ... 55

4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 58

4.4.1. Hasil Uji Validitas... 58

4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas... 59

4.5. Analisis Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri... 60

4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Kepuasan Kerja... 61

4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 62

4.6. Analisis Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 74

4.6.1. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Turn Over dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 76

4.6.2. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ketidakhadiran dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 77

4.6.3. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Umur dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 78

4.6.4. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Tingkat Pekerjaan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 79

4.6.5. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ukuran Organisasi dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri . 80 4.6.6. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Keamanan Kerja dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 80

4.6.7. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Gaji dan Pendapatan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 81

(10)

4.7. Implikasi Manajerial ... 86

4.7.1. Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri Karyawan ... 87

4.7.2. Sosialisasi... 88

4.7.3. Prosedur dan Syarat Pengajuan Pensiun Dini APS... 89

4.7.4. Fasilitas Pensiun Dini APS ... 90

4.7.5. Respon Karyawan Yang Mengambil Program APS ... 92

4.7.6. Rancangan Program APS Menuju Perbaikan Kedepan ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99

2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA... 101

(11)

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA PENSIUNAN DENGAN

PROGRAM PENSIUN DINI ATAS PERMINTAAN SENDIRI

(STUDI KASUS PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

PERKAPALAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

LINDAWATI KARTIKA

H24103079

Menyetujui, 28 Mei 2007

Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(14)

Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) Dibawah Bimbingan Siti Rahmawati

PT Pertamina (Persero) Perkapalan merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) Perkapalan yang dibentuk sebagai shipping division pada tahun 1959. Sejak 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula monopoli PT Pertamina, kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah satunya sumber daya manusia (SDM). Pada akhir tahun 2006, PT Pertamina (Persero) melaksanakan program pensiun dini atas permintaan sendiri (APS) yaitu pengajuan pensiun sebelum batas usia pekerja yang ditentukan (55 tahun). Program kemudahan pengakhiran hubungan kerja ini tenyata melebihi target yang telah ditetapkan perusahaan, semula 102 karyawan menjadi 122 karyawan. Hal ini mengindikasikan adanya kepuasan yang akan diteliti melalui sepuluh atribut : turn over, ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan, keamanan kerja, gaji dan pendapatan, perencanaan pengembangan karir, kesempatan promosi dan pengakuan manajemen dimana keseluruhan atribut tersebut dihubungkan dengan program pensiun dini APS.

Tujuan penelitian: (1) Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina (Persero) Perkapalan, (2) Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini APS yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen perusahaan, (3) Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS dan (4) Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan keinginan dan kebutuhan karyawan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer (pengamatan langsung di lokasi penelitian, wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada 55 responden menggunakan Simple random sampling) dan data sekunder (buku-buku, jurnal, internet dan literatur-literatur yang relevan, serta data internal perusahaan). Pengolahan dan analisis data menggunakan Rank Spearman dengan program SPSS 15.00 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program pensiun dini APS memiliki hubungan nyata, positif dan lemah (moderately low association) sebesar 0.364 dengan tingkat signifikansi 0.006 (p < 0.05). Maka meningkatnya kepuasan kerja karyawan berhubungan lemah dengan semakin meningkatnya keinginan mengajukan pensiun dini atas APS.

(15)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Januari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Sugiharto dan Pipih Karfiah.

(16)

Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Judul skripsi ini adalah ”Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) (Studi Kasus Pada PT Pertamina (Persero) Perkapalan) ”. Penulis tertarik meneliti program pensiun dini APS karena merupakan studi kasus yang terjadi pada perusahaan pada saat penelitian dan merupakan program pemberhentian terbaik dilihat dari segi perusahaan dan karyawan yang mengajukan program tersebut. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Hj. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan motivasi yang tidak ternilai selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Heti Mulyati STP, MT, sebagai dosen penguji yang telah memberikan waktu dalam pengujian, memberi masukan dan kontribusi yang tak ternilai. 3. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut. MM, sebagai dosen penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam pengujian serta saran yang berharga. 4. Ratih Maria Dewi, SP, MM, dengan segala kelembutan dan curahan perhatian

telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis dalam pengarahan skripsi. 5. Manajer Layanan UmumPT Pertamina (Persero) Perkapalan, Bapak Bambang

S Noor, atas izin, informasi dan dukungannya selama penulis berada di PT Pertamina (Persero) Perkapalan.

6. Asisten Manajer Layanan Umum, Bapak Asep Aonuddien, atas kesediaan waktu dalam bimbingan dan informasi yang diberikan sehingga dapat dilakukannya penelitian.

(17)

9. Sekretaris Layanan Umum, Bapak Basuki, yang telah membantu penulis dalam hal perizinan dan surat menyurat serta dukungannya

10. Divisi Data Personalia, Bapak Melky dan Bapak Warsito yang telah banyak membantu dalam memberikan data, penjelasan, saran selama penulis melakukan penelitian serta kebaikan hati yang tidak ternilai.

11. Bapak Agus Hartoyo, yang dengan segala kebaikannya telah banyak membantu dalam memberikan penjelasan, saran , serta ide-ide kreatif selama penulis melakukan penelitian.

12. Responden Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) PT Pertamina (Persero) Perkapalan, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan memberi penjelasan dan dukungan yang sangat berarti. 13. Ibunda dan Ayahanda, adik-adikku (Yudo, Suryo, Tanto, Suhaila, Hera dan

Tama) yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus

14. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB

15. Sahabat-sahabat (Evi, Sekar, Vika, Eva, Andin, Desty dan Icha) yang selalu memberikan keceriaan setiap waktu dan memberikan kenangan indah.

16. Seluruh teman-teman Manajemen 40 (Imel, Tika, Henry, Elang, Mira, Ronny, Iman, Dedi, Sansa, Kurnia, Kania, Rae, Dewi, Melly, JW, Silva, Dian SMS, Hartati, Okty, Kiki, Gema, Made, Aldo)

17. Rommy Rasyad dan Firdaus yang banyak membantu dalam skripsi ini.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemashalatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien

(18)

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 6

2.1.1. Peranan dan Fungsi MSDM... 7

2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia... 9

2.2. Kepuasan Kerja ... 10

2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja ... 11

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 13

2.2.3. Teori-teori Kepuasan Kerja... 13

2.2.4. Survei Kepuasan Kerja ... 16

2.5. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran... 17

2.6. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)... 18

2.2. Pemberhentian... 19

2.3. Pemensiunan ... 20

2.3.1.Jendela Pensiun Dini... 21

2.3.2. Cara Pembiayaan Pensiun... 21

2.3.3. Pensiun dan Hukum ... 23

2.3.4. Perampingan Sumber Daya Manusia... 24

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 25

3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 25

3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

3.1.3. Tahapan Penelitian... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

(19)

3.4.2. Perhitungan Sampel ... 30

3.4.3. Teknik Sampling ... 31

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.5.1. Uji Validitas ... 32

3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.5.3. Korelasi Rank Spearman... 34

1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Perusahaan... 38

4.1.1. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan... 41

4.1.2. Struktur Organisasi ... 41

4.1.3. Profil Usaha ... 46

4.2. Sumber Daya Manusia ... 50

4.2.1. Komposisi Tenaga Kerja... 50

4.2.2. Hari dan Jam Kerja ... 53

4.2.3. Sistem Pensiun Perusahaan... 54

4.3. Karakteristik Responden ... 55

4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 58

4.4.1. Hasil Uji Validitas... 58

4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas... 59

4.5. Analisis Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri... 60

4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Kepuasan Kerja... 61

4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 62

4.6. Analisis Hubungan Kepuasan Kerja Pensiunan Dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 74

4.6.1. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Turn Over dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 76

4.6.2. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ketidakhadiran dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 77

4.6.3. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Umur dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri ... 78

4.6.4. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Tingkat Pekerjaan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 79

4.6.5. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Ukuran Organisasi dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri . 80 4.6.6. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Keamanan Kerja dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 80

4.6.7. Hubungan Atribut Kepuasan Kerja Gaji dan Pendapatan dengan Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri .. 81

(20)

4.7. Implikasi Manajerial ... 86

4.7.1. Program Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri Karyawan ... 87

4.7.2. Sosialisasi... 88

4.7.3. Prosedur dan Syarat Pengajuan Pensiun Dini APS... 89

4.7.4. Fasilitas Pensiun Dini APS ... 90

4.7.5. Respon Karyawan Yang Mengambil Program APS ... 92

4.7.6. Rancangan Program APS Menuju Perbaikan Kedepan ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99

2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA... 101

(21)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Program dana pensiun... 23

2. Klasifikasi nilai Alpha George... 34

3. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS... 51

4. Kondisi formasi aktual pekerja darat aktif... 51

5. Data karyawan pasca pensiun dini berdasarkan tingkat pendidikan... 52

6. Data karyawan berdasarkan golongan upah... 53

7. Karakteristik responden crosstabs pensiun dini APS ... 56

8. Skor rataan untuk klasifikasi rentang skala Likert... 61

9. Persepsi responden terhadap atribut kepuasan kerja... 62

10. Persepsi responden terhadap pelaksanaan program pensiun dini atas permintaan sendiri ... 72

11. Hasil uji korelasi program pensiun dini APS dengan kepuasan kerja... 75

12. Kompensasi pensiun dini APS berdasarkan pendidikan... 91

13. Kompensasi pensiun dini APS berdasarkan usia ... 92

(22)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Sistem integrasi perencanaan SDM ... 9 2. Konsep perencanaan SDM... 10 3. Respon terhadap ketidakpuasan kerja ... 19 4. Kerangka pemikiran konseptual ... 26 5. Kerangka pemikiran operasional ... 28 6. Tahapan penelitian ... 29 7. Komposisi karyawan pasca APS berdasarkan jenis kelamin... 50 8. Komposisi karyawan pasca APS pekerja darat dan laut ... 51 9. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan

Formasi ideal dan aktual ... 52 10. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan

tingkat pendidikan... 52 11. Komposisi karyawan pasca pensiun dini APS berdasarkan

golongan upah ... 53 12. Jumlah opini responden berdasarkan rencana pasca pensiun dini

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

(24)

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi, kemajuan teknologi, komunikasi serta bidang

manajemen memiliki dampak besar bagi dunia usaha dimana persaingan

antar perusahaan semakin meningkat baik dari dalam maupun luar

negeri. Oleh karena itu setiap perusahaan harus meningkatkan

kompetensinya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam memasuki

persaingan pasar tersebut. PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan

yang bergerak dalam industri perminyakan yang memiliki pangsa pasar

dalam negeri khususnya, harus bisa meningkatkan kompetensinya

dalam berbagai aspek sehingga posisi perusahaan di pasar tidak

tergantikan oleh pesaing.

Peningkatan daya saing perusahaan bukan merupakan suatu hal

yang mudah diatasi karena diperlukan dukungan berbagai faktor, salah

satunya sumber daya manusia (SDM) yang berperan dalam

menjalankan perusahaan. Pengelolaan SDM yang baik dapat

berdampak pada peningkatan loyalitas dan produktivitas perusahaan

sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.

PT Pertamina (Persero) mengimplementasikan sistem yang

terintegrasi dari hulu hingga hilir. Kegiatan hulu meliputi eksplorasi dan

produksi minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan hilir menangani proses

pengolahan migas (minyak dan gas), distribusi dan pemasaran dari

produk-produknya. Tujuan utama kegiatan tersebut untuk memenuhi

kebutuhan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta

produk non-BBM dan petrokimia untuk kebutuhan dalam negeri dan

ekspor. Dalam kurun waktu ke depan, rencana Pertamina sebagai

pemimpin bisnis hilir migas nasional makin berat, karena investor asing

bermodal kuat mulai beralih pada sektor ini.

Sejak keluarnya UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,

peta industri hilir migas nasional berubah total. Salah satunya mulai 1

(25)

kini terbuka untuk siapa saja termasuk investor asing. Berdasarkan data

BP Migas hingga akhir 2005 ada 179 perusahaan yang mengajukan

permohonan untuk terjun ke bisnis ini.

Fenomena paling menarik adalah dibukanya Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk investor asing. Petronas misalnya,

berniat membangun 200 unit SPBU baru di seluruh Indonesia hingga

tahun 2010. Shell, yang menjadi pemilik SPBU terbanyak di Malaysia,

menargetkan membangun 400 unit SPBU dalam waktu delapan tahun

(Harto, 2006). Keinginan Pertamina untuk menjadi perusahaan migas

kelas dunia di sektor hilir dengan kondisi tersebut diatas tidak akan

mudah. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak

perusahaan, adanya program padat karya pada era orde baru

mengakibatkan terdapatnya berbagai karyawan dengan tingkat

pendidikan yang kurang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan

sekarang. Hal ini menjadi penghalang upaya perusahaan untuk dapat

bersaing dari segi SDM dengan pesaing sejenis.

Perencanaan sumber daya manusia (Manpower planning)

merupakan proses manajemen dalam menentukan pergerakkan SDM

organisasi dari posisi yang diinginkan di masa depan. Perencanaan

SDM harus disesuaikan dengan strategi perusahaan agar tujuan utama

dalam memfasilitasi keefektifan organisasi dapat tercapai. Fungsi unit

SDM/personalia melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan

kinerja perusahaan dari segi sumber daya manusia.

PT Pertamina (Persero) memiliki program untuk mengefektifkan

dan mengefisienkan kinerja perusahaan dari segi SDM adalah dengan

program restrukturisasi perusahaaan berupa perampingan perusahaan

dengan mengurangi jumlah karyawan. Program ini dilakukan secara

alamiah melalui program pensiun secara dini penawaran program

pensiun yang dipercepat. Unit SDM PT Pertamina (Persero) sebenarnya

telah melakukan perencanaan restrukturisasi perusahaan ini sejak tahun

1996, pada saat itu jumlah tenaga kerja PT Pertamina keseluruhan

(26)

perencanaan lima tahun mendatang adalah restrukturisasi menjadi 15

ribu tenaga kerja (MacDougall, 1996).

Pada tahun 2006, PT Pertamina (Persero) kembali melaksanakan

program restrukturisasi tenaga kerja dengan program pensiun dini yang

dikenal dengan program pensiun dini APS yaitu pengajuan pensiun

sebelum batas usia pekerja yang ditentukan untuk pensiun alami (55

tahun). Perusahaan memberi kebebasan kepada 500 orang karyawan

(seluruh Indonesia) untuk pensiun dini dengan berbagai pertimbangan,

diantaranya pertimbangan hierarki organisasi perusahaan berbentuk

segitiga ideal.

Hierarki organisasi perusahaan pada kenyataannya sudah

berbentuk kotak dan cenderung cembung ke atas dimana

jabatan-jabatan atau golongan level tinggi terlalu banyak, sehingga dibutuhkan

sebuah program pemberhentian secara manusiawi kepada karyawan.

Program ini menarik dari segi kompensasi, insentif dan fasilitas pensiun

dini yang akan diberikan kepada karyawan. Pihak manajemen dalam

melaksanakan program harus mementingkan kesejahteraan kedua belah

pihak, baik pihak karyawan maupun perusahaan harus memberikan

hasil yang nyata terhadap kelangsungan perusahaan.

Program pensiun dini APS menimbulkan berbagai persepsi,

terutama dari segi kepuasan kerja pada saat karyawan mengabdi pada

perusahaan. Kepuasan kerja dengan keefektifan restrukturisasi tersebut,

diharapkan tidak menimbulkan konflik di kemudian hari, karena

bagaimanapun juga sasaran dari program tersebut adalah karyawan

yang telah mengabdi kepada perusahaan dalam jangka waktu cukup

lama minimal 15 tahun dan dalam masa tersebut tercipta dinamika kerja

yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Melalui program ini PT

Pertamina (Persero) khususnya bagian Perkapalan diharapkan mampu

meningkatkan kinerja perusahaan yang lebih baik dengan image

perusahaan besar yang memperhatikan kesejahteraan karyawan,

sehingga produktivitas perusahaan akan meningkat dan tujuan akhirnya

(27)

1.2. Perumusan Masalah

Program pensiun dini APS diterapkan perusahaan sebagai

langkah restrukturisasi dari segi SDM untuk perbaikan kinerja

perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan dampak dari program

diterapkan, karena diperkirakan terdapat hubungan kepuasan kerja

pensiunan dengan program pensiun dini APS. Program ini diharapkan

tidak menimbulkan konflik dan persepsi tidak baik di kemudian hari.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi karyawan yang mengajukan pensiun dini atas

permintaan sendiri terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina

(Persero) Perkapalan?

2. Bagaimana persepsi karyawan PT Pertamina (Persero) Perkapalan

yang mengajukan pensiun dini APS terhadap program pemutusan

hubungan kerja yang mereka ambil dan telah dilaksanakan ?

3. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan

program pensiun dini atas permintaan sendiri?

4. Bagaimana solusi alternatif terhadap program APS berdasarkan

keinginan dan kebutuhan karyawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi persepsi karyawan yang mengajukan program

pensiun dini APS terhadap kepuasan kerja di PT Pertamina

(Persero) Perkapalan.

2. Mengidentifikasi persepsi pensiunan terhadap program pensiun dini

yang telah mereka pilih dan dilaksanakan pihak manajemen PT

Pertamina (Persero) Perkapalan.

3. Menganalisis hubungan antara kepuasan kerja pensiunan dengan

program pensiun dini atas permintaan sendiri.

4. Merekomendasikan solusi alternatif terhadap program pensiun dini

(28)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan, referensi dan

solusi bagi manajemen PT Pertamina (Persero) Perkapalan dalam

mengembangkan program pensiun dini APS dalam hubungannya

dengan kepuasan kerja. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk

menerapkan teori-teori yang dimiliki untuk mengkaji berbagai

fakta-fakta yang terjadi di perusahaan, termasuk program SDM untuk

meningkatkan kinerja perusahaan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian difokuskan pada hubungan kepuasan kerja pensiunan

dengan program pensiun dini APS. Penelitian ini dilakukan di PT

Pertamina (Persero) Perkapalan yang terdapat di jalan Yos Sudarso

32-34 Jakarta Utara, pada departemen layanan umum (Personalia/Human

resources and development). Penelitian dibatasi pada permasalahan

kebijakan program pensiun dini APS, khususnya bagi karyawan yang

mengajukan pensiun dini APS, serta sepuluh atribut kepuasan kerja

yang digunakan untuk karyawan yang telah mengajukan pensiun dini

APS, yaitu : turn over, tingkat ketidakhadiran, umur, tingkat pekerjaan,

ukuran organisasi, kesehatan, keselamatan kerja, lindungan dan

lingkungan (K3LL), gaji dan pendapatan, perencanaan dan

pengembangan karir, kesempatan promosi, pengakuan manajemen.

Analisa program pensiun dini dilakukan berdasarkan tolak ukur

hasil wawancara pihak manajemen dan hal yang dianalisis berhubungan

dengan dasar program pensiun dini APS, yaitu: kepuasan karyawan

terhadap program APS, program APS terbaik yang pernah ada,

pesangon, kondisi fisik dan kesehatan, usia, keluarga, rekan sekerja,

atasan, beban kerja, sosialisasi, keuntungan karyawan, keuntungan

perusahaan, prosedur pengajuan APS, loyalitas, dan kinerja perusahaaan

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa, MSDM (Manajemen

Sumber Daya Manusia) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Fungsi-fungsi MSDM

terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,

pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,

kedisiplinan dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar perusahaan

mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase tingkat

bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari

pekerjaannya, sedangkan masyarakat bertujuan memperoleh barang atau

jasa yang baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar dan

pemerintah selalu berharap mendapatkan pajak.

Menurut Jucius dalam Manullang (2005), manajemen personalia

adalah lapangan manajemen yang bertalian dengan perencanaan,

pengorganisasian dan pengendalian bermacam-macam fungsi

pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan pemanfaatan tenaga kerja

sedemikian rupa sehingga:

1. Tujuan untuk apa perkumpulan didirikan dan dicapai secara efisien

dan efektif

2. Tujuan semua pegawai dilayani sampai tingkat yang optimal

3. Tujuan masyarakat diperhatikan dan dilayani dengan baik

Menurut Hasibuan (2003), persamaan MSDM dengan

manajemen personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur

manusia dalam suatu organisasi agar mendukung terwujudnya tujuan.

Perbedaan MSDM dengan manajemen personalia adalah sebagai

berikut:

1. MSDM dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia

(30)

2. MSDM menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset)

utama organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Manajemen

personalia menganggap karyawan adalah faktor produksi, jadi harus

dimanfaatkan secara produktif.

3. MSDM pendekatannya secara modern sedangkan manajemen

personalia pendekatannya secara klasik.

MSDM adalah manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan

peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Maka, fokus MSDM ini

hanya masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.

2.1.1. Peranan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2003), MSDM mengatur dan

menetapkan program kepegawaian yang mencakup

masalah-masalah sebagai berikut.

1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja

yang efektif sesuai kebutuhan perusahaan berdasarkan job

description, job specification, job requirement dan job evaluation.

2. Menetapkan penarikan, seleksi dan penempatan karyawan

berdasarkan asas the right man in the right job

3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan,

promosi dan pemberhentian.

4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya

manusia pada masa yang akan datang.

5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan

perkembangan perusahaan pada khususnya.

6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan

kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan

sejenis.

7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat

buruh

8. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi

(31)

9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal

10.Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.

Tanjung dan Arep (2002) membagi fungsi manajemen

sumber daya manusia menjadi dua bagian yaitu fungsi

manajerial dan fungsi operasional. Fungsi manajerial yaitu

fungsi manajemen yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek

manajerial yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian:

a. Fungsi perencanaan, yaitu melaksanakan tugas dalam hal

merencanakan kebutuhan, pengadaan, pengembangan dan

pemeliharaan SDM. Termasuk dalam hal ini adalah

merencanakan karir bagi para karyawan (tenaga kerja).

b. Fungsi pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi

dengan membentuk struktur dan hubungan antara tugas yang

harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.

Struktur dan hubungan yang dibentuk, harus disesuaikan

dengan situasi dan koordinasi organisasi yang bersangkutan.

c. Fungsi pengarahan, yaitu memberikan dorongan untuk

menciptakan kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

d. Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengukuran antara

kegiatan yang telah dilakukan dengan standar yang telah

ditetapkan, khususnya di bidang tenaga kerja.

Fungsi operasional yaitu fungsi yang berkaitan langsung dengan

aspek-aspek operasional sumberdaya manusia di organisasi/

perusahaan meliputi rekrutmen, seleksi, pengangkatan, pelatihan

dan pengembangan, kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan

hubungan kerja.Membangun sistem integrasi perencanaan

sumber daya manusia (SDM) dalam membuat program-program

SDM yang unggul dan efektif adalah diperlukan tahapan yang

(32)
[image:32.612.136.544.89.209.2]

Gambar 1. Sistem Integrasi Perencanaan SDM (Pfeffer , 2002)

Strategi sumber daya manusia dalam praktik organisasi

dilakukan dengan pertimbangan sampai sejauh mana

departemen SDM memperhatikan:

1) People Issues business issues (HR concern), seperti : perubahan demografi tenaga kerja, faktor eksternal seperti

berbagai peraturan dan perundang-undangan.

2) Key – issues oriented, seperti : membuat sistem perencanaan yang lebih fleksibel dalam menghadapi kondisi yang tidak

menentu dan memberikan perhatian pada persoalan HR

(Human resources) yang ditujukan pada pencapaian tujuan

jangka panjang.

3) Melibatkan manajer lini pada masalah-masalah sumber daya

manusia (involving line managers)

2.1.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa perencanaan

sumber daya manusia atau Human resources planning (PSDM)

merupakan fungsi pertama dan utama dari manajemen sumber

daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia diproses oleh

perencana (planner) dan hasilnya menjadi rencana (plan). Dalam

rencana ditetapkan tujuan dan pedoman pelaksanaan, serta

menjadi dasar kontrol. Tanpa rencana, kontrol tak dapat dilakukan

dan tanpa kontrol, pelaksanaan rencana baik ataupun salah tidak

dapat diketahui.

Strategic planning

Operational Planning

Prediksi Demand SDM

Temukan Gapnya

Prediksi supply

SDM

(33)

Konsep perencanaan SDM memiliki beberapa bidang yang

ditangani oleh bagian Perencanaan Sumber Daya Manusia

[image:33.612.169.528.161.529.2]

(PSDM) dan berhubungan satu sama lain, dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Konsep Perencanaan SDM (Hasibuan, 2003)

2.2. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menurut Handoko dan Asa’ad (1987)

merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap

pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap

pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya.

Dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan mengaitkannya pada

output yang dihasilkannya. Contoh :

PSDM

(Perencanaan Sumber Daya Manusia)

Informasi Situasi Persediaan

Tenaga Kerja Informasi

Organisasi

Pemeliharaan Program Kesejahteraan, Ekonomis, Pelayanan Informasi

Job Analysis

Pengadaan Penarikan, Sumber,

Seleksi

Pengembangan Pendidikan, Pelatihan,

Mutasi

Kompensasi

Direct dan Indirect

Pengintegrasian Komunikasi, Kepemimpinan,

Motivasi

Kedisiplinan Peraturan dan Sanksi

hukum

(34)

1) Kepuasan kerja dengan produktivitas

2) Kepuasan kerja dengan turnover 3) Kepuasan kerja dengan absensi

4) Kepuasan kerja dengan efek lainnya seperti kesehatan fisik-mental,

kemampuan mempelajari pekerjaan baru dan kecelakaan kerja

Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri

pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi

dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan

aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan

karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis

pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan

perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi

kesehatan kemampuan, pendidikan.

Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek

pekerjaan dan aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika

aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.

2.2.1. Atribut Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja berhubungan dengan beberapa atribut seperti

turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi perusahaan.

a. Turn over

Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turn over

pegawai yang rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang

puas biasanya turn overnya lebih tinggi.

b. Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja

Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat

ketidakhadirannya (absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir

kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif.

c. Umur

Ada kecenderungan pegawai yang lebih tua lebih merasa puas

(35)

diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih berpengalaman

menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan

pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal

tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya

dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau

ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak

puas.

d. Tingkat Pekerjaan.

Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih

tinggi cenderung lebih puas daripada pegawai yang menduduki

tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Pegawai-pegawai yang

tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan

kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-ide serta

kreatif dalam bekerja.

e. Ukuran Organisasi Perusahaan

Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan

pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan

berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi dan partisipasi

pegawai.

Menurut Kuswadi (2004) kebutuhan-kebutuhan karyawan,

dapat dikategorikan menjadi banyak kelompok atau atribut, antara

lain : gaji dan pendapatan, variasi pekerjaan, keamanan kerja,

merasa dihargai, merasa dipercaya, pengakuan prestasi kerja (terima

kasih), fleksibilitas atau keluwesan jam kerja, hak libur, kesempatan

promosi, penghargaan dari manajemen, pelatihan, skema pensiun,

kerjasama dengan sesama karyawan, komunikasi dengan pimpinan

puncak, fleksibilitas dari atasan, jumlah jam kerja, bantuan

perusahaan atau pembayaran pada waktu sakit, tantangan kerja,

mendapat kesempatan yang sama, komunikasi antar bagian dalam

perusahaan, perusahaan mengetahui apa yang diharapkan dari

karyawan, lokasi kantor dari rumah, penilaian, kondisi fisik tempat

(36)

atasan, keamanan pribadi, kemudahan dalam mencapai fasilitas

kerja, respek kepada manajemen, parkir kendaraan, etika atasan,

kebijakan dilarang merokok dan kamar P3K.

Berdasarkan pengalaman hasil survei, ternyata karyawan yang

menyenangi pekerjaannya lebih produktif dari pada mereka yang

kurang menyenangi pekerjaannya. Perusahaan yang ingin sukses

dalam mengelola karyawan, mau tidak mau harus memahami posegi

berbagai atribut tersebut untuk setiap karyawannya. Perusahaan

sebaiknya mengetahui minimal sepuluh urutan terpenting dari

semua atribut tersebut bagi masing-masing karyawannya, juga

perbagian, per departemen, per tingkatan level pekerjaan dan

sebagainya. Perusahaan, termasuk para atasan juga perlu

mengetahui ukuran-ukuran kepuasan karyawan.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa ada dua

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada

pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya.

a. Faktor pegawai, yaitu kondisi kecerdasan (IQ), kecakapan

khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan,

pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir,

persepsi dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi,

pangkat (golongan). Kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan

hubungan kerja.

2.2.3. Teori-teori Tentang Kepuasan Kerja

Menurut Usmara (2006) terdapat beberapa teori yang

mengemukakan tentang kepuasan kerja diantaranya:

a. Teori keseimbangan (Equity Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Adam. Adapun komponen dari teori

(37)

Wexley dan Yukl (1977) mengemukakan bahwa input adalah

semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang

pelaksanaan kerja. Misalnya: pendidikan, pengalaman, skill,

usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja.

Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai misalnya upah, keuntungan tambahan, status simbol,

pengenalan kembali (recognition), kesempatan untuk berprestasi

atau mengekspresikan diri.

Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seseorang pegawai dalam organisasi yang berbeda

atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya.

Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan

hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan

perbandingan input-outcome pegawai lain (comparison person). Jadi jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka

pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak

seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu

over compensation inequity/ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya dan sebaliknya, under compensation

inequity/ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding atau comparison person.

b. Teori Perbedaan atau Discrepancy Theory

Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Ia berpendapat

bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara

menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan

yang dirasakan pegawai. Locke (1969) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja pegawai bergantung pada perbedaan antara apa

yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai. Apabila yang

di dapat pegawai ternyata lebih besar daripada apa yang

diharapkan maka pegawai tersebut menjadi puas. Sebaliknya,

apabila yang didapat pegawai lebih rendah daripada apa yang

(38)

c. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fullfillment Theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada

terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa

puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin

besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai

tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak

terpenuhi, pegawai itu akan merasa tidak puas.

d. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

Menurut teori ini yang dikemukakan oleh Merton (1952) kepuasan

kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan

saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat

kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok

acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan tolok

ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai

akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan

kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

e. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia

menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya.

Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara

terhadap subjek insinyur dan akuntan. Masing-masing subjek

diminta untuk menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka

baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun yang

tidak menyenangkan atau tidak memberi kepuasan. Kemudian di

analisis dengan analisis isi (content analysis) untuk menentukan

faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan.

Dua faktor yang menyebabkan rasa puas atau tidak puas menurut

Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan

faktor pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan

disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic

(39)

dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja, dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfiers,

motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), work it self,

kesempatan berkembang, dan tanggung jawab.

f. Teori Pengharapan (Exceptancy Theory)

Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom,

kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Keith Davis

(1985) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu produk

dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran

seseorang memungkinkan aksi tertentu yang menuntunnya.

2.2.4. Survei Kepuasan Kerja

Survei kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2002) adalah

suatu prosedur dimana pegawai-pegawai mengemukakan perasaan

mengenai jabatan atau pekerjaannya melalui laporan kerja. Survei

kepuasan kerja juga untuk mengetahui moral pegawai, pendapat,

sikap, iklim dan kualitas kehidupan kerja pegawai.

Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dan menguntungkan apabila

memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1. Manajer dan pemimpin melibatkan diri pada survei

2. Survei dirancang berdasarkan kebutuhan pegawai dan manajemen

secara objektif.

3. Survei diadministrasikan secara wajar

4. Ada tindak lanjut atau follow up dari pemimpin dan adanya aksi

untuk mengkomunikasikan kegunaan hasilnya dari pemimpin.

Keuntungan dari survei kepuasan kerja, antara lain kepuasan kerja

secara umum, komunikasi, meningkatkan sikap kerja dan untuk

keperluan pelatihan (training).

a. Kepuasan kerja secara umum

Keuntungan survei kepuasan kerja dapat memberikan gambaran

kepada pemimpin mengenai tingkat kepuasan kerja pegawai di

(40)

pegawai pada bagian dan jabatan tertentu. Survei juga sangat

bermanfaat dalam mendiagnosis masalah-masalah pegawai yang

berhubungan dengan peralatan kerja.

b. Komunikasi

Survei kepuasan kerja sangat bermanfaat dalam

mengkomunikasikan keinginan pegawai dengan pikiran

pemimpin. Pegawai yang kurang berani berkomentar terhadap

pekerjaannya dengan melalui survei dapat membantu

mengkomunikasikan kepada pemimpin.

c. Meningkatkan sikap kerja

Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dalam meningkatkan

sikap kerja pegawai. Hal ini karena pegawai merasa pelaksanaan

kerja dan fungsi jabatannya mendapat perhatian dari pihak

pemimpin.

d. Kebutuhan pelatihan

Survei kepuasan kerja sangat berguna dalam menentukan

kebutuhan pelatihan tertentu. Pegawai-pegawai biasanya

diberikan kesempatan untuk melaporkan apa yang mereka

rasakan dari perlakuan pemimpin pada bagian jabatan tertentu.

Dengan demikian kebutuhan pelatihan disesuaikan dengan

kebutuhan bagi bidang pekerjaan pegawai-pegawai peserta

pelatihan.

2.3. Kepuasan Kerja Dihubungkan dengan Kemangkiran

Robbins (2003) mengungkapkan bahwa ketidakpuasan

karyawan dapat dinyatakan dengan sejumlah cara, misalnya, daripada

berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik

organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab mereka.

Terdapat empat respon yang berbeda satu sama lain sepanjang dua

dimensi : konstruktif/destruktif dan aktif/pasif. Respon didefinisikan

sebagai berikut :

1. Keluar (Exit): Perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi.

(41)

2. Suara (voice): Dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki

kondisi mencakup saran perbaikan membahas problem-problem

dengan atasan dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.

3. Kesetiaan (loyalty): Pasif tapi optimistis menunggu membaiknya

kondisi. Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik

luar dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk

”melakukan hal yang tepat”.

4. Pengabaian (neglect): Secara pasif membiarkan kondisi memburuk.

Termasuk kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya

yang dikurangi dan tingkat kekeliruan yang meningkat.

Perilaku exit dan pengabaian meliputi atribut-atribut kinerja produktivitas, kemangkiran dan keluarnya karyawan. Tetapi model ini

mengembangkan respons karyawan yang melibatkan suara dan kesetiaan,

perilaku-perilaku konstruktif yang memungkinkan individu mentolerir

situasi yang tidak menyenangkan atau menghidupkan kembali kondisi

kerja yang memuaskan. Model itu membantu kita untuk memahami

situasi, seperti misalnya yang kadang dijumpai di antara pekerja

berserikat buruh dimana kepuasan kerja yang rendah digandeng dengan

tingkat keluar masuknya karyawan yang rendah. Anggota serikat buruh

sering mengungkapkan ketidakpuasan lewat prosedur keluhan atau lewat

perundingan kontrak yang formal. Mekanisme suara ini memungkinkan

anggota serikat buruh untuk melanjutkan pekerjaan sementara

meyakinkan diri mereka bahwa mereka sedang bertindak memperbaiki

situasi.

2.4. Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Robbins (2003) menyatakan bahwa tampaknya logis untuk

mengandalkan kepuasan kerja seharusnya merupakan penentu utama dari

perilaku kewarganegaraan karyawan Organizational Citizenship

Behaviour (OCB). Karyawan yang puas tampaknya akan lebih mungkin

berbicara positif tentang organisasi, membantu orang lain dan jauh

melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan mereka. Lagi pula,

(42)

tugas karena mereka ingin membalas pengalaman positif mereka.

Konsisten dengan pemikiran ini, pembahasan sebelumnya tentang OCB

mengandaikan bahwa itu berhubungan erat dengan kepuasan. Ada satu

hubungan keseluruhan yang sederhana antara kepuasan kerja dengan

OCB. Pada dasarnya kepuasan kerja menghasilkan konsepsi tentang hasil,

perlakuan dan prosedur yang adil. Jika anda tidak merasa bahwa penyelia

anda, prosedur organisasi, atau kebijakan upah anda itu adil, kepuasan

kerja anda mungkin sangat mengenaskan. Akan tetapi bila anda

merasakan proses dan hasil organisasi adalah adil, kepercayaan

dikembangkan dan bila anda mempercayai majikan anda, anda lebih

berkeinginan untuk secara sukarela bergabung dalam perilaku yang

melebihi tuntutan pekerjaan formal anda.

Respon yang terjadi terhadap ketidakpuasan kerja adalah seperti Gambar

3 berikut :

Aktif

Exit Suara

Destruktif Konstruktif

Pengakuan Kesetiaan

[image:42.612.171.509.353.501.2]

Pasif

Gambar.3. Respon terhadap ketidakpuasan kerja (Robbins, 2003)

2.5. Perencanaan Pemberhentian

Menurut Hasibuan (2003) pemberhentian (Separation) SDM harus

direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan kesulitan

bagi perusahaan, karena cepat atau lambat semua karyawan akan berhenti

dengan alasan yang beraneka ragam. Setiap karyawan yang berhenti akan

membawa biaya (penarikan, seleksi dan pengembangan) yang merugikan

perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberhentian SDM

(43)

1) Penetapan syarat-syarat status setiap karyawan dalam perusahaan

(tetap, kontrak, percobaan dan lain-lain).

2) Merencanakan peraturan-peraturan pemberhentian yang dikaitkan

dengan status SDM dan alasan-alasan pemberhentiannya.

3) Merencanakan persyaratan pensiun dan atau pembayaran

pesangonnya.

4) Merencanakan prosedur pemberhentian dengan tidak hormat.

2.6. Pemensiunan

Menurut Manullang (2006), pemensiunan pegawai tidak

seluruhnya sama dengan pemberhentian pegawai. Memang ada

persamaan diantara keduanya, yakni pemutusan hubungan kerja karena

suatu sebab tertentu. Pada pemensiunan sebagaimana pada pemberhentian

terdapat juga soal ganti rugi, meskipun sifatnya lain dari ganti rugi pada

pemberhentian. Ganti rugi pada pemberhentian bersifat sekali saja,

sedangkan ganti rugi pada pemensiunan, lebih tepat disebut jaminan hari

tua bersifat pembayaran berulang-ulang. Terdapat pertentangan antara

perusahaan dengan pegawai, dimana pada batas produktivitas seseorang

pegawai ingin terus melanjutkan hubungan kerja sedangkan perusahaan

ingin segera memensiunkannya. Maka dari itu jelas bahwa pengambil

inisiatif dalam pemensiunan adalah perusahaan.

Dessler (2003) berpendapat bahwa dalam mengembangkan

rencana pensiun untuk memenuhi kebutuhan unik mereka, pengusaha

harus mempertimbangkan beberapa masalah kebijakan kunci, yaitu :

1) Persyaratan keanggotaan, yaitu umur minimal lamanya bekerja

dimana karyawan dapat memenuhi syarat untuk pensiun.

2) Rumus tunjangan, yaitu menargetkan pensiun (yang telah

didefinisikan) dengan pendapatan akhir karyawan, rata-rata tiga atau

empat tahun terakhir pendapatan orang tersebut.

3) Pendanaan rencana, yaitu bagaimana mendanai dana tersebut dalam

(44)

4) Pemberian, yaitu dana yang diberikan adalah uang yang telah

dimasukkan oleh pengusaha dan karyawan dalam dana pensiun

karyawan yang tidak dapat dikorbankan untuk alasan apapun.

2.6.1. Jendela Pensiun Dini

Dessler (2003) mengemukakan bahwa jendela pensiun dini

adalah sejenis penawaran dimana karyawan didorong untuk pensiun

lebih awal, insentifnya adalah tunjangan pensiun bebas dan

barangkali ditambah dengan sebuah pembayaran tunai. Beberapa

rencana mengambil bentuk pengaturan jendela pensiun dini dimana

karyawan tertentu (sering berumur 50 tahun atau lebih) memenuhi

syarat untuk berpartisispasi. ”Jendela” disini berarti bahwa untuk

suatu waktu terbatas, perusahaan membuka kesempatan bagi

karyawan untuk pensiun lebih awal dari biasanya.

2.6.2. Cara Pembiayaan Pensiun

Manullang (2006) mengemukakan bahwa dalam

perusahaan yang sudah menganut sistem pemberian pensiun

umumnya pembiayaan pensiun dilakukan dengan memilih salah satu

dari tiga cara. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

1) Dibiayai oleh pegawai

Pembiayaan pemensiunan dilakukan dengan sistem menabung,

yakni memotong beberapa persen upah pegawai tiap bulan yang

dimasukkan pada dana jaminan hari tua pegawai. Bila sudah

sampai pada masa tertentu, dana tersebut dikembalikan kepada

pegawai berupa cicilan tiap bulan. Pada dasarnya besarnya uang

jaminan hari tua sama dengan uang tabungan pegawai yang

bersangkutan. Adapula perusahaan yang memberi tambahan,

bila pegawai yang bersangkutan sudah memenuhi syarat,

misalnya sudah bekerja pada perusahaan, sedikitnya sepuluh

tahun. Pembiayaan ini sering disebut ”upah yang ditunda

(45)

2) Dibiayai oleh perusahaan

Pembayaran jaminan hari tua yaitu dengan cara memotong

sebagian keuntungan perusahaan untuk disetor kepada dana

jaminan hari tua. Dengan cara ini perusahaanlah yang

menanggung beban dalam pemberian jaminan hari tua kepada

pegawainya.

3) Dibiayai secara bersama oleh kedua belah pihak

Penggabungan antara keduanya, yakni pegawai dibebankan

pemotongan upah beberapa persen dan perusahaan membayar

sebesar yang dibayarkan oleh pegawai.

Menurut Widoatmojo (2006), terdapat beberapa program

dana pensiun yakni : program dana pensiun publik, program dana

pensiun perusahaan, program dana pensiun anuitas, program dana

pensiun individu dan program dana pensiun mandiri.

Kelebihan dan kekurangan program dana pensiun tersebut dapat

(46)
[image:46.612.195.510.80.483.2]

Tabel 1. Program Dana Pensiun

Program Dana Pensiun

Kelebihan Kekurangan

Publik 1. Memaksa peserta menabung 2. Bisa berbagi iuran dengan

perusahaan

3.Bisa dipindahkan jika pindah kerja

4. Disesuaikan dengan inflasi

1. Nilai pensiun kecil/tidak mencukupi biaya hidup masa pensiun

2. Pilihan program terbatas

Perusahaan 1. Memaksa peserta menabung 2. Bisa berbagi iuran dengan

perusahaan

3. Bisa dibayar semua oleh perusahaan

4. Nilai pensiun bisa mencukupi biaya hidup masa pensiun

1.Tidak bisa dipindahkan 2.Tidak bisa dikontrol 3.Nilai pensiun bisa kecil 4. Tidak mampu

mengimbangi inflasi

Anuitas 1. Banyak pilihan 2. Risiko sedang 3. Nilai iuran fleksibel

1. Tidak mampu mengimbangi inflasi 2. Hasil investasi kecil 3. Perlu modal besar jika

dijadikan program utama Individu 1. Ada fasilitas pajak

2. Mudah mengikutinya 3. Bisa dikontrol 4. Risiko moderat 5. Nilai iuran

dan manfaat fleksibel

1. Hasil investasi tidak terlalu tinggi 2. Perlu hati-hati memilih

penyelenggara 3. Perlu dana besar jika

dijadikan program utama Mandiri 1. Nilai investasi tinggi

2. Nilai iuran dan manfaat fleksibel

3. Sepenuhnya dikontrol sendiri

4. Mampu mengatasi inflasi 5. Pilihan investasi variatif

1. Perlu pengetahuan tentang investasi dan program dana pensiun 2. Risiko tinggi 3. Bisa kehilangan total

dana pensiun

Sumber: Widoatmojo (2006)

2.6.3. Pensiun dan Hukum

Dessler (2003) mengemukakan bahwa keluarnya Employee

Retirement Income Security Act (ERISA) yang diundangkan oleh presiden Ford pada tahun 1974 untuk menuntut bahwa hak-hak

pensiun itu tetap dan dilindungi oleh perwakilan pemerintah, yaitu

Pension Benefits Guarantee Corporation (PBGC) merupakan sebuah langkah yang sangat penting dalam melindungi pensiun para

pekerja dan mendorong para pensiun. ERISA mengeluarkan

Perusahaan Penjamin Tunjangan Pensiun (PPTP) untuk mengawasi

(47)

yang cukup untuk memenuhi kewajiban untuk diberikan. Namun

PBGC atau PPTP ini hanya menjamin rencana tunjangan terdefinisi

bukan rencana kontribusi terdefinisi.

2.6.4. Perampingan SDM ( Sumber Daya Manusia)

Insania (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan

dan penetapan strategi SDM, kebijakan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh pandangannya terhadap SDM. Begitu pula halnya

dalam pengurangan SDM. Kaitannya dengan hal ini ada dua

pandangan, yaitu :

1. Karyawan sebagai biaya yang dipangkas, yaitu dalam

perampingan organisasi, SDM dipandang sebagai komoditas,

seperti microchips, yang dapat ditukar, digantikan dan disubstitusi. Pertanyaan yang secara selalu muncul adalah

”Berapa jumlah minimum karyawan yang dibutuhkan untuk

mengoperasikan perusahaan ini? Berapa orang tenaga kerja yang

dapat dikurangi agar sesuai kebutuhan perusahaan?”

2. Karyawan sebagai aset yang dapat dikembangkan, yaitu

pengurangan SDM merupakan proses restrukturisasi yang

bertanggung jawab. SDM dipandang sebagai sumber inovasi dan

pembaruan sehingga pertanyaan yang terlontar adalah

”bagaimana kita dapat mengubah cara berbisnis sehingga kita

(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

3.1.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

PT Pertamina (Persero) Perkapalan memiliki visi, misi dan

tujuan perusahaan yang dapat terwujud dengan dukungan berbagai

pihak diantaranya adalah karyawan sebagai penggerak dalam

melakukan kegiatan perusahaan, karyawan sebagai faktor sumber

daya manusia yang berharga memiliki peranan penting dalam

menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan. Manajemen perusahaan membuat

kebijakan yang berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja,

berupa program pemensiunan karyawan yakni pensiun dini APS

yang diharapkan mampu memberi hasil yang diinginkan oleh

kedua belah pihak yaitu kesejahteraan karyawan dan

restrukturisasi perusahaan yang mengarah pada peningkatan

kinerja masa depan.

Hubungan kepuasan kerja pensiunan dengan program

pensiun dini atas permintaan sendiri, memiliki sepuluh atribut

penting kepuasan kerja yaitu turn over, tingkat ketidakhadiran

(absen) kerja, umur, tingkat pekerjaan, gaji dan pendapatan,

keamanan kerja, kesempatan promosi, pengakuan manajemen,

perencanaaan pengembangan karir dan ukuran organisasi

perusahaan. Penilaian kepuasan kerja terhadap program kebijakan

pensiun dini APS tersebut dapat diketahui melalui hasil pengisian

kuesioner karyawan. Kepuasan kerja pensiunan yang baik

terhadap program pensiun dini diharapkan mampu memacu

keberhasilan program tersebut dari segi karyawan yang

mengambil program tersebut yang pada akhirnya tercapai tujuan

program itu sendiri serta meningkatkan produktivitas dan

kelangsungan kinerja perusahaan di masa yang akan datang

(49)
[image:49.612.157.519.72.638.2]

Gambar 4. Kerangka Pemikiran konseptual Keterangan :

--- = Ruang Lingkup Penelitian

Visi, Misi dan Tata Nilai

PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN

Kebijakan PT PERTAMINA (PERSERO) Program Pensiun Dini APS

(Atas Permintaan Sendiri) PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN

Efektif Kepuasan Kerja meningkat Ya

Tidak

Pengajuan Permohonan Pensiun Dini Atas Permintaan Sendiri (APS) Karyawan

Restrukturisasi Karyawan

PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN Atribut kepuasan kerja :

1. Umur

2. Tingkat Pekerjaan 3. Ukuran Organisasi 4. Turn over 5. Tingkat

Ketidakhadiran (absen) Kerja 6. Gaji dan Pendapatan 7. Pengakuan

Manajemen 8. Keamanan Kerja 9. Perencanaan

Pengembangan karir 10. Kesempatan Promosi

Kinerja Karyawan

PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN

Kinerja

PT PERTAMINA (PERSERO) PERKAPALAN Kepuasan

(50)

3.1.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Program pensiun dini atas permintaan sendiri yang

diterapkan perusahaan kepada karyawannya diharapkan mampu

menjadi program pemutusan hubungan kerja terbaik dan menjadi

alternatif solusi terbaik bagi kedua belah pihak, perusahaan

mengharapkan adanya restrukturisasi pola hierarki SDM untuk

mencapai efisiensi, efektifitas serta manajemen baru yang

diharapkan akan memberikan hasil dan kualitas yang lebih baik

dari sebelumnya. Program pensiun dini APS dari pihak karyawan

yang mengajukan dinilai sebagai peluang mengembangkan karir

atau aktualisasi diri lebih baik di luar perusahaaan dilihat dari

beberapa faktor, diantaranya : usia yang masih produktif sehingga

ti

Gambar

Gambar 1.  Sistem Integrasi Perencanaan SDM (Pfeffer , 2002)
Gambar 2.
Gambar.3. Respon terhadap ketidakpuasan kerja (Robbins, 2003)
Tabel 1. Program Dana Pensiun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keadilan bagi semua orang yang menjadi pihak dalam hubungan industrial, yaitu pemberi kerja, pekerja, dan pihak ketiga.. Pihak ketiga ini meliputi Negara (pemerintah

penyusunan makalah ini, antara lain membantu agar teman-teman mahasiswa agar dapat.. memahami lebih dalam mengenai hukum-hukum

Meskipun penelitian tentang estimasi hazard rate model point process pada kemunculan gempa telah dilakukan oleh Darwis, dkk (2009) dan Sunusi,N dkk (2010) , namun hasil

〔商法二四五〕 株式会社設立無効の訴と権利濫用による請求の棄却 名古屋地裁昭和五三年一二月一九日判決 宮島, 司Miyajima, Tsukasa

Hasil Analisis Ragam Logam Cd pada Tanaman Kangkung,. Sedimen dan Air di Rona Lingkungan

Menurut Ridha (2014) salah satu faktor risiko dari penyebab kuman diare adalah faktor lingkungan yang merupakan epidemiologi diare atau penyebaran diare sebagian

Oleh karena itu peneliti membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada ” Pengaruh tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap

Dana yang telah diterima untuk penyelenggaraan Bantuan Program Pelatihan dari Direktorat Bina Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan