PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD COORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KARYAWAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV
KEBUN BAH JAMBI
SKRIPSI
Oleh:
Tommy P A Sinaga 050304069 SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD COORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KARYAWAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV
KEBUN BAH JAMBI
SKRIPSI
Oleh:
Tommy P A Sinaga 050304069 SEP-AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ir.Luhut Sihombing, MP Dr.Ir.Salmiah , MP
Ketua Anggota
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi.
Nama : Tommy P A Sinaga
NIM : 050304069
Departemen : Agribisnis
Program Studi : Agribisnis
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ir.Luhut Sihombing, MP Dr.Ir.Salmiah , MP
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir.Luhut Sihombing,MP Ketua Departemen Agribisnis
ABSTRAK
TOMMY P A SINAGA: Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi, dibimbing oleh Ir.Luhut Sihombing, MP dan Dr.Ir.Salmiah , MP.
Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan Nusantara IV, berada di kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PKO). Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap peningkatan pendapatan karyawan, mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good Coorporate Governance, dan mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance yang dimulai pada bulan Desember 2009 dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan metode analisis Uji-t berpasangan (paired t-test). Data yang diteliti pada karyawan pelaksana di kebun Bah Jambi dan pada kebun Bah Jambi yaitu data sebelum dan sesudah penerapan GCG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Coorporate Governance) GCG terhadap peningkatan pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi, dan penerapan GCG memberi banyak keuntungan bagi karyawan seperti keuntungan fiskal,keuntungan fisik dan keuntungan lainnya serta terdapat peningkatan rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerpan GCG sebesar 19,68 %.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 April 1988 dari ayah
Ir.J Sinaga dan ibu B.C.Marpaung,SH. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen
Agribisnis.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae
Hitam, Kecamatan, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.
Pada bulan Desember 2009, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kebun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance)
terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV
Kebun bah Jambi”.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP dan Ibu Dr.Ir.Salmiah , MP selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul,
melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Pada kesempatan ini juga, penulis
menghaturkan pernyataan terima kasih kepada kedua orangtua penulis, yang telah
membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada karyawan-karyawan Kebun Bah Jambi PTPN
IV yang telah membantu dan mendukung penulis dalam memperoleh data untuk
penelitian ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta
semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
DAFTAR ISI
Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 19Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 19
Metode Pengumpulan Data ... 19
Metode Analisis Data ... 20
Definisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 22
Batasan Operasional ... 23
PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PTPN-IV), PROFIL KEBUN BAH JAMBI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Profil PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV)... 25
Profil Kebun Bah Jambi ... 31
Karakteristik Responden ... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penerapan Good Coorporate Governance terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan... 33
Hasil Pengujian Pengaruh Penerapan GCG terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan dengan Metode Regresi Linear Berganda ... 38
Keuntungan yang diperoleh Karyawan dengan Adanya Penerapan Good Coorporate Governance (GCG) ... 40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Karakteristik sosial ekonomi responden karyawan pelaksana Kebun
Bah Jambi PTPN IV(PT Perkebunan Nusantara IV) ... 32
2. Hasil uji regresi linear berganda untuk koefisisen korelasi penerapan GCG (Target kerja dan Realisasi kerja) terhadap peningkatan pendapatan karyawan... 38
3. Koefisien Determinasi... 38
4. Koefisien regresi ... 39
5. Keuntungan PTPN IV Kebun Bah Jambi ... 44
6. Persentase perubahan rataan keuntungan perusahaan... 44
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Skema kerangka pemikiran……… 17
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Karakteristik Karyawan Responden Kebun Bah Jambi PTPN IV... 49
2. Besar Gaji Pokok, Besar Lembur dan Premi dan Besar Tunjangan
Karyawan Responden (Rp) ... 50
3. Besar Potongan-Potongan Yang Dibebankan Kepada Karyawan Atas Penghasilannya (Rp) ... 51
4. Besar Penghasilan Karyawan Responden (Rp)/Bulan ... 52
5. Keuntungan Kebun Bah Jambi PTPN IV Sebelum Dan Sesudah
Penerapan GCG... 53
6. Hasil Pengujian Pengaruh GCG (Target Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Pendapatan Karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi dengan Regresi Linear Berganda... 54
7. Hasil Pengujian dengan Uji t-berpasangan ... 57
ABSTRAK
TOMMY P A SINAGA: Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi, dibimbing oleh Ir.Luhut Sihombing, MP dan Dr.Ir.Salmiah , MP.
Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan Nusantara IV, berada di kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PKO). Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap peningkatan pendapatan karyawan, mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good Coorporate Governance, dan mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance yang dimulai pada bulan Desember 2009 dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan metode analisis Uji-t berpasangan (paired t-test). Data yang diteliti pada karyawan pelaksana di kebun Bah Jambi dan pada kebun Bah Jambi yaitu data sebelum dan sesudah penerapan GCG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Coorporate Governance) GCG terhadap peningkatan pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi, dan penerapan GCG memberi banyak keuntungan bagi karyawan seperti keuntungan fiskal,keuntungan fisik dan keuntungan lainnya serta terdapat peningkatan rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerpan GCG sebesar 19,68 %.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka menyiapkan diri dalam menghadapi era perdagangan bebas,
agar mampu bersaing dalam pasar bebas yang kuncinya adalah efisiensi,
dilakukan penggabungan di antara beberapa PN/PT Perkebunan menjadi
PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Selain efisiensi secara finansial,
penggabungan PT/PN Perkebunan menjadi unit-unit yang lebih besar diyakini
pula akan dapat meningkatkan efisiensi kebun yang dikelolanya, karena tidak
jarang satu PT Perkebunan mengelola sejumlah kebun kecil yang lokasinya
berjauhan, sehingga sukar untuk dapat mencapai standar kelayakan usaha. Dengan
penggabungan diharapkan agar pengelolaan kebun kecil dapat terangkat oleh
kebun lain yang lebih luas. Caranya dapat dengan subsidi-silang dari keuntungan
kebun besar kepada yang lebih kecil (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan
kepentingan pemiliki atau pemegang saham berupa pembagian laba, tetapi
perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa
ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung maupun tidak langsung
dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut perhatian perusahaan. Di
samping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk pemerintah
menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar
terhadap tanggung jawab sosialnya ( PTPN IV, 2005)
PT. Perkebuanan Nusantara IV (Persero) memiliki wilayah kerja yang
terhadap perusahaan. Pihak yang berkepentingan terdiri dari pihak internal
perusahaan dan eksternal perusahaan. Pihak internal meliputi Pemegang Saham,
Komisaris, Direksi dan Karyawan, sedangkan pihak eksternal meliputi Pemerintah
Pusat/Daerah, investor/mitra usaha, pelanggan/pembeli, kreditur,
pemasok/rekanan dan masyarakat lingkungan sekitar perusahaan.
Kepentingan dari pihak internal dan eksternal beragam bahkan ada yang
bertentangan antara satu sama lain dan tentunya masing-masing selalu
mengharapkan agar kepentingannya didahulukan. Keseimbangan dalam rangka
pemenuhan kepentingan berbagai pihak tersebut senantiasa harus dijaga dalam
jangka panjang. Agar keseimbangan tersebut tercapai dan terpelihara, diperlukan
suatu kerangka kerja bagi Komisaris, Direksi dan seluruh jajaran perusahaan
dalam mengelola perusahaan yang disebut Coorporate Goverancet.
(PTPN IV, 2005)
Good Coorporate Goverance (GCG) didefenisikan oleh Kementerian
BUMN adalah struktur yang digunakan oleh pelaku bisnis perusahaan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan
nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya, berdasarkan perundang-undangan dan
nilai-nilai etika. Di dalam Good Coorporate Goverance terdapat prinsip-prinsip yang
harus dilaksanakan seluruh pelaku bisnis dalam perusahaan sehingga perlu
dijabarkan secara rinci dalam bentuk pedoman yang disebut Code of Coorporate
Goverance (PTPN IV, 2005).
Menyadari pentingnya Good Coorporate Goverance, maka Menteri
tentang penerapan Praktek Good Coorporate Goverance pada BUMN,
mewajibkan seluruh Badan Usaha Milik Negara menerapkan Good Coorporate
Goverance (GCG) secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan
operasional. Tujuan penerapan Good Coorporate Goverance adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan. (PTPN IV, 2005).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tahun 2002 luasnya 4.116.646 ha,
pada tahun, meningkat menjadi 5.239.171 ha pada tahun 2003 (pertumbuhan
27,26 %). Tahun 2004 luasnya 5.601.770 ha (pertumbuhan 6,9 %) dan sampai
bulan Oktober 2007 luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 6,3 juta ha,
bertambah dari 6,07 juta ha pada tahun 2006. (Pardamean, 2008)
PTPN-IV adalah salah satu unit perusahaan perkebunan milik negara yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari
1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan PT Perkebunan VI, PT Perkebunan
VII dan PT Perkebunan VIII. Menjadi Perusahaan Perseroan PT Perkebunan
Nusantara IV (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 5) sesuai dengan Akte Notaris
Harun Kamil, S.H. No.37 tertanggal 11 Maret 1996. Kemudian sesuai dengan
surat Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. diadakan perubahan akte pendirian
perusahaan (vide: Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 25 Maret
2003 nomor 24).
Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan
bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan
minyak (CPO) dan inti (PKO). (Kebun Bah Jambi, 2008)
Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi
peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut
target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga
memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan
dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance
kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga
memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :
1) Bagaimana pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap
peningkatan pendapatan karyawan di daerah penelitian?
2) Apa keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good
Coorporate Governance di daerah penelitian?
3) Bagaimana keuntungan yang didapatkan perusahaan sebelum dan sesudah
adanya penerapan Good Coorporate Governance di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance
terhadap peningkatan pendapatan karyawan di daerah penelitian.
2) Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya
3) Untuk mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan
sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance .
Kegunaan Penulisan
1) Sebagai bahan referensi dan masukan bagi PT Perkebunan Nusantara IV
(PTPN-IV) dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan-kebijakan
tata kelola perusahaan.
2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan.
3) Sebagai bahan inormasi bagi karyawan perkebunan dalam mendapatkan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau pemegang saham, atau
memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai
perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan tersebut
dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang
ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu
memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan
perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang
peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang
cerah sebagai sumber devisa negara. Disamping itu kelapa sawit merupakan bahan
baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia sehingga secara
terus menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Suyatno, 1995)
PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) merupakan salah satu
perusahaan perkebunan sawit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada
di Sumatera Utara. Pada saat ini, PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
mengelola lahan perkebunan seluas 135.640 Ha yang terdiri dari areal Kelapa
Sawit seluas 128.582,27 Ha, Kakao seluas 1161,73 Ha, dan Teh seluas 5.396 Ha.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Pengeringan Biji Kakao (PPBK) 2 Unit dengan kapasitas 96 ton Biji Kakao Basah
per hari, 4 Unit Pabrik Teh dengan kapasitas 271 ton daun Teh Basah per hari dan
Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton Inti Sawit per hari.
PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki suatu usaha atau kegiatan yang
mendukung. Kegiatan – kegiatan yang mendukung itu adalah kegiatan
perbengkelan dan rumah sakit. Untuk mendukung kegiatan perbengkelan juga
dikelola 1 Unit Pabrik Mesin Tenera (PMT), sedangkan untuk pelayanan
kesehatan bagi karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dikelola 3 Unit
Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Laras, Rumah Sakit Balimbingan, dan Rumah
Sakit Pabatu.
Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate
Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali
disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu
sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada
awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal
tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia. Sejak Pedoman
GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan pedoman GCG
sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-perubahan
yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat
penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat
menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan.
Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999
yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan.
Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum
menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis.
(PTPN-IV, 2008)
Pedoman ini dikeluarkan untuk menjadi acuan dalam melaksanakan GCG
bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas
dasar prinsip syariah. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, dan perusahaan-perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas.
(PTPN-IV, 2008).
Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman
perilaku (code of conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan
semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga
menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki
oleh perusahaan adalah:
1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)
yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan
diterapkan.
(PTPN-IV, 2008).
Struktur penerapan GCG terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Komisaris, Direksi, Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern,
Komite Audit dan Auditor Eksternal. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan
wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan
dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil
dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka
panjang. Kepengurusan Perusahaan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua
badan (two-board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya
masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus
memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai (values)
perusahaan (PTPN-IV, 2008).
Dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG), ada beberapa
Transparansi ; keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalm mengemukankan infomasi yang material dan relevan
mengenai perusahaan kepada stakeholders yang terkait. Prisip ini harus dipegang
teguh dan diwajibkan bagi seluruh pelaku bisnis dalam perusahaan dan secara
bersama-sama harus mencegah usaha persembunyian. Informasi terutama yang
menyangkut kepentingan publik, pemegang saham atau stakeholders secara
keseluruhan. Tujuan dari transparansi ini adalah agar setiap pihak yang
berkepentingan dapat mengukur segala sesuatu yang menyangkut perusahaan
berdasarkan kepentingannya. (PTPN-IV, 2008)
Kemandiriaan ; keadaan dimana perusahaan dikelolah secara profesional
untuk mencapai tujuanya tanpa benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan praktek-praktek korporasi yang sehat. Seluruh pelaku bisnis dalam
perusahaan bebas dari tekanan atau investasi dari pihak manapun termasuk
pembuat peraturan dalam menjalankan perusahaan sesuai sifatnya. Tujuan dari
penerapan prinsip ini adalah untuk mencegah dan mengurangi ketergantungan
kepada pihak lain untuk memperoleh kesempatan bisnis yang menguntungkan,
sehingga perusahaan mampu bersaing. (PTPN-IV, 2008)
Akuntabilitas, kejelasan fungsi, Pelaksanaan dan pertanggungjawaban
pelaku bisnis perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. Dengan adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
berarti akan lebih jelas mengenai kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk Menjawab maupun menerangkan kinerja atau
untuk meminta pertanggungjawaban/ keterangan. Tujuan dari penerapan bisnis
ini adalah agar setiap proses pengambilan keputus ataupun kinerja masing-masing
perilaku bisnis dalam perusahaan dapat dimonitor, dinilai,dikritisi atau dapat
ditelusuri sampai bukti dasarnya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu sistem yang
terbuka dan pengaturan kekuasaan yang seimbang antara pelaku bisnis perusahaan
dan ditetapkan hak, tanggung jawab serta sistem pelaporannya. (PTPN-IV, 2008)
Pertanggungjawaban, kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan
terhadap kebijakan korporasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat merupakan prisip pertanggungjawaban yang
harus dipedomani oleh pelaku bisnis-bisnis perusahaan. Dalam hal ini, Komisaris,
Direksi, dan jajaran manjemennya dalam menjalankan kegiatan operasi
perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, sedangkan
kebijakan tersebut dibuat harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. (PTPN-IV, 2008)
Kewajaran ; keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan perusahaan. Komisaris, Direksi dan jajaran
manajemennya dalam mengambilan keputusan, atau bertindak harus
memperhatikan prisip-prinsip keadilan bagi semua pihak yang berkepentingan
atau terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk itu dibutuhkan
suatu aturan yang jelas mengenai perlakuan pengelolah perusahaan terhadap pihak
- pihak yang berkepetingan, mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungan
Landasan Teori
Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan
kepentingan pemiliki atau pemegang saham berupa pembagian laba, tetapi
perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa
ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung maupun tidak langsung
dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut perhatian perusahaan. Di
samping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk pemerintah
menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar
terhadap tanggung jawab sosialnya. ( PTPN IV, 2005)
Penetapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) merupakan suatu
langkah perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Pada
dasarnya penerapan GCG bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Penetapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa hal yang menjadi dasar
pelaksanaan yaitu prinsip, tujuan, struktur dan proses. Penetapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa prinsip yang bersifat mendasar
yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungungjawaban dan
kewajaran. Prinsip transparansi ini pada hakekatnya adalah adanya keterbukaan
dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan, mengemukakan informasi
yang material dan relevan. Prinsip kemandirian memiliki makna bahwa
perusahaan dikelola secara profesional untuk mencapai tujuan tanpa ada benturan
dan paksaan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas bertujuan agar setiap proses pengambilan
dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Prinsip pertanggungjawaban harus dipedomani
oleh pelaku bisnis perusahaan. Prinsip kewajaran merupakan suatu aturan yang
jelas mengenai perlakuan pengelola perusahaan terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan, mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungannya dengan
yang bersangkutan. (PTPN-IV, 2008)
Tujuan penerapan GCG pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)
secara rinci akan sama dengan tujuan sebagaimana dikemukakan dalam
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 juli 2002,
yaitu :
1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan keadilan agar
perusahaan memiiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun
internasional.
2) Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparansi dan
efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
pengelola perusahaan.
3) Mendorong agar pengelola perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan di landasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun
kelestarian lingkungan disekitar perusahaan.
4) Meningkatkan Kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.
5) Meningkatkan iklim investasi nasional. (PTPN-IV, 2008)
a) Pemegang Saham dan RUPS, yaitu Saham PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero) Seluruhnya (100%) dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia
c.q Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia (BUMN RI).
Berkaitan dengan kepemilikan pemegang saham terhadap perusahaan.
b) Komisaris; Komisaris diangkat Pemegang Saham melalui RUPS untuk
melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan
perusahaan dan memberi nasehat kepada Direksi.
c) Direksi; bertugas memimpin dan mengurus perseroan sesuai kepentingan dan
tujuan perseroan serta tanggung renteng atas pengurusan perseroan.
d) Sekretaris Perusahaan; stakeholders senantiasa menuntut informasi yang tepat
dan akurat dan objektif, sehingga Direksi layak memberikan perhatian
tersendiri atas pengelolaan tersebut. Disamping itu untuk menyampaikan
informasi kepada stakeholders, diperlukan pejabat penghubung. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan tersebut diperlukan 1 ( satu ) unit kerja yang
menangani yaitu sekretaris perusahaan ( Kepala Bagian Sekertariat ).
e) Satuanpengawasan Intern (SPI) adalah unit pengawasan. Internal yang
mempunyai peran tidak hanya membantu manajemen dalam menjalakan
fungsi pengawasannya tetapi juga sebagai konsultan ( mitra strategis ) bagi
manajemen dalam peningkatan penerapan manajemen risiko, pengendalian
Internal dan penerapan prisip-prisip GCG.
f) Komite Audit; komite dibentuk oleh komisaris untuk membantu tugasnya
dalam bidang pengawasan, keanggotaan komite Audit sekurang - kurangnya
3 ( tiga ) orang terdiri dari 1 ( satu ) orang anggota komisaris dan 2 ( dua )
g) Auditor Eksternal; Auditor Eksternal bagi perusahaan terdiri dari badan
Pemeriksa keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dan Kantor Akuntan
Publik.
Kerangka Pemikiran
PT. Perkebunan Nusantara IV juga bukan hanya bertujuan mencari profit
saja tetapi lebih bersifat sosial yaitu mensejahterakan karyawan yang bekerja di
dalamnya.
Sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang
sangat memegang peranan penting dalam dunia pertanian, karena perkebunan
mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya dan sebagai
penghasil devisa bagi negara.
PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki tata pelaksanaan/kelola yang
baik (GCG). Penetapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) merupakan suatu
langkah perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Pada
dasarnya penerapan GCG bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan termasuk
karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut.
Sebelum adanya GCG, PT.Perkebunan Nusantara IV hanya bertumpu pada
keuntungan perusahaan saja. Setelah adanya penerapan GCG, PT.Perkebunan
Nusantara IV bertumpu pada keuntungan perusahaan dan keuntungan karyawan
sebagai salah satu organ dalam perusahaan.
Penetapan tata kelola perusahaan yang baik ini mempengaruhi kualitas
dan kuantitas dari suatu perusahaan. Dalam penetapan tata kelola perusahaan yang
terkait adalah karyawan tetap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan GCG
bertujuan untuk melihat bagaimana target kerja yang akan tercapai dan melihat
bagaimana realisasi kerja dapat dilihat dalam hal peningkatan pendapatan.Target
kerja dan realisasi kerja mempengaruhi kinerja karyawan dalam hal peningkatan
kinerja karyawan untuk mencapai peningkatan produksi, sehingga berpengaruh
terhadap pendapatan karyawan. Apabila kinerja karyawan melebihi target kerja
yang ditetapkan perusahaan maka berdampak juga terhadap peningkatan
Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Keterangan : Hubungan
Pengaruh
GCG
Peningkatan Kinerja Kinerja Karyawan
PeningkatanProduksi
Melebihi Target Kerja
Peningkatan Pendapatan Karyawan
- Target Kerja
- RealisasiKerja
Sebelum GCG Sesudah GCG
Keuntungan Perusahaan
Keuntungan Karyawan Keuntungan
Perusahaan
Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Penerapan GCG berpengaruh nyata terhadap pendapatan karyawan di
daerah penelitian.
2. Dengan adanya penerapan GCG, karyawan memperoleh keuntungan di
daerah penelitian.
3. Dengan adanya penerapan GCG keuntungan bagi perusahaan di daerah
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan melalui metode Purposive, artinya daerah
penelitian secara sengaja dilakukan, yaitu di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan
Nusantara IV (PTPN-IV). Dasar pemilihan kebun Bah Jambi adalah bahwa Kebun
Bah Jambi merupakan salah satu unit kebun di PTPN-IV yang terbesar dengan
memiliki luas lahan 8.060, 5 ha dan sentra produksi TBS. Hal ini berdasarkan
pertimbangan dan kriteria, bahwa PTPN-IV merupakan salah satu Perkebunan
Besar Negara (PBN) yang menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan yang
memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di Sumatera Utara dengan
luas areal 128.582,27 ha serta rata-rata produksi CPO per tahun sebesar 365.081
ton. Selain itu PTPN IV dan kebun Bah Jambi merupakan daerah percontohan atas
penerapan GCG.
Metode Pengambilan Sampel
Unit populasi dalam penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara
(PTPN-IV). PTPN-IV. Adapun metode penentuan sampel adalah menggunakan
metode Simple Random Sampling. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini
adalah kebun Bah Jambi.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
yaitu karyawan Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV. Data yang
dikumpulkan adalah data sebelum dan sesudah penerapan GCG.
Metode Analisis Data
Berbagai jenis data yang telah diperoleh melalui wawancara serta
observasi di lapangan, ditabulasikan terlebih dahulu kemudian di analisis dengan
alat uji yang sesuai.
Pengujian hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
Regresi Linear Berganda dengan menggunakan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 ,
Dimana : Y = Peningkatan Pendapatan Karyawan (Pendapatan Karyawan
pada bulan penerapan GCG)
a = Konstanta
X1 = Target Kerja (Gaji Pokok Karyawan)
X2 = Realisasi Kerja (Premi+Tunjangan+Lembur)
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target
Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan
Karyawan…Hipotesis ditolak
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target
Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan
Karyawan….Hipotesis diterima
Pengujian hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif, dengan cara mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan
Pengujian hipotesis 3, digunakan metode analisis Uji-t berpasangan
(paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang
digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada
kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah
perlakuan yang berbeda.
Uji beda rata-rata (t-hitung):
Type equation here.
X1 - X2
th = S12 S22 S1 S2
+ – 2
r
n1 n2 n1 n2
Keterangan :
X1 = rata-rata keuntungan perusahaan sebelum adanya penerapan GCG
X2 = rata-rata keuntungan perusahaan sesudah adanya penerapan GCG
n1 = jumlah sampel variable 1
n2 = jumlah sampel variable 2
S1 = simpangan baku variabel 1
S2 = simpangan baku variabel 2
Kriteria uji :
t-hitung = t- table ………..Ho diterima (H1 ditolak)
Dimana:
H0 = tidak ada perbedaan rata-rata keuntungan perusahaan, sebelum dan
sesudah adanya penerapan GCG.
H1 = ada perbedaan rata-rata keuntungan perusahaan, sebelum dan
sesudah adanya penerapan GCG.
(Djalal, N dan Hardius Usman, 2002)
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi
1. PTPN-IV adalah salah satu perusahaan perkebunan milik negara yang terbesar
berada di Sumatera Utara.
2. Kebun Bah Jambi merupakan unit sampel yang ditetapkan dalam penelitan ini
dan merupakan kebun yang terbesar di PTPN-IV.
3. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) adalah suatu konsep/struktur yang
digunakan oleh pelaku bisnis perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya.
4. Masyarakat adalah suatu komunitas sosial yang berada di sekitar kebun Bah
Jambi yang menikmati dan merasakan keberadaan kebun Bah Jambi
PTPN-IV.
5. Karyawan Tetap adalah karyawan yang bekerja di unit kebun Bah Jambi
6. Kinerja Manajemen adalah suatu kinerja yang terjadi di PTPN-IV antara
target kerja dengan realisasi kerja.
7. Realisasi adalah hasil dari suatu proses yang terjadi di dalam PTPN-IV dan
kebun Bah Jambi yang benar-benar terjadi.
8. Target kerja adalah batasan operasional pekerjaan yang harus dilakukan
karyawan.
9. Standar operasional pekerjaan adalah uraian pekerjaan dengan waktu dan upah
yang ditentukan.
10. Basis borong adalah suatu bentuk kerja karyawan dengan hasil produksi
panen.
11. Produksi adalah hasil dari suatu tanaman kelapa sawit dalam bentuk tandan
buah segar.
12. Pendapatan adalah total upah yang didapatkan karyawan berupa gaji pokok,
premi, dan insentif.
13. Kinerja karyawan adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh suatu karyawan
apakah sudah optimal .
14. Peningkatan kinerja adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
15. Peningkatan melebihi merupakan peningkatan kinerja yang melebihi kinerja
karyawan pada umumnya.
16. Peningkatan produksi adalah suatu peningkatan yang dilakukan terhadap hasil
suatu proses produksi.
17. Peningkatan pendapatan adalah peningkatan yang diperoleh apabila
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kebun Bah Jambi PTPN IV Kabupaten
Simalungun.
2. Sampel Penelitian adalah unit kebun Bah Jambi.
3. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan pelaksana Unit Kebun Bah
Jambi.
PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PTPN-IV),
PROFIL KEBUN BAH JAMBI PT PERKEBUNAN
NUSANTARA IV DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Profil PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV)
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (Persero) dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996, tentang penggabungan
kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dari PT Perkebunan VI,
PT Perkebunan VII dan PT Perkebunan VIII.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) didirikan berdasarkan Akte
Pendirian No. 37 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, S.H. dan mendapatkan
pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan
No. C2-8332.HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996, dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, dan perubahan
Anggaran Dasar berdasarkan Akta No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H.
Prasetio, S.H. tanggal 26 September 2002, yang disetujui oleh Menteri
Kehakiman dan Hak Azasi Manusia R.I. Dengan Surat Keputusan
Pada saat ini PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola lahan
perkebunan seluas 135.640 Ha yang terdiri dari areal Kelapa Sawit seluas
128.582,27 Ha, Kakao seluas 1161,73 Ha, dan Teh seluas 5.396 Ha.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 15 Unit Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) dengan kapasitas 596 ton Tandan Buah Segar per jam, 2 Unit Pabrik
Pengeringan Biji Kakao (PPBK) dengan kapasitas 96 ton Biji Kakao Basah per
hari, 4 Unit Pabrik Teh dengan kapasitas 271 ton daun Teh Basah per hari dan
Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton Inti Sawit per hari.
Untuk mendukung kegiatan perbengkelan juga dikelola 1 Unit Pabrik
Mesin Tenera (PMT), sedangkan untuk pelayanan kesehatan bagi karyawan
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dikelola 3 Unit Rumah Sakit, yaitu Rumah
Sakit Laras, Rumah Sakit Balimbingan, dan Rumah Sakit Pabatu.
Jumlah Unit Usaha yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero) pada saat ini sebanyak 37 Unit Usaha dengan jumlah karyawan
sebanyak 38.002 orang. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki anak
perusahaan, yaitu PT Pamina Adolina yang mengoperasikan 1 Unit Pabrik
Fraksionasi dan Rafinasi CPO dengan kapasitas 200 ton CPO per hari dan 1 Unit
Pabrik Minyak Nabati (PMN) dengan kapasitas 300 ton CPO per hari dengan
produk akhir berupa Margarine RBD Olein (minyak goreng), Stearin, dan Fatty
Acid.
Kemudian terhitung tanggal 01 September 2003, PT Perkebunan
Nusantara IV (Persero) telah melakukan restrukturisasi dengan merubah Struktur
Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), melalui pengelompokan Unit
sebagian wewenang/tugas Direksi kepada GUU. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil rentang kendali guna meningkatkan efektivitas pengambilan
keputusan serta fungsi pengawasan dan pengendalian, serta peningkatan
produktivitas. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV) dapat
RUPS
Adapun Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah
sebagai berikut :
Visi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Adapun visi dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), yaitu
membangun PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) menjadi perusahaan
agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing, baik di sektor hulu dan
hilir di tingkat nasional dan regional.
Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
1. Menjalankan usaha agribisnis dibidang perkebunan kelapa sawit (komoditi
utama), teh dan kakao serta menghasilkan produk minyak sawit, inti sawit,
teh jadi, biji kakao kering serta produk turunannya yang berkualitas untuk
memberikan kepuasan bagi pelanggan.
2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh
sistem, cara kerja dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya
kreatifitas dan inovasi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi.
3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai
tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan dan stakeholder
lainnya.
4. Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan
dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa
5. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangun
kemitraan dan menggembangkan lingkungan (community development),
koperasi, usaha kecil, dan menengah, serta kelestarian lingkungan hidup.
Sesuai Akte Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan didirikannya
Perusahaan adalah sebagai berikut : Turut melaksanakan dan menunjang
kebijksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
Nasional pada umumnya. Khususnya di sektor pertanian dalam arti yang
seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan, sesuai prinsip perusahaan yang
sehat, berdasarkan kepada azas sebagai berikut ini :
a. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi
pendapatan Nasional.
b. Memperluas lapangan kerja.
c. Memelihara dan melestarikan sumber daya alam dan lingkungan, air serta
kesuburan tanah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 tahun
1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) tertanggal 17 Januari 1998 Pasal 4
Ayat 1, maksud dan tujuan pendirian perseroan adalah :
a. Untuk menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi serta berdaya saing
kuat terhadap pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
b. Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Sejalan dengan program Direksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
dimana didalamnya tertuang semangat untuk memacu peningkatan kinerja serta
efisiensi biaya perusahaan, maka terhitung mulai tanggal 01 September 2003
berkedudukan di Medan. Penentuan letak Kantor Pusat telah tercantum dalam
Akte Notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, S.H. tanggal 26 September 2002.
Arahan dari Direksi untuk menempati Kantor Pusat di Jl. Letjen Suprapto
No. 2, memiliki sejarah yang sangat panjang. Kantor ini dibangun pada tahun
1926 oleh NV Handeri Vereeniging Amsterdam (HVA) dahulu sebagai Pusat
Perkebunan milik Belanda.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah salah satu BUMN besar
yang mengelola aset negara. Kekayaan negara itu adalah berupa areal perkebunan
yang sangat luas dan tersebar di beberapa tempat. Perusahaan ini telah memberi
berbagai kontribusi positif kepada bangsa dan negara, antara lain berupa pajak dan
deviden, dengan jumlah cukup besar. Selain itu, perusahaan mampu menyerap
tenaga kerja 38.002 orang, sehingga multiplier effectnya sangat besar, juga
sekaligus menambah devisa negara melalui ekspor CPO, kakao dan teh hasil
olahannya.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) sebagai BUMN perkebunan yang
berbasis di Sumatera Utara pada tahun 2004 telah memenuhi kewajibannya
kepada negara sebesar Rp 303 miliar. Kewajiban kepada negara tersebut berupa
pembayaran deviden sebesar Rp 41,821 miliar dan pembayaran pajak sebesar
Rp 262,014 miliar.
Patut dicatat lagi bahwa dalam menjalankan usaha ini, PT Perkebunan
Nusantara IV (Persero) berupaya menunjukkan kepeduliannya terhadap
masyarakat sekitar dengan komitmen menggulirkan ekonomi masyarakat yang
membutuhkan. Selain itu, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) selalu peduli
lingkungan. Kepedulian ini dipegang teguh dan merupakan bentuk tanggung
jawab terhadap negara.
Profil Kebun Bah Jambi
Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit yang
menghasilkan Minyak (CPO) dan inti (PK).
Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi
dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan
sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km dan dari kota Pematang
Siantar 19 Km.
Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombangdan berbukit. Jenis
tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun Bah Jambi
memiliki luas HGU 8060,5 Ha, terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit,
Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden adalah keseluruhan karakteristik yang akan
mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang menunjang
kehidupannya kearah yang lebih baik. Karakteristik seseorang sangat
mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya.
Karakteristik sosial ekonomi responden di daerah penelitian meliputi : umur,
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan pelaksana PT
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi. Adapun jumlah responden yang
diambil yaitu sebanyak 42 orang dari masing-masing bagian.
Tabel 1. Karakteristik sosial ekonomi responden karyawan pelaksana Kebun Bah Jambi PTPN IV(PT Perkebunan Nusantara IV)
No Karakteristik Sosial Ekonomi Rentang Rerata
1 Umur (tahun) 36-55 46,86
2 Tingkat Pendidikan (tahun) 6-12 9,57
3 Lama Bekerja (tahun) 10-36 24,64
Sumber:Data primer, lampiran 1
Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa karyawan pelaksana PT
Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi memiliki rentang umur 36-55 tahun,
rentang pendidikan 6-12 tahun, dan rentang lama bekerja 10-36 tahun. Dari tabel
dapat dilihat bahwa usia rata-rata karyawan pelaksana Kebun Bah Jambi sekitar
46,86 tahun dan masih tergolong usia produktif. Untuk rentang pendidikan ini
dapat dilihat bahwa karyawan responden rata-rata telah pernah menempuh
pendidikan dibangku sekolah menengah umum (SMU). Dan dari rentang lama
bekerja didapat rata-rata lama bekerja karyawan responden yaitu 24,64 tahun,
angka ini menunjukkan bahwa karyawan responden telah memiliki banyak
pengalaman kerja dari waktu lama bekerjanya ia di kebun tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Penerapan Good Coorporate Governance terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan
Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan
kepentingan pemilik/ Pemegang Saham berupa pembagian laba, tetapi
perkembangan dan kemajuan tehnologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa
ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung dari tindakan
perusahaan, sehingga hal ini menuntut adanya perhatian dari pengurus
perusahaan. Disamping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk
pemerintah menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang
lebih besar terhadap tanggung jawab sosialnya.
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang wilayah kerjanya menyebar
dibeberapa kabupaten, memiliki banyak pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan, tidak hanya Pemegang Saham, Komisaris , Direksi dan Karyawan,
tetapi juga Pemerintahan Pusat/ Daerah, investor/ mitra usaha, pelanggan/pembeli,
kreditur, pemasok/ rekanan dan masyarakat lingkungan sekitar. Pihak-pihak
tersebut dikenal sebagai stakeholders perusahaan. Kepentingan dari
masing-masing pihak tersebut diatas sangat beragam dan bahkan ada yang bertentangan
satu sama lain dan tentunya masing-masing selalu mengharapkan agar
kepentingan didahulukan. Keseimbangan dalam rangka pemenuhan kepentingan
dari bebagai kelompok tersebut, senantiasa harus dijaga (dipelihara) dalam jangka
panjang. Agar Keseimbangan tersebut tercapai dan terpelihara diperlukan suatu
kerangka kerja bagi Komisaris, Direksi dan seluruh jajaran perusahaan dalam
Disamping itu, Good Coorporate Governance juga memberikan banyak
keuntungan bagi karyawan terutama bagi karyawan yang bekerja melebihi target
kerja. Selain keuntungan fiscal yang didapat, keuntungan fisik juga banyak
disediakan perusahaan bagi karyawan-karyawan kebun Bah Jambi PTPN IV.
Pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi dihitung dari jumlah
gaji pokok berdasarkan golongan ditambah realisasi kerja. Gaji pokok merupakan
upah dari target kerja yang didapat karyawan setiap bulannya. Sedangkan realisasi
kerja didapat dari premi+tunjangan+lembur.
Karyawan responden ini berasal dari 31 bagian yang ada di unit Kebun
Bah Jambi yaitu bagian Afdeling I – IX, bagian Sentral Kantor, bagian Sentral
Gudang, bagian Sentral Emplasmen, bagian SDM & Umum,Keamanan, bagian
Reparasi, bagian Bengkel Umum, bagian Transport, bagian Bengkel Motor,
bagian Bengkel Traktor, bagian Bengkel Listrik, Bangunan, bagian Pengolahan,
bagian PLTA, dan bagian Pembibitan.
Upah dari realisasi kerja yang didapat karyawan responden yaitu berupa
Lembur+Premi+Tunjangan.
a. Lembur
Lembur merupakan pekerjaan yang dilakukan diluar hari kerja resmi.
Upah lembur adalah imbalan berupa uang yang diterima karyawan dari
perusahaan atas tugas dan pekerjaan yang dilakukannnya diluar waktu kerja
pokok dengan cara perhitungan yang seefektif dan seefisien mungkin. Untuk
menghitung uang lembur satu jam dipakai dasar sebagai berikut:
Cara perhitungan upah lembur yaitu sebagai berikut:
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja:
− Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu
setengah) kali upah sejam.
− Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)
kali upah sejam.
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat Mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam
seminggu maka:
− Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan
lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
− Apabila hari libur resmi jauh pada kerja terpendek, perhitungan upah lembur
5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga)
kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah
sejam.
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat Mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk 5 (lima) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka:
− Perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam dan jam kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
− Apabila hari libur resmi jatuh pada kerja terpendek, perhitungan lembur 6
(enam) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam ketujuh 3 (tiga) kali
4. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur resmi, yaitu 1 Januari, 17
Agustus, Idul Fitri, Idul Adha dan Natal:
− Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (Tujuh) jam pertama dibayar 3 (tiga)
kali upah sejam.
− Untuk jam kerja berikutnya harus dibayar upah sebesar 4 (empat) kali upah
sejam.
Tarif lembur per jam yang diberlakukan PTPN IV Kebun Bah Jambi dari
golongan IA/0 – golongan IID/6 yaitu Rp. 5.235,55 – Rp. 11.666,84. Untuk
karyawan responden yang berada pada jenjang golongan IB/1 – IIC/5 yaitu sekitar
Rp.5.544,20 – Rp. 10.396,09.
b. Premi
Premi adalah instrument untuk mengatur produktifitas karyawan berupa
uang dari hasil kelebihan dari prestasi normal (PN)/basis borong dibayarkan
kepada karyawan. Ketentuan premi yang dikaitkan dengan produktifitas kerja
diatur sebagai berikut:
1. Dalam menghitung premi untu suatu jangka waktu maka yang diambil
sebagai standart hanya prestasi pada hari-hari kerja dan tidak pada hari-hari
mangkir yang tidak beralasan.
2. Prestasi yang diberikan seorang karyawan pada hari-hari hujan yang dibawah
prestasi standar harus dianggap sesuai dengan jumlah prestasi standar, apabila
ia melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
kerja diwaktu hujan.
3. Dalam hal pihak Direksi dan/atau pihak karyawan menyatakan keinginan
dahulu perundingan antara kedua pihak selambat-lambatnya dalam tempo 2
(dua) minggu harus sudah selesai. Jika tidak tercapai suatu persetujuan maka
masalahnya dapat dimajukan pada instansi Penyelesaian Perselisihan
Ketenagakerjaan setempat.
Premi yang didapatkan karyawan responden berupa premi olah, premi
panen, premi mupuk dan premi lain-lain.
c. Tunjangan
Tunjangan yang didapat karyawan responden berupa tunjangan listrik
dan air bagi rumah karyawan yang mendapatkan supply listrik dan air dari luar
perusahaan, tunjangan ini diberikan berdasarkan golongan karyawan tersebut;
tunjangan khusus dan tunjangan cuti.
Pendapatan karyawan pada PTPN IV Kebun Bah Jambi sering disebut
dengan Gaji Take Home Pay (THP) yang merupakan imbalan berupa uang yang
diterima karyawan dari perusahaan atas tugas dan pekerjaan yang dilakukannya
yang terdiri dari Gaji Pokok, Premi, Lembur, Tunjangan dan Santunan yang
diterima dalam bentuk uang setelah dilakukan pemotongan pada beberapa bagian
yang ditentukan perusahaan.Pendapatan karyawan ini diperoleh setelah adanya
pemotongan dari perusahaan pada bagian tertentu seperti yang tertera pada
Hasil Pengujian Pengaruh Penerapan GCG terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan dengan Metode Regresi Linear Berganda
Tabel 2. Hasil uji regresi linear berganda untuk koefisisen korelasi penerapan GCG (Target kerja dan Realisasi kerja) terhadap peningkatan pendapatan karyawan
Deskriptif statistik Koefisien korelasi Signifikansi koef.korelasi
Rata-Dari Tabel 2 dapat diketahui, rata-rata pendapatan karyawan sebesar
Rp.2.959.252,381, rata-rata target kerja sebesar Rp.905.192,2381 dan rata-rata
realisasi kerja sebesar Rp.2.325.973. Koefisien Korelasi Pearson antara target
kerja dengan pendapatan karyawan adalah 0,567 dengan nilai Sig sebesar 0,000,
Koefisisen korelasi antara realisasi kerja dengan pendapatan karyawan adalah
0,983 dengan nilai Sig sebesar 0,000. Dengan melihat kondisi tersebut dimana
nilai Sig lebih kecil daripada nilai alpha (0,05), maka kesimpulan yang didapat
yaitu koefisien korelasi adalah signifikan secara statistik.
Tabel 3. Model summary a. Predictors: (Konstan), Realisasi Kerja (Rp), Target Kerja (Rp)
Dari Tabel 3 terlihat bahwa koefisien korelasi berganda antara realisasi
kerja dan target kerja dengan pendapatan karyawan adalah sebesar 0,988. Nilai
koefisien determinasi antara persamaan regresi adalah sebesar 0,977 dengan nilai
koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,975. Karena persamaan regresi
menggunakan lebih dari satu variabel, maka koefisien determinasi yang baik
untuk digunakan dalam menjelaskan dalam menjelaskan persamaan ini adalah
koefisien determinasi yang disesuaikan. Dari Tabel 6 tersebut, nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan dalam adalah sebesar 0,975 yang berarti sebanyak
97,5 persen variasi atau perubahan dalam pendapatan karyawan bisa dijelaskan
oleh perubahan atau variasi dari realisasi kerja dan target kerja. Untuk melihat
signifikansi koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai F hitung dan nilai Sig,
atau dengan membandingkan dengan nilai F tabel. Dari Tabel diatas diperoleh
nilai F hitung sebesar 815,971 dengan nilai Sig sebesar 0,000. Sedangkan nilai F
tabel diperoleh dari tabel F yaitu sebesar 3,23. Dari kondisi tersebut dapat dilihat
bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel dan nilai Sig lebih kecil dari
nilai alpha (0,05), maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu koefisien
determinasi adalah signifikan secara statistik.
Tabel 4. Koefisien regresi
Koefisiena
Koefisien slope Koef. standar t hit Sig.
Model B Simp.baku Beta
(konstan) -133550.084 155378.455 -.860 .395
Target Kerja (Rp) .828 .190 .121 4.349 .000
1
Realisasi Kerja (Rp) 1.007 .030 .924 33.085 .000
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai koefisien konstanta adalah
-133.550,084, koefisien slop target kerja sebesar 0,828 dan koefisien slop realisasi
kerja sebesar 1,007. Sehingga didapat persamaan regresinya yaitu
Y=-133.550,84+0,828X1+1,007X2.
Dari Tabel 5-7 dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target Kerja dan
Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan. Hal ini terbukti dari
nilai F hitung ≥ F table yaitu 815,971 ≥ 3,23 dan nilai signifikansi 0,000 lebih
kecil daripada nilai alpha (0,05).
Keuntungan yang diperoleh Karyawan dengan Adanya Penerapan Good Coorporate Governance (GCG)
Penerapan Good Coorporate Governance (GCG) atau yang sering disebut
sebagai Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Kebun Bah Jambi PTPN IV ini
membawa banyak keuntungan terhadap karyawan dibandingkan sebelum adanya
GCG.
Keuntungan yang didapat karyawan adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Fiskal berupa:
a) Tarif Lembur yang sangat menguntungan bagi karyawan, terutama tarif
lembur saat hari libur Mingguan.
b) Premi yang diperoleh berdasarkan hasil kelebihan prestasi normal karyawan
seperti premi olah, premi panen, premi mupuk, premi lain-lain.
c) Tunjangan berupa tunjangan sewa rumah, listrik dan air, tunjangan khusus
2. Keuntungan Fisik, berupa:
a) Catu Beras,diberikan dengan mutu yang baik dan layak bagi kesehatan
manusia. Khusus bagi karyawan golongan IA sampai dengan IID disamping
memperoleh Gaji Pokok juga menerima natura beras yang diberikan setiap
bulan, yaitu:
− Karyawan diberikan sebesar ………... 15 Kg
− Istri/suami tidak bekerja (max 1 orang)…….. 10 Kg
− Tiap Anak (Max 3 orang)……… 8 Kg
b) Perumahan
Perumahan untuk karyawan pelaksana dilengkapi dengan listrik dan air
bersih dengan perincian rumah karyawan pelaksana sebanyak 1696 pintu. Selama
berlangsungnya hubungan kerja, perusahaan memberikan kepada karyawan
perumahan dengan cuma-cuma yang memenuhi syarat kesehatan dan kelayakan
menurut petunjuk DISNAKERTRANS. Jika perusahaan belum sanggup
menyediakan perumahan, maka pada karyawan yang bersangkutan akan diberikan
tunjangan sewa rumah sebesar 25% dari Gaji Pokok setiap bulan.
c) Poliklinik
Poliklinik merupakan sarana yang diperuntukkan berobat bagi karyawan
dan batihnya (tanggungannya). Poliklinik melayani penyakit-penyakit ringan dan
pada penyakit yang membutuhkan pelayanan khusus, maka dirujuk pada Rumah
Sakit Laras, maupun rumah sakit rujukan lainnya seperti RS Vita Insani, RS
Horas Insani Pematang Siantar, maupun RS Permata Bunda, RS Martha Friska,
RS Rambutan, dan RS Glen Eagles di Medan, bahkan bila dipandang perlu
d) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
PLTA dibangun sejak tahun 1927 sampai dengan saat ini masih
beroperasi. Berfungsi sebagai asupan listrik ke Pabrik Kelapa Sawit dan
penerangan di rumah-rumah karyawan.
e) Bantuan Transport
− Kepada Karyawan dan tanggungannya yang menderita sakit dan memerlukan
segera perawatan di Rumah Sakit, perusahaan menyediakan pengangkutan
yang layak.
− Kepada anak karyawan yang bersekolah diluar Unit Usaha jika
memungkinkan Perusahaan memberikan bantuan pengangkutan sampai di
jalan raya atau stasiun Kereta Api terdekat.
− Kepada Mandor Besar Afdeling (satu tingkat dibawah asisten Afdeling),
perusahaan memberikan bantuan transport berupa fasilitas Sepeda Motor
sesuai dengan kemampuan perusahaan.
3. Keuntungan Lainnya, berupa:
a) Pemeliharaan Bayi Karyawan Wanita
Sesuai dengan kebutuhan, perusahaan menyediakan tempat-tempat
penitipan bayi yang dilengkapi dengan ayunan dan lemari untuk tempat
penyimpanan makanan yang cukup baik, dimana selama waktu kerja, bayi sampai
umur 5 (lima) tahun dapat dititipkan dibawah pengawasan seorang pengasuh yang
baik dan berpengalaman yang diangkat oleh Direksi dengan ketentuan seorang
b) Bantuan untuk Surat Ijin Mengemudi (SIM)
Dalam hal Surat Ijin Mengemudi (SIM) dari seorang karyawan yang
ditugaskan sebagai supir telah habis masa berlakunya maka pengurusan dan
perpanjangan SIM tersebut ditanggung oleh perusahaan sesuai tarif yang
ditentukan pemerintah.
c) Bantuan BBM dan Pemeliharaan Sepeda Motor
Perusahaan memberikan bantuan biaya Bahan bakar Minyak (BBM) dan
biaya pemeliharaan sepeda motor kepada tukang pos Afdeling yang besarnya
diatur oleh Peraturan Perusahaan.
d) Kecelakaan Lalu Lintas
Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas, maka resiko akibat kecelakaan
tersebut menjadi beban/tanggung jawab perusahaan sepenuhnya, kecuali
kecelakaan tersebut diluar dinas dank arena kesengajaan dan kelalaian pengemudi.
e) Bagi anak karyawan yang masuk dalam tanggungan Perusahaan bersekolah
diluar perkebunan yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara pergi/pulang
memakai kendaraan setiap harinya dari rumah perusahaan sehingga harus
mondok disekitar anak tersebut bersekolah, apabila kondisi keuangan
perusahaan memungkinkan, maka perusahaan dapar memberikan bantuan
pemondokan anak sekolah sebagai berikut:
− SLTP Sederajat Rp. 75.000,-/bulan
− SLTA Sederajat Rp. 125.000,-/bulan
Keuntungan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya penerapan Good Coorporate Governance (GCG) di Kebun Bah Jambi PTPN IV
Tabel 5 . Keuntungan PTPN IV Kebun Bah Jambi
Keuntungan Perusahaan Sebelum
Tabel 6. Persentase perubahan rataan keuntungan perusahaan
Rataan Keuntungan Perusahaan (Rp)
Terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 ,keuntungan rata-rata PTPN IV Kebun
Bah Jambi yang didapat sebelum adanya penerapan GCG mengalami peningkatan
setelah adanya penerapan GCG. Dapat dilihat bahwa peningkatan keuntungan
rata-rata dari segi realisasi yaitu sebelum adanya penerapan GCG didapat sebesar
Rp.8.164.152.621,50 menjadi Rp. 12.164.093.000,00 setelah adanya penerapan
Hasil Pengujian dengan Metode Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Atau Paired Compare Mean
Tabel 7. Hasil uji beda rata-rata berpasangan untuk keuntungan perusahaan PTPN IV Kebun Bah Jambi
Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata keuntungan perusahaan
sebelum adanya penerapan GCG adalah sebesar Rp.8.164.152.621,50 dan
rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerapan GCG adalah sebesar
Rp.12.164.093.000,00. Dengan demikian terdapat peningkatan keuntungan
sebesar Rp. 3.999.940.378,50, hal ini terjadi karena penerapan GCG berdampak
sangat baik terhadap semua bagian perusahaan perkebunan ini dan perusahaan itu
sendiri.
Dari tabel 7 juga dapat dilihat bahwa nilai signifikansi antara keuntungan
perusahaan sebelum adanya penerapan GCG dan setelah adanya penerapan GCG
adalah sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara keuntungan perusahaan sebelum adanya penerapan GCG dengan
keuntungan perusahaan setelah adanya penerapan GCG, karena nilai signifikansi
yang dipakai (nilai alpha) yaitu 0,05.
Hal ini juga dapat dibuktikan dari nilai t-hitung. Dari Tabel 7 diperoleh
nilai t-hitung sebesar -3.407 dan dari table distribusi t didapat t-tabel sebesar
1,796. Maka terdapat perbedaan antara keuntungan perusahaan sebelum adanya
penerapan GCG dengan keuntungan perusahaan sesudah adanya penerapan GCG,