• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Artritis Pada Pasien Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Artritis Pada Pasien Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1: Demografi pasien rheumatoid artritis pasien rawat jalan di RSUP H.Adam Malik Medan

NO No Rek BULAN UMUR L/P PERAWATAN STATUS DIAGNOSA PENGOBATAN DOSIS

1 548207 Januari 53 tahun P 0 hari Mandiri RA Cameloc 2 x 7,5 mg

Renadinac 3 x 1 tab

2 169871 Januari 48 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg

3 029207 Januari 67 tahun P 0 hari Askes RA Renadinac 2 x 50 mg

4 590038 Februari 64 tahun L 0 hari Mandiri RA Meloxicam 1 x 20 mg

5 012038 Februari 49 tahun P 0 hari Mandiri RA Meloxicam 1 x 15 mg

6 160574 Februari 41 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg

7 496900 Maret 48 tahun P 0 hari Askes RA As. Mefenamat 3 x 500 mg

8 579755 Mei 37 tahun L 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg

9 081041 Mei 60 tahun P 0 hari Mandiri RA Renadinac 2 x 25 mg

(2)

NO

No Rek

BULAN UMUR L/P PERAWATAN STATUS DIAGNOSA PENGOBATAN DOSIS

11 563250 Juni 30 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 2 x 1 tab

12 448432 Juni 38 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg

13 544616 Juni 14 tahun L 0 hari Askes RA Meloxicam 2 x 7,5 mg

14 360072 Juli 63 tahun L 0 hari Askes RA Na. Diklofenak 2 x 50 mg

15 045635 Juli 25 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 3 x 1 tab

16 332742 Agustus 63 tahun P 0 hari Askes RA Renadinac 1 x 25 mg

17 189305 Agustus 62 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg

(3)

NO No Rek BULAN UMUR L/P PERAWATAN STATUS DIAGNOSA PENGOBATAN DOSIS 21 621746 September 29 tahun P 0 hari Jamkesmas RA Na.Diklofenak 3 x 25 mg

22 177871 September 44 tahun P 0 hari Jamkesmas RA

Asam

Mefenamat 3 x 1 tab 23 360072 September 63 tahun L 0 hari Askes RA Na. Diklofenak 2 x 50 mg 24 065195 Oktober 64 tahun L 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 25 045977 Oktober 46 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 26 029209 Oktober 67 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 27 546568 Oktober 48 tahun P 0 hari Askes RA Na. Diklofenak 2 x 50 mg

28 615047 Oktober 37 tahun L 0 hari Askes RA

Asam

(4)

NO

No Rek

BULAN UMUR L/P PERAWATAN STATUS DIAGNOSA PENGOBATAN DOSIS

31 592940 November 49 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 32 551337 November 50 tahun L 0 hari Mandiri RA Na.Diklofenak 2 x 50 mg 33 621746 November 29 tahun P 0 hari Mandiri RA Na.Diklofenak 3 x 25 mg 34 231954 November 44 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 35 550211 November 42 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg 36 554221 November 57 tahun L 0 hari Askes RA Ibuprofen 3 x 1 tab 37 545008 November 38 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 2 x 7,5 mg 38 574143 November 64 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 15 mg (10) 39 449161 November 56 tahun L 0 hari Askes RA Meloxicam 2 x 15 mg 40 509733 November 42 tahun P 0 hari Askes RA Meloxicam 1 x 1 tab

(5)

NO

No Rek

BULAN UMUR L/P PERAWATAN STATUS DIAGNOSA PENGOBATAN DOSIS

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

ACR. (2002).Guidelines For The Management of Rheumatoid Artritis. Artritis&Rheumatism Vol.46, No. 2,February 2002,pp 328-346 DOI.

Anief, M. (2004).Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman : 19-24

Anonim.(2013).Rheumatoid Artritis: Facts And Figures Diaksesmelalui :http://www.aplar.org/Education/Documents/FINAL_EDC_Fact_Sheet.

Bykerk, V. P., Pooneh, A., Glen S. H., Orit S., and Anne Dooley.(2011). Canadian Rheumatology Association recommendations for pharmacological management of rheumatoid arthritis withtraditional and biologic disease-modifyingantirheumatic drugs, Journal ofRheumatology.Halaman : 111-121

Daud, R. A. N. (2001). Arthritis Rheumatoid.Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamJilid I Edisi 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Halaman: 342-239

Depkes RI. (2004). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id Depkes RI. (2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. www.depkes.go.id Dinkes.(2011). ProfilData Kesehatan Kota Bandar Lampung tahun

2011.DinasKesehatanProvinsi Lampung. Lampung.

Dipiro, J. T., Robert, L. T., Gary R., Matzke, B. G., dkk. (2008). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach,Seventh Edition, The McGraw-hill Companies, United States of America. Halaman : 432-441

Firestein, G. S., Painne M.M., Littman B. H. (2005). Kelley’s Texbook of Rheumatology, Philadelphia. Halaman: 221-223

Katzung, Bertram G.(2010).Farmakologi Dasar dan Klinik.EGC. Jakarta, Halaman: 181 Kumar., Pradeep., Banik., Shenhashish. (2013). Pharmacoterapy Optinons InRheumatoid

Arhtritis. Clinnical Medicine Insights: Artritis and Muschuloskeletal Disorder. Libertas Academica Ltd. Halaman: 321

Kumar, Parveen, and Michael, C. (2009). Clinical Medicine. Seventh Edition,Saunders Elsever, British. Halaman: 97

Lapicque, F., Vergne, P., Gillet, P. (2000). Articular diffusion of meloxicam after a single oral dose:relationship to cyclooxygenase inhibition in synovial cells. Clin pharmacocinetic. Jilid 5: Halaman 369.

(12)

Lelo A. (2004). Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid yang rasional pada penanggulangan nyeri rematik. FK Universitas Sumatera Utara, Medan. Halaman: 13-23

Lelo A. (2005). NSAIDs: friend of foe, journal of Indonesia Dentis Association .Makasar. Halaman: 14-19

Longo., Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et al. (2012). Harrison’s Principle of InternalMedicine ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Artritis. McGraw-Hill `Companies,Inc. USA, Pages: 231 - 233

Martin, K.R., Sheffler, J. (2008). The rol of pain intensity and pain limitation as mediators in the relationship between artritis status n seven psychosocial healt outcomes.Abstrak persented at american college of Rheumatology annual scientific meeting, San fransisco october. Halaman: 25-29

Meineke, Ingolf., Turck, Dietrich. (2003). Population Pharmacokinetic Analysis Of Meloxicam In Rheumatoid Artritis Patiens. Br J C;in pharmacol. January 32-38. United Kingdom, pages: 99 - 111

Naingolan, O. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Jakarta. Halaman: 19

Pradana, SeptianYudo. (2012). SensitifitasdanSpesitifitasKriteria ACR 1987 DanACR/EULAR 2010 PadaPenderitaArtiritsReumatoid di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KariadiSemarang (SKRIPSI). UNDIP. Semarang. Halaman: 34-35

Rubenstein, D., Wayne, D.,Bradley, J. (2003). Lecture Notes Kedokteran Klinis.6th ed. Jakarta :Erlanggahalaman: 212.

Suarjana, I Nyoman.(2009). ArtritisReumatoid Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Internal Publishing.Jakarta. Halaman: 45

Suresh, E., (2004), Rheumatoid Arthritis, Journal Of The Royal Society Of Medicine. Halaman: 34

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Penerbit buku kedokteran ECG. Halaman:14, 18-19. Schuna, A. A. (2008). In Rheumatoid Arthritis. Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach, Seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York. Halaman 1505-1515

Tular, A. B. M. (2006). Nyeri Pada Osteoartritis lutut, Majalah kedokteran Indonesia. Jakarta, 59 halaman: 459-463.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitianmenggunakan metodedeskriptif yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai data yang diperoleh melalui proses penelitian. Pengambilan data dilakukankan secara retrospektif yaitu meneliti kembali dengan menggunakan data sekunder.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien rawat jalan yang didiagnosis penyakit rheumatoid artritis di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan periode Juni -Desember 2014.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien rheumatoid artritis yang termasuk dalam kriteria inklusi di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan pada tahun 2014 periode Juni - Desember sebanyak 46 lembar rekam medik pasien .

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.1 Kriteria Inklusi

Resep dalam rekam medik milik pasien yang berobat ke RumahSakitUmumPusatH.AdamMalik Medan dengan diagnosa rheumatoid artritis yang mendapatkan pengobatan antiinflamasi (AINS) yang masuk dari Juni - Desember 2014.

(14)

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah semua resep yang tidak lengkap atau rusak dan resep yang bukan antiinflamasi.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitiandilaksanakandidivisirekam medis RumahSakitUmum Pusat H. Adam Malik Medan. Jangka waktu penelitian ini selama bulan April - Agustus 2015.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Penggunaan obat antiinflamasipadapenyakitRA yang dinilai berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis obat (generik atau non generik), bentuk sediaan, cara pemakaian, golongan obat, dosis obat yang diberikan.

b. Usia adalah total lama waktu hidup objek sejak tanggal kelahiran hingga saat dilakukan pengobatan di rumah sakit.

c. Jenis kelamin adalah gender dari objek penelitian.

d. Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan yang mengandung bahan berkhasiat, bahan tambahan yang diperlukan untuk formulasi obat, dengan dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat digunakan untuk terapi.

3.6 Instrumen Penelitian 3.6.1 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah sebagai berikut : a. Status rekam medik (Medical Record )pasien yang telahdidiagnosisRA. b. Hasil pemeriksaan laboratorium penderita RA yang mendukung diagnosis. 3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif

(15)

antiinflamasi dari rekam medik pasien rawat jalan penyakit RA di Rumah Sakit Umum PusatH.Adam Malik Medan pada periode Juni - Desember 2014 dilakukan seleksi berdasarkan jenis kelamin, usia,jenis obat (generik atau non generik), golongan obat antiinflamasi, jumlah obatantiinflamasi perpasien, lama pemberianobat antiinflamasi, bentuk sediaanobat antiinflamasi, dosisobat antiinflamasi, carapemakaianobat antiinflamasi.

3.6.3 Seleksi Data

Memilah data yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. 3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel, kemudian disajikan dalam persentase dan tabel, analisa data berdasarkan jenis kelamin dan usia, jenisobat, golonganobat, jumlahobat, lama pemakaian, bentuksediaan, dosisobat, carapemakaianobat antiinflamasi.

3.8 Langkah Penelitian

Langkah cara penggambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data rekam medik pasien adalah :

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

b. Meminta izin pihak Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan untuk melakukan penilitian dibagian rekam medik.

c. Mengambil data pasien rawat jalan rheumatoid artritis. d. Mengelola data pasien rawat jalan rheumatoid artritis.

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik untuk mengetahui proporsi penggunaan obat antiinflamasi pada rheumatoid artritis pasien rawat jalan periode Juni - Desember 2014. Berdasarkan data rekam medik pasien rawat jalan penyakit rheumatoid artritis diperoleh sebanyak 46 data rekam medik pasien rawat jalan rawat yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitian yang meliputi penggunaan obat antiinflamasi berdasarkankarakteristik pasien (usia dan jenis kelamin) dan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian, cara pemberian, golongan obat,bentuksediaandan dosis obat).

4.1Karakteristik Subjek Penelitian

4.1.1 Karakteristik Pasien Rheumatoid Artritis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin danusia dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik pasien rheumatoid artritis berdasarkan jenis kelamin dan usia

No Jenis Kelamin Usia Jumlah

(17)

terkena rheumatoid artritis yaitu pada usia yang sangat produktif 15 – 49 tahun (50,0%),kemudian disusul pada kategori produktif yaitu 50 – 64 tahun (13,0 %) dan yang paling sedikit terdiagnosis rheumatoid artritis usia > 65 tahun (6,5%). Jenis kelamin laki-laki diperoleh 14 pasien rheumatoid artritis, pasien terbanyak pada usia produktif 50 – 64 tahun (19,6%), kemudian disusul pada usia 15 - 49 tahun (6,5%).Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di salah satu Rumah Sakit di kota Bandar Lampung periode Juli 2012 – Juni 2013 pasien rheumatoid artritis paling banyak berjenis kelamin perempuan (69,1%), dengan usia pasien sangat produktif 15 - 49 tahun yaitu 38 pasien (55,9%).Studi rheumatoid artritis dinegara Amerika Latin dan Afrika menunjukkan angka kejadian pada perempuan lebih besar dari pada laki-laki dengan rasio 6–8:1 (Longo, 2012). Sedangkan menurut (Suarjana, 2009) prevalensi rheumatoid artritis di Indonesia lebih banyak ditemukan pada pasien perempuan dibandingkan dengan laki-laki rasionya 3:1dan dapat terjadi pada semua kelompok usia. Produksi hormon estrogen pada perempuandapat memicu sistem imun dimana penyakit rheumatoid artritis ini merupakan penyakit kelainan autoimun, sehingga pasien perempuan lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini dipengaruhi populasi perempuan saat ini lebih banyak dibandingkan laki-laki, faktor aktifitas dan gaya hidup sehari-hari juga mempengaruhi kejadian suatu penyakit pada semua kelompok usia (Jelantik, 2014).

4.2 Persentase Penggunaan Jenis Obat Antiinflamasi Berdasarkan Generik dan Non Generik

(18)

Tabel 4.2 Karakteristik RA pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan penggunaan obat generik dan non generik.

No Jenis Jumlah Persentase (%)

1 Obat Generik 41 85,4

2 Obat Non Generik 7 14,6

Total 48 100

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh penggunaan jenis obat generik sangat tinggi yaitu 41 ( 85,4 % ) dan obat non generik 7 (14,6%) , regulasi mengenai obat generik merupakan peraturan menteriberpacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No HK.02.02/Menkes/068/1/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik difasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Peraturan pemerintah ini bertujuan untuk mencapai pemerataan pelayanan kesehatan bagisemua masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan lebih banyak menggunakan obat generik dari pada menggunakan obat non generik, hal ini dikarenakan Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang harus mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan yang mengharuskan penggunaan obat generik.

4.3 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Bentuk Sediaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan bentuk sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Karakteristik obat antiinflamasi pada rheumatoid artritis berdasarkan bentuk sediaan

Bentuk sediaan Jumlah Cara pemberian Persentase(%)

Tablet 48 Oral 100

(19)

umumnya penggunaan obat secara oral lebih banyak digunakan, karena penggunaan obat melalui oral paling menyenangkan dan penggunaannya mudah juga aman (Anief, 2004). 4.4 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan

Klasifikasi Obat AINS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan klasifikasi obat AINS dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Rheumatoid Artritis Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan penggunaan obat yang paling banyak pada managemen awal pasien RA dalam penelitian ini adalah meloxicam (golongan COX-2) 24 obat ( 50,0 % ), natrium diklofenak(golongan COX-2) dengan jumlah 18 obat ( 37,5 % ), asam mefenamat 3 obat ( 6,3% ), ibuprofen 2 obat ( 4,2% ) dan obat aspirin (golongan Cox non selektif) yang paling sedikit diresepkan hanya 1 obat ( 2,1 % ) saja. AINS dikelompokan berdasarkan selektifitas hambatannya yaitu COX-1 dan COX-2, COX-1 terdapat diberbagai jaringan tubuh seperti produksi mukus dilambung dan sebaliknya COX-2 merupakan enzim inducible yang umumnya tidak terpantau dikebanyakan jaringan tetapi akan meningkat pada keadaan inflamasi ( Lelo, 2005 ). Golongan AINS atau inhibitor COX-2 untuk mengurangi nyeri sendi dan inflamasi serta memperbaiki fungsi sendi (ACR, 2002).Meloxicam merupakan suatu senyawa terbaru dari golongan AINS turunan oksikam ( fenolat ) yang memiliki khasiat yang spesifik menghambat enzim siklooksigenase yang menyebabkan terjadinya inflamasi (COX-2). Meloxicam paling banyak diresepkan karena

(20)

terbukti lebih menghambat COX 2 dari pada COX 1 khususnya pada dosis rendah dan meloxicam menyebabkan lebih sedikit gejala dan komplikasi pada saluran cerna sehingga memperoleh manfaat yang maksimal tanpa efek samping atau dengan efek samping yang seminimal mungkin (Suarjana, 2009).

3.5 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan Lama Pemberian Obatnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan lama pemberian obat dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Karakteristik Rheumatoid Artritis Berdasarkan Lama Pemberian Obat Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Nama Obat Golongan Obat Lama

Pemberian Jumlah Persentase(%)

Aspirin Golongan Salisil 3 hari 1 2,1

(21)

dapatmeningkatkan kualitas hidup pasien. Biasanya obat AINS sangat dipengaruhi oleh distribusinya ke cairan sinovium dimana fungsinya akan meningkat pada fase inflamasi. Konsentrasi meloxicam kecairan sinovium/diplasma pada inflamasi akut lebih besar dibandingkan tanpa inflamasi(Lapicque,dkk., 2000).

4.6 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Rheumatoid Artritis Berdasarkan Dosis Obatnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan obat antiinflamasi pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan dosis obatnya dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Karakteristik Pasien Rheumatoid Artritis Berdasarkan Dosis Obatnya Nama Obat Golongan

Obat Dosis Jumlah Persentase(%) Aspirin Golongan

(22)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Lampung juga menunjukan hasil penggunaan obat meloxicam paling banyak diresepkan dengan dosis yang sama yaitu 1x7,5mg/hari.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik pasien (jenis kelamin dan usia) dapat disimpulkan bahwa pada pasien rheumatoid artritis yang menggunakan obat antiinflamasi lebih banyak pasien perempuan dibanding dengan pasien laki-laki berjumlah 32 orang atau sama dengan 3:1 dengan usia terbanyak 15-49 tahun (56,5 %).Penggunaan obat antiinflamasi berdasarkan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian, cara pemberian, golongan obat, bentuk sediaan, dosis obat) dapat disimpulkan bahwa jumlah penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis sebanyak 48 obat dengan bentuk sediaan tablet dan pemakaian secara oral. Golongan AINS COX-2 paling banyak digunakan dalam pengobatan RA yaitu pada obat meloxicam (50,0%) dan jenis obat generik yang banyak diberikan (85,1%) dengan dosis obat yang bervariasi dan ditemukan obat dengan dosis terapi yang berlebih pada pemberian obat meloxicam.

Saran

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Dalam penggunaannya, obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat dan obat akan bersifat racun apabila salah dalam penggunaannya atau dengan dosis yang berlebih, namun apabila dosisnya kurang juga tidak memperoleh penyembuhan (Anief, 2004).

2.2 Pengertian Resep

Menurut Permenkes (2014), resep adalah permintaan tertulis dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk tulisan maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku (Menkes RI, 2004).

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe yaitu ambillah, dibelakang tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Resep harus ditulis secara jelas dan lengkap, apabila resep tidak bisa dibaca dengan jelas dan tidak lengkap, apoteker atau asisten apoteker harus menanyakannnya kepada dokter penulis resep. Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya diberikan copy resep atau salinan resepnya ( syamsuni, 2006).

2.3 Pembagian Obat Antiinflamasi

(25)

Anti-inflammatory Drugs)/AINSadalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik(penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secarakimiawi.Walaupun demikian,

obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapimaupun efek samping.Obat

golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non steroid,karena ada obat

golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi.Obat golongan steroid bekerja di

sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, mekanisme kerja obat antiinflamasi steroid yaitu

menghambat enzim pospolipase menjadi asam arakidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien.Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak yaitu dapat menimbulkan tukak lambung, osteoporosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.Obat antiinfamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fuosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fuokortolon (Daud, 2001).

2.4 Rheumatoid Artritis (RA) 2.4.1 Defenisi Rheumatoid Artritis

(26)

artritis masih belum diketahui secara pasti, namun meningkatnya resiko penyakit ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik (Rubenstein, 2003).

2.4.2 Klasifikasi Rheumatoid Artritis (RA)

Journal Of The Royal Society Of Medicine membagi 4 (empat)onset, yaitu : 1) PolymyalgicOnset

Biasanya dialami oleh usia lanjut dan merupakan penyakitakut. Dengan kekakuan disekitar bahu dan lingkar panggul.TingkatESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) biasanya tinggi.Pengobatanyang paling umum biasanya menggunakan kortikosteroid dosisrendah (Prednisolon 15 – 20 mg per hari).

2) PalindromicOnset

Pasien mengalami nyeri berulang, pembengkakan dankemerahan yang mempengaruhi salah satu sendi atau lebih pada satuwaktu, masing-masing berlangsung hanya satu atau dua hari.Kemudian pasien bisa mengalami gejala yang terus menerus.

3) SystemicOnset

Keluhan pertama biasanya seperti penurunan beratbadan, kelelahan, depresi, demam, atau bisa berhubungan denganfitur ekstra artikular seperti radang pada paru-paru (serositis) atauradang pada pembuluh darah (vaskulitis).

4) PersistentMonoarthritis

Biasanya pasien megalami gejala arthritis persisten yangmempengaruhi satu sendi besar seperti lutut, bahu, pergelangan kakiatau pergelangan tangan (Suresh, 2004).

2.4.3 Etiologi

(27)

masalah penurunan produktivitas, keuangan, emosional dan keadaan sosial yangmempengaruhi kualitas hidup mereka (Bykerk et al., 2011).

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis, yaitu :

1) Genetik

Pada penyakit rheumatoid arthritis faktor genetik sangatberpengaruh.Gen-gen tertentu yang terletak di komplekshistokompatibilitas utama (MHC) pada kromosom 6 telah terlibatpredisposisi dan tingkat keparahan rheumatoid arthritis. Pendudukasli Amerika dengan gen polimorfik HLA-DR9 memiliki resiko 3,5lebih besar terkena rheumatoid arthritis bawaan.

2) Infeksi

Agen penginfeksi yang terkait pada rheumatoid arthritis antaralain mycoplasma, mycobacterium, parvovirus, virusEpstein-Barr,dan retrovirus. Agen penginfeksi ini menginfeksi pasien melaluiinfeksi sinovial.

3) Usia dan jenis kelamin

Penyakit rheumatoid arthritis lebih banyak dialami olehwanita daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaanini dipengaruh dari hormon namun data inimasih dalam penelitian.Wanita memiliki hormon estrogen sehinggadapat memicu sistem imun.penyakit rheumatoid arthritis biasanya terjadi pada usia kurang lebih 40 tahun.

4) Obesitas

(28)

5) Lingkungan

Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhipada penyakit rheumatoid arthritis, meskipun tidak ada objek spesifikyang diidentifikasikan sebagai masalah utama. Merokok adalah salahsatu faktor resiko dari keparahan rheumatoid arthritis pada populasitertentu.Tetapi alasan pengaruh rokok terhadap sinovitis belumsepenuhnya didefinisikan, tetapi rokok dapat mempengaruhi sistemkekebalan bawaan di jalan nafas (Firestein et al., 2005).

2.4.4 Patofisiologi

Rheumatoid arthritis sering disebut radang selaput sinovial.Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum jelas, tetapi produksifaktor rheumatoid (RFS) oleh sel-sel plasma dalam sinovium danpembentukan lokal kompleks imun sering berperan dalam peradangan.Sinovium normal tipis dan terdiri dari lapisan-lapisan fibroblastsynoviocytes dan makrofag.Pada penderita rheumatoid arthritis sinoviummenjadi sangat tebal dan terasa sebagai pembengkakan di sekitar sendidan tendon. Sinovium berproliferasi ke dalam lipatan, lipatan inikemudian dipengaruhi oleh berbagai sel inflamasi diantaranya polimorf yangberpindah melalui jaringan ke dalam sel sendi, limfosit dan plasma sel.Lapisan sel sinovium menjadi menebal dan hiperplastik, kejadian iniadalah tanda proliferasi vaskuler awal rheumatoid arthritis. Peningkatanpermeabilitas pembuluh darah dan lapisan sinovial menyebabkan efusisendi yang mengandung limfosit dan polimorf yang hampir mati (Kumarand Clark, 2009).

(29)

darah antara margin sinovial dan rongga tulang epifis dan dapat merusak tulang (Kumar and Clark, 2009).

Sistem kekebalan tubuh memiliki dua fungsi yaitu fungsi humoraldan sel dimediasi.Komponen humoral diperlukan untuk pembentukanantibodi.Antibodi ini diproduksi oleh sel-sel plasma yang berasal darilimfosit B. Faktor rheumatoid sendiri belum diidentifikasikan sebagaipatogen, jumlah antibodi yang beredar selalu berkolerasi dengan aktivitaspenyakit.Pasien seropositif cenderung lebih agresif dari pasienseronegatif.Imunoglobulin dapat mengaktifkan sistem komplemen.Sistem komplemen menguatkan respon imun dengan mendorongkemotaksis, fagositosis, dan pelepasan limfokin oleh sel mononuklear,yang kemudian dijabarkan ke dalam T limfosit (Dipiro et al., 2008)

Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus)menginfeksi sendi akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu padamembran sinovial dan terjadi peradangan yang berlangsung terus-menerus. Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan kapsul fibromaligament tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih danpembentukan pada jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi membesar dan menebal.Terjadinya pembesaran dan penebalan inimenyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjaditerhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis(rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas (perubahan bentuk)(Dipiro et al., 2008).

(30)

berkurangnya gerakan motorik halus.Perubahan bentuk tangan dapat dilihat dengan peradangan kronis, perubahan inidapat mengubah mekanisme fungsi tangan dan mengurangi kekuatanpegangan, hal ini membuat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Dipiro etal., 2008).

3.4.5 Sendi-sendi Yang Terkena Rheumatoid Arthritis

Beberapa sendi yang sering terkena pada pasien rheumatoidarthritis adalah sebagai berikut :

a. Tangan dan Pergelangan Tangan

Dampak rheumatoid arthritis pada tangan sangat parah, Padaawal gejala jari menjadi bengkak, nyeri dan kaku.Radang pada otot yang menyebabkan tungkai atau bagian lain menekuk sehingga meningkatkan gangguan fungsional.

b. Bahu

Rheumatoid arthritis juga mempengarui bahu.Awal gejala nyeri pada lengan atas yang terjadi dimalam hari.Sebagiansendi menjadi terganggu dan kaku.Hal ini bisa mengganggupada saat berpakaian, makan dan di toilet.

c. Siku

Sinovitis pada siku menyebabkan pembengkakan dan pergerakan siku terganggu.Pasien juga mengalamikesulitan makan jika dikombinasikan dengan bahu, tangan danpergelangan tangan yang cacat.

d. Kaki

Salah satu manifestasi awal rheumatoid arthritis adalahpembengkakan.Kaki terlihat menjadi lebih besar yang diakibatkan dari pembengkakan yang menyebabkan rasa sakit. e. Lutut

(31)

Pinggul jarang terkena pada awal rheumatoid arthritis. g. Tulang Belakang Pada Leher

Kekakuan dan nyeri di leher pada rheumatoid arthritis bisakarena otot leher (Kumar and Clark, 2009).

Gambar 1.2 Sendi-sendi Yang Terkena Rheumatoid Artritis 3.4.6 Diagnosa

(32)

3.4.7Pengobatan Farmakologi

Pengobatan Rheumatoid Artritis Menggunakan AINS

Salisilat dan obat serupa lainnya yang digunakan untukmengobati penyakit rheumatoid artritis mempunyai kemampuan untukmenekan tanda dan gejala peradangan. Obat-obat ini jugamempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi efekinflamasi yang membuat obat-obat ini bermanfaatdalam tata laksana kelainan disertai nyeri yang berhubungandengan intensitas proses peradangan.

a. Aspirin

Aspirin (asam asetilsalisilat) adalah OAINS yang paling bertahan lama dan merupakan analgesik efektif dengan durasi sekitar 4 jam, aspirin diabsorbsi dengan baik secara oral. Dahulu aspirin banyak digunakan pada terapi penyakit rheumatoid artritis namun 50% pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya akibat dosis tinggi aspirin larut yang diperlukan untuk mencapai efek inflamasi.Pada dosis biasa, efek samping aspirin utama adalahgangguan lambung (intoleransi) dan ulkus lambung sertaduodenum, hepatotoksisitas, asma, ruam, dan toksisitasginjal jarang terjadi.

b. Meloksikam

Meloksikam adalah suatu enolkarboksamida yangberkaitan dengan piroxikam dan terbukti lebih menghambatCOX-2 dari pada COX-1, khususnya pada dosis rendahyakni 7,5 mg/hari. Meloksikam menyebabkan lebih sedikitgejala dan komplikasi pada saluran cerna. c. Diklofenak

(33)

d. Ibuprofen

Merupakan turunan sederhana asam fenilpropioat.Pada dosis sekitar 2.400 mg per hari efek inflamasiibuprofen setara dengan 4 gram aspirin.Pemberianibuprofen mengantagoniskan inhibisi trombosit irreversibelyang dipicu oleh aspirin.Oleh karena itu, terapi denganibuprofen pada pasien dengan peningkatan resikokardiovaskuler dapat membatasi efek kardioprotektifmilikaspirin.

e. Asam Mefenamat

Cara kerja asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.

3.4.8 Terapi Non Farmakologi a) Latihan

Rheumatoid arthritis dapat mengurangi aktivitas fisikkarena sakit atau disfungsi sendi. Sebuah studi baru-baru initelah mengidentifikasi bahwa peningkatan latihan aerobik(intensitas sedang sampai tinggi, 3 kali seminggu selama 30sampai 60 menit) memperkuat latihan (2 sampai 3 kali seminggu) akan menghasilkanhasil yang lebih baik bagi pasien dengan rheumatoid arthritis(Geoffrey, 2005).

b) Diet

(34)

c) Pendidikan

Pasien dengan rheumatoid arthritis yang memiliki tingkatketidakberdayaan yang berkaitan dengan penyakit merekamemiliki hasil yang lebih buruk bila dibandingkan denganmereka yang mampu mengatasi informasi ini adalah dasar untukmengembangkan berbagai program pendidikan yang dirancanguntuk mengurangi ketidakberdayaan dengan meningkatkanpengetahuan pasien (Geoffrey, 2005).

d) Istirahat

Istirahat merupakan terapinonfarmakologi rheumatoid arthritis.Istirahat dapatmenyembuhkan stres dari sendi yang mengalami peradangandan mencegah kerusakan sendi yang lebih parah.Akan tetapi,terlalu banyak istirahat (berdiam diri) juga dapat menyebabkanimobilitas, sehingga dapat menurunkan rentang gerak danmenimbulkan atrofi otot.Pasien hendaknya tetap menjagagerakan dan tidak berdiam diri terlalu lama.Dalam kondisi yangmengharuskan pasien duduk lama, pasien mungkin dapatberistirahat sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambilmeregangkan dan melenturkan sendi (Schuna et al., 2008).

e) Pembedahan

(35)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian di dunia akibat penyakit tidak menular sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47% dan kejadian ini akan terus meningkat diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 73% kematian dan 60% kesakitan yang disebabkan penyakit tidak menular (Depkes RI, 2006).

Rheumatoid Artritis (RA) merupakan penyakit kelainan autoimun, ditandai dengan adanya inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik (Pradana, 2012). RA ditandai dengan peradangan pada lapisan sinovium sendi yang dapat menyerang persendian kecil hampir 90% keluhan utamanya adalah sendi terasa kaku. Penderita rheumatoid artritis akan mengalami beberapa gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. RA juga menyebabkan gangguan fungsional yang ditandai dengan kelelahan, nafsu makan berkurang dan menurunnya berat badan.RA stadium lanjut akan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Penyebab penyakit rheumatoid artritis masih belum diketahui secara pasti, namun meningkatnya resiko penyakit ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik (Rubenstein, 2003).

(36)

Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Sesuai data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 penyakit RA menempati urutan ke-6 dari 10 kasus. Sementara data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, RA merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar di Lampung sejak tahun 2011 dengan 17.671 kasus (5,24%). Hasil data tersebut diperoleh pasien wanita tiga kali lebih banyak dibanding pria. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan ini dapat diakibatkan oleh hormon, stres, merokok dan faktor lingkungan (Dinkes, 2011).

Rasa sakit atau nyeri sendi pada penderita menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari.Pengobatan rheumatoid artritis terdiri dari farmakoterapi, fisioterapi atau pembedahan.Farmakoterapi dengan pemberian obat antiinflamasi non-steroid (AINS) efektif dalam mengontrol rasa sakit akibat inflamasi pada RA.Namun sediaan AINS dapat menyebabkan efek samping yang dapat berakibat fatal (Lelo, 2001).

Obat yang digunakan dalam pengobatan rheumatoid artritis umumnya terbagi menjadi lima kategori yaitu, OAINS (Obat anti-inflamasi non steroid), analgesik, glukokortikoid, DMARD(Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)non biologik, dan DMARD(Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) biologik (Kumar, 2013).

(37)

apapun didapatkan 71% pasien yang menggunakan obat AINS mengalami kerusakan pada usus kecil, dibandingkan dengan 10% pasien dalam kelompok kontrol (Martin, 2013).

Penelitian juga dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan hasil penggunaan obat antiinflamasi pada rheumatoid artritis disalah satu rumah sakit di kota Bandar Lampung bahwa manajemen awal pengobatan pasien rheumatoid artritis, obat meloxicam golongan AINS merupakan obat yang paling banyak diresepkan. AINS diberikan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.Efek terapi dan efek samping AINS berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2) yang dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin.Pertimbangan farmakologi dalam pemilihan AINS sebagai antiinflamasi pada rheumatoid secara rasional yaitu AINS terabsorbsi cepat dan terdistribusi kedalam sinovium (Lelo, 2004).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antiinflamasi pada rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, yang menjadi gambaran pengobatan semua pasien rheumatoid artritis rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Kesesuaian nama dan golongan obat yang diberikan dalam pengobatan rheumatoid artritis, obat AINS sebagai terapi awal mampu mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan (Suarjana, 2009).

1.2 Perumusan Masalah

(38)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik pasien (usia dan jenis kelamin) dan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian, cara pemberian, golongan obat, bentuk sediaan, dosis obat).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis berdasarkan (jenis kelamin, usia, jenis obat (generik atau non generik) , golongan obat, jumlah obat, lama pemberian obat, bentuk sediaan obat, dosis obat, cara pemberian obat antiinflamasi).

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat

yangdiharapkandalampenelitianiniialahmenambahilmupengetahuandanpemahamanpenelitida

ntenagakesehatanmengenaipenggunaanobat antiinflamasi yang efektifdanrasionaldalamprakteksehari-hari di RumahSakitUmumPusatH. Adam Malik

Medandalampenggunaandosisobat, lama pemberianobat, pemilihanjenisobat yang

tepatsehinggapasiendapatmemperolehmanfaat yang maksimaltanpaefeksampingataudenganefeksamping yang seminimalmungkin.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

(39)

kelamin) dan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian, cara pemberian, bentuksediaan, dosis obat).

Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir peneliti ini ditunjukkanpadaGambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian VariabelPengamatan

i. Jenis Kelamin dan usia

ii. Jenisobat(generikatau non generik )

iii. Golonganobat

iv. Lama pemberianobat

v. Bentuksediaan dan cara pakai obat

(40)

PENGGUNAAN OBAT ANTIINFLAMASI PADA PENYAKIT

RHEUMATOID ARTRITIS PASIEN RAWAT JALAN

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun, penyakit ini ditandai dengan inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik. Penderita rheumatoid artritis akan mengalami beberapa gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. Penderita stadium lanjut akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode retrospektif dan mengambil data melalui instalasi rekam medik pada periode Juni – Desember 2014. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase, dengan kriteria inklusi semua obat antiinflamasi pada rheumatoid arthritis dan kriteria eksklusi seluruh data rekam medik pasien rheumatoid arthritis yang tidak lengkap.

Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode Juni – Desember 2014 terdapat 46 pasien rawat jalan yang didiagnosis rheumatoid artritis. Pasien yang paling banyak terkena penyakit rheumatoid artritis berjenis kelamin perempuan 32 orang (69,6%) berkisar pada usia 15 - 49 tahun (58,7%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat generik, yaitu 41 obat (85,4%). Golongan obat yang paling banyak digunakan golongan preferensial (87,5%). Lama pemberian obat selama 30 hari yaitu pada obat meloxicam (10,4%). Dosis obat AINS yang paling banyak digunakan yaitu meloxicam pada dosis 1x15 mg (35,4%). Sediaan obat yang digunakan yaitu tablet (100%) dengan penggunaan melalui oral.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik tahun 2014 paling banyak digunakan pada pasien perempuan, usia 15-49 tahun, golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS Preferensial yaitu meloxicam dan rute yang digunakan oral dari bentuk sediaan tablet.

(41)

DRUG USE IN ANTI INFLAMMATION RHEUMATOID ARTHRITIS

OUTPATIENT IN MEDAN ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Rheumatoid arthritis (RA) is an autoimmune disorder, the disease causes inflammation of the joints and can take place in chronic. Patients with rheumatoid arthritis will experience some symptoms such as pain, inflammation, joint stiffness in the morning and difficulty moving. Patients with advanced stage will be impaired daily activities so that the quality of life decline.

The purpose of this study was to determine how to use of anti-inflammatory drugs in rheumatoid arthritis disease outpatients at Adam Malik Hospital in Medan.

This research is descriptive and retrospective method to retrieve data through the installation of medical records in the period from June to December 2014. The data obtained are

presented in the form of percentages and tables , with the inclusion criteria of all NSAIDs in RA and RA exclusion criteria without NSAID treatment .

The results showed that during the period from June to December, 2014 there are 46 medical records of rheumatoid arthritis. Patient who are most affected by the disease are female RA 32 (69.6%) range in age from 15-49 years (58.7%). The types of drugs most widely used drug is a drug generic that is 41 medicine (85.4%). A class of drugs most widely used COX-2 preferential NSAIDs (87.5%) duration of drug administration for 30 days on drug meloxicam (10.4 %). Doses of NSAIDs are the most widely used is meloxicam at doses 1x15mg (35.4%), dosage used is a tablet (100%) with the use of oral.

Based on the research we concluded that the use of anti-inflammatory drugs in rheumatoid arthritis disease outpatients at Adam Malik Hospital in 2014 the most widely used in female patients, aged 15 - 49 years, a class of drugs most widely used class of NSAID Cox-2 Preferential namely meloxicam and routes used oral tablet dosage forms.

(42)

PENGGUNAAN OBAT ANTIINFLAMASI PADA PENYAKIT

RHEUMATOID ARTRITIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUP

H.ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

(43)

PENGGUNAAN OBAT ANTIINFLAMASI PADA PENYAKIT

RHEUMATOID ARTRITIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUP

H.ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

(44)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN OBAT ANTIINFLAMASI PADA PENYAKIT

RHEUMATOID ARTRITIS PADA PASIEN RAWAT JALANRSUP

H.ADAM MALIK MEDAN

OLEH:

PRILLI RAMADHANIA NIM 101501089

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 20 Oktober 2016 Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Panitia Penguji,

Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt. Dr. Wiryanto, M.S., Apt. NIP197806032005012004 NIP 195110251980021001

Dosen Pembimbing II Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt. NIP197806032005012004

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm, Ph.D., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt. NIP 197802152008122001 NIP 1975061102005012003

(45)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Artritis Pasien Rawat Jalan Di RSUP H. Adam Malik Medan”.Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada IbuDr.Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt. dan Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm, Ph.D., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk, dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penuliskan sampaikan kepada BapakDr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku ketua penguji, IbuDr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt, dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

(46)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2016 Penulis

(47)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Prilli Ramadhania

NIM : 101501089

Program Studi : S1- Reguler Farmasi

Judul Penelitian : Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Artritis Di RSUP H. Adam Malik Medan

Denganinimenyatakanbahwaskripsiiniditulisberdasarkan data darihasilpekerjaan yang sayalakukansendiri, danbelum pernah diajukanoleh orang lain untukmemperolehgelar

kesarjanaan diperguruantinggilain, danbukanplagiatkarenakutipan yang ditulistelahdisebutkan sumbernya didalamdaftarpustaka.

Apabila dikemudianhariadapengaduandaripihaklainkarena di dalamskripsiiniditemukanplagiatkarenakesalahansayasendiri,

makasayabersediamenerimasanksiapapunoleh Program StudiFarmasiFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara, danbukanmenjadi

tanggungjawabpembimbing.

Demikianlahsuratpernyataaninisayaperbuatdengansebenarnyauntukdapatdigunakanjik adiperlukansebagaimanamestinya.

Medan, Oktober2016 Yang membuatpernyataan,

Prilli Ramadhania

(48)

PENGGUNAAN OBAT ANTIINFLAMASI PADA PENYAKIT

RHEUMATOID ARTRITIS PASIEN RAWAT JALAN

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun, penyakit ini ditandai dengan inflamasi sendi dan dapat berlangsung secara kronik. Penderita rheumatoid artritis akan mengalami beberapa gejala seperti nyeri, inflamasi, kekakuan sendi di pagi hari dan kesulitan bergerak. Penderita stadium lanjut akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode retrospektif dan mengambil data melalui instalasi rekam medik pada periode Juni – Desember 2014. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase, dengan kriteria inklusi semua obat antiinflamasi pada rheumatoid arthritis dan kriteria eksklusi seluruh data rekam medik pasien rheumatoid arthritis yang tidak lengkap.

Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode Juni – Desember 2014 terdapat 46 pasien rawat jalan yang didiagnosis rheumatoid artritis. Pasien yang paling banyak terkena penyakit rheumatoid artritis berjenis kelamin perempuan 32 orang (69,6%) berkisar pada usia 15 - 49 tahun (58,7%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah obat generik, yaitu 41 obat (85,4%). Golongan obat yang paling banyak digunakan golongan preferensial (87,5%). Lama pemberian obat selama 30 hari yaitu pada obat meloxicam (10,4%). Dosis obat AINS yang paling banyak digunakan yaitu meloxicam pada dosis 1x15 mg (35,4%). Sediaan obat yang digunakan yaitu tablet (100%) dengan penggunaan melalui oral.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat antiinflamasi pada penyakit rheumatoid artritis pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik tahun 2014 paling banyak digunakan pada pasien perempuan, usia 15-49 tahun, golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS Preferensial yaitu meloxicam dan rute yang digunakan oral dari bentuk sediaan tablet.

(49)

DRUG USE IN ANTI INFLAMMATION RHEUMATOID ARTHRITIS

OUTPATIENT IN MEDAN ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Rheumatoid arthritis (RA) is an autoimmune disorder, the disease causes inflammation of the joints and can take place in chronic. Patients with rheumatoid arthritis will experience some symptoms such as pain, inflammation, joint stiffness in the morning and difficulty moving. Patients with advanced stage will be impaired daily activities so that the quality of life decline.

The purpose of this study was to determine how to use of anti-inflammatory drugs in rheumatoid arthritis disease outpatients at Adam Malik Hospital in Medan.

This research is descriptive and retrospective method to retrieve data through the installation of medical records in the period from June to December 2014. The data obtained are

presented in the form of percentages and tables , with the inclusion criteria of all NSAIDs in RA and RA exclusion criteria without NSAID treatment .

The results showed that during the period from June to December, 2014 there are 46 medical records of rheumatoid arthritis. Patient who are most affected by the disease are female RA 32 (69.6%) range in age from 15-49 years (58.7%). The types of drugs most widely used drug is a drug generic that is 41 medicine (85.4%). A class of drugs most widely used COX-2 preferential NSAIDs (87.5%) duration of drug administration for 30 days on drug meloxicam (10.4 %). Doses of NSAIDs are the most widely used is meloxicam at doses 1x15mg (35.4%), dosage used is a tablet (100%) with the use of oral.

Based on the research we concluded that the use of anti-inflammatory drugs in rheumatoid arthritis disease outpatients at Adam Malik Hospital in 2014 the most widely used in female patients, aged 15 - 49 years, a class of drugs most widely used class of NSAID Cox-2 Preferential namely meloxicam and routes used oral tablet dosage forms.

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

SURAT PERNYATAAN... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 4

1.3 Hipotesa ... 4

1.4 TujuanPenelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka pikir penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Obat ... 7

2.2 Pengertian Resep ... 7

2.3 Pembagian Obat Antiinflamasi... 8

2.4 Rheumatoid Artritis... 8

(51)

2.4.2 Klasifikasi Rheumatoid Artritis... 9

2.4.3 Etiologi ... 9

2.4.4 Patofisiologi ... 11

2.4.5 Sendi-sendi Yang Terkena RA ... 13

2.4.6 Diagnosis... 14

2.4.7 Pengobatan Farmakologi... 15

2.4.8 Terapi Non Farmakologi... 17

BAB III METODELOGI PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Populasi dan Sampel... 19

3.2.1 Populasi ... 19

3.2.2 Sampel ... 19

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 19

3.3.1 Kriteria Inklusi... 19

3.3.2 Krikeria Eksklusi ... 20

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.5 Defenisi Operasional ... 20

3.6 Instrumen Penelitian ... 21

3.6.1 Sumber Data... 21

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data... 21

3.6.3 Seleksi Data... 21

3.7 Menganalisis Data... 21

3.8 Langkah Penelitian... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

(52)

4.2 Persentase Penggunaan Jenis Obat Antinflamasi Berdasarkan

Generik dan Non Generik... 25

4.3 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Bentuk Sediaan... ... 26

4.4 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS ... 26

4.5 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Lama Pemberian Obat... 28

4.6 Persentase Penggunaan Obat Antiinflamasi Berdasarkan Dosis Obatnya... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(53)

DAFTAR TABEL TabelHalaman

4.1 Karakteristik RA Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 23

4.2 Karakteristik RA Berdasarkan Penggunaan obat Generik dan Non Generik... 25

4.3 Karakteristik RA Berdasarkan Bentuk Sediaan... 26

4.4 Karakteristik RA Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS... 26

4.5 Karakteristik RA Berdasarkan Lama Pemberian Obat ... 28

(54)

DAFTAR GAMBAR

GambarHalaman

(55)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Demografi pasien Rheumatoid Artritis ... ... 35

2. Surat Judul Penelitian dan Pembimbing II... 40

3. Surat izin Penelitian Dari Dekan Fakultas Farmasi USU ... 41

4. Surat Izin Penelitian Dari RSUP H.Adam Malik Medan ... 42

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik pasien rheumatoid artritis berdasarkan jenis kelamin dan usia
Tabel 4.2 Karakteristik RA pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdasarkan penggunaan obat generik dan non generik
Tabel 4.4 Karakteristik Rheumatoid Artritis Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Berdasarkan Klasifikasi Obat AINS
Tabel 4.5 Karakteristik Rheumatoid Artritis Berdasarkan Lama Pemberian Obat Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara interaksi obat dengan jumlah obat, usia, jenis kelamin dan jumlah diagnosis pasien; mengetahui obat yang

Adam Malik, meliputi periode, jenis kelamin, usia, diagnosa, rerata jumlah item obat, terapi antibiotika, jenis obat, bentuk sediaan, formularium, golongan obat dan interaksi

Pengetahuan tentang kecenderungan penggunaan obat total cukup bermanfaat, tetapi untuk informasi yang lebih detail meliputi agregat penggunaan obat pada tingkat yang berbeda

Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada Pasien di Instalasi Rawat Jalan Askes Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak Periode Januari - Maret 2013..

Berdasarkan penelitian ditemukan dari 88 pasien skizofrenia rawat jalan yang berpotensi mengalami interaksi obat adalah sebanyak 74 pasien (85,09%). Golongan obat antipsikotik

sebagai informasi terkait frekuensi kejadian interaksi obat antipsikotik-obat, jenis obat yang berinteraksi dengan obat antipsikotik dan tingkat keparahan yang timbul akibat

Kemampuan yang berbeda dalam metabolisme obat-obatan tertentu dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien berkembang mengalami toksisitas ketika diberikan obat sementara yang lain

apakah jumlah interaksi obat-obat yang terjadi pada pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan