• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hypermetropia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hypermetropia"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

© 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r y

1

H YPERM ETROPI A

D r . N URCH ALI ZA H . SI REGAR

Ba gia n I lm u Pe n ya k it M a t a Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

1 . D EFEN I SI

HYPERMETROPI A at au rabun dekat m erupakan gangguan kekuat an pem biasan m at a dim ana sinar sej aj ar j auh t idak cukup dibiaskan sehingga t it ik fokusnya t erlet ak di belakang ret ina. Pada Hyperm et ropia sinar sej aj ar difokuskan di belakang m acula lut ea.

Hyperm et ropia ( hyperopia) at au “ long – sight edness” adalah suat u kelainan refraksi daripada m at a dim ana sinar- sinar sej aj ar yang t idak t erbat as difokuskan dibelakang ret ina dengan m at a t anpa akom odasi. Oleh karena dibiaskan di belakang ret ina, bayangan yang dihasilkan kabur.

Karena bayangan focus berasal dibelakang ret ina, m at a j adi pendek dan m enj adihyperopic. Keadaan ini disebut j uga “ far- sight edness” . Penglihat an dekat biasanya kabur kecuali dengan akom odasi m aksim al, m isalnya pada anak- anak. Meskipun syst em opt ical m at a secara akt if m eningkat kan pow ernya, m at a yang hyperoic sering j uga m em punyai bayangan kabur unt uk m elihat j auh. Kebanyakan anak- anak dilahirkan dengan hyperopia + 3 D, t et api biasanya sem buh pada usia 12 t ahun.

I I . ETI OLOGI

St rukt ur hyperopia berdasarkan konfigurasi anat om i bola m at a : 1 . Ax ia l h ype r opia ( h ype r opia su m bu )

Bola m at a lebih pendek dari norm al pada diam et er ant ero post erior, m eskipun m edia refraksi ( m isalnya lensa at au cornea) norm al. Keadaan m at a begini lebih m udah unt uk m enyebabkan t erj adinya glaucom a sudut t ert ut up karena ant erior segm en yang m em ndek dengan penyem pit an dari sudut filt rasinya. Set iap 1 m m pem endekan dari diam et er ant ero- post erior m at a m enghasilkan hyperm et ropia 3D. 2 . Cu r va t u r e h ype r opia ( h ype r m e t r opia k u r va t u r )

Keadaan dim ana kelengkungan lensa at au cornea lebih t ipis dari norm al dan pow er reflaksinya t urun. Set ai 1 m m penurunan dari radius kelengkungan t ersebut m enghasilkan hyperm et ropia 6D.

3 . I n de x of r e fr a ct ion by h ype r opia ( h ype r m e t r opia in de k s r e fr a k si)

Terj adi penurunan indeks refraksi akibat penurunan dari densit as beberapa at au seluruh bagian dari syst em opt ik m at a, j uga penurunan pow er refraksi m at a. Biasanya t erj adi pada usia t ua at au j uga pada penderit a diabet es t erkont rol.

Hyperm et ropia t erdiri dari :

1 . La t e n H ype r m e t r opia

(2)

© 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r y

2

seseorang. Makin t ua seseorang akan t erj adi kelem ahan akom odasi sehingga hyperm et ropia lat en m enj adi hyperm et ropia fakult at if dan kem udian m enj adi hyperm et ropia absolut e. Hyperm et ropia lat en sehari- hari diat asi dengan akom odasi t erus- m enerus, t erut am a bila pasien m uda dan akom odasinya m asih kuat .

2 . M a n ife st fa cu lt a t ive h ype r opia

Bagian dari hyperopia yang dapat dikoreksi oleh pow er akom odasi pasien sendiri, dikoreksi dengan lensa at aupun keduanya. Penglihat an dapat norm al dengan at au t anpa dikoreksi dengan lensa+ , t et api akom odasi t idak sem purna t anpa kaca m at a. Pasien hanya m em punyai hyperm et ropia fakult at if akan m elihat norm al t anpa kaca m at a, yang bila diberikan kaca m at a posit if yang m em berikan penglihat an norm al m aka ot ot akom odasinya akan berist irahat .

3 . M a n ife st a bsolu t e h ype r opia

Bagian dari kelainan refraksi yang t idak dapat dikom pensasi hanya dengan akom odasi dari pasien. Penglihat an m asih kabur, w alaupun seberapa besar akom odasi dari pasien. Pasien sepert i ini secepat nya m em erlukan kaca m at a posit if unt uk m elihat j auh. Pengaruh um ur pada hyperopia dim ulai dari penurunan secara progresif dari pow er akom odasi, kem udian beralih m enj adi lat en dan fakult at if hyperopia ke t ingkat yang lebih t inggi yait u absolut e hyperopia.

I I I . GEJALA D AN TAN D A Ge j a la - ge j a la n ya :

1. Sakit kepala front al, m em buruk pada w akt u m ulai t im bul gej ala hyperopia dan m akin m em buruk sepanj ang penggunaan m at a dekat . 2. Penglihat an t idak nyam an ( ast henopia) ket ika pasien harus focus pada

suat u j arak t ert ent u unt uk w akt u yang lam a, m isalnya m enont on pert andingan baseball. Akom odasi akan lebih cepat lelah ket ika t erpaku pada suat u level t ert ent u dari ket egangan.

3. Penglihat an dekat dan j auh kabur dengan kelainan refraksi t inggi dari 3-4D at au pada pasien yang lebih t ua, dengan penurunan am plit udo akom odasi.

4. Penglihat an dekat kabur pada usia m uda dibandingkan dengan em m et ropia, m isalnya pada usia diakhir 30- an. Makin m em buruk apabila pasien lelah, cet akan kurang j elas at au kondisi penerangan kurang opt im al.

5. Sensit ifit as t erhadap cahaya, m erupakan hal yang um um pada hyperopia yang et iologinya t idak diket ahui dan sem buh hanya dengan m engoreksihyperopianya t anpa perlu m ew arnai lensa.

6. Penglihat an kabur t iba- t iba secara sebent ar- sebent ar disebabkan oleh spasm e akom odasi yang dapat m enyebabkan pseudom yopia. Penglihat an j elas dengan lensa m inus. Spasm e akom odasi yang dapat didet eksi dengan siklolegia refraksi yang m ana dapat m enam pakkan hyperopia paling rendah.

7. Sensasi m at a silang t anpa diplopia j uga disebabkan oleh akom odasi yang bert am bah dari pasien dengan esophoria yang dipaksa oleh refleks akom odasi konvergen ke suat u keadaan yang m enghasilkan sypt om “ m at a yang bersilang” .

Ta n da - t a n da n ya :

(3)

© 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r y

3

3. Segm en ant erior dangkal.

4. Pem eriksaan fundus m enunj ukkan opt ic disc yang m engecil dan banyak pem buluh darah.

5. A scan ult rasonography ( biom et ry) m enunj ukkan pem endekan diam et er ant eropost erior bola m at a

I V. PEN GOBATAN H YPEROPI A

Biasanya sangat m em uaskan apabila pow er yang lebih t ipis ( 1 D) daripada t ot al fakult at if dan absolut e hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan t idak ada ket idak seim bangan ot ot ekst raokular. Jika ada akom odat if esot rophia ( convergence) , koreksi penuh harus diberikan. Pada exophoria, hyperopianya harus dikoreksi dengan 1- 2D. Jika keseluruhan refraksi m anifest kecil, m isalnya 1 D at au kurang, koreksi diberikan apabila pasien m em iliki gej ala- gej ala . Prinsip opt ical pada pengobat an hyperopia adalah m em berikan lensa convex ( plus) , m aka sinar akan difokuskan pada ret ina.

Pe r a t u r a n - pe r a t u r a n pok ok da la m pe m be r ia n k a ca m a t a pa da pe n de r it a h ype r opia :

1. Keseluruhan hyperm et ropia harus dilindungi dengan pem berian sikloplegia yang sem purna

2. Koreksi spherical yang diberikan harus dit erim a senyam an m ungkin oleh pasien. Walupun dem ikian ast igm at ism e harus dikoreksi j uga. 3. Secara berangsur- angsur dinaikkan koreksispherical dalam selang

w akt u 6 bulan sam pai pasien bisa m enerim a hyperm et ropia m anifest .

4. Kalau t erj adi penglihat an j uling convergen, koreksi harus diberikan pada saat kunj ungan pert am a.

5. Kalau t erj adi am blyopia, koreksi dengan t herapy occulusi harus segera dim ulai.

Cara- cara pem berian resep lensa convex :

A. Kaca m at a harus nyam an,am an dan sim ple dalam m engoreksi hyperm et ropia. B. Lensa kont ak diindikasikan unt uk unilat eral hyperpia ( anisom et ropia) . Unt uk

alas an kosm et ik, lensa kont ak diberikan ket ika keadaan st abil kalau t idak dapat berubah- ubah berkali- kali

Kor e k si h ype r opia pa da m a sa a n a k - a n a k le bih r u m it da r i pa da m yopia :

1. Anak- anak dengan hyperopia 25 D, penglihat annya dapat t erganggu ( lebih j elek) dibandingkan dengan anak- anak dengan m yopia 5 D, yang m ana set idaknya dapat m elihat dekat dengan j elas.

2. Hyperopia m asa anak- anak sering dikait kan dengan st rabism us dan abnorm alit as dari akom odasi convergen/ rat io akom odasi.

Pe n u n j u k a n da la m m e m pe r ba ik i h ype r opia pa da a n a k - a n a k :

1. Kecuali t elah t erj adi esodeviasi at au t erbukt i t elah t erj adi penurunan penglihat an, t idak perlu m engoreksi hyperopia. Tet api ast igm at ism e harus dikoreksi.

2. Apabila hyperopia dan est ropia t erj adi bersam aan, penat alaksanaan aw al adalah koreksi dengan sikloplegia secara penuh kelainan refraksi. Kem udian penurunan dari j um lah koreksi adalah yang ut am a, berdasarkan t ingkat deviasipada penglihat an dekat dan j auh dengan m enem pat kansecara penuh koreksi sikloplegia.

(4)

© 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r y

4

Penurunan dalam j um lah koreksi m ungkin diperlukan anak unt uk m endapat kan kaca m at a.

V .KOM PLI KASI

Jika hyperm et ropia t idak dikoreksi unt uk w akt u yang lam a, akan t im bul kom plikasi yait u :

1. Recurrent st yes ( t im bil) , blepharit is at au chalazion dapat t im bul, kem ungkinan infeksi yang t erj adi akibat m engososk- gosok m at a, yang m ana sering dilakukan unt uk m enghilangkan fat ique dan kelelahan.

2. Juling convergen akom odat if dapat t im bul pada anak ( biasanya pada usia 2 – 3 t ahun) akibat pem akaian akom odasi yang berlebihan.

3. Am blyopia dapat t im bul dalam beberapa kasus. Biasanya anisom et ropia, st rabism us at au am et ropia ( t erlihat pada anak- anak dengan bilat eral hyperm et ropia yang t inggi yang t idak dikoreksi) .

4. Predisposisi sebagai penyebab glaucom a sudut sem pit prim er. Mat a hyperm et ropia yang kecil dengan segm en ant erior yang dangkal. Berhubungan dengan peninggian reguler ukuran lensa sesuai m eningkat nya ussia, m at a j adi lebih m udah diserang oleh glaucom a sudut sem pit . Keadaan ini harus diperhat ikan dalam pem berian m idriat ikum pada penderit a hyperm et ropia usia t ua.

D AFTAR PUSTAKA

1. Sidart a I lyas. Prof, Zhyperm et ropia, I lm u Penyakit Mat a, Fakult as Kedokt eran Universit as I ndonesia, 19998, Hal.78- 81.

2. Langst on, Deborah Pavan, Hyperopia in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Fourt h Edit ion, Lit t le Brow n and Com pany, Bost on. Hal. 379- 381.

3. Am erican Academ y of Opht halm ology, Hyperopia in Basic and Clinical Science

Course 1997- 1998, sect ion 3. Hal 1423.

4. Vough Daniel & Ashbury Taylor, Hyperm et ropia, oft alm ologi Um um, Edisi ke XI , Widya Medika, Hal. 144- 145.

Referensi

Dokumen terkait

d)   Tim  Pemeriksaan  bersama  selambat­Iambatnya  12  (dua  belas)  hari  kerja  melakukan  pemeriksaan  dan  membuat  be rita  acara  pemeriksaan  dengan 

[r]

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pengadaan Jasa Konstruksi Paket Pekerjaan PENINGKATAN JALAN RANDUM-EMANG DESA GALAR, maka dengan ini

[r]

2016 tanggal 23 September 2016 dan setelah melakukan pembahasan internal seluruh anggota Pokja, serta dengan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

[r]

Jika respon antara orang kunci dari populasi kunci mirip satu sama lain dan mereka konsisten dengan pengamatan yang dilakukan oleh tim lapangan, tetapi berbeda dari

[r]