• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Coorporate Governance) Terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan Di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Coorporate Governance) Terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan Di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD COORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KARYAWAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV

KEBUN BAH JAMBI

SKRIPSI

Oleh:

Tommy P A Sinaga 050304069 SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD COORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KARYAWAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV

KEBUN BAH JAMBI

SKRIPSI

Oleh:

Tommy P A Sinaga 050304069 SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ir.Luhut Sihombing, MP Dr.Ir.Salmiah , MP

Ketua Anggota

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi.

Nama : Tommy P A Sinaga

NIM : 050304069

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Ir.Luhut Sihombing, MP Dr.Ir.Salmiah , MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir.Luhut Sihombing,MP Ketua Departemen Agribisnis

(4)

ABSTRAK

TOMMY P A SINAGA: Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi, dibimbing oleh Ir.Luhut Sihombing, MP dan Dr.Ir.Salmiah , MP.

Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan Nusantara IV, berada di kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PKO). Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap peningkatan pendapatan karyawan, mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good Coorporate Governance, dan mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance yang dimulai pada bulan Desember 2009 dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan metode analisis Uji-t berpasangan (paired t-test). Data yang diteliti pada karyawan pelaksana di kebun Bah Jambi dan pada kebun Bah Jambi yaitu data sebelum dan sesudah penerapan GCG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Coorporate Governance) GCG terhadap peningkatan pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi, dan penerapan GCG memberi banyak keuntungan bagi karyawan seperti keuntungan fiskal,keuntungan fisik dan keuntungan lainnya serta terdapat peningkatan rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerpan GCG sebesar 19,68 %.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 April 1988 dari ayah

Ir.J Sinaga dan ibu B.C.Marpaung,SH. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen

Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae

Hitam, Kecamatan, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.

Pada bulan Desember 2009, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kebun

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance)

terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV

Kebun bah Jambi”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP dan Ibu Dr.Ir.Salmiah , MP selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul,

melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Pada kesempatan ini juga, penulis

menghaturkan pernyataan terima kasih kepada kedua orangtua penulis, yang telah

membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada karyawan-karyawan Kebun Bah Jambi PTPN

IV yang telah membantu dan mendukung penulis dalam memperoleh data untuk

penelitian ini.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta

semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

(7)

DAFTAR ISI

Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 19

Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 20

Definisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 22

Batasan Operasional ... 23

PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PTPN-IV), PROFIL KEBUN BAH JAMBI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Profil PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV)... 25

Profil Kebun Bah Jambi ... 31

Karakteristik Responden ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penerapan Good Coorporate Governance terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan... 33

Hasil Pengujian Pengaruh Penerapan GCG terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan dengan Metode Regresi Linear Berganda ... 38

Keuntungan yang diperoleh Karyawan dengan Adanya Penerapan Good Coorporate Governance (GCG) ... 40

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Karakteristik sosial ekonomi responden karyawan pelaksana Kebun

Bah Jambi PTPN IV(PT Perkebunan Nusantara IV) ... 32

2. Hasil uji regresi linear berganda untuk koefisisen korelasi penerapan GCG (Target kerja dan Realisasi kerja) terhadap peningkatan pendapatan karyawan... 38

3. Koefisien Determinasi... 38

4. Koefisien regresi ... 39

5. Keuntungan PTPN IV Kebun Bah Jambi ... 44

6. Persentase perubahan rataan keuntungan perusahaan... 44

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema kerangka pemikiran……… 17

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Karakteristik Karyawan Responden Kebun Bah Jambi PTPN IV... 49

2. Besar Gaji Pokok, Besar Lembur dan Premi dan Besar Tunjangan

Karyawan Responden (Rp) ... 50

3. Besar Potongan-Potongan Yang Dibebankan Kepada Karyawan Atas Penghasilannya (Rp) ... 51

4. Besar Penghasilan Karyawan Responden (Rp)/Bulan ... 52

5. Keuntungan Kebun Bah Jambi PTPN IV Sebelum Dan Sesudah

Penerapan GCG... 53

6. Hasil Pengujian Pengaruh GCG (Target Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Pendapatan Karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi dengan Regresi Linear Berganda... 54

7. Hasil Pengujian dengan Uji t-berpasangan ... 57

(12)

ABSTRAK

TOMMY P A SINAGA: Pengaruh Tata Kelola yang Baik (Good Coorporate Governance) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun bah Jambi, dibimbing oleh Ir.Luhut Sihombing, MP dan Dr.Ir.Salmiah , MP.

Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan Nusantara IV, berada di kabupaten Simalungun Sumatera Utara, yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PKO). Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap peningkatan pendapatan karyawan, mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good Coorporate Governance, dan mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance yang dimulai pada bulan Desember 2009 dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan metode analisis Uji-t berpasangan (paired t-test). Data yang diteliti pada karyawan pelaksana di kebun Bah Jambi dan pada kebun Bah Jambi yaitu data sebelum dan sesudah penerapan GCG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Coorporate Governance) GCG terhadap peningkatan pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi, dan penerapan GCG memberi banyak keuntungan bagi karyawan seperti keuntungan fiskal,keuntungan fisik dan keuntungan lainnya serta terdapat peningkatan rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerpan GCG sebesar 19,68 %.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam rangka menyiapkan diri dalam menghadapi era perdagangan bebas,

agar mampu bersaing dalam pasar bebas yang kuncinya adalah efisiensi,

dilakukan penggabungan di antara beberapa PN/PT Perkebunan menjadi

PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Selain efisiensi secara finansial,

penggabungan PT/PN Perkebunan menjadi unit-unit yang lebih besar diyakini

pula akan dapat meningkatkan efisiensi kebun yang dikelolanya, karena tidak

jarang satu PT Perkebunan mengelola sejumlah kebun kecil yang lokasinya

berjauhan, sehingga sukar untuk dapat mencapai standar kelayakan usaha. Dengan

penggabungan diharapkan agar pengelolaan kebun kecil dapat terangkat oleh

kebun lain yang lebih luas. Caranya dapat dengan subsidi-silang dari keuntungan

kebun besar kepada yang lebih kecil (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan

kepentingan pemiliki atau pemegang saham berupa pembagian laba, tetapi

perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa

ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung maupun tidak langsung

dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut perhatian perusahaan. Di

samping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk pemerintah

menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar

terhadap tanggung jawab sosialnya ( PTPN IV, 2005)

PT. Perkebuanan Nusantara IV (Persero) memiliki wilayah kerja yang

(14)

terhadap perusahaan. Pihak yang berkepentingan terdiri dari pihak internal

perusahaan dan eksternal perusahaan. Pihak internal meliputi Pemegang Saham,

Komisaris, Direksi dan Karyawan, sedangkan pihak eksternal meliputi Pemerintah

Pusat/Daerah, investor/mitra usaha, pelanggan/pembeli, kreditur,

pemasok/rekanan dan masyarakat lingkungan sekitar perusahaan.

Kepentingan dari pihak internal dan eksternal beragam bahkan ada yang

bertentangan antara satu sama lain dan tentunya masing-masing selalu

mengharapkan agar kepentingannya didahulukan. Keseimbangan dalam rangka

pemenuhan kepentingan berbagai pihak tersebut senantiasa harus dijaga dalam

jangka panjang. Agar keseimbangan tersebut tercapai dan terpelihara, diperlukan

suatu kerangka kerja bagi Komisaris, Direksi dan seluruh jajaran perusahaan

dalam mengelola perusahaan yang disebut Coorporate Goverancet.

(PTPN IV, 2005)

Good Coorporate Goverance (GCG) didefenisikan oleh Kementerian

BUMN adalah struktur yang digunakan oleh pelaku bisnis perusahaan untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan

nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya, berdasarkan perundang-undangan dan

nilai-nilai etika. Di dalam Good Coorporate Goverance terdapat prinsip-prinsip yang

harus dilaksanakan seluruh pelaku bisnis dalam perusahaan sehingga perlu

dijabarkan secara rinci dalam bentuk pedoman yang disebut Code of Coorporate

Goverance (PTPN IV, 2005).

Menyadari pentingnya Good Coorporate Goverance, maka Menteri

(15)

tentang penerapan Praktek Good Coorporate Goverance pada BUMN,

mewajibkan seluruh Badan Usaha Milik Negara menerapkan Good Coorporate

Goverance (GCG) secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan

operasional. Tujuan penerapan Good Coorporate Goverance adalah untuk

memaksimalkan nilai perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak

yang berkepentingan. (PTPN IV, 2005).

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tahun 2002 luasnya 4.116.646 ha,

pada tahun, meningkat menjadi 5.239.171 ha pada tahun 2003 (pertumbuhan

27,26 %). Tahun 2004 luasnya 5.601.770 ha (pertumbuhan 6,9 %) dan sampai

bulan Oktober 2007 luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 6,3 juta ha,

bertambah dari 6,07 juta ha pada tahun 2006. (Pardamean, 2008)

PTPN-IV adalah salah satu unit perusahaan perkebunan milik negara yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari

1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan PT Perkebunan VI, PT Perkebunan

VII dan PT Perkebunan VIII. Menjadi Perusahaan Perseroan PT Perkebunan

Nusantara IV (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 5) sesuai dengan Akte Notaris

Harun Kamil, S.H. No.37 tertanggal 11 Maret 1996. Kemudian sesuai dengan

surat Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. diadakan perubahan akte pendirian

perusahaan (vide: Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 25 Maret

2003 nomor 24).

Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kerja dari PT. Perkebunan

(16)

bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan

minyak (CPO) dan inti (PKO). (Kebun Bah Jambi, 2008)

Good Coorporate Governance mempunyai dampak yang baik bagi

peningkatan pendapatan karyawan dan perusahaan dalam hal ini menyangkut

target kerja tehadap realisasi kerja, Good Coorporate Governance juga

memberikan peluang kepada karyawan untuk mendapatkan penghasilan tambahan

dalam peningkatan keejahteraan. Dengan adanya Good Coorporate Governance

kinerja karyawan dan menejemen perusahaan akan lebih baik sehingga

memberikan keuntungan bagi kedua pihak.

Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :

1) Bagaimana pengaruh penerapan Good Coorporate Governance terhadap

peningkatan pendapatan karyawan di daerah penelitian?

2) Apa keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya penerapan Good

Coorporate Governance di daerah penelitian?

3) Bagaimana keuntungan yang didapatkan perusahaan sebelum dan sesudah

adanya penerapan Good Coorporate Governance di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh penerapan Good Coorporate Governance

terhadap peningkatan pendapatan karyawan di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan adanya

(17)

3) Untuk mengetahui keuntungan yang diharapkan perusahaan sebelum dan

sesudah adanya penerapan Good Coorporate Governance .

Kegunaan Penulisan

1) Sebagai bahan referensi dan masukan bagi PT Perkebunan Nusantara IV

(PTPN-IV) dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan-kebijakan

tata kelola perusahaan.

2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang

membutuhkan.

3) Sebagai bahan inormasi bagi karyawan perkebunan dalam mendapatkan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau pemegang saham, atau

memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai

perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan tersebut

dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang

ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu

memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan

perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang

peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang

cerah sebagai sumber devisa negara. Disamping itu kelapa sawit merupakan bahan

baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia sehingga secara

terus menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Suyatno, 1995)

PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) merupakan salah satu

perusahaan perkebunan sawit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada

di Sumatera Utara. Pada saat ini, PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

mengelola lahan perkebunan seluas 135.640 Ha yang terdiri dari areal Kelapa

Sawit seluas 128.582,27 Ha, Kakao seluas 1161,73 Ha, dan Teh seluas 5.396 Ha.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

(19)

Pengeringan Biji Kakao (PPBK) 2 Unit dengan kapasitas 96 ton Biji Kakao Basah

per hari, 4 Unit Pabrik Teh dengan kapasitas 271 ton daun Teh Basah per hari dan

Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton Inti Sawit per hari.

PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki suatu usaha atau kegiatan yang

mendukung. Kegiatan – kegiatan yang mendukung itu adalah kegiatan

perbengkelan dan rumah sakit. Untuk mendukung kegiatan perbengkelan juga

dikelola 1 Unit Pabrik Mesin Tenera (PMT), sedangkan untuk pelayanan

kesehatan bagi karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dikelola 3 Unit

Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Laras, Rumah Sakit Balimbingan, dan Rumah

Sakit Pabatu.

Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor:

KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate

Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali

disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu

sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada

awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal

tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia. Sejak Pedoman

GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan pedoman GCG

sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-perubahan

yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat

penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat

menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan.

(20)

Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999

yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan.

Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum

menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis.

(PTPN-IV, 2008)

Pedoman ini dikeluarkan untuk menjadi acuan dalam melaksanakan GCG

bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas

dasar prinsip syariah. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, dan perusahaan-perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas.

(PTPN-IV, 2008).

Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG

perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman

perilaku (code of conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan

semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga

menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki

oleh perusahaan adalah:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)

yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,

perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ

(21)

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan

manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan

diterapkan.

(PTPN-IV, 2008).

Struktur penerapan GCG terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), Komisaris, Direksi, Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern,

Komite Audit dan Auditor Eksternal. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan

wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan

dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan

anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil

dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka

panjang. Kepengurusan Perusahaan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua

badan (two-board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai

wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya

masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya

mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan

dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus

memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai (values)

perusahaan (PTPN-IV, 2008).

Dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG), ada beberapa

(22)

Transparansi ; keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalm mengemukankan infomasi yang material dan relevan

mengenai perusahaan kepada stakeholders yang terkait. Prisip ini harus dipegang

teguh dan diwajibkan bagi seluruh pelaku bisnis dalam perusahaan dan secara

bersama-sama harus mencegah usaha persembunyian. Informasi terutama yang

menyangkut kepentingan publik, pemegang saham atau stakeholders secara

keseluruhan. Tujuan dari transparansi ini adalah agar setiap pihak yang

berkepentingan dapat mengukur segala sesuatu yang menyangkut perusahaan

berdasarkan kepentingannya. (PTPN-IV, 2008)

Kemandiriaan ; keadaan dimana perusahaan dikelolah secara profesional

untuk mencapai tujuanya tanpa benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan praktek-praktek korporasi yang sehat. Seluruh pelaku bisnis dalam

perusahaan bebas dari tekanan atau investasi dari pihak manapun termasuk

pembuat peraturan dalam menjalankan perusahaan sesuai sifatnya. Tujuan dari

penerapan prinsip ini adalah untuk mencegah dan mengurangi ketergantungan

kepada pihak lain untuk memperoleh kesempatan bisnis yang menguntungkan,

sehingga perusahaan mampu bersaing. (PTPN-IV, 2008)

Akuntabilitas, kejelasan fungsi, Pelaksanaan dan pertanggungjawaban

pelaku bisnis perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif. Dengan adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

berarti akan lebih jelas mengenai kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau untuk Menjawab maupun menerangkan kinerja atau

(23)

untuk meminta pertanggungjawaban/ keterangan. Tujuan dari penerapan bisnis

ini adalah agar setiap proses pengambilan keputus ataupun kinerja masing-masing

perilaku bisnis dalam perusahaan dapat dimonitor, dinilai,dikritisi atau dapat

ditelusuri sampai bukti dasarnya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu sistem yang

terbuka dan pengaturan kekuasaan yang seimbang antara pelaku bisnis perusahaan

dan ditetapkan hak, tanggung jawab serta sistem pelaporannya. (PTPN-IV, 2008)

Pertanggungjawaban, kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan

terhadap kebijakan korporasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat merupakan prisip pertanggungjawaban yang

harus dipedomani oleh pelaku bisnis-bisnis perusahaan. Dalam hal ini, Komisaris,

Direksi, dan jajaran manjemennya dalam menjalankan kegiatan operasi

perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, sedangkan

kebijakan tersebut dibuat harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. (PTPN-IV, 2008)

Kewajaran ; keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan perusahaan. Komisaris, Direksi dan jajaran

manajemennya dalam mengambilan keputusan, atau bertindak harus

memperhatikan prisip-prinsip keadilan bagi semua pihak yang berkepentingan

atau terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk itu dibutuhkan

suatu aturan yang jelas mengenai perlakuan pengelolah perusahaan terhadap pihak

- pihak yang berkepetingan, mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungan

(24)

Landasan Teori

Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan

kepentingan pemiliki atau pemegang saham berupa pembagian laba, tetapi

perkembangan dan kemajuan teknologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa

ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung maupun tidak langsung

dari tindakan perusahaan, sehingga hal ini menuntut perhatian perusahaan. Di

samping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk pemerintah

menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang lebih besar

terhadap tanggung jawab sosialnya. ( PTPN IV, 2005)

Penetapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) merupakan suatu

langkah perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Pada

dasarnya penerapan GCG bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Penetapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa hal yang menjadi dasar

pelaksanaan yaitu prinsip, tujuan, struktur dan proses. Penetapan Tata Kelola

Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa prinsip yang bersifat mendasar

yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungungjawaban dan

kewajaran. Prinsip transparansi ini pada hakekatnya adalah adanya keterbukaan

dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan, mengemukakan informasi

yang material dan relevan. Prinsip kemandirian memiliki makna bahwa

perusahaan dikelola secara profesional untuk mencapai tujuan tanpa ada benturan

dan paksaan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas bertujuan agar setiap proses pengambilan

(25)

dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Prinsip pertanggungjawaban harus dipedomani

oleh pelaku bisnis perusahaan. Prinsip kewajaran merupakan suatu aturan yang

jelas mengenai perlakuan pengelola perusahaan terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan, mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungannya dengan

yang bersangkutan. (PTPN-IV, 2008)

Tujuan penerapan GCG pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

secara rinci akan sama dengan tujuan sebagaimana dikemukakan dalam

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 juli 2002,

yaitu :

1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip

transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan keadilan agar

perusahaan memiiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun

internasional.

2) Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparansi dan

efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian

pengelola perusahaan.

3) Mendorong agar pengelola perusahaan dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan di landasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan

adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun

kelestarian lingkungan disekitar perusahaan.

4) Meningkatkan Kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.

5) Meningkatkan iklim investasi nasional. (PTPN-IV, 2008)

(26)

a) Pemegang Saham dan RUPS, yaitu Saham PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Seluruhnya (100%) dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia

c.q Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia (BUMN RI).

Berkaitan dengan kepemilikan pemegang saham terhadap perusahaan.

b) Komisaris; Komisaris diangkat Pemegang Saham melalui RUPS untuk

melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan

perusahaan dan memberi nasehat kepada Direksi.

c) Direksi; bertugas memimpin dan mengurus perseroan sesuai kepentingan dan

tujuan perseroan serta tanggung renteng atas pengurusan perseroan.

d) Sekretaris Perusahaan; stakeholders senantiasa menuntut informasi yang tepat

dan akurat dan objektif, sehingga Direksi layak memberikan perhatian

tersendiri atas pengelolaan tersebut. Disamping itu untuk menyampaikan

informasi kepada stakeholders, diperlukan pejabat penghubung. Dengan

mempertimbangkan kebutuhan tersebut diperlukan 1 ( satu ) unit kerja yang

menangani yaitu sekretaris perusahaan ( Kepala Bagian Sekertariat ).

e) Satuanpengawasan Intern (SPI) adalah unit pengawasan. Internal yang

mempunyai peran tidak hanya membantu manajemen dalam menjalakan

fungsi pengawasannya tetapi juga sebagai konsultan ( mitra strategis ) bagi

manajemen dalam peningkatan penerapan manajemen risiko, pengendalian

Internal dan penerapan prisip-prisip GCG.

f) Komite Audit; komite dibentuk oleh komisaris untuk membantu tugasnya

dalam bidang pengawasan, keanggotaan komite Audit sekurang - kurangnya

3 ( tiga ) orang terdiri dari 1 ( satu ) orang anggota komisaris dan 2 ( dua )

(27)

g) Auditor Eksternal; Auditor Eksternal bagi perusahaan terdiri dari badan

Pemeriksa keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dan Kantor Akuntan

Publik.

Kerangka Pemikiran

PT. Perkebunan Nusantara IV juga bukan hanya bertujuan mencari profit

saja tetapi lebih bersifat sosial yaitu mensejahterakan karyawan yang bekerja di

dalamnya.

Sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

sangat memegang peranan penting dalam dunia pertanian, karena perkebunan

mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya dan sebagai

penghasil devisa bagi negara.

PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki tata pelaksanaan/kelola yang

baik (GCG). Penetapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) merupakan suatu

langkah perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Pada

dasarnya penerapan GCG bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan termasuk

karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut.

Sebelum adanya GCG, PT.Perkebunan Nusantara IV hanya bertumpu pada

keuntungan perusahaan saja. Setelah adanya penerapan GCG, PT.Perkebunan

Nusantara IV bertumpu pada keuntungan perusahaan dan keuntungan karyawan

sebagai salah satu organ dalam perusahaan.

Penetapan tata kelola perusahaan yang baik ini mempengaruhi kualitas

dan kuantitas dari suatu perusahaan. Dalam penetapan tata kelola perusahaan yang

(28)

terkait adalah karyawan tetap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan GCG

bertujuan untuk melihat bagaimana target kerja yang akan tercapai dan melihat

bagaimana realisasi kerja dapat dilihat dalam hal peningkatan pendapatan.Target

kerja dan realisasi kerja mempengaruhi kinerja karyawan dalam hal peningkatan

kinerja karyawan untuk mencapai peningkatan produksi, sehingga berpengaruh

terhadap pendapatan karyawan. Apabila kinerja karyawan melebihi target kerja

yang ditetapkan perusahaan maka berdampak juga terhadap peningkatan

(29)

Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan : Hubungan

Pengaruh

GCG

Peningkatan Kinerja Kinerja Karyawan

PeningkatanProduksi

Melebihi Target Kerja

Peningkatan Pendapatan Karyawan

- Target Kerja

- RealisasiKerja

Sebelum GCG Sesudah GCG

Keuntungan Perusahaan

Keuntungan Karyawan Keuntungan

Perusahaan

(30)

Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Penerapan GCG berpengaruh nyata terhadap pendapatan karyawan di

daerah penelitian.

2. Dengan adanya penerapan GCG, karyawan memperoleh keuntungan di

daerah penelitian.

3. Dengan adanya penerapan GCG keuntungan bagi perusahaan di daerah

(31)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan melalui metode Purposive, artinya daerah

penelitian secara sengaja dilakukan, yaitu di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan

Nusantara IV (PTPN-IV). Dasar pemilihan kebun Bah Jambi adalah bahwa Kebun

Bah Jambi merupakan salah satu unit kebun di PTPN-IV yang terbesar dengan

memiliki luas lahan 8.060, 5 ha dan sentra produksi TBS. Hal ini berdasarkan

pertimbangan dan kriteria, bahwa PTPN-IV merupakan salah satu Perkebunan

Besar Negara (PBN) yang menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan yang

memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di Sumatera Utara dengan

luas areal 128.582,27 ha serta rata-rata produksi CPO per tahun sebesar 365.081

ton. Selain itu PTPN IV dan kebun Bah Jambi merupakan daerah percontohan atas

penerapan GCG.

Metode Pengambilan Sampel

Unit populasi dalam penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara

(PTPN-IV). PTPN-IV. Adapun metode penentuan sampel adalah menggunakan

metode Simple Random Sampling. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini

adalah kebun Bah Jambi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

(32)

yaitu karyawan Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV. Data yang

dikumpulkan adalah data sebelum dan sesudah penerapan GCG.

Metode Analisis Data

Berbagai jenis data yang telah diperoleh melalui wawancara serta

observasi di lapangan, ditabulasikan terlebih dahulu kemudian di analisis dengan

alat uji yang sesuai.

Pengujian hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

Regresi Linear Berganda dengan menggunakan rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 ,

Dimana : Y = Peningkatan Pendapatan Karyawan (Pendapatan Karyawan

pada bulan penerapan GCG)

a = Konstanta

X1 = Target Kerja (Gaji Pokok Karyawan)

X2 = Realisasi Kerja (Premi+Tunjangan+Lembur)

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target

Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan

Karyawan…Hipotesis ditolak

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target

Kerja dan Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan

Karyawan….Hipotesis diterima

Pengujian hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif, dengan cara mengetahui keuntungan yang diperoleh karyawan dengan

(33)

Pengujian hipotesis 3, digunakan metode analisis Uji-t berpasangan

(paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang

digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada

kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah

perlakuan yang berbeda.

Uji beda rata-rata (t-hitung):

Type equation here.

X1 - X2

th = S12 S22 S1 S2

+ – 2

r

n1 n2 n1 n2

Keterangan :

X1 = rata-rata keuntungan perusahaan sebelum adanya penerapan GCG

X2 = rata-rata keuntungan perusahaan sesudah adanya penerapan GCG

n1 = jumlah sampel variable 1

n2 = jumlah sampel variable 2

S1 = simpangan baku variabel 1

S2 = simpangan baku variabel 2

Kriteria uji :

t-hitung = t- table ………..Ho diterima (H1 ditolak)

(34)

Dimana:

H0 = tidak ada perbedaan rata-rata keuntungan perusahaan, sebelum dan

sesudah adanya penerapan GCG.

H1 = ada perbedaan rata-rata keuntungan perusahaan, sebelum dan

sesudah adanya penerapan GCG.

(Djalal, N dan Hardius Usman, 2002)

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. PTPN-IV adalah salah satu perusahaan perkebunan milik negara yang terbesar

berada di Sumatera Utara.

2. Kebun Bah Jambi merupakan unit sampel yang ditetapkan dalam penelitan ini

dan merupakan kebun yang terbesar di PTPN-IV.

3. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) adalah suatu konsep/struktur yang

digunakan oleh pelaku bisnis perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan

usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham

dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

lainnya.

4. Masyarakat adalah suatu komunitas sosial yang berada di sekitar kebun Bah

Jambi yang menikmati dan merasakan keberadaan kebun Bah Jambi

PTPN-IV.

5. Karyawan Tetap adalah karyawan yang bekerja di unit kebun Bah Jambi

(35)

6. Kinerja Manajemen adalah suatu kinerja yang terjadi di PTPN-IV antara

target kerja dengan realisasi kerja.

7. Realisasi adalah hasil dari suatu proses yang terjadi di dalam PTPN-IV dan

kebun Bah Jambi yang benar-benar terjadi.

8. Target kerja adalah batasan operasional pekerjaan yang harus dilakukan

karyawan.

9. Standar operasional pekerjaan adalah uraian pekerjaan dengan waktu dan upah

yang ditentukan.

10. Basis borong adalah suatu bentuk kerja karyawan dengan hasil produksi

panen.

11. Produksi adalah hasil dari suatu tanaman kelapa sawit dalam bentuk tandan

buah segar.

12. Pendapatan adalah total upah yang didapatkan karyawan berupa gaji pokok,

premi, dan insentif.

13. Kinerja karyawan adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh suatu karyawan

apakah sudah optimal .

14. Peningkatan kinerja adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan

kinerja karyawan.

15. Peningkatan melebihi merupakan peningkatan kinerja yang melebihi kinerja

karyawan pada umumnya.

16. Peningkatan produksi adalah suatu peningkatan yang dilakukan terhadap hasil

suatu proses produksi.

17. Peningkatan pendapatan adalah peningkatan yang diperoleh apabila

(36)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kebun Bah Jambi PTPN IV Kabupaten

Simalungun.

2. Sampel Penelitian adalah unit kebun Bah Jambi.

3. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan pelaksana Unit Kebun Bah

Jambi.

(37)

PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PTPN-IV),

PROFIL KEBUN BAH JAMBI PT PERKEBUNAN

NUSANTARA IV DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Profil PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV)

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (Persero) dibentuk

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996, tentang penggabungan

kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dari PT Perkebunan VI,

PT Perkebunan VII dan PT Perkebunan VIII.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) didirikan berdasarkan Akte

Pendirian No. 37 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, S.H. dan mendapatkan

pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan

No. C2-8332.HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996, dan diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, dan perubahan

Anggaran Dasar berdasarkan Akta No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H.

Prasetio, S.H. tanggal 26 September 2002, yang disetujui oleh Menteri

Kehakiman dan Hak Azasi Manusia R.I. Dengan Surat Keputusan

(38)

Pada saat ini PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola lahan

perkebunan seluas 135.640 Ha yang terdiri dari areal Kelapa Sawit seluas

128.582,27 Ha, Kakao seluas 1161,73 Ha, dan Teh seluas 5.396 Ha.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 15 Unit Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) dengan kapasitas 596 ton Tandan Buah Segar per jam, 2 Unit Pabrik

Pengeringan Biji Kakao (PPBK) dengan kapasitas 96 ton Biji Kakao Basah per

hari, 4 Unit Pabrik Teh dengan kapasitas 271 ton daun Teh Basah per hari dan

Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton Inti Sawit per hari.

Untuk mendukung kegiatan perbengkelan juga dikelola 1 Unit Pabrik

Mesin Tenera (PMT), sedangkan untuk pelayanan kesehatan bagi karyawan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dikelola 3 Unit Rumah Sakit, yaitu Rumah

Sakit Laras, Rumah Sakit Balimbingan, dan Rumah Sakit Pabatu.

Jumlah Unit Usaha yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) pada saat ini sebanyak 37 Unit Usaha dengan jumlah karyawan

sebanyak 38.002 orang. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki anak

perusahaan, yaitu PT Pamina Adolina yang mengoperasikan 1 Unit Pabrik

Fraksionasi dan Rafinasi CPO dengan kapasitas 200 ton CPO per hari dan 1 Unit

Pabrik Minyak Nabati (PMN) dengan kapasitas 300 ton CPO per hari dengan

produk akhir berupa Margarine RBD Olein (minyak goreng), Stearin, dan Fatty

Acid.

Kemudian terhitung tanggal 01 September 2003, PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) telah melakukan restrukturisasi dengan merubah Struktur

Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), melalui pengelompokan Unit

(39)

sebagian wewenang/tugas Direksi kepada GUU. Hal ini dimaksudkan untuk

memperkecil rentang kendali guna meningkatkan efektivitas pengambilan

keputusan serta fungsi pengawasan dan pengendalian, serta peningkatan

produktivitas. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN-IV) dapat

(40)

RUPS

(41)

Adapun Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah

sebagai berikut :

™ Visi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Adapun visi dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), yaitu

membangun PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) menjadi perusahaan

agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing, baik di sektor hulu dan

hilir di tingkat nasional dan regional.

™ Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

1. Menjalankan usaha agribisnis dibidang perkebunan kelapa sawit (komoditi

utama), teh dan kakao serta menghasilkan produk minyak sawit, inti sawit,

teh jadi, biji kakao kering serta produk turunannya yang berkualitas untuk

memberikan kepuasan bagi pelanggan.

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh

sistem, cara kerja dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya

kreatifitas dan inovasi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi.

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan,

perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai

tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan dan stakeholder

lainnya.

4. Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan

dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa

(42)

5. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangun

kemitraan dan menggembangkan lingkungan (community development),

koperasi, usaha kecil, dan menengah, serta kelestarian lingkungan hidup.

Sesuai Akte Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan didirikannya

Perusahaan adalah sebagai berikut : Turut melaksanakan dan menunjang

kebijksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

Nasional pada umumnya. Khususnya di sektor pertanian dalam arti yang

seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan, sesuai prinsip perusahaan yang

sehat, berdasarkan kepada azas sebagai berikut ini :

a. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi

pendapatan Nasional.

b. Memperluas lapangan kerja.

c. Memelihara dan melestarikan sumber daya alam dan lingkungan, air serta

kesuburan tanah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 tahun

1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) tertanggal 17 Januari 1998 Pasal 4

Ayat 1, maksud dan tujuan pendirian perseroan adalah :

a. Untuk menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi serta berdaya saing

kuat terhadap pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

b. Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Sejalan dengan program Direksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

dimana didalamnya tertuang semangat untuk memacu peningkatan kinerja serta

efisiensi biaya perusahaan, maka terhitung mulai tanggal 01 September 2003

(43)

berkedudukan di Medan. Penentuan letak Kantor Pusat telah tercantum dalam

Akte Notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, S.H. tanggal 26 September 2002.

Arahan dari Direksi untuk menempati Kantor Pusat di Jl. Letjen Suprapto

No. 2, memiliki sejarah yang sangat panjang. Kantor ini dibangun pada tahun

1926 oleh NV Handeri Vereeniging Amsterdam (HVA) dahulu sebagai Pusat

Perkebunan milik Belanda.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah salah satu BUMN besar

yang mengelola aset negara. Kekayaan negara itu adalah berupa areal perkebunan

yang sangat luas dan tersebar di beberapa tempat. Perusahaan ini telah memberi

berbagai kontribusi positif kepada bangsa dan negara, antara lain berupa pajak dan

deviden, dengan jumlah cukup besar. Selain itu, perusahaan mampu menyerap

tenaga kerja 38.002 orang, sehingga multiplier effectnya sangat besar, juga

sekaligus menambah devisa negara melalui ekspor CPO, kakao dan teh hasil

olahannya.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) sebagai BUMN perkebunan yang

berbasis di Sumatera Utara pada tahun 2004 telah memenuhi kewajibannya

kepada negara sebesar Rp 303 miliar. Kewajiban kepada negara tersebut berupa

pembayaran deviden sebesar Rp 41,821 miliar dan pembayaran pajak sebesar

Rp 262,014 miliar.

Patut dicatat lagi bahwa dalam menjalankan usaha ini, PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) berupaya menunjukkan kepeduliannya terhadap

masyarakat sekitar dengan komitmen menggulirkan ekonomi masyarakat yang

membutuhkan. Selain itu, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) selalu peduli

(44)

lingkungan. Kepedulian ini dipegang teguh dan merupakan bentuk tanggung

jawab terhadap negara.

Profil Kebun Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit yang

menghasilkan Minyak (CPO) dan inti (PK).

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi

dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan

sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km dan dari kota Pematang

Siantar 19 Km.

Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombangdan berbukit. Jenis

tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun Bah Jambi

memiliki luas HGU 8060,5 Ha, terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit,

Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden adalah keseluruhan karakteristik yang akan

mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang menunjang

kehidupannya kearah yang lebih baik. Karakteristik seseorang sangat

mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya.

Karakteristik sosial ekonomi responden di daerah penelitian meliputi : umur,

(45)

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan pelaksana PT

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi. Adapun jumlah responden yang

diambil yaitu sebanyak 42 orang dari masing-masing bagian.

Tabel 1. Karakteristik sosial ekonomi responden karyawan pelaksana Kebun Bah Jambi PTPN IV(PT Perkebunan Nusantara IV)

No Karakteristik Sosial Ekonomi Rentang Rerata

1 Umur (tahun) 36-55 46,86

2 Tingkat Pendidikan (tahun) 6-12 9,57

3 Lama Bekerja (tahun) 10-36 24,64

Sumber:Data primer, lampiran 1

Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa karyawan pelaksana PT

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Jambi memiliki rentang umur 36-55 tahun,

rentang pendidikan 6-12 tahun, dan rentang lama bekerja 10-36 tahun. Dari tabel

dapat dilihat bahwa usia rata-rata karyawan pelaksana Kebun Bah Jambi sekitar

46,86 tahun dan masih tergolong usia produktif. Untuk rentang pendidikan ini

dapat dilihat bahwa karyawan responden rata-rata telah pernah menempuh

pendidikan dibangku sekolah menengah umum (SMU). Dan dari rentang lama

bekerja didapat rata-rata lama bekerja karyawan responden yaitu 24,64 tahun,

angka ini menunjukkan bahwa karyawan responden telah memiliki banyak

pengalaman kerja dari waktu lama bekerjanya ia di kebun tersebut.

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penerapan Good Coorporate Governance terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan

Pada awalnya pengelola perusahaan hanya dituntut untuk memuaskan

kepentingan pemilik/ Pemegang Saham berupa pembagian laba, tetapi

perkembangan dan kemajuan tehnologi telah menyadarkan berbagai pihak bahwa

ada kepentingan yang terganggu sebagai dampak langsung dari tindakan

perusahaan, sehingga hal ini menuntut adanya perhatian dari pengurus

perusahaan. Disamping itu, berbagai pihak lainnya dalam masyarakat termasuk

pemerintah menuntut agar perusahaan memberikan kontribusi dan peran yang

lebih besar terhadap tanggung jawab sosialnya.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang wilayah kerjanya menyebar

dibeberapa kabupaten, memiliki banyak pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan, tidak hanya Pemegang Saham, Komisaris , Direksi dan Karyawan,

tetapi juga Pemerintahan Pusat/ Daerah, investor/ mitra usaha, pelanggan/pembeli,

kreditur, pemasok/ rekanan dan masyarakat lingkungan sekitar. Pihak-pihak

tersebut dikenal sebagai stakeholders perusahaan. Kepentingan dari

masing-masing pihak tersebut diatas sangat beragam dan bahkan ada yang bertentangan

satu sama lain dan tentunya masing-masing selalu mengharapkan agar

kepentingan didahulukan. Keseimbangan dalam rangka pemenuhan kepentingan

dari bebagai kelompok tersebut, senantiasa harus dijaga (dipelihara) dalam jangka

panjang. Agar Keseimbangan tersebut tercapai dan terpelihara diperlukan suatu

kerangka kerja bagi Komisaris, Direksi dan seluruh jajaran perusahaan dalam

(47)

Disamping itu, Good Coorporate Governance juga memberikan banyak

keuntungan bagi karyawan terutama bagi karyawan yang bekerja melebihi target

kerja. Selain keuntungan fiscal yang didapat, keuntungan fisik juga banyak

disediakan perusahaan bagi karyawan-karyawan kebun Bah Jambi PTPN IV.

Pendapatan karyawan PTPN IV Kebun Bah Jambi dihitung dari jumlah

gaji pokok berdasarkan golongan ditambah realisasi kerja. Gaji pokok merupakan

upah dari target kerja yang didapat karyawan setiap bulannya. Sedangkan realisasi

kerja didapat dari premi+tunjangan+lembur.

Karyawan responden ini berasal dari 31 bagian yang ada di unit Kebun

Bah Jambi yaitu bagian Afdeling I – IX, bagian Sentral Kantor, bagian Sentral

Gudang, bagian Sentral Emplasmen, bagian SDM & Umum,Keamanan, bagian

Reparasi, bagian Bengkel Umum, bagian Transport, bagian Bengkel Motor,

bagian Bengkel Traktor, bagian Bengkel Listrik, Bangunan, bagian Pengolahan,

bagian PLTA, dan bagian Pembibitan.

Upah dari realisasi kerja yang didapat karyawan responden yaitu berupa

Lembur+Premi+Tunjangan.

a. Lembur

Lembur merupakan pekerjaan yang dilakukan diluar hari kerja resmi.

Upah lembur adalah imbalan berupa uang yang diterima karyawan dari

perusahaan atas tugas dan pekerjaan yang dilakukannnya diluar waktu kerja

pokok dengan cara perhitungan yang seefektif dan seefisien mungkin. Untuk

menghitung uang lembur satu jam dipakai dasar sebagai berikut:

(48)

Cara perhitungan upah lembur yaitu sebagai berikut:

1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja:

− Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu

setengah) kali upah sejam.

− Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)

kali upah sejam.

2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat Mingguan dan/atau hari

libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam

seminggu maka:

− Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)

kali upah sejam dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan

lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.

− Apabila hari libur resmi jauh pada kerja terpendek, perhitungan upah lembur

5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga)

kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah

sejam.

3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat Mingguan dan/atau hari

libur resmi untuk 5 (lima) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka:

− Perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua)

kali upah sejam dan jam kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam

lembur kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.

− Apabila hari libur resmi jatuh pada kerja terpendek, perhitungan lembur 6

(enam) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam ketujuh 3 (tiga) kali

(49)

4. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur resmi, yaitu 1 Januari, 17

Agustus, Idul Fitri, Idul Adha dan Natal:

− Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (Tujuh) jam pertama dibayar 3 (tiga)

kali upah sejam.

− Untuk jam kerja berikutnya harus dibayar upah sebesar 4 (empat) kali upah

sejam.

Tarif lembur per jam yang diberlakukan PTPN IV Kebun Bah Jambi dari

golongan IA/0 – golongan IID/6 yaitu Rp. 5.235,55 – Rp. 11.666,84. Untuk

karyawan responden yang berada pada jenjang golongan IB/1 – IIC/5 yaitu sekitar

Rp.5.544,20 – Rp. 10.396,09.

b. Premi

Premi adalah instrument untuk mengatur produktifitas karyawan berupa

uang dari hasil kelebihan dari prestasi normal (PN)/basis borong dibayarkan

kepada karyawan. Ketentuan premi yang dikaitkan dengan produktifitas kerja

diatur sebagai berikut:

1. Dalam menghitung premi untu suatu jangka waktu maka yang diambil

sebagai standart hanya prestasi pada hari-hari kerja dan tidak pada hari-hari

mangkir yang tidak beralasan.

2. Prestasi yang diberikan seorang karyawan pada hari-hari hujan yang dibawah

prestasi standar harus dianggap sesuai dengan jumlah prestasi standar, apabila

ia melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan

kerja diwaktu hujan.

3. Dalam hal pihak Direksi dan/atau pihak karyawan menyatakan keinginan

(50)

dahulu perundingan antara kedua pihak selambat-lambatnya dalam tempo 2

(dua) minggu harus sudah selesai. Jika tidak tercapai suatu persetujuan maka

masalahnya dapat dimajukan pada instansi Penyelesaian Perselisihan

Ketenagakerjaan setempat.

Premi yang didapatkan karyawan responden berupa premi olah, premi

panen, premi mupuk dan premi lain-lain.

c. Tunjangan

Tunjangan yang didapat karyawan responden berupa tunjangan listrik

dan air bagi rumah karyawan yang mendapatkan supply listrik dan air dari luar

perusahaan, tunjangan ini diberikan berdasarkan golongan karyawan tersebut;

tunjangan khusus dan tunjangan cuti.

Pendapatan karyawan pada PTPN IV Kebun Bah Jambi sering disebut

dengan Gaji Take Home Pay (THP) yang merupakan imbalan berupa uang yang

diterima karyawan dari perusahaan atas tugas dan pekerjaan yang dilakukannya

yang terdiri dari Gaji Pokok, Premi, Lembur, Tunjangan dan Santunan yang

diterima dalam bentuk uang setelah dilakukan pemotongan pada beberapa bagian

yang ditentukan perusahaan.Pendapatan karyawan ini diperoleh setelah adanya

pemotongan dari perusahaan pada bagian tertentu seperti yang tertera pada

(51)

Hasil Pengujian Pengaruh Penerapan GCG terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan dengan Metode Regresi Linear Berganda

Tabel 2. Hasil uji regresi linear berganda untuk koefisisen korelasi penerapan GCG (Target kerja dan Realisasi kerja) terhadap peningkatan pendapatan karyawan

Deskriptif statistik Koefisien korelasi Signifikansi koef.korelasi

Rata-Dari Tabel 2 dapat diketahui, rata-rata pendapatan karyawan sebesar

Rp.2.959.252,381, rata-rata target kerja sebesar Rp.905.192,2381 dan rata-rata

realisasi kerja sebesar Rp.2.325.973. Koefisien Korelasi Pearson antara target

kerja dengan pendapatan karyawan adalah 0,567 dengan nilai Sig sebesar 0,000,

Koefisisen korelasi antara realisasi kerja dengan pendapatan karyawan adalah

0,983 dengan nilai Sig sebesar 0,000. Dengan melihat kondisi tersebut dimana

nilai Sig lebih kecil daripada nilai alpha (0,05), maka kesimpulan yang didapat

yaitu koefisien korelasi adalah signifikan secara statistik.

Tabel 3. Model summary a. Predictors: (Konstan), Realisasi Kerja (Rp), Target Kerja (Rp)

(52)

Dari Tabel 3 terlihat bahwa koefisien korelasi berganda antara realisasi

kerja dan target kerja dengan pendapatan karyawan adalah sebesar 0,988. Nilai

koefisien determinasi antara persamaan regresi adalah sebesar 0,977 dengan nilai

koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,975. Karena persamaan regresi

menggunakan lebih dari satu variabel, maka koefisien determinasi yang baik

untuk digunakan dalam menjelaskan dalam menjelaskan persamaan ini adalah

koefisien determinasi yang disesuaikan. Dari Tabel 6 tersebut, nilai koefisien

determinasi yang disesuaikan dalam adalah sebesar 0,975 yang berarti sebanyak

97,5 persen variasi atau perubahan dalam pendapatan karyawan bisa dijelaskan

oleh perubahan atau variasi dari realisasi kerja dan target kerja. Untuk melihat

signifikansi koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai F hitung dan nilai Sig,

atau dengan membandingkan dengan nilai F tabel. Dari Tabel diatas diperoleh

nilai F hitung sebesar 815,971 dengan nilai Sig sebesar 0,000. Sedangkan nilai F

tabel diperoleh dari tabel F yaitu sebesar 3,23. Dari kondisi tersebut dapat dilihat

bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel dan nilai Sig lebih kecil dari

nilai alpha (0,05), maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu koefisien

determinasi adalah signifikan secara statistik.

Tabel 4. Koefisien regresi

Koefisiena

Koefisien slope Koef. standar t hit Sig.

Model B Simp.baku Beta

(konstan) -133550.084 155378.455 -.860 .395

Target Kerja (Rp) .828 .190 .121 4.349 .000

1

Realisasi Kerja (Rp) 1.007 .030 .924 33.085 .000

(53)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai koefisien konstanta adalah

-133.550,084, koefisien slop target kerja sebesar 0,828 dan koefisien slop realisasi

kerja sebesar 1,007. Sehingga didapat persamaan regresinya yaitu

Y=-133.550,84+0,828X1+1,007X2.

Dari Tabel 5-7 dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima yaitu

terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG (Target Kerja dan

Realisasi Kerja) terhadap Peningkatan Pendapatan Karyawan. Hal ini terbukti dari

nilai F hitung ≥ F table yaitu 815,971 ≥ 3,23 dan nilai signifikansi 0,000 lebih

kecil daripada nilai alpha (0,05).

Keuntungan yang diperoleh Karyawan dengan Adanya Penerapan Good Coorporate Governance (GCG)

Penerapan Good Coorporate Governance (GCG) atau yang sering disebut

sebagai Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Kebun Bah Jambi PTPN IV ini

membawa banyak keuntungan terhadap karyawan dibandingkan sebelum adanya

GCG.

Keuntungan yang didapat karyawan adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan Fiskal berupa:

a) Tarif Lembur yang sangat menguntungan bagi karyawan, terutama tarif

lembur saat hari libur Mingguan.

b) Premi yang diperoleh berdasarkan hasil kelebihan prestasi normal karyawan

seperti premi olah, premi panen, premi mupuk, premi lain-lain.

c) Tunjangan berupa tunjangan sewa rumah, listrik dan air, tunjangan khusus

(54)

2. Keuntungan Fisik, berupa:

a) Catu Beras,diberikan dengan mutu yang baik dan layak bagi kesehatan

manusia. Khusus bagi karyawan golongan IA sampai dengan IID disamping

memperoleh Gaji Pokok juga menerima natura beras yang diberikan setiap

bulan, yaitu:

− Karyawan diberikan sebesar ………... 15 Kg

− Istri/suami tidak bekerja (max 1 orang)…….. 10 Kg

− Tiap Anak (Max 3 orang)……… 8 Kg

b) Perumahan

Perumahan untuk karyawan pelaksana dilengkapi dengan listrik dan air

bersih dengan perincian rumah karyawan pelaksana sebanyak 1696 pintu. Selama

berlangsungnya hubungan kerja, perusahaan memberikan kepada karyawan

perumahan dengan cuma-cuma yang memenuhi syarat kesehatan dan kelayakan

menurut petunjuk DISNAKERTRANS. Jika perusahaan belum sanggup

menyediakan perumahan, maka pada karyawan yang bersangkutan akan diberikan

tunjangan sewa rumah sebesar 25% dari Gaji Pokok setiap bulan.

c) Poliklinik

Poliklinik merupakan sarana yang diperuntukkan berobat bagi karyawan

dan batihnya (tanggungannya). Poliklinik melayani penyakit-penyakit ringan dan

pada penyakit yang membutuhkan pelayanan khusus, maka dirujuk pada Rumah

Sakit Laras, maupun rumah sakit rujukan lainnya seperti RS Vita Insani, RS

Horas Insani Pematang Siantar, maupun RS Permata Bunda, RS Martha Friska,

RS Rambutan, dan RS Glen Eagles di Medan, bahkan bila dipandang perlu

(55)

d) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA dibangun sejak tahun 1927 sampai dengan saat ini masih

beroperasi. Berfungsi sebagai asupan listrik ke Pabrik Kelapa Sawit dan

penerangan di rumah-rumah karyawan.

e) Bantuan Transport

− Kepada Karyawan dan tanggungannya yang menderita sakit dan memerlukan

segera perawatan di Rumah Sakit, perusahaan menyediakan pengangkutan

yang layak.

− Kepada anak karyawan yang bersekolah diluar Unit Usaha jika

memungkinkan Perusahaan memberikan bantuan pengangkutan sampai di

jalan raya atau stasiun Kereta Api terdekat.

− Kepada Mandor Besar Afdeling (satu tingkat dibawah asisten Afdeling),

perusahaan memberikan bantuan transport berupa fasilitas Sepeda Motor

sesuai dengan kemampuan perusahaan.

3. Keuntungan Lainnya, berupa:

a) Pemeliharaan Bayi Karyawan Wanita

Sesuai dengan kebutuhan, perusahaan menyediakan tempat-tempat

penitipan bayi yang dilengkapi dengan ayunan dan lemari untuk tempat

penyimpanan makanan yang cukup baik, dimana selama waktu kerja, bayi sampai

umur 5 (lima) tahun dapat dititipkan dibawah pengawasan seorang pengasuh yang

baik dan berpengalaman yang diangkat oleh Direksi dengan ketentuan seorang

(56)

b) Bantuan untuk Surat Ijin Mengemudi (SIM)

Dalam hal Surat Ijin Mengemudi (SIM) dari seorang karyawan yang

ditugaskan sebagai supir telah habis masa berlakunya maka pengurusan dan

perpanjangan SIM tersebut ditanggung oleh perusahaan sesuai tarif yang

ditentukan pemerintah.

c) Bantuan BBM dan Pemeliharaan Sepeda Motor

Perusahaan memberikan bantuan biaya Bahan bakar Minyak (BBM) dan

biaya pemeliharaan sepeda motor kepada tukang pos Afdeling yang besarnya

diatur oleh Peraturan Perusahaan.

d) Kecelakaan Lalu Lintas

Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas, maka resiko akibat kecelakaan

tersebut menjadi beban/tanggung jawab perusahaan sepenuhnya, kecuali

kecelakaan tersebut diluar dinas dank arena kesengajaan dan kelalaian pengemudi.

e) Bagi anak karyawan yang masuk dalam tanggungan Perusahaan bersekolah

diluar perkebunan yang tidak dapat dilaksanakan dengan cara pergi/pulang

memakai kendaraan setiap harinya dari rumah perusahaan sehingga harus

mondok disekitar anak tersebut bersekolah, apabila kondisi keuangan

perusahaan memungkinkan, maka perusahaan dapar memberikan bantuan

pemondokan anak sekolah sebagai berikut:

− SLTP Sederajat Rp. 75.000,-/bulan

− SLTA Sederajat Rp. 125.000,-/bulan

(57)

Keuntungan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya penerapan Good Coorporate Governance (GCG) di Kebun Bah Jambi PTPN IV

Tabel 5 . Keuntungan PTPN IV Kebun Bah Jambi

Keuntungan Perusahaan Sebelum

Tabel 6. Persentase perubahan rataan keuntungan perusahaan

Rataan Keuntungan Perusahaan (Rp)

Terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 ,keuntungan rata-rata PTPN IV Kebun

Bah Jambi yang didapat sebelum adanya penerapan GCG mengalami peningkatan

setelah adanya penerapan GCG. Dapat dilihat bahwa peningkatan keuntungan

rata-rata dari segi realisasi yaitu sebelum adanya penerapan GCG didapat sebesar

Rp.8.164.152.621,50 menjadi Rp. 12.164.093.000,00 setelah adanya penerapan

(58)

Hasil Pengujian dengan Metode Analisis Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Atau Paired Compare Mean

Tabel 7. Hasil uji beda rata-rata berpasangan untuk keuntungan perusahaan PTPN IV Kebun Bah Jambi

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata keuntungan perusahaan

sebelum adanya penerapan GCG adalah sebesar Rp.8.164.152.621,50 dan

rata-rata keuntungan perusahaan setelah adanya penerapan GCG adalah sebesar

Rp.12.164.093.000,00. Dengan demikian terdapat peningkatan keuntungan

sebesar Rp. 3.999.940.378,50, hal ini terjadi karena penerapan GCG berdampak

sangat baik terhadap semua bagian perusahaan perkebunan ini dan perusahaan itu

sendiri.

Dari tabel 7 juga dapat dilihat bahwa nilai signifikansi antara keuntungan

perusahaan sebelum adanya penerapan GCG dan setelah adanya penerapan GCG

adalah sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara keuntungan perusahaan sebelum adanya penerapan GCG dengan

keuntungan perusahaan setelah adanya penerapan GCG, karena nilai signifikansi

yang dipakai (nilai alpha) yaitu 0,05.

Hal ini juga dapat dibuktikan dari nilai t-hitung. Dari Tabel 7 diperoleh

nilai t-hitung sebesar -3.407 dan dari table distribusi t didapat t-tabel sebesar

1,796. Maka terdapat perbedaan antara keuntungan perusahaan sebelum adanya

penerapan GCG dengan keuntungan perusahaan sesudah adanya penerapan GCG,

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Tabel 1. Karakteristik   sosial   ekonomi   responden   karyawan   pelaksana Kebun Bah Jambi PTPN IV(PT Perkebunan Nusantara IV)
Tabel 2. Hasil uji regresi linear berganda untuk koefisisen korelasi penerapan GCG (Target kerja dan Realisasi kerja) terhadap peningkatan pendapatan karyawan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel peranan audit internal (X) dalam penerapan good pension fund governance (tata kelola yang baik) (Y) di Dana

Terdapat enam hal tujuan dari penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN. a) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,

Penerapan untuk tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) dapat diartikan sebagai suatu proses yang digunakan oleh perusahaan untuk

Artinya penulis melihat kenyataan di lapangan tentang penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance ( GCG) oleh PT. Japfa

Di samping itu, terdapat prinsip Islam yang mendukung bagi terlaksananya Good Corporate Governance (GCG) atau yang dikenal dengan tata kelola perusahaan di dunia perbankan

Sebagai wujud komitmen terhadap implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, BRI telah memiliki Kebijakan Good Corporate Governance (GCG Policy/Charter) yang

Upaya Pemerintah Desa Kalibelo untuk mengatasi hambatan penerapan prinsip- prinsip good governance dalam tata kelola Pemerintahan Desa Kalibelo yaitu peningkatan kapasitas

Berdasarkan hasil penilaian sendiri (self assessment) atas fakta-fakta yang ada, secara komposit, Penilaian Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance) Tahun 2016