• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Optimalisasi Pencapaian Tingkat Kepuasan CSI 85 Periode Tahun 2006-2010 Di PT.Askes (Persero) Cabang Utama Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Optimalisasi Pencapaian Tingkat Kepuasan CSI 85 Periode Tahun 2006-2010 Di PT.Askes (Persero) Cabang Utama Tangerang"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA OPTIMALISASI PENCAPAIAN

TINGKAT KEPUASAN CSI 85 PERIODE

TAHUN 2006-2010 DI PT.ASKES (PERSERO)

CABANG UTAMA TANGERANG

GELADIKARYA

Oleh :

BENJAMIN SP SIMANJUNTAK

NIM : 057007005

KONSENTRASI : MANAJEMEN PEMASARAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISA OPTIMALISASI PENCAPAIAN TINGKAT

KEPUASAN CSI 85 PERIODE TAHUN 2006-2010 DI

PT.ASKES (PERSERO) CABANG UTAMA TANGERANG

NAMA : BENJAMIN SP SIMANJUNTAK NIM/ANGKATAN : 057007005 / EKSEKUTIF XII PROGRAM STUDI : MAGISTER MANAJEMEN KONSENTRASI : MANAJEMEN PEMASARAN

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul,M.Eng

Ketua

Dr.Ir. Nazaruddin Matondang, MT

Anggota

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul,M.Eng

NIP. 195011061978021001

Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Frekuensi program yang cukup tinggi ternyata tidak berbanding lurus

dampaknya pada peningkatan kepuasan pelanggan atau menghasilkan loyalitas

pelanggan. Pertumbuhan indeks kepuasan akan semakin sulit tanpa adanya perubahan

mendasar dari sisi layanan. Dengan kata lain, dengan effort yang sama seperti tahun

lalu, maka pertumbuhan indeks kepuasan akan lebih kecil, seringkali nol atau bahkan

negatif. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekspektasi pelanggan semakin besar atau

bahkan lebih besar dari pertumbuhan kualitas layanan yang mampu diberikan oleh

PT.ASKES.

Dari data CSI Tahun 2006-2010 terindikasi adanya 2 masalah: Pertama, nilai

CSI yang fluktuatif, karena service level yang dirasakan oleh konsumen juga

mengalami fluktuasi. Kedua, nilai CSI (85) yang belum memenuhi target, karena

kondisi belum maksimalnya kinerja pelayanan PT.ASKES maupun Provider dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Hasil analisa data dengan menggunakan perhitungan servqual, analisa TERRA

dan diagram kartesius, maka diperoleh CSI Peserta yang dilayani Puskesmas adalah

79,20; CSI Peserta yang dilayani Apotik adalah 83,66; CSI Provider Puskesmas adalah

82,91; CSI Provider Apotik adalah 81,54. CSI pada 4 (empat) objek penelitian

tersebut tidak mencapai nilai target yang ditetapkan PT.Askes (85), walaupun secara

rata-rata industri masih lebih tinggi (80).

Rekomendasi meningkatkan CSI kedepan adalah sesuai dengan prioritas

(4)

(perhitungan servqual) serta diagram kartesius. Dari 4 (empat) objek penelitian

masing-masing diusulkan 3 prioritas perbaikan.

Untuk perbaikan pelayanan Peserta yang dilayani di Puskesmas

direkomendasikan : ketersediaaan Dokter pada jam buka Puskesmas yang telah

ditetapkan; kecepatan dalam penanganan pasien, serta kontinuitas ketersediaan

Dokter/Paramedis pada jam pelayanan. Untuk perbaikan pelayanan Peserta yang

dilayani di Apotik, direkomendasikan : ketersediaan jenis dan jumlah obat yang

diresepkan Dokter; kecepatan prosedur penyerahan obat; dan pemeliharaan kebersihan

Apotek. Untuk perbaikan pelayanan Provider Puskesmas, direkomendasikan : kualitas

komunikasi antara PT.Askes dengan Provider terjaga dengan baik; kegiatan hubungan

kemitraan dilakukan secara kontinu dan konsisten; ketepatan dan kejelasan

pembayaran kapitasi serta pemanfaatannya. Untuk perbaikan pelayanan Provider

Apotik, direkomendasikan : kemudahan akses dan komunikasi untuk mengutarakan

saran dan keluhan; ketepatan proses dan pembayaran klaim; penyederhanaan

dokumen pembayaran klaim.

Keseluruhan rekomendasi tersebut dijabarkan lagi dalam bentuk aktifitas

operasional, ditetapkan indikator kualitas dan kuantitasnya, serta dijaga kedisiplinan

dalam eksekusinya, sehingga memberikan dampak yang signifikan dalam

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul :

ANALISA OPTIMALISASI PENCAPAIAN TINGKAT KEPUASAN CSI 85

PERIODE TAHUN 2006-2010 DI PT.ASKES (PERSERO) CABANG UTAMA

TANGERANG

Adalah benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua data

dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Tangerang, Desember 2011

Benjamin SP Simamnjuntak

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

A. Nama Lengkap : Benjamin Saut Parulian

Simanjuntak

B. Tempat Tanggal Lahir: Berlin, 05 Januari 1972

C. NPP : 02260

D. Pangkat/Golongan : General Manager / II-0

E. Jabatan/Unit Kerja : Kepala/PT.ASKES Regional XII (Wilayah Kerja Provinsi Papua & Papua Barat) Alamat Kantor : Jl.Raya Kotaraja No.46, PO Box 152

Abepura-

Jayapura, Papua, 99225.

Telepon : (0967) 581638

Fax : (0967) 581638

F. Alamat Tempat Tinggal : Kompleks BTN Skyline Blok B-2, Kotaraja

Jayapura, Papua, 99225.

HP : 085813641085

G. Agama : Kristen Protestan

H. Status : Kawin

II. Riwayat Pekerjaan Dilingkungan PT.ASKES (Persero)

A. Tanggal Mulai Bekerja : 01 Agustus 1996

B. Masa Kerja : 11 Tahun, 1 Bulan

C. Mutasi Kepangkatan/Golongan

No Pangkat Golongan Terhitung Mulai

1. Capeg - 01 Agustus 1996 2. Pelaksana XIII/19 01 November 1996 3. Pelaksana XIII/20 01 April 1998 4. Asisten Manager X/0 01 April 1999 5. Asisten Manager X/1 01 April 2001 6. Manager VII/0 29 April 2002 7. Manager VI/5 01 Juni 2004 8. Senior Manager IV/0 01 Februari 2006 9. Senior Manager IV/0 12 Agustus 2007

D. Mutasi Jabatan

No Nama Jabatan Unit Kerja Terhitung Mulai

1. Pelaksana Bidang Yankes Regional I 01 November 1996

2. Pelaksana Bidang Kepesertaan & Pemasaran

Regional I 01 April 1998

3. Sekretaris Wamen Regional I 01 April 1999 4. Kasie Kepesertaan &

Pemasaran

Cabang Medan 01 April 2001

(7)

6. Kepala Bidang Askes Komersial

Regional I 01 Juni 2004

No Nama Jabatan Unit Kerja Terhitung Mulai Kinerja

7. Kepala Cabang Utama

III. Riwayat Pendidikan

A. Pendidikan Formal

5. Customer Service Excellence Medan 2001

6. Workshop Marketing Plan Medan 2002

7. Auditor SMM ISO Medan 2003

8. Frontier On Customer Satisfaction Medan 2003

9. FINON Pekanbaru 2003

10. PAMJAKI Medan 2003

11. Tarif RS Pola PPE Medan 2004

12. Management Risk & Underwriting Jakarta 2004 13. Underwriting, Claims and Anti Fraud

Management

Jakarta 2004

14. CAP (Change Accelaration Process) Jakarta 2006

15. PAMJAKI (AAAK) Medan 2008

16. KUBIK Leadership “SUKSES MULIA”

(8)

17. Quantum Ikhlas Jakarta 2009 18. APMS (Askes Professional

Management System)

Jakarta 2009

19. FINON 2 Jakarta 2010

20. ESQ Leadership Jakarta 2010

21. 4DX Dunamis Jakarta 2011

22. Knowledge Management Content Commitee

Jakarta 2011

B.2. Luar Negeri

No Pendidikan Nama/ Tempat

Tahun

1. Visit Study Philhealth/Philippine 2003

2. ISSA Training AIM Conference Center, Makati City Benavidez Cor Traiserra Street

Legaspi Village, Makati City

2006

3. Joint Learning Network For Universal Health Coverage

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih karunia,

berkat berlimpah, dan hikmat pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis yang berbentuk geladikarya ini sesuai dengan yang telah direncanakan.

Penyusunan geladikarya ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

pada Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan geladikarya ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan Bapak Ir.Nazaruddin Matondang, MT selaku Anggota Komisi

Pembimbing, yang telah banyak mamberikan bimbingan, nasehat dan arahan

dengan penuh kesabaran kepada penulis.

2. Para Sahabat & Saudara Terkasih Keluarga Besar PT.Askes Kantor Cabang

Utama Tangerang yang telah memberikan dukungan data, kritik, saran,

perhatian, bantuan material dan moril yang begitu besar sampai dengan

selesainya geladikarya ini.

3. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Isteri Tercinta

(Desima Rosdanelly), Bapak dan Mama Terkasih, Abang, Kakak dan Adik

Terkasih, yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik

dengan doa, semangat, baik secara moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi dengan baik.

4. Ucapan terima kasih penulis kepada sahabat Mahasiswa dan Alumni Magister

Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

bantuan, dorongan serta motivasi sehingga geladikarya ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa geladikarya ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran

dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan

(10)

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yesus Kristus dikembalikan semua hasil dan dampak

dari geladikarya ini, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya.

Amin, Tuhan Memberkati.

Tangerang, Desember 2011

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... KATA PENGANTAR ... RINGKASAN EKSEKUTIF ... DAFTAR ISI ...

2.1.Tinjauan Mengenai Indeks Kepuasan ... 8

2.2.Definisi SERVQUAL ... 10

2.3.Model SERVQUAL ... 11

2.4.Atribut Indeks Kepuasan Pelanggan ... 14

2.5.Kepuasan Pelanggan dan Kualitas Pelayanan ... 18

2.6.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan ... 19

2.7.Alat-alat Analisis Data ... 21

2.7.1. Analisa TERRA ... 21

2.7.2. Diagram Kartesius ... 22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 24

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 27

4.1.Metode Penelitian ... 27

4.2.Sumber Data dan Jenis Data ... 27

(12)

4.4.Metode Pengumpulan dan Pengukuran Data ... 29

4.5.Analisis Data ... 30

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 32

5.1.Sejarah Singkat PT. Askes (Persero) ... 32

5.2.Visi dan Misi Perusahaan ... 35

5.3.Perkembangan Organisasi Perusahaan ... 36

5.4.Aspek Kegiatan PT. Askes (Persero) ... 37

5.4.1. Askes Sosial (Asuransi Kesehatan Sosial) ... 37

5.4.2. Asuransi Kesehatan Bersifat Komersial ... 37

5.4.3. Program JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) . 38 5.4.4. Askes PJKMU (Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum) ... 38

5.4.5. Askes JAMKESMEN (Jaminan Kesehatan Menteri) ... 39

5.5.Kinerja PT. Askes (Persero) ... 39

5.6.Tahun Pencitraan ... 41

5.6.1. Pembangunan dan Penyempurnaan Masterfile Kepesertaan 41 5.6.2. Pembengunan Layanan Informasi dan Layanan Administrasi ... 42

5.6.3. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Layanan Kesehatan .... 42

5.6.4. Promotif dan Preventif ... 43

5.6.5. Askes Center ... 43

5.6.6. Pengembangan SDM ... 44

5.6.7. Penerapan GCG ... 45

BAB VI ANALISIS DATA ... 46

6.1.Analisis Data Untuk Peserta Askes yang Menerima Pelayanan Puskesmas ... 46

6.1.1. Karakteristik Responden ... 46

6.1.2. Atribut Pertanyaan Untuk Peserta Askes yang Menerima Pelayanan Puskesmas ... 47

(13)

6.1.4. Perhitungan SERVQUAL ... 51

6.1.5. Perhitungan Tingkat Kepuasan (CSI) ... 53

6.1.6. Diagram Kartesius ... 56

6.1.7. Prioritas Perbaikan ... 63

6.2.Analisis Data Untuk Peserta Askes yang Menerima Pelayanan Apotek ... 64

6.2.1. Karakteristik Responden ... 65

6.2.2. Atribut Pertanyaan Untuk Peserta Askes yang Menerima Pelayanan Apotek ... 65

6.2.3. Tabulasi Hasil Kuesioner ... 65

6.2.4. Perhitungan SERVQUAL ... 66

6.2.5. Perhitungan Tingkat Kesesuaian Harapan (CSI) ... 67

6.2.6. Prioritas Perbaikan ... 67

6.2.7. Diagram Kartesius ... 68

6.3.Analisis Data Untuk Puskesmas Sebagai Provider PT. Askes (Persero) ... 70

6.3.1. Karakteristik Responden ... 70

6.3.2. Atribut Pertanyaan Untuk Puskesmas Sebagai Provider PT. Askes (Persero) ... 70

6.3.3. Tabulasi Hasil Kuesioner ... 71

6.3.4. Perhitungan SERVQUAL ... 71

6.3.5. Perhitungan Kesesuaian Harapan (CSI) ... 72

6.3.6. Prioritas Perbaikan ... 73

6.3.7. Diagram Kartesius ... 74

6.4.Analisis Data Untuk Apotek Sebagai Provider PT. Askes (Persero) 75 6.4.1. Karajkteristik Responden ... 75

6.4.2. Atribut Pertanyaan Untuk Apotek Sebagai Provider PT. Askes (Persero) ... 76

6.4.3. Tabulasi Hasil Kuesioner ... 76

6.4.4. Perhitungan SERVQUAL ... 76

6.4.5. Perhitungan Indeks Kepuasan Pelanggan Provider (CSI) ... 78

(14)

6.4.7. Diagram Kartesius ... 80

6.5. Komparasi dengan Nilai CSI PT. Askes (Persero)... 81

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1.Kesimpulan ... 82

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pencapaian CSI & PSI Tahun 2006-2010 “Metode Top Two Boxes”

4

Gambar 1.2 Pencapaian CSI & PSI Tahun 2006-2010 “Metode Mean Score”

4

Gambar 2.1 Gap Analysis Model 11

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 24

Gambar 4.1 Metode Sampel 28

Gambar 5.1 Bagan Perkembangan Organisasi PT. Askes

(Persero)

36

Gambar 6.1 Diagram Kartesius untuk Dimensi Tangible pada

Kelompok Penelitian Peserta (Puskesmas)

57

Gambar 6.2 Diagram Kartesius untuk Dimensi Emphaty pada

Kelompok Penelitian Peserta (Puskesmas)

58

Gambar 6.3 Diagram Kartesius untuk Dimensi Reliability pada

Kelompok Penelitian Peserta (Puskesmas)

59

Gambar 6.4 Diagram Kartesius untuk Dimensi Responsiveness

pada Kelompok Penelitian Peserta (Puskesmas)

61

Gambar 6.5 Diagram Kartesius untuk Dimensi Assurance pada

Kelompok Penelitian Peserta (Puskesmas)

(16)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Frekuensi program yang cukup tinggi ternyata tidak berbanding lurus

dampaknya pada peningkatan kepuasan pelanggan atau menghasilkan loyalitas

pelanggan. Pertumbuhan indeks kepuasan akan semakin sulit tanpa adanya perubahan

mendasar dari sisi layanan. Dengan kata lain, dengan effort yang sama seperti tahun

lalu, maka pertumbuhan indeks kepuasan akan lebih kecil, seringkali nol atau bahkan

negatif. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekspektasi pelanggan semakin besar atau

bahkan lebih besar dari pertumbuhan kualitas layanan yang mampu diberikan oleh

PT.ASKES.

Dari data CSI Tahun 2006-2010 terindikasi adanya 2 masalah: Pertama, nilai

CSI yang fluktuatif, karena service level yang dirasakan oleh konsumen juga

mengalami fluktuasi. Kedua, nilai CSI (85) yang belum memenuhi target, karena

kondisi belum maksimalnya kinerja pelayanan PT.ASKES maupun Provider dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

Hasil analisa data dengan menggunakan perhitungan servqual, analisa TERRA

dan diagram kartesius, maka diperoleh CSI Peserta yang dilayani Puskesmas adalah

79,20; CSI Peserta yang dilayani Apotik adalah 83,66; CSI Provider Puskesmas adalah

82,91; CSI Provider Apotik adalah 81,54. CSI pada 4 (empat) objek penelitian

tersebut tidak mencapai nilai target yang ditetapkan PT.Askes (85), walaupun secara

rata-rata industri masih lebih tinggi (80).

Rekomendasi meningkatkan CSI kedepan adalah sesuai dengan prioritas

(17)

(perhitungan servqual) serta diagram kartesius. Dari 4 (empat) objek penelitian

masing-masing diusulkan 3 prioritas perbaikan.

Untuk perbaikan pelayanan Peserta yang dilayani di Puskesmas

direkomendasikan : ketersediaaan Dokter pada jam buka Puskesmas yang telah

ditetapkan; kecepatan dalam penanganan pasien, serta kontinuitas ketersediaan

Dokter/Paramedis pada jam pelayanan. Untuk perbaikan pelayanan Peserta yang

dilayani di Apotik, direkomendasikan : ketersediaan jenis dan jumlah obat yang

diresepkan Dokter; kecepatan prosedur penyerahan obat; dan pemeliharaan kebersihan

Apotek. Untuk perbaikan pelayanan Provider Puskesmas, direkomendasikan : kualitas

komunikasi antara PT.Askes dengan Provider terjaga dengan baik; kegiatan hubungan

kemitraan dilakukan secara kontinu dan konsisten; ketepatan dan kejelasan

pembayaran kapitasi serta pemanfaatannya. Untuk perbaikan pelayanan Provider

Apotik, direkomendasikan : kemudahan akses dan komunikasi untuk mengutarakan

saran dan keluhan; ketepatan proses dan pembayaran klaim; penyederhanaan

dokumen pembayaran klaim.

Keseluruhan rekomendasi tersebut dijabarkan lagi dalam bentuk aktifitas

operasional, ditetapkan indikator kualitas dan kuantitasnya, serta dijaga kedisiplinan

dalam eksekusinya, sehingga memberikan dampak yang signifikan dalam

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kepuasan Pelanggan sebagai konsep bisnis fundamental diawali dari hal detail,

rutin dan dimulai jauh sebelum jasa diproduksi, sehinga dapat terwujud hanya berkat

komitmen, persistensi, determinasi dari seluruh lini manajemen (performers) yang

mengimplementasikan, tidak hanya bertindak dengan kognitif/pikiran (mind), tetapi

juga dengan hati (emotional touch), serta lebih jauh menjadikannya jiwa (soul)

pelayanan prima.

Hal lain yang perlu diketahui bahwa spesifikasi jasa asuransi kesehatan

memiliki ciri intangibility (tidak berwujud sebelum dibeli), variability (tergantung

kepada siapa/kapan/ dimana/bagaimana pelayanan), perishability (tidak dapat

disimpan) dan inseparability (tidak terpisahkan dengan supplier dan provider),

sehingga dibutuhkan ketepatan kuantitas dan kualitas sentuhan langsung kepada

pelanggan (momenth of truth), standarisasi mutu dan distribusi produk yang tepat

sesuai kebutuhan, optimalisasi kemitraan dan produktifitas provider (network), serta

konsistensi dan kesinambungan layanan prima kepada Pelanggan PT.ASKES.

Dengan kata lain, konsistensi dari pertumbuhan dan perkembangan optimum

perusahaan diraih melalui rangkaian dan sinergi dari kepemimpinan yang melayani,

performa tinggi dari Pegawai yang puas dan berkomitmen terhadap manajemen,

sehinga meraih perilaku Pelanggan yang tidak hanya loyal tetapi juga menjadi

konsultan dan pelindung citra (brand) PT.ASKES.

PT.ASKES melewati fase pertumbuhan operasional prima yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun, terutama dengan mulai diimplementasikannya program

(19)

Medical Check Up, Paps Smear, Imunisasi Hepatitis C. Kemudian dilanjutkan dengan

revitalisasi pembiayaan katastropik bagi Peserta Askes, sehingga seluruh Peserta yang

mengalami penyakit, seperti: kanker, tindakan medis operatif (invasive) jantung,

chronic renal failure (gagal ginjal kronis), hemophilia dan thalasemia, akan

mendapatkan pembiayaan maksimal bahkan tanpa iur biaya di Rumah Sakit yang telah

ditunjuk oleh PT.Askes.

Ternyata frekuensi (kuantitas) program yang cukup tinggi tidak berbanding

lurus atau secara otomatis berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan. Sesuai

dengan mitos kepuasan pelanggan (myth of customer satisfaction), ternyata kepuasan

pelanggan tidak selamanya menghasilkan loyalitas pelanggan. Loyalitas atau kesetiaan

pelanggan adalah suatu indikator kinerja mutu yang lebih kompleks, namun lebih

definitif, dengan kata lain kepuasan pelanggan hanyalah merupakan jalan menuju

loyalitas.

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah penentuan target indeks kepuasan

seyogyanya mempertimbangkan azas The Role of Sigmoid Growth (Kurva S),

mengingat pertumbuhan tidak selalu linear. Penggunaan kaidah ini akan jauh lebih

alami, karena pertumbuhan nilai kepuasan akan melambat setelah melewati fase

tertentu (The Law of Deminishing Return), umumnya nilai 80. Akibatnya pertumbuhan

indeks kepuasan akan semakin sulit tanpa adanya perubahan mendasar dari sisi

layanan. Dengan kata lain, dengan effort yang sama seperti tahun lalu, maka

pertumbuhan indeks kepuasan akan lebih kecil, seringkali nol atau bahkan negatif. Hal

ini disebabkan pertumbuhan ekspektasi pengguna semakin besar atau bahkan lebih

(20)

Untuk menjamin kepuasan pelanggan, PT.ASKES secara berkala melakukan

Customer Satisfaction Survey terhadap pencapaian Tingkat Kepuasan

Pelanggan/Customer Satisfaction Index (CSI), baik yang terkait kepada

Customer-Peserta maupun sebagai Customer-Pemberi Pelayanan Kesehatan (Provider). Survei

tersebut dilakukan dengan 2 (dua) metode, yaitu metode “top two boxes” dan “mean

score”.

Nilai yang dihasilkan dari perhitungan CSI, akan menunjukkan seberapa besar

kepuasan pelanggan (Peserta dan Provider) terhadap pelayanan yang diberikan

PT.ASKES. Nilai CSI akan menjadi bahan koreksi dan perbaikan bagi PT.ASKES

untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.adalah data terkait

nilai CSI untuk Peserta dan Provider yang diperoleh dari tahun 2006 sampai dengan

2010.

(21)

Ga

Gambar 1.2. Pencapaian CSI & PSI Tahun 200 “Metode Mean Score”

sikan adanya masalah.

(22)

yang dirasakan oleh konsumen juga mengalami fluktuasi. Hal ini berbanding lurus

dengan tingkat kepuasan pelanggan.

Kedua, adalah nilai CSI yang belum memenuhi target. Hal ini mengindikasikan bahwa

adanya kondisi belum maksimalnya kinerja pelayanan PT.ASKES maupun Provider

dalam memberikan pelayanan kesehatan.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut:

- Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai CSI

untuk Peserta dan Provider pada tahun 2006-2010.

- Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya target nilai CSI

Provider (metode top two boxes) pada tahun 2006-2010.

- Alternatif apa yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

- Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya fluktuasi

nilai CSI untuk Peserta dan Provider, serta tidak tercapainya target nilai

CSI (metode top two boxes) untuk Provider.

- Merumuskan dan merekomendasikan alternatif yang dapat diaplikasikan

(23)

1.4.Ruang Lingkup & Batasan Masalah

- Ruang lingkup penelitian dan batasan masalah “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kenaikan Atau Penurunan Nilai CSI Untuk Peserta dan

Provider”.

- Penelitian dilakukan di Kota Tangerang sebagai salah satu wilayah kerja

PT.ASKES (Persero) Cabang Utama Tangerang.

- Peserta yang akan menjadi subjek penelitian adalah Peserta yang dilayani

di Puskesmas dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit pada Provider Mitra

Kerja PT.ASKES di Kota Tangerang.

- Provider Mitra Kerja PT.ASKES yang akan menjadi subjek penelitian

adalah Manajamen dan Tenaga Medis Puskesmas dan Instalasi Farmasi

Rumah Sakit di Kota Tangerang.

- Faktor-faktor yang diteliti meliputi SERVQUAL T-E-R-R-A (Tangibles,

Emphaty, Reliability, Responsivness, Assurance).

1.5.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

- Bagi perusahaan PT.ASKES, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan

untuk meningkatkan nilai CSI yang berdampak pada peningkatan kepuasan

pelanggan dan kinerja PT.ASKES.

- Bagi penulis penelitian ini merupakan karya nyata aplikasi teori-teori yang

diterima selama perkuliahan dan bermanfaat bagi pengembangan wawasan

(24)

- Bagi Program Studi Magister Manajemen USU, penelitian ini bermanfaat

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Mengenai Indeks Kepuasan

MARS (Marketing & Research Specialist) menjelaskan indeks kepuasan

pelanggan di tingkat industri dalam skala nasional sangat dibutuhkan baik oleh

perusahaan maupun oleh pengambil kebijakan publik (regulator). Bagi perusahaan

indeks kepuasan industri berfungsi sebagai rujukan, sehingga arah dari strategi yang

akan ditempuh dalam meningkatkan kepuasan pelanggan menjadi lebih tepat, sehingga

keunggulan daya saing perusahaan di dalam industri dapat ditingkatkan atau

dipertahankan. Sementara bagi regulator indeks kepuasan ini dapat membantu dalam

pengambilan keputusan penciptaan iklim usaha dan penciptaan lingkungan industri

dan jejaring yang lebih baik. Namun demikian, hingga saat ini belum terdapat satu

lembaga yang mengevaluasi indeks kepuasan pelanggan ini di tingkat industri dan

berskala nasional, khususnya pada industri asuransi kesehatan dan juga pada industri

lainnya.

Metode tracking untuk meneliti variabel kualitas layanan yang digunakan

adalah SERVQUAL, yaitu skala yang dapat membantu menentukan adanya gap antara

customer expectation dan customer perception. Customer perception adalah persepsi

konsumen atas service yang telah diberikan, sedangkan customer expectation adalah

harapan konsumen atas servie yang akan diberikan selanjutnya. Dalam SERVQUAL

terdapat 5 dimensi yang biasa disebut TERRA. Dimensi-dimensi tersebut adalah :

(26)

Pada dasarnya dari sisi data, metode meanscore tidak mungkin diolah

mengikuti kaidah skala matematis karena skala data pengalaman pelanggan adalah

data ordinal.

Skala data ordinal adalah data yang bersifat kualitatif yang bertingkat dimana

skala 1 pada data ordinal berbeda nilainya dengan skala 2, akan tetapi seberapa besar

perbedaan nilai antara kedua skala tersebut tidak diketahui dengan jelas besarannya.

Untuk data ordinal, pilihan analisis yang dapat dilakukan terbatas, analisis yang dapat

dilakukan adalah analisis non parametrik antara lain adalah chi square. Selain itu,

dengan metode meanscore, hasil anasisis mengenai pengalaman akan sulit

diinterpretasi bahkan ada kemungkinan hasilnya bisa melebihi 100 dengan formula

yang ada. Hasil melebihi 100 dimungkinkan saat harapan Peserta atau Provider

terhadap suatu layanan lebih rendah dari pengalamannya.

Berbeda halnya dengan metode meanscore, dalam menangani survei kepuasan

pelanggan, metode ”top two boxes” juga dapat dipergunakan untuk mengukur indeks

ketidakpuasan pelanggan (CDI = customer disatisfaction index). Indeks kepuasan

pelanggan (CSI = customer satisfaction index) merupakan cerminan dari seberapa

besar porsi pelanggan yang dapat dipuaskan oleh layanan yang telah diberikan

penyelenggara jasa (service provider). Selain itu, terdapat beberapa hal yang dapat

dipertimbangkan dari metode top two boxes antara lain :

1. Secara matematis, metode top two boxes tidak melanggar hukum matematis.

2. Interpretasi terhadap hasil analisis kepuasan mudah dan natural karena

dengan jelas memberikan informasi mengenai kepuasan dan ketidakpuasan

(27)

3. Memungkinkan diketahuinya dua indeks sekaligus yaitu indeks kepuasan

pelanggan (CSI = customer staisfaction Index) dan indeks ketidakpuasan

pelanggan (CDI = customer disatisfaction index).

4. Informasi CSI & CDI mudah digunakan untuk pengembangan layanan

karena targetnya jelas.

Secara teoritis indeks kepuasan pelanggan mengikuti kurva sigmoid dengan

berjalannya waktu. Hal ini mengindikasikan semakin besar tantangan dan sumber daya

perusahaan yang harus dikerahkan untuk mempertahankan indeks kepuasan

pelanggannya dengan semakin tingginya indeks kepuasan pelanggan.

2.2.Definisi SERVQUAL

Tjiptono, dkk (2005) menjelaskan kualitas jasa merupakan suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas jasa adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Pada dasarnya, definisi kualitas jasa berfokus kepada

upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat

faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharapkan (expected

service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). Implikasi baik buruknya

kualitas jasa tergantung pada kemampuan perusahaan jasa dalam memenuhi harapan

dari nasabahnya secara konsisten.

(28)

Model SEVQUAL juga dikenal dengan istilah Gap Analysis Model. Model ini

dikembangkan dengan maksud membantu manajer dalam menganalisis sumber

masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas pelayanan.

Gap 5

Gambar tersebut menjelaskan bahwa garis putus-putus horizontal memisahkan

2 (dua) fenomena utama: bagian atas merupakan fenomena yang berkaitan pelanggan

dan bagian bawah mengacu pada fenomena perusahaan penyedia jasa.

Selain dipengaruhi masa lalu, kebutuhan peribadi pelanggan, dan komunikasi,

maka jasa yang diharapkan (espected ervice) juga dipengaruhi oleh aktivitas

komunikasi pemasaran sosial. Sementara itu, jasa yang dipersepsikan pelanggan

(29)

perusahaan. Persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan memandu keputusan

menyangkut spesifikasi kualitas jasa yang harus diikuti perusahaan dan

diimplementasikan dalam penyampaian jasa kepada pelanggan. Menurut pandangan

Zeithaml & Bitner (2003), perhatian utama dalam model gap adalah gap pelanggan,

yaitu perbedaan antara harapan dan persepsi pelanggan. Dalam metode SERVQUAL

terdapat 5 (lima) macam gap yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Gap 1 yaitu gap antara pelanggan dengan persepsi manajemen (knowledge gap).

Gap ini berarti bahwa pihak manajemen menggambarkan harapan pelanggan

terhadap kualitas pelayanan dengan tidak tepat. Beberapa kemungkinan

penyebabnya antara lain: informasi yang didapatkan dari penelitian pasar dan

analisis permintaa kurang tepat, pemahaman yang kurang tepat atas informasi

mengenai harapan pelanggan, tidak adanya analisa permintaan, tidak ada informasi

dari staf yang kontak dengan pelanggan kepada amanajemen (upward information),

terlalu banyak jenjang manajerial yang menghambat atau mengubah informasi

yang disampaikan kepada manajemen.

b. Gap 2 yaitu gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan

standar kualitas layanan (standards gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas

layanan tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan kualitas.

Penyebabnya antara lain: tidak adanya spesifikasi kerja yang jelas, kesalahan

perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai, manajemen

perencanaan yang buruk, kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam organisasi,

kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan

(30)

c. Gap 3 yaitu gap antara spesifikasi kualitas layanan dengan penyampaian jasa

layanan (delivery gap). Gap ini berarti spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh

kinerja dalam proses produksi dan penyampaian layanan. Penyebabnya antara lain:

spesifikasi kualitas terlalu rumit dan kaku, para karyawan tidak menyetujui

spesifikasi tersebut sehingga tidak dapat memenuhinya, spesifikasi tidak sejalan

dengan budaya perusahaan, manajemen operasi jasa yang buruk, kurang

memadainya aktifitas internal marketing, fasilitas teknologi dan sistem yang tidak

mendukung, karyawan kurang terlatih, beban kerja berlebihan, dan spesifikasi

kerja tidak dapat dipenuhi karyawan (terlalu tinggi atau tidak realistis),

d. Gap 4 yaitu gap antara penyampaian pelayanan dengan komunikasi eksternal

(communication gap). Gap ini berarti janji yang disampaikan melalui aktifitas

komunikasi tidak konsisten dengan realitas pelayanan kepada pelanggan.

Penyebabnya antara lain: perencanaan komunikasi pemasaran tidak terintegrasi

dengan operasi layanan, kurang koordinasi antara aktifitas komunikasi eksternal

dengan operasional pelayanan, kecenderungan menyampaikan janji yang

berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan.

e. Gap 5 yaitu gap antara jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan

(service gap). Gap ini menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, seperti kualitas

buruk (negatively confirmed quality) dan masalah kualitas lainnya, komunikasi

word of mouth yang negatif, citra perusahaan negative bahkan kehilangan

pelanggan. Gap ini juga dapat terjadi bila terjadi kesalahan kriteria dalam

pengukuran kinerja pelayanan, atau karena keliru menginterpretasikan kualitas

(31)

2.4.Atribut Indeks Kepuasan Pelanggan

Indeks kepuasan pelanggan/ customer satisfaction index (CSI) adalah data dan

informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hasil pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif atas pendapat pelanggan dalam memperoleh pelayanan.

Perumusan CSI sangat bergantung dari masing-masing bisnis yang dijalankan.

Namun secara umum, menurut Tjiptono, dkk (2005) diidentifikasi 5 (lima)

dimensi pokok service quality yang terdiri dari :

a. Tangible, berkaitan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan dan

material yang digunakan perusahaan serta penampilan karyawan.

Keterwujudannya dapat diukur melalui, antara lain :

- Kepastian Jadwal Pelayanan, pelayanan yang terjadwal dengan baik

merupakan bentuk profesionalisme perusahaan. Hal ini sangat terkait

dengan ketepatan waktu pelayanan, baik waktu memulai pelayanan,

selama proses, dan hingga berakhirnya pelayanan.

- Kenyamanan Lingkungan, penilaian kepuasan dari aspek ini terkait

dengan jumlah dan kondisi sarana dan prasarana pelayanan.

- Keamanan Pelayanan, setiap pelayanan tentu memiliki risiko.

Keinginan konsumen adalah bagaimana risiko yang ada selama

pelayanan dapat diminimalisir, atau bahkan dapat dieliminir. Provider

pelayanan wajib melindungi konsumen dari risiko yang terjadi selama

pelayanan berlangsung.

b. Empathy, berarti perusahaan memahami masalah pelanggan dan bertindak

(32)

- Kejelasan Petugas Pelayanan, hal ini menitik beratkan penilaian pada

kepastian seorang pertugas atau personel yang memberikan pelayanan,

seperti nama, jabatan, wewenang, tanggung jawab dan sebagainya.

- Kesopanan, Keramahtamahan Petugas, hal ini berkaitan erat dengan

attitude yang ditunjukkan petugas selama memberikan pelayanan. Hal

ini menjadi salah satu critical point karena petugas adalah gerbang

interaksi dan komunikasi antara perusahaan dan konsumen. Attitude

petugas adalah cerminan dari attitude yang dimiliki perusahaan.

c. Responsiveness (Kecepatan)

- Kecepatan Layanan, pengukuran aspek ini adalah pada seberapa cepat

dan akurat waktu pelayanan yang diberikan, apakah waktu pelayanan

melebihi atau kurang dari waktu yang ditentukan.

- Kedisiplinan Petugas Layanan, dalam kaitan ini, kedisiplinan terkait

dengan kesungguhan dan konsistensi personel terhadap prosedur, waktu

dan ketentuan yang berlaku.

- Tanggung Jawab Petugas Layanan, petugas yang memberikan layanan

tentu harus dapat bertanggung jawab atas layanan yang diberikannya.

d. Reliability (Kemampuan)

- Kemampuan Perusahaan memberikan pelayanan yang tepat sejak awal

tanpa membuat kesalahan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

waktu yang telah disepakati.

- Kemampuan Petugas Pelayanan, hal ini terkait dengan tingkat keahlian

(33)

- Keadilan Mendapatkan Layanan, tiap konsumen dalam level yang sama

tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal pelayanan.

Penekanan level konsumen adalah untuk membedakan kelas konsumen

terkait dengan kebijakan bisnis yang diterapkan, misalnya adalah

kelompok konsumen kelas premier dan kelompok konsumen kelas

menengah. Tentunya penilaian tidak dapat dilakukan untuk kelas yang

berbeda.

- Kewajaran Biaya Pelayanan, sebaiknya dirasakan kewajaran untuk

masing-masing kelompok konsumen. Biaya yang tidak wajar menurut

konsumen adalah salah satu bentuk ketimpangan antara harapan dan

kenyataan yang diterima konsumen. Standar kewajaran biaya adalah

biaya rata-rata pelayanan dalam industry terkait.

e. Assurance (Kepastian)

- Kepastian Biaya Pelayanan, sebelum memulai pelayanan, Provider

produk atau jasa haruslah memiliki standar biaya pelayanan. Estimasi

biaya pelayanan bagi konsumen menrupakan hal yang kurang

menyenangkan. Kegiatan menebak-nebak biaya pelayanan merupakan

bentuk kurang baiknya pelayanan yang diberikan. Konsumen tentu

sangat berharap sebelum mengkonsumsi produk atau jasa, mereka

dapat mengetahui biaya yang harus dibayarkan. Tujuannya adalah agar

konsumen dapat menimbang apakah nilai yang diterimanya sebanding

atau tidak dengan kinerja produk atau jasa yang akan diterimanya.

- Prosedur Pelayanan, mengukur mengenai kemudahan tahapan-tahapan

(34)

- Persyaratan Pelayanan, terkait dengan kegiatan mengukur persyaratan

teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan

sesuai dengan jenis pelayanannya.

2.5.Kepuasan Pelanggan dan Kualitas Pelayanan

Salah satu parameter bisnis yang sukses adalah bisnis yang berkesinambungan

(sustainable). Sustainability ini diperoleh dari serangkaian proses, dimulai dari proses

produksi produk atau jasa di perusahaan, proses delivery, pelayanan, produk atau jasa

diterima oleh pelanggan, pengkonsumsian barang dan jasa tersebut, dan bahkan lebih

jauh lagi adalah proses pelayanan pasca pengkonsumsian barang dan jasa tersebut.

Keseluruhan sistem ini harus diatur sedemikian rupa sehingga didapat suatu keadaan

yang disebut dengan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan merupakan kata kunci

bagi bisnis untuk dapat bertahan dalam persaingan.

Secara umum pelanggan didefinisikan sebagai seorang atau kelompok individu

yang secara berulang dating ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya

dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan jasa tertentu. Kepuasan pelanggan

menurut Kotler (2004) adalah tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived

performance) produk akan sesuai dengan harapan seorang pelanggan. Bila kinerja

produk atau jasa yang dihadirkan sesuai atau melebihi harapan seorang pelanggan,

maka akan terjadi suatu kepuasan pelanggan. Sebaliknya bila kinerja produk atau jasa

yang dihadirkan lebih rendah dari harapan konsumen, maka ketidakpuasan pelanggan

akan timbul.

Terbentuknya kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan merupakan hasil

(35)

atau jasa tertentu. Sumarwan (2003) menerangkan bahwa harapan pelanggan akan

kinerja suatu produk atau jasa terdiri dari:

a. Produk yang berfungsi lebih baik dari yang diharapkan akan menimbulkan

suatu perasaan positif yang akhirnya merangsang timbulnya kepuasan.

b. Produk dengan kinerja sesuai harapan hanya akan menimbulkan sikap

netral, dimana konsumen akan merasa tidak puas dan juga tidak kecewa.

c. Produk dengan kinerja dibawah harapan akan menimbulkan perasaan

negatif berupa ketidakpuasan.

Menurut Crosby dalam Nasution (2004) secara umum, kualitas dapat diartikan

sebagai kesesuaian dengan hal yang disyaratkan atau dijanjikan. Dalam produk

manufaktur, kualitas lazim diartikan sebagai kesesuaian produk dengan spesifikasi

yang ditentukan. Sebaliknya untuk produk berupa jasa, kualitas menjadi lebih absurd

karena karakteristik unik yang dimiliki oleh jasa.

2.6.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan

Banyak teori yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan. Secara umum, menurut Lupioadi (2001) faktor-faktor tersebut terdiri dari:

a. Kualitas Produk

Produsen haruslah memberikan standar tertentu dalam memasarkan produk

atau jasanya. Penetapan standar untuk produk manufaktur sangat terkait

dengan kemampuan atau aspek teknis yang dimiliki produk tersebut. Standar

ini menjadi tidak jelas ketika diberlakukan pada beberapa produk tertentu,

(36)

bersifat fisik. Sedangkan untuk kinerja produk itu sendiri sangat bergantung

pada faktor-faktor lainnya seperti kondisi fisik konsumen. Sebaliknya produk

berupa jasa memiliki standar tersendiri yang hanya disepakati oleh produsen

dan konsumen secara bersamaan, karena sifat jasa yang diproduksi dan

dikonsumsi dalam waktu bersamaan.

b. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan tidak hanya berlaku untuk produk jasa, namun juga berlaku

untuk produk manufaktur. Produk manufaktur tentunya juga dilengkapi dengan

pelayanan berupa jasa, misalnya pengiriman, after sales service, perawatan dan

sebagainya.

c. Emosional

Emosional adalah aspek yang sangat terkait dengan konsumen. Karena

keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh faktor ini. Kualitas produk,

kualitas pelayanan, harga dan biaya merupakan elemen-elemen yang turut

memperngaruhi terbentuknya emosional konsumen. Salah satu contoh faktor

emosional adalah prestise dalam membeli merek tertentu, kepercayaan yang

terbentuk dari pengalaman pelayanan, kepuasan pada pelayanan sales person

dan sebagainya.

d. Harga

Harga suatu produk juga turut memberikan nilai yang berbeda. Produk atau

jasa yang sama, namun memiliki harga yang berbeda tentu akan memberikan

nilai yang berbeda bagi konsumen, tergantung pada cara pandang konsumen

akan hal ini.

(37)

Biaya (selain penetapan harga) yang diperlukan untuk mengkonsumsi suatu

produk atau jasa juga akan memberikan tanggapan yang berbeda dari

masing-masing konsumen.

2.7.Alat – Alat Analisis Data

2.7.1. Analisa TERRA

Teknik analisis TERRA yang akan digunakan dalam mendeskripsikan tingkat

kepentingan dan tingkat kepuasan dari masing-masing variabel dan atribut pertanyaan,

sehingga kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap variabel lainnya

dalam waktu yang bersamaan. Contohnya pengaruh kecepatan layanan, keramahan

petugas dan kejelasan memberikan informasi terhadap kepuasan dan loyalitas

pelanggan.

2.7.2. Diagram Kartesius

Supranto, J. (1997) menyatakan dalam matematika, Sistem Koordinat

(Diagram) Kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan

menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x dan koordinat y dari titik

tersebut. Untuk mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak

lurus satu sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang dibuat

tanda-tanda pada kedua sumbu tersebut. Untuk menguji analisa optimalisasi pencapaian

(38)

Kartesius, yang dapat mengetahui tingkat kepentingan pelayanan menurut pelanggan

dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.

2.2. Diagram Kartesius

Kuadran I, atribut ini dianggap sangat penting oleh konsumen dan pelayanannya

sangat memuaskan, sehingga perusahaan harus mempertahankan kualitas

pelayanannya.

Kuadran II, atribut ini dianggap sangat penting oleh pelanggan tetapi pelayanannya

tidak memuaskan sehingga perusahaan harus meningkatkan kualitas pelayanan

sehingga atribut tersebut akan bergeser dari kuadran II menuju kuadran I.

Kuadran III, atribut ini dianggap kurang atau tidak penting oleh pelanggan dan

pelayanannya kurang memuaskan.

Kuadran IV, atribut ini dianggap kurang atau tidak penting oleh pelanggan tetapi

pelayanannya sangat memuaskan. Kepuasan

Y

IV I

y

III II

(39)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Untuk menyusun suatu penelitian yang sistematis, diperlukan adanya suatu

panduan yang membantu peneliti untuk tetap fokus pada hal-hal yang diteliti. Panduan

tersebut dikenal dengan kerangka konseptual. Penelliti akan mengikuti kerangka

konseptual yang disusun sehingga penelitian tersebut tidak menjadi bias. Penelitian ini

menggunakan kerangka konseptual sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1. tersebut untuk melakukan penelitian terhadap kinerja

pelayanan PT. Askes Cabang Tangerang dimulai dengan melihat factor-faktor yang

mempengaruhi customer satisfaction index (CSI) yang meliputi lima dimensi utama

yaitu: tangible, emphaty, responsiveness, reliability dan assurance. Kelima dimensi

tersebut diukur dengan menyebarkan kuesioner berkaitan dengan persepsi terhadap

kualitas pelayanan yang diterima dan yang diharapkan oleh pelanggan. Dari kedua

perspektif tersebut kemudian dilakukan analisisi untuk melihat apakah terjadi

(40)

perbedaan kualitas pelayanan. Langkah selanjutnya dilakukan penelusuran perbedaan

untuk mengetahui dimensi mana yang menunjukkan perbedaan secara signifikan untuk

(41)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survei, yaitu dengan mempelajari

data dari sampel yang diambil dari populasi penelitian, sehingga diketahui

hubungan-hubungan antar variabel yang diteliti. Survei umumnya dilakukan untuk mengambil

suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survei

tidak memerlukan kelompok kontrol seperti pada metode eksperimen, namun

generalisasi yang dilakukan dapat lebih akurat jika menggunakan sampel yang

representatif.

Menurut Eti Rochaety, dkk (2009) berdasarkan sifatnya, penelitian ini bersifat

deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

penghubungan dengan variabel yang lain. Sedangkan berdasarkan analisis data yang

dilakukan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

4.2. Sumber Data dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer adalah data yang diambil langsung dengan cara menyebarkan kuesioner

dan wawancara terhadap objek penelitian.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mempelajari hasil penelitian

sebelumnya, studi dokumentasi ataupun dengan mempelajari literatur-literatur tertentu.

(42)

diperoleh dari analisa dan pengelolaan data sekunder dari hasil Customer Satisfaction

Index Peserta dan PPK PT.ASKES selama 5 (lima) tahun (2006-2010).

4.3. Populasi Dan Sampel

Populasi Pelanggan Peserta PT.ASKES Cabang Utama Tangerang adalah

Peserta yang dilayani di Puskesmas, Apotik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di

Kota Tangerang sebanyak 12.000 Peserta selama periode tahun 2010.

Populasi Pelanggan PPK PT.ASKES Cabang Utama Tangerang adalah PPK

yang melayani Peserta yaitu Puskesmas, Apotik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di

Kota Tangerang sebanyak 38 Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) selama periode

tahun 2010.

Metode sampel yang dilakukan untuk Populasi Pelanggan Peserta adalah

dengan sampel peluang (probability sampling) dengan mempergunakan jenis sampel

acak sederhana (simple random sampling).

Gambar 4.1. Metode Sampel

Sampel acak sederhana adalah proses sampling yang memenuhi persyaratan

bahwa setiap unit analisis yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama

besar untuk terpilih ke dalam sampel. Jika ukuran populasi N, maka setiap unit

populasi mempunyai peluang 1/N untuk terpilih ke dalam sampel. Untuk subjek

penelitian Peserta yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas terpilih 35 responden,

Peserta PPK

N1 N2

Sampel Sampel

n1 n2

Pelanggan PT.ASKES

(43)

sedangkan untuk subjek penelitian Peserta yang mendapatkan pelayanan di Apotik

terpilih 32 responden.

Untuk Populasi Pelanggan PPK dilakukan metode sensus, dimana seluruh PPK

sejumlah 38 PPK yang terdiri dari Puskesmas (30 unit) dan PPK Apotik/Instalasi

Famasi Rumah Sakit (8 unit) merupakan responden yang akan menjadi subjek

penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Dan Pengukuran Data

Untuk mengumpulkan data yang digunakan selama penelitian ini dilakukan

dengan cara:

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara sebagai berikut :

a. Daftar Pertanyaan (Kuesioner)

Kuesioner diberikan dan disebarkan kepada responden yaitu Peserta dan

PPK PT.ASKES. Kuesioner tersebut dirancang untuk melihat sejauh mana

harapan konsumen terhadap Program jaminan Pemeliharaan Kesehatan

PT.ASKES, yang berisi jawaban yang dapat dipilih oleh responden dengan

skala jawaban yang berbentuk ordinal.

(44)

Wawancara dilakukan dengan PPK PT.ASKES untuk mengetahui atau

mendapatkan permasalahan yang dihadapi ketika memberikan pelayanan

kepada Peserta Askes.

c. Studi Dokumentasi

Studi ini mengumpulkan dan mempelajari data-data yang berhubungan

dengan penelitian seperti laporan tahunan, profil perusahaan, struktur

organisasi, buku-buku dan jurnal-jurnal yang diperoleh melalui

perpustakaan dan internet.

d. Pengukuran Data

Pengukuran data yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan skala

likert dengan kriteria skor sebagai berikut :

1. Sangat Penting (SPe) / Sangat Puas (SP) = 5

2. Penting (Pe) / Puas (P) = 4

3. Agak Penting (APeT) / Agak Puas (AP) = 3

4. Tidak Penting (TPe) / Tidak Puas (TP) = 2

5. Sangat Tidak Penting (STPe) / Sangat Tidak Puas (STP) = 1

Hasil dari pengumpulan dan pengukuran data tersebut akan diolah dengan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS).

(45)

Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan 3 (tiga) metode,

yaitu :

a. Uji Validitas, item pertanyaan yang akan digunakan sebelumnya terlebih

dahulu harus dilakukan uji validitas. Tujuannya adalah agar data yang

diambil mengukur dengan tepat.

b. Uji Reliabilitas, uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi hasil

pengukuran variabel.

c. Uji Analisis Statistik Deskriptif, uji ini digunakan untuk menggambarkan

tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean.

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya masalah, penelitian

dilanjutkan dengan menggunakan analisis TERRA dan diagram kartesius untuk

(46)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat PT. Askes (Persero)

PT Askes (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dalam bidang asuransi kesehatan dengan cakupan peserta terbesar di

Indonesia (±42%). Didirikan tahun 1968 dengan bentuk Badan Penyelenggara Dana

Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK). Dengan pengalaman selama 42 tahun mengelola

asuransi kesehatan, PT Askes (Persero) melaksanakan serta menunjang program

maupun kebijakan pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional, terutama

dalam penyelenggaraan asuransi sosial melalui penyediaan jaminan pemeliharaan

kesehatan bagi pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran dan perintis

kemerdekaan beserta keluarganya melalui Program Askes Sosial dengan jumlah

peserta sebanyak 16.559.025 jiwa.

Sebagai dukungan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,

PT.Askes (Persero) juga bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dengan menerima

penugasan untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di wilayahnya melalui

Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Umum (PJKMU), dimana pada tahun

2010 kerjasama tersebut sudah terjalin dengan 149 Pemda dengan cakupan peserta

sebanyak 6.619.254 jiwa. Selain itu PT Askes (Persero) juga diberikan kepercayaan

dari Pemerintah melalui penugasan Program Jamkesmen pada tahun 2009 yang pada

akhir 2010 cakupan pesertanya adalah sebanyak 2.335 jiwa. Melalui Surat Menteri

Kesehatan RI No. 1279/Menkes/XII/2009, PT Askes (Persero) ditugaskan untuk

(47)

(Jamkesmas) dengan quota peserta sebanyak 76,4 juta jiwa, dan realisasi peserta

sebanyak 72.049.380 jiwa.

Dalam menyelenggarakan usahanya, saat ini PT Askes (Persero) lebih

memfokuskan pada kepuasan peserta. Dalam operasionalisasinya PT Askes (Persero)

yang berkantor Pusat di Jalan Letjend. Suprapto Jakarta Pusat didukung oleh 12

Kantor Regional, 91 Kantor Cabang, 145 Kantor di Kabupaten dan Kota, 865 Askes

Center di Rumah Sakit, 8.510 Puskesmas, 3.550 Dokter Keluarga/Klinik 24 Jam, 270

Laboratorium/PMI/BP, 895 Rumah Sakit (481 RS Pemerintah, 109 RS TNI/POLRI,

259 RS Swasta, 17 RS Khusus, 29 RS Jiwa), 106 PPK yang melayani Hemodialisa,

1.082 Apotek dan 743 Optik.

PT. Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan

khusus oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan Program Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,

Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lainnya. Pada

tahun 1968, Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI)

beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968.

Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus dilingkungan Departemen Kesehatan

RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh

Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai

embrio Asuransi Kesehatan Nasional. Pada tahun 1984, untuk lebih meningkatkan

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Peserta dan agar dapat dikelola secara

profesional, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984

(48)

ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status Badan Penyelenggara diubah menjadi

Perusahaan Umum Husada Bhakti.

Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,

kepesertaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang dikelola Perum Husada

Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota

keluarganya. Disamping itu, perusahaan diizinkan memperluas jangkauan

kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai Peserta Sukarela. Pada

tahun 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum

diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT.Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas

pengelolaan keuangan, kontribusi kepada pemerintah dapat dinegosiasi untuk

kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.

Pada tahun 2005, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor.1241/Menkes/XI/2004 PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai penyelenggara

Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). PT Askes (Persero)

mendapat penugasan untuk mengelola kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar

dan rujukan. Pada tahun 2008 pemerintah mengubah nama Program Jaminan

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas). PT Askes (Persero) berdasarkan Surat Menteri Kesehatan

RI Nomor 112/Menkes/II/2008 mendapat penugasan untuk melaksanakan Manajemen

Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi tatalaksana kepesertaan, tatalaksana

pelayanan dan tatalaksana organisasi dan manajemen.

PT Askes (Persero) yang berkedudukan di Jakarta didirikan dengan Akte

(49)

kali diubah terakhir dengan Akte Notaris NM Dipo Nusantara Pua Upa, SH Nomor

37, tanggal 19 Agustus 2008 yang mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan

sebagai berikut : maksud dan tujuan perseroan ialah turut melaksanakan dan

menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

nasional pada umumnya, khususnya di bidang asuransi sosial melalui penyelenggaraan

asuransi/jaminan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran,

perintis kemerdekaan beserta keluarganya, dan masyarakat lainnya, serta optimalisasi

pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan

berdaya saing kuat, guna meningkatkan nilai manfaat bagi peserta dan nilai Perseroan

dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, Perseroan dapat

melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan asuransi kesehatan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif) bagi PNS, penerima pensiun, veteran dan perintis

kemerdekanaan beserta keluarganya.

2. Menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi pegawai dan penerima pensiun

badan usaha dan badan lainnya.

3. Menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi masyarakat yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah sesuai dengan

prinsip penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional.

4. Melakukan kegiatan investasi dengan memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(50)

Visi PT. Askes (Persero) adalah: “spesialis dan pusat unggulan asuransi

kesehatan di Indonesia”. Visi tersebut dpat dicapai dengan menentukan misi

perusahaan. Misi yang diusung oleh PT. Askes (Persero) adalah:

1. Memberikan kepastian jaminan pemeliharaan kesehatan kepada peserta

(masyarakat Indonesia) melalui sistem pengelolaan yang efektif dan efisien

2. Mengoptimalkan pengelolaan dana dan pengembangan sistem untuk

memberikan pelayanan prima secara berkelanjutan kepada peserta

3. Mengembangkan pegawai untuk mencapai kinerja optimal dan menjadi

salah satu keunggulan bersaing utama perusahaan.

4. Membangun kordinasi dan kemitraan yang erat dengan seluruh stakeholder

untuk bersama menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

5.3. Perkembangan Organisasi Perusahaan

Sebagai bukti bahwa perusahaan ini merupakan suatu organisasi yang terus

menerus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, PT.Askes (Persero)

melakukan beberapa perubahan sejak mulai didirikan hingga kini. Perubahan tersebut

ditujukan untuk menciptakan organisasi yang lebih sehat dan juga menyesuaikan

dengan orientasi bisnis pada zamannya. Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan

(51)

Gambar 5.1. Bagan Perkembangan Organisasi PT. Askes (Persero)

Seiring perkembangan zaman, PT. Askes (Persero) menyesuaikan diri dengan

perubahan dan tuntutan yang timbul. Pada awal pendiriannya hingga 16 tahun setelah

berdiri, perusahaan ini adalah suatu badan yang dinanungi oleh DInas Kesehatan dan

merupakan suatu badan yang bersifat non profit.

Dalam periode 8 tahun berikutnya, perusahaan ini berubah menjadi suatu

badan hukum berbentuk Perum, dimana orientasi bisnis sudah mengalami perubahan.

Organisasi yang awalnya bersifat non profit, sudah mulai diarahkan untuk menjadi

perusahaan yang mandiri dan menghasilkan keuntungan bagi pemerintah selaku

pemilik perusahaan.

Sejak tahun 1992 hingga sekarang, bentuk perusahaan diubah menjadi

(52)

tetapi dengan adanya perubahan dalam hal regulasi, pada beberapa waktu mendatang,

perusahaan ini akan merubah kembali orientasi bisnisnya sebagai perusahaan yang

berisfat sosial.

5.4 Aspek Kegiatan PT. Askes ( Persero )

PT Askes (Persero) melakukan kegiatan pemeliharaan kesehatan melalui

beberapa program, yaitu:

5.4.1 Askes Sosial (Asuransi Kesehatan Sosial)

Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan Pemerintah kepada

PT. Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991. Kepesertaan

Askes Sosial ini adalah Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS,

Penerima Pensiun TNI/Polri, Penerima Pensiun Jabatan Negara, Veteran dan Perintis

Kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan pemeliharaan kesehatan, serta

Pegawai Negeri Tidak Tetap (Dokter/Dokter, Gigi/Bidan - PTT. Anggota keluarga

yang diikutsertakan adalah istri atau suami dan dua anak sesuai Keppres Nomor. 16

Tahun 1994.

5.4.2 Asuransi Kesehatan Bersifat Komersial

Sebagai tindak lanjut atas diberlakukannya Undang-undang Nomor 40/2004

tentang SJSN PT Askes (Persero) pada 6 Oktober 2008 PT Askes (Persero)

mendirikan anak perusahan yang akan mengelola Asuransi Kesehatan Komersial.

Berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun 2008 berdiri anak perusahaan PT Askes

(Persero) dengan nama PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia yang dikenal juga dengan

(53)

Pada tahun 2009, tepatnya pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT Asuransi Jiwa Inhealth

Indonesia selaku anak perusahaan dari PT Askes (Persero) telah memperoleh izin

operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin operasional ini maka PT Asuransi Jiwa

Inhealth Indonesia (PT.AJII) dapat mulai menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi

masyarakat. Kemudian seluruh Program Askes Komersial yang telah diselenggarakan

selama ini oleh PT.Askes diserahkan pengelolaannya kepada PT.AJII.

5.4.3 Program JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan, Pemerintah melalui

Departemen Kesehatan sejak tahun 2005 membuat Program Jaminan Kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu atau yang disebut Askeskin. Pada tahun 2008

Departemen Kesehatan merubah terminology Askeskin berdasarkan Surat Menteri

Kesehatan RI Nomor 112/MENKES/II/2008 menjadi Program Jaminan Kesehatan

bagi Masyarakat (JAMKESMAS) dengan menugaskan PT. Askes ( Persero ) untuk

mengelola Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi tatalaksana

kepesertaan, tatalaksana pelayanan dan tatalaksana organisasi manajemen. Sasaran

program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu.

5.4.4 Askes PJKMU (Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum)

PJKMU adalah program yang mendukung upaya memperluas cakupan

kepesertaan masyarakat yang akan menjadi bagian Jaminan Kesehatan Nasional

(54)

Pada tahun 2004, pemerintahan telah menetapkan Undang-Undang Nomor 40

tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional (SJSN). Dalam undang-undang ini

ditegaskan pula bahwa jaminan kesehatan merupakan program jaminan social yang

menjadi prioritas untuk diimplementasikan. Penetapan undang-undang ini merupakan

salah satu wujud nyata komitmen penyelenggara Negara untuk menjalankan amanat

konstitusi Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan uraian tersebut maka PT. Askes

(Persero) sebagai badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan secara nasional merasa

terpanggil untuk mengimplementasikan untuk menjadi mitra Pemerintah (Pusat dan

Daerah) dalam menyelenggarakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat

umum (PJKMU) untuk mencapai universal coverage yang mana menaungi

masyarakat secara umum yang tidak termasuk pada program-program PT.Askes yang

sudah ada.

5.4.5 Askes JAMKESMEN (Jaminan Kesehatan Menteri)

Program Jaminan Kesehatan Menteri PT. Askes ( Persero ) diperuntukan bagi

Menteri atau pejabat beserta keluarganya selama yang bersangkutan menduduki

jabatan dan melaksanakan tugasnya. Menteri adalah menteri yang memimpin

kemeterian dan pejabat yang diberi kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas

setingkat menteri. Pejabat Tertentu adalah pejabat dilingkungan Pemerintah Pusat

yang memimpin lembaga pemerintah non departemen, pejabat eselon I, dan pejabat

diberikan keduduakan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat eselon I. Keluarga

adalah istri/suami dan anak yang masih dalam tanggungan sesuai peraturan

perundang-undangan dibidang pegawai negeri sipil.

No Indikator Indicator Target Realisasi Realization

Gambar

Gambar tersebut menjelaskan bahwa garis putus-putus horizontal memisahkan
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 4.1. Metode Sampel
Tabel 6.2. Atribut Pertanyaan yang Digunakan pada Penelitian Untuk Peserta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan: Dominannya partai politik; Landasan sosial ekonomi yang masih lemah; Tidak mampunya konstituante

Melalui proses pembelajaran materi tersebut diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan tentang hukum internasional dan dapat mengaplikasikannya dalam

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan secara simultan pada profitabilitas di perusahaan manufaktur yang

Penggunaan Kode Akses mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perintah tertulis yang ditandatangani oleh Saya/Kami, sehingga karenanya Saya/Kami dengan ini

a) Pertimbangan metodologis karena di Kota Salatiga khususnya di UKSW selama kurun waktu 2007-2011 telah terjadi konflik antar kelompok etnis mahasiswa, dengan

Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara nilai data aktual dari sebuah produk kartu grafis yang akan dinilai dengan nilai sebuah

Perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (Stakeholder) terhadap koordinasi, promosi dan kerjasama penanaman modal. Keterlibatan

1. Kawasan pertanian pangan dan hortikultura: kawasan ini cukup subur untuk potensi tanaman pangan dan hortikultura. Potensi air cukup mendukung, dan curah hujan