• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (REPTILIA: TESTUDINATA: TRIONYCHIDAE) BERDASARKAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA

BELAWA, KABUPATEN CIREBON

NOVALIA RAHMI C24103056

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(3)

NOVALIA RAHMI (C24103056). PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) BERDASARKAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA BELAWA, KABUPATEN CIREBON. Dibawah bimbingan Yusli Wardiatno dan Mirza Dikari Kusrini

RINGKASAN

Labi-labi dari Kelas Reptilia, Ordo Testudinata, Famili Trionychidae, Spesies Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) atau lebih dikenal dengan nama Asiatic Softshell Turtle (Species 2000 2007). Labi-labi yang terdapat di Obyek Wisata Belawa dan di Desa Belawa lebih dikenal dengan sebutan “Kura-kura Belawa”. Kura-kura tersebut termasuk jenis kura-kura air tawar (freshwater turtles) dengan ciri khas yaitu memiliki bentuk cekung pada bagian tulang belakang pada labi-labi dewasa (Kusdinar 1995; Kusrini et al. 2007). Areal wisata Belawa dan Desa Belawa merupakan salah satu sarana dalam pelestarian kura-kura Belawa secara insitu dan eksitu yang sekaligus juga merupakan laboratorium hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi (Kusdinar 1995).

Beberapa contoh kegiatan yang dapat menurunkan populasi labi-labi di Desa Belawa yaitu berkurangnya lahan alami sebagai ruang gerak kura-kura, kualitas kolam yang buruk, pengambilan telur secara liar dan penangkapan kura-kura secara liar sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya populasi dan mengancam kehidupan satwa liar khususnya “Kura-kura Belawa” (Kusrini et al. 2007). Dengan adanya ancaman kepunahan populasi labi-labi maka diperlukan suatu upaya pengelolaan untuk mempertahankan kelestarian yaitu dengan konservasi melalui penangkaran. Makanan merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penangkaran diperlukan makanan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan hidup labi-labi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis pakan yang paling disukai oleh juvenil labi-labi dan mengkaji pertumbuhan juvenil labi-labi yang diberi pakan berbeda.Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada pengelola, tentang pakan yang disukai dan pakan yang baik untuk kelangsungan hidup labi-labi mulai dari fase juvenil, serta memperoleh pengetahuan khususnya tentang labi-labi dari jenis Amyda cartilaginea yang hidup di Desa Belawa.

(4)

PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (REPTILIA: TESTUDINATA: TRIONYCHIDAE) BERDASARKAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA

BELAWA, KABUPATEN CIREBON

NOVALIA RAHMI C24103056

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon

Nama Mahasiswa : Novalia Rahmi Nomor Pokok : C24103056

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si NIP. 131 956 708 NIP. 131 878 493

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon”.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang

telah memberikan bimbingannya selama penelitian serta dalam penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen perwakilan dari Program Studi 4. Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas bimbingannya selama masa studi penulis di Institut Pertanian Bogor 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas

bantuan, dukungan yang telah diberikan kepada penulis

6. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, dan Adik-adik (Opick dan Adam) atas do’a, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis

7. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat atas biaya penelitian

8. Tim peneliti di Belawa (Pak Ali Mashar, Mba Nur, Mba Eny) dan masyarakat di Desa Belawa atas fasilitas dan bantuannya

9. Muhammad Luqman Triaji dan keluarga atas do’a dan dukungannya 10.Rekan–rekan MSP angkatan 40, 41 atas dukungan dan kebersamaannya

serta sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(7)
(8)

4.1 Hasil ... 30

4.1.1 Penelitian Pendahuluan (Tahap I) ... 30

4.1.1.1 Pakan yang disukai ... 30

4.1.2 Penelitian Utama (Tahap II) ... 33

4.1.2.1 Parameter Kualitas Air : Suhu dan pH ... 34

4.1.2.2 Pertumbuhan Juvenil Labi-labi ... 35

4.1.2.3 Pertambahan Panjang Lengkung Karapas (PLK) Juvenil Labi-labi ... 36

4.1.2.4 Pertambahan Lebar Lengkung Karapas (LLK) Juvenil Labi-labi ... 37

4.1.3.1 Pertambahan Bobot Juvenil Labi-labi ... 38

4.1.3.2 Hubungan Panjang – Bobot Labi-labi ... 39

4.1.3.3 Pakan ... 42

4.1.3.3.1 Efisiensi pakan ... 42

4.2 Pembahasan ... 43

4.3 Pengelolaan Sumberdaya Hayati Labi-labi ... 48

V. Kesimpulan Dan Saran ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Identifikasi karakteristik morfologi labi-labi jenis Amyda cartilaginea dengan kura-kura belawa ... 10 2. Kandungan gizi tiap 100 gram pakan percobaan ... 20 3. Model Rancangan Acak Lengkap dengan Ulangan dan Perlakuan

Pada Penelitian Pendahuluan ... 25 4. Rata-rata suhu dan pH pada setiap pengamatan pada penelitian utama 35 5. Laju pertumbuhan harian juvenil labi-labi pada masing-masing

perlakuan untuk setiap ulangan pada penelitian utama... 39 6. Hasil perbedaan antara dua garis regresi dari setiap dua perlakuan .... 42 7. Efisiensi pakan dengan proporsi makanan 20% per berat per ekor

pada masing-masing ulangan setiap perlakuan (dalam %) ... 42

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Juvenil Labi-labi ... 6 2. Karapas (a), Plastron (b), Tulang perisai punggung (c), Tulang perisai

Perut (d) dari Juvenil Labi-labi ... 7 3. Mata Labi-labi ... 8 4. Lubang hidung (a) dan Leher (b) Juvenil Labi-labi ... 8 5. Perbedaan bentuk dan ukuran ekor pada labi-labi jantan (a) dan

betina (b) ... 9 6. Bentuk mata dan hidung labi-labi Belawa ... 11 7. Cakar dan selaput jari (web) labi-labi belawa ... 11 8. Bintik-bintik kuning pada karapas, kepala, dan leher labi-labi Belawa

kiri; bercak hitam pada karapas individu yang masih muda (muda) ... 11 13. Pengukuran panjang lengkung karapas (a) dan pengukuran lebar

lengkung karapas (b), pengukuran bobot tubuh (c) ... 22 14. Wadah uji yang digunakan pada penelitian dan tempat pakan serta

juvenil labi-labi ... 23 15. Tata letak bak-bak percobaan pada penelitian pendahuluan ... 26 16. Grafik pertambahan rata-rata PLK (cm) pada penelitian pendahuluan

per ekor per satu bulan pengamatan ... 31 17. Grafik pertambahan rata-rata LLK (cm) pada penelitian pendahuluan

per ekor per satu bulan pengamatan ... 32 18. Grafik pertambahan rata-rata bobot (gram) pada penelitian

pendahuluan per ekor per satu bulan pengamatan ... 33 19. Jenis Pakan Pada Penelitian Utama ... 34

(11)

PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (REPTILIA: TESTUDINATA: TRIONYCHIDAE) BERDASARKAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA

BELAWA, KABUPATEN CIREBON

NOVALIA RAHMI C24103056

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(13)

NOVALIA RAHMI (C24103056). PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) BERDASARKAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA BELAWA, KABUPATEN CIREBON. Dibawah bimbingan Yusli Wardiatno dan Mirza Dikari Kusrini

RINGKASAN

Labi-labi dari Kelas Reptilia, Ordo Testudinata, Famili Trionychidae, Spesies Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) atau lebih dikenal dengan nama Asiatic Softshell Turtle (Species 2000 2007). Labi-labi yang terdapat di Obyek Wisata Belawa dan di Desa Belawa lebih dikenal dengan sebutan “Kura-kura Belawa”. Kura-kura tersebut termasuk jenis kura-kura air tawar (freshwater turtles) dengan ciri khas yaitu memiliki bentuk cekung pada bagian tulang belakang pada labi-labi dewasa (Kusdinar 1995; Kusrini et al. 2007). Areal wisata Belawa dan Desa Belawa merupakan salah satu sarana dalam pelestarian kura-kura Belawa secara insitu dan eksitu yang sekaligus juga merupakan laboratorium hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi (Kusdinar 1995).

Beberapa contoh kegiatan yang dapat menurunkan populasi labi-labi di Desa Belawa yaitu berkurangnya lahan alami sebagai ruang gerak kura-kura, kualitas kolam yang buruk, pengambilan telur secara liar dan penangkapan kura-kura secara liar sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya populasi dan mengancam kehidupan satwa liar khususnya “Kura-kura Belawa” (Kusrini et al. 2007). Dengan adanya ancaman kepunahan populasi labi-labi maka diperlukan suatu upaya pengelolaan untuk mempertahankan kelestarian yaitu dengan konservasi melalui penangkaran. Makanan merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penangkaran diperlukan makanan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan hidup labi-labi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis pakan yang paling disukai oleh juvenil labi-labi dan mengkaji pertumbuhan juvenil labi-labi yang diberi pakan berbeda.Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada pengelola, tentang pakan yang disukai dan pakan yang baik untuk kelangsungan hidup labi-labi mulai dari fase juvenil, serta memperoleh pengetahuan khususnya tentang labi-labi dari jenis Amyda cartilaginea yang hidup di Desa Belawa.

(14)

PERTUMBUHAN JUVENIL LABI-LABI, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (REPTILIA: TESTUDINATA: TRIONYCHIDAE) BERDASARKAN

PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA, DALAM UPAYA DOMESTIKASI UNTUK MENUNJANG KONSERVASI DI DESA

BELAWA, KABUPATEN CIREBON

NOVALIA RAHMI C24103056

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon

Nama Mahasiswa : Novalia Rahmi Nomor Pokok : C24103056

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si NIP. 131 956 708 NIP. 131 878 493

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon”.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang

telah memberikan bimbingannya selama penelitian serta dalam penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen perwakilan dari Program Studi 4. Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas bimbingannya selama masa studi penulis di Institut Pertanian Bogor 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas

bantuan, dukungan yang telah diberikan kepada penulis

6. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, dan Adik-adik (Opick dan Adam) atas do’a, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis

7. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat atas biaya penelitian

8. Tim peneliti di Belawa (Pak Ali Mashar, Mba Nur, Mba Eny) dan masyarakat di Desa Belawa atas fasilitas dan bantuannya

9. Muhammad Luqman Triaji dan keluarga atas do’a dan dukungannya 10.Rekan–rekan MSP angkatan 40, 41 atas dukungan dan kebersamaannya

serta sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(17)
(18)

4.1 Hasil ... 30

4.1.1 Penelitian Pendahuluan (Tahap I) ... 30

4.1.1.1 Pakan yang disukai ... 30

4.1.2 Penelitian Utama (Tahap II) ... 33

4.1.2.1 Parameter Kualitas Air : Suhu dan pH ... 34

4.1.2.2 Pertumbuhan Juvenil Labi-labi ... 35

4.1.2.3 Pertambahan Panjang Lengkung Karapas (PLK) Juvenil Labi-labi ... 36

4.1.2.4 Pertambahan Lebar Lengkung Karapas (LLK) Juvenil Labi-labi ... 37

4.1.3.1 Pertambahan Bobot Juvenil Labi-labi ... 38

4.1.3.2 Hubungan Panjang – Bobot Labi-labi ... 39

4.1.3.3 Pakan ... 42

4.1.3.3.1 Efisiensi pakan ... 42

4.2 Pembahasan ... 43

4.3 Pengelolaan Sumberdaya Hayati Labi-labi ... 48

V. Kesimpulan Dan Saran ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Identifikasi karakteristik morfologi labi-labi jenis Amyda cartilaginea dengan kura-kura belawa ... 10 2. Kandungan gizi tiap 100 gram pakan percobaan ... 20 3. Model Rancangan Acak Lengkap dengan Ulangan dan Perlakuan

Pada Penelitian Pendahuluan ... 25 4. Rata-rata suhu dan pH pada setiap pengamatan pada penelitian utama 35 5. Laju pertumbuhan harian juvenil labi-labi pada masing-masing

perlakuan untuk setiap ulangan pada penelitian utama... 39 6. Hasil perbedaan antara dua garis regresi dari setiap dua perlakuan .... 42 7. Efisiensi pakan dengan proporsi makanan 20% per berat per ekor

pada masing-masing ulangan setiap perlakuan (dalam %) ... 42

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Juvenil Labi-labi ... 6 2. Karapas (a), Plastron (b), Tulang perisai punggung (c), Tulang perisai

Perut (d) dari Juvenil Labi-labi ... 7 3. Mata Labi-labi ... 8 4. Lubang hidung (a) dan Leher (b) Juvenil Labi-labi ... 8 5. Perbedaan bentuk dan ukuran ekor pada labi-labi jantan (a) dan

betina (b) ... 9 6. Bentuk mata dan hidung labi-labi Belawa ... 11 7. Cakar dan selaput jari (web) labi-labi belawa ... 11 8. Bintik-bintik kuning pada karapas, kepala, dan leher labi-labi Belawa

kiri; bercak hitam pada karapas individu yang masih muda (muda) ... 11 13. Pengukuran panjang lengkung karapas (a) dan pengukuran lebar

lengkung karapas (b), pengukuran bobot tubuh (c) ... 22 14. Wadah uji yang digunakan pada penelitian dan tempat pakan serta

juvenil labi-labi ... 23 15. Tata letak bak-bak percobaan pada penelitian pendahuluan ... 26 16. Grafik pertambahan rata-rata PLK (cm) pada penelitian pendahuluan

per ekor per satu bulan pengamatan ... 31 17. Grafik pertambahan rata-rata LLK (cm) pada penelitian pendahuluan

per ekor per satu bulan pengamatan ... 32 18. Grafik pertambahan rata-rata bobot (gram) pada penelitian

pendahuluan per ekor per satu bulan pengamatan ... 33 19. Jenis Pakan Pada Penelitian Utama ... 34

(21)

20. Grafik pertambahan rata-rata PLK per ekor per dua bulan pengamatan 36

21. Grafik pertambahan rata-rata LLK per ekor per dua bulan pengamatan 37

22. Grafik pertambahan rata-rata bobot per ekor per dua bulan pengamatan ... 38

23. Kurva hubungan panjang – bobot dengan pemberian pakan A. ... 40

24. Kurva hubungan panjang – bobot dengan pemberian pakan B ... 40

25. Kurva hubungan panjang – bobot dengan pemberian pakan C ... 41

26. Kurva hubungan panjang – bobot dengan pemberian pakan D ... 41

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Hasil uji normalitas data pertumbuhan juvenil labi-labi pada penelitian

pendahuluan, dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 56 2. Pertumbuhan mutlak (PLK total (cm)) labi-labi selama satu bulan

pemeliharaan pada penelitian pendahuluan. ... 56 3. Pertumbuhan mutlak (LLK (cm)) labi-labi selama satu bulan

pemeliharaan pada penelitian pendahuluan ... 57 4. Pertumbuhan mutlak (bobot (gram)) labi-labi selama satu bulan

pemeliharaan pada penelitian pendahuluan ... 57 5. Hasil statistik “Kruskal-Wallis Test” pada penelitian pendahuluan,

dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 57 6. Hasil normalitas data pertumbuhan juvenil labi-labi pada penelitian

utama, dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 58 7. Pertumbuhan mutlak (PLK total (cm)) labi-labi selama dua bulan

pemeliharaan pada penelitian utama ... 59 8. Hasil statistik “Kruskal-Wallis Test” (PLK) pada penelitian utama,

dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 59 9. Pertumbuhan mutlak (LLK total (cm)) labi-labi selama dua bulan

pemeliharaan pada penelitian utama ... 59 10.Hasil statistik “Kruskal-Wallis Test” (LLK) pada penelitian utama,

dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 59 11.Pertumbuhan mutlak (bobot (gram)) labi-labi selama dua bulan

pemeliharaan pada penelitian utama ... 60 12.Hasil statistik “Kruskal-Wallis Test” (Bobot) pada penelitian utama,

dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 60 13.Hasil statistik “Kruskal-Wallis Test” (Laju pertumbuhan harian) pada

penelitian utama, dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 60 14.Hasil perhitungan dari perbedaan diantara dua garis regresi perlakuan

dua jenis pakan berbeda ……….. 61 15.Tujuh jenis pakan pada penelitian pendahuluan ... 62 16.Aktifitas berlumpur juvenil labi-labi ……… 64 17.Juvenil labi-labi sesekali menampakkan batang hidungnya di atas

(23)

18.Empat jenis pakan pada penelitian utama …………... 63 19.Hasil regresi linier plk dan bobot, perlakuan pakan A pada penelitian

utama, dengan menggunakan program (SPSS 13.0) ... 64 20.Hasil regresi linier plk dan bobot, perlakuan pakan B pada penelitian

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya (UU RI. No.9 Tahun 1985 Tentang Perikanan). Sifat dari sumberdaya ikan yang penting adalah mempunyai daya untuk pulih kembali (renewable), namun demikian tidak berarti tak terbatas, sedangkan ciri dari sumberdaya ikan adalah memiliki keanekaragaman spesies (species diversity) dan milik umum (common properties) yang mengandung arti bahwa, setiap orang baik badan hukum maupun

perorangan dapat mengeksploitasi atau memanfaatkan sumberdaya tersebut, namun harus tetap berpedoman pada kaidah-kaidah pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta peraturan perundangan yang berlaku (Ditjenkan 1995).

Labi-labi, merupakan salah satu satwa air yang masuk ke dalam komoditas perikanan. Dari sekitar 30 jenis labi-labi yang terdapat di dunia, sekitar 21 jenis diantaranya terdapat di perairan umum Indonesia. Dari sekitar 21 jenis labi-labi tersebut 6 jenis diantaranya telah dilindungi oleh undang-undang yaitu, Chitra indica (Bulus raksasa, Labi-labi besar, Giant Fresh water turtles), Batagur baska

(Tuntong, River Terrapin), Carettochelys insculata (Kura-kura Irian, Irian Tortoise) dan Orlitia borneensis (Kura-kura gading, Aquatic Tortoise) yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/5/1978; Elseya novaeguinea (Kura-kura Irian leher pendek, Guinea Snapper) dan

Chelodina novaeguinea (Kura-kura Irian leher panjang, Long necked tortoise)

dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 716/Kpts/Um/10/1980 (Ditjenkan 1995; Samedi dan Iskandar 2000). Sedangkan untuk jenis labi-labi yang belum dilindungi undang-undang dan tidak termasuk dalam daftar Appendix I CITES, dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan walaupun secara terbatas dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah pelestarian sumberdaya alam, dengan terlebih dahulu mendapat ijin dari Menteri Pertanian. Beberapa jenis labi-labi yang belum dilindungi dan belum termasuk dalam Appendix I CITES, antara lain : Trionyx cartilagineous, Trionyx spincter/T. spinifer, Trionyx sinensis, Trionyx steindachneji, Callagur borneensis, Pelchelys

(25)

telah dimanfaatkan dengan terlebih dahulu mendapat ijin dari Direktur Jenderal Perikanan adalah Trionyx cartilagineous dan Trionyx spincter (Ditjenkan 1995).

Status dari labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) di alam yaitu rawan (IUCN 2006) dan tidak dilindungi (CITES 2004). Karena statusnya tersebut, labi-labi jenis Amyda cartilaginea yang terdapat di Asia banyak diperjualbelikan baik secara legal maupun ilegal dan masuk dalam perdagangan kura-kura di Asia dengan skala internasional (van Dijk et al. 2000). Hal ini tidak terlepas dari permintaan akan kebutuhan yang besar terhadap labi-labi terutama sebagai makanan yang dikonsumsi (daging dan telur), obat tradisional China, dan sebagai hewan peliharaan yang banyak diburu konsumen terutama berasal dari negara-negara Asia Timur Utara seperti China, Hongkong, dan Taiwan (Chen 2000; Compton 2000; Lau dan Shi 2000).

Kebanyakan dari kura-kura dan labi-labi yang memenuhi pasar-pasar di China adalah spesies-spesies yang berasal dari Asia Tenggara dan salah satu dari negara-negara di Asia Tenggara yang secara tetap mengimpor dan mengekspor kura-kura dan labi-labi yang terdaftar dalam CITES adalah Indonesia terutama dari pulau Sumatra yang diwakili oleh Medan, Riau dan Palembang sebagai pengekspor terbesar (Shepherd 2000). Amyda cartilaginea adalah yang paling umum dan banyak di perjuallbelikan dalam perdagangan di Sumatra untuk di ekspor, contohnya di Medan spesies Amyda cartilaginea diekspor hidup-hidup kira-kira satu ton per hari, dengan harga yang sangat mahal karena memiliki kualitas daging yang terbaik dibandingkan dengan jenis labi-labi yang lain seperti Dogania subplana dan Pelochelys cantorii (Shepherd 2000). Sedangkan di Indonesia sendiri labi-labi banyak dikonsumsi sebagai makanan dan obat-obatan oleh beberapa golongan atau suku tertentu, seperti komunitas China yang percaya bahwa dengan mengkonsumsi darah, usus, lemak, telur, dan kulit dari labi-labi dapat berpengaruh terhadap kesehatan sebagai obat-obatan (Samedi dan Iskandar 2000).

1.2.Perumusan Masalah

(26)

di Obyek Wisata Belawa dan di Desa Belawa lebih dikenal dengan sebutan “Kura-kura Belawa”. Kura-kura tersebut termasuk jenis kura-kura air tawar (freshwater turtles) dengan ciri khas yaitu memiliki bentuk cekung pada bagian tulang belakang pada labi-labi dewasa (Kusdinar 1995; Kusrini et al. 2007). Areal wisata Belawa dan Desa Belawa merupakan salah satu sarana dalam pelestarian kura-kura Belawa secara insitu dan eksitu yang sekaligus juga merupakan laboratorium hidup yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi (Kusdinar 1995).

Menurut Priyono et al. (1999) keberadaan labi-labi di Desa Belawa semakin menurun, jumlah kura-kura Belawa mencapai 88 ekor yang tersebar di beberapa kolam dan perairan Sungai Cikuya. Ukuran panjang tubuh antara 32,9 – 66,9 cm untuk jantan dan 26,4 – 68,7 cm untuk betina. Jumlah telur 5 – 11 butir per sarang (Kusdinar 1995). Dari hasil penelitian terbaru (Kusrini et al. 2007) di Desa Belawa, jumlah kura-kura yang ditemukan mencapai 220 ekor kemudian ditampung di kolam-kolam milik warga yang dipagari, jumlah tersebut diduga masih lebih besar dari jumlah yang dapat ditemukan selama penelitian karena masih banyak individu yang terlihat muncul ke permukaan air kolam dan belum tertangkap, untuk ukuran panjang tubuh rata-rata 69,55 cm untuk betina dan 68,75 cm untuk jantan, serta jumlah telur berkisar antara 3 – 14 per sarang.

Beberapa contoh kegiatan yang dapat menurunkan populasi labi-labi di Desa Belawa yaitu adanya pembukaan areal baru seperti perluasan lahan untuk pemukiman penduduk sehingga berkurangnya lahan alami sebagai ruang gerak kura-kura, kualitas kolam yang buruk karena masuknya air cucian ke dalam kolam dan sampah, pengambilan telur secara liar dan penangkapan kura-kura secara liar sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya populasi dan mengancam kehidupan satwa liar khususnya “Kura-kura Belawa” (Kusrini et al. 2007).

(27)

cartilaginea di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon. Sistem penangkaran itu sendiri

mencakup lingkungan dan makanannya.

Makanan merupakan faktor utama dalam proses kelangsungan hidupnya seperti pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses penangkaran diperlukan pakan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan hidup labi-labi tersebut. Dalam hal ini yaitu melalui pemberian jenis pakan yang berbeda pada juvenil labi-labi dalam habitat buatan, sehingga diharapkan juvenil tersebut mampu bertahan hidup hingga dewasa dengan kondisi yang baik dan sehat.

Selama proses penangkaran labi-labi tidak luput dari gangguan hama dan penyakit yang akan menghambat kelangsungan hidup labi-labi. Hama dalam budidaya labi-labi biasanya berupa predator seperti lintah atau pacet sebagai hama pasir yang biasanya mengancam kehidupan labi-labi pada fase tukik atau labi-labi muda (remaja). Selain hama, adapun penyakit yang sering menyerang labi-labi yaitu parasiter Ichthyopthyirus multifilis atau white spot atau penyakit bintik putih (Amri dan Khairuman 2002).

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jenis pakan yang disukai oleh juvenil labi-labi.

2. Mengetahui pengaruh dari pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan juvenil labi-labi.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Labi-labi (Amyda cartilaginea) 2.1.1. Klasifikasi dan Tata Nama

Klasifikasi labi-labi (Species 2000 2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Subordo : Cryptodira Superfamilia : Trionychoidea Familia : Trionychidae

(Fitzinger, 1826) Subfamilia : Trionychinae

Genus : Amyda

Spesies : Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) Nama Umum : Southeast Asian softshell turtles

Tata Nama menurut (CITES 2004) :

Sinonim nama : Trionyx cartilaginous (Boddaert, 1770) ilmiah dengan Trionyx phayrei (Theobald, 1868)

Trionyx ornatus (Gray, 1861)

Trionyx nakornsrithammarajensis (Nutaphand, 1979) Nama Lokal : Bahasa Indonesia : Labi-labi, Labi biasa, Bulus, Kuja

Bahasa Melayu : Labi-labi Asia

Burma : Leik-kaba, Leik-beywoon Kamboja : Kantheay ah see

Laos : Pa fa Asia

Thailand : Ta pab nam thammada, Ta pab suan Vietnam : Ba ban am bo

(29)

Gambar 1. Juvenil Labi-labi (Dokumentasi pribadi 2008).

2.1.2. Ciri Morfologis

Bentuk tubuh oval atau agak bulat apabila dilihat dari atas, pipih tanpa sisik (Gambar 1), bentuk tubuh demikian disebut theca, punggung atau karapas (Gambar 2.a) pada bagian dorsal dan plastron atau tempurung (Gambar 2.b) pada bagian ventral terbungkus oleh kulit yang liat. Di sisi belakang karapas terdapat pelebaran pipih yang bentuknya membulat mengikuti bentuk karapas bagian belakang dengan tekstur seperti tulang rawan (cartilago) (Ditjenkan 1999).

(30)

.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Karapas (a), plastron (b) (dokumentasi pribadi, 2007), tulang perisai punggung (c), dan tulang perisai perut dari juvenil labi-labi (d) (Iskandar 2000).

(31)

Gambar 3. Mata labi-labi (Dokumentasi pribadi 2007).

Alat pendengaran labi-labi adalah membran tympani. Labi-labi tidak mempunyai gigi, rahang tertutup oleh paruh yang tajam dari bahan tanduk (Radiopoetro 1983). Lidah labi-labi tebal, pendek, lebar dan melekat didasar mulut. Lubang hidungnya selalu terletak pada ujung belalai yang kecil dan pendek (Gambar 4.a). Leher relatif panjang sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang (Gambar 4.b) (Iskandar 2000).

(a) (b)

(32)

Kaki bersifat pentadactil yaitu jenis kaki pada vertebrata berkaki empat yang terbentuk sebagai adaptasi terhadap kehidupan di darat dari pasangan sirip ikan krosopterigia (Radiopoetro 1983). Kaki labi-labi bisa digunakan untuk berenang dan berjalan di daratan. Jika kita perhatikan lebih teliti ternyata ukuran kaki tidak sama. Kaki depannya lebih panjang daripada kaki belakang. Kaki depan yang ukurannya lebih panjang ini bisa digunakan sebagai pendayung saat berenang.

Lubang pelepasannya berupa celah yang memanjang (Radiopoetro 1983). Jenis kelamin labi-labi dapat ditentukan berdasarkan pada bentuk dan ukuran ekor, pada individu jantan ekornya lebih panjang (Gambar 5.a) dan ramping dibandingkan dengan individu betina yang ekornya pendek dan tebal (Gambar 5.b) (Kusrini et al. 2007) .

(a) (b)

Gambar 5. Perbedaan bentuk dan ukuran ekor pada labi-labi jantan (a) dan betina (b) (Kusrini et al. 2007).

Pada individu muda terdapat gigir-gigir longitudinal dan tonjolan-tonjolan kecil pada kulit dorsal, dengan warna coklat kehitaman dengan bercak hitam membentuk bulatan-bulatan lebar di sebagian karapasnya. Gigir-gigir longitudinal dan bulatan-bulatan hitam disebagian karapas akan menghilang setelah dewasa (Ernst dan Barbour 1989).

(33)

karapas, karapas berwarna coklat atau abu-abu dengan bintik kuning dan hitam, pada tukik berbintik kuning di bagian kepala dan leher (Stuart et al. 2001).

Identifikasi karakteristik morfologi Amyda cartilaginea dengan kura-kura Belawa (Kusrini et al. 2007) dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi karakteristik morfologi labi-labi jenis Amyda cartilaginea dengan kura-kura belawa

hidungnya terletak di ujung ‘belalai’ kecil dan pendek (Ernst & Barbour 1989; Iskandar 2000)

sama Gambar 6

Jari kaki mempunyai selaput penuh (web) dan bercakar relatif hitam bertepi putih melengkung pada bagian belakang karapasnya, terutama pada individu muda (Iskandar 2000)

sama Gambar 8

Warna karapas abu-abu – hitam, terdapat garis putus-putus yang timbul dari arah anterior ke posterior. Pada individu yang masih muda (juvenile) garis-garis timbul tersebut nampak lebih jelas (Iskandar 2000)

sama Gambar 9

Plastron berwarna putih krem

sampai abu-abu sama Gambar 10

Mempunyai 8 pasang keping coastal, pasangan terakhir membentuk sambungan, dan permukaan keping tersebut kasar (Priyono 1988)

(34)

Gambar 6. Bentuk mata dan hidung labi-labi belawa (Kusrini et al. 2007).

Gambar 7. Cakar dan selaput jari (web) labi-labi belawa (Kusrini et al. 2007).

(35)

Gambar 9. Pewarnaan dan garis putus-putus (timbul) pada karapas labi-labi belawa: tukik dan remaja (a dan b); dewasa muda (c) dan dewasa (d) (Kusrini et al. 2007).

(36)

Gambar 11. Jumlah keping coastal pada karapas labi-labi belawa (8 pasang): remaja (a dan b) dan dewasa (c) (Kusrini et al. 2007).

2.1.3. Sifat Biologis

Labi-labi atau bulus atau kura-kura air tawar (reptilia) bersifat poikilothermal yang artinya, suhu tubuh tidak tetap tetapi berubah-ubah mengikuti suhu lingkungan. Dengan adanya perubahan suhu maka akan mempengaruhi aktifitas hewan tersebut, pada suhu tinggi hewan akan lebih bersifat aktif, dan pada suhu rendah akan menjadi lamban (Ditjenkan 1999).

Hewan ini bersifat semi akuatik, sebagian hidupnya tinggal di air dan hanya pada masa-masa tertentu saja naik ke daratan ketika akan bertelur. Disamping itu labi-labi dapat hidup pada iklim yang berbeda mulai dari musim panas, musim dingin dan musim gugur (Ditjenkan 1999).

Menurut Amri dan Khairuman (2002), seekor labi-labi bernapas dengan paru-paru (pulmo), demikian juga dengan anak-anaknya yang baru menetas. Sepanjang hidupnya, labi-labi tidak pernah mengalami perubahan alat pernapasannya yang berupa paru-paru tersebut.

2.1.4. Siklus Hidup

(37)

2.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup

Labi-labi (Amyda cartilaginea) umumnya dijumpai didaerah tenang, seperti di sungai yang berarus lambat dan berlumpur, sungai, rawa, kolam-kolam dan danau yang berbatasan dengan sungai-sungai besar (Ernst dan Barbour 1989; Iskandar 2000). Labi-labi dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 ºC dengan habitat yang disukai labi-labi adalah perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir, terdapat batu-batuan dan tidak terlalu dalam.

Labi-labi biasanya tidak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak diatas batu-batuan untuk berjemur, kebiasaan berjemur labi-labi merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka bulus akan mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis (Kusdinar 1995; Amri dan Khairuman 2000).

Menurut Iskandar (2000), labi-labi umumnya dijumpai di daerah yang tenang, berarus lambat. Bulus banyak ditemukan di kolam yang berhubungan dengan sungai atau danau dan oleh karena itu sering pula dianggap sebagai hama dari ikan yang ditanam orang dikolamnya. Pada beberapa tempat di Jawa, dijumpai bulus di kolam alami dalam jumlah besar dan dianggap keramat. Dalam keadaan umum, bulus selalu bersembunyi di dalam lumpur atau di dalam pasir di dasar kolam atau sungai, sehingga sulit untuk ditemukan.

Kura-kura Belawa merupakan satwa yang tergolong cicardian atau crepuscular, yaitu aktif baik siang hari maupun malam hari, sehingga kegiatan

yang mendukung kehidupannya dilakukan pada siang hari dan juga malam hari. Aktivitas makan dari kura-kura Belawa secara umum akan muncul mencari makanan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 – 10.00 WIB dan sore hari sampai malam hari sekitar pukul 16.00 – 23.00 WIB (Kusdinar 1995). Cara makan kura-kura Belawa yaitu, mula-mula mencaplok makanan dengan menggunakan rahangnya yang tajam terbuat dari zat tanduk, kemudian ditelan tanpa dikunyah (Kusdinar 1995; Kusrini et al. 2007).

(38)

aktivitas ini dilakukan pada siang hari sekitar pukul 10.00 – 16.00 WIB, sedangkan untuk malam harinya sekitar pukul 23.00 – 06.00 WIB. Setelah itu kura-kura Belawa akan keluar dari lumpur kemudian berenang mengelilingi kolam, lalu berpindah dari satu kolam ke kolam lainnya dan diam di dekat saluran air yang masuk ke kolam (Kusdinar 1995).

2.3. Penyebaran

Penyebaran dari Amuda cartilaginea mulai dari jajaran Teluk Tonkin di Vietnam terus menuju barat Laos, Kamboja, Tailand, Burma bagian selatan, lalu menuju selatan dari Malaysia lalu Jawa, Sumatra, dan Borneo (Ernst dan Barbour 1989; Jenkins 1995). Di Indonesia sendiri penyebarannya meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Lombok, Sulawesi (Iskandar 2000).

Sedangkan untuk penyebaran dari Labi-labi (Amyda cartilaginea) di Desa Belawa meliputi habitat perairan Cikuya yang tersebar di kolam-kolam milik masyarakat disepanjang sungai Cikuya dengan dugaan populasi sekitar 220 ekor, dan di dalam Taman Wisata Cikuya yang terdapat 6 individu labi-labi belawa dewasa tua (Kusrini et al. 2007).

Menurut CITES (2004) disebutkan bahwa distribusi labi-labi di Asia yaitu mulai dari Brunei Darussalam, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam. Di Indonesia sendiri ditemukan di Sumatra, Banka, Jawa, Kepulauan Riau, Belitung, Lombok dan Kalimantan.

2.4. Makanan

Makanan utama dari bulus adalah daging ikan, moluska (siput), krustasea (udang-udang kecil air tawar) dan lain-lain, tetapi tidak menolak sisa makanan manusia, tumbuh-tumbuhan air seperti eceng gondok, kiambang, dan teratai (Ditjenkan 1999; Iskandar 2000).

2.5. Perkembangbiakan

(39)

berkisar 5 – 11 butir (Kusdinar, 1995), dan berkisar 3 – 14 butir per sarang (Kusrini et al. 2007).

Adapun menurut Iskandar (2000), sekali bertelur labi-labi dapat menghasilkan sekitar 40 butir telur bercangkang keras dan seekor betina dapat bertelur sampai empat kali dalam setahun. Ukuran telurnya hanya sekitar 21 – 33 mm, berbentuk bulat seperti bola pingpong (bola tenis meja) dan bercangkang keras. Lama penetasan 135 – 140 hari.

2.6. Status Labi-labi

Dalam Red Data Book – IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) jenis Amyda cartilaginea termasuk ke dalam Red

List dengan kategori Vulnerable (VU) atau rawan artinya tidak kritis berbahaya

(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di sekitar obyek wisata Belawa, Desa Belawa Kelurahan Cipejeuh, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Gambar 12.). Penelitian dilakukan selama 3 bulan, terhitung sejak awal November 2007 sampai akhir Januari 2008 yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui pakan yang disukai juvenil labi-labi selama 4 minggu terhitung dari awal November 2007 sampai akhir November 2007. Pada tahap kedua dilakukan penelitian utama selama 2 bulan terhitung dari awal Desember 2007 sampai akhir Januari 2008.

Gambar 12. Denah lokasi penelitian (Kurini et al. 2007)

& = Lokasi Ditemukan Kura-Kura Belawa

1 - 31 = Kolam – Kolam warga = Areal Pemancingan Umum

Keterangan:

= Pemukiman Penduduk

= Kolam Taman Wisata Cikuya = Pemandian Umum

= Ladang dan Kebun Mangga

U

(41)

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Labi-labi uji

Labi-labi uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 21 ekor juvenil labi-labi Amyda cartilaginea berukuran 6,0 – 8,9 cm untuk panjang lengkung karapas dan 22 – 75 gram untuk bobot tubuh labi-labi yang berasal dari bak pemeliharaan milik warga di Desa Belawa Cirebon.

3.2.2. Pakan Uji

Pakan untuk juvenil labi-labi yang digunakan adalah cacahan daging ikan lele, cacahan ikan asin, pelet ikan, ubi, singkong, gerusan cacahan daging ikan lele dicampur kangkung (proporsi 50%:50%) dan gerusan pelet ikan dicampur kangkung (proporsi 50%:50%). Ketujuh jenis pakan tersebut diujicobakan pada penelitian pendahuluan untuk melihat jenis pakan yang disukai juvenil labi-labi. Setelah diketahui jenis pakan yang disenangi maka setiap jenis pakan terpilih dilakukan ujicoba kembali terhadap 12 ekor juvenil pada penelitian utama. Dari situ akan terlihat pakan mana yang lebih disukai serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dari juvenil labi-labi tersebut.

3.2.3. Media Penelitian

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tawar yang berasal dari sumur milik warga dan substrat lumpur berpasir yang berasal dari kolam pemeliharaan labi-labi dewasa milik warga Desa Belawa.

3.2.4. Wadah Penelitian

(42)

3.2.5. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan selama penelitian adalah timbangan digital Tanita tipe KD-403 kapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram untuk menentukan bobot tubuh juvenil labi-labi, penggaris dan tali untuk mengukur panjang lengkung karapas dan lebar lengkung karapas, thermometer alkohol untuk mengukur suhu air, kertas pH untuk mengukur derajat keasaman, tempat pakan dan labi-labi berjemur yang terbuat dari kayu, sikat halus untuk membersihkan tubuh juvenil labi-labi, lap untuk mengeringkan tubuhnya, kawat kasa untuk menutupi bak uji agar pakan tidak dimakan hewan lain seperti kucing atau ayam, batu dan kayu sebagai pemberat agar kawat kasa tidak mudah terbuka, serta alat tulis untuk pencatatan data.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Penelitian Pendahuluan (Tahap I)

Hewan uji yang digunakan yaitu 21 ekor juvenil labi-labi dengan kisaran panjang lengkung karapas awal 6,0 cm – 8,9 cm dan 22 – 75 gram kisaran bobot awal tubuhnya. Sebelum diberi perlakuan, juvenil-juvenil tersebut diaklimatisasi (dipuasakan) terlebih dahulu selama 1 hari, hal ini dimaksudkan agar semua juvenil labi-labi yang akan diberi perlakuan berada dalam kondisi lapar, sehingga memungkinkan semua juvenil labi-labi akan memakan pakan yang diujicobakan secara bersamaan.

(43)

penelitian Damanti (2001), Nupus (2001), dan Fitrari (2007). Kandungan gizi tiap pakan percobaan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kandungan gizi tiap 100 gram pakan percobaan.

No. Jenis Pakan Kandungan Gizi

Protein (gram) Air (gram)

Sumber : (Budijanto 2008; Enoch et al. 1973; Hardiansyah 1988; Sibarani et al.1985; Slamet et al. 1980)

Selama penelitian berlangsung untuk pencegahan terhadap timbulnya penyakit yang disebabkan oleh parasit atau jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan juvenil, dilakukan pembersihan terhadap tubuh labi-labi dengan menggunakan sikat halus untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan lap untuk mengeringkan tubuhnya. Namun apabila juvenil tersebut sudah terkena penyakit maka dilakukan pemisahkan labi-labi yang sakit ke tempat lain, kemudian ditempat tersebut diberi larutan Methylene blue 1% (1 gram 100 cc air bersih) selama sehari semalam (24 jam) untuk penyakit yang disebabkan oleh parasit. Lalu labi-labi yang telah diobati dipindahkan ke dalam bak lain yang berisi air bersih dan diberi makanan yang cukup, pengobatan dilakukan 3-5 kali sampai labi-labi tersebut sembuh dengan pemberian larutan 1 kali untuk satu hari. Larutan tersebut tidak akan meracuni labi-labi. Sedangkan untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, obat yang digunakan yaitu larutan Malachyte green 1% (1 gram serbuk malachite green dilarutkan dalam 500cc air bersih), lalu labi-labi tersebut direndam dalam larutan selama 0,5 – 1 jam dan diulangi selama 3 hari berturut-turut (Suyanto 1983).

3.3.2. Penelitian Utama (Tahap II)

(44)

tubuh awal 22 – 89 gram. Setelah pakan yang disukai dari ujicoba pada penelitian pendahuluan diketahui, pemberian pakan dilakukan sehari dua kali setiap hari sebanyak 20% dari bobot juvenil per ekor yang dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan selang waktu pada pagi hari yaitu dari pukul 05:30 WIB sampai 07:30 WIB, sedangkan pada sore hari dari pukul 15:30 WIB sampai 17:30 WIB dengan proporsi pakan 10% dari bobot juvenil per ekor pada pagi hari dan 10% dari bobot juvenil per ekor pada sore hari. Pemberian pakan sebesar 20% dengan pembagian pakan 10% pagi hari dan 10% di sore hari tersebut didasarkan pada juvenil labi-labi yang masih aktif mencari makan baik pagi maupun sore hari, hal ini sesuai dengan penelitian Kusdinar (1995) bahwa aktivitas makan dari kura-kura Belawa secara umum akan muncul mencari makanan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 – 10.00 WIB dan sore hari sampai malam hari sekitar pukul 16.00 – 23.00 WIB

Kelayakan kualitas air terhadap pemeliharaan juvenil labi-labi yaitu dengan pengukuran beberapa parameter kualitas air seperti suhu (°C) dan derajat keasaman (pH) setiap 5 hari sekali pada setiap bak percobaan pengukuran dilakukan dari pukul 05:00 – 07:00 WIB. Menurut Amri dan Khairuman (2002), nilai pH air yang ideal untuk budidaya labi-labi adalah 7 – 8 dan suhu yang paling cocok untuk kehidupan labi-labi adalah 22ºC - 32ºC.

(45)

(a) (b)

Gambar 13. Pengukuran panjang lengkung karapas (a) dan

pengukuran lebar lengkung karapas (b) (Dokumentasi pribadi 2007).

Gambar 13. Pengukuran bobot tubuh (c) (Dokumentasi pribadi 2007).

3.4. Analisis Data

3.4.1. Rancangan Percobaan

Sebelum dilakukan analisis ragam dari data pertumbuhan (PLK, LLk, dan berat) tersebut diolah, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data pertumbuhan juvenil labi-labi dengan menggunakan program “Statistical Package for the Social Sciences” atau disingkat “SPSS” pada penelitian

pendahuluan dan penelitian utama, program SPSS yang digunakan yaitu SPSS for Windows release 13 (SPSS 13.0) (Uyanto 2006), dimana hipotesis untuk uji

normalitas pada data pertumbuhan adalah sebagai berikut : H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal

(46)

Kaidah keputusan yang akan diambil adalah : P-value > (0,05) = terima H0

P-value < (0,05) = tolak H0

Jika dari hasil tersebut diketahui analisis ragam dari data pertumbuhan juvenil labi-labi berasal dari data yang terdistribusi normal maka metode yang digunakan yaitu dengan uji F dan jika data pertumbuhan tersebut tidak terdistribusi normal maka, digunakan metode nonparametric test yaitu dengan uji Kruskal-Wallis dan uji tersebut diolah dengan menggunakan program (SPSS 13.0)

(Uyanto 2006)

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan, untuk mengetahui jenis pakan yang disukai dan dimakan juvenil labi-labi sehingga pakan tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan juvenil labi-labi (penelitian pendahuluan). Masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan dalam bentuk bak-bak uji berbahan plastik pada percobaan, kemudian masing-masing bak diletakkan satu ekor juvenil dan diletakkan tempat pakan yang dibuat tinggi dan landai (Gambar 14).

Selanjutnya untuk penelitian utama, rancangan percobaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) setelah jenis pakan yang disukai dan dimakan diketahui dari penelitian pendahuluan, perlakuan akan diulang sebanyak tiga kali ulangan.

Gambar 14. Wadah uji yang digunakan pada penelitian

(47)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari perlakuan (berupa jenis pakan yang berbeda) terhadap pertumbuhan panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh dari juvenil labi-labi, maka dilakukan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan, 95% .

Untuk memperoleh nilai yang dapat diinterpretasikan atau mengetahui respon yang akan dihasilkan oleh perlakuan, maka data yang didapatkan selama penelitian diolah ke dalam model rancangan percobaan yang digunakan disajikan sebagai berikut (Mattjik dan Made 2000) :

Yij =

µ

+ i + ij

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = rataan umum

i = pengaruh perlakuan ke -i

ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j i = perlakuan (3 jenis pakan berbeda)

j = ulangan

Hipotesis yang dapat diuji pada pengamatan studi pengaruh perbedaan pemberian perlakuan (pakan yang berbeda) dan pertumbuhan juvenil labi-labi adalah sebagai berikut :

H0 : i =0

(perlakuan jenis pakan ke-i tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas, dan bobot tubuh juvenil labi-labi)

H1 : minimal ada satu perlakuan (i) dimana i 0

Kaidah keputusan yang akan diambil adalah sebagai berikut: Dengan uji F: F-hitung > F-tabel = tolak H0

F-hitung < F-tabel = terima H0 , dengan selang kepercayaan 95% Dengan uji Kruskal-Wallis : P-value > (0,05) = terima H0

(48)

berbeda nyata untuk nilai b dari hasil regresi, maka dilanjutkan dengan uji nilai b dimana untuk mengetahui perbedaan yang signifikan diantara dua garis (slope) hasil regresi tersebut (Fowler dan Cohen 1990). Berikut adalah model rancangan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan, seperti dalam Tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Model Rancangan Acak Lengkap dengan Ulangan dan Perlakuan Pada Penelitian Pendahuluan.

Ulangan Perlakuan

A B C D E F G

1 A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1

2 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2

3 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3

Keterangan :

A = perlakuan pakan berupa cacahan daging ikan lele B = perlakuan pakan berupa cacahan ikan asin peda layang C = perlakuan pakan berupa pelet ikan

D = perlakuan pakan berupa cacahan ubi E = perlakuan pakan berupa cacahan singkong

F = perlakuan pakan berupa cacahan daging lele campur kangkung G = perlakuan pakan berupa pelet ikan campur kangkung

1, 2, dan 3 = ulangan ke satu, ke dua, dan ke tiga

(49)

Gambar 15. Tata letak bak-bak percobaan pada penelitian pendahuluan (dokumentasi pribadi, 2007).

3.4.2. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan juvenil labi-labi selama pemeliharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Huisman 1987) :

[

t

1

]

x

100

Wo

Wt

=

α

Keterangan :

= Laju pertumbuhan harian individu (%)

(50)

3.4.3. Efisiensi pakan

Efisiensi pakan dapat dihitung berdasarkan rumus (NRC 1977) sebagai berikut :

Wt = Bobot juvenil pada akhir penelitian (g) Wo = Bobot juvenil pada awal penelitian (g)

D = Bobot total juvenil yang mati selama penelitian (g) F = Jumlah total makanan yang diberikan (g)

3.4.4. Hubungan Panjang Karapas dan Bobot Tubuh

Hubungan panjang – bobot dapat dijadikan informasi untuk mengetahui pola pertumbuhan juvenil labi-labi dimana bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Untuk mengetahui hubungan antara panjang lengkung karapas dan bobot tubuh juvenil, maka dilakukan analisis dengan menggunakan rumus (Effendie 1979) :

W = aLb

Keterangan : W = bobot tubuh juvenil labi-labi (g)

L = panjang lengkung karapas juvenil labi-labi(cm) a = konstanta

b = koefisien pertumbuhan

Nilai b berkisar dari 2,4 – 3,5 dimana, nilai b sebagai koefisien pertumbuhan digunakan untuk menduga laju pertumbuhan dua parameter yang dianalisa. Hipotesis yang dapat diuji adalah sebagai berikut :

(51)

bila nilai b 3 maka, hubungan panjang-berat memiliki hubungan allometrik dimana, terdiri dari :

a. bila b < 3 maka, disebut allometrik negatif (pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat).

b. bila b > 3 maka, disebut allometrik positif (pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang).

Setelah mengetahui pola pertumbuhan juvenil labi-labi dengan melihat nilai b sebagai koefisien pertumbuhan, selanjutnya nilai b tersebut di uji lanjut dengan menggunakan uji b (Fowler dan Cohen 1990). Uji b digunakan untuk mengetahui secara signifikan perbedaan antara dua garis hasil regresi terhadap pertumbuhan juvenil labi-labi dari setiap perlakuan yang diujicoba. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Fowler dan Cohen 1990) :

• Langkah pertama : (b1 – b2) = b

Nilai b dari setiap perlakuan didapat dari hasil regresi. Misalnya : nilai b1 = nilai b dari hasil regresi panjang lengkung karapas – bobot dari juvenil labi-lai pada perlakuan pakan A (cacahan daging ikan lele) dikurangi b2 = nilai b dari hasil regresi pada perlakuan pakan B (cacahan daging ikan lele campur kangkung).

• Langkah kedua :

S.E.(b1-b2) = (S.E.b1 )2 + (S.E.b2 )2

Nilai standard error (S.E.) dari setiap perlakuan yang diujicoba tersebut didapat dari hasil regresi.

• Langkah ketiga :

Taksir nilai t-hitung dari : t = (b1 – b2) / S.E.(b1-b2)

• Langkah keempat :

Cari nilai derajat bebas (df) dengan cara : Df = (n1 – 2) + (n2 – 2)

• Langkah kelima :

(52)

Hipotesis untuk uji dua nilai b hasil regresi dari hubungan PLK – bobot tubuh juvenil labi-labi dari masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut : H0 : terdapat perbedaan diantara masing-masing jenis pakan

H1 : tidak ada perbedaan diantara masing-masing jenis pakan

Kaidah keputusan yang akan diambil adalah sebagai berikut : t-hitung > t-tabel = terima H0

(53)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Penelitian Pendahuluan (Tahap I)

Data mengenai laju pertumbuhan (panjang lengkung karapas (PLK), lebar lengkung karapas (LLK), dan bobot tubuh) diperoleh setelah juvenil labi-labi dipelihara selama 4 minggu, dengan tujuan untuk melihat pakan yang disukai oleh juvenil labi-labi.

4.1.1.1. Pakan yang disukai

Sebelum data pertumbuhan diolah, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data panjang lengkung karapas (PLK), lebar lengkung karapas (LLK) dan bobot tubuh juvenil labi-labi. Dari hasil uji normalitas diperoleh bahwa nilai P-value dari PLK = 0,027, LLK = 0,019, dan bobot = 0,02 < , dimana = 0,05, hal ini berarti data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal (Lampiran 1). Oleh karena itu analisis statistik terhadap pertumbuhan juvenil labi-labi dilakukan menggunakan statistika non-parametrik yaitu dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis.

(54)

P e r l a k u a n

Gambar 16. Pertambahan rata-rata PLK (cm) pada penelitian pendahuluan per ekor per satu bulan pengamatan.

Keterangan :

Pakan A : cacahan daging ikan lele Pakan B : cacahan daging ikan asin Pakan C : pelet ikan Pakan D : cacahan ubi

Pakan E : cacahan singkong Pakan G : pelet ikan campur kangkung Pakan F : cacahan daging lele campur kangkung

Berdasarkan Gambar 16 diatas, 3 jenis pakan untuk rata-rata PLK tertinggi terdapat pada pakan A yaitu sebesar 0,73 cm/bulan, diikuti pakan B dengan rata-rata sebesar 0,63 cm/bulan, dan pakan F yaitu sebesar 0,33 cm/bulan.

Untuk mengetahui pertambahan LLK labi-labi (Lampiran 3) selama penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini :

(55)

P e r la k u a n

Gambar 17. Pertambahan rata-rata LLK (cm) pada penelitian pendahuluan per ekor per satu bulan pengamatan.

Keterangan :

Pakan A : cacahan daging ikan lele Pakan B : cacahan daging ikan asin Pakan C : pelet ikan Pakan D : cacahan ubi

Pakan E : cacahan singkong Pakan G : pelet ikan campur kangkung Pakan F : cacahan daging lele campur kangkung

Dari Gambar 17 diketahui bahwa rata-rata LLK tertinggi terdapat pada perlakuan pakan A dan pakan B yaitu sebesar 0,93 cm/bulan (Lampiran 3), dengan nilai rata-rata terendah yaitu pada pakan D sebesar 0 cm/bulan. Selanjutnya dari hasil statistik berdasarkan uji Kruskal-Wallis (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perbedaan jenis pakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap LLK juvenil labi-labi, dimana nilai P-value = 0,062 lebih besar dari = 0,05 (P-value < ). Dan berdasarkan Gambar 17 diperoleh 3 jenis pakan dengan rata-rata tertinggi yaitu pada perlakuan pakan A dan pakan B sebesar 0,93 cm/bulan, diikuti pakan F dengan rata-rata sebesar 0,37 cm/bulan.

Data pertambahan bobot tubuh juvenil labi-labi (Lampiran 4) disajikan pada Gambar 18 berikut ini :

(56)

P e r l a k u a n P a k a n

Gambar 18. Pertambahan rata-rata bobot (gram) pada penelitian pendahuluan per ekor per satu bulan pengamatan.

Keterangan :

Pakan A : cacahan daging ikan lele Pakan B : cacahan daging ikan asin Pakan C : pelet ikan Pakan D : cacahan ubi

Pakan E : cacahan singkong Pakan G : pelet ikan campur kangkung Pakan F : cacahan daging lele campur kangkung

Berdasarkan Gambar 18 diatas diketahui bahwa perlakuan pakan yang diberikan pada juvenil labi-labi memberikan hasil yang bervariasi terhadap pertambahan bobot juvenil labi-labi tersebut. Pertambahan bobot tertinggi terjadi pada pemberian pakan A dan terendah pada pemberian pakan B, sedangkan penurunan tertinggi terdapat pada pemberian pakan E dan penurunan terendah terdapat pada pemberian pakan F. Selanjutnya dari hasil statistik berdasarkan uji Kruskal-Wallis (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perbedaan jenis pakan

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot tubuh juvenil labi-labi, dimana nilai P-value = 0,012 lebih kecil dari = 0,05 (P-value < ).

4.1.2. Penelitian Utama (Tahap II)

(57)

pakan yang berupa cacahan daging ikan lele, cacahan daging ikan asin , cacahan daging ikan lele campur kangkung dan campuran antara cacahan daging ikan lele, ikan asin dan kangkung. Keempat jenis pakan dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini :

A B C D

Gambar 19. Jenis pakan pada penelitian utama (dokumentasi pribadi, 2007).

Keterangan :

A : cacahan daging ikan lele B : cacahan daging ikan lele campur kangkung C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung campur daging ikan asin campur kangkung

4.1.2.1. Parameter Kualitas Air: suhu dan pH

(58)

Tabel 4. Rata-rata suhu dan pH pada setiap pengamatan pada penelitian utama. C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung campur daging ikan asin campur kangkung

Dari Tabel 4 terlihat bahwa suhu air pada bak-bak penelitian pada perlakuan pakan A, pakan B, pakan C dan pakan D berkisar antara yaitu sebesar 24,6 °C sampai 25,2 °C, sementara nilai pH berkisar antara 6,3 sampai 6,8.

4.1.2.2. Pertumbuhan Juvenil Labi-labi.

Pertumbuhan ialah perubahan ukuran panjang maupun berat dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam diantaranya ialah keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit serta faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu perairan (Effendie 1997). Dalam penelitian utama ini pertumbuhan yang akan dikaji yaitu panjang lengkung karapas (plk), lebar lengkung karapas (llk), dan bobot tubuh juvenil labi-labi berdasarkan pemberian jenis pakan yang berbeda sesuai dengan pakan yang disukai juvenil labi-labi.

Data pertumbuhan juvenil labi-labi dapat diperoleh setelah juvenil dipelihara selama 12 minggu. Sebelum data tersebut diolah, seperti pada penelitian pendahuluan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data pertumbuhan juvenil labi-labi. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa data plk dan bobot dengan nilai P-value < = 0,05 baik untuk uji Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) maupun pada uji Shapiro-Wilk sehingga disimpulkan bahwa data tidak

(59)

normalitas Shapiro-Wilk dan P-value = 0,04376 < = 0,05 untuk uji Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) dimana uji Lilliefors ini sebagai koreksi dari nilai yang lebih signifikan (Lampiran 6). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pertumbuhan (plk, llk, dan bobot) juvenil labi-labi tidak terdistribusi normal dan uji statistika selanjutnya menggunakan uji non-parametrik yaitu dengan uji Kruskal-Wallis.

4.1.2.3. Pertambahan Panjang Lengkung Karapas (PLK) Juvenil Labi-labi. Jenis pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan labi-labi, antara lain terhadap pertumbuhan panjang. Pertumbuhan panjang labi-labi diukur berdasarkan panjang lengkung karapasnya. Pertambahan panjang lengkung karapas labi-labi selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 20 sebagai berikut :

P e r l a k u a n

Gambar 20. Pertambahan rata-rata PLK per ekor per dua bulan pengamatan.

Keterangan :

(60)

Wallis Test didapatkan nilai P-value (PLK) sebesar 0,275 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai = 0,05 (Lampiran 8), yang berarti perbedaan jenis pakan tidak secara nyata mempengaruhi pertumbuhan PLK juvenil labi-labi.

4.1.2.4. Pertambahan Lebar Lengkung Karapas (LLK) Juvenil Labi-labi Untuk melihat pengaruh perlakuan (jenis pakan A, B, C, D) terhadap lebar lengkung karapas, maka dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

P e r la k u a n

Gambar 21. Pertambahan rata-rata LLK per ekor per dua bulan pengamatan.

Keterangan :

A : cacahan daging ikan lele B : cacahan daging ikan lele campur kangkung C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung campur daging ikan asin campur kangkung

(61)

Dari hasil uji Kruskal-Wallis Test diketahui bahwa nilai P-value (LLK) = 0,485 > = 0,05 (Lampiran 10), sehingga disimpulkan bahwa dari jenis pakan yang diujicoba tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap LLK juvenil labi-labi.

4.1.3.1. Pertambahan Bobot Juvenil Labi-labi

Bobot merupakan faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan pemilihan labi-labi yang akan diekspor. Hal ini berkaitan dengan daging labi-labi yang banyak dikonsumsi di restoran dengan harga mahal khususnya jenis labi-labi dari spesies Amyda cartilaginea dan lemaknya yang digunakan untuk industri kosmetik (Iskandar, 2000).

Pertambahan bobot rata-rata dari juvenil labi-labi dapat dilihat pada Gambar 22 berikut ini :

Gambar 22. Pertambahan rata-rata bobot per ekor per dua bulan pengamatan.

Keterangan :

A : cacahan daging ikan lele B : cacahan daging ikan lele campur kangkung C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung campur daging ikan asin campur kangkung

Gambar

Gambar 2.  Karapas (a), plastron (b) (dokumentasi pribadi, 2007), tulang perisai punggung (c), dan tulang perisai perut dari juvenil labi-labi (d) (Iskandar 2000)
Gambar 4. Lubang hidung (a) dan leher (b) juvenil labi-labi (Dokumentasi pribadi 2007)
Gambar 5. Perbedaan bentuk dan ukuran ekor pada labi-labi jantan (a) dan
Gambar 6.  Bentuk mata dan hidung labi-labi belawa (Kusrini et al. 2007).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Supri Service Pontianak ini, penulis memodelkan sistem tersebut ke dalam bentuk diagram alir data (DAD) yang terbagi menjadi tiga (3) bentuk, yaitu: diagram

1) Pinjaman modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. 2) Profesionalisme karyawan berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda

Setiap latihan yang membutuhkan pasokan energi melebihi kebutuhan normal- fisiologis tubuh, bahkan menguras cadangan energi otot, sangat memerlukan waktu untuk pulih

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) secara keseluruhan keteram- pilan bolavoli kelompok siswa yang dilatih dengan latihan distribusi terbukti

coli yamg homolog, galur acuan yang dipakai untuk penyuntikan di atas yang sudah diketahui serotipenya baik galur akuan atau isolat lapang, lalu ditumbuhkan dalam media agar

Pada peternakan KJT, pola penurunan diare dan mortalitas anak babi lahir dari induk yang divaksinasi dengan vaksin ETEC dapat dilihat pada Gambar 4.. Penggunaan 2 dosis vaksin

Dari kelima parameter di atas menunjukkan indikasi bahwa proses elektrokoagulasi akan memberikan hasil yang optimum terhadap efisiensi pemisahan polutan dari limbah RPH pada